TPS 0702
Disusun Oleh
610017072
1
HALAMAN PERSETUJUAN
PELAKSANAAN UJIAN PENDADARAN
Disusun oleh
DESTIANA AGATHA MOLINA
NIM: 610017072
2
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetahui Menyetujui
Dekan Fakultas Ketua Program Studi
Teknik Sipil dan Perencanaan Perencanaan Wilayah dan Kota
3
HALAMAN PERSEMBAHAN
Halaman ini saya persembahkan kepada orang tua saya, mama yang tak kenal lelah dan
selalu berada disisi saya mendukung dan menyemangati setiap langkah dan keputusan saya
dalam mengejar cita-cita saya. Atas setiap doa dan harapan orang tua saya, saya ucapkan
begitu banyak maaf dan terima kasih. Semoga Tuhan selalu menyertai dan memberkati
kehidupan bapak dan mama.
Teman-teman seperjuangan Perencanaan Wilayah dan Kota 2017 yang sedang berjuang
menyelesaikan Tugas Akhir ditengah pandemi, terima kasih atas bantuan, dukungan, serta
semangat yang telah kalian berikan dibangku kuliah yang penuh kenangan. Semoga kita
bisa meraih mimpi dan cita-cita serta bermanfaat untuk orang lain.
iv
ABSTRAK
Trans Jogja merupakan sistem dari semi-transportasi bus cepat yang beroperasi di Provinsi
D.I. Yogyakarta sejak Maret 2008. Program penambahan rute baru Trans Jogja menjadi
lebih detail dan lebih menyeluruh dilakukan pada tahun 2017. Namun pada kenyataannya,
pemanfaatan Trans Jogja masih kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi layanan Trans Jogja pada koridor pengembangan di wilayah pinggiran
Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dan analisis spasial dari tabel serta grafik dengan pengumpulan data melalui
observasi, wawancara mendalam kepada pihak pengelola, serta pengisian kuesioner kepada
100 responden. Berdasarkan hasil analisis data kuesioner dari persepsi penumpang
diperoleh bahwa pelayanan Trans Jogja berdasarkan aspek keamanan, kenyamanan,
keselamatan, kesetaraan, keterjangkauan dan keteraturan sudah baik dan mendapatkan
apresiasi yang baik dari pengguna Trans Jogja yang dinilai sudah dapat dengan baik
menunjuang kebutuhan transportasi masyarakat Yogyakarta.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tugas Akhir yang berjudul “Evaluasi Layanan Transjogja Pada Koridor Pengembangan
di Wilayah Pinggiran Yogyakarta”. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis
menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan yang jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, setiap kritik maupun saran yang membangun akan penulis terima sebagai
arahan dan masukan yang dapatmenjadi manfaat dan motivasi penulis untuk kedepannya.
1. Untuk Ibu saya yang selalu mendoakan dan mendukung saya, serta memberikan
perhatian penuh dan kasih sayang yang begitu besar sehingga saya menjadi
perempuan yang kuat dan bertanggung jawab.
2. Keluarga besar yang telah mendukung, memberikan nasihat dan mendoakan saya
selama diperkuliahan sampai saat ini.
3. Kepada Dosen Pembimbing I dan II, Ibu Mutiasari Kurnia Devi, S.T., M.Sc. dan
Bapak Hatta Efendi, S.T., M.Eng. yang telah membimbing saya, memberikan saran
dan ilmu pengetahuan baru serta motivasi dengan penuh kesabaran.
4. Kepada teman-teman yang saya banggakan dan semua pihak yang telah mendukung
dan berkontribusi maupun yang mendoakan saya.
Kiranya saran dan masukan yang diberikan untuk pengembangan Tugas Akhir
ini dapat menjadi lebih baik. Oleh karena itu, penulis berharap Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan referensi bagi pembaca. Atas perhatiannya
diucapkanterima kasih.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................................ v
BAB I ................................................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................... 14
vii
2.4.3 Lahan Kedesaan ................................................................................................. 26
3.2 Kependudukan.............................................................................................................. 31
BAB IV ................................................................................................................................ 37
Yogyakarta..................................................................................................................... 37
Yogyakarta ................................................................................................................... 44
viii
4.2.6 Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keteraturan ............................. 55
BAB V................................................................................................................................... 60
5.2 Saran............................................................................................................................. 61
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 64
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keamanan ..................... 46
Gambar 4.2 Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keselamatan .................. 48
Gambar 4.4 Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keterjangkauan ............. 52
Gambar 4.5 Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Kesetaraan ..................... 54
Gambar 4.6 Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keteraturan .................... 56
x
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ......................... 37
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
langsung dengan Kota Yogyakarta sebagai pusat kegiatan yang mempunyai peluang paling
tinggi untuk menerima limpahan dari segala bidang dan berpotensi berkembang menjadi
daerah yang bersifat kekotaan secara cepat.
Dalam penelitiannya tentang studi pemekaran Kota Yogyakarta, Yunus dkk (1981)
menyatakan bahwa variabel-variabel yang mendorong masyarakat bergerak ke daerah
pinggiran Kota Yogyakarta antara lain mencari tempat yang masih luas di pinggiran kota
karena harga lahan masih relative murah, mendekati tempat kegiatan, masih luasnya lahan
yang tersedia di daerah pinggiran kota untuk tempat tinggal dianggap sebagai hal yang
menarik, suasana di daerah pinggiran kota dianggap lebih menyenangkan dan terhindar
dari pengaruh polusi dan adanya pusat-pusat pendidikan yang cenderung mengambil lokasi
di luar kota. Jelasnya, pengertian dasar daerah pinggiran kota termasuk didalamnya suatu
region sebagai wilayah peralihan, sebagai tempat bermukim masyarakat daerah pinggiran
kota dan dengan demikian mencakup semua aspek interaksi, perilaku sosial dan struktur
fisik secara spasial sistem yang lebih tinggi, yaitu kota. Jadi daerah pinggiran kota
merupakan bagian dalam kawasan sisten konurbasi suatu kota.
Dalam konteks Indonesia, pengembangan sistem BRT juga menjadi pilihan,
khususnya dalam rangka meningkatkan aksesibilitas dan mengurangi kemacetan di kota-
kota skala besar dan menengah di Indonesia. Salah satu kota yang mengembangkan sistem
BRT adalah Kota Yogyakarta. Pada tahun 2008, Pemerintah Provinsi DIY meluncurkan
moda transportasi publik Trans Jogja. Pada awalnya Trans Jogja hanya melayani delapan
rute. Jumlah rute Trans Jogja terus menerus bertambah dan hingga saat ini Trans Jogja
memiliki delapan belas trayek dengan jangkauan pelayanan meliputi wilayah Kota
Yogyakarta, serta sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul (Dirgahayani &
Nakamura, 2012).
Tulisan ini menyajikan evaluasi terhadap performa Trans Jogja yang beroperasi di
Kawasan Pingggiran Yogyakarta. Fokus penelitian ini adalah untuk melihat kinerja
angkutan trans jogja di wilayah Pinggiran Yogyakarta. Wilayah pinggiran Yogyakarta
yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul merupakan
kantong-kantong pertumbuhan permukiman. Tanda-tanda perkembangan fisik perkotaan
terlihat jelas pada kawasan pinggiran tersebut, dimana laju perubahan penggunaan lahan
dari guna lahan pertanian ke non-pertanian mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Kondisi ini menyebabkan keberadaan sistem transportasi publik menjadi suatu hal yang
penting, khususnya untuk menghubungkan pusat-pusat permukiman ke pusat-pusat
aktivitas sosial ekonomi di wilayah Perkotaan.
2
Pemerintah Daerah Ibukota Yogyakarta khususnya Dinas Perhubungan melakukan
penambahan dua koridor Jalur Trans Jogja pada tanggal 29 desember 2020, khususnya di
wilayah Pinggiran Yogyakarta yakni di jalur Godean, Ngaklik. Sebagai upaya
menghidupkan Kembali angkutan desa yang berada di Kabupaten Sleman khususnya
wilayah pinggiran. Dengan program ini maka seluruh target cakupan wilayah Trans jogja
sebanyak dua puluh lima Kecamatan telah terselesaikan. Dinas Perhubungan Daerah
Istimewa Yogyakarta, dalam pengedaan beberapa jalur baru ini di wilayah pinggiran
Yogyakarta diharapkan dapat bekerjasama dengan sekolah-sekolah yang ada di wilayah
pinggiran, terutama yang sekolahnya di lewati oleh jalur Tranjogja dapat memanfaatkan
bus Tranjogja untuk pergi dan pulang sekolah. Hal ini untuk meminimalisir penggunaan
kendaraan bermotor bagi siswa yang belum cukup usia.
Daerah pinggiran Kota Yogyakarta yang secara administratif termasuk dalam
wilayah Kabupaten Sleman 574,82 km2 dan terdiri dari 17 kecamatan dengan jumlah
penduduk sebanyak 1.075.575. Daerah penelitian terdiri dari 3 kecamatan, yaitu
Kecamatan Godean, Kecamatan Sleman dan Kecamatan Ngaklik.
Kabupaten Sleman memiliki jumlah kendaraan bermotor yang sangat banyak yaitu
44.488 yang menyebabkan tingginya kepadatan penduduk dan tingginya jumlah
kepemilikan kendaraan pribadi tiap tahunnya membuat permasalahan umum kota besar
juga menjadi masalah di Prov. D.I. Yogyakarta, yaitu kemacetan lalu lintas. Kemacetan
lalu lintas yang kerap terjadi di negara-negara berkembang umumnya dipengaruhi oleh
tingginya kuantitas kendaraan yang tidak dibarengi dengan peningkatan prasarana
transportasi yang cepat sehingga terjadi penumpukan jumlah kendaraan di ruas-ruas
jalanan kota dan kadar polusi udara yang tinggi. Pemanfaatan sarana transportasi bebas
polusi di negara-negara maju telah marak dikembangkan untuk menghambat adanya urban
sprawling sehingga bentuk kota menjadi lebih kompak dan mampu menghemat
sumberdaya yang dimiliki (Yunus, 2005). Namun, di negara berkembang termasuk
Indonesia, penyelesaian masalah transportasi masih ada pada tahap penekanan penggunaan
transportasi publik.
Trans Jogja merupakan moda transportasi terpadu yang melayani penumpang pada
beberapa koridor jalan-jalan utama di Yogyakarta, juga salah satu realisasi dari sistem
transportasi bus cepat yang telah banyak diterapkan di daerah-daerah padat penduduk di
Indonesia. Dinas Perhubungan Prov. D.I. Yogyakarta telah melakukan program pengadaan
Trans Jogja sejak Maret 2008. (Dishub D.I.Y., 2016). Program penambahan rute baru
Trans Jogja menjadi lebih detail dan lebih menyeluruh daripada rute sebelumnya dilakukan
3
pada tahun 2017. Operasional Trans Jogja dimulai pukul 06.00 sampai dengan pukul 22.00
setiap harinya, dalam usahanya melayani penumpang manajemen Trans Jogja
menempatkan masing-masing dua orang petugas di sebuah shelter dan dua orang petugas
di dalam bus sebagai supir dan juga petugas yang memandu naik dan turunnya penumpang,
waktu tunggu bus dengan trayek yang sama adalah selama maksimal 15 menit, sedangkan
biaya yang harus dikeluarkan oleh penumpang untuk menggunakan fasilitas Trans Jogja
adalah sebesar Rp. 3.000,- untuk satu kali perjalanan dari shelter asal hingga shelter tujuan.
Kualitas layanan yang baik akan mempengaruhi konsumen untuk menggunakan
jasa yang ditawarkan. Sebaliknya kualitas layanan yang buruk akan membuat konsumen
enggan menggunakan jasa dan menjadi citra buruk bagi perusahaan. Trans Jogja
merupakan angkutan massal berbasis jalan sehingga standar pelayanan yang diberikan
kepada pengguna harus sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No.10 tahun 2012
tentang standar minimal pelayanan angkutan massal berbasis jalan. Peraturan Menteri
No.10 tahun 2012 tentang standar minimal pelayanan angkutan massal berbasis jalan
menyebutkan bahwa keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan,
dan keteraturan menjadi tolak ukur kualitas pelayanan.
Kualitas pelayanan Trans Jogja menjadi sorotan karena mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Pengguna mempertanyakan apakah masih layak Trans Jogja memliki
slogan “buy the service”. Kondisi fisik bus mengalami kerusakan dimana-mana. Cat
terkelupas, pintu tidak membuka/menutup secara otomotis, kursi rusak, dan simbol-simbol
penting sudah tidak terpasang dengan baik telah menjadi pemandangan sehari-hari.
Kondisi halte mengalami hal yang sama walaupun tidak separah seperti yang dialami bus.
Proses keputusan penggunaan barang atau jasa melalui lima tahapan menurut James
Engel (1994: 31) . Pengenalan kebutuhan, pencarian informasi ,evaluasai alternatif, proses
keputusan, dan hasil merupakan tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh kosumen. Begitu
pula halnya dengan proses keputusan penggunaan Trans Jogja oleh masyarakat.
Kondisi aksesibilitas halte dan kualitas pelayanan yang terus mengalami penurunan
akan berimbas pada ketidakpuasan pengguna. Hal tersebut sangat tidak diharapkan karena
tujuan dari kemunculan Trans Jogja adalah alat untuk menekan jumlah kendaraan bermotor
Bilamana ketidakpuasan pengguna semakin tinggi maka pengguna akan tetap
menggunakan kendaraan pribadi dan kemacetan di jalan-jalan Yogyakarta gagal dikurangi
(Cahyo, 2013).
Secara umum, Trans Jogja beroperasi melalui rute-rute jalan utama di Yogyakarta,
dan rute-rute yang dilalui di dalam Kota Yogyakarta. Untuk lebih mempermudah
4
penumpang dalam menghafalkan jalur, setiap 2 jalur akan melewati rute yang sama,
dengan arah yang berlawanan. Misalnya, jalur 1A akan melewati jalur yang kurang lebih
sama dengan jalur 1B, hanya dalam perbedaan arah.
Namun pada kenyataannya, pemanfaatan Trans Jogja masih kurang optimal. Salah
satu kendalanya adalah belum ada pemisahan jalur Trans Jogja dengan jalur publik,
sehingga terkait waktu tempuh tiap bus belum sepenuhnya dapat diimplementasikan
dengan baik oleh PT. Jogja Tugu Trans. Dimana ketika terjadi macet di beberapa ruas
jalan utama kota Jogja di jam-jam sibuk (peak hour), Trans Jogja juga ikut mengalami
kemacetan. Oleh sebab itu ketika volume kendaraan di jalanan meningkat semakin hari
akan semakin membuat PT. Jogja Tugu Trans kesulitan mencapai standar waktu tempuh.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh penumpang, tetapi juga oleh PT. Jogja Tugu Trans
sendiri. Padahal Trans Jogja direncanakan sebagai salah satu produk transportasi kota
Yogyakarta yang dibangun untuk menyediakan angkutan kota yang cepat, bersih, rapi,
efisien, dan nyaman bagi masyarakat (Januar, dkk, 2013).
Pada angkutan Trans Jogja juga mengalami penurunan jumlah penumpang dari
tahun 2015 dengan jumlah penumpang 6.468.678 mengalami penurunan penumpang pada
tahun 2016 dengan jumlah 6.459.181 sampai pada tahun 2019 Trans Jogja terus mengalami
penurunan yang signifikan. Berikut adalah grafik jumlah penumpang Trans Jogja dari
tahun 2015 sampai 2019.
5,000,000
0
2015 2016 2017 2018 2019
5
mengalami penurunan yang sangan signifikan menjadi 5.880.610 penumpang dan pada
tahun 2019 juga masih sama yaitu terjadi penurunan jumlah penumpang menjadi 5.282.737
penumpang. Hal ini, disebabkan oleh masyarakat yang lebih memilih menggunakan
kendaraan pribadi untuk menuju ke suatu tempat baik jarak dekat maupun jarak jauh.
Selain itu berkurangnya minat masyarakat terhadap angkutan umum menyebabkan jumlah
permintaan untuk masyarakat menggunakan jasa angkutan bus Trans Jogja mengalami
penurunan.
Berdasarkan data dan fakta yang telah ada maka, diperlukannya suatu kegiatan
evaluasi kinerja pelayanan angkutan umum bus Trans Jogja, untuk menghasilkan
rekomendasi dalam meningkatkan kinerja pelayanan angkutan umum Trans Jogja yang
dilihat dari data jumlah penumpang pertahun yang mengalami flukuatif, dengan cara
mengumpulkan informasi terkait persepsi masyarakat mengenai Trans Jogja persepsi
demikian penting dalam hal menafsirkan keadaan sekeliling kita adalah bahwa kita
masing-masing mempersepsi secara berbeda, apa yang dimaksud dengan situasi ideal.
Persepsi merupakan sebuah proses yang hampir bersifat otomatik dan bekerja dengan cara
hampir serupa pada masing-masing individu, tetapi sekalipun demikian secara tipikal
menghasilkan persepsi yang berbeda-beda (Sulamento, 2013). Maka dari itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan berdasarkan Persepsi pengguna jasa
angkutan umum Trans Jogja dengan melakukan evaluasi mengenai kinerja pelayanan
angkutan umum Trans Jogja yang ada.
Adapun beberapa masalah yang masih menjadi hambatan bagi pengguna maupun
PT Trans Jogja yaitu tingginya tingkat pertumbuhan lalu lintas sedangkan tingkat
pertumbuhan jalan rendah, jumlah penumpang yang menurun tiap tahunnya dikarenakan
minat masyarakat yang kurang akan menggunakan Trans Jogja , Kondisi aksesibilitas halte
dan kualitas pelayanan yang terus mengalami penurunan akan berimbas pada
ketidakpuasan pengguna. Faktor jarak antara pinggiran kota dengan kota, memungkinkan
terjadinya pergerakan penduduk menuju kota yang didorong oleh faktor kelengkapan
fasilitas dan kesempatan kerja di kota yang lebih besar. Sehingga pada daerah pinggiran
kota yogyakarta pemerintah daerah dan dinas pehubungan daerah istimewa yogyakarta
telah membangun beberapa koridor baru di Wilayah pinggiran yang juga diharapkan dapat
menunjang kebutuhan aksesibiltas masyarakat, dan apakah kinerja dari koridor tersebut
6
sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk itu berdasarkan fenomena
tersebut, adapun pertanyaan penelitian yang menjadi kajian dalam penelitian sebagai
berikut:
1.3.2 Sasaran
Sasaran dari penelitian ini di buat untuk menjawab rumusan masalah dalam
mencapai tujuan penelitian diatas yang bertujuan untuk mengetahui dengan jelas letak dan
alur perjalanan rute/trayek yang akan dilakukan penelitian pada lokasi studi yang telah
ditentukan, juga diharapkan untuk mengetahui secara langsung pelayanan yang diberikan
oleh Trans Jogja dan sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pengguna trans jogja,
dengan tujuan akhir dari sasaran diatas adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi
layanan trans jogja di wilayah pinggiran Yogyakarta . Adapun sasaran dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengidenfikasi pelayanan moda angkutan Transjogja di wilayah pinggiran Yogyakarta
2. Menganalisis persepsi penumpang terhadap layanan angkutan Trans Jogja di wilayah
pinggiran Yogyakarta
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini berada pada koridor pengembangan
wilayah pinggiran kota Yogyakarta ditandai oleh beberapa karakteristik seperti,
peningkatan harga tanah, perubahan fisik penggunaan tanah, perubahan komposisi
7
penduduk dan tenaga kerja, serta berbagai aspek sosial lainnya. Jelasnya, pengertian dasar
daerah pinggiran kota termasuk didalamnya suatu region sebagai wilayah peralihan,
sebagai tempat bermukim masyarakat daerah pinggiran kota dan dengan demikian
mencakup semua aspek interaksi, perilaku sosial dan struktur fisik secara spasial sistem
yang lebih tinggi, yaitu kota. Jadi daerah pinggiran kota merupakan bagian dalam kawasan
sisten konurbasi suatu kota. yaitu mencakup Kabupaten Sleman dengan wilayah penelitian
yang mencakup 3 Kecamatan dari Kabupaten Sleman. Kecamatan-kecamatan yang
termasuk dalam Wilayah Pinggiran Yogyakarta adalah Kecamatan Godean , Kecamatan
Ngemplak, dan kecamatan Ngaglik
8
GAMBAR 1.2
9
GAMBAR 1.3
10
1.5 Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran adalah alur dari penelitian, kerangka pemikiran merupakan
pemikiran digunakan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Pada
kerangka pemikiran ini, berisi bagaimana pemikiran peneliti untuk melakukan penelitian
dari tahap awal sampai ke tahap akhir. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk
memudahkan dalam menjelaskan alur kegiatan penelitian ini. Yaitu untuk mengetahui
persepsi penumpang terhadap layanan Transjogja di Wilayah Pinggiran dan indikator apa
saja yang perlu dibenahi atau ditingkatkan dari persepsi tersebut.
Gambar 1.4
Kerangka Pemikiran
Faktor jarak antara pinggiran kota dengan kota, memungkinkan terjadinya pergerakan penduduk
menuju kota yang didorong oleh faktor kelengkapan fasilitas dan kesempatan kerja di kota yang
lebih besar. Sehingga pada daerah pinggiran kota yogyakarta pemerintah daerah dan dinas
pehubungan daerah istimewa yogyakarta telah membangun beberapa koridor baru di Wilayah
pinggiran yang juga diharapkan dapat menunjang kebutuhan aksesibiltas masyarakat, dan apakah
kinerja dari koridor tersebut sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Bagaimana kinerja Transjogja pada koridor Mengetahui dan mengidentifikasi evaluasi layanan
pengembangan di wilayah pinggiran Trans Jogja berdasarkan persepsi penumpang pada
Yogyakarta? koridor pengembangan di wilayah pinggiran
Yogyakarta
Analisis
- Analisis Spasial
- Analisis kuantitatif deskriptif statistik
11
1.6 Metodologi Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif dalam hal ini sesunguhnya adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sehingga data yang dikumpulkan adalah data
yang berupa kata/kalimat maupun gambar (bukan angka-angka). Data-data ini bisa berupa
naskah wawancara, catatan lapangan, foto vidio, dokumen pribadi, memo ataupun
dokumen resmi lainnya (Moleong, 2007)
Dengan pendekatan ini peneliti dapat memperoleh gambaran yang lengkap dari
permasalahan yang dirumuskan dengan memfokuskan pada proses dan pencarian makna
dibalik fenomena yang muncul dalam penelitian, dengan harapan agar informasi yang
dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan
kuesioner dengan memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh konsumen
atau pengguna jasa angkutan umum Trans Jogja. Kuesioner adalah daftar pertanyaan
tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam
alternatif yang didefinisikan dengan jelas ( Uma Sekaran, 2006). Kuisioner ini merupakan
suatu mekanisme pengumpulan data yang efektif. Kuisioner dapat diberikan secara pribadi,
disuratkan kepada responden, atau disebarluaska secara elektronik. Pada penelitian ini
kuisioner akan disebar langsung kepada konsumen atau pengguna jasa Trans Jogja.
Kuesioner dalam penelitian menggunakan lima jawaban alternatif atau tanggapan
yang responden pilih salah satu dari kelima alternatif tanggapan tersebut. Pada penelitian
ini kuisioner ditentukan dengan menggunakan Skala Likert adalah skala yang didesain
untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan pada skala
lima titik (Uma Sekaran, 2006).
Pada penilaian atas kinerja layanan dan penilaian kepuasan konsumen terhadap
kinerja layanan Trans Jogja dalam skala Likert sebagai berikut :
Tabel I.1 Skala Likert
Jawaban Sangat Setuju Cukup Tidak Sangat
Setuju Setuju Setuju Tidak
Setuju
Bobot 5 4 3 2 1
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
2.1.1 Pengertian Evaluasi
13
4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan. Pada dasarnya tujuan
akhir evaluasi adalah untuk memberikan bahan - bahan pertimbangan dalam
menentukan/membuat kebijakan tertentu, yang diawali dengan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis yang diakhiri dengan pengambilan keputusan akan
kondisi dari kegiatan tersebut.
2.2 Layanan
2.2.1 Pengertian Layanan
Pengertian layanan atau pelayanan secara umum, adalah suatu perbuatan atau
penampilan yang dapat ditawarkan oleh suatu perusahaan kepada pelanggan yang tidak
berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun, atau mungkin tidak diikat pada
suatu produk fisik. Pelayanan adalah kunci keberhasilan dalam berbagai usaha pada
kegiatan yang sifatnya jasa. Peranannya akan lebih besar dan menentukan jika pada
kegiatan jasa tersebut kompetisi (persaingan) cukup ketat dalam upaya merebut pangsa
pasar atau pelanggan. Sehingga dalam kondisi persaingan yang cukup ketat tersebut, setiap
perusahaan mampu memberikan pelayanan yang bermutu untuk mempertahankan anggota
yang sudah setia dengan perusahaan.
Menurut Purwadarminta adalah meneyediakan segala apa yang dibutuhkan orang
lain. Sedangkan menurut Tjiptono definisi layanan adalah kegiatan yang dilakukan
perusahaan kepada pelanggan yang telah membeli produknya. Sedangkan menurut Barata
bahwa suatu pelayanan akan terbentuk karena adanya proses pemberian layanan tertentu
dari pihak penyedia layanan kepada pihak yang dilayani.
Ada beberapa ciri pelayanan yang baik yang dapat memberikan kepuasan kepada
pelanggan :
a. Memiliki karyawan yang professional khususnya yang berhadapan langsung dengan
pelanggan
b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang kelancaran produk
ke pelanggan secara cepat dan tepat
c. Tersedianya ragam produk yang diinginkan. Dalam artian konsumen sekali berhenti
dapat membeli beragam produk dengan kualitas produk dan pelayanan yang mereka
inginkan
d. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan dari awal hingga selesai
e. Mampu melayani secara cepat dan tepat, tentunya jika dibandingkan dengan pihak
pesaing.
14
f. Mampu berkomunikasi dengan jelas, menyenangkan dan mampu menangkap keinginan
dan kebutuhan pelanggan.
g. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi, terutama dalam hal keuangan.
h. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik tentang produk yang dijual dan
pengetahuan umum lainnya
i. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan, sehingga pelanggan merasa yakin
dengan apa yang telah dilakukan perusahaan.
Salah satu cara agar penjualan jasa suatu perusahaan lebih unggul dibandingkan
dengan pesaingnya adalah dengan memberikan layanan yang berkualitas dan bermutu yang
15
memenuhi tingkat kepentingan konsumen. Tingkat kepentingan konsumen terhadap jasa
yang akan mereka terima dapat dibentuk berdasarkan pengalaman dan saran yang mereka
peroleh. Konsumen memilih pemberi jasa berdasarkan peringkat kepentingan dan setelah
menikmati jasa tersebut mereka cenderung akan membandingkannya dengan yang mereka
harapkan.
a. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau benda,
maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat
dimiliki, maka jasa hanya akan dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki. Jasa bersifat
intangible, artinya tidak dapat dilihat, diras, diraba, dicium, atau didengar sebelum dibeli.
b. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa
bisanya dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan.
Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa.
16
c. Variability
Jasa bersifat sangat variabel kerena merupakan nonstandardized out-put, artinya
banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung pada, siapa, kapan, dan di mana jasa
tersebut dihasilkan.
d. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Sehingga
bila jasa tersebut tidak digunakan , maka jasa tersebut berlalu begitu saja.
17
1.) Keselamatan pada manusia, meliputi :
a. Standar operasional prosedur (SOP) pengoperasian kendaraan.
b. Standar operasional prosedur (SOP) penanganan keadaan darurat.
2.) Keselamatan pada mobil bus, meliputi :
a. Kelaikan kendaraan
b. Peralatan keselamatan
c. Fasilitas Kesehatan
d. Informasi keadaan darurat
e. Fasilitas pegangan bagi penumpang berdiri
3.) Keselamatan pada prasarana, meliputi :
a. Perlengkapan lalu lintas dan angkutan jalan
b. Fasilitas penyimpanan dan pemeliharaan kendaraan (pool).
c. Kenyamanan
Kenyaman merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk memberikan
suatu kondisi nyaman, bersih, indah, dan sejuk yang dapat dinikmati pengguna jasa.
Kenyamanan meliputi :
1.) Kenyamanan di halte dan fasilitas pendukung halte, meliputi ;
a. Iampu penerangan;
b. fasilitas pengatur suhu ruangan dan/atau ventilasi udara;
c. fasilitas kebersihan;
d. Iuas Iantai per orang;
e. fasilitas kemudahan naik/turun penumpang.
2.) Kenyamanan di dalam bus, meliputi :
a. Iampu penerangan;
b. kapasitas angkut;
c. fasilitas pengatur suhu ruangan; dan
d. fasilitas kebersihan;
e. luas Iantai untuk berdiri per orang.
d. Keterjangkauan
Keterjangkauan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk meberikan
kemudahan bagi pengguna jasa mendapatkan akses angkutan massal berbasis jalan dan
tarif yang terjangkau. Keterjangkauan meliputi :
1.) kemudahan perpindahan penumpang antar koridor;
18
2.) ketersediaan integrasi jaringan trayek pengumpan; dan
3.) tarif.
e. Kesetaraan
Kesetaraan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk memberikan
perlakuan khusus berupa aksesibilitas, prioritas pelayanan, dan fasilitas pelayanan bagi
pengguna jasa penyandang cacat, manusia usia lanjut, anak-anak, dan wanita hamil.
Kesetaraan meliputi :
1.) kursi prioritas
2.) ruang khusus untuk kursi roda; dan
3.) kemiringan lantai dan tekstur khusus
f. Keteraturan
Keteraturan merupakan standar minimal yang harus dipenuhi untuk memberikan
kepastian waktu pemberangkatan dan kedatangan bus serta tersedianya fasilitas informasi
perjalanan bagi pengguna jasa. Keteraturan meliputi :
1.) waktu tunggu;
2.) kecepatan perjalanan;
3.) waktu berhenti di halte;
4.) informasi pelayanan;
5.) informasi waktu kedatangan mobil bus;
6.) akses keluar masuk halte;
7.) informasi halte yang akan dilewati;
8.) ketepatan dan kepastian jadwal kedatangan dan
9.) informasi gangguan perjalanan mobil bus;
10.) sistem pembayaran.
19
orang dan barang dalam bentuk pergerakan kendaraan, proses ini sering disebut sebagai
sistem transportasi makro (Warpani, 2002).
Angkutan umum adalah sarana kendaraan atau moda angkutan yang digunakan
untuk mengangkut orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan
dipungut bayaran (Warpani, 2002). Perangkutan dalam hal ini angkutan umum memegang
peranan penting dalam menggerakan perekonomian maka pengelolaan dan penataan
angkutan umum di suatu wilayah harus disempurnakan dalam rangka menunjang
perkembangan dan pertumbuhan wilayah tersebut.
Menurut Warpani (2002) sebuah kota yang memiliki penduduk lebih dari 1 juta
jiwa sudah seharusnya memiliki angkutan umum penumpang atau angkutan umum massal.
Angkutan umum penumpang terbagi menjadi 2 yaitu paratransit dan masstransit.
Paratransit adalah angkutan umum yang melayani penumpang dengan memiliki ciri tarif
dan lintasan rute yang dapat disesuaikan dengan keinginan pengguna jasa, paratransit pada
umum tidak memiliki trayek dan jadwal yang tetap, contohnya adalah taksi. Masstransit
adalah angkutan umum yang menyediakan jasa angkutan untuk mengangkut banyak
penumpang dengan trayek, jadwal dan tarif tetap, contohnya adalah bus.
20
sehingga masyarakat dapat beralih menggunakan angkutan umum agar terciptanya lalu
lintas yang nyaman.
Pengelolaan angkutan umum ini juga berkaitan dengan penghematan energi berupa
bahan bakar minyak. Dengan adanya angkutan umum setiap liter bahan bakar dapat
digunakan untuk mengangkut orang lebih banyak jika dibandingkan dengan kendaraan
pribadi. Penghematan bahan bakar ini perlu dilakukan mengingat cadangan minyak bumi
di dunia sangat terbatas dan penggunaan kendaraan umum sebagai sarana mobilitas
masyarakat dapat mengurangi polusi udara yang akhir-akhir ini menjadi masalah
pemanasan global.
21
Dalam mendapatkan standar pelayanan angkutan umum data kuisioner, pertanyaan
yang dibuat disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 98 tentang Standar Pelyananan Minimal Angkutan Orang Dengan Kendaraan
Bermotor Umum Dalam Trayek, 2013, tentang standar pelayanan minimal angkutan orang
dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek didefinisikan sebagai persyaratan
penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek
mengenai jenis dan mutu pelayanan yang berhak diperoleh dari setiap pengguna jasa
angkutan, angkutan perkotaan memilki standar pelayanan minimal antara lain sebagai
berikut:
a.) Keamanan
1. Identitas kendaraan
2. Identitas awak kendaraan
3. Lampu penerangan
4. Kaca film
5. Lampu isyarat tanda bahaya
b.) Keselamatan
1. Awak kendaraan
a. Standar Operasional Prosedur (SOP) pengoperasian kendaraan
b. Kompetensi
c. Kondisi fisik
2. Sarana
a. Peralatan keselamatan
b. Fasilitas kesehatan
c. Informasi tanggap darurat
d. Fasilitas pegangan penumpang berdiri
3. Prasarana
a. Tempat istirahat kendaraan
b. Tempat pemeliharaan dan perbaikan
c.) Kenyamanan
1. Daya angkut
2. Fasilitas pengatur suhu
3. Fasilitas kebersihan
d.) Keterjangkauan
22
1. Tarif biaya yang dikenakan pada pengguna jasa untuk satu kali perjalanan (harga
tiket terjangkau)
2. Waktu tempuh kendaraan adalah waktu yang dibutuhkan pengguna jasa menunggu
kedatangann dan keberangkatan angkutan dan lama waktu perjalanan
3. Panjang Trayek adalah ketersediaan jaringan trayek (lintasan). Kemudahan
angkutan jasa memperoleh angkutan umum dengan trayek yang berkelanjutan.
Panjang trayek angkutan kota agar dibatasi tidak telalu jauh, maksimal antara 2-
2,25 jam perjalanan pulang pergi.
e.) Keteraturan
1. Informasi pelayanan
a. Keberangkatan
b. Kedatangan
c. Tarif
d. Trayek yang dilayani
2. Reabilitas
Ketepatan dan kepastian jadwal kedatangan dan keberangkatan mobil bus.
standar waktu terlambat awal datang antara 0-5 menit.
3. Headway
Jarak keberangkatan antar kendaraan:
Waktu puncak paling lama 15 menit
Waktu non puncak paling lama 30 menit
4. Kinerja operasional
a. Memberikan kepastian besarnya suplai pelayanan pada rute yang ditetapkan
b. Agar kendaraan beroperasi dengan biaya ekonomis dan efesien
f.) Kesetaraan
1. Tempat duduk prioritas yang digunakan bagi penyandang cacat, manusia usia
lanjut, anak-anak dan wanita
2. Ruang tempat kursi roda yang di khususkan bagi penumpang yang
menggunakan kursi roda
23
dan kedesaan. Daerah pinggiran kota telah banyak disebut dalam literatur dengan berbagai
istilah, antara lain urban fringe, periurban atau suburbia. Kurtz dan Eicher (dalam
Muhlisin,2003), mengemukakan definisi daerah pinggiran kota antara lain sebagai berikut :
1. Kawasan dimana tata guna lahan rural dan urban bertemu dan mendesak, di periferi
kota modern
2. Suatu kawasan yang letaknya terletak diluar perbatasan kota yang resmi, tetapi masih
dalam jarak melaju (commuting distance)
3. Kawasan di luar kota yang penduduknya berkiblat ke kota (urban oriented residents)
4. Suatu kawasan pedesaan yang terbuka yang dihuni oleh orang- orang yang bekerja di
dalam kota.
5. Suatu daerah tempat pertemuan orang-orang yang memerlukan kehidupan di kota dan
di desa.
24
perumahan, industri-industri, perkantoran-perkantoran yang bersifat kekotaan. Di sana
dijelaskan bahwa permukiman yang dibangun dihuni oleh bukan petani, namun mereka
yang bekerja di kota. Demikian pula dengan industri, kompleks perkantoran, pendidikan
dan lain sebagainya mempunyai orientasi pemanfaatan ke sektor Kekotaan. Hal ini terlihat
dari gejala munculnya pembangunan beru baik yang berupa lahan permukiman maupun
bukan permukiman yang dibangun di tengah-tengah lahan persawahan atau bentuk lahan
pertanian lainnya.
2.4.3 Lahan Kedesaan
Pengertian desa dapat beragam dari berbagai sudut pandang sesuai dengan bidang
keilmuan orang yang mendefinisikannya. Berbagai definisi tentang desa telah banyak
dikemukakan oleh para ahli. Lutfi Muta’ali (2013) mengelompokkan definisi desa menjadi
beberapa aspek, yaitu aspek bahasa, administrasi, sosial kemasyarakatan, demografis, dan
geografis. Desa dari aspek bahasa adalah (1) sekelompok rumah diluar kota yang
merupakan kesatuan kampung, dusun; (2) udik atau dusun (dalam arti daerah pedalaman
sebagai lawan kota); (3) tempat, tanah daerah. Pengertian desa berdasarkan aspek
administrasi adalah sebagai berikut. “... sekelompok manusia yang tergabung dalam
kesatuan masyarakat hukum dan bertempat tinggal disuatu wilayah yang merupakan
bagian dari wilayah Kecamatan serta memiliki pemerintahan yang hendak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.” (Lutfi Muta’ali, 2013)
Berdasarkan aspek sosial kemasyarakatan, beberapa karakter atau ciri sosial
kemasyarakatan desa diantaranya adalah mata pencaharian, ukuran komunitas, tingkat
kepadatan penduduk, lingkungan, differensiasi sosial, stratifikasi sosial, interaksi sosial,
dan solidaritas sosial. Berdasarkan aspek demografi, pengertian desa tergantung pada
jumlah penduduknya. Beberapa ahli dan lembaga mengklasifikasikan jumlah penduduk
tertentu yang dapat disebut menjadi desa. BPS mengklasifikasikan suatu wilayah sebagai
desa jika jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Acuan nilai jumlah penduduk
sebanyak 2.500 jiwa ini juga disampaikan oleh Dwight Sanderson dan Paul H. Landis Lutfi
Muta’ali, 2013).
Desa berdasarkan aspek geografis memiliki tiga unsur yaitu Penduduk, Daerah
(Wilayah), dan tata kehidupan. Secara umum, Desa digambarkan sebagai unit-unit
pemusatan penduduk yang bercorak agraris dan terletak relatif jauh dari Kota. Secara
administratif desa merupakan suatu kesatuan administratif yang dikenal dengan istilah
Kelurahan, karena pimpinan desanya adalah lurah. Istilah desa ini sering juga disamakan
dengan istilah dusun yang membawahi beberapa dukuh.
25
Penggunaan lahan desa didominasi oleh lahan pertanian dan terletak relatif jauh
dari kota. Pola permukiman desa umumnya mengelompok dengan kepadatan penduduk
yang rendah. Pemukiman di desa biasanya disertai dengan lahan pekarangan yang cukup
luas. Jenis-jenis penggunaan lahan yang berkembang di desa memiliki tingkat
heterogenitas yang lebih rendah dibanding Wilayah Perkotaan (Lutfi Muta’ali, 2013).
Selain itu penggunaan lahan didominasi peruntukan lahan pertanian, baik lahan basah
maupun lahan kering, termasuk perkebunan, dan perikanan (tambak). Tingkat kepadatan
bangunan dan permukiman rendah, serta bangunan umumnya berlantai satu dengan
ketinggian yang relatif rendah.
2.4.4 Lahan Kekotaan
Kota (city) merupakan kata benda, sedangkan perkotaan (urban) merupakan kata
sifat. Arti atau makna keduanya terkadang sinonim. Kota dalam arti municipality adalah
tempat dengan batas yurisdiksi administratif (Djunaedi, Achmad. 2012). Perkotaan adalah
tempat kumpulan permukiman yang terkonsentrasi, relatif padat, dan memerlukan
infrastruktur yang lebih intensif daripada kedesaan (Branch, dalam Djunaedi, Achmad.
2012. Proses Perencanaan Wilayah dan Kota). Ada banyak macam batasan pengertian kota
yang disampaikan oleh beberapa ahli. Berdasarkan berbagai definisi kota yang
diungkapkan para ahli, Hadi Sabari Yunus (2007) mengelompokkan pengertian kota
menjadi enam tinjauan. Tinjauan tersebut terdiri dari tinjauan yuridis administratif,
tinjauan segi morfologikal, tinjauan kepadatan penduduk, tinjauan dari segi jumlah
penduduknya, tinjauan segi penduduk plus kriteria tertentu, dari tinjauan dari segi fungsi
dalam suatu organic region.
Kawasan perkotaan adalah suatu lingkup wilayah yang telah memiliki ciri-ciri
kekotaan. Kegiatan yang dominan adalah non pertanian seperti kegiatan sektor sekunder
maupun tersier yaitu sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial serta kegiatan ekonomi. Penggunaan lahan juga lebih ada lahan non
pertanian, seperti permukiman maupun fasilitas lainnya.
Selanjutnya kota dari tinjauan segi penduduk dengan kriteria tertentu yang timbul
karena adanya kenyataan bahwa meninjau kota dari segi penduduk saja tidak cukup.
Adapun kriteria tertentu yang dimaksud adalah kepadatan penduduk, karakteristik
perkotaan, dan jarak antar rumah. Kota dari tinjauan dari segi fungsi dalam suatu organic
region atau wilayah organis, wilayah fungsional, wilayah nodal. Eksistensinya ditandai
oleh hubungan fungsional antara berbagai sektor kegiatan dalam wilayah yang luas.
26
Kegiatan-kegiatan ini saling berimbal-daya dan terpusat pada suatu titik. Titik inilah yang
kemudian disebut sebagai kota.
Berdasarkan bahasan mengenai pengertian kota dari berbagai tinjauan diatas, yang
paling mencerminkan pengertian permukiman kota adalah kota dari tinjauan
morfologikalnya. Dijelaskan pula bahwa building coverage kota atau tutupan bangunan
lebih besar daripadan tutupan vegetasinya (vegetation coverage). Pola jaringan jalan kota
komplek, dalam sistem permukiman kompak yang relatif lebih besar daripada permukiman
di daerah sekitarnya.
Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (Undang Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang). Wilayah perkotaan juga
merupakan suatu wilayah yang didominasi oleh bentuk pemanfaatan lahan non-agraris.
Morfologi kota ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal dari lingkungan kekotaan,
dan ini dapat diamati dapat diamati dari kenampakan kota secara fisikal antara lain system
jalan-jalan yang ada, blok-blok bangunan baik hunian ataupun
bukan(perdagangan/industry), dan juga bangunan-bangunan individual. Sebagian fisik
kekotaan berada jauh di luar batas administrasi kota dan yang mengalami situasi seperti ini
disebut “Under Bounded City”.
27
BAB III
GAMBARAN UMUM
28
GAMBAR 3.1
PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SLEMAN
29
3.1.2 Iklim
Posisi D.I. Yogyakarta yang terletak antara 7.33’ - 8.12’ Lintang Selatan dan
110.00’ - 110.50’ Bujur Timur, Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika, Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta, suhu udara rata-rata di DI Yogyakarta
tahun 2019 menunjukkan angka 26,7o C lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara
pada tahun 2020 yang tercatat sebesar 26,1o C, dengan suhu minimum 28,9o C dan suhu
maksimum 33,0o C. Curah hujan perbulan sekitar 254,74 mm dengan hari hujan per bulan
20 kali. Sedangkan kelembaban udara tercatat antara 43 persen – 100 persen, tekanan
udara antara 1012,3mb - 1.014,8 mb, dengan arah angin Barat Daya dan kecepatan angin
antara 6 knot sampai dengan 17 knot.
Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas D.I.
Yogyakarta, 33,05 persen merupakan jenis tanah Lithosol, 27,09 persen Regosol, 12,38
persen Lathosol, 10,97 persen Grumusol, 10,84 persen Mediteran, 3,19 persen Alluvial,
dan 2,48 persen adalah tanah jenis Rensina.
Sebagian besar wilayah D.I. Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 m –
499 m dari permukaan laut tercatat sebesar 65,65 persen, ketinggian kurang dari 100 m
sebesar 28,84 persen, ketinggian antara 500 m – 999 m sebesar 5,04 persen dan ketinggian
di atas 1000 m sebesar 0,47 persen. D.I. Yogyakarta beriklim tropis yang dipengaruhi oleh
musim kemarau dan musim hujan.
3.2 Kependudukan
Penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang
tertentu. Penduduk didefinisakn menjadi dua yaitu orang yang tinggal didaerah tersebut
dan orang yang secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Berdasarkan data
penduduk pada tahun 2020, Kabupaten Sleman memiliki penduduk dengan total sebanyak
1.075.575 jiwa. Dapat dilihat pada tabel III.1 di bawah ini :
30
Tabel III.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Sleman
Kabupaten Sleman
No
Kecamatan Jumlah
1 Moyudan 33.676
2 Minggir 32.585
3 Seyegan 50.965
4 Godean 69.949
5 Gamping 93.549
6 Mlati 92.083
7 Depok 122.305
8 Berbah 54.789
9 Prambanan 53.948
10 Kalasan 82.267
11 Ngemplak 62.437
12 Ngaglik 96.996
13 Sleman 69.510
14 Tempel 54.345
15 Turi 37.274
16 Pakem 37.588
17 Cangkringan 31.309
31
3.3.1 Visi dan Misi Trans Jogja
1. Visi
Mewujudkan transportasi dan Pos Telekomunikasi yang selalu diupayakan dalam
mewujudkan dan memperoleh masyarakat yang kompetitif.
2. Misi
Saat ini, jumlah armada Trans Jogja ada 116 bus dengan rincian 83 unit yang
beroperasi, dengan rincian pada tabel III.2 di bawah ini :
Tabel III.2
Jumlah Armada Transjogja
32
2 Jalur 1B 6
3 Jalur 2A 8
4 Jalur 2B 8
5 Jalur 3A 7
6 Jalur 3B 7
7 Jalur 4A 3
8 Jalur 4B 3
9 Jalur 5A 3
10 Jalur 5B 3
11 Jalur 6A 3
12 Jalur 6B 3
13 Jalur 7 3
14 Jalur 8 5
15 Jalur 9 5
16 Jalur 10 5
17 Jalur 11 3
Trayek Angkutan adalah lintasan kendaraan umum atau rute untuk pelayanan jasa
angkutan orang dengan mobil bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap,
lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal, seperti jalur atau rute yang dimiliki
oleh Trans Jogja saat ini yang memiliki wilayah layanan hamper diseluruh kota
Yogyakarta. Wilayah layanan untuk rute trans jogja dapat dilihat pada table III.3 di bawah
ini :
Tabel III.3
Rute layanan bus trans jogja
No Rute Wilayah Layanan
33
Adisutjipto – Malioboro – Stasiun Tugu – House of
Raminten – UGM – Terminal Condongcatur
11. Rute 6B Halte Ngabean – IKIP PGRI – Park and Ride Gamping
– Madukismo – UMY
34
3.4 Kondisi Transportasi
Trans Jogja adalah kendaraan umum berjenis bis dengan sistem transit yang cepat,
dimana penggunanya dapat berpindah jalur dengan mudah dalam sekali pembayaran. Trans
Jogja dikembangkan pada tahun 2008 melalui metode scraping (penggerusan), yaitu
mengganti angkutan umum reguler perkotaan yang telah ada sebelumnya dengan BRT
Trans Jogja. Bus Trans Jogja berjumlah 129 unit, dengan bis yang beroperasi 90%, dan
sisanya 10% sebagai cadangan. Pemerintah Daerah Ibukota Yogyakarta khususnya Dinas
Perhubungan melakukan penambahan tiga koridor Jalur Trans Jogja pada tanggal 29
desember 2020, khususnya di wilayah Pinggiran Yogyakarta yakni di jalur Godean,
Ngaklik dan Ngemplak. Sebagai upaya menghidupkan Kembali angkutan desa yang berada
di Kabupaten Sleman khususnya wilayah pinggiran, juga seluruh armada pada trayek ini
tergolong modern karena menggunakan teknologi tinggi berbasis informasi dan telematika,
seperti blackbox yang merekam perjalanan bus, GPS, beberapa kamera CCTV di dalam
cabin dan alat control pramudi, alat penghitung penumpang secara otomatis. Dari ketiga
jalur Trans Jogja yang baru dikembangkan itu dilihat bahwa jalur yang paling banyak
diminati adalah jalur yang berada di Kecamatan Ngaklik Kabupaten Sleman, terutama di
atas jam 2 siang, dikarenakan jalur ini melewati RS Panti Rapih dan RSUP Sardjito. Jadi,
banyak diminati masyarakat untuk membesuk orang sakit (Agus, 2020).
Kota Yogyakarta juga memiliki beberapa jenis transportasi umu lainnya seperti
angkutan bus perkotaan, angkutan umum taksi, angkutan perbatasan, AKDP ( antar kota
dalam Provinsi dan bus pariwisata. Salah satu transportasi umum seperti AKDP (Angkutan
Kota Dalam Provinsi) yang memiliki 5 rute di Yogyakarta dengan 162 Bis pemberhentian.
Rute yang dilayani mencakup area dari Utara (Sleman) dengan satu pemberhentian di Jalan
Magelang 5 ke Selatan (Bantul) dengan satu pemberhentian di Jalan Parangtritis.
Pemberhentian paling barat mereka adalah Jalan Sutijab 54 (Kulon Progo) dan
pemberhentian paling timur adalah Jalan Lingkar Luar Utara (Gunung Kidul).
35
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Mengidentifikasi Pelayanan Moda Angkutan Trans Jogja di Wilayah
Pinggiran Yogyakarta
Hasil dari kuesioner pada responden trans jogja yang dilakukan pada 3 jalur yang ada
dikecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak, secara keseluruhan dengan mengukur
tingkat layanan berdasarkan variable keamanan, keselamatan, kenyamanan,
keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat diilhat seperti yang tertera
pada tabel IV.1 :
Tabel IV.1.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Godean 7 24 2 6 5 7 10
Ngaglik 18 25 10 14 10 4 6
Ngemplak 10 16 1 3 6 10 6
Pada table di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden pada Kecamatan Godean
berjumlah 31 orang, dengan jumlah responden perempuan lebih dominan dari responden
pria, yaitu sebanyak 24 orang dan jumlah responden pria sebanyak 7 orang. Pada
Kecamatan Godean juga dapat dilihat usia responden paling banyak terdapat pada usia >55
tahun sebanyak 10 orang dan yang paling sedikit berada pada usia 15-24 tahun yaitu
sebanyak 2 orang, untuk Kecamatan Ngaglik sendiri dapat dilihat jumlah responden
sebanyak 43 orang, dengan jumlah responden perempuan lebih dominan dengan jumlah 25
orang dan responden pria lebih sedikit yaitu sebanyak 18 orang, variable usianya dapat
36
dilihat bahwa responden paling banyak terdapat pada usia 25-34 tahun sebanyak 14 orang
dan yang paling sedikit berada pada rentang usia 45-54 tahun sebanyak 4 orang, dan pada
Wilayah Ngemplak dapat dilihat jumlah responden sebanyak 26 orang, dengan jumlah
responden perempuan lebih dominan dibandingkan responden pria , yaitu sebanyak 16
orang dan responden pria sebanyak 10 orang, untuk variable usianya dapat dilihat bahwa
responden paling banyak terdapat pada usia 45-54 tahun sebanyak 10 orang dan paling
sedikit pada rentang usia 15-24 tahun sebanyak 1 orang. Banyaknya kaum perempuan yang
memilih Trans Jogja sebagai moda transportasi umum yaitu karena angkutan umum Trans
Jogja memiliki keamanan lebih baik dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi seperti
disediakan (petugas) yang bertanggung jawab di lokasi (shelter dan armada bus), adanya
fasilitas pendukung seperti CCTV yang berfungsi memantau dan sebagai upaya
pencegahan terhadap aksi criminal dan kejahatan. Peningkatan kualitas pelayanan yang
dilakukan oleh pengelola trans jogja memang bertujuan untuk meminimalisir kejahatan
yang sering terjadi pada transportasi umum. Jumlah penumpang terbanyak memiliki usia
antara 25-55 tahun dengan jumlah 87% dari jumlah total penumpang. Umur 25-55 tahun
tergolong sebagai usia produktif dengan orientasi bekerja. Dengan kata lain trans jogja
banyak dimanfaatkan oleh para pekerja untuk menuju lokasi kerja karena dirasa lebih
mudah, murah dan efisien dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi.
Pendapatan Pekerjaan
Ngaglik 22 15 6 0 9 0 7 9 6 12
Ngemplak 12 9 5 0 1 0 4 7 9 5
37
Pada table di atas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan
pendapatan pada Wilayah Godean yang diperoleh bahwa mayoritas responden pada
wilayah tersebut memiliki pendapat <1 juta sebanyak 19 orang, dan berdasarkan indikator
pekerjaan dapat diilihat bahwa mayoritas responden adalah Pegawai Swasta sebanyak 11
orang. Wilayah selanjutnya adalah Ngaglik, dibandingkan dengan Wilayah yang lainnya,
Ngaglik memiliki responden paling banyak dengan pendapatan di bawah 1 juta berjumlah
22 orang, dan mayoritas pekerjanya adalah lain-lain sebanyak 12 orang. Hasil lapangan
menunjukkan bahwa mayoritas responden dengan pendapatan di bawah 1 juta sebanyak
53% dari jumlah total penumpang, hal tersebut menunjukkan bahwa penumpang dengan
pendapatan di bawah 1 juta tergolong ke dalam ekonomi kelas menengah ke bawah yang
memilih untuk menggunakan Trans Jogja sebagai moda transportasi utama karena relatif
lebih murah.
Data mengenai aspek keamanan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari
6 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur yang
ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden dengan
menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan standar
deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung menggunakan
Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator keamanan diperoleh
hasil 18. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 4. Penghitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Berikut tabel IV.3 di bawah ini:
Tabel IV.3
Kategorisasi Aspek Keamanan
1 Tinggi 59 59,0
2 Sedang 41 41,0
3 Rendah 0 0,0
38
Responden memberikan penilaian tinggi terhadap indikator keamanan berjumlah 59
orang atau 59 %. Responden memberikan penilaian sedang terhadap indikator keamanan
berjumlah 41 orang atau 41 %. Mayoritas responden memberikan penilaian tinggi terhadap
indikator keamanan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keamanan bus Trans Jogja
sudah baik seperti petugas yang selalu siap siaga di dalam bus, nomor bus sudah terpasang
dengan baik, sopir dan karyawan memakai identitas baik berupa kartu pengenal maupun
dengan seragam dinas, lampu isyarat tanda bahaya sudah terpasang dengan baik di dalam
bus dan dalam kondisi baik, pemakaian kaca film sudah sesuai dan fasilitas pegangan bagi
penumpang berdiri sudah terpasang dengan baik.
Data mengenai aspek keselamatan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri
dari 4 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur
yang ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden
dengan menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan
standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung
menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator
keselamatan diperoleh hasil 12. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 2,5. Penghitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran. Berikut tabel IV.4 di bawah ini:
Tabel IV.4
Kategorisasi Aspek Keselamatan
1 Tinggi 56 56,0
2 Sedang 42 42,0
3 Rendah 2 2,0
39
mengindikasikan bahwa keselamatan bus Trans Jogja sudah cukup baik seperti disediakan
fasilitas peralatan keselamatan seperti palu pemecah kaca yang disediakan ditiap sudut bus
dan nitrogen cair dalam kondisi siap digunakan tetapi masih perlu ditingkatkan di beberapa
bagian seperti belum tersedianya Kotak P3K.
Data mengenai aspek kenyamanan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri
dari 5 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur
yang ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden
dengan menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan
standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung
menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator
kenyamanan diperoleh hasil 15. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 3. Penghitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran. Berikut tabel IV.5 di bawah ini:
Tabel IV.5
Kategorisasi Aspek Kenyamanan
1 Tinggi 53 53,0
2 Sedang 47 47,0
3 Rendah 0 0,0
40
4.1.5 Persepsi Terhadap Aspek Keterjangkauan
Data mengenai aspek keterjangkauan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri
dari 3 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur
yang ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden
dengan menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan
standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung
menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator
keterjangkauan diperoleh hasil 9. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 2. Penghitungan
lengkap dapat dilihat pada lampiran. Berikut tabel IV.6 di bawah ini:
Tabel IV.6
Kategorisasi Aspek Keterjangkauan
1 Tinggi 64 64,0
2 Sedang 36 36,0
3 Rendah 0 0,0
Data mengenai aspek kesetaraan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari
2 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur yang
ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden dengan
menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan standar
deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung menggunakan
Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator kesetaraan diperoleh
41
hasil 6. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 1,2. Penghitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Berikut tabel IV.7 di bawah ini:
Tabel IV.7
Kategorisasi Aspek Kesetaraan
1 Tinggi 56 56,0
2 Sedang 42 42,0
3 Rendah 2 2,0
Data mengenai aspek kesetaraan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari
6 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur yang
ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden dengan
menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan standar
deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung menggunakan
Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator keteraturan diperoleh
hasil 18. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 4. Penghitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Berikut tabel IV.8 di bawah ini:
42
Tabel IV.8
Kategorisasi Aspek Keteraturan
1 Tinggi 56 56,0
2 Sedang 44 44,0
3 Rendah 0 0,0
Data mengenai aspek keamanan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari
6 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur yang
43
ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden dengan
menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan standar
deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung menggunakan
Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator keamanan diperoleh
hasil 18. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 4. Penghitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Berikut tabel IV.9 di bawah ini:
Tabel IV.9
Kategori Aspek Keamanan di Kecamatan Ngaglik, Ngemplak dan Godean
Kategori
No Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
1 Ngaglik 26 16 0
2 Ngemplak 14 12 0
3 Godean 19 13 0
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian paling tinggi untuk
aspek keamanan berada di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah responden sebanyak 26
orang, dan penilaian tinggi kedua berada di Kecamatan Godean dengan jumlah responden
sebanyak 19 orang, dan memiliki penilaian tinggi di urutan terakhir berada pada
Kecamatan Ngemplak dengan jumlah responden sebanyak 14 orang. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan dengan nilai paling tinggi untuk aspek keamanan
berada di Kecamatan Ngaglik.
44
Gambar 4.1
Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keamanan
45
4.2.2 Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keselamatan
Data mengenai aspek keselamatan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri
dari 4 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur
yang ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden
dengan menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan
standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung
menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator keamanan
diperoleh hasil 12. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 2,5. Penghitungan lengkap dapat
dilihat pada lampiran. Berikut tabel IV.10 di bawah ini:
Tabel IV.10
Kategori Aspek Keselamatan di Kecamatan Ngaglik, Ngemplak dan Godean
Kategori
No Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
1 Ngaglik 23 18 0
2 Ngemplak 15 10 1
3 Godean 18 14 1
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian paling tinggi untuk
aspek keselamatan berada di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah responden sebanyak 23
orang, dan penilaian tinggi kedua berada di Kecamatan Godean dengan jumlah responden
sebanyak 18 orang, dan memiliki penilaian tinggi di urutan terakhir berada pada
Kecamatan Ngemplak dengan jumlah responden sebanyak 15 orang. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan paling baik untuk aspek keselamatan berada di jalur
Ngaglik.
46
Gambar 4.2
Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keselamatan
47
4.2.3 Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Kenyamanan
Data mengenai aspek kenyamanan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri
dari 5 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur
yang ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden
dengan menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan
standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung
menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator keamanan
diperoleh hasil 15. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 3. Penghitungan lengkap dapat
dilihat pada lampiran. Berikut tabel IV.11 di bawah ini:
Tabel IV.11
Kategori Aspek Kenyamanan di Kecamatan Ngaglik, Ngemplak dan Godean
Kategori
No Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
1 Ngaglik 27 16 0
2 Ngemplak 11 15 0
3 Godean 15 16 0
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian paling tinggi untuk
aspek kenyamanan berada di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah responden sebanyak 27
orang, dan penilaian tinggi kedua berada di Kecamatan Godean dengan jumlah responden
sebanyak 15 orang, dan memiliki penilaian tinggi di urutan terakhir berada pada
Kecamatan Ngemplak dengan jumlah responden sebanyak 11 orang. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan paling baik untuk aspek Kenyamanan berada di
Kecamatan Ngaglik.
48
Gambar 4.3
Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Kenyamanan
49
4.2.4 Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keterjangkauan
Data mengenai aspek keterjangkauan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri
dari 3 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur
yang ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden
dengan menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan
standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung
menggunakan Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator keamanan
diperoleh hasil 9. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 2. Penghitungan lengkap dapat
dilihat pada lampiran. Berikut tabel IV.12 di bawah ini:
Tabel IV.12
Kategori Aspek Keterjangkauan di Kecamatan Ngaglik, Ngemplak dan Godean
Kategori
No Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
1 Ngaglik 30 13 0
2 Ngemplak 15 11 0
3 Godean 19 12 0
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian paling tinggi untuk
aspek keterjangkauan berada di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah responden sebanyak 30
orang, dan penilaian tinggi kedua berada di Kecamatan Godean dengan jumlah responden
sebanyak 19 orang, dan memiliki penilaian tinggi di urutan terakhir berada pada
Kecamatan Ngemplak dengan jumlah responden sebanyak 15 orang. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan paling baik untuk aspek keterjangkauan berada di
Kecamatan Ngaglik dikarenakan dari data survey dapat dilihat bahwa letak
halte/pemberhentian bus pada Jalur Ngaglik lebih strategis karena berada di sekitar fasilitas
publik, salah satunya jalur yang melewati RS Panti Rapih dan RSUP Sardjito pada pukul
14.00 jalur ini cukup ramai dikarenakan melewati Rumah Sakit sehingga banyak
dimanfaatkan masyarakat untuk membesuk orang sakit.
50
Gambar 4.4
Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek keterjangkauan
51
4.2.5 Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Kesetaraan
Data mengenai aspek kesetaraan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari
2 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur yang
ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden dengan
menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan standar
deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung menggunakan
Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator kesetaraan diperoleh
hasil 6. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 1,2. Penghitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Berikut tabel Berikut tabel IV.13 di bawah ini:
Tabel IV.13
Kategori Aspek Kesetaraan di Kecamatan Ngaglik, Ngemplak dan Godean
Kategori
No Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
1 Ngaglik 26 16 1
2 Ngemplak 12 13 1
3 Godean 18 13 0
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian paling tinggi untuk
aspek kesetaraan berada di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah responden sebanyak 26
orang, dan penilaian tinggi kedua berada di Kecamatan Godean dengan jumlah responden
sebanyak 18 orang, dan memiliki penilaian tinggi di urutan terakhir berada pada
Kecamatan Ngemplak dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa pelayanan paling baik untuk aspek kesetaraan berada di
Kecamatan Ngaglik.
52
Gambar 4.5
Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek kesetaraan
53
4.2.6 Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek Keteraturan
Data mengenai aspek kesetaraan yang diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari
6 butir pertanyaan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang di beberapa jalur yang
ada kecamatan Godean, Ngaglik dan Ngemplak. Kategorisasi jawaban responden dengan
menggunakan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax + Xmin) dan standar
deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin) yang dihitung menggunakan
Microsoft excel. Berdasarkan acuan di atas , mean ideal indikator kesetaraan diperoleh
hasil 18. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 4. Penghitungan lengkap dapat dilihat pada
lampiran. Berikut tabel IV.14 di bawah ini:
Tabel IV.14
Kategori Aspek Keteraturan di Kecamatan Ngaglik, Ngemplak dan Godean
Kategori
No Kecamatan
Tinggi Sedang Rendah
1 Ngaglik 27 16 0
2 Ngemplak 11 15 0
3 Godean 18 13 0
Dari data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian paling tinggi untuk
aspek keteraturan berada di Kecamatan Ngaglik dengan jumlah responden sebanyak 27
orang, dan penilaian tinggi kedua berada di Kecamatan Godean dengan jumlah responden
sebanyak 18 orang, dan memiliki penilaian tinggi di urutan terakhir berada pada
Kecamatan Ngemplak dengan jumlah responden sebanyak 11 orang.
54
Gambar 4.6
Peta Pelayanan Moda Angkutan Berdasarkan Aspek keteraturan
55
4.3 Evaluasi Layanan Trans Jogja Berdasarkan Aspek Keamanan, Keselamatan,
Kenyamanan, Keterjangkauan, Kesetaraan dan Keteraturan
Berdasarkan hasil Analisa data dan uji statistik, dapat diketahui beberapa hasil
penelitian dan dapat diuraikan sebagai berikut :
56
dan mendapatkan hasil perhitungan kategori tinggi sebanyak 53 responden dan
kategori sedang sebanyak 47 responden, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan
Trans Jogja pada aspek kenyamanan sudah baik dalam menyediakan fasilitas
pendingin/AC yang berfungsi dengan baik, juga terdapat fasilitas
kebersihan/keranjang, luas lantai bagi penumpang yang berdiri saat banyaknya
penumpang sudah baik, fasilitas kemudahan naik/turun penumpang sudah baik
dan lampu penerangan yang berfungsi dengan baik.
4.) Pada aspek keterjangkauan didapatkan nilai mean ideal indikator keterjangkauan
diperoleh hasil 9. Standar deviasi ideal diperoleh hasil 2 dengan menggunakan
rumus perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax +
Xmin) dan standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin)
dan mendapatkan hasil perhitungan kategori tinggi sebanyak, 64 responden dan
kategori sedang sebanyak 36 responden, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan
Trans Jogja dalam aspek keterjangkauan sudah baik dalam memberikan
kemudahan perpindahan penumpang antar bus, ketersediaan trayek pengumpan
untuk menggunakan trans jogja, juga tarif yang sesuai dan terjangkau bagi
semua kalangan masyarakat.
5.) Pada aspek kesetaraan didapatkan nilai mean ideal indikator kesetaraan
diperoleh hasil 6, Standar deviasi ideal diperoleh hasil 1,2 dengan menggunakan
rumus perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax +
Xmin) dan standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin)
dan mendapatkan hasil perhitungan kategori tinggi sebanyak 56 responden,
kategori sedang sebanyak 42 responden dan rendah sebanyak 2 responden. Hal
ini menunjukkan bahwa pelayanan Trans Jogja dalam aspek kesetaraan sudah
baik dalam mengakomodasi penumpang yang berkebutuhan khusus seperti
penyandang difabel, anak-anak, ibu hamil dan manula, tetapi masih terdapat
beberapa hal yang kurang mendukung seperti belum tersedianya halte pada
beberapa titik yang memungkinkan untuk penumpang berkebutuhan khusus
mendapatkan sedikit kesulitan saat menaiki bus.
6.) Pada aspek keteraturan didapatkan nilai mean ideal indikator kenyamanan
diperoleh hasil 18, Standar deviasi ideal diperoleh hasil 4 dengan menggunakan
rumus perhitungan nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax +
Xmin) dan standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus SDi = 1/6 (Xmax - Xmin)
dan mendapatkan hasil perhitungan kategori tinggi sebanyak 56 responden dan
57
kategori sedang sebanyak 44 responden, hal ini menunjukkan bahwa pelayanan
Trans Jogja dalam aspek keteraturan sudah baik dalam mengatur kecepatan
perjalanan, informasi tentang nama halte, jadwal kedatangan yang sudah sesuai,
petugas memberikan informasi waktu kedatangan bus, informasi halte yang akan
dilewati dan informasi bilamana terjadi gangguan dalam perjalanan dengan jelas
dan komunikatif, dan sistem pembayaran/pembelian tiket bisa didapatkan
dengan mudah, hasil kesimpulan berdasarkan aspek-aspek dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Berdasarkan hasil dari Analisis Data dan Uji Statistik dapat dilihat bahwa
layanan paling baik berdasarkan penilaian responden berada pada aspek
Keterjangkauan karena memiliki penilaiaan paling tinggi di bandingkan dengan
aspek lainnya, dikarenakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat masyarakat
dalam menggunakan Trans Jogja adalah tarif Trans Jogja yang dinilai sangat sesuai
dan terjangkau bagi semua kalangan.
58
Ngaglik memiliki penilaian paling tinggi dibandingkan dengan Kecamatan
Ngemplak dan Godean yaitu karena letak halte yang lebih strategis, salah satunya
yaitu letak haltenya yang berada pada jalur yang melewati RS Panti Rapih dan
RSUP Sardjito pada pukul 14.00 jalur ini cukup ramai dikarenakan melewati
Rumah Sakit sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat untuk membesuk orang
sakit, juga Sebagian jalurnya melewati daerah perkotaan yang banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat di Wilayah Pinggiran untuk melakukan aktifitasnya seperti
bekerja.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, dapat disimpulkan bahwa
layanan Trans Jogja di beberapa jalur yang ada di Wilayah Pinggiran Yogyakarta untuk
aspek keamanan bus Trans Jogja sudah baik seperti petugas yang selalu siap siaga di dalam
bus, nomor bus sudah terpasang dengan baik, sopir dan karyawan memakai identitas baik
berupa kartu pengenal maupun dengan seragam dinas, lampu isyarat tanda bahaya sudah
terpasang dengan baik di dalam bus dan dalam kondisi baik, pemakaian kaca film sudah
sesuai dan fasilitas pegangan bagi penumpang berdiri sudah terpasang dengan baik.
Berikutnya untuk aspek keselamatan bus Trans Jogja sudah cukup baik seperti
disediakan fasilitas Kesehatan seperti kotak P3K dan nomor call center apabila terjadi
gangguan sudah terpasang dengan baik dan terlihat jelas, tetapi masih perlu ditingkatkan di
beberapa bagian seperti belum tersedianya informasi tentang prosedur penanganan darurat,
peralatan keselamatan seperti palu dan nitrogen cair belum terpasang atau disediakan.
Aspek kenyamanan bus Trans Jogja sudah baik dalam menyediakan fasilitas
pendingin/AC yang berfungsi dengan baik, juga terdapat fasilitas kebersihan/keranjang,
luas lantai bagi penumpang yang berdiri saat banyaknya penumpang sudah baik, fasilitas
kemudahan naik/turun penumpang sudah baik dan lampu penerangan yang berfungsi
dengan baik.
Selanjutnya untuk aspek keterjangkauan bus Trans Jogja sudah baik memberikan
kemudahan perpindahan penumpang antar bus, ketersediaan trayek pengumpan untuk
menggunakan trans jogja, juga tarif yang sesuai dan terjangkau bagi semua kalangan
masyarakat.
Aspek kesetaraan bahwa pelayanan Trans Jogja sudah baik dalam mengakomodasi
penumpang yang berkebutuhan khusus seperti penyandang difabel, anak-anak, ibu hamil
dan manula, dan untuk aspek keteraturan bus Trans Jogja sudah baik dalam kecepatan
perjalanan yang sudah baik, informasi tentang nama halte, jadwal kedatangan yang sudah
sesuai, petugas memberikan informasi waktu kedatangan bus, informasi halte yang akan
dilewati dan informasi bilamana terjadi gangguan dalam perjalanan dengan jelas dan
komunikatif, dan sistem pembayaran/pembelian tiket bisa didapatkan dengan mudah, juga
60
terdapat beberapa tambahan fasilitas pendukung yang tergolong sangat modern karena
menggunakan teknologi tinggi berbasis teknologi informasi dan telematika, seperti
blackbox yang merekam perjalanan bus, GPS (Global Positioning System), beberapa
kamera CCTV di dalam cabin, alat pengontrol pramudi, alat penghitung penumpang secara
otomatis.
5.2 Saran
Lebih ditingkatkan lagi untuk pelayanannya pada apek keselamatan dan kesetaraan
dalam menyediakan fasilitas Kesehatan seperti Kotak P3K dan alat bantu naik untuk
penumpang berkebutuhan khusus dan pengguna kursi roda.
61
DAFTAR PUSTAKA
62
Adisasmita, Sakti Adji. 2011.Transportasi dan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Arya Yudhistira.2011.Evaluasi Shelter Baru Trans Jogja Terhadap Kepentingan dan
Kepuasan Pelanggan (Studi kasus di Shelter RSUP dr. Sardjito).
Skripsi. Fakultas Teknologi Industri UPN
63
LAMPIRAN
Tanggal dan Waktu Survei :
Surveyor :
Lokasi Survey :
Survey ini bertujuan untuk mengumpulkan data terkait penilaian masyarakat mengenai
Kualitas Layanan Trans Jogja di Wilayah Pinggiran Yogyakarta. Penelitian ini merupakan
penelitian untuk keperluan data dalam menyelesaikan Tugas Akhir. Segala informasi yang
diperoleh dari kuesioner ini hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas
kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/I kami ucapkan terimakasih.
A. Identitas
1. Jenis Kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
2. Usia : [ ] 15 – 24 tahun [ ] 45 – 54 tahun
[ ] 25 – 34 tahun [ ] > 55 tahun
[ ] 35 – 44 tahun
3. Pekerjaan anda saat ini
[ ] Pelajar/Mahasiswa
[ ] TNI/POLRI
[ ] Pegawai Negeri
[ ] Pegawai Swasta
[ ] Wirausaha
[ ] Lain-lain,………………………..
4. Pendapatan,…………………………
[ ] < Rp. 1.000.000,00
[ ] Rp. 1.000.001,00 – 2.000.000,00
[ ] Rp. 2.000.001,00 – 3.000.000,00
[ ] > Rp. 3.000.000,00
5. Asal perjalanan,……………………
[ ] Rumah
[ ] lain-lain,………………………..
6. Tujuan perjalanan
[ ] Bekerja
[ ] Sekolah
64
[ ] Tempat Wisata
[ ] Belanja
[ ] Lain-lain,………………………..
B. Kualitas layanan
1. Keamanan
No Pernyataan SS S CS TS STS
2. Keselamatan
No Pernyataan SS S CS TS STS
3. Kenyamanan
No Pernyataan SS S CS TS STS
65
2. Terdapat fasilitas kebersihan /keranjang di
halte
3. Luas lantai untuk berdiri saat banyaknya
penumpang sudah cukup baik
4. Fasilitas kemudahan naik/turun
penumpang sudah baik
5. Lampu penerangan berfungsi dengan baik
4. Keterjangkauan
No Pernyataan SS S CS TS STS
5. Kesetaraan
No Pernyataan SS S CS TS STS
6. Keteraturan
No Pernyataan SS S CS TS STS
66
jelas dan komunikatif
6. Sistem pembayaran /pembelian tiket
mudah
67
P P P P P P P P P P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P1 P2 P2 P2 P2 P2 P2 P2 TOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 L
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 5 106
4 4 5 5 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 4 106
4 4 3 3 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 100
5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 124
5 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 4 119
5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 113
5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 121
5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 113
4 4 3 3 3 4 4 3 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 105
4 4 3 3 4 5 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 5 95
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 3 4 5 123
5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 3 3 115
4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 117
5 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 5 4 3 5 4 5 4 4 4 3 4 100
4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 4 112
4 4 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 110
4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 105
3 3 4 4 5 4 3 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 4 5 3 3 2 3 91
3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 82
68
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 102
2 2 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 5 4 4 3 3 4 4 3 4 93
4 4 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 118
5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 126
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 125
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 118
3 3 5 4 4 4 4 2 2 3 5 5 4 5 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 4 4 103
5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 3 3 4 5 116
4 4 4 3 4 5 2 2 2 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 98
4 4 3 5 4 4 3 3 5 4 4 3 3 5 5 5 4 3 5 5 4 3 5 5 4 5 107
5 4 4 3 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4 3 4 3 5 3 4 3 3 3 4 4 4 90
2 4 4 3 4 4 2 2 2 3 4 5 4 4 4 5 5 5 4 2 3 3 4 4 4 4 94
5 4 5 5 4 5 5 4 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 4 4 4 4 4 4 111
2 3 3 2 3 5 1 1 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 85
2 3 5 5 5 5 4 4 1 1 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 2 3 4 4 4 4 95
2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 83
3 4 3 4 4 3 4 3 2 2 3 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 104
3 5 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 90
2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 95
3 3 5 5 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 5 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 87
5 3 3 5 4 3 3 4 3 4 3 5 3 4 3 3 2 3 4 4 5 4 4 3 2 4 93
69
3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 5 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 5 4 3 3 86
3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 96
4 5 5 3 4 3 3 5 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 5 5 3 3 4 4 3 4 90
4 3 4 5 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 90
3 3 3 5 5 4 4 3 3 3 3 3 5 3 4 3 3 2 4 5 4 3 5 4 4 3 94
4 2 4 4 5 4 3 3 2 3 3 4 5 3 3 3 3 3 4 3 5 2 4 4 4 2 89
2 2 4 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 3 4 3 2 80
3 3 4 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 5 93
2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 3 5 2 3 4 3 5 4 2 4 83
3 5 5 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 5 3 4 4 4 4 5 2 4 5 3 3 96
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 5 4 3 3 4 4 4 89
4 3 3 4 4 5 2 4 3 3 4 4 3 5 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3 3 4 89
2 2 3 4 3 3 4 2 2 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 5 4 2 5 4 4 3 86
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 5 4 4 3 3 2 85
3 3 4 4 5 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3 4 89
3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 2 5 79
4 5 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 4 4 5 4 4 3 94
3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 4 5 5 5 3 4 5 4 4 88
4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 83
3 4 4 5 4 3 2 5 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 4 5 3 3 4 3 4 4 95
3 5 4 4 4 3 4 5 2 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 90
70
3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 5 3 4 2 3 3 82
5 3 4 4 4 3 4 5 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 5 4 4 4 4 3 4 4 96
3 4 5 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 5 4 4 3 2 4 3 3 4 5 3 3 92
2 3 4 3 2 3 4 2 3 4 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 83
3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 4 4 4 3 5 3 3 5 3 3 81
2 3 4 4 3 2 3 2 3 4 4 3 2 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 83
3 5 4 5 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 94
3 4 5 5 3 3 3 4 4 5 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 4 4 3 3 91
4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 101
3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 5 5 3 84
3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 83
3 4 3 5 5 3 2 2 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 5 4 90
4 3 4 5 5 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 5 93
2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 4 2 2 2 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 2 4 79
3 2 2 4 2 3 3 2 2 4 3 3 2 2 4 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 4 74
3 4 5 5 4 3 3 2 3 4 3 3 4 5 3 4 3 5 2 2 3 4 3 4 2 5 91
4 3 5 5 4 2 4 5 3 4 3 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 4 3 2 4 88
3 5 5 4 4 2 3 5 4 3 4 3 3 3 4 4 2 5 2 2 2 3 3 4 2 5 89
2 5 5 4 4 3 2 3 3 4 3 2 2 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 83
2 2 3 3 4 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 80
3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 2 3 4 81
71
4 4 5 5 2 3 4 2 2 3 3 4 4 4 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 84
3 4 4 5 3 4 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 2 4 95
4 3 5 5 4 2 3 2 3 4 5 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 4 93
2 2 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 2 3 4 3 4 4 2 3 3 4 3 4 4 3 81
4 3 2 2 2 2 2 5 4 4 3 4 3 2 2 2 2 3 3 2 4 3 2 3 3 4 75
3 2 2 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 5 86
3 3 4 5 5 3 4 5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 2 2 3 4 3 4 4 90
4 5 5 3 4 2 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 88
4 3 5 5 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 4 3 3 2 4 88
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 3 4 79
4 3 3 5 5 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 2 2 3 4 4 3 5 4 3 93
2 3 3 3 3 4 3 4 3 5 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 5 3 4 86
3 3 2 4 2 3 4 5 3 3 4 3 3 2 4 2 3 2 4 5 3 3 3 3 4 5 85
3 3 5 5 4 4 2 3 3 4 5 3 3 2 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 93
4 5 5 4 2 3 2 4 2 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 5 3 3 4 85
4 5 5 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 2 3 89
3 3 2 4 3 4 3 4 5 3 4 3 3 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 86
4 4 4 5 4 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 4 3 2 4 90
72
Kategorisasi skor dengan rumusan :
Batas atas : X ≥ (Mi + SDi)
Batas tengah : (Mi – SDi) ≤ X < (Mi + SDi)
Batas bawah : X < (Mi – SDi)
KEAMANAN
Nilai Maksimum : 6 x 5 = 30
Nilai Minimu :6x1=6
Mean Ideal : ½ ( 30+ 6 ) = 18
SD Ideal : 1/6 ( 30-6) = 4
KESELAMATAN
Nilai Maksimum : 4 x 5 = 20
Nilai Minimu :4x1=4
Mean Ideal : ½ ( 20+4 ) = 12
SD Ideal : 1/6 ( 20-4 ) = 2,5
KENYAMANAN
Nilai Maksimum : 5 x 5 = 25
Nilai Minimu :5x1=5
Mean Ideal : ½ ( 25+5 ) = 15
SD Ideal : 1/6 ( 25-5 ) = 3
KETERJANGKAUAN
Nilai Maksimum : 3 x 5 = 15
Nilai Minimu :3x1=3
Mean Ideal : ½ ( 15+3 ) = 9
SD Ideal : 1/6 ( 15-3 ) = 2
KESETARAAN
Nilai Maksimum : 2 x 5 = 10
Nilai Minimu :2x1=2
Mean Ideal : ½ ( 10+2 ) = 6
SD Ideal : 1/6 ( 10-2 ) = 1,2
KETERATURAN
Nilai Maksimum : 6 x 5 = 30
Nilai Minimu :6x1=6
Mean Ideal : ½ ( 30+ 6 ) = 18
SD Ideal : 1/6 ( 30-6) = 4
73
Dokumentasi Pengambilan Data
74
75