Anda di halaman 1dari 170

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN INFORMAL

BERBASIS URBAN HERITAGE DAN ECO-SETTLEMENT DI KAMPUNG


PANDEYAN, KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

Dimas Bryanputra C
NIM. 181910501065

PROGRAM PENDIDIKAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN INFORMAL
BERBASIS URBAN HERITAGE DAN ECO-SETTLEMENT DI KAMPUNG
PANDEYAN, KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI
Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (S1) dan
mencapai gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh :

Dimas Bryanputra C
NIM. 181910501065

PROGRAM PENDIDIKAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021

ii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan
Kawasan Permukiman Informal Berbasis Urban Heritage Dan Eco Settlement Di
Kampung Pandeyan, Kota Yogyakarta” dapat terselesaikan. Saya ucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
penyusunan skripsi sehingga dapat berjalan dengan lancar. Terlebih saya ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, atas segala hal yang telah diberikan, dukungan, usaha,
pembelajaran, dan didikan yang luar biasa. Harapan serta doa yang terbaik
bagi anaknya yang tidak pernah surut setiap waktunya. Sebuah kebanggaan
bisa terlahir dan dibesarkan oleh orang-orang yang selalu mendidik agar terus
berusaha, bersyukur, dan pantang menyerah dalam menggapai semua apa
yang diinginkan.
2. Seluruh keluarga, sanak saudara, elemen masyarakat, dan pihak stakeholder
yang telah memberikan dukungan, usaha, dan doanya dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Dr. RR. Dewi Junita Koesoemawati, S.T., M.T. dan Ibu Dano Quinta
Revana, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan segala
waktu, arahan, bimbingan ilmu dan pembelajaran, serta dukungan sehingga
penyusunan skripsi dapat terselesaikan.
4. Seluruh mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah Dan Kota,
khususnya PWK Angkatan 2018 (P-1), atas segala waktu, kebersamaan, dan
kenangan yang telah dilalui bersama-sama selama ini. Salam Plano, PWK
Jaya!!!.
5. Almamater kebanggaan, Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota,
Fakultas Teknik, Universitas Jember.
6. Pihak lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Jember, 27 Juli 2022

Penulis

iii
MOTTO

“Whatever You Are, Be A Good One”


(Abraham Lincoln)

“Kita harus bisa menerima berbagai keputusan yang mengecewakan, tetapi jangan
sampai kita berputus asa dan putus harapan”
(Marthin Luther King)

“Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras. Tidak ada keberhasilan tanpa
kebersamaan. Tidak ada kemudahan tanpa doa”
(Ridwan Kamil)

iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dimas Bryanputra Christnawan


NIM : 181910501065
Menyatakan keabsahan tugas akhir dengan judul “Strategi Pengembangan
Kawasan Permukiman Informal Berbasis Urban Heritage Dan Eco Settlement Di
Kampung Pandeyan, Kota Yogyakarta” merupakan hasil karya pribadi, kecuali
kutipan-kutipan yang telah disertakan sumbernya, dan bukan karya jiplakan.
Saya bertanggung jawab atas kebenaran karya ini sesuai dengan norma
kejujuran yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya, tanpa adanya tekanan dari pihak mana pun dan bersedia
mendapat sanksi akademik jika pernyataan saya dikemudian hari tidak benar
adanya.

Jember, 27 Juli 2022

Penulis

v
SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN INFORMAL


BERBASIS URBAN HERITAGE DAN ECO SETTLEMENT DI KAMPUNG
PANDEYAN, KOTA YOGYAKARTA

Oleh

Dimas Bryanputra Christnawan


NIM 181910501065

Pembimbing :
Dosen Pembimbing Utama : Dr. RR. Dewi Junita Koesoemawati, S.T., M.T.
Dosen Pembimbing Anggota : Dano Quinta Revana, S.T., M.T.

vi
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas akhir dengan judul “Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman


Informal Berbasis Urban Heritage Dan Eco Settlement Di Kampung Pandeyan,
Kota Yogyakarta” karya Dimas Bryanputra Christnawan telah diuji dan
disaksikan pada:

Hari, Tanggal :
Tempat : Fakultas Teknik Universitas Jember
Tim Penguji

Dosen Penguji Utama Dosen Penguji Anggota

Ratih Novi Listyawati, S.T., M.T. Ir. Rindang Alfiah, S.T., M.T.
NIP 199211222022032008 NIP 199112042020122003

Tim Pembimbing

Dosen Pembimbung Utama Dosen Pembimbing Anggota

Dr.RR Dewi Junita Koesoemawati S.T., M.T. Dano Quinta Revana,S.T., M.T.
NIP 197106101999032001 NIP 199001052022032010

Mengesahkan
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Jember

Dr.Triwahju Hardianto,S.T.,M.T
NIP 197008261997021001

vii
RINGKASAN
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang terkenal akan
kebudayaan dan sejarah historis yang kuat. Kota Yogyakarta memiliki berbagai
macam kawasan yang dikembangkan menjadi beberapa area khusus, salah satunya
yaitu kampung wisata atau kampung budaya. Kampung Pandeyan yang terletak di
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, menjadi salah satu kampung yang
telah ditetapkan sebagai ampung Rintisan Budaya” oleh pemerintah Kota
Yogyakarta. Meski demikian, Kampung Pandeyan masih belum memiliki ciri
khas ataupun karakteristik yang mencirikan sebagai kampung budaya atau
kampung wisata. Hal ini menunjukkan perlu adanya pengembangan kawasan
Kampung Pandeyan yang didominasi oleh kawasan permukiman, menjadi
kawasan kampung yang lebih mengedepankan fungsi ekologis dan budaya
historis.
Penelitian diawali dengan mengetahui potensi dan permasalahan di area
Kampung Pandeyan. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan observasi
awal serta melakukan wawancara dengan masyarakat melalui kuisioner, serta
meninjau dari kebijakan yang berlaku di area Kampung Pandeyan. Selanjutnya,
didapatkan hasil potensi dan permasalahan yang selanjutnya dikembangkan dalam
analisis Delphi, untuk menentukan tingkat kesesuaian kondisi eksisting kawasan,
potensi, dan permasalahan yang ada di Kampung Pandeyan, dengan konsep
Urban Heritage dan Eco Settlement. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif berupa
Importance Performance Analysis (IPA), yang ditujukan untuk mengetahui
tingkat kepentingan dan kepuasan dari setiap variabel yang diuji. Output dari
analisis IPA yaitu diagram Cartesius sebagai dasar penentuan kuadran sekaligus
penentuan strategi pengembangan kawasan permukiman Kampung PandeyanHasil
akhir dari penelitian ini yaitu penentuan strategi pengembangan kawasan
permukiman di area Kampung Pandeyan berbasis Urban Heritage dan Eco
Settlement yang menjadi strategi dalam pengembangan “Kampung Rintisan
Budaya” Kampung Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

viii
SUMMARY
The city of Yogyakarta is one of the cities known for its strong historical
culture and history. The city of Yogyakarta has various areas that have been
developed into several special areas, one of which is a tourist village or a cultural
village. Pandeyan Village, which is located in Umbulharjo District, Yogyakarta
City, is one of the villages that has been designated as a “Cultural Pioneer Camp”
by the Yogyakarta City government. However, Kampung Pandeyan still does not
have the characteristics or characteristics that characterize it as a cultural village
or tourist village. This shows the need for the development of the Pandeyan
Village area, which is dominated by residential areas, into a village area that
prioritizes ecological functions and historical culture in the Pandeyan Village area.
The research begins by knowing the potential and problems in the
Pandeyan Village area. The method used is by conducting initial observations and
conducting interviews with the community through questionnaires, as well as
reviewing the policies that apply in the Pandeyan Village area. Furthermore, the
results of the potential and problems were obtained which were further developed
in the Delphi analysis, to determine the level of suitability of the area's existing
conditions, potentials, and problems in Pandeyan Village, with the concepts of
Urban Heritage and Eco Settlement. The variables used in this study were then
analyzed using a quantitative method in the form of Importance Performance
Analysis (IPA), which was intended to determine the level of importance and
satisfaction of each variable being tested. The output of the IPA analysis is the
Cartesian diagram as the basis for determining the quadrant as well as determining
the strategy for the development of the Pandeyan Village settlement area.
The final result of this research is the determination of a strategy for
developing residential areas in the Pandeyan Village area based on Urban
Heritage and Eco Settlement which is a strategy in developing the "Kampung
Rintisan Budaya" Pandeyan Village, Umbulharjo Districts, Yogyakarta City.

ix
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Pengembangan
Kawasan Permukiman Informal Berbasis Urban Heritage Dan Eco Settlement Di
Kampung Pandeyan, Kota Yogyakarta” dapat terselesaikan. Saya ucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses
penyusunan skripsi sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari semua pihak yang
terkait. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Triwahju Hardianto, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Jember;
2. Ir. Nunung Nuring Hayati, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi (S1)
Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Jember;
3. Dr. RR. Dewi Junita Koesoemawati, S.T., M.T. dan Dano Quinta Revana,
S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini;
4. Ratih Novi Listyawati, S.T., M.T. dan Ir. Rindang ALfiah, S.T., M.T. selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukkan dalam
penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini;
5. Seluruh dosen pengajar dan Civitas Akademik Program Studi (S1)
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Jember, yang
telah memberikan ilmu dan dukungan selama masa perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak


kekurangan, maka dari itu, diharapkan adanya saran dan masukkan dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan pada penulisan berikutnya.

Jember, Juli 2022

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL...........................................................................................................ii
LEMBAR
PERSEMBAHAN..................................................................................................iii
LEMBAR MOTTO.................................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................v
SKRIPSI..................................................................................................................vi
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................vii
SUMMARY............................................................................................................ix
PRAKATA...............................................................................................................x
DAFTAR ISI...........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian...........................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.5. Batasan Penelitian.........................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
2.1. Kawasan Permukiman dan Perumahan.........................................................6
2.2. Klasifikasi Kawasan Permukiman.................................................................7
2.3. Tipe Kawasan Permukiman...........................................................................7
2.4. Faktor Pengaruh Pengembangan Kawasan Permukiman.............................8
2.5. Definisi Kawasan Perkampungan.................................................................9
2.6. Konsep Kawasan Pariwisata Urban Heritage.............................................11
2.7. Konsep Eco Settlement................................................................................13
2.8. Analisis Delphi............................................................................................14
2.9. Analisis Importance Performance (IPA).....................................................15

xi
2.10. Penelitian Terdahulu.................................................................................16
2.11. Sintesa Penelitian......................................................................................23
2.12. Kerangka Alur Penelitian..........................................................................24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.............................................................25
3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian...........................................................25
3.2. Lokasi Penelitian...................................................................................25
3.3. Variabel Penelitian................................................................................27
3.4. Metode Pelaksanaan Penelitian.............................................................29
3.5. Metode Analisis Data............................................................................36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................44
4.1. Aspek Fisik Kawasan..................................................................................44
4.2. Aspek Non Fisik Kawasan..........................................................................50
4.3. Fasilitas Kawasan........................................................................................53
4.4. Utilitas Kawasan..........................................................................................60
4.5. Potensi dan Permasalahan Kawasan Studi..................................................67
4.6. Tinjauan Kebijakan.....................................................................................71
4.7. Analisis Kesesuaian Penerapan Konsep Urban Heritage dan Eco Settlement
Di Kawasan Kampung Pandeyan.......................................................................73
4.8. Analisis Penentuan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Melalui
Importance Performance Analysis (IPA)...........................................................85
4.9. Penentuan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Kampung
Pandeyan............................................................................................................91
BAB V. Penutup..................................................................................................112
5.1. Kesimpulan................................................................................................112
5.2. Saran..........................................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................114
LAMPIRAN ........................................................................................................117

xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Analisis IPA......................................................................................15
Gambar 2. 2 Kerangka Alur Penelitian..................................................................24
Gambar 3. 1 Peta Deliniasi Lokasi Penelitian........................................................27
Gambar 3. 2 Grafik Alur Tahapan Analisis Delphi...............................................37
Gambar 3. 3 Diagram Alur Pikir Penelitian...........................................................43
Gambar 4. 1 Peta Deliniasi Lokasi Penelitian........................................................45
Gambar 4. 2. Peta Aspek Topografi Kampung Pandeyan.....................................46
Gambar 4. 3. Peta Aspek Hidrologi Kampung Pandeyan......................................47
Gambar 4. 4. Peta Aspek Klimatologi Kampung Pandeyan..................................48
Gambar 4. 5. Peta Aspek Geologi Kampung Pandeyan........................................49
Gambar 4. 6 . Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kampung Pandeyan..................50
Gambar 4. 7. Peta Aspek Kependudukan Kampung Pandeyan.............................52
Gambar 4. 8 Kegiatan “Gelar Seni Bakdo Kupat 2022” Dan Kirab Budaya
Kampung Pandeyan...............................................................................................53
Gambar 4. 9. Sarana Pendidikan di Wilayah Kampung Pandeyan........................54
Gambar 4. 10 . Peta Fasilitas Pendidikan Wilayah Kampung Pandeyan...............55
Gambar 4. 11. Sarana Kesehatan di Wilayah Kampung Pandeyan.......................56
Gambar 4. 12 Peta Fasilitas Kesehatan Wilayah Kampung Pandeyan..................56
Gambar 4. 13. Sarana Peribadatan di Wilayah Kampung Pandeyan.....................57
Gambar 4. 14. Peta Fasilitas Peribadatan Wilayah Kampung Pandeyan...............58
Gambar 4. 15 Sarana Perdagangan dan Jasa di Wilayah Kampung Pandeyan......58
Gambar 4. 16 Sarana Perkantoran dan Bangunan Umum di Wilayah Kampung
Pandeyan................................................................................................................59
Gambar 4. 17. Peta Fasilitas Perkantoran dan Bangunan Umum Wilayah
Kampung Pandeyan...............................................................................................60
Gambar 4. 18. Prasarana Jaringan Listrik di Wilayah Kampung Pandeyan..........61
Gambar 4. 19 . Prasarana Jaringan Air Bersih di Wilayah Kampung Pandeyan...62
Gambar 4. 20. Peta Jaringan Air Bersih Wilayah Kampung Pandeyan.................63
Gambar 4. 21 Prasarana Jaringan Drainase di Wilayah Kampung Pandeyan.......63

xiii
Gambar 4. 22. Peta Jaringan Drainase Wilayah Kampung Pandeyan...................64
Gambar 4. 23. Prasarana Jaringan Komunikasi di Wilayah Kampung Pandeyan. 64
Gambar 4. 24 Prasarana Jaringan Persampahan di Wilayah Kampung Pandeyan 65
Gambar 4. 25. Prasarana Jaringan Transportasi di Wilayah Kampung Pandeyan.66
Gambar 4. 26. Peta Prasarana Jaringan Transportasi di Wilayah Kampung
Pandeyan................................................................................................................67
Gambar 4. 27. Alur Proses Penentuan Potensi dan Permasalahan Kawasan.........67
Gambar 4. 28 Alur Tahapan Analisis Delphi.........................................................74
Gambar 4. 29. Diagram Cartesius Konsep Eco Settlement...................................95
Gambar 4. 30. Diagram Cartesius Konsep Urban Heritage..................................97

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Indikator Variabel Konsep Eco Settlement...........................................13
Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu.............................................................................18
Tabel 3. 1 Variabel Penelitian................................................................................28
Tabel 3. 2 Sampel Kelompok Stakeholder.............................................................32
Tabel 3. 3 Data Jumlah Penduduk Kampung Pandeyan........................................34
Tabel 3. 4. Variabel Dalam Analisis Delphi..........................................................38
Tabel 3. 5. Variabel Dalam Analisis IPA...............................................................39
Tabel 3. 6. Interval Indeks Skala Likert.................................................................40
Tabel 3. 7. Desain Penelitian.................................................................................42
Tabel 4. 1. Tingkat Curah Hujan Kelurahan Pandeyan.........................................47
Tabel 4. 2. Luasan Guna Lahan Kecamatan Umbulharjo......................................49
Tabel 4. 3. Aspek Kependudukan Kelurahan Pandeyan........................................51
Tabel 4. 4. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Kelurahan Pandeyan.....................54
Tabel 4. 5. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Kelurahan Pandeyan......................55
Tabel 4. 6. Ketersediaan Fasilitas Peribadatan Kelurahan Pandeyan....................57
Tabel 4. 7. Jumlah Pengguna Jaringan Listrik Kelurahan Pandeyan.....................61
Tabel 4. 8. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Kawasan Kampung Pandeyan. . .72
Tabel 4. 9. Variabel Penilaian Kesesuaian Penerapan Konsep Urban Heritage dan
Eco Settlement Di Kampung Pandeyan.................................................................74
Tabel 4. 10 Penetapan Stakeholder dalam Wawancara Analisis Delphi...............76
Tabel 4. 11. Dokumentasi Wawancara Analisis Delphi Pada Setiap Stakeholder 78
Tabel 4. 12. Hasil Eksplorasi Analisis Delphi Tahap-1.........................................80
Tabel 4. 13. Hasil Eksplorasi Analisis Delphi Tahap-2.........................................82
Tabel 4. 14. Interval Indeks Skala Likert...............................................................85
Tabel 4. 15. Penjabaran Jumlah Responsi Masyarakat Wilayah Kampung
Pandeyan (Variabel Konsep Eco Settlement).........................................................86
Tabel 4. 16. Penjabaran Jumlah Responsi Masyarakat Wilayah Kampung
Pandeyan (Variabel Konsep Urban Heritage)........................................................87
Tabel 4. 17. Perhitungan Indeks Skala Likert Konsep Eco Settlement..................88
Tabel 4. 18 Perhitungan Indeks Skala Likert Konsep Urban Heritage.................90

xv
Tabel 4. 19. Interval Indeks Skala Likert...............................................................92
Tabel 4. 20 Hasil Perhitungan Rata-Rata Tingkat Kepuasan Dan Tingkat
Kepentingan Dan Kesesuaian................................................................................93
Tabel 4. 21 Analisis Kuadran Konsep Eco Settlement Kampung Pandeyan.........95
Tabel 4. 22. Analisis Kuadran Konsep Urban Heritage Kampung Pandeyan......97
Tabel 4. 23 Penentuan Strategi Pengembangan Konsep Eco Settlement Kawasan
Permukiman Kampung Pandeyan..........................................................................99
Tabel 4. 24. Penentuan Strategi Pengembangan Konsep Urban Heritage Kawasan
Permukiman Kampung Pandeyan........................................................................104

xvi
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan kota identik kaitannya dengan bertambahnya sebuah fungsi
kawasan pada setiap kota tersebut. Perkembangan kota juga ditentukan oleh
perubahan kondisi hingga guna lahan yang ada di kota tersebut. Mayoritas
penggunaan kawasan di wilayah perkotaan difungsikan sebagai kawasan
permukiman, dimana salah satu bentuk kawasan permukiman tersebut yaitu
berbentuk kampung. Secara definitif, kawasan kampung yang mayoritas
difungsikan sebagai kawasan permukiman informal, umumnya memiliki
kompleksitas unik dari masing- masing wilayah yang terbangun dari adanya
keseimbangan antara aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek spasial. Dengan
demikian, diharapkan keberlangsungan di wilayah kampung tersebut dapat
berjalan secara berkelanjutan dengan ditunjang ketiga aspek tersebut. Menurut
Hadi Sabari Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015:2), dijelaskan permukiman
merupakan bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok
untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Selanjutnya, kawasan permukiman
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, mulai dari jenis kawasan permukiman
berdasarkan waktu hunian, hingga berdasarkan pembentukannya, yaitu jenis
kawasan permukiman formal dan informal.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan dan
perkembangan kawasan yang terpengaruh oleh kondisi sosial dan budaya kawasan
yang ada disekitarnya. Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pendidikan
memiliki banyak ragam potensi wisata yang dapat menarik wisatawan nusantara
dan mancanegara. Salah satu potensi tersebut adalah kampung-kampung wisata
yang tersebar di wilayah kecamatan yang ada dikota Yogyakarta. Karakteristik
dari masing- masing kampung wisata mampu menarik untuk dijual kepada
wisatawan yang berkunjung di kota Yogyakarta. Selanjutnya, di satu sisi,
keberadaan sebuah kampung di kawasan perkotaan merupakan potensi strategis
2

dan diharapkan mempunyai model pemukiman yang unik yang diperlukan


pengelolaan yang baik dan maksimal, setara dengan permukiman yang lain, tidak
hanya dari segi kampung wisata atau kampung budayanya saja, segala kegiatan
yang ada di kampung tersebut tidak bisa terlepas dari segala aspek
pembangunnya, salah satunya yaitu kawasan permukiman.
Salah satu kawasan kampung yang memiliki jenis permukiman informal
yang ada di Kota Yogyakarta yaitu terletak di Kampung Pandeyan. Kampung
Pandeyan merupakan salah satu kawasan yang terletak di wilayah Desa Gambiran,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, dimana kawasan kampung yang
termasuk dalam deretan Kawasan Kampung Budaya yang ada di Kota Yogyakarta
ini merupakan salah satu lokasi pengembangan kampung yang sedang
dikembangkan oleh Dinas Pariwisata kota Yogyakarta. Hal ini didasarkan oleh
dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Tahun
2020, dimana terdapat beberapa rencana pengembangan kampung wisata atau
kampung budaya, yang dikhususkan untuk menunjang program pemerintah yaitu
dengan slogan “Ngudi Murih Lestari lan Ngrembakaning Budaya” yang sedang
dicanangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Berdasarkan pengamatan secara langsung terhadap kondisi eksisting dari
kawasan Kampung Budaya Pandeyan, diketahui bahwa kawasan Kampung
Budaya Pandeyan masih memiliki permasalahan mengenai perencanaan
pengembangan berbasis kampung. Secara eksisiting, Kampung Budaya Pandeyan
kaya akan kegiatan seni budaya berupa adat dan tradisi, kesenian, bahasa, sastra,
dan aksara kerajinan, kuliner, dan warisan budaya. Hingga saat ini, Kampung
Budaya Pandeyan masih memegang kampung predikat “Rintisan Kampung
Budaya”. Hal tersebut dikarenakan permasalahan yang sangat terlihat jelas bahwa
Kampung Budaya Pandeyan sendiri belum memiliki perencanaan kawasan yang
mensinergikan berbagai potensi seni budaya yang ada untuk menjadikan sebagai
peluang kegiatan pariwisata. Selain itu, dari segi citra kawasan yang masih belum
maksimal untuk memberikan sebuah “market value”, terutama dari segi kawasan
permukimannya, membuat kawasan Kampung Budaya Pandeyan juga masih
3

belum mencapai atau mewujudkan diri sebagai kawasan kampung yang


berkelanjutan.
Berdasarkan pengamatan secara eksisting, aspek ekologi dan aspek sosial
kebudayaan menjadi salah satu aspek dengan urgensi yang cukup tinggi untuk
dikembangkan, dimana aspek tersebut akan berkaitan dengan penataan aspek
lingkungan. Urgensi penataan aspek lingkungan Kampung Pandeyan didasarkan
kepada hasil dan rekomendasi dari beberapa jurnal terdahulu, salah satunya jurnal
yang berjudul “Kajian Kualitas dan Kenyamanan Termal Permukiman Berbasis
Eco- Settlement di Kota Yogyakarta”, (Hidayat, 2018). Selanjutnya, urgensi
penggunaan konsep Eco Settlement di kawasan permukiman Kampung Pandeyan
didasarkan pada konten Dokumen Rencana Strategis Dinas Pariwisata Provinsi
DIY Tahun 2017 – 2022, dengan penataan konsep Kampung Budaya lebih
mengarah kepada penataan aspek lingkungan kawasan permukiman. Berdasarkan
hal tersebut, diperlukan adanya upaya pengembangan konsep Kampung Budaya
Pandeyan menjadi salah satu kampung budaya yang berkelanjutan, dengan
menerapkan konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement. Selain dari
pengembangan potensi dan permasalahan yang ada secara eksisting, konsep ini
juga diambil dengan mempertimbangkan hasil kajian dari penelitian terdahulu
serta beberapa dokumen yang berkaitan dengan pengembangan kawasan
Kampung Budaya Pandeyan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka didapatkan rumusan masalah yang berkaitan dengan topik penelitian ini,
yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi eksisting serta potensi dan permasalahan dari kawasan
permukiman Kampung Budaya Pandeyan ?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan konsep Urban Heritage dan Eco-
Settlement berdasarkan kondisi kawasan permukiman Kampung Budaya
Pandeyan ?
4

3. Bagaimana strategi dan upaya pengembangan terhadap pengembangan


kawasan Kampung Budaya Pandeyan dalam meningkatkan perwujudan
konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dan hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami kondisi eksisting beserta potensi dan
permasalahan dari kawasan permukiman Kampung Budaya Pandeyan.
2. Memahami mengenai penerapan konsep Urban Heritage dan Eco-
Settlement di kawasan permukiman Kampung Budaya Pandeyan.
3. Mengetahui dan memahami berbagai strategi dan upaya dalam
meningkatan perwujudan konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement di
kawasan permukiman Kampung Pandeyan.

1.4. Manfaat Penelitian


Secara umum, manfaat dari penelitian yang berjudul “Strategi
Pengembangan Kawasan Permukiman Informal Berbasis Urban Heritage & Eco-
Settlement, Studi Kasus Kampung Pandeyan, Kota Yogyakarta” ini adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan baru mengenai
pengembangan kawasan permukiman, khususnya yang berkaitan dengan
Kampung Budaya di Yogyakarta, khususnya di wilayah Kampung
Pandeyan, yang memiliki berbagai potensi dari segi kewilayahan.
2. Dapat memberikan gambaran secara umum mengenai hasil analisis dan
strategi dari pengembangan kawasan permukiman informal Kampung
Pandeyan yang berbasis Urban Heritage & Eco-Settlement, ditinjau dari
segi akademisi sekaligus melibatkan peran masyarakat dalam penerapan
strategi dan hasil analisis tersebut.
5

1.5. Batasan Penelitian


Pembahasan pada penelitian ini yaitu lebih mengarah kepada
pengembangan konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement yang akan diterapkan
di kawasan Kampung Budaya Pandeyan, dimana hal tersebut disinkronkan dengan
potensi dan permasalahan yang ada di wilayah penelitian secara eksisiting.
Adapun output yang akan dihasilkan dari penelitian ini yaiu arahan atau acuan
perencanaan dari penataan kawasan Kampung Budaya Pandeyan yang memiliki
konsep kawasan berbasis Urban Heritage dan ditunjang dengan peningkatan
aspek Eco-Settlement melalui perbaikan kualitas lingkungan dan citra
kawasannya. Dasar pemilihan variabel juga didasarkan pada kajian teori yang
telah dipilih sebelumnya, dengan batasan dalam penelitian ini tidak membahas
mengenai aspek yang berkaitan dengan perekonomian yang ada di Kampung
Pandeyan.
6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kawasan Permukiman dan Perumahan


Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan, sedangkan perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Menurut Sadana (2014) perbedaan antara permukiman dan perumahan
terletak pada fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki
fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah
bagi sebagian penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa
sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninya.
Fungsi perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai
tempat mencari nafkah.
Selanjutnya, kawasan perumahan atau permukiman merupakan kebutuhan
yang sangat penting bagi masyarakat (Dewi et al., 2019). Selain menjadi kawasan
hunian, kawasan perumahan dan permukiman menjadi salah satu titik pusat
kegiatan masyarakat yang ada di dalamnya. Hal ini tentunya ditunjang dengan
ketersediaan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang ada di kawasan
perumahan dan permukiman juga menjadi salah satu alat dalam mewujudkan
konsep pengembangan kawasan berkelanjutan.
Seperti kebanyakan wajah permukiman di Indonesia banyak kita jumpai
permukiman penduduk yang sering disebut kampung. Adapun pengertian
kampung identik dengan suatu wilayah yang terdapat di pedesaan dan berada pada
kondisi yang terpenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan sarana dan prasarana
yang layak. Kampung merupakan lingkungan suatu masyarakat yang sudah
mapan, yang terdiri dari golongan berpenghasilan rendah dan menengah dan pada
7

umumnya tidak memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas sosial yang cukup baik
jumlah maupun kualitasnya dan dibangun di atas tanah yang telah dimiliki, disewa
atau dipinjam pemiliknya (Yudosono, et al dalam Komarudin., 1997).

2.2. Klasifikasi Kawasan Permukiman


Menurut Lewis Mumford (The Culture Of Cities, 1938) dalam Wesnawa
(2015) mengemukakan enam jenis Kota berdasarkan tahap perkembangan
permukiman penduduk kota. Jenis tersebut diantaranya:
1. Eopolis dalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah
kehidupan kota.
2. Tahap Polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih
mencirikan sifat-sifat agraris.
3. Tahap Metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh
penduduknya sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke sektor industri.
4. Tahap Megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur
perkotaan.
5. Tahap Tyranopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya
kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas
tinggi
6. Tahap Necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan
penduduknya.

2.3. Tipe Kawasan Permukiman


1. Tipe Permukiman Berdasarkan Waktu Hunian
Ditinjau dari waktu hunian permukiman dapat dibedakan menjadi
permukiman sementara dan permukiman bersifat permanen. Tipe sementara dapat
dihuni hanya beberapa hari (rumah tenda penduduk pengembara), dihuni hanya
untuk beberapa bulan (kasus perumahan peladang berpindah secara musiman),
dan hunian hanya untukbeberapa tahun (kasus perumahan peladang berpisah yang
tergantung kesuburan tanah). Tipe permanen, umumnya dibangun dan dihuni
8

untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Berdasarrkan tipe ini, sifat permukiman
lebih banyak bersifat permanen. Bangunan fisik rumah dibangun sedemikian rupa
agar penghuninya dape menyelenggarakan kehidupannya dengan nyaman.
2. Tipe Permukiman Berdasarkan Karakter Fisik dan Non Fisik
Pada hakekatnya permukiman memiliki struktur yang dinamis, setiap saat
dapat berubah dan pada setiap perubahan ciri khas lingkungan memiliki
perbedaan tanggapan. Hal ini terjadi dalam kasus permukiman yang besar, karena
perubahan disertai oleh pertumbuhan. Sebagai suatu permukiman yang menjadi
semakin besar, secara mendasar dapat berubah sifat, ukuran, bentuk, rencana,
gaya bangunan, fungsi dan kepentingannya. Jadi jika tempat terisolasi sepanjang
tahun kondisinya relatif tetap sebagai organisme statis suatu kota besar maupun
kecil akan menghindari kemandegan,kota akan berkembang baik kearah vertikal
maupun horizontal, fungsi baru berkembang dan fungsi lama menghilang,
pengalaman sosial dan transformasi ekonomi mengalami perkembangan pula.

2.4. Faktor Pengaruh Pengembangan Kawasan Permukiman


Dalam perkembangannya perumahan permukiman di pusat kota ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos A. Doxiadis disebutkan
bahwa perkembangan perumahan permukiman (development of human
settlement) dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Growth Of Density (Pertambahan jumlah penduduk), dengan adanya
pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya pertambahan
jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara manusiawi
mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan demikian
semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman
tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
2. Urbanization (Urbanisasi), dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan
menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat
kota. Kaum urbanis yang bekerja di pusat kota ataupun masyarakat yang
membuka usaha di pusat kota, tentu saja memilih untuk tinggal di
permukiman di sekitar kaeasan pusat kota (down town). Hal ini juga akan
9

menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.


Menurut Danisworo dalam Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus
akui pula bahwa tumbuhnya permukiman spontan dan permukiman kumuh
adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses urbanisasi.

2.5. Definisi Kawasan Perkampungan


Kampung merupakan kawasan pemukiman kumuh dengan ketersediaan
sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali, kerap kawasan ini disebut slum
(Budiharjo, 1992). Secara garis besar bahwa kampung adalah kawasan kumuh
yang minim dengan sarana umum, dan menurut Budiharjo (1992) bahwa
kampung sudah dipastikan tergolong slum atau wilayah kumuh. Kampung
merupakan lingkungan tradisional khas Indonesia, ditandai ciri kehidupan yang
terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat Kampung kotor yang merupakan
bentuk pemukiman yang unik, tidak dapat disamakandengan “slum” atau juga
disamakan dengan pemukiman penduduk berpenghasilan rendah (Turner, 1972).
Kampung pada dasarnya merupakan ciri kehidupan bermukim di
Indonesia, yang dapat dianggap sebagai tatanan permukiman tradisional Indonesia
sebelum masuknya perencanaan permukiman modern. Kampung dapat menjadi
sumber peradaban, kreativitas maupun budaya kota karena kondisi dan
keterbatasan yang ada. Lokalitas yang terkandung pada tatanan kampung akan
memberi karakter bagi pembentukan semangat urbanisme baru yang sesuai
dengan karakter masyarakat, bersumber pada ideologi bermukim yang
berkelanjutan. Beranjak dari paradigma perencanaan kota, kampung kota
sebenarnya dapat menjadi awal dimulainya paradigma baru perencanaan kota
dalam mewujudkan kota yang lebih baik (Nugroho, 2009). Kampung kota
merupakan salah satu permukiman informal yang dibangun oleh masyarakat
sendiri dan biasanya berlokasi di pusat kota (Kristiani, 2013).
Kampung merupakan suatu kesatuan lingkungan tempat tinggal yang
dihuni oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari kesatuan keluarga-keluarga.
Kumpulan sejumlah kampung disebut desa. Kampung adalah satu-satunya jenis
permukiman yang bisa menampung golongan penduduk Indonesia yang tingkat
10

perekonomian dan tingkat pendidikan paling rendah meskipun tidak tertutup bagi
penduduk berpenghasilan dan berpendidikan tinggi (Khudori, 2002). Secara
definitif, kampung memiliki beberapa karakteristik yang signifikan yaitu :
1. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan
kelompok/asosiasi
2. Hubungan lebih bersifat intim dan awet
3. Homogen
4. Besarnya kelompok primer
Perkembangan wilayah saat ini, mulai muncul beberapa istilah yang
berkaitan dengan kawasan perkampungan, yaitu Kampung Kota. Nursyahbani
(2015) menyatakan bahwa kampung Kota secara umum diketahui sebagai suatu
pemukiman yang tumbuh di kawasan urban tanpa perencanaan infrastruktur dan
jaringan ekonomi kota. Jika dilihat secara fisik kampung kota biasanya identik
dengan ketidakteraturan hingga kondisi yang kumuh. Namun, kampung kota juga
biasanya memiliki ciri khas tertentu berdasar sejarahnya masing-masing.
Kampung kota merupakan bagian dari tata ruang kota yang memiliki kekhasan
permukiman, yang penghuninya memiliki aktivitas yang beragam yang
memberikan warna identitas dari kampung kota bersangkutan. Kampung kota
yang merupakan kawasan permukiman di perkotaan identitas yang dimiliki
kampung kota sangat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan penghuninya
(Sumintarsih, 2014). Selanjutnya, Kampung Kota merupakan sebuah sistem
permukiman pedesaan, mewakili suatu budaya bermukim, memberi corak dan
aktivitas khas perkotaan tersendiri yang berkaitan dengan konsep survival
(mempertahankan diri) terhadap kultur modern perkotaan di sekitarnya
(Budihardjo, 1997).
Kampung kota pada dasarnya tumbuh dan berkembang di kawasan
tertentu kota akibat adanya latar belakang sosial-budaya dari masyarakatnya yang
dipertahankan. Masyarakat kampung kota adalah kelompok masyarakat yang
tinggal di kawasan perkotaan (urban areas) dengan tetap mempertahankan budaya
‘kampung’ di kawasan tempat tinggalnya – walaupun kawasan tersebut sudah
berubah menjadi kawasan perkotaan. Akibat dari upaya mempertahankan budaya
11

‘kampung’ di dalam kehidupan sehariharinya, maka tatanan fisik kawasan


‘kampung kota’ cenderung tidak tertata dengan baik (un-well plan), tidak teratur
dan cenderung kumuh/kusam. Masyarakat kampung kota pada dasarnya masih
tetap ada dan mendiami kawasan perkotaan yang pada awalnya berupa ‘kampung’
(lingkungan perumahan dengan nuansa pedesaan) dan tetap dipertahankan hingga
saat ini oleh penduduknya terutama dalam hal kebiasaan atau pola perilaku
‘kampung’ (Pawitro, 2012).

2.6. Konsep Kawasan Pariwisata Urban Heritage


Urban Heritage merupakan sebuah konsep pariwisata yang akhir-akhir ini
banyak dikembangkan di kota-kota besar di seluruh penjuru dunia. Sebuah konsep
pariwisata yang sebenarnya sederhana dengan memanfaatkan lingkungan binaan
maupun alam yang dimiliki oleh sebuah kota, yang memiliki nilai historis
tersendiri. Para penikmat dan pemerhatinya diajak untuk mengapresiasi serta
menginterpretasi objek-objek yang diamati. Dengan demikian, selain berfungsi
sebagai sarana pendidikan dan rekreasi masyarakat, aktivitas ini sekaligus pula
sebagai sarana pelestari dari kekayaan kota itu sendiri.
Objek yang diamati pada urban heritage tourism bisa bermacam-macam,
baik benda (mati atau hidup) maupun juga aktivitas. Umumnya, benda-benda
seperti situs, monumen, serta bangunan-bangunan bersejarah memiliki posisi yang
penting dalam wisata jenis ini. Kota-kota yang berusia tua melebihi ratusan tahun
memiliki banyak bangunan yang merupakan saksi bisu dari perkembangan
lingkungannya, potret dari kejadian-kejadian masa lampau yang pernah terjadi di
sekelilingnya. Bangunan- bangunan tersebut kemudian menjadi bukti sejarah yang
konkret, yang mendukung buku-buku sejarah yang ditulis bertahun-tahun
kemudian.
Keberadaan dan pemanfaatan bangunan bersejarah, situs atau benda cagar
budaya dengan baik dapat mengangkat karakteristik budaya daerah serta
mengembangkan potensi heritage tourism atau wisata warisan budaya. Pederson
(2002) dalam Southall dan Robinson (2011): “Heritage tourism as embracing
both eco tourism and cultural tourism, with an emphasis on conservation and
12

cultural heritage”. Melalui definisi tersebut dijelaskan bahwa wisata warisan


budaya dapat merangkul ekowisata dan wisata budaya pada saat bersamaan dan
menitikberatkan kepada konservasi dan warisan budaya itu sendiri.
Pengembangan wisata warisan budaya di perkotaan sangat ideal dilaksanakan
karena suatu kota tidak akan kehilangan identitas lokal, serta memberikan
pemahaman dan rasa kebanggaan terhadap sejarah kota dan kebudayaan lokal
masyarakat setempat (Widayanti, 2015). Berikut merupakan beberapa variabel
atau indikator dalam pengembangan konsep Urban Heritage menurut Widayanti
(2015) :
a. Kondisi umum kawasan perkotaan
Pengembangan konsep Urban Heritage menjadi salah satu konsep baru
dalam pengembangan pariwisata di kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan
menjadi salah satu aspek utama dalam pengembangan pariwisata dengan konsep
Urban Heritage karena dalam pengembangannya, beberapa aspek juga perlu
diperhatikan, seperti aspek guna lahan, aspek ekologi, serta ketersediaan sarana
prasarana yang memadai. Hal itu juga menjadi salah satu tolok ukur dalam
pengembangan pariwisata dengan konsep Urban Heritage.
b. Bangunan bersejarah
Bangunan bersejarah menjadi salah satu aspek pariwisata yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan konsep Urban Heritage. Aspek bangunan
bersejarah dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri terhadap masyarakat
dengan segala keunikan dan ciri khas dari setiap bangunan bersejarah yang ada di
sebuah kawasan perkotaan. Bangunan bersejarah juga menjadi potensi dalam
pengembangan konsep Urban Heritage, terutama dari pariwisata sejarah.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya menjadi salah satu alat daya tarik bagi pengembangan
konsep Urban Heritage. Hal ini mengingat perkembangan aspek sosial, terutama
dari segi demografi dimana mayoritas kawasan perkotaan memiliki perkembangan
aspek demografi yang pesat. Selain itu, dengan daya tarik kebudayaan yang
menjadi ciri khas dari setiap wilayah atau kawasan, aspek tersebut juga mampu
13

menjadi aspek pendukung dalam pengembangan konsep Urban Heritage dalam


sebuah kawasan.
d. Aspek Ekonomi
Pengembangan aspek ekonomi berkaitan erat dengan ketersediaan sarana
dan prasarana di sebuah wilayah. Di kawasan perkotaan, ekonomi yang berjalan
cenderung lebih mengarah kepada perekonomian heterogen, dengan daya beli
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daya jual. Hal ini juga menjadi salah satu
aspek pendukung dalam pengembangan konsep Urban Heritage, sekaligus
pengembangan kawasan secara umum, utamanya di kawasan perkotaan.

2.7. Konsep Eco Settlement


Secara harfiah, Eco-settlements terdiri dari dua kata yaitu eco dan
settlements yang berarti tempat bermukim/tempat tinggal yang ekologis.
Berdasarkan arti tersebut terlihat konsep eco-settlements mengarah pada
pencapaian nilai ekologis. Di sisi lain, konsepsi ecosettlements dapat dinyatakan
sebagai pengembangan dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Hal ini dikarenakan dalam penerapannya konsep ini harus
mengharmonisasikan tiga pilar berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi, dan ekologi.
Oleh karena itu, definisi eco-settlements harus mengarah pada pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan kapasitas sistem dalam
mempertahankan keberlanjutan dari sistem tersebut (Moldan dan Dahl, 2007).
Menurut Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum (2006), kriteria
Eco Settlement didefinisikan dalam tabel 2.1., diantaranya yaitu :
Tabel 2. 1 Indikator Variabel Konsep Eco Settlement

No. Kriteria Indikator


1. Ekologi  Biodiversity
 Kualitas Udara
 Rumah Sehat
 Guna Lahan
 Perubahan Iklim
 Energi dan Teknologi Berwawasan
Lingkungan
2. Sosial  Kapasitas dan Pemberdayaan
Masyarakat
14

No. Kriteria Indikator


3. Ekonomi  Inovasi Teknologi
 Pengembangan Ekonomi Lokal
 Aksesibilitas
 Transportasi
4. Kelembagaan  Kapasitas Institusi dan Kualitas
Kerjasama
Sumber : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Permukiman (2006)

2.8. Analisis Delphi


Teknik Delphi adalah metode yang banyak digunakan dan diterima untuk
mengumpulkan data dari responden dalam domain penelitian mereka. Teknik ini
dirancang sebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan untuk mencapai
konvergensi pendapat tentang isu isu nyata. Proses Delphi telah digunakan di
berbagai bidang studi seperti perencanaan program, penilaian assesment, penetuan
kebijakan, dan pemanfaatan sumber daya untuk mengembangkan berbagai
alternatif, menjelajahi atau mengekspos yang mendasari asumsi, serta berkorelasi
penilaian pada suatu topik yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Teknik Delphi
cocok sebagai metode untuk pembangunan konsensus dengan menggunakan
serangkaian kuesioner dikirimkan menggunakan beberapa iterasi untuk
mengumpulkan data panel dari subyek yang dipilih.
Teknik Delphi, dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer di Rand
Corporation pada 1950-an, merupakan metode yang digunakan secara luas dan
diterima untuk mencapai konvergensi pendapat tentang pengetahuan dunia nyata
yang diminta dari para ahli dalam bidang topik tertentu. Teknik Delphi dirancang
sebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan melakukan pemeriksaan
secara rinci dan diskusi terhadap isu spesifik yang bertujuan penetapan tujuan,
kebijakan penyelidikan, atau memprediksi terjadinya peristiwa masa depan.
Tujuan dari teknik Delphi adalah untuk mengembangkan suatu perkiraan
konsensus masa depan dengan meminta pendapat para ahli, dan pada saat yang
sama menghilangkan masalah sering terjadi yaitu komunikasi tatap muka.
Sedangkan menurut Delbecq, Van de Ven dan Gustafson, teknik Delphi dapat
digunakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
15

1. Untuk menentukan atau mengembangkan berbagai alternatif program


yang mungkin
2. Untuk menjelajahi atau mengekspos asumsi yang mendasari atau
informasi yang mengarah ke penilaian yang berbeda
3. Untuk mencari informasi yang dapat menghasilkan konsensus sebagai
bagian dari kelompok responden
4. Untuk menghubungkan penilaian informasi pada topik yang mencakup
berbagai disiplin, dan
5. Untuk mendidik kelompok responden mengenai aspek beragam dan
saling terkait dari topik

2.9. Analisis Importance Performance (IPA)


Secara definitif, menurut Philip Kotler, Importance Performance Analysis
dapat digunakan untuk merangking berbagai elemen dari kumpulan jasa dan
mengidentifikasi tindakan yang diperlukan. Martilla dan Jams dalam (Zeithaml
et.al. 1990) menyarankan penggunaan metode Importance- Performance Analysis
dalam mengukur tingkat kepuasan pelayanan jasa. Dalam metode ini diperlukan
pengukuran tingkat kesesuaian untuk mengetahui seberapa besar pelanggan
merasa puas terhadap kinerja perusahaan, dan seberapa besar pihak penyedia jasa
memahami apa yang diinginkan pelanggan terhadap jasa yang mereka berikan.
Pada analisis Importance-Performance Analysis, dilakukan pemetaan menjadi 4
kuadran untuk seluruh variabel yang mempengaruhi kualitas pelayanan.
Pembagian kuadran dalam Importance-Performance Analysis dapat dilihat pada
gambar 2.1. berikut.
16

Gambar 2. 1 Analisis IPA

Sumber : (Zeithaml et.al. 1990)

Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing


variabel pada keempat kuardan yang tertera pada gambar 2.1. dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1. Kuadran 1 (Concentrate These) Ini adalah wilayah yang memuat faktor-
faktor yang dianggap penting oleh pelanggan, tetapi pada kenyataannya
faktor-faktor ini belum sesuai dengan harapan pelanggan (tingkat
kepuasan yang diperoleh masih rendah). Variabel-variabel yang masuk
dalam kuadran ini harus ditingkatkan.
2. Kuadran 2 (Keep Up The Good Work) Ini adalah wilayah yang memuat
faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan, dan faktor-faktor
yang dianggap pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya
sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel
yang masuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua
variabel ini menjadikan produk atau jasa unggul di mata pelanggan.
3. Kuadran 3 (Low Priority) Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor
yang dianggap kurang penting oleh pelanggan, dan pada kenyatannya
kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat
kecil.
17

4. Kuadran 4 (Possible Overkill) Ini adalah wilayah yang memuat faktror-


faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan, dan dirasakan
terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini
dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

2.10. Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi yang dapat dijadikan
acuan untuk mengembangkan teori yang sudah ada sebelumnya. Pada tahapan ini
merupakan ringkasan dari beberapa penelitian yang sudah ada sebelumnya yang
diambil dari berbagai sumber penelitian yang sudah ada sebelumnya. Pada tabel
2.2. menjelaskan mengenai penelitian terdahulu yang digunakan pada penelitian
ini.
18

Tabel 2. 2 Penelitian Terdahulu

Peneliti/ Tahun/
No. Metode Data Hasil Penelitian
Judul/

Lokasi
1. Cihntyaningtyas Meytasari, 1. Metode Analisis 1. Data Fisik dan Non Fisik 1. Periodesasi perkembangan
Endah Tisnawati / 2018 / Deskriptif Kawasan Kota Lama Kota Lama Semarang.
Pengembangan Elemen Produk Rasionalistik Semarang 2. Pertumbuhan aspek
Wisata di Kawasan Kota Lama 2. Kondisi perekonomian pariwisata Kota Lama
Semarang Dengan Pendekatan dan aspek kebudayaan Semarang
Attractive Urban Heritage / Kota Lama Semarang 3. Perubahan kondisi aspek fisik
Semarang / dan non fisik Kota Lama
Semarang
19

Peneliti/ Tahun/
No. Metode Data Hasil Penelitian
Judul/

Lokasi
2. Muhammad Nur Hidayat / 2019 / 1. Metode Analisis 1. Suhu dan 1. Skoring penilaian kualitas lingkungan
Kajian Kualitas dan Kenyamanan Snowball kelembapan relatif Kampung Pandeyan
Termal 2. Metode Penelitian kampung di 2. Pemetaan kondisi permukiman
Permukiman Berbasis Eco- Deskriptif Yogyakarta Kumuh di Kampung Pandeyan
Settlement di Kota Yogyakarta / Kuantitatif 2. Kondisi aspek fisik dan
Yogyakarta 3. Purpose Sampling non fisik, Kampung
Pandeyan
20

Peneliti/ Tahun/
No. Metode Data Hasil Penelitian
Judul/

Lokasi
3. Sheilla Agustina Maharani, 1. Metode Deskriptif 1. Data statistik 1. Perkembangan identitas Kampung
Bagus Prasetyo Adi, Endah Kualitatif kependudukan Budaya Pandeyan
Tisnawati / 2018 / Sinau Sambi 2. Aktivitas seni budaya 2. Pengembangan dan strategi dari
Ngabudayan : Perencanaan warga Kampung peningkatan potensi Kampung
Kampung Pandeyan Sebagai Pandeyan Budaya Pandeyan
Pusat Wisata, Seni, dan Budaya 3. Kondisi visual 3. Pemetaan potensi Kampung
di Kota Yogyakarta / Yogyakarta sarana prasarana di Pandeyan
Kampung Pandeyan
21

Peneliti/ Tahun/
No. Metode Data Hasil Penelitian
Judul/

Lokasi
4. Kartika Puspa Dewi, Veronica. 1. Metode Analisis 1. Aspek Ekologi 1. Aspek dalam Eco Settlement secara
A. Kumurur, Rieneke. L.E. Sela / Deskriptif 2. Aspek Ekonomi eksisting dalam wilayah penelitian.
2019 / Penentuan Kualitas 2. Analisis Skoring 3. Aspek Sosial 2. Kesesuaian konsep Eco Settlement
Permukiman Berdasarkan 4. Aspek Kelembagaan dalam kondisi eksisting.
Kriteria Eco Settlement Di 3. Strategi dan Arahan Pengembangan
Kelurahan Sindulang Satu, Kota Konsep Eco Settlement dalam
Manado / Universitas Sam Aspek Ekologi, Ekonomi, Sosial,
Ratulangi, Manado. Kelembagaan.
22

Peneliti/ Tahun/
No. Metode Data Hasil Penelitian
Judul/

Lokasi
5. Theresia Budi Jayanti / 2017 / 1. Metode 1. Potensi Kawasan 1. Strategi Pengembangan Urban
Strategi Pengembangan Urban Analisis 2. Budaya Heritage Tourism Kota Cirebon
Heritage Tourism Kota Cirebon, Deskriptif 3. Bangunan Bersejarah
Jawa Barat / Universitas 4. Sosial Kemasyarakatan
Tarumanegara, Jakarta Barat. 5. Faktor Internal dan
Eksternal Kawasan
Wisata

Sumber : Hasil Analisis; 2021


23

2.11. Sintesa Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang disebutkan pada tabel 2.2.
yang telah dikaji oleh peneliti sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa penelitian
terdahulu yang pertama, dengan judul “Pengembangan Elemen Produk Wisata di
Kawasan Kota Lama Semarang Dengan Pendekatan Attractive Urban Heritage”
menjelaskan mengenai perkembangan konsep Urban Heritage di kawasan Kota
Lama Semarang. Dari jurnal ini didapatkan beberapa variabel serta kriteria
mengenai Urban Heritage. Selanjutnya, jurnal kedua mengenai “Kajian Kualitas
dan Kenyamanan Termal Permukiman Berbasis Eco- Settlement di Kota
Yogyakarta” serta jurnal yang berjudul “Penentuan Kualitas Permukiman
Berdasarkan Kriteria Eco Settlement Di Kelurahan Sindulang Satu, Kota Manado”
lebih menjelaskan mengenai aspek dalam konsep Eco- Settlement yang ada di
kawasan permukiman, dimana dalam jurnal ini lebih menjelaskan variabel yang
ada di konsep Eco- Settlement tersebut.
Pada jurnal ketiga yang berjudul “Sinau Sambi Ngabudayan : Perencanaan
Kampung Pandeyan Sebagai Pusat Wisata, Seni, dan Budaya di Kota Yogyakarta”
dijelaskan mengenai pengembangan citra kawasan dan kebudayaan yang ada di
kawasan Kampung Budaya Pandeyan, Yogyakarta. Serta jurnal yang berjudul
“Strategi Pengembangan Urban Heritage Tourism Kota Cirebon, Jawa Barat”,
dimana pada jurnal ini membahas mengenai aspek dalam konsep Urban Heritage
strategi serta upaya dalam pengembangan konsep Urban Heritage di lokasi studi,
yaitu Kota Cirebon.
24

2.12. Kerangka Alur Penelitian

Gambar 2. 2 Kerangka Alur Penelitian

UU No.1 Tahun 2011 ttg Perumahan dan Kawasan Permukiman


Sadana dan Yudosono, dalam Komaruddin,1997
D.J. Koesoemawati, A. Trisiana, M.C. Putri, 2019
Definisi

Kawasan
1. Lewis Mumford, dalam Wesnawa,2015
Perumahan dan Klasifikasi
Permukiman
1. UU No.1 Tahun 2011 ttg Perumahan dan
Tipe Kawasan Permukiman
Strategi Pengembangan
Kawasan Permukiman Faktor Pengaruh 1. Danisworo, dalam
Pengembangan Komaruddin,1997
Informal Berbasis Urban
Heritage dan Eco Kawasan Budiharjo,1992
Perkampungan Definisi
Settlement, Kampung Turner,1972
Budaya Pandeyan, Kota Konsep Urban Klasifikasi 1. Moldan & Dahl,2007
Yogyakarta Heritage Variabel
Konsep Eco Definisi 1. Puslitbangkim, 2006
Settlement
Metode Analisis Delphi
Analisis Analisis IPA
Sumber : Analisa Data Sekunder; 2021
25
26

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Pengertian metodologi penelitian (research methods) secara harfiah adalah
ilmu yang menerangkan bagaimana sebaiknya dan seharusnya penelitian itu
dilaksanakan. Secara umum, metode penelitian dilakukan setelah seorang peneliti
memahami secara benar-benar ilmu meneliti tersebut, yaitu bagaimana sebuah
penelitian harus dilakukan agar memenuhi kaidah-kaidah keilmiahan. Secara
umum, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Secara detail, metode penelitian
deskriptif kualitatif ditujukan untuk menjawab dan menghasilkan jawaban dari
rumusan masalah pada poin pertama, sedangan deskriptif kuantitatif digunakan
untuk menjawab dan menghasilkan jawaban dari rumusan masalah pada poin
kedua dan ketiga.
Menurut Sugiyono (2013), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana obyek
alamiah yang dimaksud merupakan obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti. Sedangkan metode kuantitatif adalah metode dengan penelitian yang
menggunakan data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Metode
ini dilakukan dengan menghitung data-data yang bersifat pembuktian dari
rumusan masalah.
Untuk pendekatan penelitian ini, lebih mengarah kepada pendekatan
Bottom Up Planning, dimana pendekatan ini berarti memberikan penekanan hasil
dari penelitian ini lebih mengarah untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat
sebagai pelaku pembangunan dengan melibatkan masyarakatnya dalam proses
perencanaan yang telah direncanakan.

3.2. Lokasi Penelitian


Kelurahan Pandeyan dibentuk berdasarkan Perda Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor : 06 Tahun 1981 tentang Pembentukan, Pemecahan,
Penyatuan dan Penghapusan Kelurahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk wilayah Kota Yogyakarta jumlah keseluruhan ada 45 Kelurahan. Pusat
27

Pemerintahan Kelurahan, terletak di Jalan Pandeyan Gg Empu Sendok UH 5/783


RT 11 RW 03, sekitar 1,5 Km dari Pusat Pemerintahan Kota Yogyakarta.
Kelurahan Pandeyan merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Kelurahan yang ada di
wilayah Kecamatan Umbulharjo dengan luas wilayah lebih kurang 118,499 Ha
atau 1,2 km persegi dan terbagi dalam 13 RW, 52 RT serta terdiri atas 7 (tujuh)
kampung yaitu Kampung Sidikan, Golo, Pakel, Kalangan, Kebrokan, Pandeyan
dan Gambiran.
Secara geografis, Kelurahan Pandeyan terletak diantara 110° 23’ 36”
Bujur Timur - 110° 22’ 57” Bujur Timur, dan 7° 49’ 08” Lintang Selatan - 7° 49’
40” Lintang Selatan. Rentang jarak wilayahnya dari utara ke selatan adalah sejauh
kurang lebih 889 meter, sedangkan rentang jarak dari barat ke timur adalah kurang
lebih 1.258 meter. Selanjutnya, dari segi administratif, Kelurahan Pandeyan
memiliki luas 1,38 km2, dimana Batas wilayah Kelurahan Pandeyan adalah:
 Sebelah Utara : Kelurahan Tahunan
 Sebelah Timur : Kelurahan Rejowinangun
 Sebelah Selatan : Kelurahan Sorosutan
 Sebelah Barat : kelurahan wirogunan
Secara administratif, Kelurahan Pandeyan terdiri atas 7 kampung yang
terbagi menjadi 13 RW dan 52 RT. Untuk batasan deliniasi merupakan wilayah
dari Kampung Budaya Pandeyan, dimana deliniasi wilayah studi terdiri atas 5 RT
dan 2 RW. Pada gambar 3.1. merupakan peta wilayah deliniasi yang terdapat pada
wilayah Kampung Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
28

Gambar 3. 1 Peta Deliniasi Lokasi Penelitian


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022

3.3. Variabel Penelitian


Variabel merupakan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat
diukur secara kualitatif. Variabel penelitian digunakan dalam proses identifikasi,
ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Menurut Noor (2011) dalam
Ramadhani (2017) variabel penelitian adalah sebuah objek atau atribut bak secara
kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga
dapat memperoleh informasi dari objek tersebut.
Dalam penelitian ini, dijelaskan mengenai beberapa variabel yang telah
disesuaikan dengan kajian teori dan urgensi latar belakang yang diambil.
Berdasarkan kedua hal tersebut, didapatkan dua variabel utama, yakni variabel
mengenai konsep pengembangan Eco Settlement dan Urban Heritage yang
diambil menurut kriteria yang telah ditetapkan oleh Puslitbangkim Kementerian
29

Pekerjaan Umum (2006) dan menurut Widayanti (2015), yang dijelaskan dalam
tabel 3.1 yaitu sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Definisi Operasional


1. Aspek Ekologi  Kepadatan Bangunan, dengan kriteria  Tingkat kepadatan
menurut standar Pedoman bangunan dan
Identifikasi Kawasan Permukiman, kondisi aktivitas
yaitu : masyarakat.
o Tinggi, >100 unit / ha  Ketersediaan,
o Sedang, 60 – 100 unit / ha kondisi, dan
o Rendah, <60 unit / ha perkerasan

 Kondisi dan Kelas Jalan jaringan jalan.

 Kondisi Sarana dan Prasarana  Kondisi sarana

Kawasan dan prasarana

 Ketersediaan Sarana dan Prasarana, kawasan (Aman,

diantaranya : Nyaman, Terawat.

o Sarana Pendidikan Bersih,


Terjangkau)
o Sarana Kesehatan
 Ketersediaan
o Sarana Peribadatan
sarana dan
o Sarana Perdagangan dan
prasarana kawasan
Jasa
o Sarana Pemerintahan dan
Bangunan Umum
o Prasarana Jaringan Listrik
o Prasarana Jaringan Sanitasi
o Prasarana Jaringan
Telekomunikasi
2. Aspek Sosial  Tingkat kepuasan dan peran  Tingkat kepuasan
masyarakat dalam pengembangan masyarakat dan
kawasan Kampung Budaya bentuk peran serta
Pandeyan. masyarakat dalam
pengembangan
kawasan.
30

No. Variabel Indikator Definisi Operasional


3. Aspek  Identifikasi program pemerintah  Bentuk program
Kelembagaan dalam pengembangan kawasan dan efektivitas
permukiman di wilayah Kampung program
Budaya Pandeyan. pemerintah.
4. Budaya,  Identifikasi mengenai sosial  Kelengkapan
Lingkungan dan kebudayaan, aspek lingkungan, dan atraksi wisata
Bangunan
Bersejarah bangunan bersejarah yang ada di  Kondisi citra dan
kawasan Kampung Budaya daya tarik
Pandeyan. kawasan
 Kondisi
lingkungan
Kampung
Pandeyan
5. Sosial  Aspek Demografi Kemasyarakatan  Jumlah
Kemasyarakatan persebaran dan
tingkat
kepadatan
penduduk.
Sumber : Data Primer, Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum (2006), Widayanti
(2015), 2022
3.4. Metode Pelaksanaan Penelitian
Dalam sub pembahasan metode pelaksanaan, dijelaskan mengenai
beberapa pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya
yaitu Teknik pengumpulan data, metode analisis data, serta desain penelitian,
yang didalamnya mencakup kegiatan input, proses, dan output dari penelitian ini.
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam laporan ini, data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data
primerdan data sekunder. Data primer didapatkan dengan penelitian langsung ke
beberapa titik lokasi kawasan permukiman di Kampung Pandeyan. Selain itu juga
ada data sekunder yang didapatkan dari jurnal dari beberapa peneliti yang terkait
dengan pengembangan kawasan permukiman informal di wilayah Kampung
Pandeyan yang berbasis Urban Heritage dan Eco-Settlement.
31

1. Data Primer
Data primer didapatkan dengan penelitian langsung ke beberapa titik lokasi
kawasan permukiman di Kampung Pandeyan. Untuk data primer, terbagi atas
beberapa jenis data, antara lain yaitu :
a) Data Kondisi Eksisting Wilayah Studi
Pada pengumpulan data mengenai kondisi eksisting wilayah studi, sekaligus
berkaitan dengan pengumpulan data primer, pada penelitian ini peneliti
menggunakan dua metode pengumpulan, yaitu dengan melakukan wawancara
secara primer dengan menyebarkan kuesioner dengan responden yaitu masyarakat
yang bermukim di wilayah Kampung Budaya Pandeyan, serta melakukan
observasi secara primer berdasarkan batasan deliniasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui secara umum kondisi
eksisting wilayah studi melalui perspektif para responden. Untuk responden yang
dituju yaitu masyarakat yang bermukim dalam wilayah Kampung Budaya
Pandeyan dan memilikiwaktu bermukim minimal 1 tahun di wilayah tersebut serta
para pengunjung di lokasi Kampung Budaya Pandeyan. Untuk jumlah responden
memiliki jumlah minimal 20 orang, dengan maksimal responden yaitu 50 orang.
Hal ini ditujukan agar data yang digunakan memiliki validitas yang maksimal,
serta menunjang kegiatan analisis data yang lain.
Kuesioner yang digunakan juga menjadi alat penunjang dalam kegiatan
wawancara yang nantinya akan dilakukan. Pada penelitian ini peneliti telah
menyiapkan kuesioner yang berisikan pertanyaan tertulis, dimana nantinya setiap
responden akan menjawab sesuai dengan perspektifnya masing-masing. Hal ini
dilakukan dengan tujuan agar peneliti mampu untuk mengidentifikasi serta
menjabarkan setiap variabel dalam penelitian secara detail.
b) Prioritas Penanganan Permasalahan dan Pengembangan Potensi
Wilayah
32

Dalam pengumpulan data terkait prioritas penanganan permasalahan dan


pengembangan potensi wilayah studi, dilakukan analisis berupa analisis Delphi
yang ditunjang dengan analisis IPA, dimana analisis ini dilakukan guna
menentukan prioritas penanganan di wilayah studi. Dalam analisisnya, diperlukan
beberapa langkah atau tahapan. Yang pertama yaitu pembobotan. Pembobotan
dari hasil pengolahan kuesioner dilakukan pada kriteria-kriteria masing-masing
item, kemudian dicari rata- ratanya untuk memperoleh nilai dari urgensi atau
prioritas penanganan potensi dan masalah di wilayah studi.
2. Data Sekunder
Jurnal dari beberapa peneliti yang berisi beberapa data kualitatif maupun data
kuantitatif yang terkait dengan pengembangan kawasan permukiman informal
diwilayah Kampung Pandeyan yang berbasis Urban Heritage dan Eco- Settlement
yang mempengaruhi kondisi eksisting, kebutuhan sarana dan prasarana, hingga
kebutuhan preservasi dan konservasi dari beberapa bangunan inti di wilayah
Kampung Pandeyanjuga dijadikan acuan dalam pengambilan data sekunder.
Untuk keakuratan data sekunder tersebut, maka dilakukan penelitian secara
langsung untuk mendapatkan data primer yang berupa dokumentasi penelitian
terkat beberapa hal yang telah disebutkan tadi. Berikut merupakan dokumen data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini,yaitu :
1. RTRW Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2019-2039
2. RTRW Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041
3. RDTR Kota Yogyakarta Tahun 2015-2035
4. RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022
5. Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Provinsi
D.I.Yogyakarta Tahun 2017-2022.
a) Populasi
Untuk populasi yang dituju dalam penelitian ini yaitu populasi di sekitar
kawasan Kampung Budaya Pandeyan, dalam hal ini lingkupnya yaitu masyarakat
Kampung Pandeyan, pemerintahan setempat, dan beberapa stakeholder lainnya
yang berpengaruh dalam perkembangan Kampung Budaya Pandeyan.
b) Sampel
33

Secara definitif, sampel merupakan bagian dari populasi. Penentuan sampel


juga didasarkan pada kebutuhan penelitian, dengan cakupan sampel secara
subjektif memiliki fungsi tertentu, salah satunya yaitu untuk menentukan dan
mendapatkan informasi terkait hasil atau output penelitian tersebut. Pada
penelitian ini, peneliti menggunakan sistem sampel yaitu Purposive Sampling¸
dimana metode ini nantinya akan digunakan dalam metode pengumpulan data
wawancara dengan beberapa pihak yang berkaitan dengan perkembangan kondisi
Kampung Budaya Pandeyan.
Untuk mencapai output yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu untuk
memahami dan mengetahui secara detail kondisi eksisting dan kesesuaian konsep
Eco Settlement dan Urban Heritage, serta strategi pengembangan kawasan
permukiman di Kampung Pandeyan, dibutuhkan beberapa stakeholder atau pihak
yang memiliki keterkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
proses pengembangan kawasan permukiman Kampung Pandeyan. Pada tabel 3.2.
merupakan penjelasan kelompok stakeholder yang akan terlibat dalam penelitian
ini.
Tabel 3. 2 Sampel Kelompok Stakeholder

No Stakeholder Instansi Kode Jumlah Alasan Pemilihan


.
1. Pemerintah Dinas Pariwisata R-1 1 Dinas Pariwisata dan
dan Kebudayaan Kebudayaan Kota
Kota Yogyakarta Yogyakarta merupakan
pihak yang memiliki
informasi dan pengetahuan
tentang pengembangan
aspek pariwisata,
khususnya di Kota
Yogyakarta.
Dinas Lingkungan R-2 1 Dinas Lingkungan Hidup
Hidup Kota Kota Yogyakarta
Yogyakarta merupakan pihak yang
berwenang dalam
34

No Stakeholder Instansi Kode Jumlah Alasan Pemilihan


.
mengkaji berbagai aspek
lingkungan, khususnya
aspek ekologi yang ada di
kawasan Kota Yogyakarta.
Badan R-3 1 Badan Perencanaan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Pembangunan Kota Yogyakarta
Daerah Kota merupakan pihak yang
Yogyakarta berwenang dalam
mengatur serta
mengeluarkan kebijakan di
bidang perencanaan
pembangunan, sekaligus
kajian dan penelitian
pengembangan kawasan,
khususnya di Kota
Yogyakarta.
Dinas Pertanahan R-4 1 Dinas Pertanahan dan Tata
dan Tata Ruang Ruang Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta merupakan pihak yang
berwenang dalam
mengkaji sistem
pertanahan dan memiliki
informasi secara detail
mengenai aspek tata ruang
di wilayah Kota
Yogyakarta.
Dinas Pekerjaan R-5 1 Dinas Pekerjaan Umum
Umum dan dan Kawasan Permukiman
Kawasan Kota Yogyakarta
Permukiman Kota merupakan pihak yang
Yogyakarta berwenang dalam
35

No Stakeholder Instansi Kode Jumlah Alasan Pemilihan


.
mengkaji kebijakan, salah
satunya yang berkaitan
dengan kajian
infrastruktur, yang
berkaitan dengan kawasan
permukiman di Kota
Yogyakarta.
2 Masyarakat Tokoh masyarakat R-6, 4 Tokoh mayarakat
R-7, merupakan pihak yang
R-8, secara langsung berperan
R-9 sekaligus memiliki fungsi
kegiatan yang cukup
mendominasi di kawasan
permukiman Kampung
Pandeyan, sekaligus
memiliki informasi
mengenai pengembangan
kawasan permukiman
Kampung Pandeyan.
Sumber : Hasil Analisis, 2022
Selanjutnya, terdapat sampel pengunjung yang digunakan untuk
mengetahui informasi mengenai penilaian kondisi eksisting dari kawasan
permukiman Kampung Pandeyan. Adapun data sampel pengunjung yang
digunakan yaitu dengan menggunakan data jumlah penduduk yang ada di
Kawasan Kampung Pandeyan yang dijelaskan dalam tabel 3.3.
Tabel 3. 3 Data Jumlah Penduduk Kampung Pandeyan

Jumlah Penduduk
Kelurahan /
Laki- Jumlah Rasio Kepadatan/m2
Kampung Perempuan
Laki
Kampung Pandeyan 5.975 6.186 12.161 8,812
Sumber : BPS Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka, 2019
36

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus


Slovin, dengan ketentuan perhitungan sebagai berikut :
N
𝒏= 1+ N (e)
2 …………………….1)
Dimana :
n : = Anggota/unit sampel
N = Jumlah populasi
e = toleransi error (0.1 atau 10%)
Menurut Neuman (1997), terdapat beberapa klasifikasi dari nilai toleransi
error yang digunakan berdasarkan jumlah populasi yang digunakan, yaitu :
 Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi berjumlah besar
 Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi berjumlah kecil
Dalam penelitian ini, data jumlah penduduk dari Kelurahan Pandeyan
digunakan sebagai data awal populasi. Dari jumlah penduduk tersebut, didapatkan
sampel responden dengan rumus slovin, dengan perhitungan sebagai berikut
12.161
𝒏= 2 ……………2)
1+ 12.161(0,1)

𝒏 = 103 responden
Dimana jumlah dari responden yang diharapkan terlibat dalam penelitian
ini berjumlah 103 responden. Selain dari jumlah sampel yang telah ditentukan,
diperlukan adanya beberapa kriteria dari sampel responden yang ditentukan
sebelumnya. Berikut merupakan kriteria dari sampel responden yang terlibat
dalam penelitian ini :
a. Masyarakat
o Merupakan warga domisili Kampung Pandeyan
o Menempati kawasan permukiman Kampung Pandeyan selama
lebih dari 1 tahun
o Memiliki pemahaman mengenai Kampung Budaya Pandeyan
o Berusia 17 – 65 tahun
b. Pemerintah
37

o Merupakan anggota dari instansi pemerintah, khususnya di tingkat


Kecamatan Umbulharjo dan Kelurahan Pandeyan
o Memiliki pemahaman mengenai kawasan permukiman di
Kampung Budaya Pandeyan
o Minimal memiliki tingkat Pendidikan SMA se-derajat
o Berusia 17 – 65 tahun
c. Pengunjung
o Memiliki fungsi dan aktivitas di sekitar kawasan permukiman
Kampung Pandeyan
o Berusia 17 – 65 tahun
o Memiliki informasi mengenai kawasan Kampung Budaya
Pandeyan

3.5. Metode Analisis Data


Pada subbab pembahasan metode analisis dijelaskan mengenai beberapa
mekanisme atau metode analisis data yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan
ditahap sebelumnya, adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Teknik Analisis Kebijakan
Teknik analisis kebijakan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
beberapa dokumen ataupun kajian hingga kebijakan yang berlaku di wilayah studi
penelitian, terutama yang berkaitan dengan kebijakan mengenai kawasan
permukiman di wilayah perkampungan. Selanjutnya, analisis kebijakan dilakukan
dengan mengkaji berbagai kebijakan dalam penetapan lokasi kawasan
permukiman di Kampung Budaya Pandeyan, seperti di dalam dokumen tata ruang
RTRW Kota Yogyakarta, hingga RDTRK Kota Yogyakarta. Dalam teknik
analisis ini, digunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan ditunjang oleh
data hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden yang
telah ditentukan sebelumnya.
2. Teknik Penentuan Potensi, Permasalahan, dan Penetapan Isu
Strategis
38

Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi tiga hal, yaitu potensi yang
dapat dikembangkan, permasalahan yang perlu diselesaikan, dan isu strategis yang
terjadipada studi kasus pengembangan kawasan permukiman di Kampung Budaya
Pandeyan, yang nantinya akan melibatkan data primer dan juga data sekunder.
Dalam teknik analisis ini, digunakan metode analisis deskriptif kualitatif, dengan
ditunjang oleh data hasil observasi dan hasil wawancara yang dilakukan kepada
responden yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Teknik Analisis Kualitatif Delphi
Proses Delphi telah digunakan di berbagai bidang studi seperti perencanaan
program, penilaian assesment, penetuan kebijakan, dan pemanfaatan sumber daya
untuk mengembangkan berbagai alternatif, menjelajahi atau mengekspos yang
mendasari asumsi, serta berkorelasi penilaian pada suatu topik yang mencakup
berbagai disiplin ilmu. Menurut Budiharjo (1992), Teknik Delphi cocok sebagai
metode untuk pembangunan konsensus dengan menggunakan serangkaian
kuesioner dikirimkan menggunakan beberapa iterasi untuk mengumpulkan data
panel dari subyek yang dipilih
Teknik Analisis Delphi ditujukan untuk mengetahui seberapa besar peran dari
masyarakat, terutama dalam hal pengembangan kawasan permukiman di kawasan
Kampung Budaya Pandeyan, sekaligus untuk mengetahui potensi dan
permasalahan apa saja yang terjadi di wilayah studi tersebut. Gambar 3.3.
merupakan penjelasan tahapan atau langkah yang digunakan dalam analisis
Delphi.
39

Gambar 3. 2 Grafik Alur Tahapan Analisis Delphi

Penentuan Waktu dan Putaran


Pengambilan Hasil Wawancara

Penentuan Variabel yang


digunakan

Pelaksanaan Wawancara

Pengolahan Data Hasil Wawancara


melalui Analisis Delphi

Penarikan Hasil dan Kesimpulan

Sumber : Budiharjo (1992), Data Sekunder


Adapun beberapa variabel tetap dan variabel bebas yang digunakan dalam
teknik analisis Delphi, antara lain sebagai berikut.
a. Kondisi eksisting dari kawasan permukiman Kampung Budaya
Pandeyan.
b. Kondisi bangunan preservasi dan konservasi di sekitar Kampung Budaya
Pandeyan.
c. Kebutuhan sarana dan prasarana dari masyarakat di wilayah Kampung
Budaya Pandeyan.
Pada tabel 3.4. merupakan penjelasan variabel yang diolah menggunakan
analisis Delphi dalam penelitian ini.
Tabel 3. 4. Variabel Dalam Analisis Delphi

No. Variabel Indikator


1. Budaya, Lingkungan  Identifikasi mengenai sosial kebudayaan, aspek
dan Bangunan
lingkungan, dan bangunan bersejarah yang ada di
Bersejarah
kawasan Kampung Budaya Pandeyan.
2. Sosial  Aspek Demografi Kemasyarakatan
Kemasyarakatan
Sumber : Data Primer, Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum (2006), Widayanti
(2015), 2022
40

4. Teknik Analisis Kuantitatif Importance-Performance Analysis (IPA)


Teknik analisis Importance-Performance Analysis (IPA) ditujukan untuk
mengetahui hasil dari kepuasan masyarakat di wilayah Kampung Budaya
Pandeyan, terutama yang berkaitan dengan kawasan permukiman hingga
ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah tersebut, sekaligus memahami
potensi, permasalahan, serta isu strategis hingga kebutuhan apa saja yang
dibutuhkan masyarakat di Kampung Budaya Pandeyan dalam upaya mewujudkan
kawasan permukiman Kampung Pandeyan berbasis Urban Heritage dan
berkonsep Eco-Settlement. Selanjutnya, Analisis IPA dilakukan dengan cara
menilai tingkat kepuasan masyarakat yang dihubungkan dengan nilai kepentingan
dari masyarakat yang dilakukan pada setiap variabel sehingga dapat diketahui
variabel tersebut berada dalam kuadran prioritas berapa (Dewi Junita
Koesoemawati et. al., 2019). Adapun beberapa variabel tetap dan variabel bebas
yang digunakan dalam teknik analisis Importance- Performance Analysis (IPA),
antara lain sebagai berikut.
a. Kebutuhan sarana dan prasarana dari masyarakat di wilayah Kampung
Budaya Pandeyan.
b. Kebutuhan aspek lingkungan dalam masyarakat di Kampung Budaya
Pandeyan.
c. Pengembangan dan analisis kinerja aspek pariwisata dalam
mendukung pengembangan konsep Urban Heritage di wilayah
Kampung Pandeyan.
Selanjutnya, dijelaskan mengenai variabel data yang diolah dengan menggunakan
analisis Importance Performance Analysis (IPA), yang dijelaskan pada tabel 3.5.
berikut.
Tabel 3. 5. Variabel Dalam Analisis IPA

No. Variabel Indikator


1. Aspek Ekologi  Kepadatan Bangunan, dengan kriteria menurut standar
Pedoman Identifikasi Kawasan Permukiman, yaitu :
o Tinggi, >100 unit / ha
o Sedang, 60 – 100 unit / ha
41

No. Variabel Indikator


o Rendah, <60 unit / ha
 Kondisi dan Kelas Jalan
 Kondisi Sarana dan Prasarana Kawasan
 Ketersediaan Sarana dan Prasarana, diantaranya :
o Sarana Pendidikan
o Sarana Kesehatan
o Sarana Peribadatan
o Sarana Perdagangan dan Jasa
o Sarana Pemerintahan dan Bangunan Umum
o Prasarana Jaringan Listrik
o Prasarana Jaringan Sanitasi
 Prasarana Jaringan Telekomunikasi
2. Aspek Sosial  Tingkat kepuasan dan peran masyarakat dalam
pengembangan kawasan Kampung Budaya Pandeyan.
3. Aspek Kelembagaan  Identifikasi program pemerintah dalam pengembangan
kawasan permukiman di wilayah Kampung Budaya
Pandeyan.
4. Budaya, Lingkungan  Identifikasi mengenai sosial kebudayaan, aspek
dan Bangunan lingkungan, dan bangunan bersejarah yang ada di
Bersejarah
kawasan Kampung Budaya Pandeyan.
5. Sosial  Aspek Demografi Kemasyarakatan
Kemasyarakatan
Sumber : Data Primer, Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum (2006), Widayanti
(2015), 2022
Dari penjelasan variabel pada tabel 3.5, nantinya akan diolah melalui
analisis IPA, dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pembobotan
Pembobotan menggunakan skala linkert yang umumnya digunakan untuk
penilaian dan pendapat penggunaan atau wisatawan terhadap pelayanan jasa
atau suatu objek (Silalahi, 2003). Setiap pertanyaan memiliki dua jawaban
dalam Skala Likert berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja.
Pembobotan dilakukan setelah peneliti mendapatkan data, baik secara primer
maupun sekunder, berkaitan dengan potensi serta permasalahan yang ada di
42

wilayah studi. Adapun indeks interval dalam pembobotan mengenai indeks dari
Tingkat Kesesuaian dalam pembobotan Skala Likert dijelaskan pada tabel 3.6,
yaitu :
Tabel 3. 6. Interval Indeks Skala Likert

No. Interval Keterangan


1. 80% - 100% Tinggi
2. 60% - 79% Sedang
3. ≤60% Rendah
Sumber : Widayanti (2015), 2022
Dari tabel 3.6, dijelaskan mengenai hasil interval memiliki nilai yang
bervariatif, dimana setiap interval memiliki keterangan yang berbeda, dimana
tingkat tinggi, sedang, dan rendah.

2. Tingkat Kepentingan (Importance) & Tingkat Kepuasan


(Performance)
Tingkat Kepentingan (Importance) & Tingkat Kepuasan (Performance)
merupakan langkah analisis selanjutnya setelah dilakukan pembobotan. Dalam
penelitian ini, Tingkat Kepentingan (Importance) & Tingkat Kepuasan
(Performance) dianalisis kemudian ditentukan hasilnya melalui kuadran IPA.
Adapun rumus dari perhitungan Tingkat Kesesuaian Responden dalam
perhitungan IPA, yaitu :

……………………………….3)
Dimana :
Tki =  Tingkat kesesuaian responden.
Xi =  Skor penilaian kinerja perusahaan
Yi =  Skor penilaian kepentingan pelanggan
Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu
tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan.
43

3. Analisis Kuadran
Analisis kuadran digunakan untuk mencari indikator jasa pelayanan dengan
menggunakan diagram kartesius dan tahapan analisis perhitunggan terbagi
menjadi dua. Tahapan pertama menghitung rata-rata penilaian kepentingan dan
kinerja untuk setiap atribut sedangkan tahapan kedua untuk menghitung rata-rata
tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan atribut. Setelah diperoleh
bobot kinerja dan kepentinganatribut serta nilai rata-rata kinerja dan kepentingan
atribut, kemudian nilai-nilai tersebut masukkan ke dalam diagram kartesius.
a. Desain Penelitian
Dalam subbab desain penelitian, dijelaskan mengenai proses penelitian,
terutama yang berkaitan dengan proses input hingga output yang akan
dilaksanakan dalam penelitian ini. Adapun beberapa kebutuhan atau desain dari
penelitian ini dijelaskan pada tabel 3.7. berikut.

Tabel 3. 7. Desain Penelitian

INPUT PROSES OUTPUT


No Alur Data Analisis Pengumpulan Metode Hasil analisis
Data Analisis
- Penetapan
Kawasan
- RTRW Kota Kampung
Yogyakarta Budaya
Analisis - RDTRK Kota Kajian literatur Deskriptif Pandeyan
1 Kebijakan Yogyakarta Survey Primer Kualitatif - Kesesuaian
pengembanga
kawasan
permukiman
Kampung
Budaya
Pandeyan
44

INPUT PROSES OUTPUT


No Alur Data Analisis Pengumpulan Metode Hasil analisis
Data Analisis

- Kondisi fisik dasar


kawasan
permukiman
Analisis - Kawasan dan- Kajian Literatur
Potensi, Bangunan - Survei Primer Teridentifikasi
2 permasalah preservasi dan
- Dokumentasi Deskriptif kondisi eksisting,
andan isu konservasi kualitatif potensi, masalah
strategis - Sarana prasarana dan isu strategis
permukiman
Kampung Budaya
Pandeyan

Sumber : Data Primer, 2022


45

b. Diagram Alur Pikir


Gambar 3. 3 Diagram Alur Pikir Penelitian

Mulai

Persiapan Observasi dan


Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer : Data Sekunder :


1.Gambaran Umum Kawasan Kampung 1. RTRW Provinsi DIY 2019 - 2039
Budaya Pandeyan 2. RTRW Kota Yogyakarta 2021-2041
2.Tinjauan Aspek Fisik, Non Fisik, serta 3. RDTRK Kota Yogyakarta 2015-2035
Aspek Lingkungan Wilayah Studi 4. RPJMD Kota Yogyakarta 2017 – 2022
3.Wawancara dan Kuesioner Penelitian 5. Renstra Dinas Pariwisata DIY 2017-2022

Analisis yang digunakan yaitu menggunakan Analisis yang digunakan yaitu analisis IPA,
analisis Delphi, dimana tahapan yang dilakukan dimana nantinya digunakan untuk mengetahui
dengan melakukan wawancara dnegan kuesioner strategi pengembangan kawasan permukiman
yang telah ditentukan, dengan output yang berdasarkan dari hasil pengolahan data wawancara
diharapkan yaitu hasil gambaran umum kawasan yang telah dilakukan sebelumnya.
Kampung Budaya Pandeyan.

Penentuan Kesesuaian, Strategi dan Upaya Pengembangan


Kawasan Kampung Budaya Pandeyan berdasarkan Konsep
Eco Settlement dan Urban Heritage

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Sumber : Data Primer, 2022


46

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Aspek Fisik Kawasan


Aspek fisik merupakan salah satu aspek dalam sebuah kewilayahan yang
berkaitan dengan kondisi eksisting kewilayahan. Pada subbab ini menjelaskan
mengenai beberapa aspek fisik yang ada di kawasan Kampung Pandeyan.
Berdasarkan pengamatan hasil eksisting, berikut merupakan penjelasan aspek fisik
yang mencakup beberapa bagian, diantaranya yaitu :
4.1.1. Kondisi Geografis
Kelurahan Pandeyan dibentuk berdasarkan Perda Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor : 06 Tahun 1981 tentang Pembentukan, Pemecahan,
Penyatuan dan Penghapusan Kelurahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk wilayah Kota Yogyakarta jumlah keseluruhan ada 45 Kelurahan. Pusat
Pemerintahan Kelurahan, terletak di Jalan Pandeyan Gg Empu Sendok UH 5/783
RT 11 RW 03, sekitar 1,5 Km dari Pusat Pemerintahan Kota Yogyakarta.
Kelurahan Pandeyan merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Kelurahan yang ada di
wilayah Kecamatan Umbulharjo dengan luas wilayah lebih kurang 118,499 Ha
atau 1,2 km persegi dan terbagi dalam 13 RW, 52 RT serta terdiri atas 7 (tujuh)
kampung yaitu Kampung Sidikan, Golo, Pakel, Kalangan, Kebrokan, Pandeyan
dan Gambiran.
Secara geografis, Kelurahan Pandeyan terletak diantara 110° 23’ 36”
Bujur Timur - 110° 22’ 57” Bujur Timur, dan 7° 49’ 08” Lintang Selatan - 7° 49’
40” Lintang Selatan. Rentang jarak wilayahnya dari utara ke selatan adalah sejauh
kurang lebih 889 meter, sedangkan rentang jarak dari barat ke timur adalah kurang
lebih 1.258 meter. Selanjutnya, dari segi administratif, Kelurahan Pandeyan
memiliki luas 1,38 km2, dimana Batas wilayah Kelurahan Pandeyan adalah:
 Sebelah Utara : Kelurahan Tahunan
 Sebelah Timur : Kelurahan Rejowinangun
 Sebelah Selatan : Kelurahan Sorosutan
 Sebelah Barat : Kelurahan Wirogunan
47

Secara administratif, Kelurahan Pandeyan terdiri atas 7 kampung yang


terbagi menjadi 13 RW dan 52 RT. Untuk batasan deliniasi merupakan wilayah
dari Kampung Budaya Pandeyan, dimana deliniasi wilayah studi terdiri atas 5 RT
dan 2 RW. Berikut gambar 4.1. menjelaskan mengenai deliniasi kawasan
Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 1 Peta Deliniasi Lokasi Penelitian

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022


4.1.2. Topografi
Kondisi wilayah yang datar menjadi suatu potensi serta konsekuensi dalam
pengelolaan dan pengembangan wilayah, diantaranya dalam perkembangan
perkotaan maupun permukiman. Wilayah Kelurahan Pandeyan, khususnya di area
kampung Pandeyan sebagian besar berada pada kemiringan 0-2 %, dengan
jumlah luasan sebesar 1,38 km2. Selain itu, terdapat beberapa area di wilayah
Kelurahan Pandeyan dengan kemiringan diatas 40% hanya terdapat di area
bantaran sungai Gajah Wong. Kondisi topografi tersebut menunjukkan bahwa
secara umum kondisi wilayah Kelurahan Pandeyan terletak pada kawasan datar.
Ditinjau dari aspek ketinggian, wilayah Kelurahan Pandeyan terletak di ketinggian
48

antara 83 mdpl sampai dengan 97 mdpl. Pada gambar 4.2. merupakan peta kondisi
topografi serta kontur yang ada di wilayah Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 2. Peta Aspek Topografi Kampung Pandeyan

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022


4.1.3. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kelurahan Pandeyan secara umum dipengaruhi oleh dua
aliran sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Gajah Wong yang mengalir di
bagian timur, dan Sungai Manunggal di wilayah barat. Sungai-sungai tersebut
termasuk dalam sungai dengan bantaran permanen yang mengalir sepanjang tahun
dengan debit aliran yang bervariasi. Kondisi aliran tersebut dipengaruhi oleh
tingginya curah hujan di bagian hulu, topografi, dan tanah yang memiliki tingkat
resap yang cukuo tinggi. Selanjutnya, aliran dasar dari air tanah cukup tinggi,
sehingga dapat mendukung aliran air sungai pada musim kemarau. Selain air
permukaan, kondisi air tanah juga mempengaruhi kondisi hidrologi di kelurahan
49

Pandeyan. Potensi air tanah di wilayah Kelurahan Pandeyan diklasifikasikan


dengan kategori tinggi karena terdapat pada area cekungan wilayah Yogyakarta.
Pada gambar 4.3. merupakan peta penjelasan dari kondisi hidrologi di wilayah
Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 3. Peta Aspek Hidrologi Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022
4.1.4. Klimatologi
Kondisi klimatologi dapat didasarkan pada komponen suhu udara,
kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, dan hari hujan. Secara umum,
rata-rata curah hujan tertinggi di Kelurahan Pandeyan selama rentang tahun 2017 -
2021 terjadi pada bulan November, yaitu sebanyak 692,5 mm. Kelembaban udara
di wilayah Kelurahan Pandeyan rata-rata cukup tinggi, tertinggi terjadi pada bulan
Februari, Maret, November sebesar 89% dan terendah pada bulan Agustus sebesar
84%. Adapun suhu udara rata-rata di wilayah Kelurahan Pandeyan 26,71℃. Pada
tabel 4.1. dijelaskan mengenai tingkat curah hujan di wilayah Kelurahan
Pandeyan yang mencakup wilayah Kampung Pandeyan.
50

Tabel 4. 1. Tingkat Curah Hujan Kelurahan Pandeyan

Curah Hujan (mm) Hari Hujan


Bulan
2017 2018 2019 2020 2021 2017 2018 2019 2020 2021
Jan 152 291,8 464,1 382 308,2 19 28 31 25 22
Feb 323 348,5 337 237,6 398,4 20 24 19 20 24
Mar 425 402,9 190,9 648,4 516,8 24 21 15 25 23
Apr 184,8 243,4 107,5 33,4 207 19 20 14 4 17
Mei 137,8 45,7 10,8 - 275,9 19 7 8 - 15
Jun 296,5 9,2 17,4 1 3,7 15 5 6 1 5
Jul 105,9 12,7 - - 3,3 17 4 - - 2
Agu 94,5 - 1,1 - 13,7 12 - 5 - 5
Sep 237,2 63 20,6 - 6,8 18 6 8 - 3
Okt 324,2 60,1 - - 114 21 14 - - 18
Nov 508,2 692,5 275,4 275,4 182,8 25 25 17 17 11
Des 267,8 372,5 177,6 214,6 341,6 27 22 22 19 16
Sumber : BPS Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka 2018-2021; Data Sekunder
Pada gambar 4.4, merupakan penjelasan implementasi dari data curah hujan di
wilayah Kelurahan Kampung Pandeyan yang dijelaskan pada tabel 4.1.

Gambar 4. 4. Peta Aspek Klimatologi Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022
51

4.1.5. Geologi
Secara geologi, Kelurahan Pandeyan terletak di daerah dataran dengan
aliran alluvial yang berasal dari Gunung Merapi. Adapun material utama
penyusun batuan yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan yaitu struktur batuan
yang tersedimentasi dimana hasil ini didapatkan melalui proses vulkanik erupsi
Gunung Merapi. Berdasarkan struktur tanah, wilayah Kelurahan Pandeyan
memiliki jenis tanah berupa tanah Regosol. Secara umum, ciri-ciri jenis tanah
Regosol yaitu tanah muda yang belum mengalami perkembangan lanjut,
bertekstur kasar, cenderung gembur, peka terhadap erosi, kemampuan menyerap
air yang tinggi, dan bersifat cukup subur karena kaya akan unsur hara. Berikut
merupakan peta dari kondisi geologi kawasan Kampung Pandeyan yang tertera
pada gambar 4.5.

Gambar 4. 5. Peta Aspek Geologi Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022
4.1.6. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan bentuk kegiatan manusia yang dapat
dilakukan dalam suatu lahan atau tanah dengan memaksimalkan atau
mengoptimalkan pemanfaatannya guna memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Kelurahan Pandeyan yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Umbulharjo,
52

memiliki luasan wilayah secara umum, dengan klasifikasi penggunaan lahan yang
dijelaskan dalam tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4. 2. Luasan Guna Lahan Kecamatan Umbulharjo

Guna Lahan Luasan (ha)


Perumahan 518,77
Jasa 56,5
Perusahaan 43,76
Industri 17,88
Pertanian 57,36
Lahan Non Produktif 12,69
Lain-lain 105,04
Sumber : Data BPS Kota Yogyakarta 2021; Data Sekunder
Gambar 4.6. merupakan peta hasil implementasi dari data penggunaan
lahan di wilayah Kampung Pandeyan yang tertera pada tabel 4.2.

Gambar 4. 6 . Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022

4.2. Aspek Non Fisik Kawasan


Aspek non fisik merupakan aspek yang melibatkan beberapa hal yang
berkaitan dengan sosial kemasyarakatan hingga kebudayaan. Berikut aspek non
53

fisik kawasan wilayah Kampung Pandeyan yang dibahas pada penelitian kali ini,
antara lain yaitu aspek demografi dan aspek sosial kebudayaan
4.2.1. Aspek Demografi Kemasyarakatan
Aspek demografi kemasyarakatan dalam penelitian ini akan membahas
mengenai beberapa hal, diantaranya yaitu mengenai aspek kependudukan serta
berbagai hal yang meliputi sosial kemasyarakatan yang ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan, diantaranya yaitu :
4.2.1.1. Kependudukan
Menurut data yang dilansir dari Badan Pusat Statistika Kota Yogyakarta
(Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka) pada tahun 2021, terlihat bahwa wilayah
Kelurahan Pandeyan memiliki jumlah hasil penentuan penduduk sebesar 12.234
jiwa, dengan kepadatan Penduduk dimana persentase jumlah penduduknya
sebesar 18,35% dari jumlah total penduduk di wilayah Kecamatan Umbulharjo.
Selanjutnya, ditinjau dari jenis kelamin dan sex ratio, didapatkan data di wilayah
Kelurahan Pandeyan memiliki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6.006 jiwa,
jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.228, dengan tingkat sex ratio sebesar
96%. Tabel 4.3. merupakan penjelasan data rincian dari aspek kependudukan di
wilayah Kelurahan Pandeyan.
Tabel 4. 3. Aspek Kependudukan Kelurahan Pandeyan

Aspek Kependudukan Kelurahan Pandeyan


Jumlah Total Penduduk 12.234 jiwa
Kepadatan Penduduk 8,86 jiwa/m2
Jumlah Penduduk Laki-laki 6.006 jiwa
Jumlah Penduduk Perempuan 6.228 jiwa
Tingkat Sex Ratio 96%
Jumlah Penduduk berdasarkan Kecamatan 18,35%
Sumber : Data BPS (Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka 2021); Data Sekunder
Selanjutnya, dari data yang tercantum dalam tabel 4.3, diimplementasikan
kedalam peta persebaran penduduk yang ada di wilayah Kampung Pandeyan yang
terdapat pada gambar 4.7 berikut.
54

Gambar 4. 7. Peta Aspek Kependudukan Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022
4.2.2. Aspek Sosial Budaya
Secara eksisiting, Kampung Budaya Pandeyan kaya akan kegiatan seni
budaya berupa adat dan tradisi, kesenian, bahasa, sastra, dan aksara kerajinan,
kuliner, dan warisan budaya. Hingga saat ini, Kampung Budaya Pandeyan masih
memegang kampung predikat “Rintisan Kampung Budaya”. Hal tersebut
dikarenakan permasalahan yang sangat terlihat jelas bahwa Kampung Budaya
Pandeyan sendiri belum memiliki perencanaan kawasan yang mensinergikan
berbagai potensi seni budaya yang ada untuk menjadikan sebagai peluang
kegiatan pariwisata.
Kampung Budaya Pandeyan secara eksisting memiliki pengembangan
kawasan yang mengarah pada atraksi seni dan budaya. Atraksi daya tarik wisata
yang dikembangkan antara lain atraksi seni pertunjukan wayang kulit, karawitan,
kethoprak, jathilan, mocopat, ledek gogik, dan workshop pembuatan gamelan
jawa.
55

Gambar 4. 8 Kegiatan “Gelar Seni Bakdo Kupat 2022” Dan Kirab Budaya
Kampung Pandeyan
Sumber : Data Primer; 2022
Pada gambar 4.8. dijelaskan mengenai kegiatan Gelar Seni Bakdo Kupat
2022 Dan Kirab Budaya yang ada di wilayah Kampung Pandeyan. Dilansir dari
website Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Tahun 2020, Dalam rangka
meningkatkan atraksi daya tarik kampung wisata pandeyan setiap tahun secara
rutin juga digelar upacara adat dan tradisi yang diberi nama “Bakdo Kupat” yang
diselenggarakan satu minggu setelah idul fitri. Prosesi upacara adat dan tradisi
bakdo kupat dimulai dengan kirab atau arak arakan gunungan ketupat dan diiringi
jodang yang berisi ketupat dan kelengkapannya. Arak arakan diikuti oleh segenap
warga masyarakat pandean serta berbagai kelompok kesenian rakyat dan dikawal
oleh kelompok bregodo keprajuritan. Setelah kirab selesai kemudian peserta kirab
berkumpul di halaman depan masjid setempat untuk berdoa bersama memohon
perlindungan dan keselamatan serta kehidupan yang sejahtera dari Tuhan Yang
Maha Esa untuk kehidupan yang akan datang setelah doa selesai sebagai
ungkapan kegembiraan maka dilakukan makan bersama menyantap ketupat
dengan lauk pauk yang sudah disediakan dan gunungan ketupat juga diperebutkan
atau dibagikan kepada warga serta mesyarakat umum yang hadir dalam
acara “Bakdo Kupat”, yang selanjutnya diakhiri dengan kegiatan pertunjukan
wayang kulit semalam suntuk di pendopo rumah budaya pandeyan yang
dibawakan oleh warga masyarakat pandeyan sendiri.

4.3. Fasilitas Kawasan


Fasilitas merupakan sebuah infrastruktur fisik yang telah disediakan
bertujuan untuk memberi kemudahan masyarakat dalam melakukan kegiatan
56

sehari-hari. Suatu daerah tentu memiliki beberapa fasilitas pendukung sebagai


pendorong kemajuan daerah tesebut. Beberapa fasilitas yang dimaksud antara
lain:
4.3.1. Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Pendidikan merupakan bagian dari sarana dan prasarana
pendukung aktivitas belajar mengajar. Ketersediaan fasilitas belajar yang lengkap
dan memadai merupakan indikasi atau syarat menjadi sekolah yang efektif serta
membuat para siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang secara optimal. Tabel 4.4. merupakan penjelasan data fasilitas
pendidikan yang ada di Kelurahan Pandeyan :
Tabel 4. 4. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Kelurahan Pandeyan

SLB TK SD MI SMP MTS SMA MA SMK


- - 5 - 1 - 1 - 1
Sumber : Data BPS (Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka 2021); Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai ketersediaan fasilitas pendidikan di
Kelurahan Pandeyan, dijelaskan bahwa mayoritas ketersediaan fasilitas
Pendidikan di wilayah Kelurahan Pandeyan berada di tingkat Sekolah Dasar
dengan jumlah sekolah sebanyak 5. Secara eksisting, tingkat keterjangkauan dari
fasilitas Pendidikan sangat mudah, dengan lokasi fasilitas Pendidikan yang berada
di lokasi yang strategis.

(a). Universitas Teknologi Yogyakarta (b). Yayasan Pendidikan “Sang Timur”


Gambar 4. 9. Sarana Pendidikan di Wilayah Kampung Pandeyan
Sumber : Data Primer, 2022
57

Gambar 4. 10 . Peta Fasilitas Pendidikan Wilayah Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022
Gambar 4.9. dan 4.10. merupakan sampel serta hasil pemetaan dari kondisi
eksisting mengenai ketersediaan fasilitas pendidikan yang ada di wilayah
Kampung Pandeyan.
4.3.2. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan merupakan fasilitas yang dibangun guna
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan untuk masyarakat menjadi lebih
baik. Pada tabel 4.5. merupakan penjelasan dari ketersediaan fasilitas kesehatan di
Kelurahan Pandeyan.
Tabel 4. 5. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Kelurahan Pandeyan

No. Jenis Fasilitas Kesehatan Nama


RSIA Bhakti Ibu
1. Rumah Sakit
RS Islam Hidayattullah
Apotek Eka Manunggal
Apotek Mitra Sehat
2. Apotek
Apotek Vita Farma
Apotek Umbulharjo
Sumber : Data BPS (Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka 2021); Data Sekunder
58

Berdasarkan data pada tabel 4.5, dapat dijelaskan bahwa ketersediaan


fasilitas kesehatan yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan ketersediaannya
cukup, dengan adanya dua rumah sakit swasta dan juga 4 apotek, serta memiliki
tingkat keterjangkauan yang mudah karena berada di area pusat kawasan
Kelurahan Pandeyan.

(a). Klinik Kesehatan M. Kasmidi (b). Apotek Viva


Gambar 4. 11. Sarana Kesehatan di Wilayah Kampung Pandeyan
Sumber : Data Primer; 2022

Gambar 4. 12 Peta Fasilitas Kesehatan Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022


59

Pada gambar 4.11. dan 4.12. merupakan penjelasan sampel dari kondisi
eksisting mengenai ketersediaan dari fasilitas kesehatan di wilayah Kampung
Pandeyan.
4.3.3. Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Peribadatan merupakan tempat yang digunakan umat beragama
untuk melakukan aktivitas beribadah menurut keyakinan masing-masing. Fasilitas
peribadatan ini merupakan hal yang sangat penting dan harus ada di sebuah
kawasan. Pada tabel 4.6 dijelaskan mengenai ketersediaan beberapa fasilitas
peribadatan di wilayah Kelurahan Pandeyan.
Tabel 4. 6. Ketersediaan Fasilitas Peribadatan Kelurahan Pandeyan

Musholla &
Masjid Gereja Vihara Pura
Langgar
21 14 1 - -
Sumber : Data BPS (Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka 2021); Data Sekunder
Berdasarkan data pada tabel 4.6, didapatkan data berupa jumlah
ketersediaan fasilitas peribadatan di wilayah Kelurahan Pandeyan yang
didominasi oleh fasilitas peribadatan berupa masjid, musholla langar, serta adanya
gereja. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat di Kelurahan Pandeyan
memeluk agama Islam. Gambar 4.13. merupakan contoh dari kondisi eksisting
fasilitas peribadatan di wilayah Kampung Pandeyan. Selanjutnya, pada gambar
4.14. merupakan hasil pemetaan ketersediaan fasilitas peribadatan yang ada di
wilayah Kampung Pandeyan.

(a). Gedung Dakwah Muhammadiyah (b). Masjid Baiturrohman


Gambar 4. 13. Sarana Peribadatan di Wilayah Kampung Pandeyan
Sumber : Data Primer; 2022
60

Gambar 4. 14. Peta Fasilitas Peribadatan Wilayah Kampung Pandeyan


Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022
4.3.4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Sarana perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan meyediakan
kebutuhan sehari-hari penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
pendukung yang dibutuhkan. Fasilitas perdagangan dan jasa merupakan salah satu
sarana prasarana wilayah yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Pada
gambar 4.15. dijelaskan beberapa jenis sarana perdagangan dan jasa yang tersebar
di wilayah Kelurahan Pandeyan.

(a). Warung / Toko Kelontong (b). Kedai Makan


Gambar 4. 15 Sarana Perdagangan dan Jasa di Wilayah Kampung Pandeyan
Sumber : Data Primer; 2022
61

Beberapa jenis sarana perdagangan dan jasa yang ada di wilayah


Kelurahan Pandeyan merupakan jenis sarana perdagangan jasa formal dan
informal. Hal ini cukup berkembang di wilayah Kelurahan Pandeyan, dikarenakan
di wilayah Kelurahan Pandeyan terdapat beberapa sektor pendukung dari kegiatan
perdagangan dan jasa tersebut, diantaranya yaitu adanya perguruan tinggi
(Universitas Teknologi Yogyakarta) serta beberapa kantor pemerintahan dan
sarana lainnya yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan.
4.3.5. Fasilitas Perkantoran dan Bangunan Umum
Fasilitas perkantoran dan bangunan umum digunakan untuk memudahkan
segala kegiatan ataupun pekerjaan. Namun, fasilitas ini juga dapat diartikan
sebagai sarana pendukung dalam kegiatan berupa fisik dan digunakan dalam
kegiatan-kegiatan yang berkaitan.
Berdasarkan pengamatan primer dan kondisi eksisting, terdapat beberapa
fasilitas perkantoran serta beberapa bangunan umum yang berfungsi sebagai
bangunan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar wilayah Kelurahan
Pandeyan. Adapun fasilitas tersebut berupa Kantor Kecamatan Umbulharjo,
Kantor Kelurahan Pandeyan, Klinik Rawat Inap, hingga kantor perwakilan PP
Muhammadiyah wilayah Kecamatan Umbulharjo. Gambar 4.16. dan Gambar
4.17. menjelaskan mengenai sampel dari fasilitas perkantoran dan bangunan
umum serta pemetaan ketersediaan fasilitas perkantoran dan bangunan umum
yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan.

(a). Kantor Kecamatan Umbulharjo (b). Kantor Kelurahan Pandeyan


Gambar 4. 16 Sarana Perkantoran dan Bangunan Umum di Wilayah
Kampung Pandeyan
Sumber : Data Primer; 2022
62

Gambar 4. 17. Peta Fasilitas Perkantoran dan Bangunan Umum Wilayah Kampung
Pandeyan

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022

4.4. Utilitas Kawasan


Sistem utilitas atau jaringan prasarana merupakan salah satu aspek
pendukung dalam pengembangan sebuah kawasan. Berikut merupakan sistem
utilitas atau jaringan utilitas yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan, Kecamatan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
4.4.1. Jaringan Listrik
Jaringan listrik pada wilayah Kampung Pandeyan berdasarkan data
sekunder (BPS Kecamatan Umbulharjo, 2021), hanya terdapat Jumlah Pelanggan
berdasarkan pengguna yang diklasifikasikan antara pengguna jasa PLN serta non
PLN. Untuk persebaran utilitas jaringan listrik, secara umum di area Kampung
Pandeyan sudah tersebar secara merata serta mampu untuk menunjang seluruh
kegiatan masyarakat, khususnya di wilayah Kampung Pandeyan. Tabel 4.7.
menjelaskan mengenai jumlah pengguna jaringan listrik di wilayah Kelurahan
Pandeyan.
63

Tabel 4. 7. Jumlah Pengguna Jaringan Listrik Kelurahan Pandeyan

No. Kelurahan Jumlah Pengguna (Jiwa)


1. Giwangan 2.546
2. Sorosutan 5.149
3. Pandeyan 4.067
4. Warungboto 3.052
5. Tahunan 3.077
6. Muja-Muju 3.652
7. Semaki 1.741
Jumlah 23.284
Sumber : Data BPS (Kecamatan Umbulharjo Dalam Angka 2021); Data Sekunder
Berdasarkan data pada tabel 4.7, didapatkan data pengguna listrik di area
Kecamatan Umbulharjo secara umum, khususnya yang ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan, dengan jumlah pengguna mencapai 4.067 jiwa, dengan keseluruhan
merupakan pengguna jasa listrik dari PLN. Berikut merupakan sampel dari
kondisi jaringan listrik di wilayah Kelurahan Pandeyan.

Gambar 4. 18. Prasarana Jaringan Listrik di Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Data Primer; 2022


4.4.2. Jaringan Air Bersih
Air memiliki kaitan erat dengan masyarakat, berbagai kebutuhan mutlak
untuk kehidupan sehari-hari, seperti mencuci mandi hingga konsumsi. Namun
apabila terjadi gangguan pada jaringan air bersih dapat menyebabkan dampak
yang luas. Berikut merupakan data jumlah sumber air bersih yang ada di wilayah
Kelurahan Pandeyan.
64

Berdasarkan data hasil observasi, didapatkan jumlah sumber air di wilayah


Kaelurahan Pandeyan yang mayoritas sumber air di wilayah Kelurahan Pandeyan
di aliri melalui sumur resapan serta sumur bor atau melalui pompa air. Secara
umum, kepemilikan sumur resapan atau sumur bor yang ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan dimiliki oleh kalangan tertentu, dimana sistem penyaluran air bersih
dilakukan dengan sistem penyaluran secara langsung melalui pipa dan bak air
bersih yang dikelola langsung oleh instansi Kelurahan Pandeyan dan masyarakat.
Pada gambar 4.19. merupakan sampel dari prasarana penampungan air bersih di
wilayah Kampung Pandeyan dan gambar 4.20 yang menjelaskan mengenai titik
lokasi prasarana jaringan air bersih di wilayah studi Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 19 . Prasarana Jaringan Air Bersih di Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Data Primer; 2022


65

Gambar 4. 20. Peta Jaringan Air Bersih Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022


4.4.3. Jaringan Drainase
Secara eksisting, jenis jaringan drainase yang ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan mayoritas merupakan jenis drainase tertutup dengan letak ada di area
pedestrian, Adapun ditutup dengan penutup besi yang tidak menghambat air
mengalir yang ada di area pedestrian. Gambar 4.21 menunjukkan kondisi
eksisting jaringan drainase di wilayah Kelurahan Pandeyan dan pada gambar 4.22.
dijelaskan mengenai pemetaan kondisi sampel dan ketersediaan jaringan drainase
yang ada di Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 21 Prasarana Jaringan Drainase di Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Data Primer; 2022


66

Gambar 4. 22. Peta Jaringan Drainase Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022


4.4.4. Jaringan Komunikasi
Secara eksisting, jaringan komunikasi yang ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan lebih mengarah kepada jaringan bawah tanah, tetapi ada juga beberapa
area yang masih menggunakan sistem jaringan komunikasi berupa jaringan
telepon rumah, hingga tower pemancar sinyal yang ada di area Kampung
Pandeyan. Gambar 4.23. menjelaskan mengenai sampel dari kondisi dan
ketersediaan jaringan telekomunikasi di Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 23. Prasarana Jaringan Komunikasi di Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Data Primer; 2022


67

4.4.5. Jaringan Persampahan


Secara eksisting di wilayah Kelurahan Pandeyan aspek jaringan
persampahan dapat di kategorikan cukup bersih, yang mana dalam halnya
penentuan persampahan terdapat dalam sebagian besar sistem pembuangan
sampah dengan sistem penimbunan dan ada sebagian yang langsung disediakan
tempat pembuangan sampah pada disetiap sekitar jalan raya maupun jalan
lingkungan yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo,
dan akan langsung disalurkan melalui truk pengangkut sampah menuju ke TPST
(Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Piyungan, Kab. Bantul. Gambar 4.24
merupakan sampel dari alat angkut jaringan persampahan yang ada di area
permukiman di Kampung Pandeyan.

Gambar 4. 24 Prasarana Jaringan Persampahan di Wilayah Kampung Pandeyan


Sumber : Data Primer; 2022
4.4.6. Jaringan Transportasi
Pada dasarnya, transportasi merupakan kegiatan perpindahan barang atau
manusia dari suatu tempat ke tempat lain, baik itu menggunakan media berupa
kendaraan maupun tidak menggunakan kendaraan. Secara umum, wilayah
Kelurahan Pandeyan termasuk ke dalam Kecamatan Umbulharjo, dimana lokasi
wilayah ini terletak di sebalah selatan pusat Kota Yogyakarta. Berdasarkan
pengamatan secara eksisting, didapatkan beberapa prasarana penunjang jaringan
transportasi yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan, seperti halte, jalur bis kota,
serta beberapa jalur sepeda yang terletak di jalan utama wilayah Kelurahan
Pandeyan. Gambar 4.25 menjelaskan mengenai sampel dari prasarana penunjang
kegiatan transportasi berupa halte di wilayah permukiman Kampung Pandeyan.
68

Gambar 4. 25. Prasarana Jaringan Transportasi di Wilayah Kampung Pandeyan

Sumber : Data Primer; 2022


Selanjutnya, berdasarkan data jaringan jalan Kota Yogyakarta Tahun 2020
(Data Sekunder Dinas Pekerjaan Umum dan Kawasan Permukiman Kota
Yogyakarta) menyatakan bahwa wilayah Kelurahan Pandeyan memiliki beberapa
kelas jalan, diantaranya yaitu jalan lingkungan, jalan kolektor sekunder, serta
kolektor primer. Gambar 4.26. merupakan interpretasi data kelas jalan di wilayah
studi Kelurahan Pandeyan.
69

Gambar 4. 26. Peta Prasarana Jaringan Transportasi di Wilayah Kampung


Pandeyan

Sumber : Arcgis, Data Sekunder; 2022

4.5. Potensi dan Permasalahan Kawasan Studi


Potensi dan permasalahan di kawasan Studi Kampung Pandeyan,
Kecamatan Umbulharjo, pada penelitian ini didapatkan melalui beberapa proses.

Tinjauan Gambaran
Umum
Kondisi Potensi dan
Eksisting Permasalahan

Klasifikasi Potensi
Wawancara dan Permasalahan
& Kuisioner melalui Survei
Primer

Klasifikasi Potensi
Tinjauan dan Permasalahan
melalui tinjauan
Kebijakan dokumen (Survei
Data Sekunder

Gambar 4. 27. Alur Proses Penentuan Potensi dan Permasalahan Kawasan

Sumber : Data Primer


70

Secara umum, proses penentuan potensi dan permasalahan kawasan studi


dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu meninjau lokasi secara eksisting dan
melakukan wawancara serta pemberian kuesioner kepada responden, dimana
responden yang menjadi sasaran kuesioner yaitu masyarakat yang ada di kawasan
Kampung Pandeyan, lalu selanjutnya potensi dan permasalahan tersebut ditinjau
juga melalui dokumen perencanaan yang ada, dalam hal ini yaitu dokumen
RTRW, RDTR hingga Dokumen Rencana Strategis yang didapatkan melalui data
sekunder di setiap stakeholder yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun secara
detail berikut potensi dan permasalahan yang ada di wilayah Kampung Pandeyan,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
4.5.1. Permasalahan Kawasan Studi
Berikut merupakan permasalahan yang ada di wilayah Kelurahan
Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
1. Perubahan Guna Lahan
Pertumbuhan wilayah Kelurahan Pandeyan hingga saat ini masih menghadapi
berbagai kendala, terutama dari segi penataan ruang serta fungsi guna lahan yang
ada di wilayah tersebut. Salah satu contohnya yaitu, pemanfaatan secara tidak
terkontrol lahan terbangun, yang dibandingkan dengan kebutuhan lahan non
terbangun dengan berbagai fungsi yang ada, salah satu contohnya yaitu fungsi
wilayah sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Berdasarkan dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun
2015 – 2035 menyatakan bahwa wilayah Kelurahan Pandeyan tergabung dalam
subzona Kecamatan Umbulharjo, dengan penetapan fungsi sebagai kawasan
permukiman dengan kategori tinggi dan kategori sedang. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan guna lahan yang masif tidak diimbangi dengan adanya sarana
atau prasarana penunjang. Selain itu, ditinjau dari aspek lingkungan, wilayah
Kelurahan Pandeyan cenderung memiliki iklim yang cukup gersang jika
dibandingkan dengan beberapa wilayah lain yang ada di sekitarnya. Hal ini
dikarenakan masih minimnya penghijauan atau vegetasi di wilayah Kelurahan
Pandeyan serta beberapa berubahnya guna lahan di wilayah Kelurahan Pandeyan
tersebut.
71

2. Aksesibilitas Sarana Prasarana Penunjang Kawasan


Secara eksisting, wilayah Kelurahan Pandeyan memiliki beberapa sarana
prasarana penunjang kegiatan masyarakat yang ada didalam wilayah tersebut,
seperti halnya sarana pendidikan, sarana kesehatan, hingga beberapa prasarana
penunjang seperti jaringan telekomunikasi dan juga jaringan transportasi. Meski
demikian, berdasarkan perspektif masyarakat, beberapa sarana prasarana yang ada
di wilayah Kelurahan Pandeyan masih dirasa belum optimal. Hal ini dibuktikan
dengan minimnya pengelolaan mengenai prasarana transportasi, seperti
berubahnya fungsi pedestrian, minimnya ketersediaan halte, hingga kurang
optimalnya fungsi ketersediaan sarana, seperti sarana pendidikan dan sarana
peribadatan.
3. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun
2015 – 2035 menyatakan bahwa wilayah Kelurahan Pandeyan tergabung dalam
subzona Kecamatan Umbulharjo, dengan penetapan fungsi sebagai kawasan
permukiman dengan kategori tinggi dan kategori sedang. Meski demikian, hal ini
tidak diimbangi dengan kontrol jumlah penduduk, khususnya yang ada di wilayah
Kelurahan Pandeyan. Hal ini juga membuat beberapa fungsi kawasan tidak
berjalan secara optimal, seperti adanya perubahan guna lahan, kurang optimalnya
fungsi RTH dan RTNH, serta beberapa permasalahan lingkungan seperti
pembangunan di area bantaran Sungai Gajah Wong, kurang optimalnya
pengelolaan prasarana persampahan, hingga perubahan fungsi pedestrian di
sekitar area perdagangan dan jasa di wilayah Kelurahan Pandeyan.
4. Keterbatasan Inovasi mengenai Atraksi Wisata
Berdasarkan Dokumen Rencana Strategis Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta,
wilayah Kelurahan Pandeyan termasuk kedalam 10 Kampung Rintisan Budaya
yang telah ditetapkan di kawasan Kota Yogyakarta. Meski demikian, berdasarkan
perspektif masyarakat di wilayah Kelurahan Pandeyan masih tergolong minim
akan inovasi mengenai kegiatan atau atraksi wisata yang ada di wilayah tersebut.
Berdasarkan keterangan dari pihak Kelurahan Pandeyan, minimnya inovasi
mengenai kegiatan wisata yang ada di Kampung Pandeyan diakibatkan oleh
minimnya ketersediaan aspek penunjang, seperti halnya RTNH yang menjadi
72

tempat terselenggaranya kegiatan wisata, hingga prasarana penunjang tambahan


seperti area PKL hingga peningkatan jaringan prasarana lain yang dirasa masih
kurang optimal. Bila dibandingkan dengan wilayah lain, wilayah Kampung
Pandeyan masih memiliki permasalahan utama yaitu belum memiliki perencanaan
kawasan yang mensinergikan berbagai potensi seni budaya yang ada untuk
menjadikan sebagai peluang kegiatan pariwisata. Selain itu, dari segi citra
kawasan yang masih belum maksimal untuk memberikan sebuah “market value”.
5. Kurang Optimalnya Koordinasi Antar Kelembagaan
Secara eksisting, kondisi kelembagaan di wilayah Kelurahan Pandeyan masih
belum optimal, terutama dalam hal mengenai pengembangan area Kampung
Budaya Pandeyan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Lurah Pandeyan,
didapatkan kondisi mengenai minimnya keterlibatan masyarakat dalam
pengembangan kawasan Kampung Budaya Pandeyan. Hal ini juga disertai dengan
minimnya aspek sarana prasarana penunjang yang dirasa masih belum optimal
sekaligus minimnya inovasi mengenai atraksi wisata yang ditawarkan di area
Kampung Budaya Pandeyan. Hal ini juga menjadi dampak adanya pandemi
Covid-19 sehingga atraksi wisata di wilayah Kampung Budaya Pandeyan
pelaksanaannya mengalami vakum selama dua tahun terakhir.
4.5.2. Potensi Kawasan Studi
Berikut merupakan potensi yang ada di wilayah Kelurahan Pandeyan,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
1. Pengembangan sarana prasarana
Berdasarkan dokumen Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota
Yogyakarta Tahun 2015 – 2035, dijelaskan bahwa wilayah Kelurahan Pandeyan
yang termasuk dalam Kecamatan Umbulharjo, dengan kode zonasi blok M1,
dijelaskan bahwa wilayah tersebut termasuk kedalam area pengembangan zona
perumahan dengan kepadatan tinggi dan sedang (R-1 & R-2). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pengembangan wilayah Kelurahan Pandeyan harus
diikuti dengan adanya pengembangan sarana prasarana penunjang wilayah yang
ada didalamnya. Hal ini juga didasarkan pada dokumen Rencana Detail Tata
Ruang dan Peraturan Zonasi Kota Yogyakarta Tahun 2015 – 2035 bahwasanya
73

penekanan pengembangan sarana prasarana di wilayah Kelurahan Pandeyan (M1)


diarahkan kepada pengembangan sarana kesehatan dan pendidikan.
Selain itu, pengembangan prasarana juga menjadi fokus utama, terutama
berdasarkan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kota
Yogyakarta Tahun 2015 – 2035 serta Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Yogyakarta Tahun 2015 – 2035, dijelaskan bahwa di wilayah Kelurahan
Pandeyan diutamakan kepada pengembangan jaringan baru air minum serta
pengembangan jaringan jalan lingkungan primer dan sekunder, serta jaringan
sistem limbah.
2. Potensi “Kampung Rintisan Budaya”
Kampung Pandeyan merupakan salah satu kawasan yang terletak di
wilayah Desa Gambiran, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, dimana
kawasan kampung yang termasuk dalam deretan Kawasan Kampung Budaya yang
ada di Kota Yogyakarta ini merupakan salah satu lokasi pengembangan kampung
yang sedang dikembangkan oleh Dinas Pariwisata kota Yogyakarta. Hal ini
didasarkan oleh dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta Tahun 2020, dimana terdapat beberapa rencana pengembangan
kampung wisata atau kampung budaya, yang dikhususkan untuk menunjang
program pemerintah yaitu dengan slogan “Ngudi Murih Lestari lan
Ngrembakaning Budaya” yang sedang dicanangkan oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta.
Menurut keterangan dari instansi pemerintahan Kelurahan Pandeyan, area
Kampung Budaya Pandeyan menjadi salah satu wilayah yang diprioritaskan
sebagai pengembangan Kampung Rintisan Budaya, dimana wilayah ini memiliki
fokus utama sebagai wilayah dengan pengembangan aspek kebudayaan, sosial
kemasyarakatan, hingga pengembangan aspek lingkungan yang nantinya akan
menunjang kegiatan pariwisata yang ada didalamnya.

4.6. Tinjauan Kebijakan


Pada tabel 4.8 dijelaskan mengenai penjabaran hasil analisis tinjauan
kebijakan mengenai pengembangan wilayah di Kampung Budaya Pandeyan,
Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
74

Tabel 4. 8. Tinjauan Kebijakan Pengembangan Kawasan Kampung Pandeyan

No. Dokumen Perencanaan Bab/Pasal Ayat Tinjauan Kebijakan


1. Rencana Tata Ruang Lampiran - Rencana Pengembangan
Wilayah Kota Yogyakarta II Jaringan Jalan Lokal
2015 – 2035 Sekunder di wilayah
Kelurahan Pandeyan
dengan luasan 3,42 Ha.
2. Dokumen Rencana Detail Bab 1 dan Rencana penetapan pola
Tata Ruang dan Peraturan III/Pasal 15 2 ruang wilayah Kelurahan
Zonasi 2015 – 2035 Pandeyan dengan fungsi
sebagai zona perumahan
kepadatan tinggi dan
sedang (R-1 & R-2).
3. Dokumen Rencana Detail Bab 2 dan Rencana pengembangan
Tata Ruang dan Peraturan III/Pasal 18 4 sarana pelayanan umum
Zonasi 2015 – 2035 berupa sarana pendidikan
dan kesehatan di wilayah
Kelurahan Pandeyan.
4. Dokumen Rencana Detail Bab 6 Rencana pengembangan
Tata Ruang dan Peraturan IV/Pasal jaringan pergerakan berupa
Zonasi 2015 – 2035 23 jalan lokal primer dan
sekunder di wilayah
Kelurahan Pandeyan.
5. Dokumen Rencana Detail Bab 3 Rencana pengembangan
Tata Ruang dan Peraturan IV/Pasal jaringan baru air minum di
Zonasi 2015 – 2035 23 wilayah Kelurahan
Pandeyan.
6. Dokumen Rencana Detail Bab 3 Rencana pengembangan
Tata Ruang dan Peraturan IV/Pasal sistem pengolahan air
Zonasi 2015 – 2035 27 limbah baru dengan sistem
SPAL di wilayah Kelurahan
Pandeyan
7. Dokumen RPJMD Kota - - Penetapan wilayah
Yogyakarta 2019 - 2024 Kelurahan Pandeyan
sebagai area wisata budaya
75

No. Dokumen Perencanaan Bab/Pasal Ayat Tinjauan Kebijakan


dan pengembangan
kesenian lokal bersama
dengan Kampung Tahunan
di wilayah Kecamatan
Umbulharjo, Kota
Yogyakarta.
8. Dokumen Rencana - - Penetapan wilayah
Strategis Dinas Pariwisata Kelurahan Pandeyan
Kota Yogyakarta Tahun sebagai area wisata budaya
2019 – 2024 dan pengembangan
kesenian lokal bersama
dengan Kampung Tahunan
di wilayah Kecamatan
Umbulharjo, Kota
Yogyakarta.
Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder, 2022

4.7. Analisis Kesesuaian Penerapan Konsep Urban Heritage dan Eco


Settlement Di Kawasan Kampung Pandeyan
Kesesuaian penerapan konsep Urban Heritage dan Eco Settlement di
wilayah Kampung Pandeyan didasarkan pada kesesuaian variabel konsep Urban
Heritage dan Eco Settlement yang telah ditentukan. Selanjutnya, variabel tersebut
menjadi indikator dalam penilaian kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco
Settlement yang ada di wilayah Kampung Pandeyan. Penilaian kesesuaian
dilakukan dengan menggunakan metode analisis Delphi, dengan tahapan
pelaksanaannya yang dijelaskan pada gambar 4.28 yaitu :
76

Penentuan Waktu dan Putaran


Pengambilan Hasil Wawancara

Penentuan Variabel yang


digunakan

Pelaksanaan Wawancara

Pengolahan Data Hasil Wawancara


melalui Analisis Delphi

Penarikan Hasil dan Kesimpulan

Gambar 4. 28 Alur Tahapan Analisis Delphi


Sumber : Budiharjo (1992), Data Sekunder
1. Penentuan Waktu dan Putaran Pengambilan Hasil Wawancara
Secara umum, penentuan waktu pengambilan hasil wawancara didasarkan
pada kesepakatan antara peneliti dengan responden, dalam hal ini yaitu para
stakeholder. Penentuan putaran pengambilan hasil wawancara dilakukan dengan
ketentuan seluruh variabel telah disetujui oleh responden yang telah ditentukan
sebelumnya. Pada pennelitian ini, telah dilakukan sebanyak 1 (satu) kali putaran,
dengan penyetujuan variabel berpengaruh dari semua stakeholder yang telah
ditentukan.
2. Penentuan Variabel yang digunakan
Berdasarkan konsep dan teori yang digunakan dalam penilaian kesesuaian
konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yang ada di wilayah Kampung
Pandeyan, didapatkan variabel yang dijelaskan dalam tabel 4.9.berikut.
Tabel 4. 9. Variabel Penilaian Kesesuaian Penerapan Konsep Urban Heritage dan
Eco Settlement Di Kampung Pandeyan

No. Variabel Indikator Definisi Operasional


1. Aspek Ekologi  Kepadatan Bangunan, dengan kriteria  Tingkat kepadatan
menurut standar Pedoman bangunan dan
Identifikasi Kawasan Permukiman, kondisi aktivitas
yaitu : masyarakat.
o Tinggi, >100 unit / ha  Ketersediaan,
o Sedang, 60 – 100 unit / ha kondisi, dan
o Rendah, <60 unit / ha perkerasan
77

No. Variabel Indikator Definisi Operasional


 Kondisi dan Kelas Jalan jaringan jalan.
 Kondisi Sarana dan Prasarana  Kondisi sarana
Kawasan dan prasarana
 Ketersediaan Sarana dan Prasarana, kawasan (Aman,
diantaranya : Nyaman, Terawat.
o Sarana Pendidikan Bersih,

o Sarana Kesehatan Terjangkau)

o Sarana Peribadatan  Ketersediaan

o Sarana Perdagangan dan sarana dan


prasarana kawasan
Jasa
o Sarana Pemerintahan dan
Bangunan Umum
o Prasarana Jaringan Listrik
o Prasarana Jaringan Sanitasi
o Prasarana Jaringan
Telekomunikasi
2. Aspek Sosial  Tingkat kepuasan dan peran  Tingkat kepuasan
masyarakat dalam pengembangan masyarakat dan
kawasan Kampung Budaya bentuk peran serta
Pandeyan. masyarakat dalam
pengembangan
kawasan.
3. Aspek  Identifikasi program pemerintah  Bentuk program
Kelembagaan dalam pengembangan kawasan dan efektivitas
permukiman di wilayah Kampung program
Budaya Pandeyan. pemerintah.
4. Budaya,  Identifikasi mengenai sosial  Kelengkapan
Lingkungan dan kebudayaan, aspek lingkungan, dan atraksi wisata
Bangunan
Bersejarah bangunan bersejarah yang ada di  Kondisi citra dan
kawasan Kampung Budaya daya tarik
Pandeyan. kawasan
 Kondisi
lingkungan
Kampung
Pandeyan
5. Sosial  Aspek Demografi Kemasyarakatan  Jumlah
Kemasyarakatan persebaran dan
78

No. Variabel Indikator Definisi Operasional


tingkat
kepadatan
penduduk.
Sumber : Hasil Analisis Data Sekunder, 2022
3. Pelaksanaan Wawancara
Pelaksanaan wawancara dilakukan kepada stakeholder terkait. Stakeholder
yang dipilih dilakukan dengan fungsi dan kewenangan yang telah ditetapkan oleh
stakeholder terkait. Tabel 4.10 merupakan daftar stakeholder beserta dengan
fungsi dan kewenangannya.
Tabel 4. 10 Penetapan Stakeholder dalam Wawancara Analisis Delphi

No Stakeholder Instansi Kode Jumlah Alasan Pemilihan


.
1. Pemerintah Dinas Pariwisata R-1 1 Dinas Pariwisata dan
dan Kebudayaan Kebudayaan Kota
Kota Yogyakarta Yogyakarta merupakan
pihak yang memiliki
informasi dan pengetahuan
tentang pengembangan
aspek pariwisata,
khususnya di Kota
Yogyakarta.
Dinas Lingkungan R-2 1 Dinas Lingkungan Hidup
Hidup Kota Kota Yogyakarta
Yogyakarta merupakan pihak yang
berwenang dalam
mengkaji berbagai aspek
lingkungan, khususnya
aspek ekologi yang ada di
kawasan Kota Yogyakarta.
Badan R-3 1 Badan Perencanaan
Perencanaan Pembangunan Daerah
Pembangunan Kota Yogyakarta
Daerah Kota merupakan pihak yang
Yogyakarta berwenang dalam
79

No Stakeholder Instansi Kode Jumlah Alasan Pemilihan


.
mengatur serta
mengeluarkan kebijakan di
bidang perencanaan
pembangunan, sekaligus
kajian dan penelitian
pengembangan kawasan,
khususnya di Kota
Yogyakarta.
Dinas Pertanahan R-4 1 Dinas Pertanahan dan Tata
dan Tata Ruang Ruang Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta merupakan pihak yang
berwenang dalam
mengkaji sistem
pertanahan dan memiliki
informasi secara detail
mengenai aspek tata ruang
di wilayah Kota
Yogyakarta.
Dinas Pekerjaan R-5 1 Dinas Pekerjaan Umum
Umum dan dan Kawasan Permukiman
Kawasan Kota Yogyakarta
Permukiman Kota merupakan pihak yang
Yogyakarta berwenang dalam
mengkaji kebijakan, salah
satunya yang berkaitan
dengan kajian
infrastruktur, yang
berkaitan dengan kawasan
permukiman di Kota
Yogyakarta.
2 Masyarakat Tokoh masyarakat R-6, 4 Tokoh mayarakat
R-7, merupakan pihak yang
R-8, secara langsung berperan
80

No Stakeholder Instansi Kode Jumlah Alasan Pemilihan


.
R-9 sekaligus memiliki fungsi
kegiatan yang cukup
mendominasi di kawasan
permukiman Kampung
Pandeyan, sekaligus
memiliki informasi
mengenai pengembangan
kawasan permukiman
Kampung Pandeyan.
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
Tabel 4.11 merupakan tabel hasil wawancara yang telah dilakukan di
setiap stakeholder yang telah ditentukan sebelumnya.
Tabel 4. 11. Dokumentasi Wawancara Analisis Delphi Pada Setiap Stakeholder

No Stakeholder Dokumentasi
.
1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Yogyakarta
81

No Stakeholder Dokumentasi
.
2. Dinas Lingkungan Hidup Kota
Yogyakarta

3. Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah Kota Yogyakarta
82

No Stakeholder Dokumentasi
.
4. Dinas Pertanahan dan Tata Ruang
Kota Yogyakarta

5. Dinas Pekerjaan Umum dan


Kawasan Permukiman Kota
Yogyakarta
83

No Stakeholder Dokumentasi
.
6. Tokoh masyarakat

Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022


4. Pengolahan Data Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara berkaitan dengan variabel kesesuaian penerapan konsep
Urban Heritage dan Eco Settlement di wilayah Kampung Pandeyan dengan
jumlah responden sebanyak 9 Responden, didapatkan data yang tercantu dalam
tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4. 12. Hasil Eksplorasi Analisis Delphi Tahap-1

No Variabel
R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9
. Berpengaruh
Kepadatan
1. S TS S S S TS S S TS
Bangunan
2. Aksesibilitas S S S S S S S S S
Ketersediaan
3. S S S S S S S S S
Sarana Prasarana
Peran Serta
4. S S S S S S S S S
Masyarakat
Peran Serta
5. S S S S S S S S S
Pemerintah
Atraksi Budaya
6. S S S S S S S S S
dan Citra Kawasan
Demografi
7. S S S S S S S S S
Kependudukan
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
84

Berdasarkan hasil eksplorasi analisis Delphi tahap 1 yang tertera dalam tabel
4.12, dijelaskan bahwa terdapat beberapa variabel yang masih belum mencapai
konsensus pada setiap responden yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain itu,
terdapat penambahan beberapa variabel yang disarankan oleh responden
mengenai pengembangan kawasan Kampung Pandeyan, diantaranya yaitu :
a) Ketersediaan layanan transportasi
Variabel ini menjadi variabel tambahan dari responden stakeholder, dengan
alas an penambahan yaitu ketersediaan layanan transportasi menjadi salah satu
aspek penting dalam menunjang mobilitas, baik bagi masyarakat maupun
wisatawan yang berkunjung ke area Kampung Pandeyan. Hal ini juga didukung
dengan kondisi eksisting wilayah Kampung Pandeyan yang layanan
transportasinya masih belum optimal.
b) Pelestarian kegiatan kebudayaan
Alasan stakeholder menambahkan variabel pelestarian kegiatan kebudayaan
yaitu mulai berkurangnya beberapa kegiatan atau atraksi wisata yang berada di
Kampung Pandeyan. Hal ini terlihat secara eksisting dari berkurangnya kelompok
masyarakat sadar wisata dan budaya yang ada di wilayah Kampung Pandeyan
yang menjadi penggerak utama dalam kegiatan wisata dan budaya yang ada di
Kampung Pandeyan.
Berikut merupakan hasil eksplorasi analisis Delphi Tahap 2 yang tertera dalam
tabel 4.13. berikut.
Tabel 4. 13. Hasil Eksplorasi Analisis Delphi Tahap-2

No Variabel R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9
. Berpengaruh
1. Kepadatan S TS S S S TS S S TS
Bangunan
2. Aksesibilitas S S S S S S S S S
3. Ketersediaan S S S S S S S S S
Sarana Prasarana
4. Peran Serta S S S S S S S S S
Masyarakat
5. Peran Serta S S S S S S S S S
Pemerintah
85

6. Atraksi Budaya S S S S S S S S S
dan Citra Kawasan
7. Demografi S S S S S S S S S
Kependudukan
Ketersediaan
8*. Layanan S S S S S S S S S
Transportasi
Pelestarian
9*. S S S S S S S S S
Kebudayaan
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
Berdasarkan hasil eksplorasi Analisis Delphi tahap 1 dan 2 yang terdapat pada
tabel 4.13, dijelaskan mengenai beberapa variabel yang telah diajukan sebagai
variabel dalam pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan,
dengan penambahan variabel yang diajukan oleh pihak stakeholder terdapat pada
poin 8(*) dan poin 9(*), yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
a) Identifikasi Terhadap Variabel Kepadatan Bangunan
Berdasarkan konsensus yang telah dilakukan sebelumnya terhadap 9
responden, didapatkan hasil bahwa variabel kepadatan bangunan tidak disetujui
oleh seluruh responden. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepadatan bangunan
di wilayah permukiman Kampung Pandeyan memiliki tingkat kepentingan yang
rendah dan memiliki kondisi yang kurang baik.
b) Identifikasi Terhadap Variabel Aspek Aksesibilitas
Secara umum, semua stakeholder menyetujui mengenai variabel pendukung
kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yaitu keterjangkauan
aksesibilitas yang dianggap menjadi salah satu faktor pendukung utama dalam
pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan. Dari hasil seluruh
stakeholder, dapat disimpulkan bahwa keterjangkauan aksesibilitas sangat
penting, terutama dalam menjadi faktor pendukung utama dalam mobilitas di
dalam wilayah Kampung Pandeyan.
c) Identifikasi Terhadap Variabel Ketersediaan Sarana Prasarana
Secara umum, semua stakeholder menyetujui mengenai variabel pendukung
kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yaitu ketersediaan sarana
prasarana. Berdasarkan hasil pendapat stakeholder, ketersediaan sarana prasarana
86

menjadi salah satu hal paling berpengaruh dalam pengembangan kawasan


permukiman di Kampung Pandeyan dan memiliki jumlah sarana dan prasarana
yang cukup memadai untuk menunjang kegiatan maasyarakat.
d) Identifikasi Terhadap Variabel Peran Serta Masyarakat
Secara umum, semua stakeholder menyetujui mengenai variabel pendukung
kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yaitu peran serta
masyarakat. Dalam hal ini, stakeholder menyetujui peran serta masyarakat dapat
mempengaruhi pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan dan
pelibatan masyarakat dapat menjadi pelaksana sekaligus pengawas dalam
pelaksanaan strategi pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan.
e) Identifikasi Terhadap Variabel Peran Serta Pemerintah
Secara umum, semua stakeholder menyetujui mengenai variabel pendukung
kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yaitu peran serta
pemerintah. Dalam hal ini, stakeholder menyetujui peran serta pemerintah
merupakan salah satu pemegang kewenangan dan kebijakan dalam strategi
pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan.
f) Identifikasi Terhadap Variabel Atraksi Budaya dan Citra Kawasan
Secara umum, semua stakeholder menyetujui mengenai variabel pendukung
kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yaitu atraksi budaya dan
citra kawasan. Berdasarkan hasil dari stakeholder, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan berbagai atraksi budaya dapat didukung dengan pengembangan citra
dan daya tarik kawasan sebagai faktor penting dalam pengembangan kawasan
permukiman di Kampung Pandeyan.
g) Identifikasi Terhadap Variabel Demografi Kependudukan
Secara umum, semua stakeholder menyetujui mengenai variabel pendukung
kesesuaian konsep Urban Heritage dan Eco Settlement yaitu pertumbuhan atau
aspek demografi kependudukan. Dari hasil penjelasan stakeholder, dapat
disimpulkan bahwa pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan
memiliki pengaruh dari pertumbuhan penduduk yang ada didalam wilayah
Kampung Pandeyan.
h) Ketersediaan layanan transportasi
87

Variabel ini menjadi variabel tambahan dari responden stakeholder, dengan


alasan penambahan yaitu ketersediaan layanan transportasi menjadi salah satu
aspek penting dalam menunjang mobilitas, baik bagi masyarakat maupun
wisatawan yang berkunjung ke area Kampung Pandeyan. Hal ini juga didukung
dengan kondisi eksisting wilayah Kampung Pandeyan yang layanan
transportasinya masih belum optimal.
i) Pelestarian kegiatan kebudayaan
Alasan stakeholder menambahkan variabel pelestarian kegiatan kebudayaan
yaitu mulai berkurangnya beberapa kegiatan atau atraksi wisata yang berada di
Kampung Pandeyan. Hal ini terlihat secara eksisting dari berkurangnya kelompok
masyarakat sadar wisata dan budaya yang ada di wilayah Kampung Pandeyan
yang menjadi penggerak utama dalam kegiatan wisata dan budaya yang ada di
Kampung Pandeyan.
5. Penarikan Hasil dan Kesimpulan
Berdasarkan hasil eksplorasi penilaian variabel kesesuaian konsep Urban
Heritage dan Eco Settlement di kawasan permukiman Kampung Pandeyan,
didapatkan kesimpulan mengenai variabel yang mendukung dalam penyesuaian
konsep Urban Heritage dan Eco Settlement di kawasan permukiman Kampung
Pandeyan, yaitu sebagai berikut :
1. Aspek Keterjangkauan Aksesibilitas
2. Pengembangan Sarana Prasarana
3. Keterlibatan dan Peran Serta Kelembagaan
4. Aspek Intensitas Atraksi Wisata dan Citra Kawasan
5. Aspek Demografi Kependudukan
6. Ketersediaan Layanan Transportasi
7. Pelestarian Kegiatan Kebudayaan

4.8. Analisis Penentuan Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kepuasan Melalui


Importance Performance Analysis (IPA)
Dalam penelitian ini, penentuan strategi pengembangan kawasan
permukiman di wilayah Kampung Pandeyan dilakukan dengan dua metode
analisis, yang pertama yaitu dengan menggunakan metode skala Likert dan
88

penggunaan metode analisis Tingkat Kepuasan dan Kepentingan (Importance


Performance Analysis).
4.8.1. Analisis Pembobotan
Pembobotan menggunakan skala linkert yang umumnya digunakan untuk
penilaian. Setiap pertanyaan memiliki dua jawaban dalam Skala Likert
berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Secara umum, dijelaskan
mengenai penentuan indeks dalam penentuan hasil dari skala Likert yang
tercantum dalam tabel 4.14 :
Tabel 4. 14. Interval Indeks Skala Likert

No. Interval Indeks Keterangan


1. 0% – 19,99% Sangat Tidak Penting / Sangat Tidak Baik
2. 20% – 39,99% Tidak Penting / Tidak Baik
3. 40% – 59,99% Cukup Penting / Cukup Baik
4. 60% – 79,99% Penting / Baik
5. 80% – 100% Sangat Penting / Sangat Baik
Sumber : Sumber : Data Sekunder, 2022
Pada tabel 4.15 dan 4.16, dijelaskan mengenai hasil dari responden
mengenai penerapan konsep Urban Heritage dan Eco Settlement di Kampung
Pandeyan.
89

Tabel 4. 15. Penjabaran Jumlah Responsi Masyarakat Wilayah Kampung Pandeyan (Variabel Konsep Eco Settlement)

Kepentingan Kepuasan
Variabel Konsep Eco Settlement
STP (1) TP (2) CP (3) P (4) SP (5) STB (1) TB (2) CB (3) B (4) SB (5)
Kepadatan Bangunan 5 17 46 31 4 15 19 53 15 1
Ketersediaan Kelas Jalan 1 8 19 34 41 9 17 44 28 5
Ketersediaan Transportasi 0 2 11 41 49 15 21 34 28 5
Ketersediaan sarana pendidikan 0 0 7 28 68 7 23 45 24 4
Ketersediaan sarana kesehatan 2 0 8 26 67 0 4 23 45 31
Ketersediaan sarana peribadatan 0 0 9 32 62 1 2 25 40 35
Ketersediaan sarana perdagangan dan jasa 0 2 14 42 45 1 3 29 39 31
Kondisi sarana kawasan 0 1 10 51 41 1 5 31 42 24
Ketersediaan utilitas sanitasi 0 1 14 38 50 2 5 30 40 26
Ketersediaan utilitas jaringan listrik 0 0 3 35 65 1 1 26 44 31
Ketersediaan utilitas jaringan telekomunikasi 0 0 6 39 58 2 3 23 45 30
Kondisi utilitas kawasan 0 1 13 48 41 1 4 30 46 22
Peran masyarakat dalam pengembangan kawasan 0 0 12 42 49 0 6 38 38 21
permukiman
Peran pemerintah dalam pengembangan kawasan 0 1 16 46 40 0 5 46 35 17
permukiman
Efektivitas program pemerintah 0 1 18 52 32 1 8 39 42 13
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
90

Tabel 4. 16. Penjabaran Jumlah Responsi Masyarakat Wilayah Kampung Pandeyan (Variabel Konsep Urban Heritage)

Kepentingan Kepuasan
Variabel Konsep Urban Heritage
STP (1) TP (2) CP (3) P (4) SP (5) STB (1) TB (2) CB (3) B (4) SB (5)
Atraksi dan Citra Kawasan 0 1 17 48 37 3 17 29 52 2
Ketersediaan sarana pendidikan 0 3 13 39 48 6 16 50 33 16
Ketersediaan sarana kesehatan 0 0 10 37 56 0 2 31 44 26
Ketersediaan sarana peribadatan 0 0 11 40 52 1 1 25 45 31
Ketersediaan sarana perdagangan dan jasa 0 2 13 41 47 0 2 29 41 31
Kondisi sarana kawasan 0 0 10 47 46 0 3 29 40 31
Ketersediaan utilitas sanitasi 0 0 11 48 44 0 3 42 42 16
Ketersediaan utilitas jaringan listrik 0 0 5 45 53 0 1 35 51 16
Ketersediaan utilitas jaringan telekomunikasi 0 0 7 44 52 0 6 36 52 9
Kondisi utilitas kawasan 0 0 11 55 37 0 0 26 54 23

Intensitas atraksi wisata 0 2 13 39 49 0 2 26 48 27

Kondisi lingkungan kawasan 0 1 16 39 47 0 1 27 47 28


Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
91

Berdasarkan penjabaran data dari hasil responden yang berjumlah 103


orang pada tabel 4.15 dan 4.16, didapatkan rumus skala likert yaitu :
Indeks Skala Likert = Jumlah Skor Maksimum / (Nilai Maks × Jumlah
Responden) × 100%
Sumber : Data Sekunder, 2022
Keterangan :
Nilai Maks. Skala Likert × Jumlah Responden = 5 × 103 = 515
Dari perhitungan tersebut, didapatkan total skor pembobotan dari setiap
variabel yang terdapat pada tabel 4.17, yaitu :
Tabel 4. 17. Perhitungan Indeks Skala Likert Konsep Eco Settlement

Variabel Jumlah Indeks Indeks


Jumlah Skor
Konsep Eco Skor Kepentinga Kepuasa
Kepentingan
Settlement Kepuasan n (%) n (%)
Kepadatan
321 277 62,33 53,78
Bangunan
Ketersediaan
415 312 80,58 60,58
Kelas Jalan
Ketersediaan
446 296 86,6 57,47
Transportasi
Ketersediaan
sarana 503 304 97,66 59,02
pendidikan
Ketersediaan
sarana 514 412 99,8 80
kesehatan
Ketersediaan
sarana 465 415 60,19 80,58
peribadatan
Ketersediaan
sarana
439 405 85,24 78,64
perdagangan
dan jasa
Kondisi 441 338 85,63 65,63
92

sarana
kawasan
Ketersediaan
utilitas 446 392 86,6 76,11
sanitasi
Ketersediaan
utilitas 474 412 92,03 80
jaringan listrik
Ketersediaan
utilitas
jaringan 464 407 90,09 79,02
telekomunikas
i
Kondisi
utilitas 438 393 85,04 76,31
kawasan
Peran
masyarakat
dalam
429 380 83,3 73,78
pengembanga
n kawasan
permukiman
Peran
pemerintah
dalam
434 373 84,27 72,24
pengembanga
n kawasan
permukiman
Efektivitas
program 421 367 81,74 71,26
pemerintah
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
93

Dari hasil perhitungan indeks kepentingan dan indeks kepuasan skala


Likert pada variabel konsep Eco Settlement pada tabel 4.17, dijelaskan bahwa
masyarakat menilai variabel Ketersediaan sarana Kesehatan menjadi variabel
yang sangat penting dan dibutuhkan masyarakat dengan indeks kepentingan
sebesar 99,8%, sedangkan ketersediaan peribadatan menjadi variabel yang
dianggap cukup penting, dengan penilaian indeks kepentingan sebesar 60,19%.
Selanjutnya, berdasarkan penilaian indeks kepuasan, variabel kepadatan bangunan
menjadi variabel yang dinilai memiliki kondisi yang kurang baik dengan penilaian
indeks kepuasan sebesar 53,78%, dan variabel ketersediaan sarana peribadatan
menjadi variabel dengan penilaian kondisi dari masyarakat yaitu sangat baik
dengan nilai 80,58%.
Tabel 4. 18 Perhitungan Indeks Skala Likert Konsep Urban Heritage

Variabel Indeks
Jumlah Skor Jumlah Skor Indeks
Konsep Urban Kepentingan
Kepentingan Kepuasan Kepuasan (%)
Heritage (%)
Atraksi dan
419 337 81,35 65,43
Citra Kawasan
Ketersediaan
sarana 438 388 85,04 75,33
pendidikan
Ketersediaan
458 403 88,93 78,25
sarana kesehatan
Ketersediaan
sarana 453 413 87,96 80,19
peribadatan
Ketersediaan
sarana
440 410 85,82 79,61
perdagangan dan
jasa
Kondisi sarana
444 408 86,21 79,22
kawasan
Ketersediaan
445 380 86,40 73,78
utilitas sanitasi
Ketersediaan 460 391 89,32 75,92
94

utilitas jaringan
listrik
Ketersediaan
utilitas jaringan 457 373 88,73 72,42
telekomunikasi
Kondisi utilitas
438 409 85,04 79,41
kawasan
Intensitas atraksi
442 409 85,82 79,41
wisata
Kondisi
lingkungan 440 411 85,43 79,80
kawasan
Sumber : Hasil Analisis Data Primer, 2022
Dari hasil perhitungan indeks kepentingan dan indeks kepuasan skala
Likert pada variabel konsep Urban Heritage pada tabel 4.18, dijelaskan bahwa
masyarakat menilai variabel Ketersediaan jaringan listrik menjadi variabel yang
sangat penting dan dibutuhkan masyarakat, dengan penilaian indeks kepentingan
sebesar 89,32% sedangkan atraksi dan citra kawasan menjadi variabel yang
dianggap cukup penting atau berada satu tingkat dibawahnya, dengan penilaian
indeks kepentingan sebesar 81,35%. Selanjutnya, berdasarkan indeks kepuasan,
variabel atraksi dan citra kawasan menjadi variabel yang dinilai memiliki kondisi
yang kurang baik dengan penilaian indeks kepuasan sebesar 65,43% dan variabel
ketersediaan sarana peribadatan menjadi variabel dengan penilaian kondisi dari
masyarakat yaitu sangat baik dengan nilai 80,19%.

4.9. Penentuan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Kampung


Pandeyan
Setelah penentuan potensi dan permasalahan kawasan, dilanjutkan dengan
penentuan kesesuaian konsep yaitu Eco Settlement dan Urban Heritage di
kawasan permukiman Kampung Pandeyan, selanjutnya dilakukan analisis dalam
penentuan strategi pengembangan kawasan permukiman di Kampung Pandeyan,
Kota Yogyakarta, dalam hal ini menggunakan analisis Importance Performance
Analysis (IPA). Tahapan analisis yang pertama yaitu melakukan perhitungan
Tingkat Kesesuaian pada setiap variabel, dengan rumus dan hasil perhitungan
sebagai berikut :
95

Dimana :
Tki =  Tingkat kesesuaian responden.
Xi =  Skor penilaian kinerja perusahaan
Yi =  Skor penilaian kepentingan pelanggan
Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu
tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Adapun hasil Tingkat
Kesesuaian Responden didasarkan pada interval dijelaskan pada tabel 4.19, yaitu
sebagai berikut :
Tabel 4. 19. Interval Indeks Skala Likert

No. Interval Keterangan


1. 80% - 100% Tinggi
2. 60% - 79% Sedang
3. ≤60% Rendah
Sumber : Widayanti (2015), 2022
96

Tabel 4. 20 Hasil Perhitungan Rata-Rata Tingkat Kepuasan Dan Tingkat Kepentingan Dan Kesesuaian

Tingkat Kinerja Kepuasan


Tingkat Kepentingan (Y)
(X) Tingkat
No Konsep Kode Variabel Keterangan
Jumlah Kesesuaian
Rata-rata (X) Jumlah (Y) Rata-rata (Y)
(X)
1 P1 Kepadatan Bangunan 277 2,69 321 3,12 86,29% Tinggi
Ketersediaan Kelas
2 P2 312 3,03 415 4,03 75,18% Sedang
Jalan
Ketersediaan
3 P3 296 2,87 449 4,36 65,92% Sedang
Transportasi
Ketersediaan sarana
4 P4 304 2,95 473 4,59 64,27% Sedang
pendidikan
Ketersediaan sarana
5 P5 412 4,00 465 4,51 88,60% Tinggi
kesehatan
Ketersediaan sarana
Eco Settlemenet

6 P6 415 4,03 465 4,51 89,25% Tinggi


peribadatan
Ketersediaan sarana
7 P7 405 3,93 439 4,26 92,26% Tinggi
perdagangan dan jasa
8 P8 Kondisi sarana kawasan 392 3,81 441 4,28 88,89% Tinggi
Ketersediaan utilitas
9 P9 392 3,81 446 4,33 87,89% Tinggi
sanitasi
Ketersediaan utilitas
10 P10 412 4,00 474 4,60 86,92% Tinggi
jaringan listrik
Ketersediaan utilitas
11 P11 407 3,95 464 4,50 87,72% Tinggi
jaringan telekomunikasi
12 P12 Kondisi utilitas kawasan 393 3,82 438 4,25 89,73% Tinggi
13 P13 Peran masyarakat dalam 383 3,72 449 4,36 85,30% Tinggi
pengembangan kawasan
permukiman
97

Peran pemerintah dalam


14 P14 pengembangan kawasan 373 3,62 434 4,21 85,94% Tinggi
permukiman
Efektivitas program
15 P15 367 3,56 424 4,12 86,56% Tinggi
pemerintah
Citra dan daya tarik
16 P16 342 3,32 430 4,17 79,53% Sedang
kawasan
Ketersediaan sarana
17 P17 313 3,04 441 4,28 70,98% Sedang
pendidikan
Ketersediaan sarana
18 P18 403 3,91 458 4,45 87,99% Tinggi
kesehatan
Ketersediaan sarana
19 P19 413 4,01 453 4,40 91,17% Tinggi
peribadatan
Urban Heritage

Ketersediaan sarana
20 P20 410 3,98 442 4,29 92,76% Tinggi
perdagangan dan jasa
21 P21 Kondisi sarana kawasan 408 3,96 448 4,35 91,07% Tinggi
Ketersediaan utilitas
22 P22 380 3,69 445 4,32 85,39% Tinggi
sanitasi
Ketersediaan utilitas
23 P23 391 3,80 460 4,47 85,00% Tinggi
jaringan listrik
Ketersediaan utilitas
24 P24 373 3,62 457 4,44 81,62% Tinggi
jaringan telekomunikasi
25 P25 Kondisi utilitas kawasan 409 3,97 438 4,25 93,38% Tinggi
26 P26 Intensitas atraksi wisata 409 3,97 444 4,31 92,12% Tinggi
Kondisi lingkungan
27 P27 411 3,99 441 4,28 93,20% Tinggi
Kampung Pandeyan
Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
98

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.20, didapatkan hasil bahwa


rata-rata tingkat kesesuaian pada setiap variabel memiliki perhitungan antara
sedang hingga sangat tinggi. Dijelaskan bahwa setiap variabel memiliki tingkat
kesesuaian yang bervariatif serta terklasifikasi menjadi beberapa tingkatan, mulai
sedang, tinggi, hingga sangat tinggi. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, maka dapat disusun Diagram Cartesius pada setiap konsep untuk
mengetahui letak kuadran sebagai bahan lanjutan dalam rangka untuk mengetahui
tingkat prioritas pengembangan kawasan permukiman Kampung Pandeyan.
Berikut hasil perhitungan Diagram Cartesius konsep Eco Settlement dan Urban
Heritage yang dijelaskan pada gambar 4.29.

Gambar 4. 29. Diagram Cartesius Konsep Eco Settlement


Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
Berdasarkan grafik Diagram Cartesius konsep Eco Settlement pada tabel
4.29, dapat dijelaskan beberapa variabel yang termasuk ke dalam setiap kuadran,
dengan penjabaran setiap kuadran yaitu :
Tabel 4. 21 Analisis Kuadran Konsep Eco Settlement Kampung Pandeyan

Kuadran Kode Variabel / Indikator


P3 Ketersediaan Transportasi
Kuadran I
P4 Ketersediaan sarana pendidikan
Kuadran II P5 Ketersediaan sarana kesehatan
P6 Ketersediaan sarana peribadatan
P8 Kondisi sarana kawasan
99

Kuadran Kode Variabel / Indikator


P9 Ketersediaan utilitas sanitasi
P10 Ketersediaan utilitas jaringan listrik
P11 Ketersediaan utilitas jaringan telekomunikasi
P13 Peran masyarakat dalam pengembangan kawasan permukiman
P1 Kepadatan Bangunan
Kuadran III P2 Ketersediaan Kelas Jalan
P15 Efektivitas program pemerintah
P7 Ketersediaan sarana perdagangan dan jasa
Kuadran
P12 Kondisi utilitas kawasan
IV
P14 Peran pemerintah dalam pengembangan kawasan permukiman
Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
Berikut merupakan penjabaran hasil analisa kuadran yang terdapat pada tabel
4.21.
1) Kuadran 1 : Kuadran Prioritas Utama (Concentrate These)
Merupakan kuadran dengan penanganan prioritas utama, memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi, namun secara eksisting masih belum memenuhi
kepuasan masyarakat. Adapun variabel yang termasuk kuadran 1 yaitu
ketersediaan sarana transportasi dan ketersediaan sarana pendidikan.
2) Kuadran 2 : Lanjutkan Prestasi (Keep Up The Good Work)
Merupakan kuadran dengan tujuan mempertahankan tingkat kepuasan yang
telah didapatkan sebelumnya, dengan mengedepankan tingkat kepentingan.
Adapun variabel yang termasuk dalam kuadran 2 yaitu ketersediaan sarana
kesehatan, ketersediaan sarana peribadatan, kondisi sarana penunjang kawasan,
ketersediaan prasarana sanitasi, telekomunikasi, listrik, serta tingkat peran serta
masyarakat.
3) Kuadran 3 : Prioritas Rendah (Low Priority)
Merupakan kuadran dengan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dalam kuadran ini memiliki prioritas
penanganan yang rendah. Adapun variabel yang termasuk dalam kuadran 3 yaitu
variabel kepadatan bangunan, ketersediaan kelas jalan, dan efektivitas program
pemerintah.
4) Kuadran 4 : Kuadran Berlebihan (Possible Overkill)
Merupakan kuadran dengan tingkat kepuasan yang tinggi, dalam arti memiliki
kondisi yang sangat baik, tetapi, bukan menjadi kepentingan yang utama bagi
100

masyarakat yang menggunakan variabel tersebut. Adapun variabel yang termasuk


ke dalam kuadran 4 yaitu ketersediaan perdagangan dan jasa.

Gambar 4. 30. Diagram Cartesius Konsep Urban Heritage


Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
Berdasarkan grafik Diagram Cartesius konsep Urban Heritage pada
gambar 4.30, dapat dijelaskan beberapa variabel yang termasuk ke dalam setiap
kuadran, dengan penjabaran setiap kuadran pada tabel 4.22, yaitu :
Tabel 4. 22. Analisis Kuadran Konsep Urban Heritage Kampung Pandeyan

Kuadran Kode Variabel / Indikator


Kuadran I P24 Ketersediaan utilitas jaringan telekomunikasi
P18 Ketersediaan sarana kesehatan
P19 Ketersediaan sarana peribadatan
Kuadran II
P21 Kondisi sarana kawasan
P23 Ketersediaan utilitas jaringan listrik
P16 Citra dan daya tarik kawasan
Kuadran III P17 Ketersediaan sarana pendidikan
P22 Ketersediaan utilitas sanitasi
P20 Ketersediaan sarana perdagangan dan jasa
Kuadran P25 Kondisi utilitas kawasan
IV P26 Intensitas atraksi wisata
P27 Kondisi lingkungan Kampung Pandeyan
Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
101

Berikut merupakan penjelasan dari hasil analisis kuadran yang terdapat pada
tabel 4.22.
1) Kuadran 1 : Kuadran Prioritas Utama (Concentrate These)
Merupakan kuadran dengan penanganan prioritas utama, memiliki tingkat
kepentingan yang tinggi, namun secara eksisting masih belum memenuhi
kepuasan masyarakat. Adapun variabel yang termasuk kuadran 1 yaitu
ketersediaan jaringan telekomunikasi.
2) Kuadran 2 : Lanjutkan Prestasi (Keep Up The Good Work)
Merupakan kuadran dengan tujuan mempertahankan tingkat kepuasan yang
telah didapatkan sebelumnya, dengan mengedepankan tingkat kepentingan.
Adapun variabel yang termasuk dalam kuadran 2 yaitu ketersediaan sarana
kesehatan, ketersediaan sarana peribadatan, kondisi sarana penunjang kawasan,
serta ketersediaan prasarana listrik.
3) Kuadran 3 : Prioritas Rendah (Low Priority)
Merupakan kuadran dengan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan yang
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dalam kuadran ini memiliki prioritas
penanganan yang rendah. Adapun variabel yang termasuk dalam kuadran 3 yaitu
variabel citra dan daya tarik kawasan, ketersediaan sarana pendidikan, serta
ketersediaan prasarana sanitasi.
4) Kuadran 4 : Kuadran Berlebihan (Possible Overkill)
Merupakan kuadran dengan tingkat kepuasan yang tinggi, dalam arti memiliki
kondisi yang sangat baik, tetapi, bukan menjadi kepentingan yang utama bagi
masyarakat yang menggunakan variabel tersebut. Adapun variabel yang termasuk
ke dalam kuadran 4 yaitu ketersediaan perdagangan dan jasa, kondisi prasarana
penunjang kawasan, jumlah produk atau atraksi wisata, serta kondisi kenyamanan
lingkungan di kawasan permukiman Kampung Pandeyan.
Berdasarkan penjabaran dari analisis pembobotan, Skala Likert, hingga hasil
analisis kuadran dan diagram Cartesius, didapatkan hasil strategi pengembangan
kawasan permukiman di Kampung Pandeyan yang dijelaskan pada tabel 4.23.
berikut.
102

Tabel 4. 23 Penentuan Strategi Pengembangan Konsep Eco Settlement Kawasan Permukiman Kampung Pandeyan

Kuadran Variabel / Indikator Hasil Analisa Strategi


Berdasarkan hasil analisa dan 1. Penambahan dan optimalisasi
penilaian dari masyarakat, perbaikan kualitas kelengkapan
ketersediaan sarana transportasi jaringan transportasi (Halte,
masih belum optimal. Hal ini jalur sepeda, dan pedestrian) di
dikarenakan sarana transportasi di kawasan permukiman Kampung
Ketersediaan Transportasi
Kampung Pandeyan terbatas. Pandeyan.
2. Penambahan akses sarana
transportasi berupa bus wisata
Kuadran 1 menuju kawasan Kampung
(Concentrate These) Budaya Pandeyan.
Masih minimnya ketersediaan jenis 1. Penambahan jenis sarana
pendidikan dengan jumlah penduduk pendidikan berupa SMP dan
di Kampung Pandeyan yang padat. SMA di Kampung Pandeyan
2. Optimalisasi pelayanan sarana
Ketersediaan sarana pendidikan
pendidikan berupa perbaikan
fisik bangunan dan layanan
pendidikan di kawasan
Kampung Pandeyan.
103

Kuadran 2 Berdasarkan hasil penilaian 1. Perbaikan beberapa sarana


(Keep Up The Good masyarakat, didapatkan bahwa kesehatan di lingkup RT dan
Work) Ketersediaan sarana kesehatan ketersediaan sarana kesehatan di RW di kawasan permukiman
Kampung Pandeyan sudah Kampung Pandeyan.
mencukupi kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan hasil penilaian 1. Optimalisasi keterjangkauan
masyarakat, didapatkan bahwa sarana peribadatan berupa
ketersediaan sarana peribadatan di perawatan bangunan dan
Kampung Pandeyan sudah kelengkapan prasarana berupa
Ketersediaan sarana peribadatan mencukupi kebutuhan masyarakat, jalur pedestrian dan jalur ramah
tetapi diperlukan akses yang lebih difabel di sekitar sarana
mudah dalam menjangkau sarana peribadatan di Kampung
peribadatan di kawasan Kampung Pandeyan.
Pandeyan.
Kondisi sarana kawasan Masyarakat cukup mudah dalam 1. Peningkatan secara umum
menjangkau sarana penunjang di kualitas ketersediaan sarana di
kawasan Kampung Pandeyan. Kampung Pandeyan.
2. Optimalisasi berupa pengelolaan
dan perawatan sarana umum
penunjang kegiatan di kawasan
104

Kampung Pandeyan.
Berdasarkan hasil observasi, 1. Pemeliharaan prasarana sanitasi,
didapatkan hasil bahwa di kawasan baik bagi masyarakat secara
permukiman Kampung Pandeyan pribadi maupun milik komunal
Ketersediaan utilitas sanitasi
sudah tersedia prasarana sanitasi, bagi wisatawan / pengunjung di
baik bagi pribadi dan juga secara wilayah Kampung Pandeyan.
komunal.
Masyarakat sangat mudah dalam 1. Optimalisasi pengelolaan dan
menjangkau prasarana jaringan perawatan jaringan dan
listrik di kawasan Kampung prasarana listrik berupa
Ketersediaan utilitas jaringan Pandeyan. pemeliharaan tiang dan jaringan
listrik kabel telekomunikasi, di area
padat penduduk kawasan
permukiman Kampung
Pandeyan.
Ketersediaan utilitas jaringan Masyarakat sangat mudah dalam 1. Optimalisasi pengelolaan dan
telekomunikasi menjangkau prasarana jaringan perawatan prasarana
telekomunikasi di kawasan telekomunikasi berupa
Kampung Pandeyan. pemeliharaan tiang dan jaringan
kabel telekomunikasi di area
padat penduduk kawasan
105

permukiman Kampung
Pandeyan.
Masyarakat menjadi salah satu 1. Peningkatan aspek kelembagaan
faktor utama dalam pengembangan berupa koordinasi tingkat
kawasan di Kampung Pandeyan. lingkungan (RT dan RW)
Peran masyarakat dalam dengan kelompok pengelola
pengembangan kawasan Kampung Budaya Pandeyan.
permukiman 2. Peningkatan inovasi berupa
penambahan atraksi atau produk
wisata di wilayah Kampung
Pandeyan.
Kuadran 3 Kepadatan Bangunan Wilayah Kampung Pandeyan 1. Penambahan fasilitas berupa
(Low Priority) tergolong padat dari segi masyarakat RTH, dengan mengedepankan
dan bangunannya. kepentingan area hijau di
kawasan permukiman Kampung
Pandeyan.
2. Pemeliharaan kondisi dan
ketersediaan jaringan jalan di
kawasan permukiman Kampung
Pandeyan.
106

3. Peningkatan kualitas bangunan


dengan sistem RTH Privat di
area padat bangunan di kawasan
Kampung Pandeyan.
Ketersediaan kelas jalan dan 1. Pengelolaan jaringan jalan dan
aksesibilitas secara eksisting yang keterjangkauan akses menuju
Ketersediaan Kelas Jalan
masih belum optimal. kawasan permukiman Kampung
Pandeyan.
Pemerintah menjadi salah satu faktor 1. Pengawasan terhadap kegiatan
pendukung dalam pengembangan masyarakat yang berkaitan
kawasan Kampung Pandeyan. dengan kegiatan budaya dan
wisata di Kampung Pandeyan.
Efektivitas program pemerintah
2. Optimalisasi pengelolaan sarana
dan prasarana penunjang
kegiatan masyarakat di
Kampung Pandeyan.
Kuadran 4 Ketersediaan sarana perdagangan Penataan secara optimal mengenai 1. Mengadakan pelatihan terhadap
(Possible Overkill) dan jasa ketersediaan jenis sarana UMKM yang ada di Kampung
perdagangan dan jasa. Pandeyan dalam menunjang
kegiatan perdagangan dan jasa
107

di kawasan Kampung Pandeyan.


Pelayanan prasarana penunjang 1. Pengelolaan prasarana
kawasan di Kampung Pandeyan penunjang kegiatan dan
Kondisi utilitas kawasan
yang masih belum optimal. keterjangkauan akses menuju
Kampung Pandeyan.
Pemerintah menjadi salah satu faktor 1. Optimalisasi pengelolaan sarana
Peran pemerintah dalam
pendukung dalam pengembangan dan prasarana penunjang
pengembangan kawasan
kawasan Kampung Pandeyan. kegiatan masyarakat di
permukiman
Kampung Pandeyan.
Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
Tabel 4. 24. Penentuan Strategi Pengembangan Konsep Urban Heritage Kawasan Permukiman Kampung Pandeyan

Kuadran Variabel / Indikator Hasil Analisa Strategi


Masyarakat sangat mudah dalam 1. Optimalisasi pengelolaan dan
menjangkau prasarana jaringan perawatan prasarana
telekomunikasi di kawasan telekomunikasi berupa
Kuadran 1 Ketersediaan utilitas jaringan Kampung Pandeyan. pemeliharaan tiang dan jaringan
(Concentrate These) telekomunikasi kabel telekomunikasi di area
padat penduduk kawasan
permukiman Kampung
Pandeyan.
108

Kuadran 2 Ketersediaan sarana kesehatan Berdasarkan hasil penilaian 1. Perbaikan beberapa sarana
(Keep Up The Good masyarakat, didapatkan bahwa kesehatan di lingkup RT dan
Work) ketersediaan sarana kesehatan di RW di kawasan permukiman
Kampung Pandeyan sudah Kampung Pandeyan.
mencukupi kebutuhan masyarakat.
Ketersediaan sarana peribadatan Berdasarkan hasil penilaian 1. Optimalisasi keterjangkauan
masyarakat, didapatkan bahwa sarana peribadatan berupa
ketersediaan sarana peribadatan di perawatan bangunan dan
Kampung Pandeyan sudah kawasan di sekitar sarana
mencukupi kebutuhan masyarakat, peribadatan di kawasan
tetapi diperlukan akses yang lebih Kampung Pandeyan.
mudah dalam menjangkau sarana
peribadatan di kawasan Kampung
Pandeyan.
Kondisi sarana kawasan Masyarakat cukup mudah dalam 1. Peningkatan secara umum
menjangkau sarana penunjang di kualitas ketersediaan sarana di
kawasan Kampung Pandeyan. Kampung Pandeyan.
2. Optimalisasi berupa pengelolaan
dan perawatan sarana umum
penunjang kegiatan di kawasan
109

Kampung Pandeyan.
Ketersediaan utilitas jaringan Masyarakat sangat mudah dalam 1. Optimalisasi pengelolaan dan
listrik menjangkau prasarana jaringan perawatan jaringan dan
listrik di kawasan Kampung prasarana listrik, khususnya di
Pandeyan area padat penduduk kawasan
Kampung Pandeyan.
Kuadran 3 Citra dan daya tarik kawasan Minimnya identitas kawasan dan ciri 1. Pengembangan daya tarik
(Low Priority) khas dari kawasan Kampung melalui optimalisasi dan
Pandeyan, belum ditunjang dengan peningkatan intensitas kegiatan
beberapa jenis atraksi wisata yang wisata di Kampung Budaya
ada. Pandeyan.
2. Pengelolaan ciri khas berupa
landmark, tugu, serta beberapa
bangunan bersejarah di kawasan
kampung Pandeyan.
Ketersediaan sarana pendidikan Masih minimnya ketersediaan jenis 1. Penambahan jenis sarana
pendidikan dengan jumlah penduduk pendidikan berupa SMP dan
di Kampung Pandeyan yang padat. SMA di Kampung Pandeyan
2. Optimalisasi pelayanan sarana
pendidikan berupa perbaikan
fisik bangunan dan layanan
110

pendidikan di kawasan
Kampung Pandeyan.
Ketersediaan utilitas sanitasi Berdasarkan hasil observasi, 1. Pemeliharaan prasarana sanitasi,
didapatkan hasil bahwa di kawasan baik bagi masyarakat secara
permukiman Kampung Pandeyan pribadi maupun milik komunal
sudah tersedia prasarana sanitasi, bagi wisatawan / pengunjung.
baik bagi pribadi dan juga secara
komunal.
Kuadran 4 Ketersediaan sarana perdagangan Penataan secara optimal mengenai 1. Mengadakan pelatihan terhadap
(Possible Overkill) dan jasa ketersediaan jenis sarana UMKM yang ada di Kampung
perdagangan dan jasa. Pandeyan dalam menunjang
kegiatan perdagangan dan jasa
di kawasan Kampung Pandeyan.
Kondisi utilitas kawasan Pelayanan prasarana penunjang 1. Pengelolaan prasarana
kawasan di Kampung Pandeyan penunjang kegiatan dan
yang masih belum optimal. keterjangkauan akses menuju
area permukiman Kampung
Pandeyan.
Intensitas atraksi wisata Minimnya identitas kawasan dan ciri 1. Peningkatan inovasi dan
khas dari kawasan Kampung kualitas berupa penambahan
Pandeyan, belum ditunjang dengan atraksi atau produk wisata di
111

beberapa jenis atraksi wisata yang wilayah Kampung Pandeyan.


ada.
Dengan kepadatan bangunan dan 1. Penambahan fasilitas berupa
penduduknya, kondisi lingkungan di RTH, dengan mengedepankan
wilayah Kampung Pandeyan kepentingan area hijau di
cenderung kurang nyaman dan kawasan permukiman Kampung
kurang terawat. Pandeyan.
Kondisi lingkungan Kampung 2. Pemeliharaan area jaringan jalan
Pandeyan di kawasan permukiman
Kampung Pandeyan.
3. Peningkatan kualitas bangunan
dengan sistem RTH Privat
kawasan permukiman Kampung
Pandeyan.
Sumber : Hasil Analisis Data Primer; 2022
112

Berdasarkan hasil penjabaran strategi pada tabel 4.23 di halaman


sebelumnya, dapat disimpulkan secara umum hasil perumusan strategi dalam
pengembangan kawasan permukiman di wilayah Kampung Pandeyan berdasarkan
konsep Eco Settlement dan Urban Heritage, antara lain yaitu :
1. Penambahan dan optimalisasi perbaikan kualitas kelengkapan jaringan
transportasi (Halte, jalur sepeda, dan pedestrian) di kawasan permukiman
Kampung Pandeyan.
2. Penambahan akses sarana transportasi berupa bus wisata menuju kawasan
Kampung Budaya Pandeyan.
3. Penambahan jenis sarana pendidikan berupa SMP dan SMA di Kampung
Pandeyan
4. Optimalisasi pelayanan sarana pendidikan berupa perbaikan fisik bangunan
dan layanan pendidikan di kawasan Kampung Pandeyan.
5. Perbaikan beberapa sarana kesehatan di lingkup RT dan RW di kawasan
permukiman Kampung Pandeyan.
6. Optimalisasi keterjangkauan sarana peribadatan berupa perawatan bangunan
dan kelengkapan prasarana berupa jalur pedestrian dan jalur ramah difabel
di sekitar sarana peribadatan di Kampung Pandeyan
7. Peningkatan secara umum kualitas mengenai ketersediaan, keamanan,
kenyamanan, kebersihan, dan keterjangkauan sarana di Kampung Pandeyan
8. Optimalisasi berupa pengelolaan dan perawatan sarana umum penunjang
kegiatan di kawasan Kampung Pandeyan.
9. Peningkatan aspek kelembagaan berupa koordinasi tingkat lingkungan (RT
dan RW) dengan kelompok pengelola Kampung Budaya Pandeyan.
10. Peningkatan inovasi berupa penambahan atraksi atau produk wisata di
wilayah Kampung Pandeyan.
11. Penambahan fasilitas berupa RTH, dengan mengedepankan kepentingan
area hijau di kawasan permukiman Kampung Pandeyan.
12. Pemeliharaan kondisi dan ketersediaan jaringan jalan di kawasan
permukiman Kampung Pandeyan.
113

13. Peningkatan kualitas bangunan dengan sistem RTH Privat di area padat
bangunan di kawasan Kampung Pandeyan.
14. Pengelolaan jaringan jalan dan keterjangkauan akses menuju kawasan
permukiman Kampung Pandeyan
15. Pengawasan terhadap kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan
budaya dan wisata di Kampung Pandeyan
16. Optimalisasi pengelolaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
masyarakat di Kampung Pandeyan
17. Mengadakan pelatihan terhadap UMKM yang ada di Kampung Pandeyan
dalam menunjang kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan Kampung
Pandeyan.
18. Pengelolaan ciri khas berupa landmark, tugu, serta beberapa bangunan
bersejarah di kawasan kampung Pandeyan
114

BAB V. Penutup

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan analisa pengolahan data, dijelaskan bahwa
wilayah Kampung Pandeyan yang terletak di Kecamatan Umbulharjo, Kota
Yogyakarta, telah ditetapkan sebagai Kampung Rintisan Budaya dan Wisata dari
Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, melalui Dokumen Rencana Strategis Dinas
Pariwisata Kota Yogyakarta, dengan memenuhi segala aspek dalam perwujudan
kawasan Kampung Rintisan Budaya dan Wisata. Selanjutnya, kawasan Kampung
Pandeyan memiliki beberapa ciri khas dari kawasannya, antara lain yaitu memiliki
atraksi dan produk wisata yang bervariasi, seperti gelaran Bakdho Kupat,
Karawitan, Wayang Kulit, Gamelan, hingga kesenian tarian adat dan Jathilan. Hal
ini juga ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai
bagi wisatawan maupun masyarakat yang ada di kawasan Kampung Pandeyan.
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui Analisis Delphi, didapatkan
hasil bahwa tidak semua variabel dalam konsep Eco Settlement dan Urban
Heritage mencapai konsensus pada setiap stakeholder yang telah ditentukan
sebelumnya. Adapun hasil dari pengambilan konsensus di tiap stakeholder
memunculkan variabel baru, yaitu ketersediaan layanan transportasi dan
pelestarian kebudayaan di lingkungan Kampung Pandeyan. Selanjutnya, ditinjau
dari hasil analisis IPA mengenai penentuan strategi pengembangan kawasan
permukiman Kampung Pandeyan, dijelaskan bahwa terdapat beberapa strategi
yang terbagi atas 4 kuadran yang berbeda, dengan rincian kuadran pertama
merupakan kuadran dengan penanganan strategi prioritas, berupa penambahan
sarana pendidikan, peningkatan kualitas lingkungan secara privat dan komunal,
hingga opttimalisasi pelayanan dari ketersediaan sarana dan prasarana penunjang
kegiatan di kawasan Kampung Pandeyan.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan dari penelitian ini, didapatkan
rekomendasi mengenai penelitian ini yaitu peningkatan konsensus terhadap
115

kondisi lingkungan Kampung Pandeyan yang menjadi salah satu prioritas strategi
pengembangan kawasan permukiman Kampung Pandeyan. Selanjutnya,
diharapkan hasil dari penelitian ini mampu menjadi bahan pertimbangan dalam
pelaksanaan pengembangan kawasan permukiman Kampung Pandeyan.
116

DAFTAR PUSTAKA
Agustina Maharani, Sheilla; Adi Prasetyo, Bagus; Tisnawati, Endah. 2017. Sinau
Sinambi Ngabudayan : Perencanaan Kampung Pandeyan Sebagai Pusat
Wisata, Seni Dan Budaya Di Kota Yogyakarta. Indonesia. Program Studi
Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Teknologi
Yogyakarta.
Budi Jayanti, Theresia. 2017. Strategi Pengembangan Urban Heritage Tourism
Kota Cirebon, Jawa Barat. Indonesia. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat.
BPS Kota Yogyakarta Tahun 2018
BPS Kota Yogyakarta Tahun 2019
BPS Kota Yogyakarta Tahun 2020
BPS Kota Yogyakarta Tahun 2021
Candra Wardina Sari, Serlina; Samsuri; Wahidin, Darto. 2018. Penguatan
Kewarganegaraan Ekologis Untuk Mewujudkan Ketahanan Lingkungan
(Studi di Kampung Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta). Indonesia.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Carissa Putri, Mangesti; Junita Koesoemawati, Dewi; Trisiana, Anita. 2019.
Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Sarana Prasarana dan Lokasi
Perumahan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Studi
Kasus Perumahan Griya Pesona Karangrejo Banyuwangi). Indonesia.
Universitas Jember.
Dewi, K. P., Kumurur, V. A., & Sela, R. L. . (2019). Penentuan Kualitas
Permukiman Berdasarkan Kriteria Eco-Settlement Di Kelurahan Sindulang
Satu Kota Manado. Spasial, 6(1), 169–177.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/spasial/article/view/25301/24988
Djarot Purbadi, Yohanes; Christophori Lake, Reginaldo. 2019. Konsep Kampung-
Wisata Sejahtera, Kreatif, Cerdas dan Lestari Berkelanjutan Kasus Studi
di Karangwaru Riverside, Yogyakarta. Indonesia. Program Studi
Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Provinsi D.I.Yogyakarta
117

Tahun 2017-2022
Hadi, Wisnu. 2019. Menggali Potensi Kampung Wisata Di Kota Yogyakarta
Sebagai Daya Tarik Wisatawan. Indonesia. Fakultas Sains danTeknologi,
Universitas Bina Sarana Informatika.
Hidayat, M. N. (2018). Kajian Kualitas Dan Kenyamanan Termal Permukiman
Untuk Arahan Penataan Permukiman Berbasis Eco-Settlements Di
Kelurahan Pandeyan Kota Yogyakarta.
https://www.neliti.com/id/publications/228909/kajian-kualitas-dan-
kenyamanan-termal-permukiman-untuk-arahan-penataan-permukima
Jayanti, T. B. (2017). Strategi Pengembangan Urban Heritage Tourism Kota
Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Koridor, 8(2), 195–205.
https://doi.org/10.32734/koridor.v8i2.1347
Junita Koesoemawati, Dewi. 2016. Social Cohesion of Pendalungan Community
and Urban Space Integration in Jember. Indonesia. Fakultas Teknik,
Universitas Jember.
Kusuma Wardani, Yanuar; Herwangi, Yogi; Sarwadi, Ahmad. 2018. Peran
Struktur Sosial Dalam Pembangunan Sarana Prasarana Permukiman
Perkotaan. Indonesia. Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Departemen
Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
Maharani, S. A., Adi, B. P., & Tisnawati, E. (2019). Sinau Sinambi Ngabudayan:
Perencanaan Kampung Pandeyan Sebagai Pusat Wisata, Seni Dan Budaya
Di Kota Yogyakarta. SMART: Seminar on Architecture …, 4, 471–481.
https://smartfad.ukdw.ac.id/index.php/smart/article/view/138
Meythasari, Chintyaningtyas; Tisnawati, Endah. 2018. Pengembangan Elemen
Produk Wisata Di Kawasan Kota Lama Semarang Dengan Pendekatan
Attractive Urban Heritage. Indonesia. Program Studi Arsitektur, Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Teknologi Yogyakarta.
Puspa Dewi, Kartika; A. Kumurur, Veronica; L.E.Sela, Rieneke. 2019. Penentuan
Kualitas Permukiman Berdasarkan Kriteria Eco Settlement Di Kelurahan
Sindulang Satu, Kota Manado. Indonesia. Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Uniersitas Sam Ratulangi, Manado.
RTRW Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2019-2039
RTRW Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041
RDTR Kota Yogyakarta Tahun 2015-2035
RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022
118

Sari, S. C. W., Samsuri, & Wahidin, D. (2020). Penguatan Kewarganegaraan


Ekologis Untuk Mewujudkan Ketahanan Lingkungan (Studi di Kampung
Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Ketahanan Nasional, 26(1), 87–107.
https://doi.org/10.22146/jkn.53816
Setyawati, A., & Tisnawati, E. (2018). Telaah Potensi Kampung Sebagai Dasar
Perancangan Pusat Kebudayaan Kampung Pandeyan. ATRIUM Jurnal
Arsitektur, 4(2), 83–91.
https://atrium.ukdw.ac.id/index.php/jurnalarsitektur/article/view/21
Suryani, A. S. (2011). Tantangan Implementasi Konsep Eco-Settlement Tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam UU No 1/2011 Tentang
Perumahan Dan Kawasan Permukiman. Jurnal Aspirasi, 2(1), 1–16.
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/431
Wardani, Y. K., Herwangi, Y., & Sarwadi, A. (2018). Peran Struktur Sosial
dalam Pembangunan Sarana Prasarana Permukiman Perkotaan (Studi
Kasus: PLPBK Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota
Yogyakarta). Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, 44(1).
https://doi.org/10.33701/jipwp.v44i1.215
119

Lampiran 1. Hasil Observasi


Survey
No. Lokasi Potensi Permasalaha Dokumentasi Keterangan
n

Kampung Peningkatan Jarak lebar


Pandeyan, kualitas jalan dengan Survey
1.
Kota lingkungan pedestrian Primer
Yogyakarta RTH Privat yang terbatas
120

Pengembangan
Kampung UMKM Kegiatan
Pandeyan, masyarakat nonformal Survey
2.
Kota wilayah UMKM Primer
Yogyakarta Kampung perdagangan
Pandeyan

Kurangnya
Kampung Pengembangan lahan bagi
Pandeyan, inovasi atraksi kegiatan Survey
3.
Kota wisata dan atraksi wisata Primer
Yogyakarta kebudayaan dan
kebudayaan
121

Ketersediaan
Kampung Keterjangkauan
sarana
Pandeyan, akses sarana Survey
4. prasarana
Kota prasarana Primer
transportasi
Yogyakarta transportasi
yang minim

Kampung
Kelestarian Kondisi
Pandeyan, Survey
5. vegetasi di area vegetasi yang
Kota Primer
jaringan jalan kurang terawat
Yogyakarta
122

Kampung Keterbatasan
Pandeyan, Pengembangan lahan dalam Survey
6.
Kota fungsi RTH pemenuhan Primer
Yogyakarta fungsi RTH

Kepadatan
bangunan yang
Kampung
Pengembbangan terlalu padat
Pandeyan, Survey
7. fungsi guna mengganggu
Kota Primer
lahan sirkulasi
Yogyakarta
kegiatan
masyarakat
123

Perawatan
Kampung Ketersediaan jaringan kabel
Pandeyan, dan pengelolaan listrik dan Survey
8.
Kota jaringan listrik komunikasi Primer
Yogyakarta dan komunikasi yang belum
optimal
124

Lampiran 2. Peta
1. Peta Geografis Kawasan
125

2. Peta Klimatologi

3. Peta Geologi
126

4. Peta Hidrologi
127

5. Peta Ketersediaan RTH


128

6. Peta Penggunaan Lahan


129

7. Peta Jaringan Jalan


130
131

8. Peta Kontur
132

9. Peta Sarana Pendidikan

10. Peta Sarana Pemerintahan dan Bangunan Umum


133

11. Peta Sarana Kesehatan


134

12. Peta Sarana Peribadatan


135

13. Peta Jaringan Air Bersih


136

14. Peta Jaringan Drainase


137

15. Peta Jaringan Transportasi


138

16. Peta Persebaran Kependudukan


139
140

Lampiran 3. Proses Perizinan dan Permohonan Data


141

Lampiran 4. Hasil Kuisioner


No Stakeholder Dokumentasi
.
1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kota Yogyakarta

2. Dinas Lingkungan Hidup Kota


Yogyakarta
142

3. Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah Kota Yogyakarta

4. Dinas Pertanahan dan Tata Ruang


Kota Yogyakarta
143

5. Dinas Pekerjaan Umum dan


Kawasan Permukiman Kota
Yogyakarta

6. Tokoh masyarakat
144
145

Lampiran 5. Hasil Analisis IPA


146
147
148
149
150
151
152
153
154

Anda mungkin juga menyukai