Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

TENGGELAMNYA NAGGALA 402

INTAN

WIDYA PURMA YANTI

SMK IT YGMC

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
sayadapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tenggelamnya Naggala 402 ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang ilmu Fisika bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada guru pengampuh mata pelajaran yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Daftar Isi

COVER

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Peran Kapal Selam Indonesia


B. Tragedi Tenggelamnya Kapal Selam Annggala 402
C. Kaitan Antara tragedi tenggekamnya kapal Nanggala 402 dengan Ilmu Fisika

BAB III PENUTU

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia kehilangan putra terbaiknya dalam tragedi tenggelamnya kapal selam KRI
Nanggala-402. Kapal selam KRI Nanggala termasuk yang disegani di Asia Tenggara karena
memiliki kemampuan handal. Kapal selam KRI Nanggala-402 adalah kapal selam serang
bermotor diesel-listrik tipe U-209 buatan Jerman. Kapal selam itu diproduksi tahun 1978 di
galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, dipesan Indonesia tahun 1979 dan diserahkan
kepada Indonesia Oktober 1981 di Jerman.

Perusahaan itu kemudian mengalami kesulitan finansial dan diambil alih oleh raksasa
industri Thyssenkrupp, hasil merjer dua perusahaan besar Thyssen dan Krupp. Kapal selam KRI
Nanggala-402 sempat dimodernisasi di Jerman tahun 1989, kemudian diperbarui lagi tahun 2012
di Korea Selatan. TNI Angkatan Laut memiliki satu kapal selam lain dengan model yang sama,
yaitu KRI Cakra yang juga dibuat di Jerman pada akhir tahun 1970-an, sedangkan tiga model U-
209 yang lebih baru dibuat di Korea Selatan.

Dikembangkan tahun 1960-an untuk menggantikan kapal selam era Perang Dunia II, tipe
U-209 tidak pernah digunakan oleh angkatan laut Jerman, tetapi menikmati kesuksesan sebagai
produk ekspor unggulan. Lebih 60 kapal selam tipe ini telah dijual ke berbagai negara, termasuk
Yunani, India dan Turki. Argentina pernah mengerahkan U-209 miliknya ketika melawan
Inggris dalam Perang Falklands atau lebih beken dengan nama perang Malvinas.

Model non-nuklir terlaris Tipe terbaru U-209 berbobot 1.400 ton sekarang masih
dibangun di galangan kapal Thyssenkrupp di Jerman atas pesanan Mesir. Thyssenkrupp pada
situs webnya mengatakan bahwa model U-209 terinspirasi kapal selam angkatan laut Jerman,
tetapi diperbesar untuk dapat beroperasi di perairan yang lebih dalam dan bisa membawa lebih
banyak peralatan.

Inilah model "kapal selam non-nuklir terlaris di Dunia Barat", kata Thyssenkrupp. KRI
Nanggala-402 pertama kali diperlihatkan kepada publik Indonesia pada peringatan 36 tahun TNI,
5 Oktober 1981, dan diresmikan penugasannya dua minggu kemudian oleh Menteri Pertahanan
dan Keamanan saat itu, Jenderal M Jusuf. KRI Nanggala-402 Dimordenisasi di Korea Selatan

Setelah menjalani pembaruan tahun 1989, lebih dua puluh tahun kemudian Kapal selam KRI
Nanggala-402 itu kembali dimodernisasi di Korea Selatan yang selesai pada Februari 2012, di
mana sebagian besar struktur atasnya diganti, dan persenjataan, sonar, radar, dan sistem
kendalinya diperbarui.

Setelah pembaruan di di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering di


Korea Selatan itu, KRI Nanggala-402 mampu menembakkan empat torpedo secara bersamaan
pada empat target berbeda. Kapal selam KRI Nanggala-402 juga mampu meluncurkan rudal anti-
kapal seperti Exocet atau Harpoon.

Inilah keunggulan KRI Nanggala-402 yang menjadikannya sebagai salah satu kapal
selam yang disegani di Asia Tenggara. Kedalaman menyelam KRI Nanggala-402 yang aman
ditingkatkan menjadi 257 meter (843 kaki), dengan kecepatan tertinggi ditingkatkan dari 21,5
knot (39,8 km / jam) menjadi 25 knot (46 km / jam). Menurut data Jane's Information Group,
daya tahan kapal selam KRI Nanggala-402 di dalam air sekitar 50 hari. "Saudara kembar"
Nanggala 402, KRI Cakra-401, adalah kapal selam U-209/1300 kedua yang dibeli Indonesia dari
Jerman. Kapal selam KRI Nanggala-402, namanya diambil dari senjata pewayangan, memiliki
dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter, dengan mesin diesel elektrik. Kapal selam andalan
Indonesia itu bisa dilengkapi dengan 14 buah torpedo 21 inci/533 mm dalam 8 tabung.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menganalisa Kenapa Kapal Selam Naggala 402

C. TUJUAN
1. Mengetahui Alasan Tenggelamnya Kapal Selam Naggala 402
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Peran Kapal Selam Indonesia

Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 mengalami musibah tenggelam di


perairan utara Bali dan 53 awak kapalnya dinyatakan gugur. Di masa lalu, Indonesia pernah
memiliki 12 kapal selam dan menjadi armada angkatan laut yang disegani.

Kapal Selam KRI Nanggala-402 merapat di Dermaga Madura Komando Armada RI


Kawasan Timur di Surabaya, Senin (6/2/2012).

Fakta Singkat

1958-1980: Indonesia pernah memiliki 12 kapal selam

Kapal Selam saat ini:

KRI Cakra-401

KRI Nanggala-402

KRI Nagapasa-403

KRI Ardadedali-404

KRI Alugoro-405

KRI Nanggala-402:

Nama lengkap: Kapal Perang Republik Indonesia Nanggala

Nomor lambung: 402

Nanggala: senjata Prabu Baladewa dalam pewayangan

Tahun Pemesanan: 1977

Pabrik: Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, Jerman

Tipe U-209/1300

Kapal selam tempur/serbu

Tiba di Indonesia: 8 Oktober 1981

Diresmikan: 21 Oktober 1981


Diresmikan oleh: Menhankam/Pangab Jend TNI M Yusuf

Komandan pertama: Letnan Kolonel Laut Armanda Aksya

Berat benaman: 1.285 ton di permukaan 1.390 ton saat menyelam

Dimensi: panjang: 59,5 meter; lebar:6,3 meter; sarat air: 5,5 meter

Kecepatan: 11 knot di permukaan ; 21,5 knot saat menyelam

Jelajah kedalaman: 240 meter

Senjata: 14 buah torpedo 21 inci/533 mm dalam 8 tabung

Durasi penyelaman: 50 hari

Kapal selam Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 yang dinyatakan
hilang kontak sejak 21 April 2021 telah ditemukan pada 25 April 2021. Kapal selam ini
terdeteksi tenggelam di perairan utara Pulau Bali. Seluruk awak kapal yang berjumlah 53
personel TNI AL dinyatakan gugur dalam musibah ini.

Selama 40 tahun kiprahnya menjaga kawasan perairan di negeri ini, sejumlah peran besar
telah ditorehkan KRI Nanggala-402. Pada Agustus – Oktober 1999, KRI Nanggala-402
ditugaskan dalam sebuah misi intelijen di Timor Timur (kini Timor Leste). Misi tersebut
dilakukan bersama KRI Cakra-401 untuk melacak pergerakan Pasukan Internasional untuk
Timor Timur (Interfet).

KRI Nanggala-402 juga mengikuti misi-misi terbuka di antaranya dalam latihan-latihan


dengan US Navy tahun 2002 di Laut Jawa dan Selat Bali dengan nama latihan Coorperation
Afloat Readiness and Training/CARAT. KRI Nanggala-402 juga kerap ikut latihan perang.
Dalam Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia pada 2004,
misalnya, KRI Nanggala-402 berhasil menenggelamkan eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda
samudra buatan 1942 dengan Torpedo SUT (surface and underwater target).

Selanjutnya, pada 2005, KRI Nanggala-402 menjadi ujung tombak dalam konflik
perebutan blok Ambalat. Dua tahun lalu pada 2019, kapal yang dijuluki “monster bawah laut”
diikutsertakan dalam sebuah latihan gabungan bersama kapal selam Amerika Serikat bernama
USS Oklahoma City. Latihan yang digelar pada 9 Agustus 2019 tersebut juga diikuti oleh KRI
Diponegoro-365 dan sebuah helikopter produksi Jerman, Bölkow-Blohm.

Kapal Selam KRI Nanggala-402 merapat di Dermaga Madura Komando Armada RI Kawasan
Timur di Surabaya, Senin (6/2/2012). Kedatangan KRI Nanggala setelah menjalani perbaikan di
Korea Selatan disambut langsung oleh Kepala Staf Angkalan Laut Laksamana TNI Soeparno dan
anggota Komisi I DPR RI.
Sejarah Satuan Kapal Selam

Pada dokumen artikel yang diterbitkan TNI AL (2020) berjudul “Tradisi TNI Angkatan
Laut” disebutkan pembentukan satuan kapal selam NKRI sudah dimulai pada 1958 yakni diawali
pengiriman calon awak kapal selam ke Polandia.

Dua calon awak kapal selam berangkat dari Surabaya dengan kapal berbendera Denmark
“Heinrich Jessen” menuju Rijeka, Yugoslavia pada 5 Agustus 1958. Dari Yugoslavia dua calon
awak kapal selam Indonesia menuju Gedinia Oksiwi, Polandia. Rombongan dipimpinan Mayor
Pelaut RP Poernomo. Setahun kemudian, dari Polandia kembali ke tanah air menggunakan kapal
RI Morotai. Semua kapal perang TNI AL ditandai dengan inisial “KRI” yang merupakan
singkatan dari Kapal Perang Republik Indonesia.

Pada era pascakemerdekaan, Indonesia memiliki 12 unit kapal selam kelas Whiskey
buatan Uni Soviet, yaitu KRI Tjakra, KRI Nanggala, KRI Nagabanda, KRI Tjandrasa, KRI
Trisula, KRI Nagarangsang, KRI Wijayadanu, KRI Hendrajala, KRI Bramastra, KRI Pasopati,
KRI Tjundamani, dan KRI Alugoro. Periode tahun 1960 merupakan era kejayaan kapal selam
Indonesia sebagai kekuatan Angkatan Laut yang sangat disegani khususnya di kawasan Asia
Pasifik.

Kapal selam KRI Nanggala di pantai Cilegon pada gladi resik tanggal 2 Oktober 1981
menyongsong Hari ABRI ke-36 tanggal 5 Oktober 1981. KRI Nanggala, buatan galangan
“Howald Dutsche Werke” Kiel, Jerman Barat.

Kapal Selam Indonesia yang Pertama

Pada 7 September 1959 dua kapal selam berbendera Uni Soviet yang akan diserahkan
kepada Indonesia merapat di Dermaga Ujung Surabaya. Pada 11 September 1959 dilaksanakan
penyematan brevet Hiu Kencana yang pertama kali kepada semua awak kapal selam yang baru
menyelesaikan pendidikannya di Polandia. Sebutan Hiu Kencana sampai saat ini melekat kepada
korps awak kapal selam TNI-AL.

Selanjutnya, pada 12 September 1959 dilaksanakan serah terima dua kapal selam dari
pemerintah Uni Soviet kepada pemerintah Indonesia yang diwakili Kepala Staf TNI AL, Kolonel
Pelaut RE Martadinata. Kedua kapal selam itu diberi nama KRI Tjakra dengan Komandan
Mayor Pelaut RP Purnomo dan KRI Nanggala dengan Komandan Mayor Pelaut OP Koesno.
Tanggal bersejarah ini kemudian setiap tahun diperingati sebagai “Hari Lahir Korps Hiu
Kencana”.

Berdasarkan surat keputusan KASAL bernomor Men/KASAL No. A. 4/2/10 diresmikan


“Divisi Kapal Selam” disingkat Divkasel dalam tubuh Komando Armada pada 14 September
1959. Komandan Divkasel yang pertama adalah Mayor Pelaut RP Poernomo. Untuk
mempercepat armada pasukan bawah laut, pada 1 November 1959 berdasarkan surat keputusan
KASAL bernomor Men/KASAL Nomor A.19/4/1 diresmikan Sekolah Kapal Selam Angkatan
Laut disingkat SEKASAL yang berkedudukan di Surabaya. Mayor Pelaut RP Poernomo ditunjuk
sebagai Komandan Sekolah Kapal.

Pemerintah mengirim sejumlah teknisi ke Uni Soviet pada 25 Maret 1961 untuk
melakukan pendidikan teknisi kapal selam. Pendidikan Kesatuan Latihan Kapal Selam disingkat
KELAKAS tersebut dipimpin Mayor Pelaut AT Wignjoprajitno. Mereka berangkat menuju ke
Vladiwostok, Uni Soviet untuk mengikuti pendidikan kapal selam selama sembilan bulan.

Berdasarkan Surat Keputusan KASAL bernomor Men/KSAL/5401.48/1961 tentang


organisasi Komando Armada, Divisi Kapal Selam selanjutnya disebut sebagai Komandan Jenis
Pembantu Kapal Selam (Kojenkasel). Keputusan tersebut ditetapkan pada 1 Desember 1961.
Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf seusai meresmikan kapal selam KRI “Cakra” dan kapal
LST (landing ship tank) KRI “Teluk Mandar” pada Rabu, 8 Juli 1981, di dermaga Ujung,
Surabaya. KRI “Cakra” merupakan satu dari dua kapal selam yang dipesan dari Jerman Barat.
Sebuah lagi, yakni KRI “Nanggala”, akan tiba sebelum 5 Oktober 1981.

Kapal Selam Tempo Dulu

Dua kapal pungut Torpedo Cather Boat/TCB yang dibeli pemerintah RI dari Uni Soviet
tiba di Indonesia dan diberi nama KRI Buaya dan KRI Biawak pada akhir 1961. Kemudian pada
29 Januari 1962, pemerintah Indonesia menerima lagi empat kapal selam dari Uni Soviet, yaitu
KRI Naga Banda, KRI Tjandrasa, KRI Trisula, dan KRI Nagarangsang.

Beberapa bulan kemudian yakni pada 10 Agustus 1962, pemerintah Indonesia menerima
sebuah kapal selam dari Uni Soviet. Kapal yang serah terimanya dilakukan di dermaga Madura
Ujung Surabaya tersebut selanjutnya diberi nama KRI Ratulangi.

Pada 15 Desember 1962 pemerintah Indonesia menerima lagi enam kapal dari Uni
Soviet, yaitu KRI Wijaya Danau, KRI Hendrajala, KRI Bramastra, KRI Pasopati, KRI
Tjundamani, dan KRI Alugoro. Selain itu, diterima pula kapal tender kapal selam, yaitu KRI
Thamrin.

Untuk memperdalam teknik operasional kapal selam, sejumlah perwira, bintara, dan
tamtama dikirim ke Valdiwostok, Rusia pada 2 Februari 1966 untuk belajar menjadi instruktur
dan tenaga ahli kapal selam. Sebagai upaya tindak lanjut pengembangan keahlian
mengoperasikan kapal selam, pada 3 Mei 1966 dilakukan pembangunan ruang latihan serangan
torpedo untuk memahirkan para komandan, perwira pelaksana dan perwira navigasi kapal selam
dalam melakukan serangan torpedo.
Pada 9 Desember 1966 Stasion Bantu KS (SIONBAN) diresmikan oleh Panglima AL
Laksamana Muljadi. Unit ini berfungsi sebagai eselon pelayanan terhadap KS dalam hal
pengisian baterai, aliran listrik dari darat, air suling, dan udara tekanan tinggi.

Pada 12 Desember 1966, KRI Tjakra dan KRI Nanggala (era 1960) telah menyelesaikan
tugasnya sebagai alutsista di Angkatan Laut. Menyusul Pada 18 Maret 1970, KRI Henrajala dan
KRI Alugoro selesai masa tugasnya. Pada 25 Mei 1971 tiga kapal selam yakni KRI Trisula, KRI
Nagarangsang, dan KRI Tjandrasa dinyatakan selesai melaksanakan tugasnya sebagai kapal
selam perang milik TNI. Masa operasional kapal selam pada masa itu rata-rata antara 6 – 20
tahun. Menhankam/Pangab Jenderal M. Jusuf, Letjen TNI M. Sanfi dan Panglima Armada RI
Laksamana Muda R. Kasenda sedang mengamat persiskop di dalam kapal selam KRI Nanggala
pada kedalaman 13 meter di bawah permukaan Laut Jawa depan Pulau Madura pada 16 Maret
1983.

Profil KRI Nanggala-402

Nama Nanggala diambil dari kisah pewayangan. Nanggala merupakan senjata dari Prabu
Baladewa. Dikisahkan dalam pewayangan, Nanggala merupakan perwujudan sebuah tombak
pendek dan runcing namun memiliki kekuatan yang bersumber dari kesaktian Baladewa. Senjata
ini mampu membelah sebuah gunung bahkan melelehkan besi baja dengan sangat mudah. Dalam
perkembangannya KRI Nanggala-402 mendapat julukan “monster bawah laut”.

KRI Nanggala-402 merupakan satu dari lima kapal selam yang dioperasikan oleh TNI
AL. Kelima kapal yang beroperasi yakni KRI Cakra-401, KRI Nanggala-402, KRI Nagapasa-
403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405. KRI Nanggala-402 termasuk jenis kapal selam
tipe U-209/1300. Kapal ini satu jenis tipe dengan kapal Cakra-401. Kapal ini tiba di Indonesia
pada 8 Oktober 1981 merapat di Surabaya. Peresmian kapal ini sebagai KRI dilakukan oleh
MenHankam/Pangab Jendral TNI M Yusuf di dermaga Madura Ujung Surabaya pada 21
Oktober 1981.

Komandan pertama kapal ini adalah Letnan Kolonel Laut (P) Armanda Aksya. Pada 9
November 1981 berdasarkan Skep Pagarma Nomor Skep/331/XI/1981 tertanggal 9 November
1981, ditetapkan nomor lambung KRI Nanggala adalah 402.

Masuknya kapal selam kelas U-209/1.300 (KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402) dari
Jerman Barat membuktikan TNI AL memiliki kemampuan untuk mengoperasikan dua jenis
kapal selam dari blok berbeda (blok timur dan blok barat), yaitu 12 kapal dari kelas Whiskey dari
Uni Soviet kapal dan 2 kapal U-209/1300 dari Jerman Barat. Dalam perkembangan selanjutnya
TNI AL mengoperasikan kelas kapal tipe U-209/1400 produksi Korea Selatan. Untuk
mempertahankan kondisi teknis kapal selam kelas U-209/1300, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk melaksanakan perbaikan menyeluruh (overhaul) secara bertahap di galangan
kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Okpo, Korea Selatan. Diawali
dengan perbaikan KRI Cakra-401 pada 2004 dan selesai pada 2006.
Selanjutnya, KRI Nanggala-402 melaksanakan overhaul pada 2010 dan selesai pada
2012. Overhaul terutama pada sistem Sewaco pada KRI Nanggala-402 dengan meningkatkan
sistem kendali.

Spesifikasi KRI Nanggala-402

KRI Nanggala-402 dengan tipe U-209/1300 adalah kelas kapal selam perang bermesin
diesel-listrik seri 209 yang dikembangkan oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft di Jerman.
Perusahaan pembuatan kapal asal Jerman ini berkantor pusat di Kiel. Perusahaan ini adalah
bagian dari kelompok perusahaan ThyssenKrupp Marine Systems, yang dimiliki oleh
ThyssenKrupp.

Varian awal kelas 209 adalah tipe 209/1100 yang dirancang pada akhir 1960-an. Terdapat
lima varian lainnya yakni 209/1100, 209/1200, 209/1300, 209/1400 dan 209/1500. Meskipun
tidak dioperasikan oleh Angkatan Laut Jerman, varian-varian tersebut telah diekspor ke 13
negara. Sebanyak 61 kapal selam telah dioperasikan antara tahun 1971-2008 dan menjadi tipe
yang paling banyak dipesan oleh negara-negara di dunia pada saat itu.

Dalam pemberitaan Kompas edisi 5 Februari 1977 berjudul “Dua Kapal Selam Baru
untuk TNI-AL” disebutkan KRI Nanggala dipesan oleh pemerintah Republik Indonesia pada 2
April 1977. Pembuatan KRI Nanggala merupakan bagian dari pinjaman senilai 625 juta dolar
Amerika Serikat dari Jerman kepada Indonesia. Sebesar 100 juta dolar AS dari pinjaman tersebut
digunakan untuk membuat KRI Nanggala dan KRI Cakra.

Kapal selam ini dirancang oleh Ingenieurkontor Lübeck (IKL) yang dipimpin oleh Ulrich
Gabler dan sebagian besar didasarkan pada desain kapal selam Jerman sebelumnya yakni tipe
206 dengan peralatan yang ditingkatkan. Desain lambung tunggal dan memungkinkan komandan
untuk melihat seluruh kapal selam dari haluan ke buritan sambil berdiri di periskop.

Terdapat empat baterai 120 sel sebagai catu daya (power supply) yang ditempatkan di
depan dan belakang pusat komando di dek bawah. Dua tangki pemberat utama dengan tangki
depan dan belakang memungkinkan kapal untuk menyelam. Mereka didukung oleh empat mesin
diesel MTU dan empat generator AEG. Motor listrik AEG dipasang langsung ke baling-baling
dengan lima atau tujuh bilah.

Tenaga baterai diisi oleh generator yang dijalankan empat unit mesin diesel MTU jenis
“supercharged”. Total daya yang dikirim adalah 5.000 shp (shaft horse power), tenaga motor
listrik dihasilkan oleh baterai-baterai besar yang beratnya sekitar 25 persen dari berat kapal.

Senjata dan Performa Kapal

Kapal selam tipe 209 merupakan kapal selam serbu atau kapal selam pemburu. Kapal
selam ini yang dirancang khusus untuk tujuan menyerang dan menenggelamkan kapal selam lain
dan kombatan permukaan. Kapal selam tipe ini dipersenjatai dengan tabung torpedo 8 busur 533
mm dan 14 torpedo. Tipe 209 /1200s yang digunakan oleh Yunani dan Korea Selatan, dan tipe
209/1400 yang digunakan oleh Turki juga dipersenjatai dengan rudal Sub-Harpoon. Kapal yang
digunakan oleh Korea Selatan dapat dipersenjatai dengan 28 ranjau sebagai pengganti torpedo
dan rudal Harpoon. Sedangkan perahu India dapat membawa 24 ranjau secara eksternal.

Kapal ini dapat dipersenjatai dengan berbagai model torpedo tergantung negaranya.
Mayoritas kapal yang membawa torpedo Surface and Underwater Target (SUT) yakni: Yunani,
India, Indonesia, Afrika Selatan, Korea Selatan. Kapal selam KRI Nanggala-402 memiliki 14
buah senjata torpedo buatan AEG dan dapat diincar melalui periskop buatan Zeiss yang
diletakkan disamping “snorkel” buatan Maschinenbau Gabler.

KRI Nanggala memiliki berat di permukaan air 1.285 ton, sedangkan berat selam
mencapai 1.390 ton saat menyelam. Dimensi kapal panjang 59,5 meter, lebar 6,3 meter, dan
sarat air (jarak vertikal antara garis air sampai dengan lunas kapal) sepanjang 5,5 meter. Dalam
dokumen Nuclear Threat Initiative disebutkan kapal tersebut diawaki 34 pelaut itu sanggup
mendorong kapal hingga kecepatan 21,5 knot saat menyelam setara 39,8 km/jam atau 24,7 mph.
Saat di permukaan air kecepatan bisa mencapai 11 knot setara 20 km/jam atau 13 mph.

Setelah mengalami perbaikan menyeluruh atau overhaul di Korea Selatan, kedalaman


jelajah menyelam KRI Nanggala-402 yang aman ditingkatkan dari 240 meter (790 kaki) menjadi
257 meter (843 kaki), dengan kecepatan tertinggi ditingkatkan dari 21,5 knot (39,8 km/jam)
menjadi 25 knot (46 km/jam). Daya tahan kapal selam KRI Nanggala-402 di dalam air sekitar 50
hari.

Presiden Joko Widodo meninjau galangan kapal perang PT PAL yang terletak di kawasan
Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Prov Jawa Timur (27/01/2020). Presiden didampingi oleh
Menseskab Pramono Anung, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menhan Prabowo
Subianto, Menko Polhukam Mahfud MD, Menlu Retno Marsudi dan Menkeu Sri Mulyani. Usai
peninjauan Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas bertajuk Kebijakan Pengembangan
Alutsista bertempat di gedung Faskasel Galangan PT PAL.

Dalam kajian DPR disebutkan anggaran pertahanan mengalami tren yang meningkat
sejak 2018 sebesar Rp106,8 triliun menjadi Rp127,35 triliun di tahun 2020. Saat ini, alokasi
terbesar anggaran pertahanan adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar 41,6 persen, untuk
belanja barang sebesar 32,9 persen dan untuk belanja modal sebesar 25,4 persen.

Selama ini, anggaran militer Indonesia sebagian besar tersalurkan pada belanja matra darat. Pada
tahun 2019 anggaran militer untuk TNI AD sebesar Rp44,96 miliar, TNI AL sebesar Rp17,44
miliar dan TNI AU sebesar Rp13,76 miliar. Di tahun 2020, anggaran untuk TNI AD sebesar
Rp55,92 miliar, TNI AL sebesar Rp22,08 miliar dan TNI AU sebesar Rp15,50 miliar.
Kementerian Pertahanan juga mengalokasikan anggaran untuk program modernisasi
alutsista pada tahun 2020 yaitu sebesar Rp10,86 triliun yang terdiri Rp4,59 triliun untuk matra
darat, Rp4,16 triliun untuk matra laut dan Rp2,11 triliun untuk matra udara.

Harian Kompas (29/01/2020) dalam Tajuk Rencana menyebutkan kapal selam ampuh
sebagai kekuatan penggentar (deterens). Menyadari pentingnya kapal selam dalam pertahanan,
Singapura dan Malaysia mengikuti jejak Indonesia. Singapura mengoperasikan empat kapal
selam asal Swedia, dan Malaysia mengoperasikan dua kapal selam buatan Perancis. Vietnam,
seperti disebut The Military Balance (IISS, 2019), mengoperasikan delapan kapal selam.

Dalam situs Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Direktorat Pengelolaan Ruang
Laut menyebutkan luas wilayah perairan Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke
sekitar 3,25 juta km persegi, memiliki 17.499 pulau, dan 2,55 juta km persegi wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE), Dalam kajian DPR disebutkan pada Minimum Essential Force
alutsista TNI tahap III (2020-2024) target Indonesia memiliki 8 kapal selam. Dengan luas laut
yang dimiliki, postur jumlah kapal selam yang ideal bagi Indonesia sebanyak 12 kapal selam.

B. Tragedi Tenggelamnya Kapal Selam Naggala 402

Awak Kapal Selam KRI Nanggala-402 Sebanyak 53 awak kapal selam KRI Nanggala-402
dinyatakan gugur. Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono menjelaskan
sejumlah barang temuan dari KRI Nanggala-402 berupa baju keselamatan awak kapal selam
dalam konferensi pers bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kepala Polri
Jenderal Listyo Sigit Prabowo di pos media center di Pangkalan TNI Angkatan Udara I Gusti
Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021) petang. KRI Nanggala-402 dinyatakan
tenggelam dan seluruh personel di dalam kapal selam itu dinyatakan gugur.

Indonesia dirundung duka. Berbagai bencana seolah tak henti-hentinya mengguncang Ibu
Pertiwi. Setelah di awal Januari lalu pesawat Sriwijaya jatuh di perairan kepulauan Seribu, banjir
bandang di beberapa daerah, gempa Bumi di daerah Malang dan sekitarnya, kini giliran kapal
selam milik TNI AL KRI Nanggala 402 tenggelam.
KRI Nanggala 402 awalnya dikabarkan hilang kontak pada Rabu (21/4) lalu. KRI Nanggala
terakhir kali bisa melakukan komunikasi pada pukul 04.30 WIB. Setelahnya KRI Nanggala tak
dapat dihubungi lagi.

Kapal selam KRI Nanggala 402 milik TNI AL yang hilang kontak di perairan utara Bali
membawa 53 awak di dalamnya. Kapal selam itu hilang kontak saat latihan menembakan
torpedo.
Akhirnya, Indonesia mengerahkan semua kapal untuk turun mencari KRI Nanggala 402.
Selain itu, muncul juga bantuan dari berbagai negara tetangga, salah satunya Singapura. Pada
Minggu (25/4) akhirnya KRI Nanggala ditemukan tenggelam di kedalaman 838 meter. Kapal
selam itu ditemukan terbelah menjadi tiga bagian. Ke 53 awak kapal dinyatakan gugur dalam
tragedi itu. Selain KRI Nanggala 402, berikut sederet tragedi tenggelamnya kapal selam di dunia.

Yang pertama adalah tragedi tenggelamnya kapal selam milik Angkatan Laut Amerika
Serikat, USS Thresher. Kapal selam bertenaga nuklir itu meledak dan tenggelam di Samudera
Atlantik pada pada 10 April 1963. Saat itu, mereka juga tengah melakukan latihan yang
melibatkan 16 perwira angkatan laut AS, 96 pelaut dan 17 warga sipil. Tragedi itu menjadi
bencana paling mematikan dalam insiden sejarah Amerika Serikat.

Selanjutnya ada kapal selam milik Uni Soviet. Kapal yang dapat membawa dan
meluncurkan rudal balistik itu tenggelam bersama 98 awak pada 8 Maret 1968 di Samudera
Pasifik. Enam tahun kemudian, kapal itu baru ditemukan di kedalaman 4.800 meter oleh
Amerika Serikat.

Masih di tahun 1968, kapal selam milik Angkatan Laut Prancis, Minerve, juga
menghilang. Kapal yang membawa 52 awak kapal ini hilang karena berlayar dalam cuaca buruk
ketika akan kembali ke pangkalan. Setengah abad lebih tanpa kabar, pada 2019 bangkai kapal
selam itu ditemukan di lepas pantai kota Toulon, Prancis, pada kedalaman 2.300 meter.

Selanjutnya ada kapal selam K-278 Komsomolets. Kapal bertenaga nuklir milik Uni
Soviet itu tenggelam di Laut Norwegia pada 7 April 1989. Sebelum tenggelam, terjadi kebakaran
yang begitu dahsyat. Sebanyak 42 dari 49 awak kapal tewas dalam insiden ini. Beberapa tewas di
atas kapal. Kru lain yang berusaha keluar dari kapal juga tewas karena tak tahan dengan suhu air
yang sangat dingin di laut itu.
Kapal selam bertenaga nuklir milik Angkatan Laut Rusia itu menghilang di Laut Barents
dan menewaskan 118 awak kapal pada 12 Agustus 2000. Pemerintah Rusia menyatakan kapal itu
meledak setelah salah satu torpedo mengalami kebocoran bahan bakar dan meledak sebelum
diluncurkan. Bangkai kapal itu berhasil diangkat lewat operasi yang rumit dan menyedot
anggaran cukup besar.

Yang terakhir adalah kapal selam diesel listrik milik Angkatan Laut Argentina, ARA San
Juan. Kapal ini menghilang saat berpatroli dengan 44 awak kapal pada 15 November 2017. Satu
tahun kemudian, kapal selam itu ditemukan di laut Atlantik pada kedalaman 900 meter.
C. Kaitan Antara Tragedi Tenggelamnya Kapal Selam Nanggala 402 dengan Ilmu
Fisika

Pada Minggu (25/3/2021), Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengumumkan 53 awak

kapal selam KRI Nanggala-402 telah gugur dalam tugasnya. Kapal KRI Nanggala-402 diketahui

tenggelam dan berada pada kedalaman 838 meter. Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL)

Laksamana Yudo Margono mengatakan, berada di kedalaman 838 meter sangat kecil

kemungkinan para awak diselamatkan. Sedikit dijelaskan sebelumnya, kedalaman laut mulai 200

meter sudah mulai kehilangan cahaya dan kondisinya tidak sama seperti yang ada di dalam

kolam renang. Tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap kedalaman 10 meter.

Jika tekanan di udara adalah 1 atm, maka tekanan di kedalaman 850 meter adalah 85 atm.

Sementara manusia hanya bisa bertahan pada tekanan sekitar 3 hingga 4 atm. Dengan begitu, ini

menjadi salah satu alasan kenapa awak kapal selam tidak dapat keluar begitu saja dalam keadaan

darurat. Berenang dalam air laut di kedalaman lebih dari 800 meter adalah hal yang tidak

mungkin bagi manusia, rasanya mungkin akan sama seperti kepala kita diinjak 100 ekor gajah.

Saat air masuk ke kapal selam, kurang dari hitungan detik gendang telinga akan pecah, paru-paru

akan termampatkan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa lalu pecah, selanjutkan akan diikuti

oleh pembuluh darah dan organ seluruh tubuh yang ikut hancur. Lantas, apa itu tekanan

hidrostatis? Dilansir National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) AS, udara di

sekitar kita menekan kita dengan kecepatan sekitar 6,7 kilogram pen inci persegi. Kita tidak

merasakan tekanan dari udara saat di daratan karena cairan dalam tubuh mendorong tekanan

keluar dengan kekuatan yang sama. Namun saat berenang menyelami lautan hanya beberapa

meter, Anda pasti akan merasakan perubahannya. Ini ditandai dengan tekanan di gendang

telinga. Tekanan yang kita rasakan saat menyelami laut disebabkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatis, gaya per satuan luas yang diberikan zat cair pada suatu benda. "Semakin dalam Anda

masuk ke bawah laut, semakin besar tekanan yang mendorong Anda. Setiap kedalaman 10 meter,

tekanan meningkat 1 atm," tulis NOAA dalam lamannya. Lihat Foto Bagian kapal KRI Nanggala

402 hasil citra Remotely Operated Vehicle (ROV) MV Swift Rescue ditunjukkan saat konferensi

pers di Lanud I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, Minggu (25/4/2021). KRI Nanggala 402

dipastikan tenggelam dan 53 awak kapalnya gugur di perairan utara Bali.(ANTARA

FOTO/FIKRI YUSUF) Dilansir ED Informatics, tekanan hidrostatik adalah tekanan yang

diberikan oleh fluida pada kesetimbangan titik tertentu di dalam fluida, karena gaya gravitasi.

Tekanan hidrostatis meningkat sebanding dengan kedalaman yang diukur dari permukaan karena

peningkatan berat fluida yang menekan ke bawah dari atas. Fluida adalah segala jenis zat yang

dapat mengalir dalam wujud gas maupun cair. Jika suatu fluida berada di dalam suatu wadah

maka kedalaman suatu benda yang ditempatkan di dalam fluida tersebut dapat diukur. Semakin

dalam benda ditempatkan di dalam fluida, semakin banyak tekanan yang dialaminya. Ini karena

berat fluida berada di atasnya. Semakin padat fluida di atasnya, semakin banyak tekanan yang

diberikan pada benda yang terendam. Ini karena berat fluida tersebut. KRI Nanggala-402 di

Kedalaman 850 Meter, Begini Keadaan Laut Dalam Hewan laut dalam tidak mengalami tekanan

hidrostatis Banyak hewan yang hidup di laut tidak mengalami kesulitan atau masalah dengan

tekanan tinggi. Paus, misalnya, dapat menahan perubahan tekanan yang dramatis karena

tubuhnya lebih fleksibel. Tulang rusuk paus terikat oleh tulang rawan yang longgar dan dapat

ditekuk, yang memungkinkan tulang rusuk runtuh pada tekanan yang akan dengan mudah

mematahkan tulang kita. Paru-paru paus juga bisa kolaps dengan aman di bawah tekanan, yang

mencegahnya pecah. Ini memungkinkan paus sperma untuk berburu cumi-cumi raksasa di

kedalaman 7.000 kaki atau lebih.


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Klaim bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 tenggelam karena terkena tembakan

rudal Prancis, tidak berdasar. Faktanya, tidak ada informasi resmi dan valid dari pihak

berwenang mengenai hal itu. berada di kedalaman 838 meter sangat kecil kemungkinan

para awak diselamatkan. Sedikit dijelaskan sebelumnya, kedalaman laut mulai 200 meter

sudah mulai kehilangan cahaya dan kondisinya tidak sama seperti yang ada di dalam

kolam renang. Tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap kedalaman 10

meter. Jika tekanan di udara adalah 1 atm, maka tekanan di kedalaman 850 meter adalah

85 atm. Sementara manusia hanya bisa bertahan pada tekanan sekitar 3 hingga 4 atm.

Dengan begitu, ini menjadi salah satu alasan kenapa awak kapal selam tidak dapat keluar

begitu saja dalam keadaan darurat. Berenang dalam air laut di kedalaman lebih dari 800

meter adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia, rasanya mungkin akan sama seperti

kepala kita diinjak 100 ekor gajah.

B. Saran

Mohon Saran dan kritik yang membangun untuk meningkatkan serta

menyempurnakan isi dan pembahasan dari makalah yang kami susun.

Anda mungkin juga menyukai