Anda di halaman 1dari 162

SIMPUS

DEFENISI
 Suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk
membantu proses pengambilan keputusan dalam
melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai
sasaran kegiatannya.
TUJUAN
 Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara
lebih berhasil guna dan berdaya guna,melalui
pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi
lain yang menunjang.
SUMBER INFORMASI
1.SP2TP terdiri dari:
a. Catatan
 Kartu Individu, seperti: Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu
TB, dsb
 Register, seperti: Register Kunjungan, Register Rawat Jalan,
Register KIA, dsb
 Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)/Family Folder, yang
diberikan khusus untuk keluarga berisiko, antara lain:
Salah seorang anggota keluarga menderita TB Paru atau Kusta
Salah seorang anggota keluarga mempunyai risiko tinggi
seperti: Ibu Hamil Risiko Tinggi, Neonatus Risiko Tinggi dan
Balita Kurang Energi Kronis (KEK)
Salah satu anggota keluarga menderita gangguan jiwa
b. Laporan: bulanan, tahunan dan KLB
2. Survey Lapangan
3. Laporan Lintas Sektor
4. Laporan Sarana Kesehatan Swasta

MEKANISME
1. Data SP2TP diolah, disajikan dan diinterpretasikan
dari masing-masing program/unit yang dilakukan oleh
penanggungjawab kegiatan & pengelola program
2. Kesimpulan dirumuskan dalam bentuk kinerja
puskesmas yang terdiri dari cakupan, mutu & biaya
kegiatan puskesmas serta masalah dan hambatan
yang ditemukan pada penyelenggaraan kegiatan
puskesmas.
PERANAN DINAS KESEHATAN DALAM
PEMBINAAN SIMPUS
1. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan SIMPUS
2. Mengorganisir pertemuan berkala untuk membahas
pelaksanaan SIMPUS
3. Memberi feed back dari hasil pengawasan terhadap
pelaksanaan SIMPUS
4. Mengorganisir supervisi berkala ke puskesmas
dalam rangka pembinaan pelaksanaan SIMPUS
SP2TP
PENGERTIAN
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan
pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang telah disederhanakan sesuai
Keputusan Dirjen Binkesmas No.
590/BM/DJ/Info/V/96.
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS

Sejak
1981

SP2TP Tujuan Umum


Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas
secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui
Sejak pemanfaatan secara optimal data SP2TP
1996 dan informasi lain yg menunjang

TUJUAN KHUSUS
• Dasar penyusunan perencanaan Tk. Puskesmas.
• Dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya mini)
• Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
• Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
SISTEM Adalah satu kesatuan yang terdiri
dari komponen yang saling berkaitan,
berinteraksi dan mempunyai tujuan
tertentu
TERPADU Diartikan sebagai gabungan
berbagai macam kegiatan upaya
pelayanan kesehatan Puskesmas yang
tidak tumpang tindih, sehingga dapat
dihindarkan pencatatan dan pelaporan
lain, yang akan memperberat beban
kerja petugas Puskesmas
RUANG LINGKUP SP2TP
Data yang dikumpulkan dan dicatat dalam
SP2TP :
1. Umum dan Demografi

2. Sumber daya Puskesmas (Tenaga &


Sarana)
3. Kegiatan pokok Puskesmas (dalam &
luar gedung)
SISTEM PENCATATAN & PELAPORAN
TERPADU PUSKESMAS (SP2TP)
DEFENISI
 Kegiatan pencatatan & pelaporan data umum, sarana,
tenaga & upaya pelayanan kesehatan di puskesmas.
RUANG LINGKUP
1. Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas
2. Sumber daya puskesmas
3. Upaya kesehatan puskesmas (kegiatan pokok puskesmas)
dalam gedung dan luar gedung puskesmas
TUJUAN
 Didapatnya semua data hasil kegiatan puskesmas
sehingga dapat dilaporkan ke jenjang administrasi
diatasnya
 Diperolehnya kesamaan pengertian SP2TP (Defenisi
Operasional, tata cara pengisian formulir, cara
pengolahan data dan mekanisme pelaporan)
 Tertatanya mekanisme pencatatan di tingkat puskesmas
 Tertatanya alur data di tingkat puskesmas, Dinas
Kesehatan kota/kab
 Terolahnya data menjadi informasi sehingga dapat
dilaporkan ke jenjang administrasi diatasnya.
PENGORGANISASIAN SP2TP
DI PUSKESMAS
a. Penanggungjawab : Kepala Puskesmas
Tugas :
 bertanggungjawab atas pelaksanaan SP2TP dan
memberikan bimbingan kepada koordinator &
pelaksana kegiatan SP2TP

b. Koordinator: Ka. TU Puskesmas


Tugas:
1) mengumpulkan laporan dari masing-masing
pelaksana kegiatan
2) Membuat laporan SP2TP bulanan dan tahunan bersama
pelaksana kegiatan dan mengirim ke Dinas Kesehatan
Kab/kota selambatnya tanggal 10 bulan berikutnya dan
tgl 31 Januari tahun berikutnya.
3) Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing
pelaksana kegiatan
4) Bertanggungjawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP
kepada Kepala Puskesmas
5) Menyiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan untuk
evaluasi pelaksanaan kegiatan SP2TP
c. Anggota: Pelaksana Kegiatan
Tugas:
1) Melaksanakan pelayanan puskesmas & fungsi
lainnya
2) Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu &
register
3) Merekap data pencatatan kegiatan, menerima laporan
dan memberi bimbingan kepada Pustu & Bides
4) Membuat laporan bulanan SP2TP selambatnya
tanggal 5 bulan berikutnya
5) Bertanggungawab atas kebenaran isi laporan
kegiatannya
PENGELOLAAN SP2TP
1. PENCATATAN
Formulir Pencatatan: Kartu & Register
Contoh Kartu di Puskesmas:
 Kartu Rawat Jalan
 Kartu Rawat Inap
 Kartu Penderita Kusta
 Kartu Penderita TB Paru
 Buku Kesehatan Ibu & Anak
Kartu Identitas Berobat (KIB)
Rekam Kesehatan Keluarga (RKK)/Family
Folder
Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta
Kartu Indeks Penyakit Khusus TB Paru
KMS Anak Sekolah
Kartu Usila
Kartu Rumah
Contoh Register
Register No.Indeks Pengunjung Puskesmas
Register Kunjungan
Register Rawat Jalan
Register Rawat Inap
Register KIA
Register Kohort Ibu
Register Kohort Balita
Register Deteksi Tumbuh Kembang
Register Gizi
Register Kapsul Minyak Beryodium
Register Pengamatan Penyakit Kusta
Register Malaria
Register Pes
Register Antraks
Register Rabies
Register Kohort TB Paru
Register Kasus DBD
Register PSN DBD
Register AFP
Register TN
Register Frambusia
Register Filaria
Buku Inventarisasi Peralatan Puskesmas
Register Perawatan Gawat Darurat Puskesmas
Register Kohort Pembinaan Keluarga
Register Rawat Jalan Gigi & Mulut
Register Laboratorium
Register PKM
Register PSM
Register Data Dasar Kesling
Register Kegiatan Kesling
Register Kegiatan UKS
Register Data Dasar Sekolah
Register Kegiatan Posyandu
Register Pelayanan Kesehatan Olahraga
Register Pembinaan Kelompok/Klub Olahraga
Register Perkesmas untuk Keluarga dan
Individu
Register Perkesmas untuk Kelompok/masy.
Register Kesehatan Jiwa
Register Kesehatan Mata
Register Pembinaan Battra
2. PELAPORAN

JENIS-JENIS PELAPORAN PUSKESMAS


a. Laporan Harian
b. Laporan Mingguan
c. Laporan Bulanan
d. Laporan Tahunan
FORMULIR LAPORAN PUSKESMAS
LAPORAN HARIAN & MINGGUAN
 Laporan KLB/Wabah
W1 : Laporan 1 x 24 Jam (Laporan Harian)
W2 : Laporan Mingguan
LAPORAN BULANAN (LB)
LB1: Lap. Data Kesakitan
LB2 (LPLPO): Lap. Data Obat-obatan
LB3: Lap. Data Gizi, KIA, Imunisasi & P2M
LB4: Lap. Data Kegiatan Puskesmas

Catatan: LB1 s/d LB4 dilaporkan setiap bulan selambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya, dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota, khusus LB2
dikirim juga ke bagian GFK
LAPORAN BULANAN SENTINEL (LBS)

1. LB1S
Laporan berisi data: PD3I, ISPA & Diare menurut umur dan status
imunisasi. Puskesmas yang membuat adalah yang ditunjuk oleh
DinKes Kab/kota (1 puskesmas dari tiap
Kabupaten/Kotamadya).Laporan dikirim ke Dinkes Prov, Dinkes
Kab/Kota, Depkes (Ditjen PPM & PLP)

2. LB2S
Laporan berisi Data: KIA, Gizi, TN dan PAK. Puskesmas yang
membuat yaitu puskesmas yang mempunyai ruang rawat inap.
Laporan dikirim ke ke Dinkes Prov, Dinkes Kab/Kota, Depkes
(Ditjen Binkesmas)
LAPORAN TAHUNAN / LAPORAN PROFIL
PUSKESMAS
LT1 : Laporan Data Dasar Puskesmas
LT2 : Laporan Data Kepegawaian
LT3 : Laporan Data Peralatan

Laporan Tahunan/Laporan Profil Puskesmas


dikirim ke Dinas Kesehatan Kab/kota paling
lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya.
DIAGRAM PEMBUATAN
LAPORAN SP2TP

LB1: Lap. Data Kesakitan


LB2 (LPLPO): Lap. Data Obat-obatan
LB3: Lap. Data Gizi, KIA, Imunisasi & P2M
LB4: Lap. Data Kegiatan Puskesmas
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN DATA KESAKITAN
(LB1) PUSKESMAS

PUSKESMAS

KARTU 2
1 R. JALAN RAWAT JALAN

REGISTER
2 R. I N A P RAWAT INAP FORM
3 I B U OLAHAN LB1
4 ANAK R.JALAN GIGI PENYAKIT
5 TB PARU GAWAT DARURAT
6 KUSTA
Luar Gedung Register Rawat Jalan
PUSKESMAS
PUSTU Laporan

BIDES Laporan
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LPLPO
(LB2)

KARTU STOK
OBAT-OBATAN
PUSKESMAS

DATA PEMAKAIAN dan


PERMINTAAN OBAT (Unit) FORM
OLAHAN LB2

REGISTER RAWAT JALAN


PUSTU PUSKEL

LAPORAN PUSTU

LAPORAN PUSKEL
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN GIZI
(LB3 – GIZI)

REGISTER
KOHORT
PUSKESMAS PUSTU BIDES POSY.

1 IBU IBU
2 ANAK KOHORT
ANAK

REGISTER
REG. DIST. LB3

GIZI
KAPS. YODIUM
GIZI
LAPORAN
PUSTU

LAPORAN
BIDES

CATATAN
POSYANDU
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN DATA KIA
(LB3) PUSKESMAS

PUSKESMAS

KARTU 2
1 R. JALAN KOHORT IBU

REGISTER
2 R. I N A P KOHORT BALITA REGISTER LB3
3 I B U
DETEKSI TUMBUH KIA KIA
4 ANAK
KEMBANG

Register Posyandu
POSYANDU

PUSTU Laporan

BIDES Laporan
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN IMUNISASI
(LB3 – IMUNISASI)

REGISTER
KOHORT
KARTU IBU
1 IBU KOHORT
2 ANAK ANAK

LAPORAN
PUSTU LB3
PUSTU FORMAT
IMUNISASI
OLAHAN
LAPORAN IMUNISASI
BIDES
BIDES

CATATAN
POSY.
POSYANDU

SEKOLAH REGISTER
DLL IMUNISASI
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN
PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR (LB3)

PUSKESMAS RAWAT JALAN

REGISTER
1 K.RAWAT JALAN KOHORT TB
LB – 3
2 K. TB. PARU LABORATORIUM
Pengamatan
3 K. KUSTA KUSTA Penyakit
4 K. I B U KOHORT IBU Menular
AFP. TET. NEO
LUAR GEDUNG REGISTER MALARIA, DBD
PUSKESMAS RABIES, ANTRAKS
FRAMBUSIA,
DIARE, ISPA

POSYANDU Register Posyandu


Laporan
PUSTU
Laporan
BIDES
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN
KEGIATAN LAIN PUSKESMAS (LB-4)

KARTU 2 R. JALAN
PUSKESMAS

LB - 4
1 R. JALAN R. J. GIGI

REGISTER
1 KUNJUNGAN
2 R. INAP KUNJUNGAN
2 RAWAT INAP
REKAM RAWAT INAP
3 3 YANDAS GIGI
KES. KEL LABORAT.
PEMBINAAN 4 JKPM
KELUARGA 5 PEMB.KELUARGA
LUAR GEDUNG

6 LABORATORIUM
PUSKESMAS

REGISTER

UKS 7 UKS
PKM 8 PKM
KES.OLAHRAGA
KESLING 9 KES.OLAHRAGA
PUSTU
BIDES

10 KESLING
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN
LAPORAN SENTINEL (LB1S)

KARTU
PUSKESMAS

IMUNISASI
REGISTER
ANAK
REGISTER
• IBU
RAWAT LB1S
• R. JALAN
JALAN
• PANTAU SUHU
LEMARI ES
PUSKES
LUAR
PUSTU
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN
LAPORAN SENTINEL (LB2S)

KARTU
PUSKESMAS

KOHORT ANAK
REG. R. JALAN
KOHORT IBU

IMUNISASI
REGISTER
• ANAK
• IBU LB2S
• R. JALAN
• R. INAP
PUSKES
LUAR
PUSTU
DIAGRAM KEGIATAN PEMBUATAN LAPORAN
LT-1, LT-2 dan LT-3

DATA DASAR LAPORAN TAHUNAN


1 DATA UMUM LT-1
2 KEADAAN & SARANA PUSKES.

DATA UMUM
FAS - KES
3 PERAN SERTA MASYARAKAT
4 DESA PROGRAM (GIZI, MALARIA)
5 KESEHATAN LINGKUNGAN
6 UKS
7 KEPEGAWAIAN LT-2 Kepegawaian
8 INVENTARISASI ALAT LT-3 Peralatan
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR
PENCATATAN SP2TP

PELAKSANAAN SP2TP SESUAI DENGAN SURAT KEPUTUSAN


MENTERI KESEHATAN RI NO.63/MENKES/II/1981 DAN TELAH
DILAKUKAN PENYEDERHANAAN SP2TP BERDASARKAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN KESEHATAN
MASYARAKAT NO.590/BM/DJ/INFO/V/1996.
DALAM PENYEDERHANAAN TERSEBUT DIUPAYAKAN SEMUA
KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN DI PUSKESMAS DICATAT
DALAM KARTU-KARTU INDIVIDU MAUPUN DALAM REGISTER
KEGIATAN DI PUSKESMAS DAN REKAM KESEHATAN
KELUARGA (RKK)
1. REKAM KESEHATAN KELUARGA (RKK).
RKK ADALAH TERJEMAHAN DARI FAMILY FOLDER

PENGGUNAAN RKK DIUTAMAKAN PADA KELUARGA YANG


ANGGOTANYA MENGIDAP SALAH SATU
PENYAKIT/KONDISI, ANTARA LAIN :
• SALAH SEORANG ANGGOTA KELUARGA ADALAH
PENDERITA TB PARU
• SALAH SEORANG ANGGOTA KELUARGA ADALAH
PENDERITA KUSTA
• KELUARGA RISIKO TINGGI YAITU IBU HAMIL RISIKO
TINGGI, NEONATUS RISIKO TINGGI (BBLR) DAN BALITA
KURANG ENERGI KRONIS (KEK)
• SALAH SEORANG ANGGOTA KELUARGA ADALAH
PENDERITA GANGGUAN JIWA
YANG DIMAKSUD DENGAN RKK ADALAH CATATAN TENTANG
KONDISI KESEHATAN SUATU KELUARGA, SEBAGAI AKIBAT
ADANYA MASALAH KESEHATAN/PENYAKIT PADA SALAH SATU
ATAU LEBIH DARI ANGGOTA KELUARGANYA.
DALAM BERKAS RKK TERSEBUT, SELAIN KARTU-KARTU
INDIVIDU DARI ANGGOTA KELUARGA YANG BERSANGKUTAN,
JUGA DIBUAT CATATAN KONDISI KESEHATAN KELUARGA YANG
MELIPUTI ANGGOTA KELUARGA BESERTA STATUSNYA
TERMASUK KEADAAN LINGKUNGAN DAN KEBIASAAN
KELUARGA TERSEBUT.

• KEGUNAAN RKK ADALAH :


• UNTUK MENGETAHUI GAMBARAN PENYAKIT INDIVIDU
DISUATU KELUARGA
• UNTUK MENGIKUTI KESEHATAN KELUARGA (KEADAAN DAN
KESEHATAN KELUARGA)
2. KARTU-KARTU :

KARTU-KARTU INI MERUPAKAN KARTU INDIVIDU YANG


MENCATAT KEADAAN KESEHATAN INDIVIDU ATAU DIAGNOSA
DARI PETUGAS KESEHATAN TERMASUK PELAYANAN YANG
DITERIMA OLEH INDIVIDU TERSEBUT
KARTU INDIVIDU DIMAKSUD TERDIRI DARI :
a. KARTU TANDA PENGENAL KELUARGA (KTPK)
KELUARGA YANG MENGGUNAKAN RKK DIBERI KARTU
TANDA PENGENAL KELUARGA (KTPK) YANG MERUPAKAN
ALAT BANTU UNTUK MEMUDAHKAN PENCARIAN
BERKAS/FILE KELUARGA YANG TELAH
TERDAFTAR/MENDAPATKAN PELAYANAN PADA SAAT
MEMINTA PELAYANAN ULANG DI PUSKESMAS.
KTPK DIBUAT 2 RANGKAP, 1 DIBAWA OLEH KELUARGA
PENGUNJUNG PUSKESMAS, DAN 1 DISIMPAN DI
PUSKESMAS
2. KARTU-KARTU :

b. KARTU TANDA PENGENAL (KTP)


KTP DIBERIKAN KEPADA INDIVIDU YANG BERKUNJUNG/BEROBAT
KE PUSKESMAS DAN MERUPAKAN ALAT BANTU UNTUK
MEMUDAHKAN PENCARIAN BERKAS/FILE BAGI INDIVIDU YANG
TELAH TERDAFTAR/MENDAPAT PELAYANAN PADA SAAT MEMINTA
PELAYANAN ULANG DI PUSKESMAS.
KHUSUS UNTUK AKSEPTOR KB, PENYAKIT KUSTA DAN TB PARU
MEMPERGUNAKAN KTP KHUSUS YAITU KARTU KB, KARTU
PENDERITA KUSTA DAN KARTU PENDERITA TB PARU, ATAS
NAMANYA SENDIRI. MAKSUD PEMBERIAN KARTU INI ADALAH
APABILA YANG BERSANGKUTAN PINDAH, MAKA KARTU DAN
REKAM KESEHATAN/BERKASNYA DIBAWA PINDAH (UNTUK
MEMUDAHKAN/MENGETAHUI PELAYANAN YANG
DIBERIKAN/DIDAPATKAN OLEH YANG BERSANGKUTAN).
2. KARTU-KARTU :

c. KARTU RAWAT JALAN ATAU KARTU REKAM


MEDIK PASIEN ADALAH ALAT UNTUK
MENCATAT IDENTITAS DAN STATUS PASIEN
YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS UNTUK
MEMPEROLEH PELAYANAN RAWAT JALAN.
d. KARTU RAWAT TINGGAL ATAU KARTU REKAM
MEDIK PASIEN ADALAH ALAT UNTUK
MENCATAT IDENTITAS DAN STATUS PASIEN
YANG DI RAWAT DI PUSKESMAS YANG
MEMPUNYAI RUANG RAWAT INAP
2. KARTU-KARTU :

e. KARTU TANDA PENGENAL KUSTA, KARTU INI


KHUSUS UNTUK PENDERITA KUSTA DAN DIBAWA
SETIAP BEROBAT SERTA DAPAT DIGUNAKAN DI
UNIT PELAYANAN KESEHATAN YANG LAIN.

f. KARTU PENDERITA KUSTA.


KARTU INI KHUSUS UNTUK PENDERITA KUSTA,
YANG BERISI IDENTITAS PENDERITA KUSTA YANG
DILAYANI DI GEDUNG PUSKESMAS
2. KARTU-KARTU :

g. KARTU INDEKS PENDERITA TB PARU


KARTU INI KHUSUS UNTUK PENDERITA TB PARU, YANG BERISI
IDENTITAS PENDERITA TB PARU YANG DILAYANI DI GEDUNG
PUSKESMAS.

h. KARTU PENGOBATAN TUBERKULOSIS ADALAH ALAT UNTUK


MENGETAHUI KEADAAN DAN PERKEMBANGAN PENYAKIT TB
PARU SERTA KATEGORI PENGOBATAN PASIEN YANG DILAYANI DI
GEDUNG PUSKESMAS

i. KARTU IBU ADALAH ALAT UNTUK MENGETAHUI IDENTITAS DAN


STATUS KESEHATAN SERTA RIWAYAT KEHAMILAN IBU SAMPAI
KELAHIRAN BAYINYA.
2. KARTU-KARTU :

j. KARTU ANAK ADALAH ALAT UNTUK


MENGETAHUI IDENTITAS, STATUS KESEHATAN
DAN PELAYANAN BAIK PELAYANAN PREVENTIF –
PROMOTIF MAUPUN PENGOBATAN DAN
REHABILITATIF YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA
BALITA DAN ANAK SEKOLAH.

k. KMS ANAK SEKOLAH ADALAH UNTUK


MENGETAHUI IDENTITAS DAN MENCATAT
PERTUMBUHAN DAN PELAYANAN YANG TELAH DI
DAPAT OLEH ANAK SEKOLAH
2. KARTU-KARTU :

l. KMS IBU HAMIL ADALAH ALAT UNTUK


MENGETAHUI IDENTITAS DAN MENCATAT
PERKEMBANGAN KESEHATAN IBU HAMIL
DAN PELAYANAN KESEHATAN YANG
TELAH DITERIMA YANG BERSANGKUTAN.

m. KMS USILA ADALAH ALAT UNTUK


MENGETAHUI IDENTITAS DAN MENCATAT
KONDISI KESEHATAN DAN PELAYANAN
KESEHATAN YANG DITERIMA OLEH USIA
LANJUT
2. KARTU-KARTU :

n. KARTU TUMBUH KEMBANG BALITA ADALAH


ALAT UNTUK MENCATAT TUMBUH KEMBANG
BALITA, SEHINGGA APABILA TERDAPAT
KELAINAN DAPAT DIDETEKSI SEDINI MUNGKIN.

n. KARTU RUMAH ADALAH ALAT UNTUK


MENGETAHUI DAN MENGATAHUI KEADAAN
SANITASI LINGKUNGAN PERUMAHAN.

n. KARTU KESEGARAN JASMANI ADALAH ALAT


UNTUK MENGETAHUI KONDISI KESEHATAN DAN
PELAYANAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN
KEPADA YANG BERSANGKUTAN.
3. REGISTER :

REGISTER KEGIATAN DI PUSKESMAS


DIPERGUNAKAN UNTUK :
• MEREKAP ATAU MENGKOMPILASI PELAYANAN
KESEHATAN YANG DIBERIKAN PADA INDIVIDU
(DARI KARTU INDIVIDU).
• MENCATAT ATAU MEREKAP ATAU
MENGKOMPILASI KEGIATAN YANG DILAKUKAN
DI LUAR GEDUNG PUSKESMAS.
• DENGAN MENJUMLAHKAN REKAP DI ATAS DAN
HASINYA DIPINDAHKAN KE FORMAT LAPORAN.
JENIS-JENIS REGISTER DIMAKSUD ADALAH :

a) REGISTER NOMOR INDEKS PENGUNJUNG


PUSKESMAS
b) REGISTER KUNJUNGAN
c) REGISTER RAWAT JALAN
d) REGISTER RAWAT INAP
e) REGISTER KIA
f) REGISTER KOHORT IBU
g) REGISTER KOHORT BALITA
h) REGISTER DETEKSI TUMBUH KEMBANG
i) REGISTER GIZI
j) REGISTER KAPSUL MINYAK BERYODIUM
JENIS-JENIS REGISTER DIMAKSUD ADALAH :

k) REGISTER PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR


l) REGISTER PENGAMATAN PENDERITA KUSTA
YANG SUDAH RFT MB
m) REGISTER PENGAMATAN PENDERITA KUSTA
YANG SUDAH RFT PB
n) REGISTER PEMERIKSAAN ANAK SEKOLAH
(UNTUK PENY. KUSTA)
o) REGISTER MALARIA
p) REGISTER PES
q) REGISTER ANTRAKS
r) REGISTER REBIES
s) REGISTER KOHORT TB PARU
JENIS-JENIS REGISTER DIMAKSUD ADALAH :

t) REGISTER KASUS DBD


u) REGISTER PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK
DBD
v) REGISTER ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
w) REGISTER TETANUM NEONATUM
x) REGISTER FRAMBUSIA
y) REGISTER FILARIA
z) BUKU INVENTARISASI PERALATAN PUSKESMAS
JENIS-JENIS REGISTER DIMAKSUD ADALAH :

aa) REGISTER PERAWATAN GAWAT DARURAT


PUSKESMAS
bb) REGISTER KOHORT PEMBINAAN KELUARGA
cc) REGISTER RAWAT JALAN GIGI
dd) REGISTER LABORATORIUM
ee) REGISTER PKM
ff) REGISTER PSM
gg) REGISTER DATA DASAR KESEHATAN
LINGKUNGAN
hh) REGISTER KEGIATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
ii) REKAPITULASI KEGIATAN PENJARINGAN
JENIS-JENIS REGISTER DIMAKSUD ADALAH :

jj) REGISTER KEGATAN UKS


kk) REGISTER DATA DASAR SEKOLAH
ll) REGISTER KEGIATAN POSYANDU
mm) REGISTER PELAYANAN KESEHATAN OLAH
RAGA
nn) REGISTER PEMBINAAN KELOMPOK / KLUB
OLAH RAGA
oo) REGISTER PERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT UNTUK KELUARGA DAN INDIVIDU
(Reg. A)
pp) REGISTER PERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT UNTUK KELOMPOK /
MASYARAKAT (Reg. B)
SIMPUS
1. KUNJUNGAN PUSKESMAS
2. KESEHATAN IBU
3. KESEHATAN BALITA
4. GIZI
5. PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT
6. KESEHATAN LINGKUNGAN
A. KESEHATAN LINGKUNGAN
B. TEMPAT PENGELOLAAN PESTISIDA (TP2)
C. TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN INDUSTRI
D. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN
E. PENYEHATAN AIR
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR
A. ACUTE FLACCID PARALYSIS (AFP)
B. PENYAKIT-PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I)
C. MALARIA
D. DBD
E. RABIES
F. FILARIASIS
G. ANTRAKS
H. FRAMBUSIA
I. DIARE
J. ISPA
K. TB PARU
L. KUSTA
M. PES
N. UKS
8. PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI
9. GANGGUAN MENTAL
10. OBAT
11. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INDUSTRI MASYARAKAT
BATASAN OPERASIONAL

Dalam pelaksanaan SP2TP perlu diketahui beberapa batsan istilah yang


digunakan untuk kesamaan pengertian dari variabel-variabel, pemanfataan dan
cara perhitungannya. Sehingga pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan
tepat, benar dan seragam dari seluruh Puskesmas termasuk cara
pemanfataannya. Untuk berbagai variabel yang dianggap sudah jelas tidak
diberikan definisi operasionalnya.
1. KUNJUNGAN PUSKESMAS (tidak dibedakan kunjungan baru dan lama)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah kunjungan Jumlah kunjungan ke Puskesmas baik dalam gedung maupun luar
Puskesmas gedung.

2 Jumlah kunjungan Jumlah kunjungan baik dalam gedung maupun luar gedung yang
dengan Kartu Sehat mempergunakan Kartu Sehat

3 Jumlah kunjungan Jumlah kunjungan yang mendapatkan pelayanan poliklinik umum


Rawat Jalan baik dalam gedung maupun luar gedung

4 Jumlah kunjungan Jumlah penderita berumur >60 tahun yang mendapatkan pelayanan
Rawat Jalan Golongan poliklinik umum baik dalam gedung maupun luar gedung
Umur >60 tahun

5 Jumlah kunjungan Jumlah kunjungan ke poliklinik gigi


Rawat Jalan Gigi
2. KESEHATAN IBU

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah kunjungan K1 Jumlah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan baik di
ibu hamil dalam maupun di luar gedung Puskesmas (di Posyandu, Pondok
Bersalin Desa, Kunjungan Rumah, Rumah Sakit dan praktek swasta)
untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang
ditetapkan (5T)

2 Jumlah kunjungan K4 Jumlah kontak ke 4 atau lebih ibu hamil dengan tenaga kesehatan
ibu hamil baik di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (di Posyandu,
Pondok Bersalin Desa, Kunjungan Rumah, Rumah Sakit dan praktek
swasta) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan
standar yang dietapkan (5T) dengan syarat :
- Minimal satu kali kontak pada Triwulan I
- Minimal satu kali kontak pada Triwulan II
- Minimal dua kali kontak pada Triwulan III
2. KESEHATAN IBU

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Jumlah kunjungan ibu Jumlah kontak ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dengan tenaga
hamil dengan faktor
risiko kesehatan, di dalam maupun di luar gedung Puskesmas (di Posyandu,
Pondok Bersalin Desa, Kunjungan Rumah). Faktor risiko ibu hamil
diantaranya adalah :

1. Primigravida <20 tahun atau >35 tahun

2. Anak >4

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang <2 tahun

4. Tinggi badan <145 cm

5. Berat badan <38 kg atau LILA <23,5 cm

6. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan


riwayat cacat kongenital

7. Kelainan bentuk tubuh, misal kelainan tulang belakang atau


panggul
2. KESEHATAN IBU
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Jumlah ibu hamil Jumlah ibu hamil dengan risiko tinggi yang ditangani baik di dalam
dengan rsiko tinggi maupun di luar gedung Puskesmas (di Posyandu, Pondok Bersalin
kehamilan yang
Desa, Kunjungan Rumah). Risiko tinggi pada kehamilan meliputi :
ditangani
1. HB < 8 gr%
2. Tekanan darah tinggi (sistole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
3. Oedema yang nyata
4. Eklampsia
5. Perdarahan pervaginum
6. Ketuban pecah dini
7. Letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu
8. Letak sungsang pada primigravida
9. Infeksi berat/sepsis
10. Kehamilan ganda
11. Janin yang besar
12. Penyakit kronis pada ibu : jantung, paru, ginjal, dan lain-lain
13. Riwayat obstetri bedah sesar dan komplikasi kehamilan
2. KESEHATAN IBU

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Jumlah persalinan oleh Jumlah persalinan yang ditolong oleh dokter spesialis kebidanan,
tanaga kesehatan dokter umum, bidan, pembantu bidan, perawat bidan dan dukun bayi
termasuk yang yang didampingi oleh tenaga bidan
didampingi oleh tenaga
kesehatan

6 Jumlah kematian Jumlah kematian ibu yang disebabkan oleg penyebab langsung pada

Maternal (ibu hamil, kehamilan, persalinan dan nifas (perdarahan, eklamsia, infeksi) atau

melahirkan, ibu nifas) penyebab tak langsung seperti asma, jantung dan sebagainya
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Gangguan kesehatan Termasuk dalam batasan operasional ini adalah gangguan


jiwa bermula pada bayi, penghayatan diri, emosi dan perilaku serta kelainan/penyimpangan
anak, remaja, dan perkembangan termasuk motorik kasar dan halus pada balita dan
perkembangan apras, usia sekolah serta remaja yang ditemukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan/bidan di desa, perawat dan ahli gizi) di dalam
maupun di luar gedung Puskesmas.

2 Keguguran Keadaan dimana terjadi perdarahan pervagina pada seorang ibu hamil
sampai usia kehamilan  20 minggu yang mengakibatkan berakhirnya
kehamilan

3 Perdarahan pada • Keadaan dimana terjadi perdarahan pervaginum pada seorang


kehamilan ibu hamil. Bila perdarahan terjadi pada usia kehamilan di bawah
20 minggu disebut keguguran, dan bila perdarahan terjadi pada
kehamilan diatas 7 bulan sering disebabkan oleh plasenta letak
rendah, plasenta previa atau solusi plasenta
• Perdarahan pada masa nifas ialah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi pada saat nifas yaitu setelah 2 jam bayi dilahirkan.
Keadaan ini sering diakibatkan oleh Atunia Uteri
• Perdarahan pada persalinan ialah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi pada saat bayi dilahirkan
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Keracunan Keadaan komplikasi kehamilan yang sering terjadi pada triwulan III
kehamilan/eklamsia kehamilan dengan 3 gejala utama tensi  140/90, protein uria dan
oedema nyata pada kaki, tangan dan wajah.

5 Partus lama Proses persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam yang dimulai
sejak tanda-tanda permulaan persalinan.

6 Infeksi pada masa Keadaan komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan, persalinan
kehamilan, persalinan dan nifas dengan berbagai penyebab disertai kenaikan suhu badan
dan nifas dan tanda-tanda infeksi lainnya.

7 Hyperemesis Keadaan komplikasi kehamilan yang sering terjadi pada triwulan I


berupa muntah-muntah berlebihan yang bila tidak diatasi dapat
menyebabkan dihidrasi

8 Trauma lahir Kelainan pada bayi umur 0-28 hari akibat trauma persalinan

9 Asfiksia Keadaan bayi pada saat lahir yang mengalami hipoksia yang ditandai
dengan nilai APGAR waktu lahir < 7
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

10 Tetanus Neonatorum Penyakit pada bayi baru lahir dengan gejala :

1. Bayi lahir hidup dan menyusui

2. Mulai hari ke 3, tiba-tiba tidak bisa/sulit menyusui

3. Mulut mencucur seperti mulut ikan

4. Mudah dan sering kejang terutama bila ada rangsangan (sinar,


....suara keras)

5. Wajah kebiruan

6. kadang-kadang ada demam

11 Jumlah bayi lahir Hidup Jumlah bayi lahir hidup dengan berat lahir kurang dari 2500 gram atau
dengan BBLR (Berat ukuran LILA (Lingkar Lengan Atas) < 9,5 cm atau LIDA (Lingkar Dada)
Bayi Lahir Rendah) < < 29,5 cm
2500 gram
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

12 Jumlah lahir mati Jumlah bayi yang lahir mati atau tidak menunjukkan tanda-tanda
kehidupan (tidak terdengar detik jantung, tidak teraba denyut tali
pusat, tidak bernafas atau ada gerakan)

13 Jumlah kunjungan Jumlah bayi umur 0 s/d 28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan
Neonatus minimal 2 kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung Puskesmas
(termasuk bidan di Desa, Polindes dan Kunjungan rumah)

Kunjungan pertama dilakukan pada periode perinatal/neonatal dini


(hari 1 sampai dengan hari ke 7),. Kunjungan ke dua pada periode
neonatal lanjut (hari ke 8 sampai dengan hari ke 28)
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

14 Jumlah kematian Jumlah kematian (bayi umur 0 s/d 28 hari) baik di masyarakat maupun
Neonatus dilaporkan di sarana kesehatan
(bayi di bawah usia 28
hari)

15 Jumlah balita Jumlah balita yang pertama kali dideteksi dengan KPSP dan KPAP di
dideteksi/distimulasi dalam gedung maupun di luar gedung Puskesmas
tumbuh kembang
(kontak pertama)

16 Jumlah anak pra sekolah Jumlah anak pra sekolah yangt pertama kali dideteksi atau distimulasi
dideteksi/distimulasi tumbuh kembang di TK yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
tumbuh kembang atau guru TK
(kontak pertama)
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

17 Jumlah balita (sakit, Jumlah balita yang dirawat di Puskesmas karena sakit atau kelainan
dengan kelainan) yang tumbuh kembang
dirawat

18 Jumlah keluarga denagn Jumlah keluarga yang memiliki bayi risiko tinggi (seperti asfiksia,
bayi risiko tinggi trauma lahir, pneumonia dan BBLR) yang dibina oleh petugas
(pneumonia berat, kesehatan (Perkesmas)
BBLR) yang dibina
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

19 Jumlah keluarga dengan Jumlah keluarga yang memiliki bayi menderita tetanus neonatum
tetahus neonatum yang (selama hamil tidak imunisasi TT) yang dibina petugas kesehatan
dibina (Perkesmas)

20 Jumlah keluarga dengan Jumlah seluruh keluarga yang memiliki anak balita risiko tinggi
anak balita risti yang seperti balita tinggal di keluarga dengan penderita TB atau kusta, HIV,
dibina balita kelainan tumbuh kembang, balita dengan kelainan gizi yang
dibina oleh petugas kesehatan (Perkemas)

21 Jumlah keluarga dengan Termasuk keluarga dengan anal lebih dari 4 tidak ikut KB, keluarga
risiko tinggi lainnya Pra Keluarga Sejahtera, keluarga dengan anggota keluarga menderita
yang dibina HIV, remaja bermasalah
3. KESEHATAN BALITA

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

22 Jumlah keluarga dengan Jumlah keluarga yang mempunyai Usila dan risti (umur > 70 tahun
Usila yang dibina yang sakit, cacat, pasca perawatan, pasca stroke, dimensia) yang
dibina oleh petugas kesehatan

23 Jumlah Panti/kelompok Termasuk Panti Asuhan, Panti Werda, Kelompok Usila, KP-KIA, Panti
khusus yang dibina tempat penitipan anak dan lain-lain

24 Kelompok Usila/Panti Kelompok yang terdiri dari Pra Usia Lanjut (45 – 59 tahun) dan usia
Werda lanjut ( 60 tahun) yang melakukan kegiatan dari dan untuk usia lanjut
dalam meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mentalnya serta
sosialnya
4. G I Z I

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Bumil dapat Fe Jumlah bumil yang mendapat tablet Fe 1 bungkus (30 tablet) yang
30 tablet (Fe1) diberikan oleh tenaga kesehatan atau kader baik di dalam maupun di
luar gedung Puskesmas

2 Jumlah Bumil dapat Fe Jumlah bumil yang mendapat tablet Fe 3 bungkus (90 tablet( yang

90 tablet (fe3) diberikan oleh tenaga kesehatan atau kader di dalam maupun di luar
gedung Puskesmas

Jumlah balita dapat Jumlah balita yang mendapat sirup besi 1 botol yang diberikan oleh
3
sirup besi 1 botol tenaga kesehatan/kader di dalam maupun di luar gedung Puskesmas

(Fe Bal 1)
4. G I Z I

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Jumlah balita dapat Jumlah balita yang mendapat sirup besi 2 botol yang diberikan oleh
sirup besi 2 botol tenaga kesehatan/kader di dalam maupun di luar gedung Puskesmas
(Fe Bal 2)

5 Jumlah anak balita dapat Jumlah anak balita dapat vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) sebanyak
vitamin A dosis tinggi 2 kali pada bulan Februari & Agustus

6 Jumlah Bufas dapat Jumlah bufas yang mendapat 1 kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000
vitamin A dosis tinggi IU)

7 Jumlah Bumil dapat Jumlah bumil di daerah endemik yang mendapat 2 kapsul yodium
kapsul yodium
5. PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT (PKM)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Frekuensi Penyuluhan Jumlah penyuluhan yang dilakukan petugas Puskesmas baik


dalam wilayah penyuluhan langsung (ceramah, diskusi, demonstrasi) maupun tidak
Puskesmas untuk langsung (melalui media) kepada tokoh masyarakat, tokoh agama,
kelompok potensial organisasi kewanitaan, dan sebagainya di luar gedung Puskesmas

2 Frekuensi penyuluhan Jumlah penyuluhan yang dilaksanakan petugas Puskesmas baik


kelompok dalam gedung penyuluhan langsung (ceramah, diskusi, demonstrasi) maupun tidak
Puskesmas langsung (melalui media) kepada pengunjung Puskesmas sebelum
mendapatkan pelayanan kesehatan
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Tempat • Jumlah TPS yang ada di wilayah kerja Puskesmas


Pembuangan Sampah • TPS adalah tempat pengumpulan sampah sementara berupa
Sementara (TPS) pelataran yang diperkeras dengan luas kurang lebih 10 M2 bertutup
dan terletak di tepi jalan

• Sampah dibungkus dalam kantong-kantong plastik atau


pembungkus lainnya dan pengumpulannya pada waktu tertentu
untuk mencegah agar tidak tersebar

2 Jumlah Tempat • Jumlah TPA yang ada di wilayah kerja Puskesmas

Pembuangan Sampah • TPA adalah lokasi kegiatan operasi tahap akhir dimana sampah

Akhir (TPA) diamankan di suatu tempat agar tidak menimbulkan gangguan


terhadap lingkungan sekitarnya baik alam maupun manusia
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Jumlah Tempat Jumlah TPS yang diperiksa adalah jumlah tempat pembuangan
Pembuangan Sampah sampah di pemukiman dan tempat pengumpulan sampah sementara
Sementara yang yang diawasi oleh petugas kesling Puskesmas di wilayah kerja
diperiksa Puskesmas

4 Jumlah Tempat Jumlah yang diperiksa adalah jumlah tempat sampah akhir yang
Pembuangan Sampah diawasi oleh petugas Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas
Akhir (TPA) yang
diperiksa
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN


No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Jumlah Tempat Sampah Jumlah TPS yang memenuhi syarat adalah :


Sementara yang • Tidak merupakan sumber bau dan lalat dari rumah terdekat
memenuhi syarat • Jarak terhadap rumah terdekat 60 m dan terjauh 200 m

• Jarak terhadap sumber air terdekat minimal 75 m

• Mudah dijangkau oleh kendaraan pengangkut sampah

6 Jumlah Tempat Jumlah TPA yang memenuhi syarat adalah :


Pembuangan Sampah • Lokasi tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat dan
Sementara (TPA) yang tikus bagi pemukiman terdekat
memenuhi syarat • Jarak terhadap pemukiman penduduk minimum 2 Km

• Tidak merupakan sumber pencemar bagi sumber air bersih


minimum 200 M dari sumber air baku
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

7 Jumlah rumah yang Jumlah rumah yang diperiksa kesehatan lingkungannya melalui
diperiksa Kesling binaan kader Puskesmas dengan menggunakan kartu rumah.

8 Jumlah rumah yang Jumlah rumah yang mempunyai : tempat sampah, sarana air bersih,
memenuhi syarat jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah
sanitasi dasar

9 Jamban yang diperiksa Jumlah jamban yang diperiksa menurut keadaan fisiknya
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

A. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

10 Jamban keluarga yang Kotoran manusia yang dbuang pada jamban tidak mencemari
memenuhi syarat permukaan tanah, air permukaan dan air tanah, serta tidak terjamah
lalat.

Jamban tidak menimbulkan bau, kecelakaan dan sarang nyamuk.

11 Jumlah Saluran SPAL adalah seluruh pembuangan air limbah yang ada dan berfungsi
Pembuangan Air Limbah di wilayah kerja Puskesmas
(SPAL)
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

B. TEMPAT PENGELOLAAN PESTISIDA (TP2)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 JUMLAH TEMPAT Jumlah unit usaha yang sebagian atau seluruh kegiatannya
Pengelolaan Pestisida melakukan pengelolaan pestisida.
(TP2) Yang termasuk TP2 antara lain :

– Pest control

– Industri / Pabrik pestisida

– Sawmill

– Perkebunan

– Toko / kios pestisida


6. KESEHATAN LINGKUNGAN

B. TEMPAT PENGELOLAAN PESTISIDA (TP2)


No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Jumlah Tempat Jumlah toko/kios dan KUD yang melakukan pengelolaan pestisida
Pengelolaan Pestisida terdaftar
(TP2) yang terdaftar

3 Jumlah TP2 yang Jumlah toko/kios pestisida dan KUD diawasi/diperiksa kesehatan
diperiksa lingkungannya

4 Jumlah TP2 yang Jumlah toko/kios dan KUD yang melakukan pengelolaan pestisida
memenuhi syarat dan memenuhi syarat dari yang diperiksa
6. KESEHATAN LINGKUNGAN
C. TEMPAT - TEMPAT UMUM DAN INDUSTRI
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Tempat-tempat umum Jumlah TTU yang ada di wilayah kerja Puskesmas. TTU meliputi :
(TTU) • Bidang Kepariwisataan

 Hotel, kolam renang/Pemandian Umum, Bioskop, Taman


Hiburan/Taman Rekreasi, Panti Pijat dan lain-lain sarana yang
sejenis.

 Bidang pelayanan jasa : Rumah Sakit dan sarana pelayanan


lain (Puskesmas, Klinik Kesehatan, dan lain-lain), Salon
Kecantikan, Tempat Pangkas Rambut, Terminal Angkutan
Darat (Stasiun KA, Terminal Bus), dan lain-lain sarana yang
sejenis

• Bidang Perdagangan : Toko/Ruko, Pasar, Pasar Swalayan, Pusat


Perbelanjaan, dan lain-lain sarana yang sejenis.

• Bidang Pelayanan Sosial : Sekolah, Masjid, Gereja, Panti Asuhan,


Pondok Pesantren, dan lain-lain sarana yang sejenis.
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

C. TEMPAT - TEMPAT UMUM DAN INDUSTRI


No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Jumlah TTU yang Jumlah TTU yang diawasi/diperiksa kesehatan lingkungannya oleh
diperiksa Puskesmas.

3 Jumlah TTU yang Jumlah TTU yang memenuhi syarat dan sesuai dengan standar dari
memenuhi syarat persyaratan kesling yang berlaku.

4 Jumlah industri Kecil Jumlah industri kecil/rumah tangga yangada di wilayah kerja
Rumah Tangga Puskesmas. Industri kecil/industri rumah tangga yang meliputi :
pabrik tahu/tempe, pabrik kecap, pabrik roti, pabrik batik, pabrik
tembikar, penyamakan kulit, pabrik tapioka, pabrik kerupuk, pabrik-
pabrik lain yang sejenis yang tidak menggunakan proses mesin dan
berlabel
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

D. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Tempat Jumlah Rumah Makan/Restoran, Jasaboga, Makanan Jajanan dan


Pengelolaan Makanan TPM lainnya yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas. Tempat-
(TPM) tempat/perusahaan dimana makanan dan minuman tersebut
diproduksi, diolah, disimpan, diangkut, dijual/disajikan bagi umum.

2 Jumlah TPM yang Jumlah TPM yang diawasi/diperiksa kesehatan lingkungannya


diperiksa

3 Jumlah TPM yang Jumlah TPM yang memenuhi syarat dari jumlah yang dibina
memenuhi syarat
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

D. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Jumlah Keracunan Jumlah keracunan makanan dan minuman dengan gejala penyakit
makanan dan minuman yang timbul akibat konsumsi makanan dan minuman yang
mengandung racun kimia dan atau mikroba.

5 Sampel Sampel yang berupa bahan makanan, makanan jadi, minuman

Makanan/Minuman (termasuk air), spesimen alat dan rectal swab yang diambil dari rumah
makan/restoran, jasaboga, makanan jajanan dan TPM lainnnya dalam
rangka pengawasan kualitas
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

D. TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

6 Sampel Sampel makanan/minuman yang diambil dan diperiksa di


makanan/minuman yang laboratorium dan atau dengan peralatan Food Contamination Test Kit.
diperiksa

7 Sampel Sampel yang tidak mengandung E. Coli kuman patogen (coli patogen,
Makanan/Minuman yang Salmonella, Shigella, Staphylococcus, Vibrio dan Campilobacter).
memenuhi syarat Angka kuman (Total Plate Count) dibawah 10 dan Coli-form kurang
dari 10
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

E. PENYEHATAN AIR

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah sarana air bersih Jumlah sarana air bersih yang diperiksa/diamati secara fisik keadaan
yang diinspeksi menurut sarana air bersih dan lingkungannya untuk mengetahui resiko
jenisnya pencemaran dan kualitas fisik sarana dengan mempergunakan
formulir inspeksi sanitasi menurut jenis sarana. Hasil dari
pengamatan adalah tingkat risiko pencemaran terhadap sarana
dengan 4 kategori : Rendah (R), Sedang (S), Tinggi (T), dan Amat
Tinggi (AT)
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

E. PENYEHATAN AIR
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Jumlah sarana air bersih Jumlah dan jenis sarana air bersih yang ada di wilayah Puskesmas.
menurut jenisnya Sarana air bersih (SAB) adalah sarana air bersih dibagi dalam dua
kelengkapan.

a. SAB dengan pepipaan

• PMA (Perlindungan Mata Air)

• SA (Sumur Artesis)

b. SAB tanpa pepipaan

• PAH (Penampungan Air Hujan)

• SPT DK (Sumur Pompa Tangan dangkal)

• SPT DL (Sumur Pompa Tangan Dalam)

• SGL (Sumur gali)

• TA (Terminal Air)
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

E. PENYEHATAN AIR
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Jumlah dan jenis sarana Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran amat
air yang mempunyai tinggi dan tinggi sesuai hasil inspeksi sanitasi.
risiko tercemar AT dan T

4 Jumlah dan jenis sarana Jumlah dan jenis sarana air bersih yang mempunyai risiko
air bersih yang pencemaran sedang dan rendah sesuai hasil inspeksi sanitasi
mempunyai risiko
pencemaran sedang dan
rendah

5 Jumlah sampel air Jumlah sampel air yang berdasarkan pemeriksaan/pengamatan


bersih yang memenuhi langsung di lapangan melalui panca indra, menunjukkan bahwa iar
syarat fisik air tersebut memenuhi syarat fisik air (jernih, tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau)
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

E. PENYEHATAN AIR

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

6 Jumlah penduduk yang Jumlah penduduk yang menggunakan air bersih


dilayani air bersih

7 Jumlah penduduk

8 Jumlah SD dan MI Jumlah SD dan MI yang mempunyai sarana air bersih.


dengan sarana air Idem untuk SLTP dan Mts, SLTA dan MA
bersih. Idem untuk SLTP
dan Mts, SLTA dan MA

9 Jumlah SD dan MI. Idem Jumlah SD dan MI yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
untuk SLTP dan Mts, Idem untuk SLTP dan Mts, SLTA dan MA
SLTA dan MA
6. KESEHATAN LINGKUNGAN

E. PENYEHATAN AIR
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

10 Jumlah kelompok Jumlah kelompok pemakai air yang aktif yang ada di wilayah kerja
pemakai air yang aktif Puskesmas. Kelompok keluarga atau masyarakat pemakai air bersih
dari sarana air bersih yang dibangun secara gotong royong.
Kelompok pemakai air yang aktif adalah kelompok pemakai air
(Pokmair) yang mempunyai kegiatan :

– Mengelola sarana air bersih

– Menghimpun dan mengelola dana dari para anggota

– Melakukan pencatatan yang meliputi keadaan kelompok,


pendanaan dan kegiatan dikelompokkan

11 Jumlah kelompok Jumlah kelompok pemakai air yang terbentuk di wilayah kerja
pemakai air Puskesmas
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

A. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 AFP (Acute Falccid Kasus AFP adalah penderita dengan gejala/tanda lumpuh yang
Paralysis) bersifat flaccid dan akut.

2 Jumlah kasus AFP baru Penderita baru AFP yang ditemukan di wilayah kerja Puskesmas pada
(< 15 tahun) ditemukan golongan umur < 15 tahun.

3 Jumlah kasus AFP baru Dilacak sesuai dengan prosedur pelacakan dalam “Petunjuk Surveilen
(<15 tahun) yang dilacak AFP”. Jumlah penderita baru AFP golongan umur < 15 tahun yang
dilacak.
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

B. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Difteri, Batuk Rejan, Difteri penderita baru dengan gejala dan tanda-tanda panas (kurang
Campak, Tetanus lebih 38oC) disertai adanya membran semu (pseudo membran) putih
keabu-abuan yang tak mudah lepas dan mudah berdarah dan atau
disertai sakit waktu menelan. Dapat disertai adanya pembesaran
kelenjar leher seperti leher sapi (bull neck) sesak napas disertai bunyi
(stridor).

Batuk rejan, penderita baru yang mempunyai tanda dan gejala :

– Batuk-batuk lebih dari 2 minggu, batuk beruntun diakhiri dengan


suara HUP (Whoop), serta adanya perdarahan subkonjunctiva
(bawah selaput mata) tanpa adanya luka pada mata.

– Serangan batuk biasanya pada malam hari dan kadang-kadang


diakhiri dengan muntah
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

B. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL


1 Difteri, Batuk Rejan, Tetanus, penderita baru yang berumur lebih dari satu bulan dengan
Campak, Tetanus gejala dan tanda-tanda :
– Spasmus otot rahang (trismus) sehingga mulut sulit dibuka
– Spasmus otot punggung (epistotonus)
– Spasmus disertai rasa sakit dan kesadaran baik
– Biasanya spasmus/kejang mudah terjadi karena adanya rangsang
sensoris (sinar dan lain-lain)

Campak, penderita baru dengan bercak kemerahan (rash)


pada tubuh selama 3 hari atau lebih, disertai dengan panas
badan 38oC atau lebih teraba panas, disertai salah satu
gejala batuk, pilek dan atau mata merah

2 Mengetahui penyebaran
kasus per desa dan
cakupan imunisasinya
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

C. Malaria
No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Malaria tropika Penderita Malaria berdasarkan diagnosa laboratorium positif


(P. Falciparum) Plasmodium (falciparum dan mix pf dengan plasmodium lain)

2 Kasus Bayi Positif Penderita bayi (umur <1 th) berdasarkan pemeriksaan lab positif
malaria

3 Malaria dengan Penderita Malaria berdasarkan diagnosa laboratorium positif


pemeriksaan Plasmodium (falciparum, vivax, mix, malarie dan ovale)
Laboratorium
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

C. Malaria

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Malaria tanpa Penderita malaria berdasarkan diagnosa klinis yaitu demam menggigil
pemeriksaan berkala kadang-kadang disertai dengan sakit kepala (termasuk yang
laboratorium (malaria diperiksa lab.), yang ditemukan dari hasil kegiatan PCD (Passive Case
klinis) Detection yaitu kunjungan kasus di Unit Pelayanan Kesehatan),
kegiatan ACD (Active Case Detection yaitu penemuan penderita
dengan kunjungan rumah ke rumah oleh tenaga Juru Malaria Desa,
kader)
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

C. Malaria

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Penderita Malaria Berat Malaria berat dan komplikasi dengan parasit aseksual, yang
dan komplikasi ditemukan pada penderita dengan gejala Malaria atau gejala
komplikasi yang cenderung bersifat fatal. Misalnya :

– Gangguan serebral yaitu kesadaran menurun

– Kejang-kejang (general convulsions)

– Algid (malaria dengan shock)

– Black Water Fever (HB dalam urine)

– Hyper Parasitemis (> 5% atau 250.000 per mm3)

– Gangguan elektrolit

– Gagal ginjal

– Hipertemia dan hiperpireksi

– hipoglikemia
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

C. Malaria

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

6 Bumil yang memperoleh Jumlah ibu hamil yang diberikan pengobatan Propilaksis baik di UPK,
pengobatan Propilaksis Bidan Desa maupun oleh kader

7 Jumlah rumah disemprot Jumlah rumah yang disemprot secara komplit. Yang dimaksud
dengan komplit adalah seluruh permukaan dinding bagian dalam
rumah yang seharusnya disemprot dapat disemprot dapat disemprot
80% terutama kamar
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

C. Malaria

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

8 API (Annual Parasite Angka kesakitan Malaria per 1000 penduduk dalam 1 tahun (khusus
Incidence) untuk Jawa Bali dan Barelang Bintan) dalam satu wilayah tertentu
(desa)

9 AMI (Annual Malaria Angka kesakitan per 1000 penduduk dalam 1 tahun (khusus untuk

Incidence) luar Jawa Bali), dalam satu wilayah tertentu (desa)


7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

D. D B D

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Desa/Keluarahan Jumlah Desa/Kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir setiap tahun ada
Endemis DBD kasus DBD

2 Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah Desa/Kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir terdapat kasus
Sporadis DBD DBD tetapi tidak setiap tahun

3 Jumlah Desa/Kelurahan Junlah Desa yang membentuk forum koordinasi kegiatan


membentuk Kelompok Pemberantasan penyakit DBD
Kerja (Pokja) DBD
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

D. D B D

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Jumlah kasus DBD Jumlah semua penderita penyakit DBD dan semua penderita
tersangka penyakit DBD. Penderita yang memenuhi kriteria diagnosa
klinis sebagai berikut :

•Panas mendadak 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas

•Tanda-tanda perdarahan dari/atau pembesaran hati

•Trombosit 150.000/mm3

5 Jumlah Pelacakan kasus Kegiatan pencarian kasus DBD dan pemeriksaan jentik
DBD nyamuk penular penyakit DBD di rumah penderita/tersangka
dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius 100 meter, serta
tempat umum (sekolah) yang diperkirakan menjadi sumber
penularan penyakit DBD
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

D. D B D

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

6 Jumlah Foging Fokus Penyemprotan insektisida di rumah penderita dan sekitarnya dalam
radius 200 m, dua siklus dengan interval 1 minggu

7 Jumlah desa/kelurahan Kegiatan pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegepty melalui


di Abatesasi Selektif penaburan abate/altosid dengan konsentrasi tertentu pada tempat-
tempat penampungan air yang terdapat jentik oleh kader (petugas
Puskesmas)
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

D. D B D

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

8 Jumlah desa/keluarahan Kegiatan masyarakat bersama pemerintah yang dilakukan secara


dilakukan penggerakan berkesinambungan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit
Pemberantasan Sarang DBD dengan tujuan membina peran serta masyarakat dalam
Nyamuk (PSN) DBD pemberantasan penyakit DBD, terutama dalam memberantas nyamuk
penularnya sehingga penularan penyakit DBD dapat dicegah atau
dibatasi

9 Pemneriksaan Jentik Kegiatan pemeriksaan tempat-tempat penampungan air dan benda-


Berkala (PJB) benda lain yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk
Aedes Aegepty baik di dalam maupun di luar rumah secara berkala
oleh petugas kesehatan

10 Jumlah rumah yang ada Jumlah rumah yang diperiksa dan ada jentik nyamuk Aedes Aegepty
jentik
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

E. Rabies

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Desa/Kelurahan Jumlah desa yang ada kasus rabies pada hewan atau pada manusia
endemis Rabies

2 Jumlah Rabies/Lyssa Kasus gigitan yang sudah menunjukkan gejala klinis Rabies :

•Sakir kepala yang hebat

•Takut air

•Peka terhadap sinar atau cahaya, suara, angin dan lain-lain

•Air mata dan air liur yang berlebihan

•Kejang-kejang yang disusul dengan kelumpuhan


7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

E. Rabies

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Jumlah kasus digigit Jumlah orang yang digigit oleh hewan penular Rabies (anjing, kucing
oleh hewan penular dan kera)
Rabies

4 Jumlah penderita gigitan Jumlah kasus gigitan yang diberi :


yang di Vaksin Anti •Vaksin Anti Rabies (VAR)
Rabies (VAR) atau VAR +
•Vaksin Anti rabies + Serum Anti Rabies (VAR & SAR)
Serum Anti Rabies (SAR)
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

F. Filariasis

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah penderita Penyakit kaki gajah yang disebabkan oleh infeksi cacing Nematoda
Filariasis jaringan yang mengenai kelenjar/saluran getah bening dengan :

– Gejala awal berupa demam berulang, peradangan


kelenjar/saluran getah bening

– Gejala pada stadium lanjut (kronis) berupa cacat anggota tubuh


yang menetap, dan yang paling sering adalah pembesaran
tungkai menjadi seperti kaki gajah
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

F. Filariasis

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Jumlah desa Endemis Jumlah desa yang endemis Filariasis di wilayah Puskesmas yang
bersangkutan adalah desa dimana prevalensinya lebih besar atau
sama dengan 1%. Prevalensi ditentukan dengan besarnya presentase
penduduk yang positif mikro filaria dalam darahnya dari hasil survei
pemeriksaan darah yang dilakukan di desa.

3 Jumlah desa dengan Jumlah desa yang telah dilakukan pengobatan masal dengan cakupan
cakupan pengobatan minimal 80% penduduk minum obat DEC sebanyak minimal 30 kali
masal > 80% (tiga puluh minggu) dari 40 kali (minggu) yang dianjurkan.
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

G. Antraks

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Kasus Antraks Kasus Antraks type kulit dan type pencernaan yang berdasarkan
pemeriksaan laboratorium hasilnya positif Antraks

2 Jumlah yang diobati Jumlah kasus Antraks yang mendapatkan pengobatan di Puskesmas
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

H. Frambusia

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah penduduk 0 – 14 Semua penduduk dalam satu wilayah kerja Kabupaten/Kecamatan


tahun diperiksa untuk yang berumur 0 – 14 tahun dilakukan pemeriksaan
Frambusia

2 Jumlah penderita Penderita yang ditemukan baik secara aktif (pemeriksaan anak
frambusia ditemukan sekolah, pemeriksaan anak usia 15 tahaun ke bawah, pencarian
kontak penderita) maupun pasif

3 Jumlah penderita/kontak Penderita/kontak penderita yang ditemukan baik secara aktif maupun
penderita diobati pasif dilakukan pengobatan
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

I. Diare

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Diare Adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan


konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya
frekuensi berak dari biasanya (lazimnya 3x atau lebih dalam sehari)

2 Penderita mendapat Penderita Diare termasuk tersangka kolera dan disentri yang datang
oralit kontak ke Puskesmas, Pustu atau pelayanan Puskesmas Keliling

3 Penderita mendapat Idem


antibiotik

4 Penderita mendapat Idem


infus
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

I. Diare

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Penderita Jumlah penderita diare termasuk tersangka kolera dan disentri yang
ditemukan/dilayani kader ditemukan/dilayani kadera
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

J. I S P A

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah penderita Pnemonia pada balita adalah kasus balita yang menderita batuk dan
Pnemonia dan Pnemonia atau kesukaran bernafas.
Berat • Pnemonia

Tanda-tandanya ;

– Tak ada tarikan dinding dada ke dalam

– Disertai nafas cepat dengan frekuensi > 50 x/menit

– anak umur 1 tahun - <5 tahun

– Tak ada tarikan dinding dada ke dalam

– Disertai nafas cepat dengan frekuensi > 40 x/menit

• Pnemonia berat

Tanda-tandanya :

– Ada tarikan dinding dada ke dalam

– Pada anak umur < 2 bulan disertai nafas cepat > 60 x/menit
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

J. I S P A

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Jumlah penderita Penderita Pnemonia balita yang dirujuk kader Posyandu ke


Pnemonia dan Pnemonia Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan di
berat dirujuk oleh kader desa
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

K. TB Paru

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah penderita BTA Jumlah penderita TB Paru yang belum pernah menelan obat anti TB
positif baru diobati Paru (OAT)/pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan yang dalam
pemeriksaan dahaknya, 3 spesimen dahak (sewaktu, pagi, sewaktu)
dua atau tiga kali positif

2 Jumlah penderita BTA Jumlah penderita TB Paru yang dalam pemeriksaan dahaknya (3
negatif dan rontgen spesimen sewaktu, pagi, sewaktu) tiga kali ditemukan hasil negatif
positif diobati tapi penderita ini memiliki gejala yang kuat ke arah TB dan hasil
pemeriksaan rontgen positif
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

K. TB Paru

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Jumlah penderita Jumlah penderita yang telah mengikuti pengobatan lengkap tapi tidak
mengikuti pengobatan dilakukan pemeriksaan dahak ulang atau hanya 1 kali dengan hasil
lengkap BTA negatif pada bulan ke 2 atau pada bulan ke 5

4 Jumlah penderita TB Jumlah penderita BTA positif yang telah menyelesaikan


Paru sembuh pengobatannya kemudian diperiksa ulang hasilnya BTA negatif 2 kali
atau lebih pada waktu yang berurutan yaitu bulan ke 5 dan akhir
pengobatan pada kategori-1 dan bulan ke 7 dan akhir pengobatan
pada kategori-2
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

K. TB Paru

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Jumlah penderita TB Jumlah penderita BTA positif yang sudah dinyatakan sembuh tapi kini
Paru Kambuh datang lagi dan pada pemeriksaan dahak memberikan hasil BTA
positif

6 Jumlah penderita TB Setiap penderita yang memperlihatkan gejala yang paling sering,
Paru (variabel baru). gejala batuk 3 minggu atau lebih dengan gejala tambahan lainnya
Usulan variabel baru di yaitu batuk bercampur darah/pernah batuk darah, nafsu makan dan
LB3 berat badan menurun, sesak nafas dan nyeri dada
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

K. TB Paru

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

7 Angka konversi BTA Jumlah penderita BTA positif yang menjadi BTA negatif pada akhir
(variabel baru). Usulan pengobatan phase awal
variabel baru di LB3
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

L. K u s t a

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah penderita Jumlah penderita Kusta tipe PB & MB baik yang lama maupun yang
terdaftar baru pada periode tertentu

2 Jumlah penderita baru Jumlah penderita kusta tipe PB & MB yang belum pernah berobat
yang ditemukan

3 Jumlah penderita MB di Jumlah penderita MB atau penderita baru yang jumlah lesinya > 5
antara kasus baru buah
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

L. K u s t a

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Jumlah penderita baru Jumlah penderita baru PB & MB dimana-mana, kaki atau tangan cacat
menurut cacat tingkat II tingkat II (cacat yang terlihat)

5 Jumlah penderita MB Jumlah penderita MB terdaftar yang mendapat MDT


yang mendapat
pengobatan MDT

6 Jumlah penderita PB Jumlah penderita PB terdaftar yang mendapat MDT


yang mendapat
pengobata MDT
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

L. K u s t a

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

7 Jumlah penderita MB Jumlah penderita MB yang RFT dalam satu periode tertentu (kohort)
yang mendapatkan
pengobatan MDT komplit
(RFT)

8 Jumlah penderita PB Jumlah penderita PB yang RFT dalam satu periode tertentu (kohort)
yang mendapatkan
pengobatan MDT komplit
(RFT)
7. PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR

M. P E S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah kasus tersangka Kasus tersangka pes dengan gejala :


pes – Demam dengan tanpa diketahui sebab yang jelas

– Pembengkakan kelenjar leher, ketiak, paha

– Demam, batuk, tiba-tiba sesak nafas atau batuk disertai darah

2 Jumlah yang diobati Jumlah tersangka pes yang diobati


8. U K S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 UKS Sekolah yang telah melakukan salah satu atau lebih kegiatan program
UKS yang dilaksanakan oleh Puskesmas.

2 Kader Kesehatan Dokter kecil. Kader kesehatan sekolah tingkat dasar dari SD &
Sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan satuan yang sederajat, terdiri dari siswa
kelas 4, 5 dan 6.

Kader kesehatan remaja adalah Kader kesehatan sekolah tingkat


lanjutan yang terdiri dari siswa SMP dan Madrasah Tsanawiyah, SLTA
& Madrasah Aliyah atau satuan yang sederajat yang telah
mendapatkan pelatihan khusus mengenai UKS, sehingga dapat
melaksanakan pelayanan kesehatan sederhana bagi diri sendiri,
teman dan keluarganya.
8. U K S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Warung Sekolah Tempat penjualan makanan yang berada di lingkungan sekolah.


Sebagai wahana pendidikan gizi dan kesehatan, makanan warung
sekolah adalah aneka ragam makanan bergizi dan sehat dari berbagai
golongan bahan makanan, mengandung 50 – 300 kalori. Melayani
murid pada waktu istirahat dan dibuka selama hari sekolah. Pengawas
dan penanggung jawab warung sekolah adalah Kepala Sekolah/Guru
Sekolah

4 Dana Sehat Sekolah Uang atau barang yang diterima atau dikumpulkan oleh Tim
Pelaksana UKS/Kepala Sekolah dari masyarakat sekolah/POMG/BP3
dan Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan program UKS, yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan
lingkungan sekolah yang sehat (Trias UKS)
8. U K S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Konseling Kesehatan Kegiatan program bina kesehatan usia sekolah yang dilaksanakan
Remaja untuk meningkatkan kesehatan remaja melalui suatu hubungan yang
saling membantu antara remaja dengan konselor (Petugas
Puskesmas, atau Guru BP/Guru Agama).

Sasaran : Remaja (Usia 10-19 Tahun) di sekolah dengan guru


BP/Agama atau di luar sekolah dengan Puskesmas

6 Jumlah Sekolah Dasar Jumlah Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang
(SD) dan Madrasah melaksanakan penjaringan kesehatan oleh petugas kesehatan
Ibtidaiyah (MI) kelas 1
dengan kegiatan
penjaringan kesehatan
8. U K S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

7 Jumlah Sekolah Lanjutan Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah
Tingkat Pertama (SLTP) Tsanawiyah (MTS) yang melaksanakan penjaringan kesehatan oleh
dan Madrasah petugas kesehatan
Tsanawiyah (MTS) kelas 1
dengan kegiatan
penjaringan kesehatan

8 Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah (MA)
Menengah Umum (SMU) yang melaksanakan penjaringan kesehatan oleh petugas kesehatan
dan Madrasah Aliyah
(MA) kelas 1 dengan
kegiatan penjaringan
kesehatan
8. U K S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

9 Jumlah Sekolah yang diperiksa Jumlah sekolah yang diperiksa sarana kesehatan
sarana kesehatan lingkungan lingkungan (sarana air bersih, pembuangan sampah,
(sarana air bersih, pembuangan jamban dan air limbah serta PSN) oleh petugas kesehatan
sampah, jamban dan air limbah serta
pembasmian Sarang Nyamuk)

10 Jumlah Sekolah yang memenuhi Jumlah Sekolah yang memenuhi syarat kesehatan
syarat kesehatan lingkungan (tempat lingkungan (tempat sampah, jamban, air bersih dan
sampah, jamban, air bersih dan saluran air limbah serta bebas jentik) oleh petugas
saluran air limbah) kesehatan
8. U K S

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

11 Jumlah kunjungan pembinaan UKS Jumlah kunjungan petugas ke sekolah untuk


ke sekolah melaksanakan pembinaan UKS ke SD/MI, SLTP/Mts,
SMU/MA atau SM kejuruan

12 Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Jumlah sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan
Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Sekolah Menengah Umum (SMU) yang melaksanakan
Umum (SMU) yang memperoleh kegiatan konseling
konseling kesehatan remaja

13 Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK) Jumlah Taman Kanak-Kanak yang melaksanakan upaya
melaksanakan kesehatan anak Pra pembinaan anak TK termasuk pengukuran antopometri,
Sekolah deteksi dini tumbuh kembang, kegiatan PTM-AS dan
pemberian sirup Fe
9. PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Jumlah Penambalan gigi Jumlah gigi tetap yang sudah ditambal (Amalgam, Silikat, ART,
tetap tambalan sewarna gigi)

2 Jumlah pencabutan gigi Jumlah gigi tetap yang telah dicabut


tetap

3 Jumlah perawatan gigi Semua tindakan, selain tambal & cabut pada gigi tetap. Misal :
lainnya pembersihan karang gigi, ekstraksi gigi sulung, tambalan gigi sulung,
dan sebagainya
9. PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Jumlah murid SD yang Jumlah murid SD pada kelas terpilih/selektif (kelas 3) yang
perlu perawwatan memerlukan perawatan

5 Jumlah murid SD yang Jumlah murid SD pada kelas terpilih/selektif (kelas 3) yang telah
mendapat perawatan mendapat perawatan

6 Jumlah SD dan MI yang Jumlah murid SD dan MI yang telah mendapat pelayanan kesehatan
mendapat pelayanan gigi paripurna (promotif, preventif dan kuratif) pada kelas
kesehatan gigi terpilih/selektif (kelas3)
9. PELAYANAN MEDIK DASAR KESEHATAN GIGI

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

7 Puskesmas dengan Puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan gigi, baik purna
pelayanan kesehatan waktu maupun paruh waktu dan mempunyai peralatan kesehatan gigi
gigi

8 Jumlah Desa dengan Jumlah Desa yang telah mempunyai kader aktif dan telah
Upaya Kesehatan Gigi melaksanakan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
Masyarakat Desa
(UKGMD)

9 Jumlah SD/MI dengan Jumlah SD/MI yang telah melaksanakan paket promotif sikat gigi
kegiatan sikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung Flour bersama dengan atau
massal tanpa kegiatan kumur-kumur Flour, minimal 8 x/tahun di bawah
asuhan guru atau tenaga kesehatan
10. GANGGUAN MENTAL

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Gangguan Psikotik Semua kondisi gangguan dalam kemampuan/daya menilai realitas

2 Gangguan Neorotik Pasien dengan gangguan neurotik sadar dirinya sakit dan
kemampuan/daya menilai realitas tidak terganggu, akan tetapi dia
tidak dapat mengatasi gejala, sehingga ia merasa menderita.
Perilakunya dapat sangat terganggu, tetapi biasanya masih dalam
batas norma sosial, sedangkan kepribadiannya tetap utuh

3 Gangguan Mental Adalah kondisi dimana kecerdasan anak di bawah abnormal (IQ
kurang dari atau sama dengan 70) yang disebabkan oleh kurang
berkembangnya otak yang didapat sebelum usia 18 tahun dan
menimbulkan ketidakmampuan (hendaya) dalam fungsi sosial
11. O B A T

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Stok Awal Sisa stok pada awal bulan sebelumnya

2 Penerimaan Jumlah satuan masing-masing obat yang diterima bulan lalu

3 persediaan Jumlah persediaan satuan masing-masing obat untuk bulan yang lalu,
yaitu hasil : Penjualan stol awal dengan penerimaan
11. O B A T

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

4 Pemakaian Jumlah satuan masing-masing obat yang dipakai oleh Puskesmas


maupun Sub Unit Pelayanan Kesehatan lainnya selama satu bulan,
yaitu : pengurangan persediaan dengan sisa stok

5 Sisa stok Jumlah sisa obat yang masih ada baik di gudang obat Puskesmas
(lihat kartu stok), ruang obat, Puskesmas Pembantu

6 Stok Optimum Penjumlahan stok kerja dengan stok pengaman. Stok optimum
sebagai dasar untuk menentukan jumlah pemberian obat
11. O B A T

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

7 Permintaan Jumlah satuan masing-masing obat yang diminta yaitu hasil


pengurangan stok optimum dikurangi sisa stok

8 Pemberian Pemberian obat dilakukan/diisi oleh petugas GKF terhadap


permintaan dari Puskesmas. Dalam pemberian obat perlu disesuaikan
dengan Stok optimum, tingkat ketersediaan obat di gudang, jumlah
resep, dan kunjungan penderita
11. O B A T

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

9 Kunjungan resep Merupakan data kunjungan/jumlah pasien yang mendapatkan resep


selama bulan lalu yang dibedakan dalam :

-Jumlah pasien umum yang mendapat resep/obat dan membayar


biaya pelayanan

-Jumlah pasien umum yang mendapat resep/obat tetapi tidak


membayar biaya pelayanan

-Askes, jumlah pasien peserta asuransi kesehatan (Askes) yang


mendapat resep obat
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

1 Posyandu Pratama Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum
(Warna Merah) mantap, kegiatannya belum bisa rutin setiap bulan dan kader aktifnya
terbatas. Keadaan ini dinilai “gawat”, sehingga intervensinya adalah
pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan
dilakukan pelatihan dasar lagi

Posyandu Madya (Warna Posyandu pada tingkat Madya sudah dapat melaksanakan kegiatan
Kuning) lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5
orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB. KIA,
Gizi dan Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti,
kelestarian kegiatan Posyandu sudah baik tetapi masih rendah
cakupannya
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

Posyandu Purnama Posyandu pada tingkat purnama adalah Posyandu yang frekuensinya
(Warna Hijau) lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi)
lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah
ada Dana Sehat yang masih sederhana

Posyandu Mandiri Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
(Warna Biru) cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan
Dana Sehat telah menjangkau lebih dari 50% K.K. Intervensinya
adalah pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat
tersebut menggunakan prinsip JPKM
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Pos UKK tingkat Jenis obat yang tersedia masih < 5 jenis; proporsi penggunaan P3K
Pratama Kit dengan pekerja > 1/30; Penerapan Ergonomi masih < 30%;
Simasker (Sarasehan Intervensi Menuju Norma Sehat dalam Bekerja)
baru dilaksanakan <2 kali dalam 1 tahun dan Dana Sehat belum ada

Pos UKK tingkat Madya Jenis obat yang tersedia 5 – 10 jenis; Proporsi penggunaan P3K Kit
dengan pekerja 1/20-30; Penerapan Ergonomi 30 – 60%; Penggunaan
Pelindung 30 – 60%; Simaskes baru dilaksanakan 2 – 3 kali dalam 1
tahun dan Dana Sehat baru mencakup < 50%
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

2 Pos UKK tingkat Jenis obat yang tersedia masih > 10; proporsi penggunaan P3K Kit
Purnama dengan pekerja < 1/20; Penerapan Ergonomi > 60%; Simaskes baru
dilaksanakan > 4 kali dalam 1 tahun dan Dana Sehat mencakup < 50%

Pos UKK tingkat Mandiri Jenis obat yang tersedia > 10 jenis; Proporsi penggunaan P3K Kit
dengan pekerja < 1/20; Penerapan Ergonomi > 60%; Penggunaan
Pelindung > 60%; Simaskes baru dilaksanakan > 4 kali dalam 1 tahun
dan Dana Sehat baru mencakup > 50%
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

3 Dana Sehat Merupakan suatu upaya dari, oleh dan untuk masyarakat, yang
diselenggarakan secara swadaya masyarakat guna menjamin
pemeliharaan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
melalui peningkatan pengelolaan pendaan

4 Pondok Bersalin Desa Adalah suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas dasar
(POLINDES) musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan kesehatan
masyarakat desa untuk memberikan pelayanan KIA dan KB. Pondok
bersalin desa dikelola oleh bidan di desa, bekerjasama dengan dukun
bayi, dan dibawah pengawasan dokter
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

5 Pos Obat Desa (POD) POD yang baru dapat menyediakan obat kurang dari 5 jenis; Cakupan
Pratama pasien 30% dan Dana Sehat baru mencakup < 50%

POD yang dapat menyediakan 5 – 10 jenis obat; Cakupan pasien


mencapai 30 – 60% dan Dana Sehat baru mencakup < 50%

POD yang dapat menyediakan paling tidak 10 jenis obat; Cakupan


pasien mencapai 60% dan Dana Sehat baru mencakup < 50%

POD yang dapat menyediakan lebih dari 10 jenis obat; Cakupan


pasien mencapai > 60% dan Dana Sehat sudah mencakup > 50%
12. JENIS PELAYANAN KESEHATAN DI INSTITUSI MASYARAKAT

No VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL

6 Taman Obat Keluarga Sebidang tanah di halaman/kebun/ladang yang dimanfaatkan untuk


menanam tanaman yang berkhasiat sebagai obat

7 Pos Kesehatan Adalah pelayanan kesehatan di lingkungan pondok pesantren,


Pesantren dikelola oleh masyarakat pondok pesantren, yang ditujukan untuk
(POSKESTREN) masyarakat pondok pesantren & masyarakat di luar lingkungan
pondok pesantren

8 Satuan Karya Bhakti Merupakan bentuk partisipasi generasi muda (khususnya pramuka)
(SH) dalam bidang kesehatan
Penyajian Data
Penyajian data

Menampilkan “kasus” atau “masalah kesehatan”


sehingga diketahui sebarannya menurut:
-Orang yang berisiko (kelompok umur),
-Tempat(wilayah), dan
-Waktu

Sehingga pengambilan keputusan/intervensi


Dapat segera dilakukan
Bentuk Penyajian data/informasi

1. Penyajian tulisan

2. Penyajian tabel

3. Penyajian grafik
PENYAJIAN TEKSTULAR
Menggunakan bahasa yg benar
Ringkas tetapi efektif PENYAJIAN TABULAR:
Menghindari bahasa berbunga Judul tabel lengkap
Paragraf mengandung: Badan tabel terdiri dari
.Tema .Variabel/konsep
.Data/fakta pendukung tema .Distribusi frek
.Pendapat/opini .Distribusi proporsi
.Uji statistik (bila perlu)
Hindari tabel yg kompleks
Desimal seperlunya
PENYAJIAN GRAFIKAL Hindari duplikasi (tabel
kemudian diikuti oleh teks
Histogram dan/atau grafik)
Diagram Bar/batang
Diagram Pie/lingkar
Diagram Line/Garis
Diagram Scatter/Tebar
Diagram Box-plot
CONTOH PENYAJIAN TEKS

Angka Kematian Ibu (AKI) di TEMA


Indonesia masih tinggi bila dibandingkan
dengan negara tetangga. Data Bank Dunia
tahun 1995 menunjukkan bahwa AKI di
Indonesia adalah 600 per 100.000 kelahiran, DATA
sedang Thailand hanya sebesar 100 per
100.000 kelahiran; Singapura 50/100.000
kelahiran.. dst. Data SKRT 1995 juga
menunjukkan tingkat AKI yang relatif sama,
yaitu 550/100.000 kelahiran . Hal ini
OPINI
menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan
di Indonesia masih memprihatinkan.
Penyajian tulisan

Hanya untuk memberikan


Penjelasan (prosedur, hasil analisis,
Interpretasi, pembahasan)

Jangan menyajikan angka,


dalam bentuk tulisan
Penyajian tabel
Penyajian informasi,
dalam bentuk kolom dan baris
untuk memperlihatkan
gambaran rinci:

misalnya angka cakupan per


wilayah/per bulan
Teknik Pembuatan Tabel

• Judul
– Apakah tabel telah memiliki judul ?
– Apakah judul sudah menggambarkan isi tabel, termasuk
subyek, orang, tempat dan waktu ?
– Apakah judul tabel telah didahului oleh Tabel # ?
• Baris dan kolom
– Apakah tiap baris dan kolom telah memiliki judul yang jelas ?
– Apakah satuan ukuran telah dicantumkan ?
– Apakah katagori yang digunakan sesuai dengan data ?
– Apakah jumlah total baris dan kolom telah ada
Teknik Pembuatan Tabel

• Catatan kaki
– Apakah tiap kode, singkatan dan simbol telah
dijelaskan ?
– Apakah semua eksklusi telah dijelaskan ?
– Jika data bukan data primer, apakah sumbr data telah
dicantumkan ?
Teknik Pembuatan Tabel

• Tabel satu variabel


– Deskripsi variabel
– Berisi distribusi frekuensi, frekuensi relatif, frekuensi
kumulatif
• Tabel 2 atau lebih variabel
– Tabel kontigensi
– Membandingkan dua atau lebih kelompok
– Dapat disertai uji statistik
• Summary Tabel
– Ringkasan hasil yang sejenis dalam satu tabel
– Efisien, umum digunakan pada jurnal
CAKUPAN PELAYANAN KIA DI PUSESMAS X

BULAN JULI 2017

Jml Jml K1 K4 PN KN
No. Desa Pendudu Sasaran
k Bumil
Jml % Jml % Jml % Jml %

1 A 9000 270 200 130 81 140

2 B 8100 243 180 114 90 133

3 C 7500 225 199 137 108 135

4 D 8400 252 190 101 88 106

10 Puskesmas 33000 990 769 482 367 514

Sumber Data : LB 3 (KIA)


CAKUPAN PELAYANAN IMUNISASI DI PUSESMAS X

BULAN MEI 2017

Jml Jml DPT-1 POLIO HEPATISIS BCG


No. Desa Pendudu Sasaran
k Bumil
Jml % Jml % Jml % Jml %

1 A 4199 283 135 131 130 120

2 B 4340 301 160 150 148 135

3 C 3615 285 144 110 120 110

4 D 3233 248 138 123 130 125

10 Puskesmas 15387 1117 577 514 528 490

Sumber Data : LB 3 (Imunisasi)


Teknik Pembuatan Grafik

• Judul
– Apakah grafik telah memiliki judul ?
– Apakah judul sudah menggambarkan isi tabel, termasuk
subyek, orang, tempat dan waktu ?
– Apakah judul tabel telah didahului oleh Grafik # ?
• Aksis
– Apakah tiap aksis sudah diberi label dengan singkat dan jelas
?
– Apakah satuan ukuran telah dijelaskan pada label aksis?
Penyajian grafik
Penyajian informasi,
dalam bentuk axis dan ordinat
untuk memperlihatkan perbandingan
antar wilayah atau trend kecenderungan)
turun naik antar waktu,

misalnya perbandingan cakupan per


wilayah atau trend cakupan per bulan
(angkanya tidak terlalu penting)
PENGGUNAAN DIAGRAM/GRAFIK
N Jenis Variabel Data/Fungsi
o Diagram
1 Bar Diagram Kategorikal Perbandingan frekuensi distribusi
data
2 LineDiagram Numerikal Trend Data (time series study)
3 Pie Chart Kategorikal Proporsi Data
DIAGRAM/GRAFIK BATANG

Membandingkan antara frekuensi distribusi


data kategorikal secara absolut maupun
relatif
Berbentuk vertikal maupun horisontal
Terdiri atas diagram batang tunggal, diagram
batang bertumpuk dan diagram batang
majemuk
Contoh Visualisasi Jumlah Penduduk di
Kabupaten X berdasarkan tingkat
pendidikan pada tahun 2001
CONTOH DIAGRAM BATANG TUNGGAL

Grafik: Tingkat Pendidikan di Kab. X Tahun 2001

90 90
80
70
60
Frekuensi

50
40 40
35
30
20 20
10
0
SD SLTP SLTA PT
Pendidikan
CONTOH DIAGRAM BATANG BERTUMPUK

Grafik: Kunjungan Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas X


Tahun 2004

90
80
70
60 46.9
45.9 45 43.9
Frekuensi

50 Laki-laki
40 perempuan
30
20 38.6 34.6
30.6 31.6
10
0
0-15 thn 6-18 thn 19-25 thn 26-40 thn
kelompok umur
CONTOH DIAGRAM BATANG MAJEMUK
Grafik: Kunjungan Bumil, Bayi dan Balita ke Puskesmas
X Tahun 2001-2003

100
80
60
Frekuensi

Bumil
40 Bayi
20 Balita
0
2001 2002 2003
Waktu
DIAGRAM GARIS (LINE DIAGRAM)
• Bentuk penyajian yang bertujuan melihat
trend atau kecenderungan dari waktu ke
waktu, misalnya pengukuran suhu badan,
denyut nadi yang dikerjakan oleh perawat
• Pada sumbu Y dapat berupa angka
mutlak, persentase, rasio maupun rate
• Pada sumbu X dapat berisi data waktu
(tahun, bulan, minggu atau hari tergantung
kepentingan & tujuan analisanya.
• Dapat berbentuk grafik garis tunggal atau
grafik garis ganda
Contoh Diagram Garis Tunggal
Grafik: Berat Badan Bayi umur 0-6 bulan di RSB X

10
9
8
7
Berat Badan

6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6
Bulan
Contoh Diagram Garis
Grafik: Penyakit Polio pada Usia 10-14 dan 15-19 tahun
Ganda
di Puskesmas C Kota A
tahun 2001-2004

40
30
10-14 Thn
Kasus

20
15-19 Thn
10
0
2001 2002 2003 2004
Tahun
DIAGRAM LINGKARAN (PIE
CHART)
• Penyajian data yang menggambarkan distribusi
dari suatu data, dalam bentuk lingkaran.
• Satu lingkaran menggambarkan proporsi 100%
yang dibagi dalam segmen-segmen
• Biasanya penyajiannya berbentuk persentase

Langkah-langkah pembuatan:
1. Ubah nilai data menjadi dalam bentuk derajat
2. Buat lingkaran 360o, dimana setiap bidang
menggambarkan kategori data.
Grafik: Jumlah Kunjungan RS per jenis kunjungan di RS X Kab. A Tahun
2005
Contoh Diagram Lingkaran

17%
Kunjungan Bayar
11% Kunjungan Askes
57% Kunjungan Askeskin
15% Kunjungan Gratis

Anda mungkin juga menyukai