ID Eksistensi Pemilukada Dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan Daerah Yang Demokrati
ID Eksistensi Pemilukada Dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan Daerah Yang Demokrati
Janpatar Simamora*
Abstract Abstrak
Local direct election is an attempt to realise Pemilihan umum kepala daerah secara
an integral system of democracy and to langsung adalah merupakan sarana
encourage concept of popular sovereignty. sekaligus upaya mewujudkan sistem
The numerous obstacles on the way are demokrasi secara utuh serta sebagai
challenges that eventually will help shaping langkah merealisasikan kedaulatan rakyat.
the prevailing system to a more democratic Kendati dalam perjalanannya muncul
one. sejumlah persoalan yang mengiringinya,
namun hal itu haruslah dipandang sebagai
tantangan sekaligus bagian dari proses
pematangan dalam rangka mewujudkan
pemerintahan daerah yang lebih demokratis.
*
Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen, Medan (e-mail: patarmora_
81@yahoo.co.id).
222 MIMBAR HUKUM Volume 23, Nomor 1, Februari 2011, Halaman 1 - 236
ideal. Kendati harapan ini mungkin sulit keraguan. Jadi apabila dalam tahap perkem-
terwujud, namun bukan berarti harapan per- bangan yang paling tinggi, demokrasi sudah
ubahan pola dan konsepsi politik yang saat menyentuh level politik-sosial-ekonomi
ini sedang tumbuh sudah menutup ruang per- dalam suatu sistem yang komprehensif;
ubahan yang lebih baik. dalam tahapan yang lebih rendah demokrasi
Sebagaimana yang pernah diungkap- baru terbangun dalam sistem politik dengan
kan oleh Robert Dahl, demokrasi yang ideal representasi rakyat yang bersifat nominal.2
selalu menuntut berbagai hal sehingga tidak Dari sudut pandang teori, pemilihan
ada rezim aktual yang mampu memahami umum adalah sarana sekaligus instrumen ter-
secara utuh: “ketika mencari demokrasi ideal penting bagi demokratisasi. Bagaimanapun,
maka tidak ada rezim yang demokratis”.1 perwujudan demokrasi akan dapat dirasakan
Dari pandangan Robert Dahl di atas, dapat secara riil oleh masyarakat ketika proses pe-
dipahami bahwa sejatinya proses demokrasi milihan umum diselenggarakan dalam rang-
akan terus menuntut perubahan secara me- ka menentukan kandidat pemimpin yang
nyeluruh. Sedemokratis apapun pemerin- layak memegang tampuk kekuasaan. Tanpa
tahan dijalankan dan setinggi apapun komit- langkah itu, maka kebenaran demokrasi se-
men perwujudan kedaulatan rakyat, proses bagai sarana dalam mewujudkan kedaulatan
demokrasi tidak akan pernah berhenti pada rakyat masih akan mengundang sejumlah
titik kesempurnaan. Berbagai perubahan persoalan tersendiri yang kemudian mem-
mendasar menuju posisi yang lebih baik buka ruang bagi kemunculan gugatan legiti-
akan selalu dituntut. Oleh karenanya, tidak masi pemerintahan yang berkuasa.
mengherankan bahwa kemudian banyak pi- Keyakinan akan pemilu sebagai
hak yang berasumsi hampir tidak ada negara instrument terpenting bagi demokratisasi
yang sudah mencapai tingkat kematangan memperoleh legitimasi yang kuat dari
dalam menjalankan demokrasi. Samuel P. Huntington dalam buku The
Kendati banyak negara yang meng- Third Wave of Democratization in the
klaim sistem pemerintahannya didasarkan Late Twentieth Century (1993). Dalam
pada sistem demokrasi, namun proses pen- bukunya yang monumental itu, Huntington
capaian tujuan demokrasi itu sendiri masih PHQGH¿QLVLNDQ GHPRNUDVL GHQJDQ PHUXMXN
menyisakan sejumlah persoalan. Dalam ta- pada pendapat Joseph Schumpeter dalam
hap perkembangan yang paling tinggi, de- bukunya yang diterbitkan pertama kali pada
mokrasi tidak hanya terdapat dalam kehidu- 1942. Dalam buku Capitalism, Socialism,
pan politik, tetapi juga sudah menjalar ke and Democracy 6FKXPSHWHU PHQGH¿QLVLNDQ
kehidupan sosial dan ekonomi. Sementara demokrasi secara prosedural dengan pemilu
dalam tahap yang paling rendah, demokrasi sebagai esensi demokrasi. Akan tetapi,
dapat terwujud melalui pemilihan wakil Huntington segera menambahkan bahwa
rakyat yang kualitasnya masih mengundang sistem demokrasi tak cukup hanya dengan
1
Robert A. Dahl, 1982, Dilema Demokrasi Pluralis, Rajawali, Jakarta, hlm.7.
2
Muchtar Buchori, 2005, Indonesia Mencari Demokrasi, INSISTPress, Yogyakarta, hlm.122.
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 223
pemilu. Pemilu yang bebas, jujur, dan yang telah digariskan dalam konstitusi.
kompetitif hanya dimungkinkan bila terdapat Dengan proses demokrasi di tingkat lokal,
kebebasan berpendapat, berkumpul, dan pers, maka diharapkan agar keterpilihan para
serta jika kandidat dan partai oposisi dapat pemimpin di daerah juga mencerminkan
memberikan kritik terhadap penguasa tanpa aspirasi rakyat yang sesungguhnya.
ketakutan akan terjadinya pembalasan.3 Hanya saja dalam perjalanannya,
Berangkat dari pandangan Hunting- proses demokrasi di tingkat lokal tidak
ton, maka proses penyelenggaraan peme- selamanya berjalan seiring dengan makna
rintahan yang sudah menyelenggarakan hakiki yang terkandung dalam demokrasi.
pemilu tanpa dibarengi dengan sejumlah Proses perkembangan yang menyisakan
syarat turunannya belumlah layak disebut sejumlah persoalan dan rumitnya aturan
sebagai demokrasi dalam arti yang sesung- main yang dijalankan menjadi tantangan
guhnya. Dibutuhkan tahapan-tahapan yang tersendiri dalam membangun demokrasi
lebih konkret dalam menerjemahkan makna yang lebih berkualitas. Seiring dengan
demokrasi yang lebih mendalam. Proses maraknya pelaksanaan pilkada di berbagai
penyelenggaraan pemilu yang sudah dilan- daerah, maka tidak dapat dihindari bahwa
daskan pada asas-asas pemilihan yang ada persoalan juga tumbuh bagaikan jamur di
masih harus dibumbui dengan kebebasan musim hujan.
berpendapat yang lebih terbuka. Di samping Tidak dapat dielakkan lagi bahwa ta-
itu, peran pers dalam menyumbangkan in- hapan demokrasi langsung yang kini telah
formasi ke hadapan publik serta melakukan menjadi bagian dari proses peralihan kekua-
pengawasan terhadap jalannya pemerintahan saan di tanah air mulai memunculkan sejum-
juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan. lah persoalan yang sangat kompleks. Harapan
Ketika seluruh tahapan itu sudah berhasil akan terwujudnya pemerintahan yang baik
diwujudnyatakan, maka selanjutnya tugas (good governance) pascaperalihan sistem
oposisi dalam melakukan kritikan terhadap demokrasi dari pola lama yang menerapkan
jalannya pemerintahan secara lebih leluasa demokrasi tidak langsung menuju demokra-
menjadi suatu keharusan yang dijamin oleh si langsung (direct democracy) ternyata ti-
pemerintah. dak kunjung membawa berkah dalam wujud
Dalam tataran yang lebih sederhana, perubahan mendasar. Justru yang terjadi
pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah adalah fakta yang sangat kontras. Bangun-
di tanah air adalah bagian dari langkah an demokrasi dengan sistem pemilihan
mewujudkan agenda demokrasi secara langsung telah menyuburkan sejumlah per-
menyeluruh. Pelaksanaan pemilihan kepala soalan baru. Korupsi kepala daerah semakin
daerah yang saat ini digelar secara langsung menjalar hingga ke berbagai penjuru tanah
di Indonesia adalah salah satu perwujudan air. Budaya mengagung-agungkan otonomi
komitmen negara demokrasi sebagaimana daerah sebagai jalan memacu percepatan
3
Huntington dalam Aidul Fitriciada Azhari, “Reformasi Pemilu dan Agenda Konsolidasi Demokrasi; Perspektif
Ketatanegaraan”, Jurisprudence, Vol. 1, No. 2, September 2004, hlm. 180.
224 MIMBAR HUKUM Volume 23, Nomor 1, Februari 2011, Halaman 1 - 236
kesejahteraan rakyat hingga detik ini belum pembahasan terhadap revisi UU Nomor 32
terlihat benang merahnya. Bahkan penera- Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pan sistem demokrasi langsung telah mene- yang saat ini sedang digodok di parlemen.
lurkan raja-raja kecil di daerah yang selalu
berupaya untuk menggerogoti pundi-pundi B. Pembahasan
keuangan daerah dengan mengatasnamakan 1. Pemilukada sebagai Perwujudan
kepentingan rakyat. Demokrasi dan Kedaulatan Rakyat
Maraknya kepala daerah yang harus Dalam berbagai literatur, demokrasi
berurusan dengan aparat penegak hukum diartikan sebagai kekuasaan oleh rakyat. Se-
karena terjerat dalam berbagai modus cara historis, kata ‘demokrasi’ berasal dari
korupsi adalah fakta yang sulit dibantah bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata ya-
bahwa pola demokrasi langsung telah itu demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan).
menyuburkan korupsi di berbagai daerah. Dengan demikian, secara linguis demokrasi
Kendati demikian, fakta ini seolah tidak adalah keadaan negara di mana kedaulatan
mampu dijadikan sebagai bahan evaluasi diri atau kekuasaan tertingginya berada di tangan
bagi kepala daerah. Kenyataannya, hingga rakyat. Konsep demokrasi diterima oleh
kini perilaku korup aparat pemerintah tetap hampir seluruh negara di dunia. Diterimanya
saja masih beranak pinak. konsep demokrasi disebabkan oleh keyakin-
Sementara di sisi lain, maraknya pelak- an negara-negara bahwa konsep ini meru-
sanaan pemilihan kepala daerah secara pakan sistem tatapemerintahan yang paling
langsung telah turut menjadi beban bagi unggul dibandingkan dengan tata pemerin-
keuangan negara. Pelaksanaan pilkada tahan lainnya. Presiden Amerika Serikat
yang terus mengalir setiap tahunnya meng- ke-16, Abraham Lincoln, mengatakan de-
akibatkan negara harus pasrah untuk me- mokrasi adalah “government of the people,
lepaskan anggaran hingga ratusan miliar by the people and for the people”.4
rupiah. Berbagai dampak buruk inilah yang Istilah demokrasi telah dikenal sejak
kemudian dijadikan berbagai pihak sebagai abad ke 5 SM, yang pada awalnya merupakan
dalih untuk mengomentari eksistensi pe- respon terhadap pengalaman buruk monarki
milihan umum kepala daerah yang digelar dan kediktatoran di negara-negara kota
secara langsung dalam rangka mewujudkan pada zaman Yunani kuno. Pada waktu itu,
pemerintahan yang demokratis. Sehingga demokrasi dipraktikkan sebagai sistem di
belakangan, wacana untuk mengembalikan mana seluruh warga negara merupakan
proses pemilihan kepala daerah dari sistem bagian dari lembaga legistatif. Hal ini mudah
pemilihan langsung oleh rakyat menuju sis- untuk dilakukan karena jumlah penduduk
tem pemilihan melalui Dewan Perwakilan negara-negara kota kurang-lebih sekitar
Rakyat Daerah (DPRD) kembali digulir- 10.000 jiwa dan bahwa wanita, anak kecil,
kan. Momen pengguliran usulan itu juga serta para budak tidak mempunyai hak
dikumandangkan pada saat akan dimulainya politik.
4
Janpatar Simamora, Harian Bisnis Indonesia, 21 Desember 2010.
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 225
5
Jimly Asshiddiqie, 2010, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, 6LQDU *UD¿ND -DNDUWD KOP
6
Deden Faturohman, Demokrasi Lokal dalam Pemilihan Kepala Daerah Langsung di Indonesia.
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 227
7
Haris S, 1998, Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru, Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia dan
PPW LIPI Jakarta.
8
Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, “Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.”
9
Silahudin, “Memilih Pemimpin Daerah Secara Langsung”, http://politik.kompasiana.com/2010/06/02/memilih-
pemimpin-daerah-secara-langsung/, diakses 3 Januari 2010.
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 229
10
Mahfud MD, 2007, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Pustaka LP3ES Indonesia,
Jakarta, hlm.133-135.
230 MIMBAR HUKUM Volume 23, Nomor 1, Februari 2011, Halaman 1 - 236
dari proses penataan kehidupan politik Rakyat sebagai pemegang kedaulatan se-
negara bangsa Indonesia. Di dalam Pasal mestinya tidak lagi dibatasi hak politiknya
18 ayat (4) UUD 1945, dinyatakan bahwa dengan hanya melakukan pemilihan
Gubernur, Bupati, dan Walikota masing- terhadap anggota legislatif semata, namun
masing sebagai kepala pemerintahan daerah juga pemilihan kepala daerah (eksekutif)
provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara harus dipertahankan lewat pintu pemilihan
demokratis. Selanjutnya, dalam UU No. 32 oleh rakyat.
Tahun 2004 Pasal 24 ayat (5) dijelaskan Memang, dalam kenyataannya pemi-
bahwa kepala daerah dan wakil kepala lukada langsung masih menunjukkan ke-
daerah dipilih dalam satu pasangan secara senjangan antara harapan dan kenyataan.
langsung oleh rakyat di daerah itu. Bahkan tidak sedikit kalangan yang kemu-
Dengan berdasarkan ketentuan per- dian berargumen bahwa pemilukada justru
aturan perundang-undangan tersebut, jelas hanya membebani keuangan daerah dan me-
bahwa pemilihan kepala daerah langsung nambah maraknya politik uang. Pemilukada
adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rak- langsung masih didominasi kelompok elit
yat di wilayah Provinsi, Kabupaten, dan tertentu melalui oligarki politik, sehingga
Kota dalam bingkai Negara Kesatuan Re- menjadi perwujudan demokrasi semu. Pro-
publik Indonesia berdasarkan Pancasila ses politik sebagai suatu penguatan masyara-
dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan kat lokal masih belum terjadi, bahkan lebih
demikian, tahun 2005 bagi provinsi atau- MDXK GDUL LWX NRQÀLN NRQÀLN KRUL]RQWDO \DQJ
pun kabupaten/kota berdasarkan UU No. 32 mengarah kepada anarkisme justru acapkali
Tahun 2004 merupakan kali pertama menye- terjadi.
lenggarakan pemilukada langsung sebagai Guna merespons berbagai pandangan
tonggak sejarah baru dengan memilih lang- yang berkembang itu, pemerintah telah
sung gambar pasangan calon oleh rakyat menggulirkan usulan untuk mengembalikan
pemilih warga provinsi dan kabupaten/kota pemilihan kepala daerah kepada DPRD.
daerah masing-masing yang telah memiliki Usulan itu tentunya patut disesalkan. Kare-
hak pilih. na bagaimanapun, pengembalian sistem
Seiring dengan landasan hukum pemilihan kepala daerah kepada DPRD
yang begitu kuat dan adanya harapan hanyalah langkah mundur demokrasi di
pemenuhan hak politik masyarakat secara tanah air. Sekalipun Pasal 18 ayat (4) UUD
maksimal, maka eksistensi pemilukada 1945 menyatakan bahwa gubernur dipilih
sejatinya harus tetap dipertahankan dalam secara demokratis, pilihan politik pembentuk
rangka mewujudkan pemerintahan daerah undang-undang telah mempersempit mak-
yang demokratis. Berbagai kegagalan yang nanya menjadi pemilihan secara langsung.
pernah ditorehkan oleh DPRD yang telah Sebagai sebuah legal policy, Pasal 56
diberikan mandat oleh rakyat dalam memilih Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
kepala daerah setidaknya juga akan terjawab tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
dengan diselenggarakannya pemilukada. bahwa kepala daerah dipilih secara
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 231
demokratis berdasar asas langsung, umum, Terlepas dari upaya dimaksud, langkah
bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dalam konteks untuk mengembalikan sistem pemilihan
lebih luas, legal policy pembentuk undang- gubernur kepada DPRD patut dimaknai
undang memaknai frasa “dipilih secara sebagai kemunduran bagi demokrasi. Sampai
demokratis” menjadi pemilihan langsung saat ini, kendati RUU dimaksud masih dalam
merupakan salah satu bentuk konkret asas proses pematangan di eksekutif, namun
kedaulatan rakyat. Bagaimanapun, dengan kalangan legislatif sudah mulai menggulirkan
menggunakan sistem perwakilan, rakyat sikap berseberangan. Sejumlah fraksi di DPR
akan kehilangan kedaulatannya secara sudah mulai pasang badan untuk melakukan
langsung menentukan Gubernur. Banyak penolakan terhadap wacana yang satu ini.
pengalaman menunjukkan bahwa pemilihan Setidaknya ada tiga fraksi yang sudah
dengan sistem perwakilan terlalu sering memunculkan sinyal penolakan, yaitu fraksi
mendistorsi kehendak dan logika rakyat.11 PDI Perjuangan, fraksi Partai Demokrat, dan
Usulan yang mengemuka terkait de- fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. Memang
ngan perubahan model pemilihan kepala harus diakui bahwa sistem pemilihan
daerah dari sistem pemilukada langsung langsung yang saat ini masih berjalan dalam
menjadi sistem perwakilan oleh DPRD me- kenyataannya kerap melahirkan sejumlah
ngemuka seiring dengan adanya rencana persoalan. Maraknya praktik politik uang
pemerintah untuk merevisi Undang-Undang GDQ PHQMDPXUQ\D SRWHQVL NRQÀLN KRUL]RQWDO
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah- di kalangan masyarakat menjadi ekses buruk
an Daerah yang sebelumnya sudah direvisi yang tidak terhindarkan. Situasi buruk ini
menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun tidak terlepas dari sikap yang dipertontonkan
2008. Revisi UU itu sendiri rencananya akan oleh para kandidat gubernur yang justru tidak
dipecah menjadi tiga bagian RUU, yakni jarang membenturkan situasi dan kondisi
RUU Pemerintahan Daerah, RUU Pemilih- masyarakat dengan kepentingan pribadinya.
an Kepala Daerah, dan RUU Desa. Proses Seiring dengan maraknya persoalan
pemecahan ini memang bisa dipahami seba- yang mengiringi perjalanan sistem pemilihan
gai langkah konkret dalam mematangkan langsung bagi para kepala daerah di tanah air,
sistem pemerintahan di daerah yang selama sikap skeptis dan apatis publik pun menjadi
ini masih bernaung dalam satu regulasi in- konsekuensi turunan yang tidak terelakkan.
duk, yaitu UU Pemerintahan Daerah. De- Pelaksanaan demokrasi di daerah tidak jarang
ngan pemecahan UU ini, maka harapan akan hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan
adanya pengaturan dan mekanisme yang dan pertaruhan kepentingan sejumlah
jelas terkait dengan pemerintahan di daerah kalangan. Pemaknaan yang salah kaprah ini
akan dapat terjawab secara tuntas. sering menimpa para kandidat yang kurang
11
Saldi Isra, “Haruskah Kembali ke DPRD ?”, http://cetak.kompas.com/read/2010/12/16/03572281/haruskah.
kembali.ke.dprd, diakses 2 Januari 2011.
232 MIMBAR HUKUM Volume 23, Nomor 1, Februari 2011, Halaman 1 - 236
beruntung dalam tahapan pilkada. Ketika jalannya demokrasi lokal, mestinya hal
dinyatakan tidak layak bertarung dalam itu harus dimaknai sebagai bagian dari
pilkada atau justru menelan kekalahan pada proses pembelajaran demokrasi menuju
saat pesta demokrasi sudah digelar, maka level kematangan. Beragam kekurangan
berbagai bentuk aksi penyimpangan hukum itu harus dilihat dalam perspektif peralihan
sering digulirkan. sistem menuju perubahan yang lebih baik.
Namun demikian, di tengah berbagai Membangun demokrasi jelas tidak semudah
kelemahan itu tentu harus diakui pula bahwa membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan
sederet sumbangsih positif telah berhasil tenggang waktu peralihan menuju proses
ditorehkan oleh pelaksanaan pemilihan kesempurnaan, setidak-tidaknya mendekati
kepala daerah secara langsung. Menguatnya arah yang lebih baik dari masa sebelumnya.
legitimasi kepala daerah merupakan salah Bangsa dengan luas wilayah dan tingkat
satu bukti konkret bahwa sistem pemilihan kepadatan konstituen yang begitu besar
kepala daerah yang dijalankan saat ini seperti Indonesia tentu tidaklah dapat
masih layak untuk ditindaklanjuti. Tingkat mengadopsi secara utuh sistem demokrasi
kepercayaan diri bagi kepala daerah dalam langsung (direct democracy) versi Yunani
menjalankan tugas pelayanan publiknya Kuno dengan segala kelebihannya. Kalau
kian mendekati kemapanan karena lang- sejarah kelahiran demokrasi di Negara-
sung mendapat mandat dari rakyat. Maka kota (City State) Athena dapat berlangsung
tidak mengherankan bahwa kemudian dengan baik, maka faktor pembangun
pascapenerapan sistem pemilihan kepala kesuksesan itu juga harus dipandang sebagai
daerah secara langsung, daerah-daerah bagian tak terpisahkan dari proses yang ada.
yang sudah mengukir prestasi dalam me- Kuantitas konstituen di Yunani jelas sangat
ngembangkan konsep otonominya sudah kontras dengan konstituen Indonesia, oleh
mulai menjamur. Semua itu tidak terlepas karenanya berbagai persoalan yang mewarnai
dari tingkat kebebasan yang melekat pada demokrasi langsung di tingkat lokal mesti
masing-masing kepala daerah setelah ditempatkan dalam koridor yang seruang
mendapatkan mandat secara langsung dari dan sebangun dengan situasi terkini.12
rakyat. Deal politik yang dulunya menjamur Mestinya berbagai efek buruk itulah
ketika peran DPRD masih mendominasi yang mesti dijadikan acuan dalam rangka
penentuan kepala daerah secara perlahan menata dan membangun sistem demokrasi
telah dapat dikikis. Arogansi DPRD dalam ORNDO \DQJ OHELK PXPSXQL .RQÀLN KR
melakukan pengawasan terhadap jalannya rizontal yang lahir dari proses pilkada dan
pemerintahan juga kian mendekati tahap beragam persoalan lainnya harus dimaknai
normalisasi. sebagai bagian dari proses pematangan.
Kalaupun kini kita menyaksikan ber- Bagaimanapun, bangsa Indonesia di tengah
bagai kekurangan yang kerap mewarnai beragam kelemahan yang ada, termasuk
12
Janpatar Simamora, “Pasang Surut Model Demokrasi Lokal” http://www.medanbisnisdaily.com/news/
read/2010/12/29/12826/pasang_surut_model_demokrasi_lokal/, diakses 30 Desember 2010.
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 233
justru terkendala dengan adanya intervensi dipilih, apa peran partai politik, bagaimana
parpol. pendanaan pemilu termasuk SXEOLF ¿QDQFLQJ
Partisipasi rakyat dalam pemilukada of elections, aturan kampanye pemilu, cara
baik yang menggunakan hak pilih maupun pemungutan suara dan penghitungan suara,
yang tidak, sesungguhnya bukan merupakan sanksi atas pelanggaran dan kejahatan
variabel independen yang berdiri sendiri, pemilu, serta penyelesaian sengketa pe-
namun dipengaruhi oleh faktor-faktor milu. Tidak kalah pentingnya organisasi
lain seperti sikap apatis, pasif dan bahkan penyelenggara pemilu seperti Komisi
pragmatis dengan alasan bahwa memilih atau Pemilihan Umum (KPU) yang diharapkan
tidak memilih tidak mempengaruhi keadaan dapat menjalankan tugasnya secara inde-
hidupnya. Dalam situasi yang demikian, penden dan kompeten.13
“pertemuan harapan” antara pemilih de- Selain itu, dalam rangka mengatasi
ngan yang dipilih tentu saja merupakan berbagai kelemahan yang mewarnai pelak-
bagian tak terpisahkan dalam kolaborasi sanaan pemilukada, maka peran partai poli-
membangun daerahnya. Itu sebabnya, salah tik sangatlah urgen untuk dipertimbangkan.
satu aspek yang dianggap penting adalah Partai politik sebagai penyandang fungsi so-
merajut kesadaran partisipasi masyarakat sialisasi, pendidikan, partisipasi, dan rekrut-
bahwa pemilukada yang berkualitas adalah men politik merupakan media yang sangat
sejauh mana sikap dan motivasi politik efektif dalam memicu partisipasi politik
masyarakat dan kandidat tersebut dapat rakyat daerah. Partai politik harus mampu
bersama-sama membangun hakikat tujuan memberikan pendidikan politik yang maksi-
otonomi daerah. Pemilukada langsung mal terhadap rakyat agar tidak terlibat dalam
bukan sekadar memperebutkan kursi kepala gejolak persoalan yang begitu sering meno-
daerah yang tidak memiliki implikasi dai pelaksanaan pemilukada.
terhadap kesejahteraan masyarakat. Namun Pendidikan politik dari berbagai agen
justru harus menjadi tantangan dalam dalam pilkada yang dilakukan dengan baik
memelihara demokrasi untuk kesejahteraan akan berdampak pada kontribusi partisi-
rakyat. Program-program yang membumi pasi politik yang baik pula. Peran partai
sesuai dengan konteks daerah tampaknya tak politik yang melakukan penjaringan calon
bisa diabaikan oleh kandidat sebagai awal pasangan dengan obyektif dan s esuai de-
keberangkatannya memberdayakan daerah. ngan kebutuhan rakyat dalam menentukan
Di samping itu, kredibilitas pemilukada pimpinan politik daerah akan menarik minat
secara universal ditandai dengan undang- rakyat daerah untuk berperan serta. Bahkan
undang pemilu yang mengatur hal-hal utama GHQJDQ ODQJNDK LQL PDND NRQÀLN KRUL]RQ-
dalam penyelenggaraan pemilu seperti tal yang selama ini kerap mengiringi proses
pengaturan siapa yang berhak memilih/ pemilukada dengan sendirinya akan dapat
diminimalisir.
13
Susilo Bambang Yudhoyono, “Pemilu Sebagai Wujud Kedaulatan Rakyat”, Sambutan, Presiden RI pada Pem-
bukaan Konferensi ke-7 Hakim Mahkamah Konstitusi di Jakarta, 13 Juli 2010.
Simamora, Eksistensi Pemilukada dalam Rangka Mewujudkan Pemerintahan 235
DAFTAR PUSTAKA