Anda di halaman 1dari 212

136

BAB X. SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR


*)
Bila ada perbedaan antara Spesifikasi Teknis dan Gambar, maka yang diacu adalah
Spesifikasi Teknis.

KERANGKA ACUAN KERJA DAN INFORMASI PROYEK

A. GAMBARAN UMUM PROYEK

Pelayanan Perumda Air Minum Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor dibagi dalam 3 wilayah yaitu
Wilayah Pelayanan Bogor Barat, Bogor Tengah dan Bogor Timur. Wilayah studi termasuk dalam
Bogor Tengah yaitu di Kecamatan Babakan Madang yang merupakan bagian dari sistem SPAM
Cibinong.

Sampai dengan 31 Desember 2019 Perusahaan memiliki 173.464 pelanggan, yang terdiri dari
152.388 pelanggan aktif dan 21.076 pelanggan non aktif. Jumlah penduduk yang terlayani di
wilayah administrasi sebanyak 1.102.552 jiwa atau 24,10% dari jumlah penduduk sebanyak
4.575.318 jiwa. Sedangkan penduduk di wilayah teknis yang terlayani sebanyak 735.468 atau
30,56% dari jumlah penduduk yang ada jaringan pipa PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor
sebanyak 2.406.474 jiwa. (sumber : Laporan Audit Kinerja, tahun buku 2019).

Perumda Air Minum Tirta Kahuripan memiliki IPA dengan pengolahan lengkap tersebar di
beberapa wilayah dan cabang yang memiliki sumber air baku dari air permukaan. Total kapasitas
terpasang IPA sebesar 1.425 liter/detik sedangkan kapasitas produksi sebesar 1.094,2 liter/detik
sehingga terdapat idle capacity 330,80 liter/detik. Kapasitas terpasang mata air sebesar 708
liter/detik, memiliki kapasitas produksi sebesar 613,10 liter/detik tetapi idle capacity yang ada
sebesar 94,90 liter/detik sudah tidak dapat dimanfaatkan.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, Pemerintah Kabupaten Bogor telah
mengajukan dana dan telah disetujui oleh Pemerintah melalui program NUWSP yang dibiayai
dengan dana Pemerintah Indonesia dan IBRD LN 8872-ID. Dana tersebut akan digunakan oleh
Perumda AM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor untuk melakukan pengembangan SPAM Sistem
Babakan Madang dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis dan finansial dalam melayani
kebutuhan air minum masyarakat. Kegiatan ini sebagai insentif (matching grand) atas kerjasama
non publik yang dilakukan PDAM melalui kerjasama dengan Developer.

B. TUJUAN DAN SASARAN PEKERJAAN

Pengadaan Barang/Jasa untuk Pembangunan Jaringan Perpipaan SPAM Kec. Babakan Madang
Kab. Bogor (NUWSP) mempunyai tujuan untuk meningkatkan cakupan pelayanan dengan
menambah Jaringan Distribusi Utama (JDU), meliputi:
a. Pekerjaan persiapan
b. Pekerjaan pengadaan pipa dan aksesoris
c. Pekerjaan pemasangan pipsa dan aksesoris
d. Pekerjaan pengetesan dan pencucian
e. Pekerjaan crossing pipa
f. Pekerjaan lain-lain
g. Pekerjaan jembatan pipa, dan
h. Pekerjaan SMK3.
137

C. JENIS DAN BENTUK PEKERJAAN.

Jenis dan bentuk pekerjaan pada pengadaan barang jasa Pembangunan Jaringan Perpipaan
SPAM Kec. Babakan Madang Kab. Bogor (NUWSP) meliputi:

C.1. PEKERJAAN PERSIAPAN

Setiap kegiatan pada lokasi pekerjaan harus dimulai dengan melakukan kegiatan persiapan di
wilayah kerja yakni, Jl. Raya Babakan Madang, Kabupaten Bogor.

1. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan

C.2 Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan Pipa lengkap dengan Accessories


1.Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Distribusi Utama HDPE Dia. 250 mm sepanjang
1206 m.
2.Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Distribusi Utama HDPE 200 mm sepanjang 1510
m.
3.Pengadaan dan Pemasangan Aksesoris

C.3. PEKERJAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3)

D. WAKTU PELAKSANAAN
Waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.
138

BAB X.1 SPESIFIKASI TEKNIS

I. RUANG LINGKUP
Persyaratan Teknis Umum ini merupakan persyaratan dari segi teknis yang secara
umum berlaku untuk seluruh bagian pekerjaan dimana persyaratan ini bisa
diterapkan untuk “Pengadaan dan Pemasangan Pipa Jaringan Distribusi Utama HDPE
Dia. 250 mm sepanjang 1211 m dan Pipa HDPE 200 mm sepanjang 1079 m di wilayah
Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor”. Secara lengkap seluruh jenis
pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Bill Of Quantity (BQ) dan BQ bersifat tidak
mengikat.

1. Lingkup pekerjaan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Penugasan tenaga pelaksana lapangan yang mampu mengelola dan
mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan
b. Koordinasi dengan semua pihak yang berhubungan dengan pekerjaan yang
ditugaskan
c. Pengadaan bahan/material yang sesuai dengan spesifikasi teknis
d. Pengadaan tenaga-tenaga kerja yang ahli/terlatih dan berpengalaman pada
bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan
ketentuan/petunjuk Direksi/Pengawas
e. Pembuatan shop drawing (gambar kerja) dan as built drawing (gambar
terlaksana)
f. Pembuatan laporan administrasi pelaksanaan pekerjaan secara berkala
g. Penjagaan kebersihan, kerapian dan keamanan area kerja
2. Persyaratan Teknis Umum ini menjadi satu kesatuan dengan Persyaratan Teknis
Khusus Pelaksanaan Pekerjaan dan secara bersama-sama merupakan
persyaratan dari segi teknis bagi seluruh pekerjaan.
3. Dalam hal dimana ada bagian dari Persyaratan Teknis Umum ini, yang tidak dapat
diterapkan pada bagian pekerjaan maka bagian dari Persyaratan Teknis Umum
tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.

II. REFERENSI
1. Seluruh pekerjaan harus dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi
persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi
Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII), Peraturan-peraturan Nasional dan
Peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas jenis-jenis pekerjaan yang
bersangkutan antara lain:
a. AV: Algemene Voorwarden voor de Uitvoering bij Aanneming Openbare
Werken in Indonesia 28 Mei 1941.
b. NI • 2 (1971) Peraturan Beton Bertulang Indonesia
c. NI • 3 (1970) Peraturan Umum Untuk Bahan Bangunan di Indonesia
d. SII – 0193: Mutu dan Cara Uji Baja Strip (1978)
e. Mutu dan Cara Uji Sement Beton (SII 0052-80)
f. Mutu dan Cara Uji Sement Portland (SII 0013-81)
g. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3
h. ACI-318 M-83 & ACI-350 R-83: Peraturan Beton Bertulang untuk USA 1983, yang
berlaku secara Internasional
i. Peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk Gedung 1983
j. Pedoman perencanaan untuk struktur beton bertulang biasa dan struktur tembok
bertulang untuk gedung 1983
k. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83)
139

l. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 307B/1983


m. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)
n. Peraturan Beton Bertulang untuk Indonesia 1989 (PBI 1989)
o. SNI – 03 – 1972– 1990 Metoda Pengujian Slump Beton
p. Tata cara perhitungan Struktur Beton untuk bangunan gedung (SK SNI T- 15-
1991-03)
q. SNI – 03 – 4810 – 1998 Metoda Pengujian Kuat Tekan Beton
r. SNI - 03 – 6481 – 2000 Plumbing
s. SNI – 03 – 1968 – 2000 Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar
t. SNI 13 – 3472 – 2002 Pengelasan Saluran Pipa dan Faslitas Terkait
u. SNI – 03 – 2847 – 2002: Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung
v. NI • 5Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
w. SII – 0285: Mutu dan Cara Uji Beton Bertulang
x. SII – 0289: Mutu dan Cara Uji Beton Pejal
y. AVWI: Peraturan Pelaksanaan Bangunan Air
z. NI • 8 Peraturan Semen Portland Indonesia
aa. Peraturan Pelaksanaan Konstruksi Baja Indonesia
bb. ASTM C-33 Standard Specification for concrete Agregates
cc. ASTM D/698 Standard Proctor Compaction Test
dd. Standar Industri Indonesia (SII)
ee. American Socicty for testing and Material setempat (ASTM)
ff. Buku-Buku Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan
gg. Standar Industri Indonesia (SII)
hh. Standar Nasional Indonesia (SNI)
ii. International Organization for Standardization (ISO)
jj. America Society for Testing and Materials (ASTM)
kk. Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982)
ll. Permen PU No.05/PRT/M/2014 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang diubah oleh Permen PUPR No.
21/PRT/M/2019.Tentang Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi Peraturan
bangunan jalan dari Direktorat Jendral Bina Marga
mm. Peraturan ketenaga-kerjaan di Indonesia
nn. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja
oo. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standart- standart yang
disebut diatas, maupun standart-standart Nasional lainnya, maka diberlakukan
standart-standart Internasional yang berlaku atas pekerjaan- pekerjaan tersebut atau
setidak-tidaknya berlaku standart-standart Persyaratan Teknis dari Negara-negara
asal bahan/pekerjaan yang bersangkutan dan dari produk yang ditentukan pabrik
pembuatnya.

2. Dalam hal dimana ada bagian pekerjaan yang persyaratan teknisnya tidak diatur
dalam Persyaratan Teknis Umum dan Khusus maupun salah satu dari ketentuan
yang disebutkan dalam ayat 1 diatas, maka atas bagian pekerjaan tersebut Penyedia
Jasa harus mengajukan salah satu dari persyaratan-persyaratan berikut ini guna
disepakati oleh Direksi/Pengawas untuk dipakai sebagai patokan persyaratan teknis:
a. Standart/norma/kode/pedoman yang bisa diterapkan pada bagian pekerjaan
bersangkutan yang diterbitkan oleh Instansi/Institusi/Assosiasi,
Profesi/Assosiasi, atau Produsen/Lembaga Pengujian atau Badan-badan lain
yang berwenang/berkepentingan atau Badan-badan yang bersifat
Internasional ataupun Nasional dari Negara lain, sejauh bahwa hal tersebut
diperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas.
b. Brosur teknis dari produsen yang didukung dengan sertifikat dari Lembaga
140

Pengujian yang diakui secara Nasional/Internasional.

III. BAHAN
1. Baru/Bekas.
Kecuali ditetapkan lain secara khusus, maka semua bahan yang dipergunakan
dalam/untuk pekerjaan ini harus merupakan bahan yang baru, penggunaan bahan
bekas dalam komponen kecil maupun besar sama sekali tidak
diperbolehkan/dilarang digunakan.
2. Tanda Pengenal.
Dalam hal dimana pabrik/produsen bahan mengeluarkan tanda pengenal untuk
produk bahan yang dihasilkannya, baik berupa cap/merk dagang pengenal
pabrik/produsen ataupun sebagai pengenal kwalitas/kelas/kapasitas, maka semua
bahan dari pabrik/produsen bersangkutan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini
harus mengandung tanda pengenal tersebut.

3. Merk Dagang dan Kesetarafan.


a. Penyebutan sesuatu merk dagang bagi suatu bahan/produk didalam
Persyaratan Teknis harus diartikan sebagai persyaratan kesetarafan kwalitas
penampilan (Performance) dari bahan/produk tersebut, yang mana dinyatakan
dengan kata-kata "atau yang setaraf".
b. Penggunaan bahan/produk lain yang dapat dibuktikan mempunyai kwalitas
penampilan yang setaraf dengan bahan/produk yang memakai merk dagang
yang disebutkan, dapat diterima sejauh bahwa untuk itu sebelumnya telah
diperoleh persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas atau kesetarafan
tersebut.
c. Penggunaan bahan/produk yang disetujui sebagai "setaraf” tidak dianggap
sebagai perubahan pekerjaan dan karenanya perbedaan harga dengan bahan
produk yang disebutkan merk dagangnya akan diabaikan.
d. Sejauh bisa memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan, penggunaan
produksi dalam Negeri lebih diutamakan.

4. Penggantian (Substitusi).
a. Penyedia Jasa bisa mengajukan usulan untuk menggantikan sesuatu
bahan/produk dengan sesuatu bahan/produk lain dengan penampilan yang
setaraf dengan yang dipersyaratkan.
b. Dalam persetujuan atas sesuatu penggantian (substitusi), perbedaan harga
yang ada dengan bahan/produk yang dipersyaratkan akan diperhitungkan
sebagai perubahan pekerjaan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Dalam hal dimana penggantian disebabkan karena kegagalan Penyedia
Jasa untuk mendapatkan bahan/produk seperti yang dipersyaratkan,
maka perubahan pekerjaan yang bersifat biaya tambah dianggap tidak
ada.
b) Dalam hal dimana penggantian dapat disepakati oleh Direksi/Pengawas
dan PPK sebagai masukan (input) baru yang menyangkut nilai-nilai
tambah, maka perubahan pekerjaan mengakibatkan biaya tambah dapat
diperkenankan.

5. Persetujuan Bahan.
a. Untuk menghindarkan penolakan bahan di lapangan, dianjurkan dengan
sangat agar sebelum sesuatu bahan/produk akan dibeli/dipesan/diproduksi,
terlebih dahulu dimintakan persetujuan dari Direksi/Pengawas atau
kesesuaian dari bahan/produk tersebut pada Persyaratan Teknis, yang mana
akan diberikan dalam bentuk tertulis yang dilampirkan pada contoh/brosur dari
bahan/produk yang bersangkutan untuk diserahkan kepada Direksi/Pengawas
141

Lapangan.
b. Penolakan bahan dilapangan karena diabaikannya prosedur diatas
sepenuhnya merupakan tanggung jawab Penyedia Jasa, dan tidak dapat
diberikan pertimbangan keringanan apapun.
c. Adanya persetujuan tertulis dengan disertai contoh/brosur seperti tersebut
diatas tidak merupakan jaminan akan diterima/disetujuinya seluruh
bahan/produk tersebut dilapangan jika dapat dibuktikan bahwa bahan/produk
tersebut palsu, cacat, tidak berfungsi normal, dan atau merupakan barang
bekas.

6. Contoh.
Pada waktu memintakan persetujuan atas bahan/produk kepada Direksi/
Pengawas harus disertakan contoh dari bahan/produk tersebut dengan ketentuan
sebagai berikut:

a. Jumlah Contoh.
a) Untuk bahan/produk bila tidak dapat diberikan sesuatu sertifikat pengujian
yang dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas sehingga oleh
karenanya perlu diadakan pengujian, kepada Direksi/Pengawas harus
diserahkan sejumlah bahan produk sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam standart prosedur pengujian, untuk dijadikan benda uji
guna diserahkan pada Badan/Lembaga Penguji yang ditunjuk oleh
Direksi/Pengawas.
b) Untuk bahan/produk yang dapat ditunjukkan sertifikat pengujian yang
dapat disetujui/diterima oleh Direksi/Pengawas, kepada
Direksi/Pengawas harus diserahkan contoh yang disertai dengan salinan
sertifikat pegujian yang bersangkutan.
b. Contoh yang Disetujui.
a) Dari contoh yang diserahkan kepada Direksi/Pengawas atau contoh yang
telah memperoleh persetujuan dari Direksi/Pengawas harus dibuat suatu
keterangan tertulis mengenai persetujuannya dan disamping itu oleh
Direksi/Pengawas harus dipasangkan tanda pengenal persetujuannya
pada contoh yang akan dipegang oleh Direksi/Pengawas. Bila
dikehendaki, Penyedia Jasa dapat meminta sejumlah set tambahan dari
contoh berikut tanda pengenal persetujuan dan surat keterangan
persetujuan untuk kepentingan dokumentasi sendiri. Dalam hal demikian
jumlah contoh yang harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas harus
ditambah seperlunya sesuai dengan kebutuhan tambahan tersebut.
b) Pada waktu Direksi/Pengawas sudah tidak lagi membutuhkan contoh
yang disetujui tersebut untuk pemeriksaan bahan produk bagi pekerjaan,
Penyedia Jasa berhak meminta kembali contoh tersebut untuk
dipasangkan pada pekerjaan.
c. Waktu Persetujuan Contoh
a) Adalah tanggung jawab dari Penyedia Jasa untuk mengajukan contoh
pada waktunya, sedemikian sehingga pemberian persetujuan atau contoh
tersebut tidak akan menyebabkan keterlambatan pada jadwal pengadaan
bahan.
b) Untuk bahan/produk yang persyaratannya tidak dikaitkan dengan
kesetarafan pada suatu merk dagang tertentu, keputusan atau contoh
akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam waktu tidak lebih dari 10
(sepuluh) hari kerja. Dalam hal dimana persetujuan tersebut akan melibatkan
keputusan tambahan diluar Persyaratan Teknis (seperti penentuan model,
warna, dll.), maka keseluruhan keputusan akan diberikan dalam waktu
tidak lebih dari 21 (dua puluh satu) hari kerja.
c) Untuk bahan produk yang masih harus dibuktikan kesetarafannya dengan
142

sesuatu merk dagang yang disebutkan, keputusan atau contoh akan


diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak dilengkapinya pembuktian kesetarafan.
d) Untuk bahan/produk yang bersifat pengganti (substitusi), keputusan
persetujuan akan diberikan oleh Direksi/Pengawas dalam jangka waktu
30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya bahan/produk pengganti lengkap
dengan seluruh bahan-bahan pertimbangannya.
e) Untuk bahan/produk yang bersifat peralatan/perlengkapan ataupun
produk lain yang karena sifat/jumlah/harga pengadaannya tidak
memungkinkan untuk diberikan contoh dalam bentuk bahan/produk jadi,
permintaan persetujuan bisa diajukan berdasarkan brosur dari produk
tersebut, yang mana harus dilengkapi dengan:
• Spesifikasi teknis lengkap yang dikeluarkan oleh pabrik/produsen
• Surat-surat seperlunya dari agen/importir, sesuai keagenan, surat
jaminan suku cadang dan jasa purna penjualan (after sales service) dan
lain-lain.
• Katalog untuk warna, pekerjaan penyelesaian (finishing) dan lain-lain.
• Sertifikat pengujian, penetapan kelas dan dokumen-dokumen lain
sesuai petunjuk Direksi/Pengawas
f) Apabila setelah melewati waktu yang ditetapkan diatas, keputusan atas
contoh dari bahan/produk yang diajukan belum diperoleh tanpa
pemberitahuan tertulis apapun dari Direksi/Pengawas, maka dengan
sendirinya dianggap bahwa contoh yang diajukan telah disetujui oleh
Direksi/Pengawas.

7. Penyimpanan Bahan.
a. Persetujuan atas sesuatu bahan/produk harus diartikan sebagai perijinan
untuk memasukkan bahan/produk tersebut dengan tetap berada dalam kondisi
layak untuk dipakai. Apabila selama waktu penyimpanan ternyata ditemukan
bahwa bahan/produk tersebut menjadi tidak lagi layak untuk dipakai dalam
pekerjaan, Direksi/Pengawas berhak untuk memerintahkan agar:
a) Bahan/Produk tersebut segera diperbaiki sehingga kembali menjadi layak
untuk dipakai.
b) Dalam hal dimana perbaikan tidak lagi mungkin dilaksanakan, maka
bahan/produk tersebut harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
dalam jangka waktu 2 x 24 jam untuk diganti dengan yang memenuhi
persyaratan.
b. Untuk bahan/produk yang mempunyai umur pemakaian tertentu
penyimpanannya harus dikelompokkan menurut umur pemakaian yang mana
harus dinyatakan dengan tanda pengenal dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Terbuat dari kaleng atau kertas karton yang tidak akan rusak selama
proses penyimpanan
b) Berukuran minimal 40 x 60 cm
c) Huruf berukuran minimum 10 cm dengan warna merah
d) Diletakkan ditempat yang mudah terlihat
c. Penyusunan bahan sejenis selama penyimpanan harus diatur sedemikian
rupa, sehingga bahan yang terlebih dulu masuk akan pula terlebih dulu
dikeluarkan untuk dipakai dalam pekerjaan.

IV. PELAKSANAAN
1. Rencana Pelaksanaan
a. Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditanda-tanganinya Surat Perintah Kerja
(SPK) oleh kedua belah pihak, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas sebuah Network Planning mengenai seluruh kegiatan yang
143

akan dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan dalam bentuk diagram urutan


kegiatan yang logis serta menunjukkan kaitan/hubungan antara seluruh
kegiatan-kegiatan tersebut.
b. Meliputi kegiatan-kegiatan Penyedia Jasa untuk/selama masa
pengadaan/pembelian serta waktu pengiriman/pengangkutan dari:
a) Bahan, elemen, komponen dari pekerjaan maupun pekerjaan
persiapan/pembantu.
b) Peralatan dan perlengkapan untuk pekerjaan
c. Kegiatan-kegiatan Penyedia Jasa untuk/selama waktu fabrikasi, pemasangan
dan pembangunan.
d. Pembuatan gambar-gambar kerja.
e. Permintaan persetujuan atas bahan, gambar kerja, dan rencana kerja.
f. Jadwal untuk seluruh kegiatan tersebut.
g. Direksi/Pengawas akan memeriksa rencana kerja Penyedia Jasa dan
memberikan tanggapan dalam waktu 2 (dua) minggu.
h. Penyedia Jasa harus memasukkan kembali perbaika atas rencana kerja jika
Direksi/Pengawas meminta diadakannya perbaikan/penyempurnaan atas
rencana kerja tadi paling lambat 4 (empat) hari sebelum dimulainya waktu
pelaksanaan.
i. Penyedia Jasa tidak dibenarkan memulai sesuatu pelaksanaan atas pekerjaan
sebelum adanya persetujuan dari Direksi/Pengawas atas rencana kerja ini.
j. Kecuali dapat dibuktikan bahwa Direksi/Pengawas telah melalaikan
kewajibannya untuk memeriksa rencana kerja Penyedia Jasa pada waktunya,
maka kegagalan Penyedia Jasa untuk memulai pekerjaan sehubungan
dengan belum adanya rencana kerja yang disetujui Direksi, sepenuhnya
merupakan tanggung jawab dari Penyedia Jasa bersangkutan.

2. Tempat Kerja
a. Bilamana diperlukan tempat kerja dan tempat kerja tersebut di luar daerah
pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti
rugi, maka Penyedia Jasa harus menyelesaikannya tanpa membebani PPK
dengan pembiayaan tambahan.
b. Penyedia Jasa dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan
bangunan di tepi jalan umum kecuali ada pertimbangan khusus dan
persetujuan dari Direksi/Pengawas
c. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau
menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan
bangunan harus didatangkan Penyedia Jasa setiap hari dengan jumlah yang
cukup untuk pekerjaan satu hari.
d. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa harus berkoordinasi dengan
instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

3. Pemeriksaan Desain
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib memeriksa kekuatan
kontruksi yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan
Konsultan Perencana dan Direksi/Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang
timbul akibat kelalaian Penyedia Jasa tidak melaksanakan pemeriksaan
kekuatan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa. Pada Keadaan apapun,
dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan
Direksi/Pengawas tidak berarti membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung
jawab pada pekerjaan sesuai dengan isi kontrak.
b. Untuk kondisi-kondisi khusus yang ditemukan di lapangan di mana pada
daerah-daerah tertentu diperlukan desain tambahan, Penyedia Jasa harus
membuat desain tambahan tersebut dan mendapat persetujuan dari
Direksi/Pengawas.
144

c. Desain tambahan harus berdasar pada keterangan umum yang terdapat pada
gambar perencanaan dan spesifikasi teknis.
d. Timbulnya penambahan ataupun pengurangan volume pekerjaan akibat
desain tambahan akan di akomodasi dalam addendum perubahan volume
pekerjaan.
e. Direksi/Pengawas harus memeriksa dan memutuskan untuk menerima atau
tidak desain tambahan tersebut dalam waktu maksimal 2 (Dua) minggu setelah
diterimanya gambar desain tambahan. Jika dalam waktu maksimal 2 (Dua)
minggu Direksi Teknis tidak memberikan keputusan maka dianggap menerima
desain tambahan tersebut.

4. Gambar Kerja (Shop Drawings).


a. Untuk bagian-bagian pekerjaan di mana gambar rencana (Construction
Drawings) belum cukup memberikan petunjuk mengenai cara untuk mencapai
keadaan terlaksana, Penyedia Jasa wajib untuk mempersiapkan gambar kerja
yang secara terperinci akan memperlihatkan cara pelaksanaan tersebut.
b. Format dari gambar kerja harus sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh
Direksi/Pengawas.
c. Gambar kerja harus diajukan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan, gambar-gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3
(tiga).
d. Pengajuan gambar kerja tersebut paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
pemesanan bahan atau pelaksanaan pekerjaan dimulai.

5. Ijin Pelaksanaan.
a. Penyedia Jasa harus mengajukan ijin pelaksanaan secara tertulis dengan
dilampiri gambar kerja yang sudah disetujui kepada Direksi/Pengawas paling
lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan bagian pekerjaan dimulai. Ijin
pelaksanaan yang disetujui adalah sebagai pegangan Penyedia Jasa untuk
melaksanakan bagian dari suatu pekerjaan. Suatu konsekuensi yang akan
ditentukan lebih lanjut akan diberikan, jika Penyedia Jasa melaksanakan
pekerjaan tanpa ijin tertulis yang disetujui oleh Direksi/Pengawas.
b. Direksi/Pengawas harus memberikan tanggapan atas pengajuan ijin
pelaksanaan tersebut dan jika dalam waktu paling lambat 5 (lima) hari sebelum
pelaksanaan tidak memberikan tanggapan dianggap telah menyetujui ijin
pelaksanaan tersebut.

6. Rencana Mingguan dan Bulanan.


a. Selambat-lambatnya pada setiap hari Sabtu dalam masa dimana pelaksanaan
pekerjaan berlangsung, Penyedia Jasa wajib untuk menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas suatu rencana mingguan yang berisi rencana pelaksanaan
dari berbagai bagian pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam minggu
berikutnya.
b. Selambat-lambatnya pada minggu terakhir dari setiap bulan, Penyedia Jasa
wajib menyerahkan kepada Direksi/Pengawas rencana bulanan yang
menggambarkan secara garis besar berbagai rencana pelaksanaan dari
berbagai bagian pekerjaan yang direncanakan untuk dilaksanakan dalam
bulan berikutnya.
c. Kelalaian Penyedia Jasa untuk menyusun dan menyerahkan rencana
mingguan maupun bulanan dinilai sama dengan kelalaian dalam
melaksanakan perintah Direksi/Pengawas dalam pelaksanaan pekerjaan.
suatu konsekuensi yang akan ditentukan lebih lanjut akan diberikan atas
kelalaian tersebut.

7. Kwalitas Pekerjaan.
145

Pekerjaan harus dikerjakan dengan kwalitas pengerjaan yang terbaik untuk jenis
pekerjaan bersangkutan.

8. Pengujian Hasil Pekerjaan.


a. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolok ukur pengujian yang dipersyaratkan dalam referensi
yang ditetapkan dalam Pasal II dari Persyaratan Teknis Umum ini.
b. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan
melakukan pengajuan dipilih atas persetujuan Direksi/Pengawas dari
Lembaga/Badan Penguji milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau
Badan lain yang oleh Direksi/Pengawas dianggap memiliki obyektivitas dan
integritas yang menyakinkan. Atas hal yang terakhir ini Penyedia Jasa tidak
berhak mengajukan sanggahan.
c. Semua biaya pengujian dalam jumlah seperti yang dipersyaratkan menjadi
beban Penyedia Jasa.
d. Dalam hal dimana Penyedia Jasa tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari
Badan Penguji yang ditunjuk oleh Direksi/Pengawas, Penyedia Jasa berhak
mengadakan pengujian tambahan pada Lembaga/Badan lain yang
memenuhi persyaratan sebagai Badan Penguji seperti tersebut diatas dan
seluruh pembiayaannya ditanggung sendiri oleh Penyedia Jasa.
e. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut
memberikan kesimpulan yang berbeda, maka dapat dipilih untuk:
a) Memilih Badan/Lembaga Penguji ketiga atas kesepakatan bersama.
b) Melakukan pengujian ulang pada Badan/Lembaga Penguji pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:
• Pelaksanaan pengujian ulang harus disaksikan oleh Direksi/Pengawas
dan Penyedia Jasa maupun wakil-wakilnya.
• Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat- alat
penguji.
c) Hasil dari pengujian ulang harus dianggap final.
d) Semua akibat langsung maupun tidak langsung dari adanya semua
pengulangan pengujian menjadi tanggungan Penyedia Jasa.
e) Apabila hasil pengujian ulang menunjukkan ketidak tepatan kesimpulan dari
hasil pengujian yang pertama dan membenarkan kesimpulan dari hasil
pengujian yang kedua, maka:
• 2 (dua) dari 3 (tiga) penguji yang bersangkutan, atas pilihan Penyedia Jasa
akan diperlakukan sebagai pekerjaan tambah.
• Atas segala penundaan pekerjaan akibat adanya
penambahan/pengulangan pengujian akan diberikan tambahan waktu
pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan bagian- bagian lain
yang terkena akibatnya, selama waktu penundaan yang terjadi.

9. Penutupan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan.


a. Sebelum menutup suatu bagian pekerjaan dengan bagian pekerjaan yang lain
yang mana akan secara visual menghalangi Direksi/Pengawas untuk
memeriksa bagian pekerjaan yang terdahulu, Penyedia Jasa wajib melaporkan
secara tertulis kepada Direksi/Pengawas mengenai rencananya untuk
melaksanakan bagian pekerjaan yang akan menutupi bagian pekerjaan
tersebut, sedemikian rupa sehingga Direksi/Pengawas berkesempatan secara
wajar melakukan pemeriksaan pada bagian yang bersangkutan untuk dapat
disetujui kelanjutan pengerjaannya.
b. Kelalaian Penyedia Jasa untuk menyampaikan laporan diatas, memberikan
hak kepada Direksi/Pengawas untuk dibelakang hari menuntut pembongkaran
kembali bagian pekerjaan yang menutupi tersebut, guna memeriksa hasil
pekerjaan yang terdahulu yang mana akibatnya sepenuhnya akan ditanggung
146

oleh Penyedia Jasa.


c. Dalam hal dimana laporan telah disampaikan dan Direksi tidak mengambil
langkah-langkah untuk menyelesaikan pemeriksaan yang dimaksudkan, maka
setelah lewat dari 2 (dua) hari kerja sejak laporan disampaikan, Penyedia Jasa
berhak melanjutkan pelaksanaan pekerjaan dan menganggap bahwa Direksi
telah menyetujui bagian pekerjaan yang ditutup tersebut.
d. Pemeriksaan dan persetujuan oleh Direksi/Pengawas atas suatu pekerjaan
tidak melepaskan Penyedia Jasa dari kewajibannya untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK).
e. Walapun telah diperiksa dan disetujui kepada Penyedia Jasa masih dapat
diperintahkan untuk membongkar bagian pekerjaan yang menutupi bagian
pekerjaan lain guna pemeriksaan bagian pekerjaan yang tertutupi.

10. Perlindungan Terhadap Bangunan/Sarana Yang Ada


a. Segala kerusakan yang timbul pada bangunan/konstruksi dan peralatan
sekitar lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk
memperbaikinya, bila kerusakan tersebut jelas akibat pelaksanaan pekerjaan.
b. Penyedia Jasa diwajibkan mengidentifikasikan keadaan bangunan ataupun
prasarana lain di sekitar lokasi sebelum memulai pekerjaan.

11. Kebersihan Lokasi Pekerjaan


a. Penyedia Jasa bertanggung jawab untuk menjaga agar area kerja senantiasa
berada dalam keadaan rapih dan bersih.
b. Penyedia Jasa harus berusaha menanggulangi kotoran-kotoran debu yang
ditimbulkan akibat pelaksanaan pekerjaan.
c. Setelah pekerjaan selesai dilaksanakan, sisa bahan yang tidak digunakan,
bahan-bahan bekas bongkaran dan kotoran-kotoran lain harus dibersihkan
dan dikeluarkan dari lokasi tersebut selambat-Iambatnya 7x24 jam.
Konsekuensi atas tidak dilaksanakannya ketentuan ini akan ditentukan lebih
lanjut.

V. PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN


1. Dokumen Terlaksana (As Built Documents).
a. Pada penyelesaian dari setiap pekerjaan Penyedia Jasa wajib menyusun
Dokumen Terlaksana yang terdiri dari:
a) Gambar-gambar terlaksana ( as built drawing)
b) Persyaratan teknis terlaksana dari pekerjaan, sebagaimana yang telah
dilaksanakan
b. Dikecualikan dari kewajiban diatas adalah untuk pekerjaan:
a) Pekerjaan Persiapan
b) Supply bahan, perlengkapan/peralatan kerja
c. Dokumen terlaksana bisa disusun dari:
a) Dokumen pelaksanaan
b) Gambar-gambar perubahan
c) Perubahan persyaratan teknis
d) Brosur teknis yang diberi tanda pengenal khusus berupa cap sesuai
petunjuk Direksi/Pengawas
d. Dokumen terlaksana ini harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
e. Kecuali dengan ijin khusus dari Direksi/Pengawas dan PPK, Penyedia Jasa
harus membuat dokumen terlaksana hanya untuk diserahkan kepada PPK.
Pemborong tidak dibenarkan membuat/menyimpan salinan ataupun copy dari
dokumen terlaksana tanpa ijin khusus tersebut.
147

2. Penyerahan.
Pada waktu penyerahan pekerjaan, Penyedia Jasa wajib menyerahkan kepada
PPK:
a. 2 (dua) set dokumen terlaksana.
b. Dokumen-dokumen resmi (seperti surat ijin, tanda pembayaran cukai, surat
fiskal pajak, dan lain-lain).

3. Masa Pemeliharaan
Pada masa pemeliharaan, Penyedia Jasa harus membuat laporan secara periodik
setiap bulan tentang kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dan
diketahui oleh Direksi/Pengawas. Segala kerusakan yang terjadi selama masa
pemeliharaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa untuk memperbaikinya
hingga masa pemeliharaan berakhir dan pekerjaan diserahkan kepada PPK dalam
kondisi dan berfungsi baik.

VI. PELAPORAN PELAKSANAAN PEKERJA


1. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari sejak ditanda-tanganinya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh kedua belah pihak, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi/Pengawas Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan sesuai dengan waktu yang
disepakati dalam kontrak untuk dievaluasi dan disetujui. Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan harus disusun secara logis dan realistis yang akan memberikan jaminan
bahwa pelaksanaan pekerjaan akan selesai tepat waktu.
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan harus dilengkapi dengan bobot pekerjaan yang
nantinya dijadikan dasar untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Buku Harian Lapangan
Penyedia Jasa harus menyediakan buku harian di lapangan selama waktu
pelaksanaan pekerjaan. Buku harian lapangan digunakan untuk mencatat berbagai
informasi dan instruksi baik dari Direksi/Pengawas, Penyedia Jasa, dan pihak-
pihak lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan mengenai berbagai
peristiwa yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Buku harian
lapangan harus diserahkan kepada Pemberi Tugas setelah berakhinya
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
3. Buku Tamu.
Penyedia Jasa harus menyediakan buku tamu di lapangan untuk mencatat setiap
orang yang berkunjung ke lokasi pekerjaan meliputi waktu kedatangan dan pergi
serta keperluan dating ke lokasi pekerjaan. Buku tamu harus diserahkan kepada
Pemberi Tugas setelah berakhinya pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
4. Laporan Harian
Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan,
Penyedia Jasa harus mencatat seluruh aktivitas kegiatan pekerjaan di lokasi
pekerjaan di dalam laporan harian pekerjaan yang berisi rencana dan realisasi
pekerjaan harian. Laporan harian berisi:
a. Waktu mulai dan selesainya pekerjaan
b. Jenis dan kuantitas bahan yang berada di lokasi pekerjaan;
c. Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
d. Jenis, jumlah dan kondisi peralatan;
e. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
f. Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan; dan
g. Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
Laporan harian harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas setiap hari untuk
148

diperiksa dan disetujui. Laporan harian diserahkan secara berkala satu minggu
sekali kepada Pemberi Tugas sebagai laporan pelaksanaan pekerjaan.

5. Laporan Mingguan.
Penyedia Jasa harus membuat laporan mingguan yang berisi rangkuman laporan
harian, berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, masalah-
masalah yang timbul dilapangan serta pemecahannya, hal-hal penting yang perlu
ditonjolkan dan rencana kerja minggu berikutnya. Laporan mingguan minggu lalu
harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas pada hari pertama minggu ini untuk
dievaluasi dan disetujui. Laporan mingguan diserahkan secara berkala satu
minggu sekali kepada Pemberi Tugas sebagai laporan pelaksanaan pekerjaan.
6. Laporan Bulanan
Penyedia Jasa harus membuat laporan bulanan yang merupakan rangkuman
laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu
bulan, serta berbagai Kendala dan permasalahan yang terjadi berikut
penyelesaiannya. Laporan bulanan bulan lalu harus diserahkan kepada
Direksi/Pengawas pada hari pertama bulan ini untuk dievaluasi dan disetujui.
Laporan bulanan diserahkan secara berkala satu bulan sekali kepada Pemberi
Tugas sebagai laporan pelaksanaan pekerjaan.

7. Dokumentasi
Sejak akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan
dan pada akibat pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat
dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk Foto
dokumentasi. Foto dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus
bisa memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan
pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan,
sehingga secara kronologi bisa merupakan satu gambaran tujuan yang akan
dicapai oleh kegiatan tersebut.
Foto dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda
atau sesuai dengan pengarahaan Direksi/Pengawas, dan sudah harus bisa
memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh
pekerjaan.
Foto dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi
tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan:
a. Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 %
b. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25 %
c. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %
d. Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75 %
e. Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %
Di samping dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi/Pengawas,
Penyedia Jasa bisa melaksanakan pengambilan Foto dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai
nilai penting untuk didokumentasikan. Pada saat penyerahan Foto dokumentasi,
Penyedia Jasa juga harus menyerahkan negatif film/soft copy Semua biaya yang
timbul akibat pembuatan Foto dokumentasi tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
VII. KEAMANAN / PENJAGAAN
1. Penyedia Jasa bertanggung jawab atas keamanan, bukan saja terhadap
pekerjaannya, tetapi juga atas bangunan-bangunan, jalan-jalan, pagar, pohon-
149

pohon dan taman-taman yang telah ada.


2. Jika diperlukan Penyedia Jasa diwajibkan menyediakan tenaga, peralatan atau
tanda-tanda khusus untuk menjaga keamanan tersebut.
3. Penyedia Jasa berkewajiban menyelamatkan bangunan yang telah ada, apabila
bangunan yang telah ada terjadi kerusakan akibat pekerjaan ini, maka Penyedia
Jasa berkewajiban untuk memperbaiki/membetulkan sebagaimana mestinya.
4. Penyedia Jasa harus menyediakan penerangan yang cukup di lapangan pada
waktu lembur.
5. Segala operasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
ketentuan kontrak harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap ketentraman penduduk atau jalan-jalan yang
harus digunakan untuk jalan perorangan atau umum. Penyedia Jasa harus
membebaskan PPK dari segala tuntutan ganti rugi sehubungan dengan hal
tersebut diatas.

VIII. KESELAMATAN KERJA


1. Penyedia Jasa harus mematuhi syarat-syarat dan undang-undang yang berlaku di
dalam negara Republik Indonesia selama masa berlakunya kontrak, yang
menyangkut syarat-syarat keselamatan kerja, kesehatan dan kesejahteraan dari
karyawan Penyedia Jasa dan Direksi/Pengawas.
2. Penyedia jasa wajib menyediakan peralatan K3 standar untuk personil pelaksanaan
pekerjaan berupa sepatu boot, helm kerja dan kacamata. Penyedia jasa juga
berkewajiban menyediakan peralatan K3 tersebut untuk tamu pada waktu peninjauan
lapangan.
3. Penyedia Jasa harus memastikan bahawa semua orang yang melaksanakan,
mengunjungi atau memeriksa sesuatu bagian dari pekerjaan memakai peralatan
K3 yang diperlukan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan kerja .
4. Penyedia Jasa harus mematuhi semua petunjuk-petunjuk dan rekomendasi-
rekomendasi pabrik untuk penggunaan, aplikasi atau pemanfaatan dari sesuatu
material atau bagian dari peralatan atau mesin-mesin.
5. Penyedia Jasa harus menyediakan, melengkapi, dan menjaga suatu Pusat
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (First Aid Treatment Centre) di lokasi
pekerjaan, dan menyediakan seorang ahli pertolongan pertama yang siap sedia
setiap saat selama pekerjaan berlangsung. Tenaga ahli pertolongan pertama ini
harus telah mengikuti pelatihan formal pertolongan pertama. Layanan Medis ini
harus tersedia bagi semua orang yang terkait dengan pekerjaan.

IX. GANGGUAN KONSTRUKSI


1. Istilah "Gangguan Konstruksi" (Construction Interference) hendaknya diartikan
sebagai gangguan terhadap:
a. segala utilitas atau bangunan yang berada dalam batas-batas galian maupun
penggalian yang berlebihan dari yang diperlukan untuk pekerjaan dalam kontrak
sebagaimana yang ditunjukkan atau diperintahkan oleh Direksi/Pengawas.
b. bangunan atau utilitas yang berlokasi pada tempat yang diperlukan untuk
pelaksanaan semua pekerjaan dalam kontrak.
2. Dalam hal utilitas atau bangunan tersebut harus dibongkar atau dipindahkan untuk
pelaksanaan pekerjaan, maka pembongkaran atau pemindahan itu harus
dilakukan dengan izin dari Direksi/Pengawas dan selanjutnya diberitahukan
kepada pemilik bahwa utilitas atau bangunan yang dimiliki akan dibongkar.
3. Pekerjaan penggalian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati agar
bangunan/struktur yang ada di permukaan dan/atau di dalam tanah tidak rusak,
150

terutama terhadap bangunan/struktur yang ada di dalam tanah (yang harus


diselamatkan) yang tidak diketahui lokasi dan posisinya dengan tepat. Penyedia
Jasa harus bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi akibat
kelalaiannya atas beban biaya sendiri.
4. Utilitas atau bangunan eksisting yang dibongkar dan akan ditempatkan/dibangun
kembali, hasil pembongkarannya harus disimpan dan dijaga agar kondisinya tetap
baik.
5. Semua bangunan dan utilitas tersebut di atas harus diperbaiki (dibangun kembali)
secepat mungkin seperti keadaan semula setelah pekerjaan selesai dilaksanakan
atau dipindahkan ke lokasi lain dalam keadaan yang sekurang- kurangnya sama
dengan keadaan semula, untuk bangunan atau utilitas yang berada di dalam tanah
penimbunan baru boleh dilaksanakan setelah pemilik memeriksa dan memastikan
bahwa kondisi bangunan atau utilitas tersebut telah sesuai dengan kondisi semula.

6. Bila sebuah bangunan didirikan secara tidak sah/resmi, dan hal ini dinyatakan oleh
pihak pejabat yang terkait, maka kemungkinan rekonstruksi tidak perlu
dilaksanakan setelah mendapat izin Direksi/Pengawas.
7. Selama pelaksanaan pekerjaan dalam kontrak ini, pemilik bangunan yang
terpengaruh oleh pelaksanaan pekerjaan ini memiliki hak untuk masuk ke
lapangan pekerjaan demi kepentingan pemilik untuk melaksanakan perubahan
atau perbaikan terhadap utilitas atau bangunan tersebut.
Pejabat Pembuat Komitmen
Satker Pelaksanaan Prasarana
Permukiman Wilayah I Provinsi Jawa
Barat

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
151

BAB X.1 PERSYARATAN UMUM

A. KUALITAS MATERIAL
1. Penyedia Jasa menjamin bahwa semua material yang diserahkan oleh Penyedia Jasa
berdasarkan Kontrak, harus bai k dan baru serta memenuhi spesifikasi teknis, kecuali bila
disyaratkan lain atau ditentukan lain oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat meminta pada
Penyedia Jasa agar menyerahkan sertifikat pabrik mengenai material tersebut.
2. Selanjutnya Penyedia Jasa menjamin bahwa material yang diserahkan berdasarkan
Kontrak tidak mengandung cacat yang timbul karena bahan dan pengerjaan (kecuali jika
disain dan bahannya diharuskan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Direksi / Pengguna
Jasa dalam Spesifikasi Teknis) atau oleh karena kelalaian Penyedia Jasa.
3. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas akan memberitahukan secara tertulis
kepada Penyedia Jasa apabila ada tuntutan yang timbul berdasarkan jaminan material ini,
segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, Penyedia Jasa harus memperbaiki
atau mengganti material atau bagian material yang cacat dengan biaya yang sepenuhnya
ditanggung Penyedia Jasa.
4. Jika setelah menerima pemberitahuan tersebut diatas, Penyedia Jasa lalai memperbaiki
atau mengganti material atau bagian material yang cacat dalam waktu yang wajar, maka
Direksi / Pengguna Jasa dapat mengambil tindakan perbaikan yang perlu, dengan biaya
yang sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa tanpa mengurangi hak-hak Direksi /
Pengguna Jasa terhadap Penyedia Jasa berdasarkan kontrak.

B. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

1. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berwenang untuk meminta


keterangan mengenai asal barang/material yang bersangkutan.
2. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak dan mempunyai keleluasaan
memasuki seluruh tempat pekerjaan, termasuk bengkel yang membuat perakitan
material. Penyedia Jasa bawahan dan Penyedia Jasa harus menyediakan bahan,
informasi dan bantuan yang diperlukan dalam pemeriksaan dan pengujian, sehingga
Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat melakukan pemeriksaan terinci
dan lengkap dengan semestinya.
3. Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak memeriksa dan atau menguji
barang/meterial yang akan diserahkan, apakah sesuai dengan ketentuan dalam kontrak.
4. Sebelum melakukan pemeriksaan material, Penyedia Jasa harus memberitahukannya
kepada Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas, agar Direksi / Pengguna Jasa
dan Konsultan Pengawas dapat menyaksikan pemeriksaan atau pengujian barang/
material.
5. Pemeriksaan dan pengujian dapat dilakukan di tempat Penyedia Jasa/sesuai kebutuhan,
di tempat penyerahan/lapangan atau di tempat tujuan akhir barang/material. Penyedia
Jasa harus menyiapkan segala fasilitas untuk pemeriksaan tersebut di atas, dan segala
biaya yang berkaitan dengan pemeriksaan barang/material ditanggung sepenuhnya oleh
Penyedia Jasa.
6. Apabila hasil pemeriksaan barang/material tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang
ditetapkan, Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat menolak
barang/material tesebut dan Penyedia Jasa harus mengganti barang.material yang tidak
sesuai tersebut, atau mengadakan perbaikan yang diperlukan agar memenuhi
persyaratan Spesifikasi Teknis, dengan biaya sepenuhnya ditanggung Penyedia Jasa.
Apabila ada barang/material yang ditolak oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas, Penyedia Jasa diwajibkan segera memindahkan barang/material itu keluar
tempat pekerjaan atas perintah pertama Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas.
152

7. Apabila terdapat perselisihan paham mengenai hasil pemeriksaan barang/material, atau


Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas meragukan kualitasnya, maka Direksi
/ Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas berhak mengirimkan contoh barang/material
tersebut kepada Laboratorium Penelitian Bahan yang dibenarkan. Biaya pemeriksaan ini
sepenuhnya menjadi tanggungan Penyedia Jasa.

C. PENGEPAKAN DAN PEMBUNGKUSAN PIPA DAN ASESORISNYA

1. Penyedia Jasa harus mengepak atau membungkus material untuk mencegah kerusakan
sewaktu pengangkutan sampai tempat tujuan akhir sesuai dengan standar pabrik
dan/atau petunjuk Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas.
2. Bila tidak disebutkan lain, seluruh material harus diberi lapisan pelindung yang standard
dengan pabrik. Permukaan yang membutuhkan pengecatan atau pelapisan untuk
mencegah korosi harus halus dan bebas dari kotoran.

D. PENGANGKUTAN, PEMBONGKARAN DAN PENIMBUNAN.

1. Sikap hati-hati harus diberikan selama pemuatan, transportasi dan pembongkaran.


Setiap kerusakan lapisan pipa harus diperbaiki sesuai dengan perintah Direksi /
Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Penanganan material harus mengikuti
instruksi yang diberikan oleh pabrik.
2. Material harus dikirim, dibongkar dan ditimbun oleh Penyedia Jasa di lokasi gudang yang
ditunjuk oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Material ditempatkan
pada penyangga yang cukup untuk memungkinkan isolasi dari tanah. Selain itu
penimbunan material harus dapat mencegah kerusakan selama penyimpanan yang lama
pada kondisi tropis.
3. Segala hal terkait dengan pengangkutan, pembongkaran, dan penimbunan material
harus memperhatikan keamanannya dan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
4. Hal-hal tersebut diatas harus mendapat perijinan terlebih dahulu dari Direks/Konsultan
Pengawas

E. MATERIAL YANG RUSAK/CACAT.

1. Barang/material yang rusak/cacat sebagai akibat apapun harus segera diganti atau
diperbaiki, sehingga dapat disetujui oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas.
2. Bila Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas belum mengesahkan bahwa
barang/material sudah diganti atau diperbaiki oleh Penyedia Jasa, pembayaran tidak
akan dilakukan oleh Direksi / Pengguna Jasa, dan bila dalam jangka waktu tertentu,
perbaikan/penggantian barang/material yang rusak belum dilakukan, Direksi / Pengguna
Jasa dan Konsultan Pengawas berhak memerintahkan Pihak Ketiga untuk memperbaiki
atau mengganti barang/material yang cacat/rusak atas biaya Penyedia Jasa.
3. Adanya pemeriksaan oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas terhadap
barang/material dan perlengkapan yang disediakan oleh Penyedia Jasa di lapangan tidak
akan melepaskan tanggung jawab Penyedia Jasa. Walaupun semua barang/material
yang diperlukan seperti tercantum dalam Surat Perjanjian Kontrak sudah diperiksa,
diterima dan dinilai untuk dibayar, Penyedia Jasa harus mengganti atau memperbaiki
barang/material yang ternyata rusak atau tidak memenuhi persyaratan sampai pada saat
penyerahan kedua.
4. Semua penggantian dan perbaikan tersebut diatas harus mendapat persetujuan Direksi /
Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dan biayanya ditanggung oleh Penyedia Jasa.
153

F. RESIKO DAN KEAMANAN BARANG DAN PEKERJAAN

1. Segala resiko kebakaran, kerusakan dan pencurian di lapangan atas segala material, alat,
perlengkapan dan benda-benda lain menjadi tanggungan Penyedia Jasa sepenuhnya.
Penyedia Jasa harus mempertanggungkan dalam bentuk asuransi atas segala resiko ini.
2. Yang dimaksud dengan pasal ini adalah pipa, perlengkapannya, dan pekerjaannya yang
belum diserahkan kepada Direksi / Pengguna Jasa dengan Berita Acara. Asuransi disini
tidak hanya asuransi untuk kerusakan saja, tetapi termasuk asuransi untuk resiko lainnya,
seperti asuransi kehilangan, asuransi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan termasuk
segala resiko yang terjadi di dalamnya, dan lain sebagainya.
3. Penyedia Jasa harus menempatkan penjaga keamanan (Satpam) di lapangan, selama
pekerjaan berlangsung.
4. Penyedia Jasa harus melindungi semua material terhadap kehilangan dan kerusakan
yang disebabkan oleh kejahatan orang yang tak bertanggung jawab, sampai pada saat
penyerahan pekerjaan. Hal tersebut di atas menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa
sepenuhnya.

G. PENGALIHAN.

1. Penyedia Jasa dilarang dan tidak dibenarkan untuk memindahtangankan atau


menyerahkan kepada Pihak Ketiga sebagian atau seluruh kepentingan, hak dan
kewajibannya dalam Kontrak tanpa izin tertulis dari Direksi / Pengguna Jasa.
2. Bila Penyedia Jasa malanggar pasal 7 butir 1. tersebut di atas, Direksi / Pengguna Jasa
berhak memutuskan Kontrak, sesuai peraturan yang berlaku dan segala akibat
pemutusan Kontrak menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.

H. PENYEDIA JASA BAWAHAN/SUB KONTRAK.

1. Berkenaan dengan sebagian atau seluruh pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak,
Penyedia Jasa dilarang mengadakan sub kontrak dengan pihak lain, tanpa terlebih dahulu
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi / Pengguna Jasa.
2. Penyedia Jasa tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan Penyedia Jasa
Bawahan/Sub Penyedia jasa (apabila ada).
3. Aturan sub kontrak mengikuti aturan yang berlaku.

I. PENUNDAAN PEKERJAAN.

Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat memberitahukan secara tertulis kepada
Penyedia Jasa mengenai penundaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang dianggapnya perlu
kerena keadaan yang tidak menguntungkan Direksi / Pengguna Jasa, atau kerena Penyedia Jasa
tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam Kontrak.
Penundaan pekerjaan harus dilakukan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari setelah Penyedia
Jasa menerima pemberitahuan Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas. Penyedia
Jasa tidak dibenarkan mengajukan ganti rugi karena penundaan pekerjaan tersebut diatas.

J. KETERLAMBATAN PELAKSANAAN OLEH PENYEDIA JASA.

1. Penyerahan material dan pelaksanaan jasa harus diselesaikan oleh Penyedia Jasa dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Kontrak.
2. Apabila Penyedia Jasa terlambat dalam melaksanakan kewajiban penyerahan pekerjaan
melebihi jangka waktu kontrak yang sudah ditetapkan, maka Penyedia Jasa dapat
dikenakan salah satu dan/atau semua sanksi berikut: dibebani denda sebagai ganti rugi,
154

penyitaan jaminan pelaksanaan dan atau pemutusan kontrak karena kelalaian. Hal-hal
yang terkait dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kontrak.
3. Apabila dalam jangka waktu pelaksanaan kontrak, Penyedia Jasa atau subpenyedia
jasanya mengalami gangguan dalam menepati waktu penyerahan material dan
pelaksanaan jasanya, Penyedia Jasa harus segera memberitahukan secara tertulis
kepada Direksi / Pengguna Jasa tentang adanya kelambatan, penyebab dan lamanya
keterlambatan.

K. PERUBAHAN PEKERJAAN/KONTRAK.

1. Bila dipandang perlu, Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas dapat
mengadakan perubahan, pekerjaan tambah atau kurang tanpa membatalkan kontrak.
Perintah perubahan tersebut diatas, akan disampaikan kepada Penyedia Jasa secara
tertulis dengan uraian tentang perubahan pekerjaan tersebut, sekaligus dengan
penyesuaian harga dan waktu penyelesaiannya. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan
sesuai dengan perintah perubahan harus mengikuti semua ketentuan yang tertera dalam
kontrak, Jaminan pelaksanaan Penyedia Jasa tetap mengikat dengan nilai seperti yang
tercantum dalam kontrak dan perubahannya.
2. Setiap perubahan harga harus didasarkan pada aturan yang berlaku pada kontrak

L. KERJA LEMBUR.

1. Penyedia Jasa tidak akan menerima tambahan biaya untuk kerja lembur dan tambahan
jumlah tenaga kerja, walaupun hal tersebut mungkin diperlukan dalam keadaan darurat
sebagaimana diperintahkan dengan surat oleh Direksi / Pengguna Jasa dan Konsultan
Pengawas, kecuali bila ditentukan lain dalam Kontak.
2. Biaya-biaya yang terjadi akibat adanya kerja lembur dan penambahan jumlah tenaga
kerja menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa, seperti misalnya biaya pengawasan kerja
lembur yang disebabkan oleh kerja lembur.
3. Terkait dengan penyelesaian pekerjaan, Penyedia Jasa wajib melakukan kerja lembur
dan menambah jumlah tenaga kerja.

M. KEADAAN KAHAR

1. Keadaan kahar adalah keadaan sesuai dengan yang tercantum dalam kontrak.
2. Apabila terjadi keadaan kahar, Penyedia Jasa harus segera memberitahukan secara
tertulis kepada Direksi / Pengguna Jasa tentang keadaan tersebut paling lambat 14
(empat belas) hari kalender dan dilengkapi dengan bukti keadaan kahar sesuai yang
berlaku dalam kontrak.
3. Segala hal mengenai keadaan kahar telah diatur dalam kontrak.

N. ALAMAT RESMI PENYEDIA JASA DAN PEMBERITAHUAN

1. Alamat resmi Penyedia Jasa adalah alamat yang dicantumkannya pada Dokumen
Penawaran. Segala petunjuk, surat dan komunikasi lainnya untuk Penyedia Jasa akan
ditujukan kepada alamat tesebut diatas dengan surat tercatat. Perubahan alamat
Penyedia Jasa harus segera diberitahukan secara tertulis kepada Direksi / Pengguna
Jasa dan Konsultan Pengawas.
2. Pemberitahuan yang disampaikan oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya
sehubungan dengan kontrak ini harus disampaikan secara tertulis atau dengan
pengiriman faximile, telegram atau telex dan ditegaskan secara tertulis ke alamat yang
ditetapkan untuk keperluan itu.
155

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker Pelaksanaan Prasarana
Permukiman Wilayah I Provinsi Jawa
Barat

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
156

BAB X.2 SPESIFIKASI TEKNIS UMUM

A. PENDAHULUAN

Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama dengan gambar-
gambar yang keduanya menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah
pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus
dipadukan dalam pelaksanaan konstruksi serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut. Spesifikasi
pelaksanaan dan material yang disepakati harus diterapkan.

B. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan ini terdapat pada Jalan Raya Babakan Madang, Kecamatan Babakan
Madang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

C. MANAJEMEN LALU LINTAS

1. Umum
Kontraktor harus menjaga seluruh panjang dari lokasi kegiatan dalam kondisi sedemikian
hingga lalu lintas dapat ditampung dengan aman dan karyawan Kontraktor, Direksi
Pekerjaan, dan pengguna jalan dapat dilindungi
Sebelum memulai pekerjaan apapun, Kontraktor harus menyiapkan dan mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan, Rencana Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (RMKL)
untuk pengoperasiannya selama periode pelaksanaan. RMKL harus berdasarkan analisa
aliran lalu lintas tingkat makro dan juga mikro dan tidak hanya terfokus di daerah
konstruksi.
RMKL harus dimutakhirkan secara regular berdasarkan pengalaman dan kondisi tempat
pekerjaan. RMKL harus memperhitungkan Prosedur Keselamatan. RMKL harus
memperhitungkan dan menyediakan fasilitas khusus untuk pejalan kaki dan kendaraan
tidak bermotor jika berada di sekitar daerah kerja.
Ruang lingkup dari manajemen lalu lintas mencakup aktivitas berikut namun tidak
terbatas pada:
a) Kontraktor harus menyediakan perlengkapan dan pelayanan lalu lintas untuk
mengendalikan dan melindungi karyawan Kontraktor, Direksi Pekerjaan, dan
pengguna jalan yang melalui daerah konstruksi, termasuk lokasi sumber bahan dan
rute pengangkutan, sesuai dengan seksi ini dan memenuhi detil dan lokasi yang
ditunjukkan dalam denah atau yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Kontraktor harus menyediakan, memasang rambu lalu lintas yang diperlukan,
barikade, rel pengaman lentur atau kaku, lampu, sinyal, marka jalan, road barrier beton
atau dari plastic yang diisi air dan perlengkapan lalu lintas lainnya dan harus
menyediakan bendera dan petunjuk lalu lintas dengan cara lain sepanjang ZONA kerja
pada setiap saat selama Periode Pelaksanaan. Manajemen lalu lintas harus dilakukan
sesuai dengan perundangan dan peraturan yang berlaku.
c) Semua pengaturan lalu lintas yang disediakan dan dipasang oleh Kontraktor harus
dikaji oleh Direksi Pekerjaan agar sesuai dengan ukuran, lokasi, reflektifitas (daya
pantul), visibilitas (daya penglihatan), kecocokan, dan penggunaan yang sebagaimana
mestinya sesuai dengan kondisi kerja yang khusus.
d) Pada lokasi dimana secara umum kondisi jalan padat sepanjang hari, kontraktor hanya
akan diijinkan untuk menggali parit dan memasang pipa selama malam hari dari jam
20:00 PM sampai 04:00 PM pada hari berikutnya. Operasi atau kegiatan komersial
normal pada area tersebut tidak terganggu.
2. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan
a) Penutupan Jalan yang Diperbolehkan.
157

Daerah konstruksi dibagi dalam daerah kerja dimana daerah kerja ini dibagi lagi dalam
zona kerja. Pekerjaan diperbolehkan dilaksanakan secara simultan dengan daerah
kerja dan zona kerja dalam jumlah tertentu.

b) Implementasi Pekerjaan Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.


Jika pada setiap saat, Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa ketentuan yang
sebagaimana mestinya untuk pengendalian lalu lintas yang aman tidak disediakan,
tidak dipelihara atau tidak dilaksanakan sesuai lingkup dari RMKL, Direksi Pekerjaan
dapat membatasi operasi Kontraktor yang mempengaruhi situasi semacam ini sampai
penyesuaian yang diperlukan telah dilaksanakan. Direksi Pekerjaan dapat juga
menangguhkan seluruh pekerjaan sampai penyesuaian tersebut dicapai.
Bilamana keselamatan umum atau karyawan Kontraktor diabaikan secara serius dan
dengan sengaja oleh Kontraktor, Direksi Pekerjaan dapat melakukan tindakan
perbaikan yang sepadan dan memotong biaya dari hak Kontraktor sebagai
kompensasi kerugian dari jumlah yang dibayarkan kepada Kontraktor.
Semua personil paling sedikit berusia 18 tahun, dan Personil harus mengenakan baju
yang reflektif, sepatu safety boot dan helm kerja pada setiap saat selama jam kerja di
dalam daerah kerja. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus berkoordinasi dengan pihak
kepolisian.
Operasi pada malam hari harus diterangi dengan lampu dan atau sistem reflektif yang
disetujui Direksi Pekerjaan. Sistem penerangan harus ditempatkan dan dioperasikan
sedemikian agar dapat menghindarkan sorot cahaya terhadap pengguna jalan yang
mendekati lokasi tersebut. Lampu pijar tidak diperkenankan.
Kontraktor harus menyediakan personil untuk melakukan pengawasan
berkesinambungan terhadap operasi pengendalian lalu lintasnya. Personil tersebut
harus tersedia baik siang maupun malam untuk menanggapi panggilanjika ada
kerusakan antara lain terhadap barikade, lampu, rambu-rambu,baik karena
vandalisme atau kecelakaan lalu lintas. Kontraktor harus memberitahu identitas
personil tersebut kepada Direksi Pekerjaanmaupun pejabat lalu lintas setempat
(termasuk polisi) di tempat kerja.

c) Bahan dan Peralatan


Semua bahan dan peralatan yang disediakan untuk implementasi kegiatan-kegiatan
manajemen dan keselamatan lalu lintas harus disediakan oleh Kontraktor dan tetap
menjadi miliknya pada akhir periode kontrak.
Pengaturan lalu lintas harus dibuat sedemikian hingga perlengkapan tersebut tidak
boleh merusak atau melukai kendaraan atau pengguna jalan jika tertabrak atau
terjungkal dan harus tetap stabil dan berdiri di tempat ketika diterpa angin.

d) Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas (KMKL)


Kontraktor harus menyediakan tenaga Koordinator Manajemen dan Keselamatan Lalu
Lintas (KMKL) yang memenuhi syarat dan memadai, dengan pengalaman yangsesuai
minimum 3 tahun dalam tugas-tugas semacam ini dan staf yang diperlukan (jumlah
minimum 2 orang) yang dibawahinya untuk seluruh pengendalian dari manajemen dan
keselamatan lalu lintas, termasuk koordinasi dengan pejabat lalu lintas setempat yang
bertanggung jawab sesuai yuridiksi Daerah Kerja, sedemikian hingga dapat
memperkecil halangan, resiko keselamatan dan memperlancar aliran lalu lintas yang
melalui daerah konstruksi dan melalui jalan-jalan pengalihan yang sesuai dan disetujui.
Pemilihan KMKL harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
KMKL harus secara aktif berpartisipasi dalam semua rapat reguler maupun khusus
dengan Direksi Pekerjaan. KMKL harus siap sedia pada setiap saat (24 jam per hari,7
hari per minggu) melalui komunikasi bergerak untuk kesulitan-kesulitan, keadaan
darurat, dan hal-hal lain dari lalu lintas dan manajemen keselamatan dalam seluruh
waktu dari pekerjaan.
KMKL adalah individu yang akan ditujuk oleh Direksi Pekerjaan atas semua
158

permintaan yang berhubungan dengan hal-hal manajemen dan keselamatan lalu


lintas. KMKL mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan berkoordinasi
dengan personil Kontraktor untuk hal-hal manajemen dan keselamatan lalu lintas.
Tugas-tugas KMKL harus mencakup berikut ini:
1) Memahami persyaratan kontraktual, termasuk denah, spesifikasi, dan lingkungan di
mana pekerjaan sipil akan dilaksanakan;
2) Menginspeksi rutin terhadap kondisi dan keefektifan dari pengaturan lalu lintas yang
digunakan dalam kegiatan dan memastikan bahwa perlengkapan tersebut berfungsi
sebagaimana mestinya, bersih, dapat dilihat dan memenuhi spesifikasi, denah, serta
peraturan-peraturan setempat;
3) Meninjau dan mengantisipasi kebutuhan atas pengaturan lalu lintas yang sesuai,
memberi pendapat kepada Direksi Pekerjaan tentang hal-hal terkait, dan
memastikan bahwa RMKL telah diimplementasikan untuk pergerakan lalu lintas
yang aman dan efisien;
4) Mengkoordinasikan pemeliharaan dari pengoperasian lalu lintas dengan Direksi
Pekerjaan;
5) Melakukan rapat keselamatan lalu lintas dengan kepolisian setempat sebelum
pelaksanaan pekerjaan dan rapat berkala yang dianggap perlu atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan harus diberitahu
sebelumnya untuk menghadiri rapat-rapat ini.
6) Penutupan Jalan yang Tidak Sah
Semua penutupan dini atas jalan atau lajur di luar waktu yang ditetapkan dapat
dikategorikan sebagai penutupan jalan yang tidak sah.
Semua penutupan total jalan tanpa suatu jalan pengalihan yang pantas harus
dipandang sebagai penutupan jalan yang tidak sah dan Kontraktor harus
menanggung segala tuntutan yang timbul dari pihak ketiga.
7) Akses Menuju Daerah Kerja
Kontraktor harus menggunakan sebuah Kendaraan Penghantar ketika memasuki
atau meninggalkan daerah kerja sampai jalan tersebut dibuka untuk lalu lintas.
Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang sama untuk Personil Direksi Pekerjaan
dan Pemilik Proyek.
Manuver ini (memasuki dan meninggalkan daerah kerja) harus dilaksanakan dengan
aman sehingga memperkecil resiko terhadap para pekerja dan pengguna jalan.
8) Kejadian Khusus dan Hari Libur
Direksi Pekerjaan mencadangkan haknya untuk tidak mengijinkan penutupan jalan.
Kontraktor harus mempertimbangkan kejadian semacam ini dalam rencana
kerjanya.
Bilamana terjadi Kejadian Kahar, Direksi Pekerjaan dapat juga membatalkan
penutupan jalan.
9) Penutupan Lajur/Jalan dengan Menggunakan Tanda Visual
Penutupan lajur dengan menggunakan tanda visual harus dilakukan sesuai dengan
detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
10) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan Raya
Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan raya harus dilakukan sesuai dengan detil-
detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
11) Penutupan Jalan Keluar/Masuk pada Jalan dalam Kota
Penutupan jalan keluar/masuk pada jalan dalam kota harus dilakukan sesuai dengan
detil-detil dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
12) Rambu-rambu untuk Pekerjaan Jalan
Kontraktor harus menyediakan rambu jalan atau perlengkapan penanganan lalu
lintas. Penyediaan dan penempatan rambu ini sekurang-kurangnya harus sesuai
dengan pedoman Perambuan Sementara untuk Pekerjaan Jalan No. Pd-T-12-2003.
Kontraktor harus menyediakan peralatan tersebut dalam waktu 48 jam dan
159

memasang serta memelihara peralatan tersebut selama Periode Pelaksanaan.

3. Pekerjaan Jalan Atau Jembatan Sementara


a) Umum.
Kontraktor harus menyediakan memelihara, dan membongkar semua jalan,
jembatan, jalan masuk dan sejenisnya yang diperlukan oleh Kontraktor untuk
menghubungkan Kontraktor dengan jalan umum pada saat Penyelesaian Pekerjaan.
Jalan sementara ini harus dibangun sampai diterima Direksi Pekerjaan, meskipun
demikian Kontraktor tetap harus bertanggung jawab terhadap setiap kerusakan yang
terjadi atau disebabkan oleh jalan sementara ini.
b) Lahan yang Diperlukan
Sebelum membuat jalan atau jembatan sementara, Kontraktor harus melakukan
semua pengaturan yang diperlukan, bila diperlukan termasuk pembayaran kepada
pemilik tanah yang bersangkutan atas pemakaian tanah itu dan harus memperoleh
persetujuan dari pejabat yang berwenang dan Direksi Pekerjaan. Setelah pekerjaan
selesai, Kontraktor harus membersihkan dan mengembalikan kondisi tanah itu ke
kondisi semula sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan dan pemilik tanah yang
bersangkutan.
c) Peralatan Kontraktor Lain yang Lewat
Kontraktor harus melakukan semua pengaturan agar Pekerjaan yang sudah dilak-
sanakan dapat dilewati dengan aman oleh Peralatan Konstruksi, bahan dan
karyawan Kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan di dekat lokasi kegiatan.
Untuk keperluan ini, Kontraktor dan Kontraktor lain yang melaksanakan pekerjaan di
dekat lokasi kegiatan, harus menyerahkan suatu jadwal transportasi yang demikian
kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuannya, paling sedikit 15
(limabelas) hari sebelumnya.
d) Jalan Alih Sementara atau Detour
Jalan alih sementara atau detour harus dibangun sebagaimana yang diperlukan
untuk kondisi lalu lintas yang ada, dengan memperhatikan ketentuan keselamatan
dan kekuatan struktur. Semua jalan alih yang demikian tidak boleh dibuka untuk lalu
lintas umum sampai alinyemen, pelaksanaan, drainase dan pemasangan rambu lalu
lintas sementara telah disetujui Direksi Pekerjaan. Selama digunakan untuk lalu
lintas umum Kontraktor harus memelihara pekerjaan yang telah dilaksanakan,
drainase dan rambu lalu lintas sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
e) Jalan Samping (Ramp) Sementara untuk Lalu Lintas
Kontraktor harus membangun dan memelihara jembatan dan jalan samping
sementara untuk jalan masuk umum dari dan ke jalan raya pada semua tempat
bilamana jalan masuk tersebut sudah ada sebelum Pekerjaan dimulai dan pada
tempat lainnya yang diperlukan atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

4. Pemeliharaan Untuk Keselamatan Lalu Lintas


a) Jalan Alih Sementara dan Pengendalian Lalu Lintas
Semua jalan alih sementara dan pemasangan pengendali lalu lintas yang disiapkan
oleh PenyediaJasa selama pelaksanaan Pekerjaan harus dipelihara agar tetap
aman dan dalam kondisi pelayanan yang memenuhi ketentuan dan dapat diterima
Direksi Pekerjaaan sehingga menjamin keselamatan lalu lintas dan bagi pemakai
jalan umum.
b) Pembersihan Penghalang
Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menjamin bahwa perkerasan, bahu jalan
lokasi yang berdekatan dengan Daerah Milik Jalan harus dijaga agar bebas dari
bahan pelaksanaan, kotoran dan bahan yang tidak terpakai lainnya yang dapat
mengganggu atau membahayakan lalu lintas yang lewat. Pekerjaan juga harus
dijaga agar bebas dari setiap parkir liar atau kegiatan perdagangan kaki lima kecuali
untuk daerah-daerah yang digunakan untuk maksud tersebut
c) Perkerasan sementara.
160

Pada area yang dapat diakses kendaraan, semua parit galian yang telah
dikembalikan setelah pemasangan pipa air limbah harus ditutup dengan lapisan
permukaan bata beton. Hal ini akan mengijinkan lalu lintas untuk menggunakan area
baru lebih cepat. Lapisan bata paving tetap dalam posisi sampai tidak ada
penurunan tanah (sub soil). Bata beton diletakkan dalam pola pada lapisan pasir
yang dipadatkan paling sedikit 0,15 m. Setelah 4 minggu, kontraktor diijinkan untuk
memindahkan bata beton untuk digunakan kembali.
Hanya kemudian permukaan jalan bisa dikembalikan sesuai aslinya, contoh beton
atau aspal.

5. Pengukuran Dan Pembayaran.

Besarnya biaya Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

D. PAPAN NAMA PROYEK

1. Pemasangan
Penyedia diwajibkan memasang papan nama proyek untuk memberikan informasi secara
umum kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka memudahkan identifikasi.
Dimensi/ukuran Papan Nama Proyek mengacu pada analisa harga satuan pekerjaan
Papan Nama Proyek.
Papan nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum dan memuat antara
lain :
a) Nama Proyek
b) Direksi Teknis/ Lapangan
c) Lokasi Proyek
d) Jumlah Biaya (Kontrak)
e) Nama Pelaksana (Penyedia)
f) Masa pelaksanaan proyek bulan, tanggal dan tahun

2. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran untuk Papan Nama Proyek dibuat dalam harga Lump Sum
yang terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk Papan Nama Proyek dibayar berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

E. PERIZINAN

1. Pelaksanaan.
Penyedia harus segera mengurus dan memperhitungkan biaya untuk membuat izin-izin
yang diperlukan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan, antara lain: izin
penerangan, izin pengambilan material, izin pembuangan, izin trayek dan pemakaian jalan,
izin penggunaan bangunan serta izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan ketentuan/
peraturan daerah setempat.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya perizinan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam
nilai kontrak.
161

F. PENANGGUNG JAWAB TEKNIS

1. Penyedia wajib menetapkan dan menempatkan seorang Kepala Pelaksana (Manajer


Proyek) berpendidikan S1 Teknik Lingkungan/Penyehatan/Teknik Sipil yang memiliki SKA
yang cakap untuk memimpin dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan
pekerjaan dan memiliki pengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis. Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat
pengangkatan resmi dari Penyedia ditujukan kepada Direksi Teknis/Lapangan.
2. Selain Kepala Pelaksana Penyedia harus menempatkan beberapa tenaga ahli yang
diperlukan sesuai dengan lingkup pekerjaan dan memiliki SKA dan berpengalaman dalam
pelaksanaan pekerjaan sejenis sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
3. Selain pelaksanaan, Penyedia diwajibkan pula memberitahu secara tertulis kepada Direksi
Teknis/ Lapangan susunan Organisasi Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya
masing-masing.
4. Bila dikemudian hari menurut tim Direksi Teknis/Lapangan, Pelaksana kurang mampu
melaksanakan tugasnya, maka Penyedia akan diberitahu secara tertulis untuk mengganti
pelaksananya.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat pemberitahuan, Penyedia sudah
harus menunjuk pelaksana baru sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

G. KEAMANAN KERJA

1. Pelaksanaan
a. Penyedia diwajibkan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek,
Direksi Teknis/Lapangan dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan baik terhadap
pencurian maupun pengrusakan.
b. Untuk maksud-maksud tersebut Penyedia diharuskan membuat pagar pengamanan.
c. Bila terjadi kehilangan atau kerusakan barang-barang atau pekerjaan, tetap menjadi
tanggung jawab Penyedia dan tidak dapat diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambah atau pengunduran waktu pelaksanaan.
d. Apabila terjadi kebakaran, Penyedia bertanggung jawab atas akibatnya, untuk itu
Penyedia harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai,
ditempatkan di tempat-tempat yang strategis dan mudah dicapai.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Keamanan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk dalam
nilai kontrak.

H. PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1. Penyedia wajib melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan selama masa konstruksi


berlangsung, sesuai dengan matrik dampak dan pemantauan lingkungan yang tertera di
dalam Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPL) Pembangunan Jaringan Perpipaan SPAM Kec. Babakan Madang Kab. Bogor
(NUWSP).
2. Pengelolaan lingkungan yang harus dilakukan oleh penyedia, antara lain adalah:
a. Penyedia wajib melakukan penyiraman area kerja dan sekitarnya minimal 1 hari
sekali, untuk mengurangi debu akibat pekerjaan konstruksi
b. Memastikan sampah, baik dari kegiatan konstruksi maupun kegiatan domestik,
dibuang di tempat yang aman. Pembuangan sampah ini bisa dilakukan dengan
bekerjasama dengan pihak lain seperti Dinas Lingkungan Hidup.
c. Penyedia harus membuat sistem drainase sementara di sekitar area konstruksi
untuk menghindari terjadinya genangan.
162

d. Memastikan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan domestik para pekerja,
dikelola dengan baik dan tidak mencemari lingkungan.
e. Memastikan tanah sisa galian dibuang ke tempat yang aman dan tidak
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan dan sosial.
f. Untuk pekerjaan Horizontal Directional Drilling (HDD), penyedia wajib:
- Membuat rencana manajemen lalu lintas dan menyiapkan rambu-rambu
- Menyiapkan rencana layout lapangan, meliputi tempat peralatan, tempat
pembuangan tanah dan lumpur hasil galian.
- Memasang turap baja pada pit awal dan akhir lubang pemboran untuk
mencegah terjadinya longsor.
- Memasang plat untuk bordes
- Penyedia juga wajib melakukan penutupan pit dengan baik dan benar dengan
pengeringan Kembali, pemadatan tanah dan pengembalian permukaan ke
kondisi awal.
3. Penyedia wajib mendokumentasikan kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan dan melaporkan secara berkala kepada pemberi tugas

I. UKURAN – UKURAN

Ukuran-ukuran yang tertera pada gambar adalah ukuran sebenarnya dan gambar tersebut
adalah gambar berskala. Jika terdapat perbedaaan antara ukuran dan gambarnya, maka
Penyedia harus segera meminta pertimbangan dan persetujuan dari Direksi Teknis/ Lapangan
untuk menetapkan mana yang benar.

J. PENYEDIAAN AIR, TENAGA LISTRIK DAN LAMPU PENERANGAN

1. Pelaksanaan
a. Untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung, Penyedia
harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih guna keperluan air kerja, air
minum untuk pekerja dan air kamar mandi.
b. Air yang dimaksud adalah bersih, baik yang berasal dari PAM atau sumber air,
serta pengadaan dan pemasangan pipa distribusi air tersebut bagi keperluan
pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan Kantor Proyek, kantor Penyedia,
kamar mandi/ WC atau tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
c. Penyedia juga harus menyediakan sumber tenaga listrik untuk keperluan
pelaksanaan pekerjaan, kebutuhan kantor Proyek dan penerangan proyek pada
malam hari sebagai keamanan selama proyek berlangsung selama 24 jam penuh
dalam sehari.
d. Pengadaan penerangan dapat diperoleh dari sambungan PLN dan Generator Set,
dan semua perijinan untuk pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia.
Pengadaan fasilitas penerangan tersebut termasuk pengadaan dan pemasangan
instalasi dan armatur, stop kontak serta saklar/ panel.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Air Kerja, Tenaga Listrik dan Penerangan sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

K. GAMBAR – GAMBAR KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS

1. Penyedia wajib meneliti semua Gambar dan RKS/spesifikasi teknis termasuk tambahan
dan perubahannya yang tercantum dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
2. Bilamana ada ketidak sesuaian antara Gambar dan RKS, maka yang mengikat adalah
RKS. Bilamana suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka harus
163

berkonsultasi dengan Direksi Teknis/Lapangan untuk dikoordinasikan dengan Konsultan


Perencana.
3. Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antara gambar rencana dan
spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan hal-
hal lain yang meragukan, Penyedia harus mengajukannya kepada Direksi
Teknis/Lapangan secara tertulis, dan Direksi Teknis/ Lapangan akan mengoreksi atau
menjelaskan gambar-gambar tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam
spesifikasi teknis. Koreksi akibat penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar
rencana akan ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan dan disampaikan secara tertulis
kepada Penyedia.
4. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus
menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak Direksi Teknis/ Lapangan
sebanyak 3 (tiga) rangkap, termasuk perhitungan-perhitungan yang berhubungan
dengan gambar tersebut.
5. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan. Gambar-
gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil
revisi terkahir. Penyedia juga harus menyiapkan gambar-gambar yang menunjukan
perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja. Semua biaya untuk itu menjadi
tanggung jawab Penyedia.

L. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN

1. Pelaksanaan
a. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan baik berupa alat-alat kecil maupun
besar, harus disediakan oleh Penyedia dalam keadaan baik dan siap pakai,
sebelum pekerjaan fisik yang bersangkutan dimulai antara lain:
• Mesin pengaduk beton dan mesin penggetar
• Mesin pemadat/compactor
• Peralatan pengelasan dan pendukungnya
• Crane
• Perlengkapan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur
• Peralatan lainnya yang nyata-nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Penyedia harus menjaga ketertiban dan kelancaran selama perjalanan alat-alat
berat yang menggunakan jalanan umum agar tidak mengganggu lalu-lintas.
c. Direksi Teknis/Lapangan berhak memerintahkan untuk menambah peralatan atau
menolak peralatan yang tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
d. Bila pekerjaan telah selesai, Penyedia diwajibkan untuk segera menyingkirkan alat
alat tersebut, memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya dan membersihkan
bekas-bekasnya.
e. Disamping untuk menyediakan alat-alat yang diperlukan seperti dimaksudkan pada
butir 12.1.a penyedia harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja
pada kondisi apapun, seperti : tenda-tenda untuk bekerja pada waktu hari hujan,
perancah (scafolding) pada sisi luar bangunan atau tempat lain yang memerlukan,
serta peralatan lainnya.
2. Pengukuran dan Pembayaran
a. Mobilisasi.
Pengukuran dan pembayaran untuk mobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk mobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan
oleh Direksi Pekerjaan bahwa mobilisasi telah lengkap untuk setiap jenis peralatan
dan perlengkapan yang diajukan kontraktor dalam penawarannya.
Perkiraan bulanan tentang kemajuan pekerjaan untuk pembayaran mobilisasi
harus didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang menunjukkan bahwa
164

mobilisasi untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap dalam
bulan yang direncanakan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

b. Demobilisasi.
Pengukuran dan pembayaran untuk demobilisasi dibuat dalam harga Lump Sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga lump sum untuk demobilisasi dibayar berdasarkan sertifikat yang
dikeluarkan oleh Direksi Pekerjaan bahwa demobilisasi telah lengkap untuk setiap
jenis peralatan dan perlengkapan yang termasuk dalam demobilisasi.
Perkiraan bulanan tentang kemajuan pekerjaan untuk pembayaran demobilisasi
harus didukung oleh salinan dan dokumen yang sesuai, yang menunjukkan bahwa
demobilisasi untuk setiap peralatan yang disebutkan di atas sudah lengkap dalam
bulan yang direncanakan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga yang terdapat dalam
Daftar Kuantitas dan Harga.

M. PENYEDIAAN MATERIAL

1. Penyedia harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam
daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain di dalam
dokumen kontrak.
2. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan harus
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kotrak.
3. Nama produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja,
kemampuan, laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus
disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Bila
menurut pendapat Direksi Teknis/ Lapangan hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak
sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus
diganti oleh Penyedia tanpa biaya tambahan.
4. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan
jadwal untuk pekerjaan lainnya.

N. DOKUMEN DAN JAMINAN KUALITAS

1. Penyedia diharuskan untuk menyerahkan jaminan kualitas dari bahan – bahan utama
yang akan dipasang dari instansi yang berwenang untuk mengeluarkan jaminan.
2. Penyedia harus melampirkan gambar serta brosur asli dari pabrik dalam dokumen
penawarannya, yang menggambarkan ukuran dan spesifikasi teknis dari material yang
digunakan pada pemasangan pipa.

O. CONTOH – CONTOH MATERIAL

1. Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan
contoh menurut Acuan Normatif yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan. Contoh-contoh
harus menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui Direksi Teknis/ Lapangan harus disimpan terpisah
dan tidak tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut.
Penawaran Penyedia harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian
material.
165

3. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan barang/ material yang disetujui sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan tidak tersedia di pasaran maka penyedia dapat mengajukan
alternatif barang/ material dengan kualitas yang sama dengan spesifikasi yang
ditentukan, dengan persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan.

P. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA

Penyedia dengan tanggungan sendiri dan dengan diketahui Direksi Teknis/ Lapangan harus
mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan
dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurang mutunya
karena pengaruh cuaca.

Q. PENGUKURAN DAN PEMATOKAN JALUR PIPA

1. Pelaksanaan
1.1. Pengukuran
a. Penyedia harus melakukan pengukuran kembali di lapangan, dan menggambarkan
kembali sesuai kondisi real di lapangan (shop drawing).
b. Pengukuran harus dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya dan
berpengalaman.
c. Hasil pengukuran harus dilaporkan kepada Direksi Teknis/ Lapangan agar dapat
ditentukan sebagai pedoman atau referensi dalam melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan gambar rencana dan persyaratan teknis.
d. Jika pada saat pengukuran terjadi keraguan, maka hal ini harus ditanyakan kepada
Direksi Teknis/ Lapangan.
1.2. Pematokan
a. Penyedia harus mengerjakan pematokan untuk menentukan posisi jalur pipa dan
peil/elevasi pipa sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini seluruhnya harus
mendapat persetujuan Direksi Teknis/ Lapangan terlebih dahulu sebelum memulai
pekerjaan selanjutnya. Direksi Teknis/ Lapangan dapat melakukan revisi
pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Penyedia harus mengerjakan
revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
b. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, Penyedia harus memberitahukan
kepada Direksi Teknis/Lapangan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari
sebelumnya,sehingga Direksi Teknis/Lapangan dapat mempersiapkan segala
sesuatu yangdiperlukan untuk melakukan pengawasan.
c. Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh Penyedia untuk
mendapatpersetujuan Direksi Teknis/Lapangan. Hanya hasil pengukuran yang
telah disetujuiDireksi Teknis/Lapangan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
pembayaran pekerjaan. Penyedia wajib menyediakan alat-alat ukur dengan
perlengkapannya, juru ukur serta pekerjaan lain yang diperlukan oleh Direksi
Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan/ pengujian hasil pengukuran.
d. Semua tanda-tanda di lapangan yang diberikan oleh Direksi Teknis/ Lapangan atau
dipasang sendiri oleh Penyedia harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik oleh
Penyedia. Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan
meminta kembali persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan. Bila terdapat
penyimpangan dari gambar rencana, Penyedia harus mengajukan 3 (tiga) rangkap
gambar penampang dari daerah yang dipatok tersebut. Direksi Teknis/Lapangan
akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dari pendapat/revisi pada satu copy
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Penyedia. Setelah diperbaiki
Penyedia harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar-gambar
tersebut harus dibuat agar memungkinkan untuk direproduksi. Semua gambar
gambar yang telah disetujui harus diserahkan kepada Direksi Teknis/ Lapangan
166

dalam bentuk asli dan 2 (dua) copy. Ukuran dan huruf yang digunakan pada
gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan Direksi Teknis/ Lapangan.
2. Pengukuran dan Pembayaran
Besarnya biaya Pengukuran dan Pematokan Jalur Pipa sudah diperhitungkan dalam
penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

R. JADWAL PELAKSANAAN

1. Penyedia harus menyiapkan jadwal pelaksanaan secara detail dan harus diserahkan
kepada Direksi Teknis/ Lapangan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu
tahapan pekerjaan dimulai. Program kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknis/Lapangan. Jadwal pelaksanaan tersebut harus
mencakup:
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke
lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan
dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai
latar belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan
2. Jadwal pelaksanaan tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta
lampiran penjelasan.
3. Penyedia wajib memberikan salinan jadwal pelaksanaan yang telah disahkan oleh
Direksi Teknis/Lapangan dalam 5 (lima) rangkap kepada Direksi Teknis/Lapangan, dan
satu salinan harus ditempel di kantor lapangan (direksi keet) yang dilengkapi dengan
grafik kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
4. Direksi Teknis/Lapangan akan menilai prestasi pekerjaan Penyedia berdasarkan grafik
rencana kerja dan kemajuan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

S. METODE KERJA

Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyedia harus mengajukan metode pelaksanaan pekerjaan


untuk disetujui oleh Direksi Teknis/ Lapangan. Metode kerja sekurang kurangnya berisi :
1. Metode pelaksanaan pekerjaan,
2. Untuk komponen pekerjaan tertentu (beton, baja/besi, pipa, manhole) harus dilengkapi
dengan gambar yang menjelaskan pelaksanaannya.
3. Bahan/ material yang akan digunakan
4. Peralatan pendukung
5. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan

T. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN

1. Penyedia diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila Direksi


Teknis/Lapangan memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material
yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan
tersebut. Dalam keadaan apapun, Penyedia tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan
yang sifatnya permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknis/
Lapangan.
167

2. Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada
Direksi Teknis/ Lapangan sebelum memulai pekerjaan, agar Direksi Teknis/Lapangan
mempunyai waktu yang cukup untuk mempertimbangkan persetujuannya.
3. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut Direksi Teknis/ Lapangan penting,
harus dihadiri dan diawasi langsung oleh Direksi Teknis/ Lapangan atau wakilnya.
Untuk itu maka Penyedia harus menyampaikan permohonan ijin pelaksanaan (request)
yang harus sudah diterima oleh Direksi Teknis/ Lapangan selambat-lambatnya 2(dua)
hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.

U. RAPAT – RAPAT

1. Apabila dipandang perlu, Direksi Teknis/ Lapangan dapat mengadakan rapat-rapat


dengan mengundang Penyedia dan pihak-pihak tertentu yang berkaitan dengan
pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil/ risalah rapat
merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi Penyedia.
2. Keputusan rapat yang disepakati dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh
seluruh pihak yang berkepentingan.

V. PRESTASI KEMAJUAN PEKERJAAN

1. Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang telah
diselesaikan Penyedia dan disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Prosentase
pekerjaan ini dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah
diselesaikan terhadap nilai kontrak keseluruhan.
2. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

W. PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan
secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap diperlukan
agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan
sesuai dengan kontrak.
2. Penyedia harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/ atau secara keseluruhan
sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil pengujian terdapat
bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, Penyedia dengan biaya sendiri harus
melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat
diterima oleh Direksi Teknis/ Lapangan.

X. LAPORAN – LAPORAN

Penyedia harus menyusun dan menyerahkan laporan pelaksanaan pekerjaan, yang terdiiri
dari:
1. Laporan harian yang berisi laporan yang mencatat seluruh rencana dan realisasi aktivitas
pekerjaan harian.

Laporan harian berisi:


a. Tugas, penempatan dan jumlah tenaga kerja di lapangan;
b. Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c. Jenis, jumlah, dan kondisi peralatan di lapangan;
d. Jenis dan kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan;
e. Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
f. Hasil inspeksi/ pengawasan/ patroli K3 dan lingkungan;
168

g. Kejadian insiden/kecelakaan atau penyakit akibat kerja, jika ada, dan tindak lanjutnya;
h. Catatan lain yang dianggap perlu.
2. Laporan Mingguan, yang berisi terdiri dari rangkuman laporan harian dan berisi hasil
kemajuan fisik pekerjaan mingguan, hasil inspeksi K3, mutu, dan lingkungan termasuk
tindak lanjutnya, serta catatan lain yang dianggap perlu.
3. Laporan bulanan dibuat oleh Penyedia, terdiri dari rangkuman laporan mingguan dan
berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan bulanan, termasuk hasil pelaksanaan RK3K,
program mutu dan lingkungan.
4. Untuk kelengkapan laporan, Penyedia dan Direksi Teknis wajib membuat foto-foto dan
video dokumentasi pelaksanaan pekerjaan dan evaluasi pencapaian sasaran K3, mutu
dan lingkungan, termasuk rekomendasi untuk peningkatan kinerja K3, mutu dan
lingkungan.
5. Dokumentasi pelaksanaan pekerjaan minimal pada kondisi 0%, 25%, 50%, 75% dan
100% atau sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan Direksi Teknis/Lapangan.
6. Dalam pembuatan dokumentasi harus berisi informasi mengenai jenis pekerjaan, lokasi
dan kondisi kemajuan pekerjaan.
7. Tidak ada item tersendiri untuk pembiayaan pembuatan laporan termasuk rekaman video
proyek. Biaya pembuatan laporan sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk
dalam nilai kontrak.

Y. SHOP DRAWING

1. Penyedia wajib membuat shop drawing yang terdiri dari gambar kerja lengkap sesuai
dengan kondisi lapangan untuk semua pekerjaan serta detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam gambar rencana atau yang diminta Direksi Teknis/Lapangan.
Shop drawing ini harus jelas mencantumkan dan menggambarkan semua data yang
diperlukan.
2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
3. Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Direksi Teknis/Lapangan sebelum
pelaksanaan pekerjaan.
4. Biaya pembuatan shop drawing sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk
dalam nilai kontrak.

Z. AS BUILT DRAWING

1. Setelah pekerjaan selesai Penyedia diharuskan menyerahkan As Build Drawing yang


menunjukan gambar yang terpasang disertai perubahannya bila ada paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum penyerahan akhir pekerjaan.
2. Semua dokumen gambar harus dibuat dengan menggunakan software CAD.
3. Dokumen pekerjaan terlaksana/terpasang (as built documents) yang diserahkan kepada
pengguna pekerjaan konstruksi pada saat serah terima akhir pekerjaan adalah termasuk
dokumen hasil proses manajemen risiko K3 Perancangan dan Pelaksanaan serta SOP
K3 Pemanfaatan Bangunan/ Konstruksi.
4. Apabila penyedia terlambat menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat
menahan sejumlah uang sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
5. Apabila penyedia tidak menyerahkan gambar pelaksanaan, maka PPK dapat
memperhitungkan pembayaran kepada penyedia sesuai dengan ketentuan dalam
syarat-syarat khusus kontrak.
6. Biaya pembuatan as built drawing sudah diperhitungkan dalam penawaran dan termasuk
dalam nilai kontrak.

AA. DIREKSI KEET, STOCK YARD, GUDANG SEMEN & PERALATAN, BEDENG
PEKERJA
169

1. Pelaksanaan.
a. Penyedia harus membuat Direksi Keet/kantor proyek tempat bagi pelaksana dan
Direksi Teknis/Lapangan bekerja, dengan luas yang memadai dan dilengkapi
dengan peralatan kantor yang dibutuhkan.
b. Penyedia juga harus menyediakan halaman/stock yard dengan luas yang cukup
untuk menyimpan material yang besar seperti alat berat dan perlatan lapangan
lainnya.
c. Penyedia juga harus menyediakan gudang dengan luas yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan dan peralatan-peralatan agar terhindar dari
gangguan cuaca dan pencurian.
d. Penempatan kantor dan gudang harus diatur sedemikian rupa, agar mudah
dijangkau dan tidak menghalangi pelaksanaan pekerjaan.
e. Penyedia harus membuat bedeng pekerja/los kerja dan bangunan tempat untuk
istirahat (bedeng) dan tempat ibadah bagi pekerja penyedia.
f. Los kerja merupakan bangunan dengan luas yang cukup untuk tempat bekerja bagi
tukang/ pekerja Penyedia dan mempunyai kondisi yang cukup baik, terlindung dari
pengaruh cuaca yang dapat menghambat kelancaran pekerjaan.
g. Bangunan-bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.
h. Penyedia Jasa harus menyediakan secara penuh waktu tenaga pengamanan dan
pesuruh kantor.
i. Penyedia Jasa harus selalu menjaga bahwa kantor lapangan Direksi setiap waktu
terpelihara dengan baik berikut layanan fasilitasnya.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk item ini dihitung dalam harga M2 yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas item Pekerjaan Persiapan.
Harga untuk item ini dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Direksi
Pekerjaan bahwa Direksi Keet, Stock Yard, Gudang Semen & Peralatan dan Bedeng
Pekerja telah lengkap dibangun dengan segala jenis perlengkapannya.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga yang terdapat dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

AB. PENYIAPAN STANDAR OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Pelaksanaan.
a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Proyek 6 set Manual Operasi dan
Pemeliharaan (O & M) sedini mungkin,atau dalam waktu 28 hari setelah selesai
menginstal dan memasok peralatan di lapangan.
b. Manual harus mencakup diagram diagramatik peralatan yang mudah dibaca.
Penyedia dalam mempersiapkan Manual harus mempertimbangkan
kekurangan pengalaman personil pengelola dalam operasi dan pemeliharaan.
c. Manual harus mencakup seperti nama dan lokasi pabrikan, kantor perwakilan
pabrik pembuat, pemasok terdekat, daftar lengkap semua gambar yang berlaku,
daftar suku cadang, dan daftar komponen untuk setiap komponen dari salah satu
item.
d. Daftar bagian komponen harus mencakup kode, nomor seri dan instruksi lainnya
dan sejauh mungkin harus dirinci untuk semua peralatan yang disediakan.
e. Pemeliharaan yang dilakukan untuk barang-barang ini harus dijelaskan secara rinci
termasuk frekuensi inspeksi dan pelumasan yang direkomendasikan.

Besarnya biaya penyiapan standar operasi dan pemeliharaan sudah diperhitungkan


dalam penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.
170

AC. SOSIALISASI KEPADA MASYARAKAT

1. Umum
Sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan, dilakukan terlebih dahulu koordinasi dan
sosialisasi dengan instansi atau pihak-pihak terkait. Selain koordinasi dan sosialisasi
dengan pihak terkait juga dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sesuai rencana lokasi
pekerjaan. Setelah pelaksanaan koordinasi dan sosialisasi tersebut dilaksanakan maka
diharapkan masyarakat dapat mengerti dan sekaligus mendukung pelaksanaan
pekerjaan sejak awal hingga selesai.
Penyelenggaraan koordinasi dan sosialisasi tersebut akan dilaksanakan oleh pemilik
proyek dibantu oleh kontraktor dan konsultan pengawas.

2. Pengukuran dan Pembayaran


Besarnya biaya Sosialisasi Kepada Masyarakat sudah diperhitungkan dalam penawaran
dan termasuk dalam nilai kontrak.

AD. PENGAMANAN UTILITAS EKSISTING (BAWAH TANAH)

1. Umum.
Dalam melaksanakan pekerjaan, Kontraktor harus mempertimbangkan dengan cermat
keberadaan utilitas bawah tanah seperti kabel listrik, pipa gas, kabel telpon, drainase
dll, dengan melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk memperoleh data awal
sepanjang lokasi pekerjaan dan melakukan.
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat utilitas bawah tanah yang rusak akibat
penggalian dan utilitas tersebut tidak diketahui keberadaan sebelumnya dan dianggap
penting untuk diperbaiki atau dipindahkan (relokasi) maka Direksi Pekerjaan dapat
mempertimbangkan biaya akibat pekerjaan tersebut dengan melampirkan bukti-bukti
yang dapat dipertanggung jawabkan.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Besarnya biaya Pengamanan Utilitas Eksisting (bawah tanah) sudah diperhitungkan
dalam penawaran dan termasuk dalam nilai kontrak.

A.E. PRE-COMMISIONING DAN COMMISIONING

1. Umum.
Kontraktor harus menyerahkan rencana pengujian, komisioning dan verifikasi yang
akan digunakan untuk menunjukkan/mendemontrasikan bahwa fasilitas terpasang,
peralatan, proses dan sistem, mampu berkinerja dengan baik secara individu maupun
sebagai bagian dari jaringan terpadu. Kontraktor harus menyampaikan rencana final
kepada Direksi Pekerjaan/Lapangan untuk review paling tidak 14 hari sebelum
dimulainya pekerjaan komisioning.
Pengujian pra-komisioning dan komisioning harus mencakup semua prosedur dan
fungsi, keselamatan, keadaan darurat serta prosedur normal.
Kontraktor harus menetapkan, dalam dokumentasi konstruksinya, daftar lengkap dari
uji komisioning yang akan dilakukan berdasar Kontrak untuk membuktikan kesesuaian
dengan Spesifikasi Teknis. Pengujian semacam itu harus mencakup, tetapi tidak harus
terbatas pada: -
Uji struktur dan pipa
▪ Pengujian kebocoran dan tekanan;
171

▪ Pengujian pemadatan untuk bahan perlapisan dan penimbunan kembali;


▪ Pengujian bahan konstruksi (termasuk pengujian beton);
▪ Pengujian operasi otomatis;
▪ Pengujian operasi manual;
▪ Pengujian kualitas bahan.
Semua pengujian yang dilakukan harus diselesaikan untuk kepuasan Engineer sesuai
dengan program uji.
2. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran dan pembayaran untuk pra-komisioning dan komisioning dibuat dalam
harga Lump Sum yang terdapat dalam BOQ.
Harga lump sum untuk item ini dibayar berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh
Direksi Pekerjaan bahwa persiapan commissioning dan pelaksanaan commissioning
telah dilaksanakan dan berjalan lancar tidak ada kendala dan permasalahan.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang terdapat dalam
BOQ.

AF. PENGECATAN

1. Ketentuan-Ketentuan Pengecatan.
Untuk mendapatkan hasil pengecatan yang baik maka pengecatan perlu memenuhi
ketentuan-ketentuan pengecatan, jika menginginkan hasil yang memuaskan.
Sedangkan ketentuan-ketentuan pengecatan mempunyai tujuan dan fungsi
pengecatan yaitu :
a. Tujuan dan fungsi pengecatan.
• Untuk memberikan warna yang indah.
• Untuk melindungi dan menjaga agar benda tersebut tidak mengalami proses
pelapukan atau menjadi rusak.
• Untuk melindungi strukturdari pengaruh negatif alam cuaca.
• Untuk menambah ketahanan kontruksi dari pengaruh panas.

b. Syarat-syarat bahan cat.


Sebagai bahan bangunan, cat harus memenuhi syarat-syarat didalam
penggunaannya, antara lain adalah:
• Cat harus kering dalam waktu 15-20 menit.
• Pengecatan harus dapat menghasilkan lapisan yang lengket, rata, kenyal,
melekat dengan baik, tidak menyerap debu, dan harus melekat dan
menutup dengan baik benda yang dicat.
c. Mutu cat.
Cat didalam pasaran telah diketahui mutunya oleh para pemakai. Cat yang baik
adalah cat yang setelah dipakai :
• Tidak menimbulkan pecah-pecah.
• Warnanya tidak luntur.
• Harus dapat kering maksimum 20 menit.
• Dapat menghasilkan lapisan cat yang lengket.
• Bila diulaskan daapt menutup dengan rata.
• Kenyal.
• Melekat dengan baik.
• Tidak menyerap debu.
172

• Tahan terhadap iklim.


2. Pekerjaan Pengecatan
a. Benda yang akan dicat harus dipastikan sudah kering sebelum pengecatan
dilaksanakan.
b. Haluskan benda yang akan dicat menggunakan amplas.
c. Bila benda yang akan di cat adalah tembok yang masih sedikit basah, lapiskan
satu lapis isolasi vernis, tunggu sampai kering.
d. Lapiskan plamur dengan menggunakan pisau plamir (kafe), tunggu sampai
kering.
e. Haluskan tembok dengan amplas sampai halus.
f. Lapiskan beberapa lapis cat tembok
g. Pengecatan tembok lama :
▪ Hilangkan sebagian besar cat tembok yang lama, dengan cara dikerok atau
diampelas.
▪ Bersihkan tembok dengan air, tunggu sampai kering.
▪ Lapiskan plamur menggunakan kafe untuk meratakan, tunggu sampai kering.
▪ Haluskan dengan ampelas sampai halus.
▪ Lapiskan cat tembok sampai rata.
3. Pengukuran dan Pembayaran.
Pengukuran untuk pekerjaan Pengecatan diukur dalam satuan meter persegi (m²) yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Struktur Baja.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
dan hasil pekerjaan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker Pelaksanaan Prasarana
Permukiman Wilayah I Provinsi Jawa
Barat

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
173

BAB X.3 SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS


A. PEKERJAAN SIPIL
A.1. PEKERJAAN BETON
A.1.1. REFERENSI DAN STANDAR
Karet spons yang dibentuk dan pengisi
AASHTO M 153-70
: sambungan dari gabus untuk lapisan beton
(SNI 03-4432)
dan konstruksi struktur.
AASHTO M 213-74 Pengisi sambungan yang dibentuk untuk
:
(SNI 03-4815-1998) lapisan beton dan konstruksi struktur.
Jumlah material yang lebih halus dari
AASHTO T 11-78 :
ayakan 0.075 mm dalam agregat.
Ketidak murnian organis dalam pasir untuk
AASHTO T 21-78 :
beton.
AASHTO T 22-74
: Kuat tekan dari contoh beton silindris.
(SNI 1974:2011)
Pembuatan dan perawatan contoh untuk
AASHTO T 23-76
: pengujian kuat tekan dan kuat lentur
(SNI 03-4810-1998)
dilapangan.
AASHTO T 26-72
: Mutu air yang akan digunakan dalam beton.
(SNI 7974-2013)
Abrasi dari agregat kasar dengan meng-
AASHTO T 96-77 :
gunakan mesin Los Angeles.
Penentuan mutu agregat dengan meng-
AASHTO T 104-77 :
gunakan sodium sulfat.
AASHTO T 112-78 Gumpalan lempung dan partikel yang dapat
:
(SNI 03-4141-1996) pecah dalam agregat
AASHTO T 126-76 Pembuatan dan perawatan contoh untuk
:
(SNI 2493-2011) pengujian beton di laboratorium.
AASHTO T 141-
: Pengambilan contoh beton segar.
74(SNI 2458-2008)
SNI 15-2049-1994 : Mutu dan Cara Uji Semen Portland.

A.1.2. LINGKUP PEKERJAAN


a. Pekerjaan meliputi penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-
bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua
pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya dengan itu, lengkap
sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau sebagaimana diperlukan.
b. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak
termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-
ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi
penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur konstruksi beton
bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam gambar itu,
maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Direksi
Teknis/Lapangan, guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya.
174

A.1.3. MATERIAL
A.1.3.1. MUTU SEMEN
a. Semen harus berupa semen portland (PC) biasa yang sesuai dengan Acuan
Normatif SNI 15-2049-1994 tentang Mutu dan Cara Uji Semen Portland.
b. Semua semen yang berasal dari pabrikan yang sudah disetujui oleh Direksi.
Teknis/Lapangan dan harus dikirim ke lapangan dalam kantong yang tertutup
atau dalam tempat lain dari pabrikan yang sudah disetujui.
c. Bilamana dikehendaki oleh Direksi Teknis/Lapangan, Penyedia harus
memberikan pada Direksi Teknis/Lapangan, satu faktur untuk tiap pengiriman
semen, dimana tertera nama pabrikan, jenis dan jumlah semen yang dikirim,
bersama dengan sertifikat pengujian dari pabrikan yang menyatakan bahwa
semen yang dikirim sudah diuji dan dianalisa dalam segala hal sesuai dengan
Acuan Normatif.
d. Semua semen harus diangkut dan disimpan dalam tempat yang tidak tembus air
serta dilindungi dari kelembaban sampai saat pemakaian, semen yang membatu
atau menggumpal atau yang rusak kantongnya akan ditolak.
e. Semen harus menjalani pengujian tambahan yang sesuai dengan Acuan
Normatif bila dianggap perlu oleh Direksi Teknis/Lapangan. Direksi
Teknis/Lapangan berhak untuk menolak semen yang tidak memuaskan,
sekalipun sudah terdapat sertifikasi dari pabrikan.
f. Semua semen yang ditolak harus segera disingkirkan dari lapangan atas biaya
Penyedia. Penyedia harus menyediakan semua contoh pengujian dan
memberikan bantuan yang mungkin diperlukan oleh Direksi Teknis/Lapangan
untuk melakukan pengujian.
g. Penyedia harus menjamin agar setiap saat terdapat persediaan semen dalam
jumlah yang cukup di lapangan sehingga kemajuan kerja tidak terganggu dan
memberikan waktu yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
A.2.3.2. PASIR (AGREGAT HALUS) DAN BATU PECAH (AGREGAT KASAR)
a. Mutu agregat halus: butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung
lumpur dan bahan-bahan organis.
b. Ukuran agregat halus: Sisa diatas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa
diatas ayakan 2 mm harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm harus
berkisar antara 80% dan 90% berat.
c. Mutu agregat kasar: butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah mesin
(split) jumlah butir-butir pipih maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat
aktif alkali.
d. Ukuran agregat kasar: sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa diatas
ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa
kumulatif diatas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan
minimum 10% berat.
e. Penyimpanan: pasir dan batu pecah mesin (split) harus disimpan sedemikian
rupa sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
f. Bila agregat yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan sudah terpilih,
Penyedia harus mengusahakan agar seluruh pemasukan untuk tiap bahan
berasal dari satu sumber yang disetujui untuk menjaga agar mutu gradasi dapat
dipertahankan pada seluruh pekerjaan.
g. Pengujian lebih lanjut untuk menentukan variasi kemurnian atas gradasi bahan
harus dilakukan sekurang-kurangnya satu kali untuk tiap 25 m3 yang dipasok.
h. Harus disediakan kapasitas penyimpanan yang mencukupi, baik di sumber
pemasokan atau dilapangan untuk agregat halus dan kasar yang mutu serta
gradasinya sudah disetujui guna menjaga kesinambungan kerja.
175

A.2.3.3. MUTU AIR


Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam
alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak
beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Standar Kualitas air harus
memenuhi kriteria AASHTO T 26-72 atau SNI 7974-2013. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada
laboratorium yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
A.2.3.4. MUTU/KEKUATAN BETON
Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah
sebagai berikut:
Tabel 1 Kelas Beton
Mutu Beton fc = K x 0,083
kg/cm2 MPa

K 100 fc 8,30
K 125 fc 10,38
K 150 fc 12,45
K 175 fc 14,53
K 200 fc 16,60
K 225 fc 18,68
K 250 fc 20,75
K 275 fc 22,83
K 300 fc 24,9
K 325 fc 26,98
K 350 fc 29,05

A.2.3.5. PENYIMPANAN SEMEN


a. Penyedia harus menyediakan dan mendirikan gudang-gudang di tempat yang
sesuai untuk menyimpan dan menangani semen, gudang-gudang tersebut harus
benar-benar kering, berventilasi baik, tidak tembus air dan berkapasitas cukup.
b. Ketika diangkut ke lapangan dengan lori/gerobak, semen harus ditutup dengan
terpal atau bahan penutup lain yang tidak tembus air, semen harus sesegera
mungkin digunakan setelah dikirim dan setiap semen yang menurut pendapat
Direksi Teknis/Lapangan sudah rusak atau tidak sesuai lagi akibat penyerapan
air dari udara atau dari manapun, harus ditolak dan disingkirkan dari lapangan
atas biaya Penyedia.
c. Semen-semen yang berlainan jenis harus disimpan dalam gudang terpisah,
semen-semen harus disimpan menurut pengiriman sedemikian sehingga yang
dikirim dahulu dapat dipakai lebih dahulu.
A.2.3.6. Pengukuran Bahan-Bahan Beton
a. Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali
air yang boleh diukur menurut volume. Agregat halus dan kasar harus diukur
menurut volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui, yang memenuhi
ketepatan ± 1 %. Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
b. Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang
ditambahkan serta metoda penentuan kadar air harus sudah disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan sebelum beton di cor.
A.1.4 PELAKSANAAN
A.1.4.1. Manajemen Pelaksanaan Pengadukan dan Pengecoran Beton
a. Penyedian barang/jasa wajib mengajukan permohonan (request) pelaksanaan
pengecoran setelah ketersedian material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan
bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
176

b. Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib menyertakan shop


drawing dan rencana kerja lengkap meliputi metode dan jadwal pelaksanaan,
penanggung jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta rencana penggunaan
peralatan dan tenaga kerja.
c. Direksi Teknis/Lapangan melaksanakan inspeksi atas kesiapan pelaksanaan
pengecoran tersebut untuk kemudian menyetujui atau tidak menyetujui rencana
pelaksanaan pengecoran.
d. Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin oleh seorang
penanggung jawab pelaksanaan yang mempunyai keahlian dan pengalaman
yang cukup dalam pelaksanaan pengecoran.
e. Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan, pengecoran
dan pemadatan harus dipimpin oleh seorang kepala tukang yang akan
mengarahkan pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
f. Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang
terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan
pengecoran yang dilakukan.
g. Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk seorang pengawas
yang khsusus mengawasi kondisi bekisting dan pembesian agar selama
pelaksanaan pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar rencana
pembetonan.
h. Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti beton moln (concrete
mixer 0,3-0,6 m³), pompa (concrete pump) dan concrete vibrator agar apabila
terjadi kerusakan peralatan tidak mengganggu pelaksanaan pengecoran.
i. Penyedia harus mengatur setting-time pelaksanaan pengecoran sedemikian
sehingga adukan beton tidak melewati batas waktu yang disyaratkan sebelum
pengecoran.
A.1.4.2. Adukan Beton dengan Molen/Concrete mixer
a. Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing
untuk umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil
pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan. Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus
diserahkan selambat-lambatnya 6 minggu sebelum pekerjaan dimulai.
b. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa Direksi Teknis/Lapangan
tentang kekuatan/kebersihannya. Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan
design mix serta pembiayaanya adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia. Trial mix dan design mix harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai
diambil dari sumber yang berlainan, merk semen yang berbeda atau supplier
beton yang lain.
c. Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecor,
pengadukan harus menggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang
kontinyu serta mempunyai kapasitas minimal 1 m3. Jenisnya harus disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana
dianjurkan oleh pabrikan.
d. Pengadukan beton harus dengan Concrete Mixer kapasitas 0,3 – 0,6 m³ atau
dengan Truck Mixer (Agitator). Pengadukan dengan tangan tidak diijinkan,
kecuali jika sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan untuk mutu beton
tertentu.
e. Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh
massa, tiap partikel terbungkus mortar dan mampu menghasilkan beton padat
yang homogen tanpa adanya air yang berlebihan.
A.1.4.3. Beton Ready Mix
a. Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh Direksi
Teknis/ Lapangan dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan,
Penyedia/Penyedia harus bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton
177

memenuhi persyaratan dalam spesifikasi ini termasuk pengontrolan mutu,


keteraturan pengiriman serta pemasukan beton secara berkesinambungan. Jika
salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi, Direksi Teknis/
Lapangan akan menarik kembali persetujuannya dan mengharuskan Penyedia
mengganti pemasok.
b. Penyedia harus menyediakan di batchingplant 1 timbangan dan saringan–
saringan standard dengan penggetar (shaker) untuk mengecek secara teratur
campuran yang sudah direncanakan.
c. Penyedia harus mengatur agar Direksi Teknis/ Lapangan dapat memeriksa alat
pembuat beton ready mix bila mana diperlukan.
d. Penyedia harus membuat catatan-catatan yang diperlukan, catatan-catatan
mengenai semen, agaregat dan kadar air kedap tiap adukan harus diserahkan
kepada Direksi Teknis/ Lapangan setiap hari. Berat semen dan agregat kasar
serta halus harus terus dicatat dalam dokumen pengiriman, serta dilakukan
pengujian secara periodik untuk menentukan kadar air agregat dan jumlah air
yang ditambahkan pada setiap adukan harus disesuaikan menurut hasil tes
tersebut.
e. Penyedia atau pemasok readymix harus mengatur setting time sedemikian rupa
sehingga beton yang akan dicorkan tidak mengalami setting (penggumpalan).
f. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan catatan waktu pengadukan dan
penambahan air, dikirimkan bersama dengan pengemudi truk diparaf oleh
pencatat waktu yang bertanggung jawab di tempat pengadukan.
g. Di lapangan dibuat catatan yang meliputi hal-hal berikut ini:
o Waktu kedatangan truk.
o Waktu registrasi truk dan nama depot.
o Waktu ketika beton telah dicorkan dan dibiarkan tanpa gangguan.
o Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan oleh ukuran agregat
maksimum.
o Posisi dimana beton dicorkan.
o Tanda-tanda referensi dari kubus uji yang diambil dari pengiriman
tersebut.
o Slump (atau faktur kompaksi).
h. Beton harus ditempatkan dan dibiarkan tanpa gangguan, dalam posisi akhirnya
dalam waktu maksimal 2 jam, dengan menggunakan truk mixer dan tidak
menggunakan additive, dari saat semen pertama kali bertemu dengan air
pengaduk.
Buku catatan harus selalu tersedia untuk diperiksa oleh Direksi Teknis/
Lapangan.
i. Apabila menggunakan bahan additive waktu maksimal yang diijinkan sesuai
dengan spesifikasi additive yang digunakan.
j. Pengambilan sampel untuk pembuatan kubus uji dilakukan oleh penyedia di
tempat pengecoran dengan disaksikan oleh Direksi Teknis/ Lapangan
A.1.4.4 Lantai Kerja
Beton bertulang tidak boleh diletakkan langsung di permukaan tanah, kecuali jika
ditetapkan lain, maka harus dibuat lantai kerja minimal 5 cm (atau sesuai dengan
gambar rencana) dengan beton mutu f'c = 7,4 Mpa slump (3-6) cm, w/c=0,87 di
atas tanah sebelum tulangan beton ditempatkan.
A.1.4.5. Tebal Minimum Penutup Beton
a. Bila tidak disebutkan, tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan SNI
03-2847-2002.
b. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketebalan penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan
mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
178

c. Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-
blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah
setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus
tersebar merata.
A.1.4.6. Spesi Semen
Spesi harus terdiri dari satu bagian semen sebanding sejumlah bagian agregat
halus yang ditetapkan dan ditambah air bersih sedemikian sehingga dihasilkan
campuran akhir yang konsistensi plastisnya disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Spesi harus diaduk pada satu landasan kayu atau logam dalam jumlah kecil
menurut keperluan dan setiap spesi yang sudah mulai mengeras atau telah
dicampur dalam waktu lebih dari 30 menit tidak boleh dipakai dalam pekerjaan.
Spesi yang sudah mengeras sebagian tidak boleh diolah lagi untuk dipakai.
A.1.4.7. Pengangkutan Adukan Beton dengan Molen/Concrete mixer
a. Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ke tempat
pengecoran dengan cara sepraktis mungkin yang metodenya harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis/Lapangan terlebih dahulu. Metode yang dipakai harus
dijaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya dan harus dapat menjaga tidak
timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun
berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera
dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan
akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut.
b. Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
bahan dengan permukaan halus dan kedap air.
c. Adukan beton harus sampai ditempat, dituangkan dengan kondisi benar-benar
merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil pada
saat adukan dituangkan kebekisting harus tidak melewati batas-batas toleransi
yang ditentukan.
A.1.4.8. Pengangkutan Beton Ready Mix
a) Metode dan fasilitas produksi beton campuran siap pakai sesuai dengan
AS1379. Beton siap pakai harus diangkut ke titik pelepasan oleh mixer drum
yang dipasang di truk sesuai dengan persyaratan AS1379. Setelah selesai
batching, beton harus terus ter-agitasi sampai benar-benar tercampur. Pada
saat penyelesaian pencampuran, beton harus terus-menerus ter-agitasi sampai
benar-benar habis.
b) Setiap batch beton yang dikirim ke lokasi harus disertai dengan map identifikasi
yang harus diberikan kepada Engineer berisi informasi berikut:
i. Nama pemasok
ii. No seri
iii. Tanggal pengiriman dan kondisi iklim
iv. Nama dan lokasi proyek
v. Identifikasi kendaraan pengirim
vi. Kuantitas beton
vii. Nomor identifikasi campuran, kelas, dan nilai kekuatan
viii. Kekentalan yang dirancang
ix. Admixtures, jika ada
x. Jumlah air yang ditambahkan ke instalasi pencampuran dan di lokasi
c) Jangan menyimpan pasokan beton tanpa sertifikat identifikasi yang lengkap.
d) Waktu Pengiriman
179

i. Waktu yang dibutuhkan saat pembasahan campuran dan penuangan


campuran di lokasi tidak boleh melebihi yang berikut:
Temperatur Beton pada Saat Waktu Maksimum yang
Dituangkan (deg C) dibutuhkan (Jam)
10 - 23 2.0
24 - 26 1.5
27 - 29 1.0
30 - 32 0.75
ii. Engineer dapat memperpanjang waktu ini dalam keadaan tertentu asalkan
beton sesuai dengan persyaratan kinerja yang ditentukan, termasuk
kekentalannya.
e) Temperatur Saat Dikirim
Beton tidak akan dikirimkan jika suhunya pada titik serah dari kendaraan
pengangkut kurang dari 10° C atau lebih dari 32° C atau mengikuti SNI.

A.1.4.9. Pengecoran
a. Penyedia barang/jasa wajib mengajukan permohonan (request) pelaksanaan
pengecoran setelah ketersedian material, peralatan, tenaga kerja, pemasangan
bekisting dan pembesian sudah selesai dilaksanakan.
b. Dalam pengajuan permohonan tersebut Penyedia wajib menyertakan shop
drawing dan rencana kerja lengkap meliputi metode dan jadwal pelaksanaan,
penanggung jawab kegiatan dan sub-sub kegiatan serta rencana penggunaan
peralatan dan tenaga kerja.
c. Direksi Teknis/Lapangan melaksanakan inspeksi atas kesiapan pelaksanaan
pengecoran tersebut untuk kemudian menyetujui atau tidak menyetujui rencana
pelaksanaan pengecoran.
d. Seluruh pelaksanaan kegiatan pengecoran harus dipimpin oleh seorang
penanggung jawab pelaksanaan yang mempunyai keahlian dan pengalaman
yang cukup dalam pelaksanaan pengecoran.
e. Setiap sub-sub kegiatan yang terdiri dari pekerjaan pengadukan, pengecoran
dan pemadatan harus dipimpin oleh seorang kepala tukang yang akan
mengarahkan pekerja dalam pelaksanaan pengecoran.
f. Semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja yang
terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan
pengecoran yang dilakukan.
g. Selama pelaksanaan pengecoran penyedia harus menunjuk seorang pengawas
yang khsusus mengawasi kondisi bekisting dan pembesian agar selama
pelaksanaan pengecoran tidak mengalami perubahan sesuai gambar rencana
pembetonan.
h. Penyedia wajib menyediakan peralatan cadangan seperti beton molen, pompa
beton dan vibrator agar apabila terjadi kerusakan peralatan tidak mengganggu
pelaksanaan pengecoran.
i. Penyedia harus mengatur setting-time pelaksanaan pengecoran sedemikian
sehingga adukan beton tidak melewati batas waktu yang disyaratk an sebelum
pengecoran.
j. Sebelum adukan dituangkan pada bekisting, pastikan pembesian dan beton
decking sudah terpasang dengan benar. Kondisi permukaan dalam dari
bekisting harus benar-benar bersih dari segala macam kotoran. Semua bekas-
bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian dalam bekisting harus
dibersihkan. Pengecoran memakai peralatan bantu Concrete Pump mengingat
tingginya pengecoran dan jauhnya posisi Ready Mix Truck dari lokasi yang akan
dicor.
k. Air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicor harus
180

segera di hilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor, harus
dicegah dengan mengadakan drainase yang baik atau dengan metode lain yang
disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan, untuk mencegah jangan sampai beton
yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
l. Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting tempat beton dicor,
kondisi pemukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan
juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
m. Beton yang akan dicorkan harus pada posisi sedekat mungkin dengan acuan
atau tempat pengecoran untuk mencegah terjadinya segregasi yang disebabkan
pemuatan kembali atau dapat mengisi dengan mudah keseluruhan acuan.
n. Selama pelaksanaan pengecoran harus diawasi secara ketat mengenai kualitas
adukan beton, kondisi bekisting dan posisi tulangan.
o. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan
beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Direksi Teknis/Lapangan.
p. Penyedia harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton
agar didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan dan
memadatkan adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus
agar beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengisi dengan mudah
kedalam sela-sela diantara tulangan.
q. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 (satu) jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus
secara mekanis. Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka
harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan
pembantu yang disetujui Direksi Teknis/Lapangan. Beton harus dicor sedekat-
dekatnya ketujuannya yang terakhir untuk mencegah pemisahan bahan-bahan
akibat pemindahan adukan didalam cetakan.
r. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui pembesian atau ke bekisting yang
dalam, yang dapat menyebabkan terlepasnya koral dari adukan beton karena
berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan
beton itu dijatuhkan. Beton juga tidak boleh dicor dipermukaan bekisting yang
dapat mengakibatkan penimbunan adukan pada permukaannya. Hal ini harus
disiapkan corong atau saluran vertikal untuk pengecoran agar adukan beton
dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain. Bagaimanapun juga
tinggi jatuh dari adukan beton tidak boleh melampaui 1,5 meter di bawah ujung
corong.
s. Beton yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya atau beton yang telah
terkotori oleh bahan lain tidak boleh dipergunakan dalam pengecoran.
t. Mengencerkan adukan yang sudah diangkut atau adukan beton yang sudah
terlanjur agak mengeras tapi belum dicorkan sama sekali tidak diperkenankan,
u. Pengecoran beton harus dilakukan secara terus menerus tanpa berhenti hingga
selesainya pengecoran suatu panel atau penampang yang dibentuk oleh batas-
batas elemennya atau batas penghentian pengecoran yang ditentukan untuk
siar pelaksanaan.
v. Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Penyedia harus segera memadatkan adukan yang sudah dicor sampai batas
tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam
keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus
dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi
untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru.
Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam,
pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah
dinyatakan mulai mengeras yang di tentukan oleh pihak Direksi
181

Teknis/Lapangan
w. Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu
akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton
yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang
disetujui Direksi Teknis/Lapangan terhitung mulai pengecorannya.
x. Tidak sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi
cuaca yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya
perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa terjadi baik dalam keadaan
cuaca yang panas sekali atau dalam keadaan hujan. Perlindungan yang
dilakukan untuk mencegah hal hal ini harus mendapat persetujuan Direksi
Teknis/Lapangan.
y. Beton dan penulangan yang menonjol tidak boleh diganggu dengan cara apapun
sekurang-kurangnya 48 jam sesudah beton dicor, kecuali jika diperoleh ijin
tertulis dari Direksi Teknis/Lapangan. Semua beton harus dicorkan pada siang
hari, pengocoran bagian manapun tidak boleh dimulai jika dapat diselesaikan
pada siang hari kecuali jika sudah diperoleh ijin dari Direksi Teknis/Lapangan
untuk pengerjaan malam hari, ijin demikian tidak akan diberikan jika Penyedia
tidak menyediakan sistem penerimaan yang memadai, yang disetujui oleh
Direksi Teknis/Lapangan.
z. Penyedia harus membuat catatan lengkap mengenai tanggal, waktu dan kondisi
pengecoran beton pada tiap bagian pekerjaan, catatan ini harus tersedia untuk
diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan.

A.1.4.10. Pemadatan Beton


a. Beton yang dicorkan harus dipadatkan secara sempurna dengan memakai
concrete vibrator (secara mekanis) yang sesuai dan dioperasikan oleh tenaga
berpengalaman dan terlatih agar dapat mengisi sepenuhnya daerah sekitar
tulangan, alat konstruksi dan alat instalasi yang akan tertanam dalam beton dan
daerah sudut acuan.
b. Hasil pekerjaan beton berupa masa yang seragam, bebas dari rongga dan
segregasi serta memperlihatkan permukaan yang merata ketika bekisting
dibuka dan mempunyai kepadatan yang mendekati kepadatan uji kubus.
c. Harus diperhatikan agar semua bagian beton terkena vibrasi tanpa timbul
segregasi akibat vibrasi yang berlebihan.
d. Lama penggetaran untuk setiap titik harus dilakukan sekurang-kurangnya 5
detik dan maksimal 15 detik.
e. Batang penggetar tidak boleh mengenai cetakan atau bagian beton yang sudah
mengeras dan tidak bole dipasang lebih dekat 100 mm dari cetakan atau dari
beton yang sudah mengeras serta diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh
batang penggetar.
f. Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang batang penggetar
dan tidak bole lebih tebal dari 500 mm. Untuk bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis.
g. Jumlah vibrator yang dipakai didalam suatu pengecoran harus sesuai dengan
laju pengecoran. Penyedia harus juga menyediakan sekurang-kurangnya 1
vibrator cadangan untuk dipakai bila terjadi kerusakan.
A.1.4.11. Perataan Permukaan Beton
Bila dilaksanakan perataan permukaan atas dari beton yang dicor setempat,
permukaan yang dihasilkan harus datar dengan nilai akhir yang rata tetapi
bertesktur kasar. Sebelum pengerasan pertama dimulai, permukaan tersebut harus
diratakan lagi dengan sendok dimana perlu untuk menutupi keretakan dan
mencegah timbulnya lelehan yang berlebihan pada permukaan beton yang terbuka.
182

A.1.4.12. Siar-siar Konstruksi


a. Semua siar kontruksi beton harus dibentuk rata horizontal atau vertikal. Siar-siar
tersebut harus berakhir pada bekisting yang kokoh yang dipasang dengan baik,
jika perlu dibor guna melewati penulangan. Bila pengecoran ditunda sampai
pengecoran beton mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar konstruksi.
Pengecoran beton harus dilaksanakan menerus dari satu siar ke siar berikutnya,
tanpa memperhatikan jam-jam istirahat.
b. Jika umur beton kurang dari 3 hari, permukaan tersebut harus disiapkan dengan
penyikatan seluruhnya, tetapi jika umurnya sudah lebih dari 3 hari atau sudah
terlalu keras, permukaan tersebut harus dicetak secara ringan untuk
memperlihatkan agregat. Setelah permukaan tersebut dibersihkan dan disetujui
oleh Direksi Teknis/Lapangan bekisting akan diperiksa dan dikencangkan. Siar-
siar konstruksi harus dikerjakan sebagaimana ditetapkan pada gambar atau
spesifikasi.
A.1.4.13. Perawatan dan Perlindungan Beton
a. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum
saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban
adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan
untuk proses hidrasi semen serta pengerasan beton.
b. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua minggu. Jika
tidak ditentukan lain, suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan
tidak melebihi 32°C.
c. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan beton harus tetap dalam
keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa
perawatan maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap
dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus atau dengan
menutupinya dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Teknis/Lapangan.
d. Penyedia harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi
beban yang intensitasnya dapat menimbulkan kerusakan. Setiap kerusakan yang
timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebanan berlebih harus
diperbaiki oleh Penyedia atas biaya sendiri.
A.1.4.14. Pengujian/Pemeriksaan
a. Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji kubus
beton 15 x 15 x 15 cm atau silinder 150 mm x 300 mm sesuai standar SNI.
b. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam SNI, kecuali ditentukan lain
oleh Direksi Teknis/Lapangan.
c. Benda uji dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-rata
tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 dump truck (diambil yang volumenya
terkecil). Disamping itu jumlah maksimum dari beton yang dapat terkena
penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan
lain oleh Direksi Teknis/Lapangan.
d. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 dan
28 hari.
e. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan
akan dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan
pelepasan perancah dan penarikan baja prategang. Sedangkan untuk pengujian
di luar ketentuan pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada Direksi
Teknis/Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian
dilakukan.
f. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan SNI, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Teknis/Lapangan. Untuk
183

pengecoran di lokasi yang tinggi atau sulit dijangkau digunakan metoda


pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan
contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari hasil
adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang akan
dilaksanakan.
g. Pengujian kekuatan beton dilakukan pada laboratotrium independen yang
ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
A.1.4.15. Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Lapangan
Penyedia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam
yang memiliki kekuatan serta sifat-sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini
Penyedia harus menyediakan dengan biaya sendiri serta menggunakan alat
penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air,
peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor beton serta peralatan dan
fasilitas lain yang diperlukan untuk pengujian sebagaimana yang diuraikan di sini
atau menurut petunjuk Direksi Teknis/Lapangan.
A.1.4.16. Penolakan Beton
a. Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai
standar yang ditetapkan, maka Direksi Teknis/Lapangan berwenang untuk
menolak seluruh pekerjaan beton dimana kubus-kubus tersebut diambil.
b. Direksi Teknis/Lapangan juga berwenang untuk menolak beton yang berongga,
porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik. Dalam hal Penyedia harus
menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut instruksi
dari Direksi Teknis/Lapangan sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi
Teknis/Lapangan sudah memuaskan.
c. Pembayaran pekerjaan beton dilakukan setelah hasil pengujian 14 hari diketahui.
A.1.4.17. Cacat pada Beton
a. Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi
Teknis/Lapangan mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang
cacat seperti berikut:
1) Konstruksi beton yang keropos.
2) Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
3) Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
4) Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
b. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar
dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Teknis/Lapangan menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan tersebut. Untuk
itu Penyedia harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian akan
diteliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.
A.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran material beton diukur dalam satuan meter kubik (m³) yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pasangan/Beton.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari beton terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
A.2. BAJA TULANGAN UNTUK BETON
A.2.1 MATERIAL
Sesuai dengan SNI klasifikasi dan mutu baja tulangan harus seperti yang ditunjukan
pada tabel berikut:
Tabel 2 Derajat-Kualitas Baja Tulangan dan Tegangan yang di Izinkan
184

a. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada
saat pemesanan baja tulangan Penyedia harus menyerahkan sertifikat resmi dari
laboratorium resmi.
b. Batang-batang baja yang digunakan untuk tulangan harus bersih, bebas dari
karat, kotoran, material lepas, gemuk, cat, lumpur, kulit giling serta bahan lain
yang melekat. Batang-batang baja tulangan harus disimpan ditempat yang
terlindung, ditumpuk dan tidak bolehmenyentuh tanah dan dilindungi terhadap
karat atau rusak karena cuaca.
c. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian
periodik minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda
uji untuk uji lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan
contoh baja tulangan, akan ditentukan oleh Direksi Teknis/Lapangan.
d. Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan
di laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Teknis/Lapangan dan minimal
sesuai dengan SII-0136-84. Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
Penyedia.
e. Bila baja tulangan harus disimpan, maka tempat penyimpanan yang beratap
tahan air dan diberi alas dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus
dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat.
f. Pada tahap awal pekerjaan, Penyedia harus mempersiapkan daftar tekukan
(Bending Schedule) untuk disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Semua baja
tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi yang
diperlihatkan dalam gambar dan sesuai peraturan yang berlaku. Baja harus
ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
g. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan. Tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan
yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai.
h. Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan maka dikerjakan
dengan sebuah pen yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar dengan
diameter batang yang ditekuk.
i. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimun 1 mm
yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak tersepuh seng.
A.2.2 PEMASANGAN
a. Tulangan harus dipasang dengan tepat sesuai posisi yang diperlihatkan pada
gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan
beton atau gantungan logam menurut kebutuhan. Pada persilangan diikat
dengan kawat baja pada pilar dinding dengan diameter tidak kurang dari 2,6 mm,
ujung-ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton.
b. Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
185

kontruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali
diperoleh persetujuan dari Direksi Teknis/Lapangan.
c. Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton
yang sudah mengering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari
pengecoran sebelumnya. Sebelum pengecoran tulangan yang sudah dipasang
pada tiap pekerjaan harus disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan.
Pemberitahuan kepada Direksi Teknis/Lapangan untuk melakukan pemeriksaan
harus disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari
permukaan suatu batang termasuk sengkang ke permukaan beton terdekat
sesuai gambar untuk tiap bagian pekerjaan.
d. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan SNI.
Tabel 3. Toleransi Baja Tulangan

A.2.3 PENYAMBUNGAN
a. Batang-batang tulangan tidak boleh dipotong jika tidak perlu dan harus
ditempatkan pada seluruh panjangnya. Apabila ini tidak memungkinkan maka
potongan dapat diijinkan apabila panjang batang yang disediakan melebihi
panjang yang ditunjukkan pada gambar-gambar.
b. Sambungan-sambungan harus dibuat pada tempat-tempat dan dengan cara-
cara seperti ditunjukkan pada gambar-gambar kecuali jika dengan cara lain
yang disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Sambungan-sambungan tidak
diijinkan pada tempat-tempat yang terdapat tegangan maksimun dan harus
ditempatkan berselang-seling sehingga tidak lebih dari 1/3 dari batang-batang
yang disambung pada satu tempat
c. Pada tempat-tempat batang-batang tulangan saling melewati (overlap) satu
sama lain, maka batang-batang harus didukung sehingga batang-batang itu
tidak berhubungan satu sama lain jika ruang mengijinkan. Batang-batang itu
hanya diikat dengan aman minimun pada dua tempat persambungan.
d. Panjang sambungan harus dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar
Rencana.
A.2.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan baja tulangan.
Biaya untuk pelaksanaan pekerjaan ini dianggap sudah termasuk dalam harga
satuan pekerjaan yang terkait pekerjaan beton sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
A.3. PEKERJAAN BEKISTING
A.3.1 PEMASANGAN
a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Teknis/Lapangan semua
perhitungan dan gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan
bilamana diminta Direksi Teknis/Lapangan, sebelum pekerjaan dilapangan
186

dimulai. Dalam hal bekisting ini, walaupun Direksi Teknis/Lapangan telah


menyetujui untuk digunakannya suatu rencana bekisting dari penyedia, segala
sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting tadi tetap sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penyedia.
b. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban-beban konstruksi dan
getaran-getaran yang ditimbulkan oleh peralatan penggetar. Defleksi maksimum
dari Cetakan dan Acuan antara tumpuannya harus lebih kecil dari 1/400 bentang
antara tumpuan tersebut.
c. Bekisting untuk pekerjaan kolom dan lain-lain pekerjaan beton harus
menggunakan multiplek 18 mm, papan tebal minimum 2,5 cm, balok 5/7, 6/10,
8/10 dolken 8 – 12 cm atau bahan lain yang disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
d. Semua bekisting harus diperkuat dengan klem dari balok kecil dan harus yang
kuat serta cukup jumlahnya untuk menjaga agar tidak terjadi distorsi ketika beton
dicorkan, dipadatkan dan mengeras. Bekisting dari kayu harus dibuat dari kayu
yang sudah diolah dengan baik, semua sambungan harus cukup kencang agar
tidak terjadi kebocoran.
e. Tiang penyangga baik yang vertikal/miring harus dibuat sebaik mungkin untuk
memberikan penunjang yang dibutuhkan tanpa menimbulkan perpindahan
tempat, kerusakan dan overstress pada beberapa bagian konstruksi. Struktur
dari tiang-tiang penyangga harus ditempatkan pada posisi sedemikian rupa
sehingga konstruksi bekisting benar-benar kuat dan kaku untuk menunjang berat
sendiri dari beban beban lain yang berada diatasnya selama pelaksanaan, bila
perlu Penyedia membuat perhitungan besar lendutan dan kekuatan dari bekisting
tersebut.
f. Untuk bekisting dinding vertikal diharuskan menggunakan alat (plastic cone)
untuk memastikan bahwa bekisting tersebut tidak mengalami lendutan.
g. Pembongkaran cetakan dan acuan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar
keamanan konstruksi tetap terjamin dan disesuaikan dengan persyaratan SNI.
h. Semua permukaan beton yang terbuka harus licin dan halus, maka bekisting
harus dilapisi dengan triplek bermutu tinggi yang sudah disetujui oleh Direksi
Teknis/Lapangan.
i. Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah disiapkan untuk pengecoran
beton, akan diperiksa oleh Direksi Teknis/Lapangan, beton tidak boleh dicor
sebelum bekisting disetujui oleh Direksi Teknis/Lapangan. Untuk menghindari
kelambatan dalam mendapatkan persetujuan, sekurang - kurangnya 24 jam
sebelumnya, penyedia harus memberitahukan Direksi Teknis/Lapangan.
A.3.2 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran pekerjaan bekesting diukur dalam satuan meter persegi (m²) yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Bekesting.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari bekesting terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

A.4. PEKERJAAN GALIAN


a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan
atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau
sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam
Kontrak ini.
b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan
selokan, untuk formasi galian atau fondasi pipa, gorong-gorong,
pembuangan atau struktur lainnya, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan
pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan
187

pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan


bahan perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada perkerasan
lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang
sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan
penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Pekerjaan yang diperlukan untuk pembuangan bahan yang tak terpakai
dan tanah humus akan dicakup oleh Spesifikasi ini.
d) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Spesifikasi ini berlaku
untuk semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan
pekerjaan galian dapat berupa:
i) Galian Biasa
ii) Galian Batu Lunak
iii) Galian Batu
iv) Galian Struktur
v) Galian Perkerasan Beraspal
vi) Galian Perkerasan Berbutir
vii) Galian Perkerasan Beton
e) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi
sebagai galian batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan
(borrow excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan
berbutir, dan galian perkerasan beton, serta pembuangan bahan galian
biasa yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
f) Galian Batu Lunak harus mencakup galian pada batuan yang mempunyai
kuat tekan uniaksial 0,6 – 12,5 MPa (6 – 125 kg/cm2) yang diuji sesuai
dengan SNI 2825:2008.
g) Galian batu harus mencakup galian bongkahan batu yang mempunyai kuat
tekan uniaksial > 12,5 MPa (> 125 kg/cm2) yang diuji sesuai dengan SNI
2825:2008, dengan volume 1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau
bahan lainnya yang menurut Pengawas Pekerjaan adalah tidak praktis
menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran
(drilling). Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Pengawas
Pekerjaan dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik
oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan daya neto maksimum
sebesar 180 HP atau PK (Paar de Kraft = Tenaga Kuda).
h) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu
atau Galian Perkerasan Beton tidak dapat dimasukkan dalam Galian
Struktur.
i) Galian Struktur terbatas untuk galian lantai beton fondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton pemikul beban lainnya selain
yang disebut dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian struktur juga meliputi:
penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua
keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong;
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.
j) Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan beraspal
lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa
Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa
188

pemanasan) seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana


yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
k) Galian Perkerasan Berbutir mencakup galian pada perkerasan berbutir
eksisting dengan atau tanpa tulangan dan pembuangan bahan perkerasan
berbutir yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
l) Galian Perkerasan Beton mencakup galian pada perkerasan beton lama
dan pembuangan bahan perkerasan beton yang tidak terpakai seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.
m) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan
terlebih dahulu oleh Pengawas Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang
cocok untuk proses daur ulang. Material lama bekas galian harus diatur
penggunaan/ penempatannya oleh Pengawas Pekerjaan.

Pekerjaan lain yang berkaitan:


a) Transportasi dan Penanganan.
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian Teknis Lapangan
d) Bahan dan Penyimpanan
e) Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya:
f) Pengamanan Lingkungan Hidup
g) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
h) Manajemen Mutu
i) Saluran Air
j) Gorong-gorong dan Drainase Beton
k) Drainase Porous
l) Timbunan
m) Penyiapan Badan Jalan
n) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
o) Pasangan Batu
p) Pembongkaran Struktur
q) Pemeliharaan Jalan

Toleransi Dimensi
a. Elevasi akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tinggi dari
2 cm atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm pada setiap
titik untuk galian bahan perkerasan lama.
b. Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari
garis profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20 cm
untuk batu di mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat
terhindarkan.
c. Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu
tanpa terjadi genangan.

Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan


a. Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Spesifikasi ini,
sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Pengawas Pekerjaan, gambar detail penampang melintang yang
189

menunjukkan elevasi tanah asli sebelum operasi pembersihan,


memasang patok – patok batas galian, dan penggalian yang akan
dilaksanakan.
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan metode
kerja dan gambar detail seluruh struktur sementara yang diusulkan atau
yang diperintahkan untuk digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku
(bracing), cofferdam, dan dinding penahan rembesan (cutoff wall), dan
gambar-gambar tersebut harus memperoleh persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi
oleh struktur sementara yang diusulkan.
c. Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Pekerjaan untuk setiap
galian pada tanah dasar, formasi atau fondasi yang telah selesai
dikerjakan, dan bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar
sebelum kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan fondasi disetujui
terlebih dahulu oleh Pengawas Pekerjaan,
d. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan suatu
catatan tertulis tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal
yang akan dikupas atau digali. Pencatatan pengukuran harus dilakukan
setelah seluruh bahan perkerasan beraspal telah dikupas atau digali.
Pengamanan Pekerjaan Galian
a) Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin
keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk
dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga tetap
stabil sehingga mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di
sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring)
dan pengaku (bracing) yang memadai harus dipasang bilamana
permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan,
Penyedia Jasa harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya,
yang jika tidak dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh
pekerjaan galian tersebut.
c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan tenaga kerja
maka galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan
teras selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan Pengawas
Pekerjaan.
d) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan
lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi
galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian fondasi untuk struktur,
terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam
galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui Pengawas Pekerjaan dan telah dipadatkan.
e) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya
untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana
mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak
yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
f) Dalam setiap saat, bilamana tenaga kerja atau orang lain berada dalam
lokasi galiandan harus bekerja di bawah permukaan tanah, maka
Penyedia Jasa harus menempatkan seorang pengawas keamanan di
lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan.
Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum
dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
g) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang
(barikade) yang cukup untuk mencegah tenaga kerja atau orang lain
190

terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas
maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari
berupa drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau
kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan
yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
h) Ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas diterapkan pada seluruh galian di Ruang Milik
Jalan.
Jadwal Kerja
a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang
mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,
perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan
berikutnya.
b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan yang terbuka untuk
lalu lintas harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan
sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.
c) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan maka setiap galian
perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada
hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.
Kondisi Tempat Kerja
a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam
pengeringan dengan pompa.
b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat
lain di mana air tanah rembesan (ground water seepage) mungkin sudah
tercemari, maka Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara tempat
kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh tenaga kerja
sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang
memadai.
Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa sebagai berikut :
i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan harus digali lebih lanjut
sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan
atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan
pilihan atau lapis fondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan.
iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman
melebihi yang telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan
menggunakan bahan yang sama dengan perkerasan lama sampai
dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.
191

Utilitas Bawah Tanah


a) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk
memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang
diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak.
b) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau
saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan
untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi
kegiatannya.
Retribusi untuk Bahan Galian
Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat, agregat untuk
campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber
bahan di luar ruang milik jalan, Penyedia Jasa harus melakukan pengaturan
yang diperlukan dan membayar konsesi dan retribusi kepada pemilik tanah
maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-
bahan tersebut.
Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam
batas-batas dan lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan
kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan
menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan
setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki,
harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan untuk digunakan
sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia
Jasa di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan
dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan,
termasuk pembuangan bahan galian, juga termasuk pengangkutan
hasil galian ke tempat pembuangan akhir dan perolehan ijin dari pemilik
atau penyewa tanah di mana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
e) Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah
aliran agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau
kinerja dari struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk
sedemikian hingga membahayakan seluruh maupun sebagian dari
pekerjaan struktur yang telah selesai.
Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
a) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan, semua struktur
sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) harus dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen
atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan
sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau
formasi yang telah selesai.
192

b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi


milik Penyedia Jasa atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen
dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan
yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan
dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang
digunakan oleh Penyedia Jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi
yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran
drainase yang memadai.
Jadwal Kerja
a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi
sepadan dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam
kondisi yang mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari
pengeringan, perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi
pekerjaan berikutnya.
b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan yang terbuka
untuk lalu lintas harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan
jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.
c) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan maka setiap
galian perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal
pada hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.
Kondisi Tempat Kerja
a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan tenaga kerja yang
diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan
pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall)
dan cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa
dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi
gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau
tempat lain di mana air tanah rembesan (ground water seepage) mungkin
sudah tercemari, maka Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara
tempat kerja dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh
tenaga kerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun dan
desinfektan yang memadai.
Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus
diperbaiki oleh Penyedia Jasa sebagai berikut :
i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan harus digali lebih lanjut
sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan
atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan timbunan
pilihan atau lapis fondasi agregat sebagaimana yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan.
193

iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman


melebihi yang telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan
menggunakan bahan yang sama dengan perkerasan lama sampai
dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.
Utilitas Bawah Tanah
a) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi
tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk
memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang
diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak.
b) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi
setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau
saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan
untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi
kegiatannya.
Retribusi untuk Bahan Galian
Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat, agregat untuk
campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber
bahan di luar ruang milik jalan, Penyedia Jasa harus melakukan pengaturan
yang diperlukan dan membayar konsesi dan retribusi kepada pemilik tanah
maupun pihak yang berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-
bahan tersebut.
Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam
batas-batas dan lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus
digunakan secara efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan
kembali.
b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan
menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan
setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki,
harus diklasifikasikan sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan untuk digunakan
sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia
Jasa di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan
dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan,
termasuk pembuangan bahan galian, juga termasuk pengangkutan
hasil galian ke tempat pembuangan akhir dan perolehan ijin dari pemilik
atau penyewa tanah di mana pembuangan akhir tersebut akan dilakukan.
e) Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah
aliran agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau
kinerja dari struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk
sedemikian hingga membahayakan seluruh maupun sebagian dari
pekerjaan struktur yang telah selesai.
Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
a) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan, semua struktur
sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku
194

(bracing) harus dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen


atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan
sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau
formasi yang telah selesai.
b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi
milik Penyedia Jasa atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen
dan dibayar menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan
yang terdapat dalam Daftar Penawaran.
c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan
dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang
digunakan oleh Penyedia Jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi
yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran
drainase yang memadai.
A.4.1. PROSEDUR PENGGALIAN
A. Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan
elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh
Pengawas Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan semua
material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, batu bata, beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan
perkerasan lama.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal
mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian. Bilamana
material/bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar
atau fondasi dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut
pendapat Pengawas Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan
tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan
timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan.
c) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar
dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah
dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian
pipa atau fondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm
lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-
tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak
boleh tertinggal dan semua pecahan batu yang diameternya lebih
besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan
harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan
yang dipadatkan sesuai persetujuan Pengawas Pekerjaan.
d) Dalam hal apapun perlu dipahami bahwa, selama pelaksanaan
penggalian, Penyedia Jasa harus melakukan langkah-langkah
berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk memastikan drainase alami
dari air yang mengalir pada permukaan tanah, agar dapat
mencegah aliran tersebut mengalir masuk ke dalam galian yang
telah terbuka.
A. Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan
B.1. Galian untuk Struktur dan Pipa
a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian
195

untuk fondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup


ukurannya sehingga memungkinkan penempatan struktur atau
telapak struktur dengan lebar dan panjang sebagaimana
mestinya dan pemasangan bahan dengan benar, pengawasan
dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling
pekerjaan.
b) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada
timbunan baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai
ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi
galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar galian parit tersebut,
selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi
yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya
mengijinkan.
c) Semua bahan fondasi batu atau strata keras lainnya yang
terekspos pada fondasi jembatan harus dibersihkan dari semua
bahan yang lepas dan digali sampai permukaan yang keras,
baik elevasi, kemiringan atau bertangga sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Semua serpihan dan
retak-retak harus dibersihkan dan diinjeksi. Semua batu yang
lepas dan terurai dan strata yang tipis harus dibuang. Jika
fondasi telapak ditempatkan pada landasan selain batu, galian
sampai elevasi akhir fondasi untuk telapak struktur tidak boleh
dilaksanakan sampai sesaat sesudah fondasi telapak dipastikan
elevasi penempatannya.
d) Bila fondasi tiang pancang digunakan, galian setiap lubang (pit)
harus selesai sebelum tiang dipancangkan, dan penimbunan
kembali fondasi dilakukan setelah pemancangan selesai.
Setelah pemancangan selesai seluruhnya, semua bahan lepas
dan yang bergeser harus dibuang, sampai diperoleh dasar
permukaan yang rata danutuh untuk penempatan telapak
fondasi tiang pancangnya.
B.2 Galian Berupa Pemotongan
(a) Perhatian harus diberikan agar tidak terjadi penggalian yang
berlebihan. Metode penggalian dan pemangkasan harus
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Papan pengarah profil
harus dipasang pada setiap penampang dengan interval 50
meter pada puncak dari semua pengarah untuk pemotongan
yang menunjukkan posisi dan lereng pengarah rancangan.
Papan pengarah profil harus terpasang pada tempatnya
sampai pekerjaan galian selesai dan sampai Pengawas
Pekerjaan telah memeriksa dan menyetujui pekerjaan tersebut.
(b) Galian pada tanah lebih baik dipangkas dengan grader yang
dilengkapi dengan pisau yang dapat dimiringkan atau dengan
excavator. Pekerjaan ini harus sesuai dengan garis yang
ditunjukkan oleh papan pengarah profil. Semua tindakan harus
dilakukan segera setelah penggalian selesai tanpa menunggu
selesainya seluruh pekerjaan galian, untuk mencegah
kerusakan pada permukaan hasil pemotongan. Tindakan yang
demikian dapat termasuk penyediaan saluran penangkap,
saluran lereng untuk galian, penanaman rumput atau
tindakan- tindakan lainnya.
(c) Semua permukaan pemotongan harus dibersihkan dari setiap
bahan yang lepas yang akan menjadi berbahaya setelah
196

pekerjaan selesai. Permukaan batu atau singkapan batu harus


dibersihkan dengan cara manual bilamana dipandang perlu
oleh Pengawas Pekerjaan.
(d) Bilamana kondisi permukaan tanah yang tak terduga dihadapi
pada lokasi manapun yang mungkin menyebabkan ketidak-
stabilan permukaan lereng hasil pemotongan, tindakan-
tindakan yang diperlukan harus dilakukan untuk menjamin
kestabilannya. Perubahan-perubahan yang perlu harus
disetujui sebelum penggalian berikutnya. Semua perubahan
akan tunduk pada perintah atau persetujuan terlebihdahulu dari
Pengawas Pekerjaan.
B.3 Galian Tanah Lunak, Tanah Ekspansif, atau Tanah Dasar Berdaya
Dukung Sedang Selain Tanah Organik atau Tanah Gambut
Tanah Lunak didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang
mempunyai CBR lapangan kurang dari 2,5%. Tanah Dasar dengan
daya dukung sedang didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang
mempunyai CBR hasil pemadatan sama atau di atas 2,5% tetapi
kurang dari nilai rancangan yang dicantumkan dalam Gambar, atau
kurang dari 6% jika tidak ada nilai yang dicantumkan. Tanah
ekspansif didefinisikan sebagai tanah yang mempunyai
Pengembangan Potensial lebih dari 5%.
Bilamana tanah lunak, berdaya dukung rendah terekspos pada
tanah dasar hasil galian, atau bilamana tanah lunak berada di
bawah timbunan maka perbaikan tambahan berikut ini diperlukan:
B.4 Tanah lunak harus ditangani seperti yang ditetapkan dalam Gambar
antara lain:
i) dipadatkan sampai mempunyai kapasitas daya dukung
dengan CBR lapangan lebih dari 2,5% atau
ii) distabilisasi atau
iii) dibuang seluruhnya atau
iv) digali sampai di bawah elevasi tanah dasar dengan
kedalaman yang ditunjukkan dalam Gambar atau jika tidak
maka dengan kedalaman yang diberikan dalam Tabel 3.1.2.1)
sesuai dengan Bagan Desain 2 - Desain Fondasi Jalan
Minimum dari Manual Desain Perkerasan Jalan No.
02/M/BM/2017. Kedalaman galian dan perbaikan untuk
perbaikan tanah dasar haruslah diperiksa atau diubah oleh
Pengawas Pekerjaan, berdasarkan percobaan lapangan.
v) Selain perbaikan tanah dasar sebagaimana yang
disebutkan dalam tabel perbaikan tanah dasar dantipikal
lapisan penopang, tanah ekspansif harus ditangani secara
khusus.
vi) Tanah dasar berdaya dukung sedang harus digali sampai
kedalaman tebal lapisan penopang seperti ditunjukkan dalam
Gambar.
Galian harus tetap dijaga agar bebas dari air pada setiap saat
terutama untuk tanah lunak, organik, gambut dan ekspansif, untuk
memperkecil dampak pengembangan. Setiap perbaikan yang tidak
disyaratkan khusus dalam Gambar harus disetujui terlebih dahulu
atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
197

Tabel Perbaikan Tanah Dasar dan Tipikal Lapisan Penopang


Perkerasan Lentur Perkerasan
Kaku

Deskripsi Struktur Lalu Lintas Lajur


Kelas Fondasi Jalan Desain Umur
CBR Kekuatan (Tanah Asli dan Rencana 40 tahun
Tanah (juta CESA pangkat 5) Stabilisasi
Tanah Peningkatannya)
Dasar Tanah
Dasar
<2 2-4 >4 Dasar(5)

Tebal Minimum Perbaikan


Tanah Dasar (mm)

≥6 SG6 Tidak perlu perbaikan 150 mm


Perbaikan tanah Stabilisasi
5 SG5 - - 100 Tanah Dasar di
dasar meliputi
bahan stabilisasi atas
4 SG4 100 150 200
semen atau 150 mm
3 SG3 timbunan pilihan 150 200 300 Timbunan
(pemadatan Pilihan
2,5 SG2,5 berlapis 175 250 350
≤ 200 mm
tebal lepas)
Tanah ekspansif 400 500 600
(pengem- bangan Berlaku
potensial > 5%) ketentuan yang
Perkerasan SG1 Lapis penopang 1000 1100 1200 sama dengan
lentur di (capping layer)(3)(4) Perbaikan
aluvial(2) Tanah Dasar
atas tanah
lunak(1) atau Lapis 650 750 850 Perkerasan
Penopang dan Lentur
Geogrid(3)(4)

Tanah gambut dengan Lapis penopang


HRS atau Burda untuk berbutir(3)(4)
jalan raya minor (nilai 1000 1250 1500
minimum - ketentuan
lain digunakan)

Catatan :
1. Ditandai oleh kepadatan yang rendah dan CBR lapangan yang rendah
2. Nilai CBR lapangan karena CBR rendaman tidak relevan
3. Permukaan lapis penopang di atas tanah SG1 dan gambut diasumsikan mempunyai daya dukung setara
nilai CBR 2,5%, dengan demikian ketentuan perbaikan tanah SG2,5 berlaku. Contoh: untuk lalu lintas
rencana > 4 juta ESA (pangkat 5), tanah SG1 memerlukan lapis penopang setebal 1200 mm untuk
mencapai daya dukung setara SG2,5 dan selanjutnya perlu ditambah lagi setebal 350 mm untuk
meningkatkan menjadi setara SG6.
4. Tebal lapis penopang dapat dikurangi 300 mm jika tanah asli dipadatkan pada kondisi kering.
5. Untuk perkerasan kaku, material perbaikan tanah dasar berbutir halus (klasifikasi tanah menurut
AASHTO dari A4 sampai dengan A6) harus berupa stabilisasi tanah dasar (subgrade improvement).

B.5 Cofferdam
(a) Cofferdam yang sesuai dan praktis harus digunakan bilamana
muka air yang dihadapi lebih tinggi dari elevasi dasar dari
galian. Dalam pengajuannya, Penyedia Jasa harus
menyerahkan gambar yang menunjukkan usulannya tentang
metode pembuatan cofferdam untuk disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
(b) Cofferdam atau krib untuk pembuatan fondasi, secara umum
198

harus dilaksanakan dengan benar sampai di bawah dasar


dari telapak dan harus diperkaku dengan benar dan sekedap
mungkin yang dapat dilakukan. Secara umum, dimensi bagian
dalam dari cofferdam haruslah sedemikian hingga
memberikan ruang gerak yang cukup untuk pemasangan
cetakan dan inspeksi pada bagain luar dari cofferdam, dan
memungkinkan pemompaan di luar cetakan. Cofferdam atau
krib yang bergeser atau bergerak ke arah samping selama
pelaksanaan penurunan fondasi harus diperbaiki atau
diperluas sedemikian hingga dapat menyediakan ruang gerak
yang diperlukan.
(c) Bilamana terdapat kondisi-kondisi yang dihadapi, sebagaimana
ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan, dengan memandang
kondisi tersebut adalah tidak praktis untuk mengeringkan air
pada fondasi sebelum penempatan telapak, Pengawas
Pekerjaan dapat meminta pelaksanaan lapisan beton yang
kedap dengan suatu dimensi yang dipandang perlu, dan
dengan ketebalan yang sedemikian untuk menahan setiap
kemungkinan gaya angkat yang akan terjadi. Beton untuk
lapisan kedap yang demikian harus dipasang sebagaimana
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Fondasi ini
kemudian harus dikeringkan dan telapak dipasang. Ketika krib
pemberat digunakan dan berat tersebut dimanfaatkan untuk
mengatasi sebagian tekanan hidrostatis yang bekerja pada
dasar dari lapisan kedap dari fondasi, jangkar khusus seperti
dowel atau lidah-alur harus disediakan untuk memindahkan
seluruh berat dari krib ke lapisan kedap dari fondasi tersebut.
Bilamana lapisan kedap dari fondasi diletakkan di bawah
permukaan air, cofferdam harus dilepas atau dipisah pada muka
air terendah sebagaimana yang diperintahkan.
(d) Cofferdam haruslah dibuat untuk melingdungi beton yang masih
muda terhadap kerusakan akibat naiknya aliran air yang tiba-
tiba dan untuk mencegah kerusakan fondasi akibat erosi.
Tidak ada kayu atau pengaku yang boleh ditinggal dalam
cofferdam atau krib sedemikian hingga memperluas pasangan
batu bangunan bawah, tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan.
(e) Setiap pemompaan yang diperkenankan dari bagian dalam dari
setiap bagian fondasi harus dilakukan sedemikian hingga dapat
menghindarkan kemungkinan terbawanya setiap bagian dari
bahan beton tersebut. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode yang
paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan
pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.
Pemompaan untuk pengeringan air tidak boleh dimulai
sampai lapisan kedap tersebut telah mengeras sehingga
cukup kuat menahan tekanan hidrostatis.
(f) Jika tidak disebutkan sebaliknya, cofferdam atau krib, dengan
semua turap dan pengaku yang termasuk di dalamnya, harus
disingkirkan oleh Penyedia Jasa setelah bangunan bawah
selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian hingga
tidak mengganggu, atau menandai pasangan batu yang telah
selesai dikerjakan.
B.6 Pemeliharaan Saluran
199

Jika tidak disebutkan sebaliknya, tidak ada galian yang dilakukan di luar
sumuran, krib, cofferdam, atau turap pancang, dan dasar sungai yang
berdekatan dengan struktur tidak boleh terganggu tanpa persetujuan
Pengawas Pekerjaan. Jika setiap galian atau pengerukan dilakukan
di tempat tersebut atau struktur sebelum sumuran, krib, atau
cofferdam diturunkan, Penyedia Jasa haruslah, setelah dasar fondasi
terpasang, menimbun kembali semua galian ini sampai seperti
permukaan asli atau dasar sungai sebelumnya dengan bahan yang
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Bahan yang ditumpuk pada aliran
sungai dari fondasi atau galian lainnya atau dari penimbunan
cofferdam harus disingkirkan dan daerah aliran harus bebas dari
segala halangan darinya.
Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk fondasi
jembatan atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga
tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau
bantaran sungai.
B.7 Galian pada Perkerasan Aspal yang Ada
a) Pekerjaan galian perkerasan aspal yang dilaksanakan dengan
atau t a n p a menggunakan mesin Cold Milling. Maka
penggalian terhadap material di atas atau di bawah batas galian
yang ditentukan haruslah seminimum mungkin. Bilamana
pembongkaran dilaksanakan tanpa mesin cold milling maka tepi
lokasi yang digali haruslah digergaji atau dipotong dengan jack
hammer sedemikian rupa agar pembongkaran yang berlebihan
dapat dihindarkan. Bilamana material pada permukaan dasar
hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan
penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas
tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang
seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok sesuai
petunjuk Pengawas Pekerjaan. Setiap lubang pada permukaan
dasar galian harus diisi dengan material yang cocok lalu
dipadatkan dengan merata sesuai dengan petunjuk Pengawas
Pekerjaan.
b) Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada,
material yang terdapat pada permukaan dasar galian, menurut
petunjuk Pengawas Pekerjaan, adalah material yang lepas, lunak
atau tergumpal atau hal hal lain yang tidak memenuhi syarat,
maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau
dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang cocok
sesuai petunujuk Pengawas Pekerjaan.

A.4.2. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

A. Galian yang Tidak Diukur untuk Pembayaran


Beberapa kategori pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan
dibayar menurut Spesifikasi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah
dimasukkan ke dalam harga penawaran untuk berbagai macam bahan
konstruksi yang dihampar di atas galian akhir, seperti pasangan batu
(stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian yang secara
spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam Spesifikasi ini
adalah:
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang
200

melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume


yang diukur untuk pembayaran kecuali bilamana:
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak
atau tidak memenuhi syarat di atas, atau untuk membuang
batu atau bahan keras lainnya seperti yang disyaratkan;
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng yang
sebelumnya telah diterima oleh Pengawas Pekerjaan secara
tertulis asalkan tindakan atau metode kerja Penyedia Jasa
yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini tidak memberikan
kontribusi yang penting terhadap kelongsoran tersebut.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali
untuk galian batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut
Spesifikasi ini. Pengukuran dan Pembayaran harus dilaksanakan
menurut dari Spesifikasi ini.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-
gorong pipa dan kotak, tidak akan diukur untuk pembayaran,
kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan ke
dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing-masing
bahan tersebut, sesuai dengan Spesifikasi ini.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan
konstruksi dari sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di
luar batas-batas daerah kerja tidak boleh diukur untuk
pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan
dalam harga satuan penawaran untuk timbunan atau bahan
perkerasan.
e) Pekerjaan galian dan pembuangan selain untuk tanah, batu,
perkerasan berbutir, tanah organik dan bahan perkerasan aspal
lama, tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk
pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan
penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran
struktur lama sesuai dari Spesifikasi ini.
f) Pekerjaan galian untuk pembuatan gigi bertangga untuk
landasan suatu timbunan atau untuk penyiapan saluran-saluran
untuk penimbunan, yang dilaksanakan sesuai spesifikasi, tidak
boleh diukur untuk pembayaran, biaya untuk pekerjaan ini telah
dianggap termasuk dalam harga satuan penawaran.

B. Pengukuran Galian untuk Pembayaran


a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk
pembayaran sebagai pembayaran dalam meter kubik bahan yang
dipindahkan.
b) Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah gambar
penampang melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah
disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir dengan garis,
kelandaian dan elevasi yang disyaratkan atau diterima. Metode
perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata, menggunakan
penampang melintang pekerjaan secara umum dengan jarak tidak
lebih dari 25 meter atau dengan jarak 50 meter untuk medan yang
datar.
c) Bilamana bahan dari hasil galian dinyatakan secara tertulis oleh
Pengawas Pekerjaan dapat digunakan sebagai bahan timbunan,
namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa sebagai bahan
201

timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan
terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan Penyedia Jasa
dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma
yang dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut:
▪ Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar
fondasi yang melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas
bidang horisontal ini galian tanah diperhitungkan sebagai
galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya.
▪ Bidang bawah adalah bidang dasar fondasi.
▪ Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling fondasi.
e) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama
pemancangan, tambahan galian karena kelongsoran, bergeser,
runtuh atau karena sebab-sebab lain.
f) Galian yang bahannya digunakan untuk timbunan, tanah
gambut, tanah organik, tanah lunak, tanah ekspansif, tanah
yang tidak dikehendaki, tanah tergumpal dan tanah dengan
daya dukung sedang, jika tidak disebutkan lain dalam pasal-
pasal yang sebelumnya, harus diukur untuk pembayaran sebagai
Galian Biasa.

C. Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing pekerjaan:
Satuan
Uraian
Pengukuran
Galian Biasa Meter Kubik

Galian Batu Lunak Meter Kubik

Galian Batu Meter Kubik

Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik

Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik

Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik

Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold


Meter Kubik
Milling Machine
Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold
Meter Kubik
Milling Machine

Galian Perkerasan Berbutir Meter Kubik

Galian Perkerasan Beton Meter Kubik


202

A.5. PEKERJAAN URUGAN


A. Umum
a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang
yang disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Spesifikasi ini harus
dibagi menjadi empat jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan,
Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa, dan Penimbunan Kembali
Bahan Berbutir (Granular Backfill).
c) Timbunan Pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya
dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan
untuk pekerjaan timbunan lainnya di mana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis.
d) Timbunan Pilihan harus digunakan sebagai lapisan penopang (capping
layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang 2,5%
yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi.
e) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan di atas tanah rawa, daerah
berair dan lokasi-lokasi serupa di mana bahan Timbunan Pilihan dan
Biasa tidak dapat dipadatkan dengan memuaskan.
f) Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada
di bawah permukan air, menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, tidak
dapat dialirkan atau dikeringkan dengan metoda yang dapat
dipertimbangkan dalam Spesifikasi ini.
g) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill) harus
digunakan untuk penimbunan kembali di daerah pengaruh dari struktur
seperti abutmen dan dinding penahan tanah serta daerah kritis lainnya
yang memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan dengan alat
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.
h) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang
dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun
bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan
atau untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses
penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam Spesifikasi
ini.
i) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam
Spesifikasi ini mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus
lapangan termasuk konsolidasi dan stabilitas lereng.
Pekerjaan Lain yang Berkaitan tetapi tidak terbatas berikut ini
a) Transportasi dan Penanganan
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian TeknisLapangan
d) Bahan dan Penyimpanan
e) Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya
f) Pengamanan Lingkungan Hidup
g) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
h) Manajemen Mutu
203

i) Drainase Porous
j) Galian
k) Penyiapan Badan Jalan
l) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
m) Pasangan Batu

B. Toleransi Dimensi
a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi
dari 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10
cm dari garis profil yang ditentukan.
d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

C. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 1966:2008 : Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah. SNI 1967:2008 : Cara uji penentuan batas cair tanah.
SNI 1742:2008 : Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 1743:2008 : Cara uji kepadatan berat untuk tanah.
SNI 1744:2012 : Metode uji CBR laboratorium.
SNI 2828:2011 : Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dgn konus
pasir. SNI 3423:2008 : Cara uji analisis ukuran butir tanah.
SNI 6371:2015 : Tata cara pengklasifikasian tanah untuk keperluan teknik
dengan sistem klasifikasi unifikasi tanah (ASTM D2487-06,
MOD).
SNI 03-6795-2002 : Metode pengujian untuk menentukan tanah ekspansif
SNI 03-6797-2002 : Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat
untuk konstruksi jalan.

D. Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan
Spesifikasi dari Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan
pengajuan kesiapan di bawah ini kepada Pengawas Pekerjaan sebelum
setiap persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan:
i) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan
permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;
ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan
pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan di bawah ini.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Pengawas
Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:
i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu
contoh harus disimpan oleh Pengawas Pekerjaan untuk rujukan
204

selama Periode Kontrak;


ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan, tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan
timbunan sebelumnya :
i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan.
ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan
bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dipenuhi.

E. Jadwal Kerja
a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan
menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat
jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.
b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan
tembok sayap jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian
pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang
ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk
mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap, selanjutnya
dapat diperkenankan untuk menyelesaikan oprit dengan lancar tanpa
adanya resiko gangguan atau kerusakan pada pekerjaan jembatan.

F. Kondisi Tempat Kerja


a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap
kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan
pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng
melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap
curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir
mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang
berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem drainase
permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan pada
sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.
b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup
untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan
dan pemadatan.

G. Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau


Tidak Stabil
a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan
harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan
dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas
kadar airnya yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan
205

tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan


dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau
peralatan lain yang disetujui.
c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam
batas- batas kadar air yang disyaratkan atau seperti yang diperintahkan
Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan
tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara
berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan,
dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai
tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur
tersebut, Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan
tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang
lebih cocok.
d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir
atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan
asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
ketentuan dalam Spesifikasi ini.
e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan
sifat-sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan
pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek
setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dari Spesifikasi
ini.

H. Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan
dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan oleh Spesifikasi ini.

I. Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja


Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana
kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan. Semua permukaan
timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan
cukup untuk memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan
lembaran plastik pada akhir kerja setiap hari dan juga ketika akan turun hujan
lebat.

J. Pengendalian Lalu Lintas


Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi,
Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.

K. Bahan
1) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai
dengan Spesifikasi "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.
206

2) Timbunan Biasa
a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri
dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan
dalam i Spesifikasi ini.
b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang
berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut
SNI-03-6797-2002 (AASHTO M145-91(2012)) atau sebagai CH
menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System". Bila
penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat
dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian
dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak
memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah
plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm
lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan
atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk
lapisan ini bila diuji dengan SNI 1744:2012, harus memiliki nilai CBR
tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang
diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam Gambar atau
tidak kurang dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBR setelah
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering
maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 1742:2008).
c) Tanah sangat ekspansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25,
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO
T258-81 (2013) sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan
antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 1966:2008) dan persentase
kadar lempung (SNI 3423:2008).
d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
(i) Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan
Pt dalam sistem USCS serta tanah yang mengandung daun –
daunan, rumput-rumputan, akar, dan sampah.
(ii) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak
praktis dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada
pemadatan (melampaui Kadar Air Optimum + 1%).
(iii) Tanah ekspansif yang mempunyai sifat kembang susut tinggi
dan sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe (Lampiran
3.2.A) dengan ciri- ciri adanya retak memanjang sejajar tepi
perkerasan jalan.

L. Timbunan Pilihan
a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila
digunakan pada lokasi atau untuk maksud di mana bahan-bahan ini telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan.
Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai
timbunan biasa (atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui
sebagai hal tersebut sesuai dengan Spesifikasi ini).
b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu
207

yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau


disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan
pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 1744:2012, memiliki CBR paling
sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100%
kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 1742:2008.
c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat
geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering
normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil
lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

M. Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa


Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana
penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan
haruslah batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan
Index Plastisitas maksimum 6 % (enam persen).
N. Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Back Fill)
Bahan timbunan berbutir daerah oprit harus terdiri dari kerikil pecah, batu,
timbunan batu atau pasir alam atau campuran yang baik dari kombinasi
bahan-bahan ini dengan bergradasi bukan menerus dan mempunyai Indeks
Plastisitas maksimum 10%. Gradasi timbunan berbutir daerah oprit haruslah
sebagaimana yang ditunjukkan Tabel 3.2.2.1) berikut :
Tabel 3.2.2.1) Gradasi Penimbunan Kembali Bahan Berbutir
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang
Lolos
ASTM (mm)
4” 100 100
No.4 4,75 25 - 90
No.200 0,075 0 - 10

A.5.1. Penghamparan Dan Pemadatan Timbunan


A. Penyiapan Tempat Kerja
a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua
bahan yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat
dipadatkan atau tanah rawa, dasar fondasi timbunan harus
dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian
permukaan atas dasar fondasi memenuhi kepadatan yang
disyaratkan untuk Timbunan yang ditempatkan di atasnya.
c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah
dengan kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas
permukaan lama atau pembangunan timbunan baru, maka lereng
lama akan dipotong sampai tanah yang keras dan bertangga
dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan
208

pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga tersebut tidak boleh


mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus dibuatkan
sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30 cm untuk
kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60 cm untuk
kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.
d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan
sedemikian hingga memungkinkan pengoperasian peralatan
pemadat yang efektif.

B. Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan
dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga samatebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber
bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca
cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim
hujan.
c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase
porous, harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan
tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran
vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua
bahan tersebut dengan memakai acuan sementara dari pelat baja
tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan
drainase porous dilaksanakan.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera
setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum
penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari
3 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau
pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu
gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton,
pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan
lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang
terdapat pada permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau
dibuat bergerigi) sehingga timbunan baru akan terkunci pada
timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Pengawas
Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar
horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar,
yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis
fondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama
sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu
lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat
dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.
f) Lapisan penopang di atas tanah lunak harus dihampar sesegera
mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan setiap
penggalian atau pembersihan dan pengupasan oleh Pengawas
Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis atau
209

beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai
dengan kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

C. Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan,
setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang
memadai dan disetujui Pengawas Pekerjaan sampai mencapai
kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air
optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum
harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 1742:2008.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal 20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak
mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi
rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut.
Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai
kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan di bawah.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan
seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima
oleh Pengawas Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak
menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas
akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana
memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di
atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terus
menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha
pemadatan dari lalu lintas tersebut.
f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-
gorong dan bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada
jembatan, Penyedia Jasa harus membuat timbunan tersebut
sama tinggi pada kedua sisinya. Jika kondisi-kondisi memerlukan
penempatan penimbunan kembali atau timbunan pada satu sisi
jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan pada sisi
yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan
diberikan oleh Pengawas Pekerjaan dan tidak melakukan
timbunan sampai struktur tersebut telah berada di tempat dalam
waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di
laboratorium di bawah pengawasan Pengawas Pekerjaan
menetapkan bahwa struktur tersebut telah mencapai kekuatan
yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan
oleh metoda yang digunakan dan bahan yang dihampar tanpa
adanya kerusakan atau regangan yang di luar faktor keamanan.
g) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen
jembatan, tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia
Jasa harus, untuk tempat- tempat tertentu yang ditetapkan oleh
Pengawas Pekerjaan, menunda pekerjaan timbunan yang
membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini sampai saat
ketika pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk
penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau merusak
210

pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus


termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk masing-masing
mata pembayaran yang relevan.
h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki
oleh alat pemadat normal harus dihampar dalam lapisan
mendatar dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan
seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan pemadat mekanis.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal
dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan
dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual
dengan berat statis minimum 10 kg. Pemadatan di bawah
maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk
mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa
pipa terdukung sepenuhnya.
D. Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan
Pekerjaan penyiapan tanah dasar pada timbunan baru dilaksanakan
bila pekerjaan lapis fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera
dilaksanakan.
A.5.2. Jaminan Mutu
A. Pengendalian Jaminan Mutu
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk
persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Pengawas
Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh
pengujian yang disyaratkan dengan paling sedikit tiga contoh yang
mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili
rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan,
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, pengujian mutu bahan
dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya
dapat diamati.
c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus
dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang
dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000
meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan
paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti
yang disyaratkan Pengawas Pekerjaan setiap saat dapat
memerintahkan dilakukannya uji ke-ekspansifan tanah sesuai SNI 03-
6795-2002.
B. Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 1742:2008. Untuk tanah
yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada
ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus
dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan
kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 1742:2008.
211

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan


yang dipadatkan sesuai dengan SNI 2828:2011 dan keseragaman
kepadatan diuji dengan Light Weight Deflectometer (LWD) sesuai
dengan Pd 03-2016-B (prosedur LWD ditunjukkan dalam
Lampiran 3.2.B), bilamana diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan
kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus
memperbaiki pekerjaan. Pengujian harus dilakukan sampai
kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200 m. Untuk
penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk
gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian
untuk satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan.
Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan
yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang dihampar.
C. Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu
Pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan
penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat
lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah
memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak
ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan
yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu
bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi
dengan pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar.
Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan
batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk
disertakan dalam lapisan teratas ini.
D. Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang
Timbunan Pilihan digunakan sebagai lapis penopang untuk perbaikan
tanah dasar dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang
harus dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung kondisi
lapangan. Tingkat pemadatan harus cukup agar dapat memungkinkan
pemadatan sepenuhnya pada timbunan pilihan lapis selanjutnya dan
lapisan perkerasan.
E. Kriteria Pemadatan untuk Penimbunan Kembali Bahan Berbutir
(Granular Backfill)
Penimbunan kembali bahan berbutir harus ditempatkan sebagai
lapisan tidak lebih dari 15 cm, dan dipadatkan sampai kepadatan 95
% dari kepadatan kering maksimum menurut ketentuan SNI
1743:2008.
F. Percobaan Pemadatan
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan
peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan.
Bilamana Penyedia Jasa tidak sanggup mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti.
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan
peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan
tercapai sehingga dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Hasil
percobaan lapangan ini selanjutnya harus digunakan dalam
menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.
212

A.5.3. Pengukuran dan Pembayaran


A. Pengukuran Timbunan
a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan
terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima.
Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang
melintang profil tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum
setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan garis,
kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan
dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode
luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang melintang
pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m, dan berselang
tidak lebih dari 50 meter untuk daearah yang datar.
b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang
melintang yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan
yang diperlukan sebagai akibat penggalian bertangga pada atau
penguncian ke dalam lereng eksisting, atau sebagai akibat dari
penurunan fondasi, tidak akan dimasukkan ke dalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :
i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak
memenuhi ketentuan atau bahan yang lunak dari
Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau bahan keras
lainnya yang digali menurut Spesifikasi ini.
ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki
pekerjaan yang tidak stabil atau gagal bilamana Penyedia
Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.
iii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang
dapat diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli,maka
pembayaran akan dilakukan tergantung apakah timbunan
biasa atau pilihan yang digunakan:
iv) Jika bahan Timbunan Biasa digunakan, pengukuran
akan dilakukan:
▪ Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur
penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Pengawas Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.1 dan hanya diijinkan jika
catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikan dipelihara dengan baik.
v) Jika bahan Timbunan Pilihan digunakan, pengukuran
akan dilakukan dengan salah satu cara yang ditentukan
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan berikut ini:
▪ Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur
penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Pengawas Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.2 dan hanya diijinkan jika
catatan penurunan (settlement) yang didokumentasikan
dipelihara dengan baik..
213

▪ Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan


pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi
timbunan. Kuantitas timbunan kemudian dapat ditentukan
berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan yang
dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Pengawas
Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk diratakan sesuai
dengan bidang datar horisontal yang sejajar dengan tepi-
tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.3 dan hanya akan
diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah disahkan
oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang
oleh Penyedia Jasa untuk dapat memasang pipa, drainase beton,
gorong-gorong, drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan
diukur untuk pembayaran dalam Spesifikasi ini, dan biaya untuk
pekerjaan ini dipandang telah termasuk dalam harga satuan
penawaran untuk bahan yang bersangkutan, sebagaimana
disyaratkan menurut Spesifikasi dari Spesifikasi ini. Akan tetapi,
timbunan tambahan yang diperlukan untuk mengisi bagian
belakang struktur penahan akan diukur dan dibayar menurut
Spesifikasi ini.
d) Timbunan yang digunakan di mana saja di luar batas Kontrak
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak
terpakai, atau untuk menutup sumber bahan, tidak boleh
dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
e) Drainase porous akan diukur menurut Spesifikasi ini dan tidak akan
termasuk dalam pengukuran.
f) Bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan
dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan
oleh Penyedia Jasa sebagai bahan timbunan, maka pekerjaan
timbunan biasa atau pilihan berasal dari sumber galian akan diukur
untuk pembayaran sebagai timbunan biasa atau pilihan berasal dari
galian.
B. Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak
angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan
pengukuran dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga untuk pekerjaan.

Uraian Satuan
Pengukuran

Timbunan Biasa dari Sumber Galian Meter Kubik


Timbunan Biasa dari Hasil Galian Meter Kubik

Timbunan Pilihan dari Sumber Galian Meter Kubik

Timbunan Pilihan dari Galian Meter Kubik

Timbunan Pilihan Berbutir (diukur di atas bak truk) Meter Kubik

Timbunan Pilihan Berbutir (diukur dengan rod & Meter Kubik


214

Uraian Satuan
Pengukuran
plate)
Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Meter Kubik
Backfill)

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah I
Provinsi Jawa Barat

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
215

B. PEKERJAAN PIPA
B.1. PENGADAAN PIPA
B.1.1. PIPA HDPE
1. Jenis pipa yang akan disuply dan dipasang adalah HDPE PE-100 deangan masa
jenis minimum 955 kg/cm dan berwarna hitam. Didefinisikan dalam spesifikasi
ini adalah untuk mendistribusikan air minum. Pipa PE adalah pipa yang dibuat
secara extrusi dari bahan polyethylene yang terdiri dari antioksidan, stabilitas UV
dan pigmen. Temperatur air dan temperatur dalam tanah pada kedalaman pipa
akan berkisar 20˚C-30˚C pada sebagian besar lokasi. Semua pipa dan alat
penyambung harus didesain untuk menerima tekanan kerja minimum sebesar
0.98 Mpa (10.0 kg/cm2). Pipa yang akan digunakan pada pekerjaan ini adalah
(HDPE PE-100 SDR 17 PN 10).
2. High Density Polyethiline (HDPE) yang lebih dikenal dengan pipa plastis berisi
PE merupakan plastis yang dibuat melalui temperature tingggi, artinya
pembuatan pipa baik bentuk maupun dimensi dilakukan selama tahap pelelehan
metarial resin.
3. Bahan utama pipa ini terbuat dari HDPE resin minimal 92,5 % (SII) ditambah
bahan pembantu.
4. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan perpipaan dari semua material
sebagaimana dirinci dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa,
fitting, valve dan perlengkapan lainnya harus sesuai dengan pemakaian di
daerah tropis, beriklim lembab dan bersuhu udara 32°C.
5. Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/ jasa juga harus
menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan
di pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
6. Standar :
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan
standar SNI 06-4829-2015. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk
produk tertentu atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan
dapat menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa kualitas
keseluruhan sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan dalam
dokumen lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
c. Penyedia barang/ jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa
dan fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung
dan bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan
atau dalam gambar/ drawing.

7. Untuk menjaga kualitas dan keseragaman produk, Pipa HDPE harus disuplai
oleh satu pabrikan. Original Enggineering Manufacturing (OEM) dapat dilakukan
pada satu pabrikan dan dalam produksinya diawasi oleh Original Manufacture.
Kecuali dinyatakan berbeda dalam spesifikasi ini, spesifikasi dan standar pipa
HDPE harus mengacu pada:
a. SNI 06-4829-2005 : Pipa Polyetylene untuk air minum
b. SNI 19-6779-2002 : Metode pengujian perubahan dimensi pipa PE
untuk air minum
c. SNI 06-4821-1988 : Pipa PE untuk spesifikasi SPAM
d. ISO 4427 : Polyethylene pipes for water supply-spesifications
e. ISO 1872 : Density (Mean Value)
216

f. ISO 1183 : Polyethylene-Measurement of density


g. ISO R527 : Tensile strength at yield and flexural modules
h. ISO 527 : Elongation at break
i. ASTM D696 : Liner Thermal Expansion
j. DIN 52612 : Thermal Conductivity
k. ISO 161-1 : Thermoplastic pipes for the transport of fluids
nominal outside diameter and nominal pressure
l. ISO 3126 : Measurement of dimension
m. ISO 3607 : PE- toleransi on outside diameter and wall
thickness
n. ISO 3636 : PE pressure pipe and fitting-dimension of flanges
o. ISO 9784 : Brittleness temperatur

8. Sertifikat Analisys Pipa


Pastikan pipa sudah sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan, yaitu dengan
cara memeriksa sertifikat analisis pipa yang antara lain meliputi :
a. Sertifikat Food Grade dari lembaga independen yang diakui kredibilitasnya
untuk produk pipa terbebas dari toxicology (tidak beracun) untuk
mengalirkan air minum yang meliputi:
• Material, bahan dan compound
• Sistem produksi
• Peralatan produksi
• Produk (Pipa HDPE)
b. Sertifikat of Analysis yang dikeluarkan oleh produsen polymer (produsen
bahan baku PE 100) yang mencantumkan :
• Tanggal produksi
• Jumlah raw material dalam kg/ton
• Melt flow rate (190˚C/5 kg) dengan rentang ukur 0,2-1,7 g/10 min (SNI
06-4829-2005 5.2 d)
• Polyetylene berdensitas tinggi (HDPE) dengan tingkat kepadatan 0,95-
0,96 g/m3 (SNI 06-4829-2005 5.2 c)
• Bahan baku sudah tercampur karbon hitam sesuai B 184 (ASTM D
1603) dan SNI 5.1.2 sebesar 2,3%
• Mengandung antioksidan sesuai B 162 (ASTM D 3895) nilai 38 min dan
sesuai cara prosedur pengujian SNI 06-4829-3005 9.9.1.4.2
pengukuran waktu induksi oksidasi.
c. Produsen juga melampirkan bill of loading dan packing list bahan baku PE.
100 sesuai dengan yang tertera pada sertifikat of analysis
d. Dari data tersebut maka ada jaminan bahwa nilai kekuatan/tegangan
minimum yang diizinkan (MRS = minimum required strength) untuk PE 100
pada temperatus 20˚C selama 50 tahun sebesar ± 10 Mpa (N/m2) sesuai
ISO 9080:2003 (E), didukung dengan lampiran Bodycole certificate dengan
metode pengelasan sesuai ISO 12162 : 1995 (E)
e. Produsen pipa harus melampirkan mill certificate hasil hydrostatic test long
term, yaitu pengelasan pipa pada temperatu 20˚C serta ditahan sampai 100
Jam, tegangan induksi/hoopstress mencapai 12,4 Mpa dengan hasil
bocor/tidak pecah.
9. Diameter Pipa.
a. Diameter pipa yang dipakai sesuai dengan yang dirinci dan ditunjukkan
dalam daftar kuantitas bahan.
b. Ovalitas pipa di pabrik setelah ekstrusi namun sebelum digulung harus
sesuai dengan kelas N.
217

c. Untuk diameter luar nominal ≤ 75, toleransi sama dengan (0,008dn + 1) mm,
dibulatkan menjadi 0,1 mm, dengan angka minimum 1,2 mm.
d. Untuk diameter luar nominal > 75 tetapi ≤ 250, toleransi sama dengan
0,02dn, dibulatkan menjadi 0,1 mm.
e. Untuk diameter luar nominal > 250, toleransi sama dengan 0,035dn,
dibulatkan menjadi 0,1 mm.
f. Garis tengah minimum sebuah drum bagi pipa yang digulung harus 18 dn
dan pipa jangan sampai menjadi kaku. Bagi pipa yang digulung, diperlukan
peralatan untuk penggulungan ulang.
10.Tekanan Kerja
Pipa PE 100 PN 10 Bar SDR-17 harus dilakukan pengetesan dilapangan dengan
cara memberikan tekanan hidrostatik 1,5 kali dari tekanan rencana (Pressure
Design) yang diijinkan. Tekanan kerja yang terjadi pada pipa min. 7,5 bar.
11. Kelas Pipa.
a. Panjang pipa bentuk batangan lurus atau gulungan tidak boleh kurang dari
persetujuan antara pemasok dan pengguna barang dengan toleransi ± 0,05
m. Diameter drum gulungan minimum harus 18 x dn.
b. Ketebalan diameter luar pipa harus mengacu kepada SNI 06- 4829-2005
tentang pipa PE untuk air minum.
c. Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan
sebagaimana tabel dibawah ini.
• Ketahanan Hidrostatik
Pipa harus memenuhi persyaratan uji hidrostatik yang diberikan sebagai
disajikan dibawah ini:
Tegangan Uji (Mpa)
Jenis 100 jam 165 jam 1000 jam
Bahan pada pada pada
suhu 20˚C suhu 80˚C suhu 80˚C
PE 100 12,4 5,5 5,0
PE 80 9,0 4,6 4,0
Catatan: Hanya kegagalan rapuh yang diperhitungkan.

• Pecah karena rapuh (britle failure) pada kurang dari 165 jam adalah
merupakan kegagalan. Jika pengujian dilaksanakan pada 165 jam
ternyata gagal dalam bentuk kenyal (ductile), uji ulang supaya
dilaksanakan pada tegangan yang lebih rendah. Tegangan uji yang baru,
dan waktu kegagalan minimum yang baru supaya dipilih sebagaimana
terlihat di bawah ini:

PE 80 PE 100
Waktu Waktu
Tegangan kegagalan Tegangan kegagalan
Mpa minimum Mpa minimum
(jam) (jam)
4,6 165 5,5 165
4,5 219 5,4 233
4,4 283 5,3 332
4,3 394 5,2 476
4,2 533 5,1 866
4,1 727 5,0 1.000
4,0 1.000

• Kuat Tarik
Nilai kuat Tarik minimum harus 20 Mpa dan perpanjang minimum harus
218

400%, bila di uji pada suhu 20˚C.


12. Sifat Fisik
Sifat fisik pipa PE perlu diperhatikan yaitu :
a. Stabilitas Panas
Waktu induksi untuk pengujian contoh yang diambil dari pipa PE minimum
harus 20 menit jika diuji pada suhu 200˚C. Contoh yang diuji supaya
diambil dari permukaan sebelah dalam pipa.
b. Nilai perubahan arah penjang
Nilai perubahan arah panjang minimum 3%.
13. Dimensi Pipa
Sesuai standar SNI 06-4829-2005 tentang pipa PE untuk air minum, dimensi
pipa PE harus memenuhi persyaratan seperti diuraikan dibawah ini :
219
220
221

14. Jenis dan Macam Sambungan


a. Sambungan mekanis Mechanical-joint : sambungan plastik, injection( 20
mm-63 mm) imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
b. Welding (heat fusion)
• Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
• Socket welding (20 mm – 125 m)
• Saddle welding
• Electro welding (25 mm – 125 mm)
c. Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
15. Fitting
a. Fitting sambungan harus sesuai dengan pipa yang akan dipasang seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity.
b. Semua fitting harus dari jenis injection molded atau heat process
(pencetakan atau proses panas) dan didesain dengan karakteristik dan
kekuatan yang sama dengan pipa yang disambung.
c. Semua fitting yang dapat digunakan harus sesuai dengan rekomendasi
dari pabrik pipa yang digunakan.

B.1.2. PIPA STEEL


1. Material Pipa Steel kelasnya Mild Steel. Penyedia barang/jasa harus
menyediakan perpipaan dari semua material sebagaimana dirinci disini dan
ditunjukkan dalam daftar kuantitas bahan. Semua pipa, fitting, valve dan
perlengkapan lainnya harus sesuai untuk pemakaian di daerah tropis, beriklim
lembab dan bersuhu udara 32°C.
2. Sertifikat Jaminan Barang
Penyedia barang/jasa harus menyediakan Sertifikat Jaminan Barang dari pabrik
pembuat yang menyatakan bahwa barang tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dirinci dalam spesifikasi teknis. Penyedia barang/jasa juga harus
menyampaikan tentang laporan hasil uji kimiawi dan fisik yang telah dilakukan di
pabrik, serta melakukan pengujian setelah pipa dikirim dan sampai di lokasi.
3. Standar
a. Semua material yang ditawarkan harus produksi dalam negeri dengan standar
SNI 07-2255-1991. Bila ternyata belum ada SNI atau SII untuk produk tertentu
atau belum dibuat di dalam negeri, maka yang ditawarkan dapat
menggunakan standard lain, dengan syarat bahwa kualitas keseluruhan
sekurang-kurangnya sama dengan apa yang ditetapkan dalam dokumen
lelang ini.
b. Semua material yang dikirim harus seratus persen baru (bukan material
bekas), dalam keadaan baik dan memenuhi syarat spesifikasi teknis yang
ditentukan.
c. Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan menyertakan semua pipa dan
fitting, valve, coupling, meter, mur, baut, gasket, material penyambung dan
bahan pelengkap sebagaimana dirinci dalam Daftar Kualitas dan Bahan atau
dalam gambar/drawing.
4. Standard lain yang dapat diterima adalah:
• SNI 07-0242-1989: Pipa Baja tanpa kampuh, mutu dan cara uji.
• SNI 07-0242-2000: Spesifikasi pipa baja yang dilas dan tanpa sambungan
dengan lapis hitam dan galvanis panas
• SNI 07-0822-1989: Baja Karbon strip canai panas untuk pipa.
• SNI 07-1338-1989: Baja karbon tempa.
• SNI 07-1769-1990: Penyambung pipa air minum bertekanan dari besi yang
kelabu.
• SNI 07-3080-1992: Penyambung pipa baja tahan karat dengan las tumpu
222

• SNI 07-3025-1992: Persyaratan las Ketentuan Umum, Persyaratan servis


untuk sambungan berlas.
• SNI 07-3026-1992: Las, untuk pertimbangan untuk menjamin mutu struktur
las.
• SNI 07-3027-1992: Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam
penilaian perusahaan yang menggunakan las sebagai cara utama pabrikasi.
• SNI 13-4184-1996: Kontrol korosi eksternal pada sistem perpipaan metalik
bawah tanah atau terendam
• SNI 13-4185-1996: Kontrol korosi internal saluran pipa baja dan sistem
perpipaan
• SNI 19-6783-2002: Spesifikasi desinfeksi perpipaan air bersih.
5. Tekanan Kerja
Semua pipa dan alat penyambung harus didisain untuk menerima tekanan kerja
minimum sebesar 0.98 Mpa (10.0 kg/cm2).
6. Kelas Pipa
a. Lembaran atau pelat-pelat baja harus mempunyai batas keruntuhan minimum
tidak kurang dari 226 N/mmz (2300 kg/cm2) dan harus memenuhi standard
berikut:
• SNI 07-0949-1989: Pelat baja carbon untuk uap dan bejana tekan.
• SNI 07-0822-1989: Baja karbon strip canai panas untuk pipa.
• SNI 07-1338-1989 : Baja karbon tempa.
• ASTM A 283 : Grade D
• ASTM A 570 : Grade 33
• JIS G 3101 : Class 2
• JIS G 3452 : SGP
• JIS G 3457 : STPY
b. Pabrikasi pipa baja harus sesuai dengan AWWA C 200 atau SNI-07-0822-
1989 atau SII 2527-90 atau JIS G 3452 dan JIS G 3457. Ketebalan dan lebar
pengelasan harus cukup merata pada seluruh panjang pipa dan dibuat secara
otomatis. Pengelasan harus dilakukan dengan menggunakan las listrik yang
sesuai dengan prosedur dan dilaksanakan oleh tukang las bersertifikat.
c. Semua sambungan memanjang atau spiral dan sambungan las keliling yang
dibuat dipabrik harus dengan pengelasan sudut (butt welded). Banyaknya
pengelasan pabrik maksimum yang diizinkan adalah satu pengelasan
memanjang dan tiga pengelasan keliling untuk setiap batang pipa. Panjang
setiap batang pipa adalah 6 (enam) meter atau kurang, kecuali ditentukan lain.
d. Pengelasan memanjang harus dipasang berselang-seling pada sisi yang
berlawanan untuk bagian yang berurutan. Tidak diizinkan adanya ring, pelat
ataupun pelana (saddle) penguat baik pada bagian luar maupun pada bagian
dalam pipa.
7. Fitting
a. Semua fitting baja/steel harus dari bahan yang sama dan difabrikasi sesuai
dengan spesifikasi dan harus didisain dengan kekuatan yang sama dengan
pipanya. Ring penguat atau saddle penguat dapat dipasang pada bagian luar
bilamana perlu, sesuai dengan AWWA Manual M11 atau standar pembuatan
yang dapat disetujui.
Ketebalan dinding minimum dan diameter luar dinding fitting harus sesuai
dengan persyaratan yang dispesifikasikan dan standar berikut ini:
- Fitting dengan diameter 125 mm atau lebih kecil: JIS B 2311
- Fitting dengan diameter 150 mm atau lebih besar: JIS B 2311 (sampai dengan
500 mm) dan JIS G 3451. atau AWWA C 208.
b. "Bend" yang mempunyai sudut defleksi sebesar 22.5 derajat dan lebih kecil
harus terdiri dari dua potongan bend. Bend yang mempunyai sudut defleksi
lebih besar dari 22.5 derajat sampai dengan 45 derajat harus difabrikasi
223

dengan menggunakan tiga potongan bend. Bend yang mempunyai sudut


defleksi lebih besar dari 45 derajat harus terdiri dari empat potongan bend.

B.1.3. PIPA GALVANIS

Persyaratan bahan/material Galvanized Iron Pipe (GIP) dan alat Bantu sebagai
berikut:
a. Pipa galvanized dirancang pada tekanan kerja minimum 10 kg/cm (medium klas),
sesuai dengan standar SII 0161 (Pipa Baja Lapis Seng) dengan toleransi dimensi
diameter luar pipa ± 1,2% dan tebal dinding pipa ± 10%. Sistim sambungan
menggunakan socket berulir dan disupply secara integral. Semua fiting yang
disupply dengan klas tekanan minimum 10 bar.
b. Pipa-pipa dan alat bantunya dibuat dari baja yang menurut analisa harus
mengandung sulfur tidak lebih dari 0,06% dan phosphor tidak melebihi dari 0,07%.
c. Semua pipa dan alat bantunya harus dilakukan penyepuhan pada bidang dalam
maupun luar, menurut proses lebur atau hot DIP Galvanishing. Hasil penyepuhan
dengan ketebalan yang merata sekitar 25 micron permukaan yang licin, tanpa
serpih-serpih/rengat-rengat, tonjolan-tonjolan dan cacat-cacat lainnya. Bahan
untuk penyepuhan tersebut harus tidak membahayakan bagi kesehatan dan harus
mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap korosi (karat).
d. Kemampuan uji untuk Pipa GIP dan alat bantunya harus memenuhi syarat-syarat
untuk tensile strength minimum 42 kgf/mm2 dan tahan terhadap pengujian tekanan
hidrostatis sebesar 50 kgt/cm2.
e. Galvanized Iron Pipe (GIP) dan alat bantunya diberi ulir serta dilengkapi dengan
socket sebagai alat sambungannya, dengan standart “SII 0161- 80” kecuali
ditentukan lain sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya seperti dalam daftar
material antara lain: sambungan Plange, Dresser Joint, Giboult joint dan lain-lain.
f. Tebal dinding pipa GIP untuk Bend, tee dan alat-alat Bantu lainnya minimum harus
sama dengan tebal dinding pipa galvanis iron lurus, sedangkan reducer pipa
galvanized iron (Raper) harus 3 (tiga) kali beda diameter terbesar dan diameter
terkecil, persyaratan lainnya harus sesuai dengan SII 0161-80.
g. Dalam pengadaan pipa GIP termasuk alat bantunya, Kontraktor harus sudah
memperhitungkan penyediaan bahan-bahan penghubung seperti socket pipa GIP
Mur dan Baut dan Packing untuk bahan sambungan dengan flange yang
berhubungan dengan pengadaan pipa GIP dan alat bantunya lengkap dan cukup.
Bahan-bahan pembantu untuk penghubung tersebut harus tidak menimbulkan bau,
rasa atau warna disamping tidak mempengaruhi kesehatan.

B.1.4. PEMBAYARAN DAN PENGUKURAN


1. Pipa HDPE
Pengukuran pipa HDPE yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur
dalam satuan linear meter (m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal
yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan pipa
masing-masing diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam satuan buah
yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan
asesories.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan pipa
HDPE. Biaya untuk pengadaan pipa ini dianggap sudah termasuk dalam harga
satuan pekerjaan pemasangan pipa HDPE sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan
asesories Biaya untuk pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam
224

harga satuan pekerjaan pemasangan asesories sesuai dengan yang terdapat


dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari kebutuhan
yang sesungguhnya, maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat dilakukan
pembayaran.

2. Pipa Steel
Pengukuran pipa Steel yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur dalam
satuan linear meter (m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal yang
tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan pipa
masing-masing diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam satuan buah
yang tertera pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan
asesories.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan pipa
Steel. Biaya untuk pengadaan pipa ini dianggap sudah termasuk dalam harga
satuan pekerjaan pemasangan pipa Steel sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan
asesories Biaya untuk pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam
harga satuan pekerjaan pemasangan asesories sesuai dengan yang terdapat
dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari kebutuhan
yang sesungguhnya, maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat dilakukan
pembayaran.

3. Pipa Galvanis
Pengukuran pipa Galvanis yang didatangkan oleh Penyedia/Kontraktor diukur dalam
satuan linear meter (m) sesuai dengan panjang dan diameter nominal yang tertera
pada Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan pipa masing-masing
diameter pipa, sedangkan accessories diukur dalam satuan buah yang tertera pada
Daftar Harga dan Kuantitas pengadaan dan pemasangan aksesoris.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan pipa
Galvanis. Biaya untuk pengadaan pipa ini dianggap sudah termasuk dalam harga
satuan pekerjaan pemasangan pipa Galvanis sesuai dengan yang terdapat dalam
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga.
Tidak ada pembayaran terpisah yang dilakukan untuk pekerjaan pengadaan asesories
Biaya untuk pengadaan asesories ini dianggap sudah termasuk dalam harga satuan
pekerjaan pemasangan asesories sesuai dengan yang terdapat dalam gambar dan
Daftar Kuantitas dan Harga.
Apabila Penyedia atas kelalaiannya mendatangkan pipa berlebih dari kebutuhan
yang sesungguhnya, maka atas kelebihan tersebut tidak akan dapat dilakukan
pembayaran.

Pejabat Pembuat Komitmen


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah I
Provinsi Jawa Barat

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
225

B.2. PEMASANGAN PIPA


B.2.1. PEMASANGAN PIPA HDPE DENGAN METODE BORING MANUAL
a. PEKERJAAN JACKING PIPA
Metode pemasangan pipa dapat juga dikerjakan dengan tenaga manusia, yaitu
pada pekerjaan pengeborannya. Tenaga kerja berada pada ujung depan pipa dan
melakukan penggalian dengan peralatan seperti sekop, cangkul, atau breaker.
Tanah hasil penggalian dikeluarkan secara manual dengan lori dorong. Pekerjaan
boring manual akan dilakukan untuk pipa berdiameter 200 – 250 mm, dengan
jarak antar pit maksimum 12 m.
a) Peralatan Untuk Galian Starting Pit dan Arriving Pit Peralatan yang dibutuhkan
terdiri dari:
• Cutter: berfungsi untuk memotong aspal agar hasil penggalian terlihat rapi.
• Breaker: berfungsi untuk menghancurkan aspal.
• Blincong: berfungsi untuk menggali lapisan yang berbatu.
• Cangkul: berfungsi melakukan penggalian tanah.
b) Peralatan Untuk Pekerjaan Boring Horizontal Manual
• Alat Jacking Pipa
• Water Pumps
• Tripods
• Reamer (diameter disesuaikan dengan kebutuhan)
• Tools
• Spare Parts
• Transportation Facilities
• Safety and Medical Kits
• Bucket lumpur

b. METODA PENGEBORAN

Langkah-langkah pengeboran adalah :


1. Penggalian Starting Pit dan Arriving Pit, Setting Alat, Penentuan titik bor
horisontal dan kemiringan pipa. Pemasangan Pilot Pipe Drilling dari Starting
Pit. Pengeboran dengan Pipa Kecil sebagai pengukuran kemiringan dan
pembuatan lubang awal.

2. Setelah Pilot Pipe berhasil menembus Arriving Pit pembesaran lubang


dilanjutkan dengan menggunakan Reamer sesuai dengan kebutuhan pipa
rencana dan kemiringan rencana tercapai.
226

3. Membersihkan lubang pipa dan Mengukur kemiringan ulang agar sesuai


dengan kemiringan rencana.

4. Pemasangan Pipa rencana setelah lubang bersih dari bekas galian

5. Pembersihan dan pengangkutan bekas galian agar dilakukan segera


mungkin agar tidak terjadi penumpukan bekas galian dan bekas pengeboran.

c. PENYAMBUNGAN PIPA HDPE


Jenis Cara Penyambungan :
a. Cara sambungan pipa Polyetheline adalah sebagai berikut:
- Sambungan mekanis Mechanical-joint: sambungan plastik, injection (20
mm-63 mm) imulded, tipe push-in dengan O-ring dan ulir.
- HDPE Welding Machine (heat fusion)
▪ Butt welding ( 63 mm – 250 mm)
▪ Socket welding (20 mm – 125 m)
▪ Saddle welding
- Electro welding (25 mm – 125 mm)
Las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanas.
b. Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan oleh
Penyedia barang/jasa. Penyedia barang/jasa harus menyerahkan data
teknis dan contoh untuk persetujuan dari Direksi Lapangan/Teknis.
c. Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari Direksi Lapangan/Teknis.
d. Penyambungan Pipa dengan sambungan mekanis:
- Pipa dimasukkan kedalam sambungan lalu mur penekannya
dikencangkan.
- Penyambungan sistem mekanik lainnya juga sama seperti halnya
penyambungan-penyambungan yang biasa dilakukan.
e. Penyambungan pipa dengan Welding (heat fusion)
- Butt weldding
• Pipa diklem pada alat penekan. Kedua permukaan pipa harus
dibersihkan dan diratakan dengan pengetap.
• Setelah alat pengetap dilepaskan, plat pemanas dijepit diantara
kedua permukaan pipa dengan sedikit tekanan untuk beberapa
detik.
• Kemudian plat pemanas dilepaskan. Tekan kedua pipa dengan
tekanan tertentu sampai mendapatkan lebar yang dikehendaki dari
227

bagian yang menyatu. Hilangkan tekanan untuk beberapa saat,


setelah dingin klem dapat dibuka.
• Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
✓ Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat
pemanas, pemotong dan pompa hidrolik.
✓ Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong
,plat pemanas, pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
✓ Roda penyangga pipa.
✓ Tenda pengelasan.
✓ Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
✓ Alat ukur sambungan.
✓ Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
✓ Pipa dan penutupnya.
✓ Papan landasan.
✓ Pemotong pipa.
✓ Thermometer temperatur udara.
✓ Spidol,
✓ Alat ukur waktu, Materan.
• Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
✓ Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam keandalan
benar-benar berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
✓ Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin
welding.
✓ Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik
✓ Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan
pembersihan apabila sebelumnya sudah digunakan.
✓ Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
✓ Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
✓ Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan plat
pada sumber listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada kondisi
temperatur yang disarankan.
• Prosedur Penyambungan.
✓ Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa
berhadapan dengan pemotong dalam posisi lurus.
✓ Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
✓ Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkan
kembali pipa.
✓ Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat
oleh masuknya udara kebagian dalm pipa.
✓ Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga
ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai terjadinya
pemotongan permukaan pipa yang kontinyu.Jaga alat pemotong
tetap nyala sementara klem (penjepit) dibuka untuk menghindari
permukaan yang tidak rata.
✓ Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan
dengan permukaan pipa.
✓ Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
✓ Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi
proses pemotongan.
✓ Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara
permukaan potongan.
✓ Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara
hidrolik.
228

✓ Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa


bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
✓ Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya
bagian permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan.
Gunakan sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang
ditentukan sebelumnya.
✓ Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan
lelehannya merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
✓ Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus
dilepas supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik
sedemikian sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu
pemanasan.
✓ Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di clamp dan ujung
pipa harus terus dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanasan.
✓ Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas
pastikan bahwa tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
✓ Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan
yang ada) dan ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama
pada tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
✓ Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal
sesuai yang diindikasikan pada table.
✓ Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi
tidak boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu
pendinginan diatas.
✓ Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek
bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data
semua sambungan dengan mengisi Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan
dengan cairan pembersih khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal
yang sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket
sambungan ke dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera dimasukkan
ke dalam socket sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin
g. Electro welding
✓ Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm.
✓ Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan
pemanasnya.
✓ Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
✓ Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan
tegangan dari spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh produsen
sambungan harus sudah disediakan.
✓ Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus dibersihkan
dengan cairan pembersih.
✓ Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
✓ Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan
yang tersedia.
229

✓ Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila
proses penyambungan selesai;
✓ Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator
pada sambungan.
h. Fitting
Semua jenis fitting dipasang sesuai dengan fungsi dan jenisnya seperti
yang tercantum dalam Bill of Quantity dan gambar, sesuai dengan jenis
pipanya.
i. Thrust Block
✓ Thrust block berfungsi untuk meningkatkan kemampuan fitting dan
aksesoris dalam menahan pergerakan dan terbuat dari beton fc 20
MPa (≈ 200 kg/cm2) dan diletakkan langsung pada tanah stabil dengan
pondasi agregat dengan ketebalan minimum 200 mm.
✓ Bila daya dukung tanah pada lokasi blok penahan tidak sesuai dengan
rencana, maka perkuatan daya dukung dilakukan dengan
menggunakan cerucuk bambu atau dengan cara lain yang disetujui
Direksi Lapangan/Teknis.
✓ Bila terjadi celah antara dinding tanah galian dan lengkung luar dinding
blok penahan sebagai akibat penggalian yang melampaui ukuran yang
ditetapkan, maka celah tersebut harus diisi dengan kerikil yang
dipadatkan dengan merata
d. PEMASANGAN PIPA HDPE
1. Pelaksana pekerjaan harus mempekerjakan beberapa pekerja gali urug
yang memiliki keahlian melakukan pekerjaan boring (pengeboran)
secara manual disamping pekerja gali urug biasa. Semua
pemasangan pipa dan accessories dan bangunan pelengkap
termasuk dalam pekerjaan. Ukuran-ukuran pokok dan pembagian-
pembagian seluruhnya telah dinyatakan dalam gambar pelaksanaan.
Tinggi Peil pada setiap unit pekerjaan yang memerlukan bowplank
ditentukan terhadap tinggi peil setempat yang disetujui oleh PPK.
2. Pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan
segala macam jenis kotoran umpamanya bekas puing-puing/batu, alat-
alat, bekas pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu
kebersihan dan kelancaran aliran air didalam pipa.
3. Setiap pipa yang sudah dimasukan kedalam galian harus langsung
dipasang dan distel sambungannya dan kemudian diurug dengan
bahan-bahan yang disetujui Direksi Lapangan/Teknis serta dipadatkan
dengan sempurna kecuali pengurugan pada tempat-tempat
sambungan pipa harus diperiksa terlebih dahulu dan disetujui oleh
Direksi Lapangan/Teknis. Setelah diperiksa dan disetujui oleh Direksi
Lapangan/Teknis baru diperbolehkan untuk diurug.
4. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya
berhenti, harus ditutup sehingga kotoran maupun air buangan tidak
masuk kedalam pipa. Cara-cara penutupan pada ujung pipa tersebut
harus disetujui oleh Direksi Lapangan/Teknis.
5. Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus
dilaksanakan dengan penyambung bend/elbow yang sesuai. Begitu
pula untuk percabangan harus dengan tee cross (sesuai dengan
kebutuhan).
6. Membengkokkan atau merubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun dengan cara pemanasan)
tanpa persetujuan Direksi Lapangan/Teknis.
230

7. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/tanah


asal harus diperiksa dengan teliti dan disaksikan dan mendapat
persetujuan oleh Direksi Lapangan/Teknis.
8. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar
mengenai kedudukan pipa agar yang dipasang betul-betul lurus serta
pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh
ada benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari
9. Pada waktu pemasangan pipa, galian untuk perletakan pipa harus
kering, tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus
bersih. Penyambungan pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering.
10. Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti tee,
elbow/bend dan sebagainya harus diberi blok-blok penahan dari beton
(beton K-175).
11. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar
jam-jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air
untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor
kedalam pipa. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut
harus bersih dan bebas dari minyak/oli, aspal atau bahan-bahan
minyak pelumas lainnya.
12. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
13. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar
jam-jam kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air
untuk mencegah masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor
kedalam pipa. Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut
harus bersih dan bebas dari minyak/oli, aspal atau bahan-bahan
minyak pelumas lainnya.
14. Semua ujung pipa yang terakhir dan tidak dilanjutkan lagi harus ditutup
(didop/plug) dan diberi beton penahan (beton K-175).
15. Penyedia jasa harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
pemasangan pipa sesuai dengan dokumen pelelangan dan syarat-
syarat yang tercantum dalam syarat-syarat teknis pekerjaan ini.
a. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
- Semua pipa dan sambungan-sambungan harus diperiksa dengan
teliti terhadap retak-retak dan kerusakan-kerusakan lainnya ketika
pipa berada di atas galian, segera sebelum pemasangannya pada
posisi terakhir.
- Ujung pipa harus diperiksa secara seksama karena bagian ini
yang paling mudah rusak pada waktu pengangkutan. Pipa atau
peralatan yang rusak harus diletakkan dekat galian untuk
diperiksa oleh Direksi Lapangan/Teknis, yang akan menentukan
perbaikan atau dibuang.
b. Pembersihan Pipa
- Semua kotoran, gumpalan dan bahan lain yang tak berguna harus
disingkirkan dari ”bell”, ujung spigot setiap pipa dan bagian luar
ujung spigot, dan sebelum pipa dipasang bagian dalam ”bell”
harus diseka sampai bersih, kering dan bebas dari lemak.
- Semua bagian dalam semua pipa yang terpasang, valve dan fitting
yang telah terpasang harus dijaga agar tetap bersih dan bebas
dari benda asing dan kotoran. Tindakan pencegahan harus
berupa pengguna kain pembersih selama pemasangan dan
penyumbatan kedap air semua bukaan/celah di setiap akhir
pekerjaan setiap hari.
- Seluruh kotoran dan sisa lapisan (coating) harus dihilangkan dari
akhiranakhiran bell dan spigot. Tiap pipa, bagian luar, akhiran
231

spigot dan bagian dalam dari bell harus dibersihkan, kering dan
bebas dari lemak dan minyak sebelum pipa dipasang.
c. Penurunan Pipa Kedalam Galian
- Peralatan seperti Crane 5-10 ton digunakan untuk memindahkan
pipa dari truk.
- Semua pipa, ”Fitting, dan Valve” harus diturunkan kedalam galian
satu persatu dengan menggunakan tripod/tackle, handle crane &
hoist atau dengan perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai,
sedemikian rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan tersebut
maupun lapisan pelindung luar dan dalamnya.
- Bahan tersebut dengan alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau
dilemparkan kedalam galian.
- Jika terjadi kerusakan pada pipa, fitting, valve, atau perlengkapan
lain dalam penanganannya, kerusakan tersebut harus segera
diberitahukan kepada Direksi Lapangan/Teknis. Direksi
Lapangan/Teknis akan menetapkan perbaikan atau penolakan
bahan yang rusak tersebut.
- Pipa PE diameter kecil diproduksi dalam bentuk roll. Penurunan
kedalam galiannya dapat dengan 2 cara: baik dilepas dulu dari
gulungannya baru diturunkan atau diturunkan dulu kedalam galian
dalam bentuk roll baru dilepas. Pipa PE diameter besar diproduksi
dalam bentuk batang.
- Semua pipa, ”Fitting” dan ”Valve” harus diturunkan kedalam galian
satu persatu, dengan menggunakan derek, tali/tambang, atau
dengan perkakas atau peralatan lainnya yang sesuai sedemikian
rupa untuk mencegah kerusakan pada bahan tersebut maupun
lapisan pelindung luar dan dalamnnya. Bahan tersebut dengan
alasan apapun tidak boleh dijatuhkan atau dilemparkan ke dalam
galian.
d. Pemotongan Pipa
- Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin. Bila perlu
pemotongan harus dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa
dan rata. Pemotongan harus dilakukan dengan peralatan yang
sesuai dengan rekomendasi pabrik.
- Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan
dipotong dengan alat yang khusus dibuat untuk keperluan
tersebut. Ujung potongan serong harus sama dengan yang dibuat
di pabrik.
- Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung
potongan serong harus sesuai dengan rekomendasi pabrik. Tanda
kedalaman (garis melingkar yang jelas) harus dibuat diujung
spigot pipa yang dipotong di lapangan untuk menandakan
kedalaman penetrasi spigot yang benar kedalam sambungan
pipa.

B.2.2. Pemasangan Pipa HDPE Dengan Metode Horizontal Directional Drilling


(HDD)

a. UMUM
Secara garis besar pelaksanaan Horizontal Directional Drilling (HDD), terdiri
dari: Pekerjaan Persiapan, Pekerjaan Pengeboran, dan Pekerjaan Finishing.
232

b. Pelaksanaan Horizontal Directional Driling (HDD)

b.1. Pekerjaan Persiapan


✓ Pengambilan contoh tanah Bor Log / Sondir dan water level sesuai
jalur pipa yang akan dipasang.
✓ Pengujian Tanah. Tujuan pengujian tanah adalah untuk mengetahui
keadaan tanah dan stratifikasinya dan mendapatkan property tanah
secara langsung. Property tanah digunakan sebagai perbandingan
terhadap banyaknya betonit dan air yang dicampurkan. Pengujian
tanah ini merupakan pemetaan termasuk explorasi bawah tanah
dengan cara tiga titik boring sedalam 15 m.
✓ Pengeboran HDD dapat dilakukan menembus tanah lempung lunak,
dan pasir halus yang tidak padat. Pengeboran harus kompresibilitas
tanah yang dilalui pipa horizontal termasuk kedalaman pengeboran
(mengikuti metode item pekerjaan boring HDD).
✓ Tes Pit. Bersamaan dengan kegiatan survey yang juga dilakukan
adalah tes pit. Tes pit menyusun pengujian untuk mengetahui utilitas
atau fasilitas lain yang telah ada di sekitar lubang awal/akhir dan
tingkat resiko yang perlu dipertimbangkan agar pipa yang terpasang
aman terhadap semua utilitas. Posisi tes pit ditentukan 9 titik sondir
dan 3 titik boring.
✓ Proses tes pit dilakukan dengan menyusuri lokasi jalur pipa
menggunakan alat deteksi. Setelah diketahui adanya utilitas dan blok
valve maka posisi entry HDD diambil jarak minimum 2 meter dari
utilitas yang terdekat. Lokasi tes pit dilakukan pada 3 titik lokasi.
✓ Perhitungan Nilai Stress. Ketika pipa yang dipasang dengan metoda
HDD, sering mengalami beban tegangan tinggi, berat bending, dan
tekanan fluida eksternal. Seringkali beban instalasi lebih berat dari
beban layanan desain. Ketika memilih bahan pipa yang sesuai untuk
instalasi HDD, desain harus mempertimbangkan sifat pipa serta
lubang-lubang profil. Kedua faktor ini harus dipertimbangkan
bersama-sama untuk memilih bahan terbaik dan profil terbaik
sehingga pipa dapat diinstal dan dioperasikan tanpa resiko
kerusakan. Untuk memastikan bahwa bahan dan lubang-lubang profil
cocok untuk aplikasi yang diusulkan, instalasi, operasional, dan
dikombinasikan beban dan tekanan.
✓ Pengecekan jalur pipa, dimana jalur pipa harus terbebas dari existing
utilitas seperti kabel, pipa air / gas dan pondasi bangunan.
✓ Rencana management lalulintas: Rencana lay out lapangan meliputi
Pemilihan lokasi pit, dimana lokasi pit diusahakan tidak menutupi
jalan / pintu rumah orang/kantor, rencana tempat stok pipa, rencana
tempat lokasi krane dan peralatan jacking, rencana pembuangan
tanah dan air lumpur hasil galian.
✓ Rencana lay out lapangan. Rencana lay out lapangan meliputi
Pemilihan lokasi pit, dimana lokasi pit diusahakan tidak menutupi
jalan/pintu rumah orang/kantor, rencana tempat stok pipa, rencana
tempat lokasi peralatan pengeboran, rencana pembuangan tanah
dan air lumpur hasil galian.
✓ Hasil survey pekerjaan persiapan HDD di atas menjadi acuan
pelaksanaan pekerjaan persiapan dan sosialisasi.
233

b.2. Pekerjaan pembersihan lokasi pit


b.3. Pembuatan konstruksi Pit
✓ Penggalian pit awal dengan ukuran 6 x 2,5 m dan kedalaman
disesuaikan dengan kedalaman pipa. Untuk mencegah kelongsoran,
biasa dipasang turap baja/plat atau papan kayu yang di perkuat
dengan shoring I- beam / kanal U. Lantai kerja dipasang plat bordes.
Lebar galian harus cukup untuk dapat meletakkan pipa dan
menyambungkannya dengan baik, dan timbunan harus ditempatkan
dan dimanfaatkan seperti yang diisyaratkan. Galian/pit harus dibuat
dengan lebar ekstra bila diperlukan, seperti untuk memasukkan
penyangga-penyangga, penguatan-penguatan galian dan peralatan-
peralatan pipa. Ruang penyambungan harus dibuat pada setiap
sambungan, agar sambungan dapat dikerjakan dengan baik.
✓ Arah, ukuran dan letak/posisi pengeboran jalur pipa harus sesuai
dengan gambar-gambar rencana. Untuk itu patok-patok (Signt Rails)
harus dipasang yang kuat dan dipelihara oleh Kontraktor. Setiap arah
jalur pipa dan kelandaiannya atau di lokasi yang dianggap perlu
dengan jarak satu dengan lainnya setiap 200 m disesuaikan dengan
kondisi tanah yang ada. Pada setiap patok-patok harus diberi tanda
diameter dan kedalaman penggalian yang harus dipakai sebagai
patokan. Untuk mengurangi resiko kerusakan, pengeboran dekat
instalasi yang telah ada harus dikerjakan dengan tangan. Dalam hal
pada jalur pipa terdapat pasangan batu, bongkah-bongkah atau
rintangan lain, maka Kontraktor harus menggali rintangan tersebut
sampai 20 cm di bawah dasar jalur pipa serta disetiap sisi pipa dan
perlengkapannya, kemudian mengisi kembali dengan pasir dan
memadatkannya sampai ketinggian yang telah ditentukan.
✓ Untuk mencegah kelongsoran tanah yang akan merusak bangunan
didekatnya maka kontraktor harus memperkuat jalur pipa dengan
casing. Harga kontrak dianggap telah mencakup biaya untuk
keperluan tersebut.
✓ Apabila pengeboran jalur pipa dan pit dilaksanakan berdekatan atau
melewati saluran buangan, pipa-pipa, kabel-kabel dan lain
sebagainya maka Kontraktor harus mempergunakan penguat
sementara atau gantungan, sedangkan dalam hal saluran-saluran
buangan, pipa-pipa, kabel-kabel dan lain sebagainya harus
dikoordinasikan dengan pemilik utilitas/Dinas terkait. Setelah
pekerjaan selesai maka kondisi harus dikembalikan seperti semula.

b.4. Pekerjaan Boring


✓ Peralatan yang di gunakan HDD DDW 200 TX atau sejenisnya,
Tangki mixing, mesin las pipa dan genset, water pump.
✓ Material Pipa HDPE PN. 10
✓ sistem pengeboran dengan pilot hole
✓ pipa bor dan alat downhole, termasuk potongan-reamers dan pull
back
✓ pelaksanaan pengeboran menggunakan air dan dapat didaur ulang
✓ Standar Pipa HDPE SNI 06-4829-2005 / ISO 4427-1996
✓ Drilling the Pilot Hole:
Rig HDD dipasang sisi masuk lubang bor. Pengeboran dilakukan di
sepanjang jalur lubang target (pilot hole) . Pelacakan jalur dimonitor
koordinatnya hingga mencapai titik lubang keluar bor.
234

✓ Reaming of the Pilot Hole


Diameter pilot hole bisa diperbesar dengan reamer bila diameter
mata bor (drilling bit) belum mencukupi. Reamer dipasang pada sisi
keluar lubang bor setelah mata bor menembus permukaan tanah.
Reamer terpasang ditarik mundur di sepanjang jalur pilot hole yang
telah terbentuk ke arah sisi masuk lubang bor.
✓ Pipe String Pullback
Dengan menggunakan roller, menarik kembali rangkaian pipa pre-
fabricated–reamer yang tersambung dengan swivel ke arah sisi
masuk lubang bor.
✓ Pengeboran lubang melengkung dan horizontal memerlukan
peralatan pengeboran khusus. Pit-hole directional control dicapai
dengan menggunakan string bor nonrotating dengan asimetris
mutakhir. Asimetri hasil terdepan dalam bias kemudi. Ketika
perubahan arah diperlukan, string bor diputar sehingga arah bias
adalah sama dengan perubahan yang diinginkan arah. String bor
mungkin juga terus diputar ketika kontrol arah tidak diperlukan.
Ketika sebuah koreksi arah diperlukan, rotasi berhenti dan kepala
pengeboran adalah berorientasi pada lubang bor. Lalu rig
pengeboran mendorong string bor untuk maju secara penuh.
Kemudian dimiringkan ke arah yang diinginkan. Setelah koreksi
kemudi selesai, rotasi dilanjutkan sampai koreksi lain diperlukan.
Pemadatan- jenis alat pengeboran yang paling sering digunakan
dalam rig pengeboran mini dan midi ukuran untuk mengebor melalui
lembut sampai sedang konsolidasi tanah serta pasir longgar dan
padat. Kerugian utama dari motor lumpur adalah bahwa mereka lebih
mahal dibandingkan dengan kepala pemadatan dan membutuhkan
ratusan galon pengeboran cairan per menit.
✓ Tracking
Dalam aplikasi Tracking HDD adalah kemampuan untuk menemukan
posisi, kedalaman, dan orientasi kepala pengeboran selama proses
pengeboran. Kemampuan untuk secara akurat melacak bor sangat
penting untuk penyelesaian proses pengeboran yang sukses. Jalan
bor dilacak dengan mengambil pembacaan berkala kecenderungan
dan azimut dari tepi string bor.

Pembacaan dicatat dengan probe yang dimasukkan ke dalam bor


sedekat mungkin dengan bor. Jenis tiga yang paling umum
pelacakan alat-alat yang elektronik, kombinasi - ac magnetometer
celerometer sistem, dan sistem navigasi inersia. Sebuah sistem
terdiri dari bahan yg mudah pemancar, penerima, dan monitor jarak
jauh. Sebuah pemancar bertenaga baterai diletakan dekat perakitan
lubang bawah dekat bagian depan dari string bor, itu memancarkan
sinyal magnetik kontinyu.

Penerima adalah portabel, genggam unit yang mengukur kekuatan


sinyal yang dikirim oleh transmitter. Informasi yang digunakan untuk
menentukan posisi kepala bor itu, kedalaman, dan orientasi. Monitor
remote adalah unit layar dipasang di rig pengeboran di depan
operator. Ini menerima dan menampilkan informasi yang diberikan
oleh penerima. Hal ini digunakan untuk menavigasi kepala
pengeboran di bawah permukaan.

Data direkam untuk memberkan profil asbuilt dari jalan pengeboran.


Ketika akses ke lokasi langsung di atas keselarasan bore lubang
235

tidak mungkin atau ketika kedalaman lubang melebihi 100 meter,


jenis lain sistem navigasi harus digunakan.

✓ Selama proses pengeboran, operator selalu memonitor dengan


bantuan asisten dan helper yang mengawasi proses pemboran.
Air dalam bak sirkulasi juga perlu di kuras dan diganti bila material
hasil pengeboran sudah memenuhi bak.
✓ Setelah lubang bor menembus hingga ujung mata bor terlihat
pada lubang pit kedua, dilakukan penarikan kembali rod / stang
bor dengan tetap rod / stang bor berputar dan mata bor terpasang
seling atau tali penarik pipa atau HDPE.

b.5. Pemotongan Pipa


✓ Pemotongan pipa diusahakan seminimum mungkin. Bila perlu
pemotongan harus dilakukan tegak lurus terhadap sumbu pipa dan
rata. Pemotongan harus dilakukan dengan peralatan yang sesuai
dengan rekomendasi pabrik.
✓ Ujung potongan dan tepian yang kasar harus diperhalus dan
dipotong dengan alat yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut.
Ujung potongan serong harus sama degnan yang dibuat dipabrik.
✓ Perkakas bagi keperluan pemotongan pipa dan membuat ujung
potongan serong harus sesuai denga rekomendasi pabrik. Tanda
kedalaman (garis melingkar yang jelas) harus dibuat diujung spigot
pipa yang dipotong dilapangan untuk menandakan kedalaman
penetrasi spigot yang benar kedalam sambungan pipa.

b.6. Pekerjaan Penyambungan Pipa


a. Persiapan alat kerja
• Kain majun untuk membersihkan bagian yang akan disambung
setelah diserut (facing).
• Alat-alat keselamatan kerja sepatu boat, helm, sarung tangan dan
lain-lain. Pada saat pekerjaan sebaiknya menggunakan baju
lengan panjang.
b. Kontraktor harus memperhatikan jenis pipa atau fitting yang akan
disambung, SDR dan diameter luar pipa.
c. Semua mesin dan perlengkapannya dalam kondisi siap bekerja
seperti: Kabel-kabel, fungsi heater plate (pemanas), fungsi alat serut
(facer/milling cutter), Oli Hidrolik (untuk mesin yang menggunakan
penggerak hidrolik.
d. Sumber daya listrik harus sesuai dengan kebutuhan mesin seperti
yang tercantum pada mesin seperti (kW, kVA).
Jenis penyambungan pipa yaitu:
• Sambungan sistem Butt Fusion
Pipa atau fitting yang akan disambung dipasang pada badan mesin butt
fusion pada posisi yang lurus searah posisi dudukan mesin.
Tentukan besarnya drag pressure dengan menjalankan bagian yang
bergerak pada badan mesin. Kontraktor herus menentukan besarnya
tekanan yang diperlukan untuk mengerakan mesin dengan beban pipa
yang ada.

Kedua sisi pipa harus tegak lurus terhadap sumbu untuk memudahkan
proses penyerutan. Setelah kedua sisi tegak lurus terhadap sumbu, kedua
236

sisi pipa yang akan disambung harus dirapatkan sejajar pada satu sumbu.
Toleransi kesejajaran adalah 0,1 x tebal rata-rata.

Bila kedua sisi pipa tidak sejajar, maka dilakukan penyerutan untuk
merapikan kedua sisi. Besarnya tekanan saat penyerutan tidak melebihi
10 bar diatas drag pressure.

Jika Proses penyerutan selesai dilakukan bersihkan sisa-sia seriutan


material yang menempel pada pemanas menggunakan bahan lunak.
Jangan membersihkan dengan menggunakan benda-benda tajam seperti
pisau, cutter atau obeng.

Sebelum dilakukan penyambungan atau pemanasan awal (preheating),


bersihkan bagian yang akan disambung dan sekitarnya dengan
menggunakan majun atau bahan lain dengan persetujuan direksi atau
pemberi tugas dari sisa air, debu, pasir, tanah, dan kotoran lainnya,
termasuk sisa milling cutter/facer.

Penyambungan atau pemanasan pipa harus disesuaikan dengan


parameter-parameter penyambungan yang sudah ditentukan sperti
penyambungan butt fusion mengacu pada standar DVS 2207-1 (08/95)

Tabel Parameter Pengelasan Sistem But Fussion Pipa Ø. 500 mm.


OD
t Fase 1 Fase 2 T3 T4 Fase 3
PIPA
P5 P5
(mm) (˚C) P1 a P2 P2 (det) (det) (bar) (mnt)

500 200 28 3.0 4 296 13 16 28 36

• Fase 1 Pemanasan awal


Kedua sisi pipa yang akan dipanaskan dengan pemanas dan ditekan
sebesar P1, dan besarnya tekanan harus di tambah drag pressure,
dengan suhu t. Pemanasan dilakukan hingga muncul bead a.
• Bila tebal/tinggi bead (bibir) sudah tercapai penyambungan memasuki fase
2, tekanan harus diturunkan menjadi p2 selama waktu t2.
• Jika bead sudah terbentuk keluarkan pemanas dan rapatkan kedua sisi
yang akan disambung dengan tekanan. Pastikan tidak terjadi sambungan
dingin (cooled joint) dimana suhu kedua sisi turun diluar toleransi, maka
waktu pemindahan pemanas hingga kedua sisi yang disambung bertemu
T3. Proses cange over harus dilakukan secepat mungkin.
• Pada saat proses pengelasan (dwell) kedua ujung pipa dirapatkan dan
ditekan sehingga penyambungan akan memasuki fase 3 pendinginan.
Waktu proses ini sebesar T4.
• Proses pendinginan pipa pada fase 3 (cooling), besarnya tekanan berada
pada P5 dan waktu yang dibutuhkan pada fase ini adalah T5.
Sebelum membuka insert clamp terlebih dahulu tekanan dibuang atau di
nol kan.
• Daerah penyambungan harus selalu terlindungi dari kondisi udara yang
tidak kondusif seperti lembab, terlalu panas dan dingin, angina kencang
atau tekanan matahari langsung.
237

• Daerah pengelasan tidak boleh mengalami bending stress, lekukan atau


sejenisnya.
• Setiap mesin merekomendasikan prosedur dan standar masing-masing
sedapat mungkin mengikuti rekomendasinya.
• Peralatan yang harus disediakan unutk penyambungan ini adalah:
✓ Generator, digunakan untuk memberikan daya listrik kepada plat
pemanas, pemotong dan pompa hidrolik.
✓ Mesin butt fusion dilengkapi dengan pengencang pipa, pemotong ,plat
pemanas, pompa hidrolik dan plat pengatur waktu.
✓ Roda penyangga pipa.
✓ Tenda pengelasan.
✓ Alat pembersih, katun atau handuk, kertas (tissue).
✓ Alat ukur sambungan.
✓ Thermometer digital untuk memeriksa suhu plat pemanas.
✓ Pipa dan penutupnya.
✓ Papan landasan.
✓ Pemotong pipa.
✓ Thermometer temperatur udara.
✓ Spidol,
✓ Alat ukur waktu, Materan.
• Sebelum dimulai pengelasan, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
✓ Adanya bahan bakar yang cukup digenerator dan dalam keandalan
benar-benar berfungsi sebelum dihubungkan kemesin.
✓ Pemakaian generator harus disesuaikan dengan kapasitas mesin
welding.
✓ Perlengkapan mesin dan pompa hidrolik berfungsi dengan baik
✓ Heatplate (plat pemanas) dalam keadaan bersih dan lakukan
pembersihan apabila sebelumnya sudah digunakan.
✓ Siapkan tenda untuk memberikan perlindungan selama pekerjaan
dilakukan.
✓ Perlengkapan mesin harus lengkap dan tidak rusak.
✓ Plat pemanas harus pada temperatur yang benar (sambungan plat
pada sumber listrik dan dibiarkan selama 20 menit pada kondisi
temperatur yang disarankan.
• Prosedur Penyambungan.
✓ Tempatkan pipa pada (clamp) penjepit dimana ujung pipa berhadapan
dengan pemotong dalam posisi lurus.
✓ Luruskan dan ratakan posisi seluruh komponen dengan roller.
✓ Kencangkan clamp (penjepit) untuk memegang dan membulatkan
kembali pipa.
✓ Tentukan besarnya drag pressure dengan menjalankan bagian yang
bergerak pada badan mesin. Kontraktor herus menentukan besarnya
tekanan yang diperlukan untuk mengerakan mesin dengan beban pipa
yang ada.
✓ Kedua sisi pipa harus tegak lurus terhadap sumbu untuk memudahkan
proses penyerutan. Setelah kedua sisi tegak lurus terhadap sumbu,
kedua sisi pipa yang akan disambung harus dirapatkan sejajar pada
satu sumbu. Toleransi kesejajaran adalah 0,1 x tebal rata-rata.
✓ Bila kedua sisi pipa tidak sejajar, maka dilakukan penyerutan untuk
merapikan kedua sisi. Besarnya tekanan saat penyerutan tidak
melebihi 10 bar diatas drag pressure.
✓ Jika Proses penyerutan selesai dilakukan bersihkan sisa-sia seriutan
material yang menempel pada pemanas menggunakan bahan lunak.
Jangan membersihkan dengan menggunakan benda-benda tajam
seperti pisau, cutter atau obeng.
238

✓ Sebelum dilakukan penyambungan atau pemanasan awal


(preheating), bersihkan bagian yang akan disambung dan sekitarnya
dengan menggunakan majun atau bahan lain dengan persetujuan
direksi atau pemberi tugas dari sisa air, debu, pasir, tanah, dan kotoran
lainnya, termasuk sisa milling cutter/facer.
Penyambungan atau pemanasan pipa harus disesuaikan dengan
parameter-parameter penyambungan yang sudah ditentukan sperti
penyambungan butt fusion mengacu pada standar DVS 2207-1 (08/95)

✓ Tutup ujung pipa yang terbuka untuk mencegah pendinginan plat oleh
masuknya udara kebagian dalm pipa.
✓ Nyalakan alat pemotong dan geserkan klem pipa perlahan sehingga
ujung pipa tepat berhadapan dengannya sampai terjadinya
pemotongan permukaan pipa yang kontinyu.Jaga alat pemotong tetap
nyala sementara klem (penjepit) dibuka untuk menghindari permukaan
yang tidak rata.
✓ Angkat alat pemotong perlahan dan hindarkan persinggungan dengan
permukaan pipa.
✓ Bersihkan sisa potongan dari mesin dan pipa.
✓ Periksa bahwa kedua permukaan sudah rata, jika tidak, ulangi proses
pemotongan.
✓ Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak adanya celah antara
permukaan potongan.
✓ Buka kemudian tutup clamp dan perhatikan tekanan tarik yang
dibutuhkan untuk menggerakan pipa bersama-sama secara hidrolik.
✓ Pindahkan lempengan panas dari tempat pelindungnya. Periksa
bahwa plat tersebut bersih dan baik suhunya.
✓ Tempatkan plat pemanas pada mesin dan tutup clamp supaya bagian
permukaan yang akan disambung menyentuh lempengan. Gunakan
sistem hidrolik dengan menggunakan tekanan yang ditentukan
sebelumnya.
✓ Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa mulai meleleh dan lelehannya
merata 1-6 mm terbentuk tiap ujungnya.
✓ Setelah lelehan awal muncul, tekananan sistem hidrolik harus dilepas
supaya pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan tarik sedemikian
sampai pertumbuhan lelehan terkontrol selama waktu pemanasan.
✓ Periksa bahwa pipa tidak bergeser posisinya di clamp dan ujung pipa
harus terus dijaga agar tetap kontak dengan plat pemanasan.
✓ Setelah pemanasan selesai, buka clamp dan pindahkan pemanas
pastikan bahwa tidak menyentuh permukaan yang meleleh.
✓ Segera tutup clamp (mengacu kepada perhitungan-perhitungan yang
ada) dan ratakan permukaan yang sudah meleleh bersama pada
tekanan yang sudah ditentukan sebelumnya.
✓ Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu pendinginan minimal
sesuai yang diindikasikan pada table.
✓ Setelah itu pipa yang sambung bisa dipindahkan dari mesin tapi tidak
boleh dipindahkan untuk periode berikutnya sama pada waktu
pendinginan diatas.
✓ Periksa sambungan untuk kebersihan dan keseragaman dan cek
bahwa lelehan sesuai dengan batasan yang ditentukan. Data semua
sambungan dengan mengisi Butt Welding QA Sheet.
f. Socket Welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm
• Pipa dipotong tegak lurus sumbunya;
239

- Permukaan luar pipa dan bagian dalam socket harus dibersihkan


dengan cairan pembersih khusus;
- Jepit bagian ujung pipa yang sebelumnya telah diukur dengan mal
yang sudah ditetapkan;
- Masukkan ujung pipa dalam socket pemanas dan socket sambungan
ke dalam spigot pemanas untuk beberapa detik;
- Keluarkan alat pemanas dan bagian pipa harus segera dimasukkan ke
dalam socket sambungan;
- Biarkan beberapa saat sampai dingin.

g. Electro welding
• Pipa yang dipasang untuk sambungan jenis ini umumnya mempunyai
diameter 20 mm -125 mm.
• Las las otomatis dari fitting PE yang sudah ada kumparan pemanasnya.
• Cairan pembersih serta peralatan penyambungan harus disediakan.
• Kontrol box khusus dengan tegangan yang harus sama dengan tegangan
dari spesifikasi sambungan yang ditetapkan oleh produsen sambungan
harus sudah disediakan.
• Mula-mula kedua permukaan yang akan disambung harus dibersihkan
dengan cairan pembersih.
• Sambung pipa dengan sambungan yang akan dilas;
• Kemudian kabel dari Kontrol box disambung ke dalam sambungan yang
tersedia.
• Hidupkan Kontrol box dan secara otomatis akan berhenti sendiri bila
proses penyambungan selesai;
• Sebagai kontrol material dari dalam akan ke luar dari lubang indikator pada
sambungan.
b.7. Pekerjaan Finishing
✓ Pembongkaran Konstruksi Pit dan pengurugan pit.
✓ Lokasi bekas pit bias juga dijadikan bak control / manhole,
dengan cara membuat lapisan dasar untuk meletakkan
shaft precast manhole .
✓ Pemadatan dan pengecoran kembali lokasi seperti semula.
✓ Pengetesan aliran air bila perlu.

B.2.3. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran untuk pemasangan pipa HDPE diukur dalam satuan linear meter
panjang (m¹) sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan
Pengadaan dan Pemasangan Pipa.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari pipa terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran untuk pemasangan asesories diukur dalam satuan buah
sebagaimana terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Pengadaan
dan Pemasangan Asesories.
Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari asesories terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Pejabat Pembuat Komitmen Air Minum


Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah I
Provinsi Jawa Barat

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
240

C. PEKERJAAN AKSESORIS

C.1. PENGADAAN GATE VALVE RESILIENT SEAT


a. Umum
- Untuk mempercepat penyelesaian proses pekerjaan di lapangan
- Untuk meningkatkan pelayanan
- Mampu/tahan terhadap tekanan kerja pompa dan tekanan pada pipa distribusi
- Body kuat dan tahan lama
- Tahan terhadap korosi
- Mekanisme ulir (beban putar) smooth/ringan
- Ulir/skep poros berbahan Stainless steel
- Terdapat O ring EPDM pada penyekat poros agar air tidak bocor pada poros
- Seal valve dilapisi Rubber EPDM.
b. Spesifikasi

Penggunaan : Air
Test : Hydraulic test to BS EN 1074-1 & 2
- Seat : 1,1 dari PN 10
- Body: 1,5 dari PN 10 Operating torque
test
STANDART : To BS 5163: part 1 & 2 type B. BS EN 1074-
APPLIKASI 1 & 2. Stem sealing replaceable under
pressure (Seal pada Stem dapat diganti
pada saat dibawah tekanan). Overall length
to BBS 5163: pt 1 (BS EN 558-1) Flanges
and drilling to BS EN 1092-2. WRAS listed
KONDISI KERJA
➢ Tekanan kerja : 16 Bar (1.6 mpa)
maksimum

➢ Temperatur kerja : -10°C hingga +70°C


➢ Maximum dry : Dianjurkan melakukan insulation untuk
solid content temperatur kerja dibawah 0°C 10 %
241

KONSTRUKSI MATERIAL

NO KOMPONEN MATERIAL
1 Stem Cap Grey iron (BS EN 1561 EN-GJL-250) lengkap dengan
baut tutup/cap screw (FZP GR 8.8) sesuai ISO 4762

Stainless steel (BS EN 10088-1.No. 1.4021) dengan


sistem design cetak/cor, sehingga menghasilkan
2 Stem
permukaan yang halus. Tidak tajam seperti hasil mesin
bubut
Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7) lengkap
3 Gland Flange dengan polyamide bushing meliputi 1 wiper ring dan 3 O-
Assembly Ring (EPDM) dan 2 baut Stainless steel A4 yang
disegel dengan cara dipanaskan (dilelehkan)
4 Thrust Collar DZR brass (BS EN 12164, CW602N)
5 Bonnet Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7)
Stainless steel A4 disegel dengan cara dipanaskan
6 Bonnet Bolts (dilelehkan) tidak bubut
7 Body Bonnet Seal Karet EPDM (ESW-70, tercantum dalam WRAS)
8 Body Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7)
Ductile iron (BS EN 1563 EN-GJS-500-7) didesign
9 Wedge Assembly menjadi satu bagian dengan karet (ESW-70) pada
bagian
Didalaminternal
dan dan external,
diluar tercantum
(internal dalam WRAS)
dan external) dengan
10 Coating lengkap
caraelectrostatically, epoxy mengacu pada(DZR
dengan mur pengunci/wedge nut (WISbrass
4-52-01
BS ENB.12164,
Class CW 602N)
tercantum dalam WRAS)
242

Dimensi
Flanges and drilling to ISO 7005-2 (EN 1092-2:1997, DIN 2501-PN16)
DN L H D Dh Ds Jumlah F (mm) Berat Jumlah
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Lubang (kg) putaran
(±)
50 178 326 165 125 18 4 19 14.2 5
80 203 339 200 160 18 8 19 17 7
100 229 371 220 180 18 8 19 22.5 9
150 267 503 285 240 22 8 24 41 13
200 292 592 340 295 22 12 27 55.8 17
250 330 680 400 355 26 12 27 84.9 22
300 356 758 460 410 26 12 27 123.1 26
Lain - lain
➢ Dalam hal ini pihak supplier harus menyediakan:
a. Jaminan kualitas barang asli dengan kondisi 100% baru serta jaminan mutu produksi
b. Tidak cacat produksi
c. Manual book ( buku panduan)
d. Garansi Produk 5 tahun (melampirkan surat pernyataan garansi)
e. Training singkat tentang sistem operasional dan maintenance
f. After Sales Service (garansi purna jual)
g. Membawa contoh cutting valve (pada waktu pelaksanaan)
h. Menyebutkan nomor seri yang tertera di body valve
i. Melampirkan certificate of origin (COO) dan certificate of manufacture.

C.2. PENGADAAN AIR VALVE (KATUP UDARA)


a. UMUM
Air valve berfungsi untuk pembuangan angin dalam pipa pada elevasi
tinggi dan sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan pelayanan.
Valve udara harus dapat beroperasi secara otomatis dan mengikuti hal-
hal berikut ini:
a. Dapat melepaskan udara selama pengaliran air dalam pipa.
b. Dapat memasukkan udara selama penggelontoran.
c. Dapat melepaskan udara bila ada udara yang terjebak dalam pipa.
d. Dapat mencegah penutupan yang dini bila udara sedang dilepaskan.
e. Aman terhadap vakum.
b. SPESIFIKASI TEKNIS

PENGGUNAAN : Air maupun cairan netral lainnya


dengan
suhu maksimal 90º C dengan
TEST : tekanan
Hydraulickerja mindari
test: 1,5 0,1PN10
bar dan
max 16 bar

MATERIALS

Body , bonnet, cowl : Ductile iron GGG-50 to DIN 1693

Coating : Electrostatically applied epoxy


resin
internally and externally to DIN
30677
243

Gasket, seal ring, sealing face : EPDM rubber to BS 2494 type W

Orifice cover, orifice braket : Nylon, injection moldings of glass


filled
Washer, nut, bottom head cap : A190 Nilon
Stainless stell 304 to BS 970
screw, socket
head cap screw, pin, washer, pin
head mashine screw

Seat ring, guide top, guide bottom, : ABS (acrylonitrile butadiene


guide ring, styrene) is a
large orifice, small orifice polymer of very high impact
Plug : strength
Plastic

c. Dimensi

DN A B C D Berat
50 275 mm 220 mm 83 mm 165 mm 24 kg
80 mmc.
275 mm 220 mm 83 mm 165 mm 24 kg
100 280 mm 248 mm 98 mm 195 mm 30 kg
150 344 mm 284 mm 115 mm 230 mm 44 kg
200 344 mm 284 mm 115 mm 230 mm 44 kg
244

Gambar Double Air Valve


245

Gambar Single Air Valve

Lain - lain
o Instalasi ( box dan wiring)
o Commissioning
o Manual book (buku panduan)
o Garansi produk 5 tahun (melampirkan surat pernyataan garansi)
o Melampirkan certificate of origin (COO) dan certificate of manufacture (COM) produk
o Tahan terhadap korosiMemenuhi Aerokinetic Principle
• After Sales Service (garansi purna jual)
• Menyebutkan nomor seri yang tertera di body valve
• Tidak cacat produksi
o Jaminan kualitas barang asli dengan kondisi 100% baru serta jaminan mutu produksi

d. PERSYARATAN VALVE
Semua valve harus dari ukuran yang ditunjukkan dalam gambar atau dalam schedule valve
yang diringkas dan semua valve dari jenis yang sama akan lebih disukai bila berasal dari satu
produsen.
Semua valve harus sedikitnya memiliki satu tanda-tanda berikut ini dan tanda tersebut
tersematkan dalam huruf timbul pada beberapa bagian valve seperti:
(1) Nama produsen
(2) Tekanan Kerja
(3) Diameter dan panah arah aliran
Ujung valve harus Flens kecuali jika ditentukan lain dalam gambar. Ketebalan Flens akan
ditentukan berdasarkan tekanan kerja yang ditentukan. Kontraktor harus menyerahkan
perhitungan desain jika diminta oleh Direksi Pekerjaan.
Semua bahan yang akan ditentukan di sini harus sesuai dengan JIS, ASTM, BS, DIN, SNI
atau standar lain yang secara internasional dapat diterima.
Bahan valve dengan ukuran 50 mm dan lebih kecil adalah perunggu, kecuali ditentukan lain.
Stir valve boleh berupa besi cor atau besi ditempa dan dilengkapi dengan sekrup. Tekanan
kerja minimum valve harus 7,5 kgf/cm2 kecuali dinyatakan lain.

C.3. PEMBUATAN BAK DAN PEMASANGAN MAGNETIC FLOW METER

C.3.1. PEMBUATAN BAK DAN PERPIPAAN


Pekerjaan pembuatan bak mengacu pada item pekerjaan A. PEKERJAAN SIPIL
246

Pekerjaan perpipaan mengacu pada item pekerjaan B.1.3. PIPA GALVANIS

C.3.2. WATER METER (ELECTRO MAGNETIC)


1. Menggunakan batterai dengan daya tahan minimal sampai 2 tahun
2. Adanya standart IP 68 / NEMA 6P
3. Elektromagnetik flow meter tipe compact / remote;
4. kalibrasi (extended) ± 0.2% dari aliran rata-rata ± 2mm/s
5. Display converter dapat menunjukkan angka total volume, debit aliran, arah aliran
(maju / mundur), indikasi baterai, dan deteksi pipa kosong.
6. Memenuhi standard air minum NSF/ ANSI 61/ WRAS
7. Terdapat fitur self-testing tertanam dan alarm/ fault detection
8. Data logger internal
9. Dapat melakukan pengukuran dua arah (Bi directional measurement)
10. Memenuhi persyaratan persetujuan dan verifikasi untuk meteran air OIML R49
11. Liner EPDM
12. Flanges ANSI 16.5 CI 150
13. Adanya Surat Jaminan ketersediaan spare part dari pabrikan resmi komplit dengan
alamat & nomor telepon pabrikan resmi

C.4 WASH OUT


Pipa penguras (wash out/blow off), dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah
sepanjang jalur pipa, ujung jalur pipa yang mendatar dan menurun, dan titik awal
jembatan.

C.5. PEMASANGAN AKSESORIS

a. UMUM
Kontraktor harus menyediakan semua tenaga kerja, bahan, peralatan dan biaya yang
diperlukan untuk memastikan kesiapan operasi, semua valve termasuk valve dengan
regulator, aksesoris, cat, suku cadang, peralatan, petunjuk pengoperasian dan kelengkapan
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan/atau ditentukan di sini.
Bahan-bahan dan peralatan harus merupakan produk dari produsen mapan dan terkemuka
yang telah memiliki pengalaman dalam pembuatan jenis peralatan yang ditentukan oleh
spesifikasi ini. Tidak ada valve dan aksesoris yang boleh dipasang sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
b. GAMBAR KERJA
Kontraktor harus menyerahkan gambar kerja terperinci dan schedule dari semua valve,
aksesoris dan perlengkapannya. Gambar kerja harus menunjukkan ukuran, dimensi dan
material dari semua jenis dan semua fabrikasi yang relevan berserta rincian pemasangan.
247

c. PENGUJIAN
A. Pengujian Kinerja
Setiap valve dan kelengkapannya harus dioperasikan tiga kali pada posisi terpasang, dari
setengah tertutup, posisi terbuka penuh dan sebaliknya pada kondisi tanpa aliran untuk
memperlihatkan bahwa perakitan lengkap bisa diterapkan.
B. Tes Kebocoran
Valve dan perlengkapannya harus diuji pada kondisi terpasang untuk mengetahui adanya
kebocoran dalam posisi tertutup. Dengan valve dalam posisi tertutup, tekanan udara atau
tekanan hidrostatik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan dipasok ke salah satu
piringan pada tekanan kerja. Durasi pengujian minimal 300 detik dan tidak ditemukan
adanya kebocoran melewati valve selama periode pengujian.
C. Pengujian hidrostatik
Valve yang dipasang harus melalui uji hidrostatik. Tes hidrostatik harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
Dengan piringan valve dalam posisi sedikit terbuka, tekanan hidrostatik internal yang
setara dengan dua kali tekanan kerja yang ditetapkan harus diaplikasikan ke bagian dalam
badan valve setiap valve selama 10 menit. Selama menjalani pengujian, badan valve harus
dipukul dengan palu beberapa kali.
D. Pengujian Lapangan
Ketika valve dan perlengkapannya telah selesai terpasang dan segera setelah mendapat
izin beroperasi, terhadap valve - valve tersebut akan dilakukan uji lapangan yang akan
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan untuk menunjukkan bahwa pemasangan yang
dilakukan telah memenuhi semua persyaratan, baik dalam kondisi beroperasi dan dalam
segala cara yang memadai untuk pelayanan yang dimaksudkan.
d. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Semua valve dan perlengkapan harus dipasang sesuai dengan arahan produsen di lokasi
yang ditunjukkan pada gambar. Pemasangan harus dilakukan pada posisi dan alinyemen
yang benar, selaras dan didukung oleh sistem penopang yang kaku.
Pet cock harus dipasang di titik tertentu sebagaimana disebutkan pada gambar atau di
lokasi lain di mana kemungkinan terjadi akumulasi udara pada pipa. Semua setang valve
harus dipasang sesuai dengan rekomendasi dari produsen, sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar atau sebagaimana ditentukan di sini.
Sebelum memasang peralatan tertentu, Kontraktor harus memeriksa semua rencana dan
gambar yang memiliki pengaruh langsung terhadap lokasi peralatan tersebut dan
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk penempatan lokasi yang tepat dari valve-valve
tersebut dan perlengkapannya selama pembangunan struktur.
248

D. JEMBATAN PIPA
a. UMUM
Kontraktor harus menyediakan tenaga, bahan, perkakas, peralatan lainnya yang diperlukan,
diluar yang disediakan atau dipinjamkan oleh pemilik untuk pekerjaan konstruksi jembatan
pipa sebagaimana diperlihatkan dalam gambar dan/atau ditentukan disini. Batas konstruksi
setiap jembatan pipa adalah pada kedua ujung sambungan “fitting” sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar. Dikarenakan perbedaan dan ketinggian alignment jembatan dan
jalur pipa, diperlukan bentang transisi guna menghubungkannya sebagaimana diperlihatkan
dalam gambar dan harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Direksi sesuai dengan kondisi
lapangan. Penyambungan jalur pipa pada jembatan dengan jalur pipa biasa harus dilakukan
setelah penyelesaian pekerjaan pipa dan setelah persetujuan Direksi. Kontraktor harus
melaksanakan pekerjaan konstruksi jembatan pipa dengan benar sesuai dengan ketentuan
butir-butir yang dapat diterapkan dalam spesifikasi teknik ini. Kontraktor atas biayanya sendiri
memeriksa semua ukuran jembatan pipa yang diperlihatkan dalam gambar dengan
melakukan survey sendiri di lokasi pekerjaan. Kontraktor harus melakukan,
mengkoordinasikan dengan instansi terkait, dan membantu pemilik mendapatkan ijin dari
instansi pemeritah yang terkait dalam pelaksanaan pekerjaan perlintasan ini.
b. GAMBAR KERJA DAN JADWAL PELAKSANAAN
Kontraktor berdasarkan pemeriksaan lapangan hasil sondir, dan pengukuran detail tersebut,
harus menyusun jadwal pelaksanaan dan gambar kerja jembatan pipa yang memperlihatkan
semua ukuran, rincian pipa, bangunan bawah, pilar, pancang, pekerjaan sementara termasuk
penurapan, perancah dan lain-lain, perbaikan kembali atau, membuat lapis lindung
(revetment) pada sungai atau saluran dimana diperlukan, termasuk perhitungan yang
diperlukan serta menyerahkannya kepada Direksi untuk persetujuannya, sebelum memulai
pekerjaan pembangunannya.

D.1. FONDASI TIANG BOR (BORE PILE)

1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan Fondasi Tiang Bore Pile adalah elemen utama struktur berupa
tiang berbentuk tabung yang berinteraksi langsung dengan tanah, berfungsi sebagai
penopang akhir dan menyalurkan beban dari struktur bangunan atas dan bawah
jembatan pipa ke tanah keras di bawahnya.
b) Fondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya dilakukan
dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya, kemudian diisi tulangan dan
dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga
memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah
mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini
ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang keras atau batuan
lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan dukung ujung tiang.
c) Pekerjaan yang diatur dalam Spesifikasi ini harus mencakup tiang bor yang disediakan
dan ditempatkan sesuai dengan spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati
Gambar menurut penetrasi atau kedalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan. Tiang uji dan/atau pengujian pembebanan diperlukan untuk
menentukan daya dukung fondasi tiang, jumlah dan panjang bore pile yang akan
dilaksanakan.

2) Load Test Tekan Dan Lateral


Pelaksana Pekerjaan harus melaksanakan Pile load test Tekan (statik load test) pada
titik bore pile dan test statik lateral cm yang lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan
249

Pengawas dan Konsultan Perencana dari hasil pengamatan pelaksanaan dan data
tanah.
a) Load test dilaksanakan sesuai dengan Progres pekerjaan bore pile
dilapangan.
b) Sistem loading test yang digunakan adalah sistim kentledge test sesuai
standard ASTM, dengan menggunakan Blok beton.
c) Manometer/dial gauge load test harus ditera yang dilakukan oleh laboratorium
yang disetujui Pengawas Lapangan sebelum pelaksanaan load test (Paling
lambat 4 bulan sebelumnya). Dan hasilnya harus memperlihatkan ketelitian
minimal 95 %.
d) Bore pile yang ditest harus kuat terhadap beban 200% dari beban Tekan dan
Lateral rencana. Dan untuk test tarik besi harus cukup panjang hingga dapat
di-las pada balok Baja yang menumpu blok beton.
e) Beban untuk load test tarik dan tekan harus sentris terhadap tiang dengan
urutan peningkatan beban 0 - 25 % - 50 % - 75 % - 100 % - 125 % - 150 % -
175 % - 200 % dan setelah minimal 12 jam dan maksimal 24 jam beban
diturunkan juga secara bertahap hingga 0 % rate of settlement ke atas harus
kurang 0.25 mm dalam 1 jam.
f) Kenaikan elevasi pile dan rebound dicatat pada permulaan dan akhir waktu
setiap tahap pembebanan dan setiap selang 15 menit.
g) Hasil load test dianggap berhasil bila pada beban 200 % nett penurunan
elevasi atas pile 12 mm dan max 25 mm.
h) Semua hasil pencatatan dimasukkan dalam satu grafik evaluasi hubungan
antara beban - waktu dan kenaikan elevasi atas pile.
Tabel Jumlah Titik Statik Loading test Tarik
Statik Loading test Tarik Keterangan
No
Bentang Jembatan Jumlah Titik
1 Pendek (6-20 m) - 1% dari tiang yang mengalami tarik Apabila dalam perencanaan
ada tiang dengan gaya tarik
2 Sedang (20-100 m) - 1 Titik Apabila dalam perencanaan
1% dari tiang yang mengalami ada tiang dengan gaya tarik
- 1-2 Titik Apabila dalam perencanaan
3 Panjang (>100 m)
- 1% dari tiang yang mengalami tarik ada tiang dengan gaya tarik

Tabel Jumlah Titik Statik Loading test Lateral


Statik Loading test Lateral Keterangan
No
Bentang Jembatan Jumlah Titik
- 0 Titik Menyesuaikan dengan
1 Pendek (6-20 m) - 10% dari statik loading test tekan kebutuhan
- 0,1 - 0,15% dari jumlah
- 1 Titik Menyesuaikan dengan
2 Sedang (20-100 m) - 10% dari statik loading test tekan kebutuhan
- 0,1 - 0,15% dari jumlah
- 1-2 Titik Menyesuaikan dengan
3 Panjang (>100 m) - 10% dari statik loading test tekan kebutuhan
- 0,1 - 0,15% dari jumlah
250

Tabel Jumlah Titik Statik Loading test Tekan


Statik Loading test Tekan Keterangan
No
Bentang Jembatan Jumlah Titik
- 0-1 Titik - Berdasarkan kecurigaan
- 1-1.5% dari jumlah tiang pada pelaksanaan
1 Pendek (6-20 m) - Setiap lokasi abutment dan pilar pekerjaan pondasi
- Menyesuaikan dengan
kebutuhan
- Menyesuaikan
- 1 Titik - Berdasarkan kecurigaan
- 1-1.5% dari jumlah tiang pada pelaksanaan
- Setiap lokasi abutment dan pilar pekerjaan pondasi
2 Sedang (20-100 m)
- Menyesuaikan dengan
kebutuhan
- Menyesuaikan
- 1-2 Titik - Berdasarkan kecurigaan
- 1-1.5% dari jumlah tiang pada pelaksanaan
3 Panjang (>100 m) - Setiap lokasi abutment dan pilar pekerjaan pondasi
- Menyesuaikan dengan
kebutuhan
- Menyesuaikan

i) Laporan load test harus mencangkup :


1) Lokasi test pile
2) Posisi titik-titik boring terdekat
3) Panjang tiang bore pile, diameter pile
4) Kuat tekan kubus atau silinder umur 7 hari dan 28 hari dan pada saat
dimulainya pembebanan
5) Data-data waktu pemasangan, pembebanan tiang dan mulainya load
test.
6) Laporan teraan dial gauge dan alat ukur lainnya
7) Evaluasi kapasitas pile.

3) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan :

a) Pengamanan Lingkungan Hidup


b) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
c) Manajemen Mutu
d) Galian
e) Timbunan
f) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
g) Beton Pratekan
h) Baja Tulangan
i) Baja Struktur

4) Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil penyelesaian harus dipantau dan
dikendalikan seperti yang ditetapkan dalam Standar Rujukan dari Spesifikasi ini.
251

Gambar Contoh Pelaksanaan Bore Pile

D.1.1. PENGEBORAN DAN PEMBERSIHAN LUBANG BORE PILE


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini termasuk pembuatan lubang pondasi bor pile dan pembersihan lubang
seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Penyedia jasa harus menyediakan
semua peralatan, material, tenaga kerja pengawas, alat-alat pengangkutan, alat-alat
Bor dan alat-alat lain yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini.
2. Pekerjaan persiapan
a) Jalan akses masuk dan keluar pada saat proses pengerjaan mulai.
b) Ukur dan tentukan posisi titik – titik bored pile di site.
c) Buat format untuk monitoring laporan bored pile

3. Penyedia Jasa Harus Menyerahkan Kepada Direksi Lapangan :


a) Gambar kerja yang mencakup detail tiang pondasi Bore Pile .
b) Hasil pengukuran dan penggambaran titik lokasi pengeboran

4. Material
Bahan-bahan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam spesifikasi
teknis dan gambar.

5. Alat Pondasi Tiang Bor


Alat pemasangan tiang bor yaitu terdiri dari:
a) Escavator
b) Mesin Bor & Auger,
Pada umumnya, setiap kontraktor mempunyai peralatan bor yang berbeda.
Alat-alat bantu pemboran di antaranya adalah:
▪ Bucket auger, berfungsi untuk mengumpul hasil galian dalam keranjang
(bucket) berbentuk spiral dengan cara mengambil tanah dari lubang bor ke
atas dan dibuang
▪ Belling bucket atau under-reamer, alat ini mampu membuat lubang bor
252

dengan ukuran yang lebih besar pada bagian dasarnya. Pembesaran


volume ini disebut bells atau underreams
▪ Core barrels, alat pemotong berbentuk lingkaran, membuat dan menggali
bentuk silinder. Alat ini biasanya dipakai pada tanah dan batuan keras.
▪ Multiroller, alat ini hanya digunakan untuk memecah batuan keras
▪ Cleanout bucket, untuk memindahkan hasil galian akhir dari lubang bor dan
membuat dasar lubang bor menjadi lebih bersih
c) Casing
d) Mixer,
e) Pompa Air.

6. Pengeboran dan Pembersihan Lubang Bor


a) Pelaksana Pekerjaan harus melampirkan usulan teknis pelaksanaan
pembuatan Bore Pile . Usulan teknis harus mencangkup :
1) Cara penanganan pekerjaan
2) Pengaturan lokasi kerja
3) Metode kerja dan urutan pelaksanaan
4) Cara/metode quality control dan pengukuran kedalaman bor yang akan
diterapkan.
5) Cara pembersihan lubang bor
6) Cara pengontrolan adanya necking
7) Cara pengontrolan homogenitas pile
8) Cara mengatasi adanya Blow up dan ground loss akibat pengeboran
9) Cara pengontrolan dimensi pile
10) Cara mengatasi adanya lumpur yang terjebak di ujung bawah lubang
11) Cara mengatasi bila terjadi kemacetan tremi
12) Batasan-batasan toleransi pelaksanaan.
b) Sebelum pengeboran dilakukan titik pengeboran harus dicek kembali
ketepatannya
c) Vertikalitas dari auger/kelly bar/guide wall harus dicek dengan theodolite dari
dua arah yang saling tegak lurus.
d) Dari data-data karakteristik tanah yang ada, dicari kedalaman bearing layer
untuk Bore pile dimana bore pile yang diperhitungkan adalah bore pile Tekan,
Tarik dan lateral
e) Set alat pada posisi titik yang akan di bor
f) Bila kondisi lapisan tanah baik, bor sampai kedalaman 6 m saja dan pasang
casing 6 m
g) Bila kondisi lapisan tanah jelek, menggunakan full casing untuk mencegah
kelongsoran tanah pada saat proses boring
h) Kemudian dilanjutkan dengan proses pengeboran sampai kedalaman yang
dikehendaki
i) Check apakah kedalaman yang dikehendaki sudah tercapai
j) Bersihkan lumpur pada dasar lubang bor dengan bucket cleaning
k) Selama proses berlangsung, catat :
1) Kedalaman muka air tanah
2) Jenis lapisan tanah berikut kedalaman dan ketebalan.
l) Buat laporan harian bored pile
m) Penyedia jasa harus memberikan jaminan dengan cara yang meyakinkan
253

bahwa ketentuan tersebut diatas telah dipenuhi, antara lain dengan


memberikan contoh hasil pengeboran yang diambil masing-masing pada :
1) Setiap perubahan lapisan tanah
2) Ujung pengeboran
3) 0.5 meter sebelum ujung
4) 1 meter sebelum ujung
5) 1.5 meter sebelum ujung
n) Penghentian pengeboran dilakukan pada kedalaman yang meyakinkan
Tenaga Ahli Konsultan Pengawas berdasarkan data tanah yang diberikan
dan data tanah tambahan jika ada. Jika pengeboran belum meyakinkan ,
pengeboran harus diteruskan.
o) Sebelum Pembesian dimasukkan dasar lubang harus dibersihkan dari
endapan lumpur/sedimen. Pembersihan harus dilakukan dengan alat
pembersih kusus dengan ukuran yang sesuai dengan diameter lubang bor.

7. Verifikasi kedalaman bored pile


a) Periksa kedalaman lubang-lubang yang dibor sampai kedalaman yang
ditunjukkan dalam gambar atau ditentukan berdasarkan pengujian hasil
pengeboran.
b) Periksa diameter dasar lubang, bila kurang dari ½ diameter yang ditentukan,
pekerjaan ditolak.
c) Pastikan semua lubang ditutup sehingga keutuhan lubang dapat terjamin.
d) Periksa dasar selubung (casing) dimana tidak lebih dari 1,5 m dan tidak
kurang dari 300 m di bawah permukaan beton selama penarikan dan operasi
penempatan.
e) Pastikan sampai kedalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus
digetarkan dengan alat penggetar.
f) Pastikan semua lubang bor bersih dari bahan lepas.
g) Pastikan lubang tidak digenangi air atau lakukan pemompaan air keluar jika
diperlukan.
h) Pastikan selubung (casing) digetarkan pada saat pencabutan untuk
menghindari menempelnya beton pada dinding casing.
i) Pastikan Lubang dibor sampai kedalaman sesuai Gambar.
j) Pastikan Pengujian Penetrometer di lapangan dilakukan selama penggalian
dan dasar tiang.

8. Pengukuran dan pembayaran


a) Cara Pengukuran
1) Periksa pengukuran pengeboran harus merupakan jumlah aktual dalam
meter panjang tiang bor sampai elevasi bagian dasar tiang.
2) Periksa pengukuran untuk biaya tambahan terhadap panjang tiang bor
yang dilaksanakan di bawah air dihitung dalam meter panjang, dari
ujung bawah tiang bor yang dirancang atau disetujui sampai elevasi
bagian atas tiang bor.
b) Cara pembayaran
Periksa pembayaran sesuai dengan Pengukuran Hasil Pekerjaan dibayar
dengan Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dalam Daftar Kuantitas dan
Harga.
254

D.1.2. PEMBESIAN BORE PILE


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini termasuk adalah pembesian dan pemasangan pembesian pada lubang
bor hingga siap untuk di cor seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi ini. Penyedia
jasa harus menyediakan semua peralatan, material, tenaga kerja pengawas, alat-alat
pengangkutan dan alat-alat lain yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini.
2. Penyedia Jasa Harus Menyerahkan Kepada Direksi Lapangan :
a) Gambar kerja yang mencakup detail pembesian tiang pondasi Bore Pile.
b) Daftar bengkok dan potong dari penulangan
c) Sertifikat dari laboratorium yang telah disetujui Direksi Lapangan untuk
semen, air, batu pecah (split), test celinder beton dan material-material lain
yang digunakan sesuai spesifikasi teknis ini dan atau permintaan Direksi

3. Material dan Pekerjaan Pembesian


Bahan-bahan, material dan pekerjaan pembesian harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam spesifikasi teknis ini pada D.2. BAJA TULANGAN
4. Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Bore Pile
a) Segera setelah dilakukan cleaning, pembesian harus dimasukkan pada posisi
yang tepat, jika panjang lubang lebih besar dari panjang besi, harus disiapkan
besi penggantung. Untuk menjaga sentrisnya pembesian harus disiapkan
giude yang dipasang pada sisi luar keranjang besi.
b) Kerangka baja tulangan yang telah di instal diangkat dengan bantuan diesel
dan power winch da lam posisi tegak lurus terhadap lubang bor dan diturunkan
dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak singgungan dengan lubang bor.
Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan dengan
potongan tulangan melintang lubang bor. Bila kebutuhan baja tulangan lebih
dari 12 meter bisa dilakukan penyambungan dengan diikat dengan kawat
beton dengan panjang overlap 50-60 cm atau sesuai pada gambar yang di
sediakan.
c) Setelah rangka baja tulangan terpasang, maka pipa tremi harus di masukkan
kedalam lubang dengan panjang sesuai kedalaman lubang bor. Bila pada
waktu pemasangan baja tulangan terjadi singgungan dan terjadi keruntuhan
di dalam lubang bor, maka diperlukan pembersihan ulang dengan memasang
head kombinasi diameter 6 "ke diameter 2". Dengan memompa air kedalam
stang bor dan pipa tremi,maka reruntuhan dan tanah yang menempel pada
besi tulangan dapat dibersihkan kembali.
d) Sebelum Pengecoran dilaksanakan perlu dicek kembali ketebalan endapan
lumpur/sedimen pada dasar lubang. Jika ketebalan endapan melampaui 20
cm maka harus dicleaning kembali.
e) Kedudukan Bore pile harus vertikal dengan toleransi sbb:
1) Toleransi lokasi maksimum 5 cm dari lokasi yang ditentukan pada posisi
cut of level.
2) Toleransi lokasi maksimum untuk bore pile adalah maksimal 1 cm
3) Toleransi vertikal maksimum 1 : 150
255

4) Toleransi Vertikal maksimum untuk Contigious bore pile maksimum 2


cm
5. Pengukuran dan pembayaran
a) Cara Pengukuran
1) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang
harus dihitung dari panjang aktual yang dipasang, atau luas anyaman
baja yang dihampar, dan satuan berat dalam kilogram per meter
panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas anyaman.
Satuan berat yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan akan didasarkan
atas berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau bila
Pengawas Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian
penimbangan yang dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang dipilih
oleh Pengawas Pekerjaan.
2) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.
3) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau
struktur lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap
telah disediakan dalam Spesifikasi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh
diukur untuk pembayaran menurut Spesifikasi ini.
b) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di
atas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak.

D.1.3. PENGECORAN BETON BORE PILE


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini adalah pengecoran beton bore pile seperti yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini. Penyedia jasa harus menyediakan semua peralatan, material, tenaga
kerja pengawas, alat-alat pengangkutan, alat cor dan alat-alat lain yang diperlukan
untuk terlaksananya pekerjaan ini.
2. Penyedia Jasa Harus Menyerahkan Kepada Direksi Lapangan :
a) Gambar kerja yang mencakup detail Bore Pile;
b) Daftar kuantitas dan kualitas beton beserta hasil pengetesannya;
c) Sertifikat dari laboratorium yang telah disetujui Direksi Lapangan untuk
material-material lain yang digunakan sesuai spesifikasi teknis ini dan atau
permintaan Direksi

3. Material dan Pekerjaan Pembesian


Bahan-bahan, material dan pekerjaan pembesian harus memenuhi syarat-syarat
yang tercantum dalam spesifikasi teknis ini pada A.1. PEKERJAAN BETON,
A.3. PEKERJAAN BEKISTING
4. Pelaksanaan Pengecoran Beton Bore Pile
a) Sebelum pembetonan dimulai dasar lubang harus dibersihkan dari lumpur dan
sisa-sisa pengeboran serta mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas. Lubang yang telah dibersihkan harus segera di cor 20 menit
setelah lubang di cleaning, untuk memperkecil terjadinya endapan lumpur
256

b) Kualitas Beton yang digunakan untuk Bore pile adalah Beton f’c = 30 Mpa
(K350) Ready Mix komposisi non fly ash didalamnya dan harus readymix.
Pelaksana harus melakukan design mix dan disampaikan kepada Konsultan
Pengawas.
c) Kedudukan ujung pipa tremi maximum 5 cm diatas dasar galian sebelum
beton dilepaskan dari dasar tremi. Kedudukan tremi terhadap muka beton
pada setiap
d) fase pembetonan minimum 200 cm. Pembetonan harus dilaksanakan tanpa
interupsi (dilakukan Kontinyu) hingga selesai. Pembetonan dan pembesian
harus ditambah minimal 1,00 m diatas cut out of level (lihat Detail Gambar
Bore Pile).
e) Jika pada pelaksanaan pembetonan terjadi kemacetan pada tremi dan pipa
tremi tidak bisa dicabut, maka pile tersebut dianggap gagal. Dan sebagai
pengganti titik pile perlu ditentukan oleh perencana dan dengan persetujuan
Konsultan Pengawas.
f) Pelaksana harus menjamin kesempurnaan pembetonan dan menjamin
tercapainya kapasitas tiang yang diinginkan.
g) Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur limbah pengeboran di awal
pengecoran,maka di gunakan kantong plastik yang diisi adukan beton dan
diikat dengan kawat beton kemudian digantung di bagian dalam lubang tremi
satu meter kebawah dari corong pipa tremi.
h) Setelah persiapan pengecoran selesai, beton slump 18±2cm ditampung di
dalam corong tremi dan ditahan oleh bola plastik yang berisi adukan beton
setelah cukup penuh bola kantong plastik dilepas sehingga beton mendorong
lumpur yang ada di dalam lubang tremi.
i) Pengecoran dilakukan secara terus-menerus untuk menghidari kemacetan
pada pipa tremi. Dengan sistem tremi ini pengecoran dimulai dari dasar lubang
dengan mendorong air I lumpur da ri bawah menuju keluar lubang.
j) Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton sehingga
beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari bawah. Untuk
memperlancar adukan beton didalam pipa tremi, maka harus dilakukan
hentakan-hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus selalu tertanam di dalam
adukan beton dan pengisian di dalam corong harus dijaga terus menerus agar
corong tidak kosong.
k) Pipa tremi dilepas setiap 3 meter akan tetapi ujung pipa di dalam harus dalam
keadaan tertanam di dalam beton. Pengecoran dihentikan setelah adukan
beton yang naik ke permukaan telah bersih dari lumpur.
l) Setelah pekerjaan pengecoran selesai, semua peralatan pengecoran
dibersihkan dari sisa beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai
pada titik bor selanjutnya.
m) 5 jam setelah pengecoran lubang atas bore pile di urug kembali dengan tanah
yang ada
n) Tanah dan lumpur bekas pengeboran harus dibuang keluar proyek oleh
pelaksana.
257

5. Verifikasi penulangan & pengecoran


a) Pastikan pekerjaan pemasangan baja tulangan telah mendapatkan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Pastikan pekerjaan pengecoran beton telah mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
c) Pastikan pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan.
d) Pastikan lubang dalam keadaan kering dan bersih sebelum pengecoran.
e) Pastikan beton dicor melalui sebuah corong dengan pipa (tremie).
f) Periksa arah pengaliran sehingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi
– sisi lubang.
g) Pastikan beton dicor secepat mungkin setelah pengeboran, dimana kondisi
tanah kemugkinan besar akan memburuk akibat terekspos.
h) Periksa ketahanan tekanan beton yang belum mengeras agar sama dengan
atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai
mengeras, bila elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air
tanah.
i) Pastikan dasar lubang bersih dari bahan lunak dan bahan lepas, bila
pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran.
j) Periksa apakah cara tremie yang digunakan telah disetujui.
k) Pastikan cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah
corong di atasnya.
l) Pastikan pipa diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam
tiang bor sampai di atas elevasi air/lumpur.
m) Periksa bila beton mengalir keluar dari pipa, maka corong harus diisi lagi
dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru.
n) Periksa pipa tremie, dimana harus kedap air dan harus berdiameter paling
sedikit 15 cm.
o) Pastikan sebuah sumbat ditempatkan di depan beton yang dimasukkan
pertama kali dalam pipa, untuk mencegah pencampuran beton dan air.

6. Verifikasi penanganan kepala tiang bor


a) Pastikan tiang bor yang dicor sampai kira-kira 1 m di atas elevasi yang akan
dipotong.
b) Pastikan semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari
bagian puncak tiang bor.
c) Pastikan baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang yang cukup untuk
pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di atasnya.

7. Verifikasi check
a) Periksa tiang yang tidak sempurna dan keluar dari toleransi, dimana
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan.
b) Periksa pelaksanaan tiang bor beton cor langsung di tempat dilaksanakan di
bawah air, dimana pengukuran untuk biaya tambahan dari ujung bor sampai
elevasi permukaan air normal.
258

8. Verifikasi perbaikan
c) Pastikan pekerjaan tiang bor lain tidak menimbulkan kerusakan pada tiang bor
yang dibentuk sebelumnya.
d) Tiang bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki

9. Laporan
Laporan dari pelaksanaan pembetonan harus meliputi :
a) Nomor tiang, dimensi tiang
b) Jenis alat, dimensi alat bor
c) Dalamnya lubang , dalamnya Casing
d) Dimulainya dan selesainya pembetonan
e) Pembesian yang terpasang
f) Ketebalan lumpur sebelum pengecoran
g) Slump dan kwalitas beton
h) Jam keberangkatan Truk mixer
i) Volume adukan yang masuk untuk setiap truk mixer
j) Tinggi pembetonan yang dicapai tiap satu truk mixer
k) Posisi besi sebelum dan sesudah pembetonan
l) Warna air yang keluar dari lubang bor saat pembetonan
m) Elevasi permukaan beton setelah pembetonan
n) Jumlah dan nomor kubus yang diambil
o) Photo pelaksanaan/kegiatan penting
p) Catatan dari kejadian-kejadian penting.

10. Ganguan – Gangguan


a) Jika terjadi kerusakan pada bangunan sekitarnya sebagai akibat pelaksanaan
bore-piles, seluruhnya menjadi tanggung jawab Penyedia jasa.
b) Jika ada gangguan dalam pelaksanaan Bore Pile yang dari segi pelaksanaan
tidak bisa diatasi menurut pertimbangan Direksi Lapangan, maka dimintakan
satu atau lebih bore pile tambahan berdasarkan evaluasi konsultan
perencana. Penambahan ini akan diperhitungkan sebagai kerja tambah.

11. Pengambilan Dan Pengujian Celinder Beton


Dari pelaksanaan pembetonan harus diambil minimum 1 (satu) sample untuk setiap
satu truk mixer. Setiap Celinder harus diberi tanggal, nomor yang jelas antara lain
mencangkup nomor pile, nomor pengecoran. Tata cara pengambilan, pembuatan dan
perawatan kubus percobaan harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi teknis ini. Laporan hasil pengujian beton harus dapat dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas segera setelah hasil dari laboratorium diterima.
12. Tanggung Jawab Pelaksana Pekerjaan/Penyedia Jasa
a) Penyedia jasa/Pelaksana Pekerjaan bertanggung jawab atas tercapainya
kualitas dan kapasitas bore pile seperti yang disyaratkan didalam spesifikasi
ini yang tidak terbatas pada masa pemeliharaan.
b) Semua tiang yang dinyatakan gagal oleh Konsultan Pengawas, harus diganti
dengan tiang baru atas biaya pelaksana. Posisi tiang pengganti harus
259

mendapat persetujuan Konsultan Perencana.


c) Jika setelah pengecoran Contigious bore pile terjadi adanya pembengkakan
permukaan beton, maka kewajiban kontraktor untuk memperbaiki dengan di
bobok dan diratakan kembali berikut pemasangan waterproofing.
d) Jika setelah diadakan ekskavasi dan pembobokan bore pile ternyata :
1) Posisi as Bore pile melebihi batas toleransi yang diperkenankan.
2) Sampai pada elevasi Cut off level belum ditemukan beton yang masif.
3) Sampai pada elevasi Cut off level jumlah besi yang ditemukan kurang
dari jumlah sebelumya.
4) Maka segala konsekuensi biaya untuk mengatasi hal tersebut diatas
tetap menjadi tanggung jawab Pelaksana.

13. Pengukuran dan pembayaran


a) Cara Pengukuran
▪ Pengukuran material beton diukur dalam satuan meter kubik (m³) yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan 'Beton f’c = 30
Mpa (K350) Ready Mix.
▪ Periksa pengukuran tiang bor beton cor langsung di tempat harus
merupakan jumlah aktual dalam meter kubik (m³) tiang bor sampai elevasi
bagian atas tiang bor yang dipotong.
▪ Periksa pengukuran untuk biaya tambahan terhadap beton tiang bor
beton cor langsung di tempat yang dilaksanakan di bawah air dihitung
dalam meter kubik (m³), dari ujung tiang bor yang dirancang atau disetujui
sampai elevasi bagian atas tiang bor yang akan dipotong bila kepala tiang
bor berada di bawah permukaan air normal, dan bila elevasi bagian atas
tiang bor yang dipotong di atas permukaan air normal, yang dihitung dari
ujung tiang bor sampai elevasi permukaan air normal.
b) Cara Pembayaran
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga dari Rabat Beton terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

D.2. BAJA TULANGAN


a. Umum

1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai
dengan Spesifikasi dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.
2) Gambar Kerja
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menyerahkan
Gambar Kerja daftar penulangan (bar schedule) untuk beton untuk mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan
3) Pekerjaan lain yang berkaitan:
a) Kajian Teknis Lapangan
b) Pengamanan Lingkungan Hidup
c) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
d) Manajemen Mutu
e) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
260

4) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia:
SNI 2052:2017 : Baja tulangan beton
SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi kawat baja dengan proses canai dingin untuk
tulangan beton.
SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk
tulangan beton.
SNI 03-6816-2002 : Tata cara pendetailan penulangan beton. American Welding

Society (AWS)

AWS D1.4/D1.4M:2011 : Structural Welding Code – Reinforcing Steel.


5) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-
2002.
b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
Tabel 7.3.1.1) Selimut Beton untuk Acuan dan Pemadatan Standar

Tebal selimut beton nominal (mm) untuk beton dengan


Klasifikasi kuat tekan f'c yang tidak kurang dari
Lingkungan
20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 MPa 40 MPa
A 3 30 25 25 25
B 5
(65) 45 40 35 25
1 - (75) 55 45 35
B - - (90 70 60
)
2
C

Catatan:
Tanda kurung menunjukkan tebal selimut untuk lingkungan di luar batas koridor
jika terpaksa digunakan

Tabel 7.3.1.2) Selimut Beton untuk Acuan dan Pemadatan Intensif

Tebal selimut beton nominal (mm) untuk beton dengan


Klasifikasi kuat tekan f'c yang tidak kurang dari
Lingkungan
20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 MPa 40 MPa
A 2 25 25 25 25
B 5
(50 35 30 25 25
) (60
1 45 35 25
- ) (65)
B 50 40
- -
2
C

Catatan:
Tanda kurung menunjukkan tebal selimut untuk lingkungan di luar batas koridor
261

jika terpaksa digunakan

Tabel 7.3.1.3) Selimut Beton untuk Komponen yang Dibuat dengan Cara
Diputar

Klasifikasi Lingkungan Kuat Tekan Beton f’c Selimut beton (mm)


(MPa)
A, B1 35 20
B2 40 25
50 20
C 40 35

Persyaratan ini berlaku untuk struktur dan komponen beton bertulang dan
beton pratekan dengan umur rencana 50 tahun atau lebih. Persyaratan ini
diberlakukan sehubungan dengan kondisi dan klasifikasi lingkungan.
Klasifikasi lingkungan yangberpengaruh terhadap struktur beton seperti
berikut:
Tabel 7.3.1.4) Klasifikasi Lingkungan

Keadaan permukaan dan lingkungan Klasifikasi


lingkungan
1. Komponen struktur yang berhubungan langsung
dengan tanah:
a. Bagian komponen yang dilindungi lapisan A
tahan lembab atau kedap air.
b. Bagian komponen lainnnya di dalam tanah yang A
tidak agresif
c. Bagian komponen di dalam tanah yang agresif U
(tanah permeable dengan pH<4, atau dengan
air tanah yang mengandung ion sulfat > 1gr/liter)
2. Komponen struktur di dalam ruangan tertutup di A
dalam bangunan, kecuali untuk keperluan
pelaksanaan dalam waktu yang singkat.
3. Komponen struktur di atas permukaan tanah
dalam lingkungan terbuka:
a. Daerah di pedalaman (>50 km dari pantai) di
mana lingkungan adalah :
(i) bukan daerah industri dan berada dalam A
iklim yang sejuk
(ii) bukan daerah industri namun beriklim B1
tropis daerah industri dalam iklim sembarang
(iii) B1
b. Daerah dekat pantai (1 km sampai 50 km dari B1
garis pantai), iklim sembarang)
c. Daerah pantai (<1 km dari garis pantai tetapi B2
tidak dalam daerah pasang surut), iklim
sembarang
4. Komponen struktur di dalam air
a. Air tawar B1
b. Air laut
(i) terendam secara permanen B2
(ii) berada di daerah pasang surut C
c. Air yang mengalir U
262

Keadaan permukaan dan lingkungan Klasifikasi


lingkungan
5. Komponen struktur di dalam lingkungan lainnya U
yang tidak terlindung dan tidak termasuk dalam
kategori yang disebutkan di atas.
Khusus untuk klasifikasi lingkungan “U”, mutu dan karakteristik beton harus
ditentukan secara khusus agar dapat menjamin keawetan jangka panjang
komponen struktur dalam lingkungan tidak terlindung yang khusus.

6) Penyimpanan dan Penanganan


a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan,
diberi label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran
batang, panjang dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang
ditunjukkan pada diagram tulangan.
b) Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan
sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan.

7) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Penyedia Jasa untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan, dan tidak ada bahan yang boleh
dipesan sebelum daftar tersebut serta diagram pembengkokan disetujui.
b) Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik baja
yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk setiap ukuran
dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan digunakan dalam
pekerjaan.

8) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala
hal tidak membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung jawabnya untuk
memastikan ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang
disediakan sesuai dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi rancangan
dalam Gambar, harus atas biaya Penyedia Jasa.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diizinkan dalam pekerjaan:
i) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi
pembuatan yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-2002;
ii) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada Gambar atau
Gambar Kerja Akhir (Final Shop Drawing);
iii) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih
atau oleh sebab lain.
c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang
tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan
Pengawas Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau
melemahkan bahan. Pembengkokan kembali dari batang tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Pengawas
Pekerjaan. Dalam segala hal batang tulangan yang telah dibengkokkan
kembali lebih dari satu kali pada tempat yang sama tidak diizinkan
digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat diperbaiki oleh
pembengkokan kembali, atau bilamana pembengkokan kembali tidak disetujui
oleh Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti seluruh batang
tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan sesuai
263

dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan.


d) Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk pemotongan
dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan yang
telah dibengkokan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan (stok)
batang lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokan sebagaimana yang
diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.

9) Penggantian Ukuran Batang


Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diizinkan bila secara jelas
disahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana baja tulangan diganti, maka luas
penampang yang dipasang harus sama atau lebih besar daripada ukuran yang
tertera pada Gambar.

b. Bahan

1) Baja Tulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau sirip dengan mutu yang sesuai
dengan Gambar dan memenuhi Tabel 7.3.2.1) berikut ini :

Tabel 7.3.2.1) Sifat Mekanis Baja Tulangan

Uji Tarik
Kelas Kuat luluh/leleh (YS) Kuat Regangan
Baja Tarik (TS) dalam 200
Tulanga MPa MPa mm Min.
%
BjTPn280 Min.280 Maks.405 Min.350 11 (d ≤ 10 mm)
12 (d ≥ 12 mm)
BjTS 280 Min.280 Maks.405 Min.350 11 (d ≤ 10 mm)
12 (d ≥ 13 mm)
BjTS 420A Min.420 Maks.545 Min.525 9 (d ≤ 19 mm)
8 (22 ≤ d ≤ 25 mm)
7 (d ≥ 29 mm)
BjTS 420B Min.420 Maks.545 Min.525 14 (d ≤ 19 mm)*
12 (22 ≤ d ≤ 36
mm)*
10 (d > 36 mm)*
BjTS 520 Min.520 Maks.645 Min.650 7 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
BjTS 550 Min.550 Maks.675 Min.687,5 7 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
BjTS 700 Min.700 Maks.825 Min.805 7 (d ≤ 25 mm)
6 (d ≥ 29 mm)
Catatan:
d : diameter nominal baja tulangan beton
* : digunakan untuk seismik (sumber: ASTM A706-09 atau AASHTO
M31M/M31-19)
b) Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat,
anyaman tulangan yang di las yang memenuhi SNI 03-6812-2002 dapat
digunakan.

2) Tumpuan untuk Tulangan


Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
264

beton pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan terkecuali disetujui
lain oleh Pengawas Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh
diizinkan sebagai tumpuan.

3) Pengikat untuk Tulangan


Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
SNI 07- 6401-2000 yang dipasang bersilangan

a. PEMBUATAN DAN PENEMPATAN

1) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Pengawas Pekerjaan, seluruh baja tulangan
harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur SNI 03-
6816-2002, menggunakan batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari
lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan
secara panas di lapangan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan, tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak
terlalu berubah banyak.
b) Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang lebih besar harus dibengkok-
kan dengan mesin pembengkok.

2) Penempatan dan Pengikatan

a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk


menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan
atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan dengan
beton.
b) Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan Gambar dan dengan kebu-
tuhan selimut beton minimum yang disyaratkan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat
pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan
pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak
diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang
ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan,
terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diizinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Pengawas Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat
disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak
terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik
dengan tegangan tarik minimum.
e) Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan batang tersebut
harus diberikan kait pada ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci
dalam Gambar atau secara khusus diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan
secara tertulis. Bilamana Pengawas Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk
sambungan, maka sambungan dalam hal ini adalah sambungan dengan
panjang penyaluran penuh yang memenuhi ketentuan dari AWS
D1.4/D1.4M:2011. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak
diperkenankan.
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan
beton sehingga tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin,
265

dengan bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak
anyaman. Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kerb dan
bukaan, dan harus dihentikan pada sambungan antara pelat.
i) Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi
dengan pasta semen (semen dan air saja).
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk
kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.

b. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran
a) Baja tulangan akan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh
Pengawas Pekerjaan. Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang
aktual yang dipasang, atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat
dalam kilogram per meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi
luas anyaman. Satuan berat yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan akan
didasarkan atas berat nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau bila
Pengawas Pekerjaan memerintahkan, atas dasar pengujian penimbangan yang
dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang dipilih oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk penempatan
atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan dimasukkan dalam berat
untuk pembayaran.
c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur
lain di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan
dalam Spesifikasi lain dari Spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran
menurut Spesifikasi ini.

2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di atas,
harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak.

Uraian Satuan
Pengukuran

Baja Tulangan Polos BjTP 280 Kilogram


Baja Tulangan Sirip BjTS 280 Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 420A Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 420B Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 520 Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 550 Kilogram

Baja Tulangan Sirip BjTS 700 Kilogram

Anyaman Kawat Yang Dilas (Welded Wire Mesh) Kilogram


266

D.3 BAJA STRUKTUR JEMBATAN PIPA


a. Umum
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan Baja Struktur adalah bahan struktur jembatan baja
seperti jembatan rangka baja, gelagar baja, gelagar baja komposit termasuk
elemen baja seperti gelagar, pelat, baut, mur, ring, diafragma yang digunakan
sebagai suatu komponen struktur jembatan baja pipa.
b) Pekerjaan yang diatur harus mencakup struktur baja dan elemen baja dari
struktur baja komposit, yang dilaksanakan memenuhi garis, kelandaian dan
dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang ditetapkan oleh Pengawas
Pekerjaan. Pekerjaan ini terdiri atas pelaksanaan struktur baja baru.
c) Pekerjaan ini juga akan mencakup penyediaan, fabrikasi, pengangkutan,
pemasangan dan pengecatan baja struktur sebagaimana yang disyaratkan
dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar. Baja
struktur harus meliputi baja struktur, baut, pengelasan, baja khusus dan
campuran, elektroda logam dan penempaan dan pengecoran baja. Pekerjaan
ini harus juga terdiri atas setiap pelaksanaan baja tambahan yang tidak
disyaratkan lain, semua sesuai dengan Spesifikasi ini dan dengan Gambar.
d) Pekerjaan dalam Spesifikasi ini juga termasuk pemasangan struktur jembatan
baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka (truss) baja, gelagar
komposit atau sistem rancangan lainnya yang dibeli sebelumnya oleh
Pengguna Jasa, di atas fondasi yang telah dipersiapkan. Pekerjaan
pemasangan akan mencakup sebagaimana yang diperlukan, penanganan,
pemeriksaan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan pokok lepas,
pemasangan landasan, pra-perakitan, peluncuran dan penempatan posisi akhir
struktur jembatan pipa, pencocokan elemen utama jembatan dan operasi lainnya
yang diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan pipa rangka baja sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini.
2) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan:
a. Manajemen Lalu Lintas
b. Kajian Teknis Lapangan
c. Pengamanan Lingkungan Hidup
d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e. Manajemen Mutu
f. Beton dan Beton Kinerja Tinggi
g. Baja Tulangan
h. Landasan
3) Pengendalian Mutu Baja Struktur yang Disediakan oleh Penyedia Jasa
a) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
b) Mutu Bahan
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Rujukan.
4) Toleransi Baja Struktur yang disediakan Penyedia Jasa
a) Diameter Lubang
i. Lubang pada elemen utama : - 0,4 mm , + 1,2 mm
267

ii. Lubang pada elemen sekunder : - 0,4 mm , + 1,8 mm


b) Alinyemen Lubang
i. Elemen utama, dibuat di bengkel : - 0,4 mm , + 0,4 mm
ii. Elemen sekunder, dibuat di lapangan : - 0,6 mm , + 0,6 mm
c) Gelagar Lendutan Balik :
Penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang disyaratkan (- 0,2 mm , + 0,2
mm) per meter panjang gelagar atau (- 6 mm , + 6 mm) dipilih mana yang lebih
kecil.
Penyimpangan lateral dari garis lurus di antara pusat-pusat landasan 0,1 mm per
meter panjang gelagar sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.
Penyimpangan lateral antara sumbu badan (web) dan sumbu flens dalam gelagar
susun : maksimum 3 mm.
Kombinasi kelengkungan dan kemiringan flens pada gelagar atau balok yang
dilas akan ditentukan dengan pengukuran penyimpangan kepala jembatan flens
terhadap bidang badan (web) pada pertemuan sumbu badan (web) dengan
permukaan luar dari pelat flens. Penyimpangan ini tidak boleh melebihi 1/200
dari lebar flens total atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.
Ketidakrataan dari landasan atau dudukan :
(i) Ditempatkan pada penyuntikan (grouting) : maksimum 3,0 mm
(ii) Ditempatkan di atas baja, adukan mortar khusus : maksimum 0,25 mm.
Penyimpangan maksimum dari ketinggian yang disyaratkan untuk balok dan
gelagar yang di las, diukur pada sumbu badan (web), harus sebagaimana berikut
ini :
(i) Untuk ketinggian hingga 900 mm : - 3 mm , + 3 mm
(ii) Untuk ketinggian di atas 900 mm hingga 1,8 m : - 5 mm , + 5 mm
(iii) Untuk ketinggian di atas 1,8 m : - 5 mm , + 8 mm
d) Batang Sambungan Geser (Struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-masing
flens ke segala arah : panjang / 1000 atau 3 mm, dipilih mana yang lebih besar.
e) Permukaan Yang Dikerjakan Dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak
boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m.
5) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI ASTM A325:2012 : Spesifikasi baut baja hasil perlakuan panas dengan kuat
tarik minimum 830 Mpa (ASTM A325M-04, IDT)
SNI 07-0722-1989 : Baja canai untuk konstruksi umum
SNI 07-3015-1992 : Baja canai panas untuk konstruksi dengan pengelasan
SNI 6764:2016 : Spesifikasi baja karbon struktural (ASTM A36/A36M-
12,IDT)
SNI 8458:2017 : Metode uji pengencangan baut mutu tinggi
SE No.14/SE/M/2015 : Pedoman Pemasangan Baut Jembatan.
SE No.26/SE/M/2015 : Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan Cara
268

Pengecatan.

AASHTO :
AASHTO M169-15 : Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality
AASHTO M270M/M270-15 : Carbon And High-strength Low-Alloy Structural Steel
Shapes, Plates, and Bars and Quenched-and-
Tempered Alloy Structural Steel Plates for Bridges.
ASTM :
ASTM A307-14e1 : Standard Specification for Carbon Steel Bolts, Studs,
and Threaded Rod 60,000 PSI Tensile Strength
ASTM F3125/F3125M-15a : Standard Specification for High Strength Structural
Bolts, Steel and Alloy Steel, Heat Treated, 120 ksi
(830 MPa) and 150 ksi (1040 MPa) Minimum
Tensile Strength, Inch and Metric Dimensions.
American Welding Society (AWS):
AWS D1.1/D1.1M:2015 : Structural Welding Code – Steel
AWS D1.5M/D1.5:2015 : Bridge Welding Code.
6) Pengajuan Kesiapan Kerja
a) Sebelum memproduksi struktur baja jembatan pipa Penyedia Jasa diharuskan
menyerahkan gambar struktur (ukuran, dimensi, dll) untuk mendapatkan
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.
b) Struktur baja jembatan pipa yang diajukan oleh Penyedia Jasa harus bisa
dibuktikan memenuhi persyaratan teknis baik melalui pemodelan dan pengujian.
c) Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan pengujian pabrik yang menunjukkan
kadar bahan kimia dan pengujian fisik untuk setiap mutu baja yang digunakan
dalam pekerjaan. Bilamana laporan pengujian pabrik ini tidak tersedia maka
Pengawas Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk melaksanakan
pengujian yang diperlukan untuk menetapkan mutu dan sifat-sifat lain dari baja
pada suatu lembaga pengujian yang disetujui. Laporan pengujian ini harus
diserahkan dengan atau sebagai pengganti sertifikat pabrik.
d) 3 (tiga) salinan dari semua Gambar Kerja terinci yang disiapkan oleh atau atas
nama Penyedia Jasa harus diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan untuk
disetujui. Persetujuan ini tidak membebaskan tanggung jawab Penyedia Jasa
terhadap pekerjaan dalam Kontrak ini.
e) Penyedia Jasa harus menyerahkan program dan metode pelaksanaan yang
diusulkan termasuk semua Gambar Kerja dan rancangan untuk pekerjaan
sementara yang diperlukan. Data yang diserahkan sebagaimana yang
diperlukan harus meliputi tanggal untuk kunjungan bengkel, pengiriman dan
pemasangan, usulan pembongkaran struktur eksisting, metode pemasangan,
penunjang dan pengaku sementara untuk gelagar selama pemasangan, detail
sambungan dan penghubung, pengalihan lalu lintas dan setiap keterangan yang
berkaitan lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
f) Penyedia Jasa harus memberitahu kepada Pengawas Pekerjaan secara tertulis
sekurang-kurangnya 24 jam sebelum memulai pemasangan struktur baja yang
baru.
g) Untuk jembatan pipa struktur baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa,
Penyedia Jasa harus menyerahkan rincian jadwal pekerjaan dan perlengkapan
pengendalian lalu lintas untuk semua jembatan yang akan dipasang dan harus
mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan sebelum memulai operasi
269

pemasangan.
7) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Baja Struktur yang disediakan Penyedia Jasa
a) Penyimpanan Bahan
Pekerjaan baja, baik fabrikasi di bengkel dan di lapangan, harus ditumpuk di
atas balok pengganjal atau landasan sedemikian rupa sehingga tidak
bersentuhan dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan. Bilamana pekerjaan baja ditumpuk dalam beberapa lapis, maka
pengganjal untuk semua lapis harus berada dalam satu garis.
b) Perlindungan Bahan
Bahan harus dilindungi dari korosi, dan kerusakan lainnya dan harus tetap bebas
dari kotoran, minyak, gemuk, dan benda-benda asing lainnya. Perlindungan
korosi dapat dilakukan dengan anti karat dan atau pengecatan pada
permukaannya
(1) Pengecatan
Permukaan yang akan dicat harus bersih dan bebas dari lemak, debu,
produk korosi, residu garam, dan sebagainya.
Jenis, komposisi dan tebal cat harus sesuai dengan Manual SE
No.26/SE/M/2015 (Perlindungan Komponen Baja Jembatan dengan Cara
Pengecatan).
Apabila ditentukan lain maka sistem proteksi dapat dilakukan dengan cara
pengecatan dengan bahan cat yang telah terlebih dahulu disetujui jenis dan
ketebalannya oleh Pengawas Pekerjaan di lokasi pekerjaan. Pemasok
harus memberikan lapisan pelindung awal (primer coating) yang berupa
cat dasar untuk menghindari terjadinya karat sebelum pengecatan.
8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Komponen struktur jembatan pipa yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan
tidak dirakit dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap
tidak memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Perbaikan dapat termasuk penggantian
komponen yang rusak atau hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang
bengkok, perbaikan pelapisan permukaan yang rusak atau hal-hal lainnya yang
dianggap perlu oleh Pengawas Pekerjaan.
Beban pekerjaan perbaikan yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan sebagai
akibat adanya komponen yang rusak atau hilang karena kelalaian Penyedia
Jasa menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pekerjaan baja yang rusak selama penyimpanan, penanganan atau pemasangan
harus diperbaiki sampai disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Setiap bahan atau
sambungan yang rusak sebelum diperbaiki harus ditolak dan segera disingkirkan dari
pekerjaan.
Elemen baja dengan dimensi di luar toleransi yang disyaratkan tidak akan diterima
untuk digunakan dalam pekerjaan.
Untuk jembatan pipa struktur baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa, elemen
struktur jembatan yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan tidak dirakit
dan/atau dipasang sesuai ketentuan dari Spesifikasi ini atau dianggap tidak
memenuhi ketentuan dalam hal lainnya, harus diperbaiki sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Perbaikan dapat termasuk penggantian
elemen yang rusak atau hilang dan pemasangannya, pelurusan pelat yang
bengkok, perbaikan lapisan permukaan yang rusak atau hal-hal lainnya yang
dianggap perlu oleh Pengawas Pekerjaan.
270

b. Bahan
1) Baja Struktur
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon untuk paku keling, baut atau
las harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M270M/M270-15.
Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, baja karbon struktur untuk, baut atau las
harus sesuai dengan persyaratan SNI 6764:2016 atau ASTM A36/A36M-14.
Baja struktur harus memiliki mutu minimum sesuai dengan ketentuan kekuatan
minimum baja struktur.
Ketentuan Kekuatan Minimum Baja Struktur
Kuat Leleh Kuat Tarik Putus
Mutu Baja Struktur Minimum (MPa)
Grade 250 250 400
Grade 345 345 450
Grade 485 485 585
Tebal Pelat ≤ 63,5 mm 690 760
Grade 690
Tebal Pelat > 63,5 mm 620 690

Mutu baja, dan data yang berkaitan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-
unit yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.
2) Baut, Mur dan Ring
a) Baut dan mur harus memenuhi ketentuan dari ASTM A307-14e1 Mild Steel
Bolts and Nuts (Grade A), dan mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segi
enam (hexagonal)
b) Baut, Mur dan Ring dari Baja Geser Mutu Tinggi
Baut, mur dan ring dari baja mutu tinggi harus difabrikasi dari baja karbon yang
dikerjakan secara panas memenuhi ketentuan dari ASTM F3125/F3125M-15a
dengan kekuatan leleh minimum 92 ksi (634 MPa) dan 130 ksi (896 MPa)
masing-masing untuk tipe A320 dan A490 dan elongasi (elongation) minimum
14%. Baut mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
i) Sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ii) Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya harus
lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Ukuran lainnya boleh berbeda
iii) Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan yang berlaku selama persyaratan gaya tarik
minimum alat sambung pada tabel ketentuan beban tarik baut untuk tipe
Critical Slip Joint terpenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
Ketentuan Beban Tarik Baut untuk tipe Critical Slip Joint

Ukuran Nominal Beban Tarik Minimum dengan Metoda Pengukuran


(mm) dan Nilai Panjang (kN)
Putaran Ulir- pitch
(mm) Tipe A325 Tipe A490

M12 x 1,75 50,6 70


M16 x 2,0 94,2 130
M20 x 2,5 147 203
M22 x 2,5 182 251
271

Ukuran Nominal Beban Tarik Minimum dengan Metoda Pengukuran


(mm) dan Nilai Panjang (kN)
Putaran Ulir- pitch
(mm) Tipe A325 Tipe A490
M24 x 3,0 212 293
M27 x 3,0 275 381
M30 x 3,5 337 466
M36 x 4,0 490 678

Keterangan : M12 x 1,75 adalah baut dengan diameter 12 mm (termasuk ulir) dan pitch
adalah pergerakan dalam 1 putaran 360° baut sebesar 1,75 mm.
Baut dengan standar mutu yang lain dapat digunakan apabila produsen dapat
memberikan data kekuatan material (proof load dan gaya tarik putus) dan gaya tarik
minimum baut.
Kunci torsi harus diverifikasi terhadap beban tarik minimum baut dengan
menggunakan alat ukur.
Penggunaan metode kunci torsi harus dilakukan dengan teliti dan memerlukan
perhatian yang lebih detail. Verifikasi kunci torsi di lapangan harus dilakukan setiap
hari atau:
▪ Ketika lot dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diganti;
▪ Ketika lot dari komponen rangkaian baut (baut, ring dan mur) diberi pelumas
kembali;
▪ Ketika terdapat perbedaan yang signifikan pada permukaan baut, ulir, mur
atau ring;
▪ Ketika mengganti kunci torsi atau komponen utama dari kunci torsi diubah
(diberi pelumas).
▪ Pengencangan baut dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman
pemasangan baut jembatan.
c) Baut dan mur harus ditandai untuk identifikasi sesuai dengan ketentuan dari
ASTM F3125/F3125M-15a. Ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar.
3) Paku Penghubung Geser Yang Dilas
Paku penghubung geser (shear connector studs) harus memenuhi ketentuan dari
AASHTO M169-15 Steel Bars, Carbon, Cold Finished, Standard Quality. Grade
1015, 1018 atau 1020, baik baja "semi-killed" maupun "fully killed".
4) Bahan Untuk Keperluan Pengelasan
Bahan untuk keperluan pengelasan yang digunakan dalam pengelasan logam
dari kelas baja yang memenuhi ketentuan dari SNI 03-6764-2002 harus
memenuhi ketentuan dari AWS D1.5M/D1.5:2015. Diameter kawat las (electrode)
las harus sesuai dengan posisi pengelasan dan ketebalan pelat.
5) Bahan Kayu
Bilamana diperlukan, kayu untuk balok dudukan pipa pada jembatan harus
memenuhi syarat minimum kelas I mutu A.
6) Sertifikat
Semua bahan baku atau acuan yang dipasok untuk pekerjaan, bilamana diminta
oleh Pekerjaan, harus disertai sertifikat dari pabrik pembuatnya yang
menyatakan bahwa bahan tersebut telah di produksi sesuai dengan formula
standar dan memenuhi semua ketentuan dalam pengendalian mutu dari pabrik
272

pembuatannya. Sertifikat harus menunjukkan semua hasil pengujian sifat-sifat fisik


bahan baku, dan diserahkan kepada Pengawas Pekerjaan tanpa biaya tambahan.
Ketentuan ini harus digunakan, tetapi tidak terbatas pada produk-produk atau
bagian-bagian yang di rol, baut, bahan dan pembuatan jembatan dan pengecatan.
Bila diperlukan Pengawas Pekerjaan dapat meminta pengujian tambahan berupa
pengujian bahan, pengujian baut, pengujian las, pengukuran dimensi, loading test
dan lain-lain yang dilakukan oleh lembaga pengujian independen.
7) Khusus Bahan Jambatan Struktur Baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa
a) Umum
Semua bahan atau elemen baja untuk pemasangan struktur jembatan baja yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa dan disimpan dalam satu gudang
penyimpanan berbagai peralatan Pengguna Jasa atau lebih. Bahan untuk setiap
struktur jembatan yang diberikan dapat baru atau pernah dipasang sebelumnya
pada lokasi lain.
Ketentuan bahan dan prosedur pemasangan untuk setiap struktur jembatan pipa
yang diberikan dapat berbeda-beda menurut sumber sistem patent bahan yang
telah dibeli sebelumnya oleh Pengguna Jasa. Sistem tersebut dapat termasuk
atau tidak termasuk elemen lantai jembatan dan dapat dipasang dengan salah
satu cara pelaksanaan kantilever berikut ini :
i) Perakitan awal seluruh elemen utama struktur jembatan pipa termasuk beban
pengimbang (counter-balance) yang cocok, pada penyangga sementara
yang telah disiapkan, dengan demikian struktur yang terpasang dapat
secara bertahap diluncurkan dari satu ujung jembatan ke ujung jembatan
lainnya.
ii) Perakitan bertahap elemen utama struktur jembatan pipa dimulai dari
struktur rangka ankur yang telah dipersiapkan sebelumnya pada satu ujung
jembatan.
b) Elemen Struktur Jembatan Rangka Baja
Elemen Struktur Jembatan Pipa Rangka Baja yang disediakan oleh Pengguna
Jasa akan mencakup seluruh elemen, sub elemen, landasan, perkakas dan
peralatan yang memungkinkan Penyedia Jasa untuk merakit dan memasang
struktur jembatan pipa rangka baja menurut prosedur yang disarankan oleh
pabrik pembuatnya.
Bahan-bahan yang disediakan untuk jembatan pipa akan dipasang dengan
dua prosedur pokok pemasangan jembatan akan termasuk, tapi tidak boleh
dibatasi, seperti berikut ini :
i) Pemasangan Dengan Cara Peluncuran
Seluruh panel rangka utama termasuk batang-batang penulangan jika
diperlukan, semua gelagar melintang (trasom), ikatan angin, pengaku
vertikal, alat penggaru, patok dan landasan bersama dengan semua
perlengkapan pengaku, pengangkat, penyambung, perangkat
penyambung antar struktur rangka (linking steel), perkakas kecil untuk
merakit dan komponen peluncuran tambahan seperti rol perakitan, rol
peluncur, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan bahan untuk
perakitan kerangka pengimbang dan ujung peluncuran (launching nose).
ii) Pemasangan Dengan Perakitan Bertahap
Seluruh kerangka utama termasuk bagian elemen-elemen batang, diagonal,
gelagar melintang, pengaku (bracing), patok, balok memanjang (stringer),
273

pelat buhul, pelat sambung, , landasan, bersama dengan seluruh


penyambung yang diperlukan, perangkat penyambung antar struktur rangka,
dongkrak hidrolik, perkakas kecil untuk merakit dan bahan untuk perakitan
struktur rangka ankur.
Tergantung pada rancangan dari struktur jembatan pipa rangka baja yang
akan dipasang, Pengguna Jasa juga dapat menyediakan bahan untuk
pemasangan seluruh klem, baut dan perlengkapan lainnya, atau dapat
menyediakan semua balok memanjang (stringer) baja yang diperlukan,
landasan dan perlengkapan untuk pelaksanaan acuan lantai untuk
penempatan balok kayu sebagai landasan pipa/baja melintang.
c) Pemeriksaan, Pengumpulan, Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Jembatan
Seluruh bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa akan diperoleh Penyedia
Jasa pada satu depot penyimpanan peralatan atau lebih yang telah ditentukan
dan disebutkan dalam dokumen pemilihan.
Penyedia Jasa harus membuat seluruh pengaturan yang diperlukan untuk serah
terima yang tepat pada waktunya, pengangkutan dan pengiriman yang aman ke
lokasi pekerjaan atas seluruh bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa.
Penyedia Jasa harus memeriksa dan mengawasi kuantitas dan kondisi seluruh
bahan yang akan disediakan oleh Pemilik terhadap daftar pengiriman dari
pabrik pembuatnya sebelum menerima bahan tersebut dan harus melaporkan
dan mendapatkan kepastian dari wakil Pengguna Jasa di gudang penyimpanan
bahan atas setiap kerusakan atau kehilangan setiap bahan yang ditemukan.
Penyedia Jasa harus menandatangani surat pengiriman begitu selesai
pemeriksaan dan pencatatan, dan selanjutnya harus bertanggung jawab atas
kehilangan setiap bahan dalam penanganannya.
Bahan yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang hanya digunakan untuk
sementara selama operasi pemasangan, seperti bahan untuk struktur rangka
pemberat (anchor frame), struktur rangka pengimbang (counter-balance
frame), perancah ujung peluncuran (launching nose framework), rol perakitan,
rol peluncuran, rol pendaratan, peralatan dongkrak hidrolik dan perkakas
perakitan lainnya, harus diinventarisasikan secara terpisah pada saat
diserahterimakan kepada Penyedia Jasa. Penyedia Jasa harus
mengembalikan semua bahan tersebut pada Pengguna Jasa dalam keadaan
baik setelah operasi pemasangan selesai.
d) Penanganan dan Penyimpanan
Seluruh bahan harus disimpan sesuai dengan ketentuan Bab Spesifikasi ini
dengan ketentuan tambahan berikut :
i) Seluruh bagian struktur baja dan bentuk lainnya harus ditempatkan di atas
penyangga kayu atau penahan gelincir di atas lantai gudang atau tempat
penyimpanan yang mempunyai drainase yang memadai.
ii) Bagian struktur berbentuk gelagar I atau profil kanal harus disimpan
dengan bagian badan (web) balok dalam posisi tegak untuk mencegah
tergenangnya air dan tertahannya kotoran pada bagian badan (web)
gelagar tersebut.
iii) Semua elemen sejenis harus disimpan di suatu tempat untuk
kemudahan pengenalan dan selama penyimpanan semua elemen harus
diletakkan sedemikian rupa sehingga semua tanda pengiriman pada
elemen tersebut dapat ditemukan tanpa menggeser atau memindah
elemen yang bersebelahan.
iv) Seluruh baut dan perlengkapan kecil harus disimpan dalam wadah atau
274

kaleng di lokasi yang kering dan tidak terekspos cuaca.


e) Penggantian Elemen Yang Hilang Atau Rusak Berat
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, elemen yang hilang atau
rusak berat seperti yang dicatat belum diterima dari Pengguna Jasa, maka
harus disediakan oleh Penyedia Jasa. Dalam hal ini, Penyedia Jasa harus
menjamin bahwa semua elemen baru yang dipasok terdiri dari bahan yang
setara atau lebih baik dari spesifikasi pabrik aslinya, dan semua elemen
fabrikasi dibuat, diselesaikan dan ditandai dengan teliti sesuai dengan dimensi
dan toleransi seperti ditunjukkan dalam gambar kerja dari pabrik aslinya.
Penggantian elemen harus dilaksanakan sesuai dengan hasil pemeriksaan
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Sebagai tambahan, Pengawas
Pekerjaan dapat meminta sertifikat bahan atau bukti pendukung lainnya atas
sifat-sifat bahan yang dipasok bila dianggap perlu.
f) Perbaikan Elemen Yang Agak Rusak
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, maka elemen yang dicatat
di atas dalam keadaan rusak/agak rusak saat diterima dari Pengguna Jasa
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa. Perbaikan yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan harus dibatasi pada pelurusan pelat- pelat yang bengkok
dan elemen minor lainnya, perbaikan retak yang bukan karena kelelahan di
bengkel dengan pengelasan dan pengembalian kondisi lapisan permukaan
yang rusak. Pekerjaan perbaikan tersebut harus dilaksanakan pada bengkel
yang disetujui sesuai dengan petunjuk dari Pengawas Pekerjaan dengan
ketentuan berikut ini:
i) Pelurusan Bahan Yang Bengkok
Pelurusan pelat dan elemen minor dari bentuk-bentuk lainnya harus
dilak-sanakan menurut cara yang tidak akan menyebabkan keretakan
atau kerusakan lainnya. Logam tidak boleh dipanaskan kecuali kalau
diizinkan oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana dilakukan pemanasan
maka temperatur tidak boleh lebih tinggi dari warna “merah cherry tua” yang
dihasilkan.
Bilamana pemanasan telah disetujui untuk pelurusan elemen yang
melengkung atau bengkok, logam harus didinginkan selambat mungkin
setelah pekerjaan pelurusan selesai. Setelah pendinginan selesai
permukaan logam harus diperiksa dengan teliti apakah terjadi keretakan
akibat pelurusan tersebut. Bahan yang retak tidak boleh digunakan dan
seluruh bahan harus diganti sampai diterima oleh Pengawas Pekerjaan.
ii) Perbaikan Hasil Pengelasan Yang Retak
Hasil pengelasan yang retak atau rusak pada elemen yang dilas di
bengkel harus dikupas, disiapkan dan dilas ulang dengan teliti menurut
standar pengelasan yang ditentukan pabrik pembuatnya sesuai dengan
mutu atau mutu-mutu bahan yang akan dilas. Prosedur pengelasan
yang akan dipakai untuk pekerjaan perbaikan harus dirancang
sedemikian hingga dapat memperkecil setiap distorsi pada elemen
elemen yang sedang diperbaiki, agar toleransi fabrikasi yang ditentukan
pabrik pembuatnya dapat dipertahankan.
iii) Perbaikan Lapisan Permukaan Yang Rusak
Sebagian besar elemen baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa
mempunyai penyelesaian akhir pada permukaan dengan pengecatan.
Bilamana permukaan bahan yang dipasok terdapat lapisan yang dalam
275

keadaan rusak, maka pengembalian kondisi pada tempat- tempat yang


rusak harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan penyiapan
permukaan dan pengecatan.
g) Pemasokan Bahan Kayu
Jika disebutkan dalam gambar pembuat jembatan atau diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan, Penyedia Jasa harus melengkapi semua bahan kayu
seperti balok penunpu.
Kayu yang digunakan secara umum harus memenuhi ketentuan bahan,
penyimpanan dan kecakapan kerja untuk batang kayu (lumber) dan kayu
(timber) sebagaimana yang disyaratkan dari Spesifikasi ini. Semua kayu
harus dipasok dalam keadaan sudah dipotong dan sudah dilubangi menurut
ukuran yang diberikan dalam gambar kerja.

c. KECAKAPAN KERJA
1) Umum
Semua elemen yang dirakit harus cocok dan tepat dalam toleransi yang disyaratkan.
Sambungan dengan baut harus dilengkapi dengan ring, jika diperlukan, untuk
menjamin agar celah yang mungkin timbul antar permukaan bidang yang segaris
dan berdampingan tidak melampaui 1 mm untuk baut geser mutu tinggi dan 2 mm
untuk jenis sambungan lainnya.
Untuk sambungan las, maka setiap penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat
kesalahan penjajaran bagian-bagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15
kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm. Akan tetapi, baik perbedaan
ketebalan yang timbul dari toleransi akibat proses rolling maupun kombinasi toleransi
akibat proses rolling dan kesalahan penjajaran yang diizinkan di atas, maka
penyimpangan yang melampaui 3 mm harus diperhalus dengan suatu kelandaian
1:4.
2) Pemotongan
Pemotongan harus dilaksanakan secara akurat, hati-hati dan rapi. Setiap deformasi
yang terjadi akibat pemotongan harus diluruskan kembali. Sudut tepi-tepi potongan
pada elemen utama yang merupakan tepi bebas setelah selesai dikerjakan, harus
dibulatkan dengan suatu radius kira-kira 0,5 mm atau ditumpulkan. Pengisi, pelat
penyambung, batang pengikat dan pengaku lateral dapat dibentuk dengan
pemotongan cara geser (shearing), tetapi setiap bagian yang tajam seperti duri
akibat pemotongan harus dibuang. Setiap kerusakan yang terjadi akibat
pemotongan harus diperbaiki. Sudut- sudut ini umumnya dibulatkan dengan suatu
radius 1,0 mm.
3) Lubang Untuk Baut
a) Lubang untuk Baut Tidak Terbenam (counter-sunk) dan Baut Hitam (tidak
termasuk toleransi rapat, Baut Silinder (turned barrel bolt) dan Baut Geser
Mutu Tinggi): Diameter lubang tidak boleh lebih besar 2 mm dari diameter
nominal baut. Semua lubang harus dibor atau dibor kecil dahulu kemudian
diperbesar atau dilubangi kecil dengan alat pons kemudian diperbesar.
Bilamana beberapa pelat atau elemen membentuk suatu elemen majemuk,
pelat-pelat tersebut harus digabung menjadi satu dengan menggunakan klem
atau baut penyetel dan lubang harus dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu
kali operasi, atau sebagai alternatif, pada pekerjaan yang sama dan dikerjakan
berulang-ulang, pelat atau elemen dapat dilubangi secara terpisah dengan
menggunakan jig atau mal. Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti duri
akibat pelubangan harus dihaluskan/dibuang.
276

b) Lubang Untuk Baut Pas dan Baut Silinder.


Diameter lubang harus sama dengan diameter nominal Baut Batang (shank)atau
Silinder (barrel), memenuhi toleransi – 0,0 mm , dan + 0,15 mm.
Bagian-bagian yang akan dihubungkan dengan baut toleransi rapat atau silinder
harus digabung menjadi satu dengan baut penyetel atau klem dan lubang harus
dibor sampai seluruh ketebalan dalam satu kali operasi dan selanjutnya
diperbesar setelah perakitan. Bilamana cara ini tidak dapat dilakukan maka
bagian-bagian yang terpisah harus dibor melalui jig baja dan diperbesar jika
diperlukan. Semua bagian tepi lubang yang tajam seperti duri akibat
pelubangan harus dibuang.
c) Lubang Untuk Baut Geser Mutu Tinggi
Lubang harus silindris dan tegak lurus pada permukaan pelat kecuali
disyaratkan lain.
Pada umumnya diameter lubang 1 mm lebih besar dari diamater nominal untuk
baut sampai diameter 16 mm dan 1,5 mm lebih besar dari diameter nominal
untuk baut yang lebih besar.
Jarak dari pusat lubang ke tepi pelat tergantung pada ketebalan pelat. Jarak dari
pusat lubang sampai tepi pelat hasil pemotongan cara geser harus minimum 1,7
kali diameter nominal baut, sedangkan untuk tepi pelat yang di rol atau
dipotong dengan las, harus minimum 1,5 kali diameter nominal baut.
Lubang persiapan harus di bor terlebih dahulu, kemudian bagian-bagian baja
dirakit dan lubang diperbesar sampai diameter yang ditentukan. Bagian tepi
lubang yang tajam seperti duri akibat pelubangan harus dibuang dengan alat
pengupas (scraper). Tepi lubang harus ditumpulkan sampai 0,5 mm. Setiap
bekas tanda pada tepi permukaan bidang kontak dari ring, baut dan mur yang
kasar harus dihilangkan. Pasak pengungkit (drift) dapat dimasukkan ke dalam
lubang untuk memudahkan pengaturan posisi dari elemen-elemen baja, tetapi
tenaga yang berlebihan tidak boleh digunakan selama operasi tersebut dan
perhatian khusus harus diberikan agar lubang-lubang tersebut tidak rusak.
4) Pengaku
Pengaku ujung pada gelagar dan pengaku yang dimaksudkan sebagai penunjang
beban terpusat harus mempunyai bidang kontak sepenuhnya (baik yang dirakit di
pabrik, di lapangan atau baja yang dapat dilas dan terletak di daerah tekan
dari flens, dilas sebagaimana yang ditunjukkan dalam rancangan atau disyaratkan)
pada flens di mana beban tersebut diteruskan atau dari mana diterimanya beban.
Pengaku yang tidak dimaksudkan untuk menunjang beban terpusat, kecuali
ditunjukkan atau disyaratkan lain, dipasang dengan cukup rapat untuk menahan
air.
c. PELAKSANAAN
1) Perakitan di Bengkel
Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan maka unit-unit harus dirakit di
bengkel sebelum dikirim ke lapangan.
2) Sambungan Dengan Baut Standar (selain Baut Geser Mutu Tinggi)
Baut yang tidak dikencangkan terhadap beban tarik sebelum baut mengalami
deformasi permanen (proof load - sekitar 65% terhadap kuat leleh mutu baut)
harus mempunyai mur tunggal yang dapat mengunci sendiri. Ring serong harus
digunakan di mana bidang kontak mempunyai sudut lebih dari 1 : 20 dengan salah
satu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Baut harus mempunyai panjang
sedemikian hingga seluruh mur dapat dimasukkan ke dalam baut tetapi panjang
baut tidak boleh melebihi 6 mm di luar mur.
Baut harus dimasukkan ke dalam lubang tanpa adanya kerusakan pada uliran.
277

Suatu "snap" harus digunakan untuk mencegah kerusakan kepala baut.


Kepala baut dan mur harus dikencangkan sampai rapat pada pekerjaan dengan
tenaga manusia yang menggunakan sebuah kunci yang cocok dengan panjang
tidak kurang dari 380 mm untuk diameter nominal baut 19 mm atau lebih. Kepala
baut harus diketuk dengan palu pada saat mur sedang dikencangkan.
Seluruh uliran baut harus berada di luar lubang. Ring harus digunakan kecuali
ditentukan lain.
3) Baut Geser Mutu Tinggi
a) Umum
Kelandaian permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur tidak boleh
melebihi 1 : 20 terhadap suatu bidang yang tegak lurus sumbu baut. Bagian-
bagian yang akan dibaut harus dijadikan satu bilamana dirakit dan tidak boleh
diberi gasket (lem paking mesin) atau setiap bahan yang dapat didesak lainnya.
Bilamana dirakit, maka semua permukaan yang akan disambung, termasuk
yang berdekatan dengan kepala baut, mur, atau ring harus bebas kerak kecuali
kerak pabrik yang keras dan juga harus bebas dari bagian yang tajam seperti
duri akibat pemotongan atau pelubangan dan benda-benda asing lainnya, yang
menghambat elemen-elemen tersebut untuk dapat duduk sebagaimana
mestinya.
b) Penyelesaian Permukaan Bidang Kontak
Permukaan bidang kontak dan tempat-tempat yang berdekatan dengan
sekeliling elemen-elemen baja harus dibersihkan dari semua karat, kerak
pabrik, cat, gemuk, cat dasar, dempul atau benda-benda asing lainnya. Setiap
bagian yang tajam seperti duri akibat pemotongan atau pelubangan, atau
kerusakan lain yang akan menghambat elemen-elemen tersebut untuk duduk
sebagaimana mestinya atau akan mempengaruhi gaya geser di antara
elemen-elemen tersebut harus dibersihkan.
Permukaan bidang kontak harus dikerjakan sampai mencapai suatu kekasaran
yang cocok. Tidak ada sambungan yang akan dibuat sampai permukaan yang
akan dihubungkan telah diperiksa dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Baut Tarik
Perhatian khusus harus diberikan bilamana terdapat perbedaan ketebalan
pelat pada elemen-elemen yang akan dipasang untuk menjamin bahwa tidak
terjadi pembengkokan dan bahwa elemen dasar dan pelat penyambung
mempunyai bidang kontak yang rapat.
Setiap peralatan yang digunakan untuk pengencangan baut harus dikalibrasi
secara teratur dan dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi sebelum pekerjaan
pengencangan baut dilaksanakan. Nilai torsi yang diberikan pemasok harus
disesuaikan sebelum setiap baut digunakan sesuai dengan diameter dan mutu
baut dalam pekerjaan.
Pengencangan dapat dilaksanakan baik dengan cara putar separuh maupun
cara pengendalian dengan torsi sebagaimana yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan atau sesuai dengan manual pengencangan baut yang diterbitkan
oleh pemasok bahan struktur baja yang akan dipasang, baik jenis struktur
gelagar baja, gelagar baja komposit atau rangka baja.
4) Kekencangan Baut
Persyaratan kekencangan baut mengacu Surat Edaran Menteri PUPR
No.14/SE/M/2015 dan/atau SNI 8458:2012.
5) Pengelasan
Prosedur pengelasan baik di bengkel maupun di lapangan, termasuk keterangan
278

tentang persiapan pemukaan-permukaan yang akan disambung harus diserahkan


secara tertulis, untuk persetujuan dari Pengawas Pekerjaan sebelum memulai
fabrikasi. Tidak ada prosedur pengelasan yang disetujui atau detail yang
ditunjukkan dalam Gambar yang harus dibuat tanpa persetujuan dari Pengawas
Pekerjaan.
Cara menandai setiap pelengkap sementara harus disetujui terlebih dahulu oleh
Pengawas Pekerjaan. Setiap goresan pada pelengkap sementara harus diperbaiki
sampai diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Bilamana perbaikan dengan
pengelasan diperlukan, maka perbaikan ini harus dilaksanakan atas persetujuan
Pengawas Pekerjaan.
Permukaan las yang tampak harus dibersihkan dari residu kerak. Semua
percikan pengelasan yang mengenai permukaan harus dibersihkan.
Agar dapat memperoleh ketebalan elemen baja yang penuh pada sambungan
dengan pengelasan maka harus digunakan pelat penyambung “run-on”dan
“run-off”pada bagian ujung elemen.
6) Pengecatan
Manual sesuai dengan SE No.26/SE/M/2015: Perlindungan Komponen Baja
Jembatan dengan Cara Pengecatan.
Semua permukaan baja lainnya harus dicat sesuai dengan desain ketebalan
cat yang telah ditentukan sesuai lokasi di mana struktur baja tersebut akan
dipasang dan/atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Untuk semua elemen
struktur baja termasuk elemen Gelagar Baja Komposit termasuk balok, pelat,
baut, mur, ring, dan sejenisnya harus dicat.
7) Pengangkutan
Setiap elemen harus dicat atau ditandai dengan suatu tanda pemasangan untuk
identifikasi dan Penyedia Jasa harus memberikan suatu diagram pemasangan
atau manual pemasangan dengan tanda-tanda pemasangan yang ditunjukkan di
dalamnya.
Elemen struktur harus diangkat dengan cara sedemikian rupa sehingga elemen
struktur pada waktu diangkut dan dibongkar di tempat tujuannya tidak
mengalami tegangan, deformasi yang berlebihan, atau kerusakan lainnya.
Baut dengan panjang dan diameter yang sama, serta mur dan ring harus dijadikan
satu set (mur dan ring dimasukkan dalam uliran baut) dan sudah diberi pelumas
Molibdenum Disulfida (MoS2) untuk dikemas dalam tempat/kemasan. Pen (pin),
bagian-bagian yang kecil, harus dikirim dalam wadah yang dapat berupa kotak,
krat atau tong, dan berat kotor dari setiap kemasan tidak boleh melebihi 150 kg.
Daftar dan uraian dari bahan- bahan yang terdapat di dalam setiap kemasan harus
tertulis dan disebutkan pada bagian luar kemasan dan diusahakan tidak mudah
hilang atau tersobek pada waktu pengiriman.
8) Peralatan dan Perancah
Penyedia Jasa harus menyediakan setiap peralatan dan perancah yang diperlukan
untuk pemasangan struktur baja. Perlengkapan pemasangan ini termasuk
pengaku sementara, semua perkakas, mesin, dan peralatan termasuk pasak
pengungkit (drift) dan baut penyetel.
Perancah dan pengaku sementara harus dirancang, dibuat dan dipelihara
sebagaimana mestinya agar dalam tahap pemasangan semua perancah dan
pengaku-pengaku berfungsi dan dapat menahan semua gaya dan beban struktur
baja selama pemasangan.
9) Perakitan dan Pemasangan Jembatan Pipa Baja
a) Umum
Yang dimaksud dengan pemasangan jembatan pipa baja adalah pekerjaan
279

perakitan elemen struktur jembatan pipa baja seperti jembatan rangka baja,
gelagar baja komposit, jembatan rangka baja yang berada dalam Kontrak
pekerjaan ini.
Pekerjaan pemasangan ini akan mencakup sebagaimana yang diperlukan,
penanganan, landasan, identifikasi dan penyimpanan semua bahan elemen
baja, pemasangan landasan, perakitan, dan penempatan posisi akhir
struktur jembatan baja, pencocokan elemen dan sistem lainnya yang
diperlukan untuk pemasangan struktur jembatan baja sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi ini.
Perakitan dan pemasangan struktur jembatan baja, baik dengan
peluncuran maupun dengan prosedur pelaksanaan pemasangan bertahap,
harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dengan teliti sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing buku petunjuk perakitan dan
pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan ketentuan umum yang
disyaratkan di sini.
Atas permintaan Penyedia Jasa, dukungan teknis tambahan oleh personil
Pengguna Jasa yang berpengalaman, dapat dikirim ke lapangan dalam
periode terbatas, untuk memberi pengarahan kepada insinyur dan teknisi
pemasangan dari Penyedia Jasa tentang prinsip-prinsip perakitan dan
pemasangan struktur jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa.
Struktur jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa dirancang
untuk dirakit dan dipasang di lapangan hanya dengan menggunakan baut
penghubung. Pengelasan di lapangan yang tidak diizinkan kecuali secara
jelas diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
b) Tahap Pekerjaan
Setelah Penyedia Jasa menyerahkan Gambar Kerja (Shop Drawing) untuk
tiap jembatan baja yang termasuk dalam cakupan Kontrak, Penyedia Jasa
harus menjadwalkan program pekerjaannya sedini mungkin dalam Masa
Pelaksanaan. Urutan dan waktu yang sangat terinci dari operasi
pemasangan untuk setiap jembatan harus digabungkan dalam jadwal
pelaksanaan Penyedia Jasa, revisi harus diserahkan kepada Pengawas
Pekerjaan untuk mendapat persetujuan resmi sesuai Spesifikasi ini.
Untuk jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa :
i) Pekerjaan Sipil
Pekerjaan sipil untuk pelaksanaan pekerjaan jembatan baja yang
disediakan oleh Pengguna Jasa dan terbuat dari pasangan batu atau
beton sesuai dengan Gambar Rencana harus dikerjakan sesuai dengan
dengan Spesifikasi ini. Semua pekerjaan sipil harus selesai di tempat dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan sebelum operasi perakitan dimulai.
ii) Penentuan Titik Pengukuran dan Pekerjaan Sementara
Penyedia Jasa harus menyiapkan dan menentukan titik pengukuran pada
salah satu oprit /dudukan jembatan yang cocok untuk merakit suatu rangka
pemberat untuk pengimbang di mana pemasangan dengan cara perakitan
bertahap akan dikerjakan, atau, bilamana pemasangan dengan cara
peluncuran, struktur jembatan rangka baja yang telah lengkap bersama
dengan struktur rangka pengimbang dan ujung peluncur.
Semua penyangga dan kumpulan balok-balok kayu sementara dan/atau
fondasi beton yang disediakan oleh Penyedia Jasa untuk pemasangan rol
perakit, rol peluncuran, rol pendaratan atau pemberat (kentledge) dan
penyangga struktur rangka pemberat harus ditentukan titik pengukurannya
dengan akurat dan dipasang pada garis dan elevasi yang benar
280

sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar pemasangan dari pabrik


pembuatnya. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa
seluruh rol dan penyangga sementara terpasang pada elevasi yang benar
agar sesuai dengan bidang peluncuran yang telah dihitung sebelumnya
dan/atau karakteristik lendutan untuk panjang bentang jembatan yang
akan dipasang.
iii) Pemasangan Landasan Jembatan
Landasan jembatan yang terpasang pada pelat landasan dan balok kisi-
kisi. Tiap jenis landasan harus dipasang pada elevasi dan posisi yang
benar dan harus pada landasan yang rata dan benar di atas seluruh bidang
kontak. Untuk landasan jembatan yang dipasang di atas adukan mortar
semen, tidak boleh terdapat beban apapun yang diletakkan di atas
landasan setelah adukan mortar semen terpasang dalam periode paling
sedikit 96 jam, perlengkapan yang memadai harus diberikan untuk
menjaga agar adukan mortar semen dapat dipelihara kelembabannya
selama periode ini. Adukan mortar semen harus terdiri dari satu bagian
semen portland dan satu bagian pasir berbutir halus.
c) Perakitan Pekerjaan Jembatan Baja
Setiap bagian harus dirakit dengan akurat sebagaimana yang ditunjukkan
dalam Gambar atau manual pemasangan yang disediakan oleh Penyedia
Jasa serta mengikuti semua tanda yang telah diberikan. Bahan struktur baja
harus dikerjakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
kerusakan seperti terdapat bagian-bagian yang bengkok, patah, atau
kerusakan lainnya. Tidak boleh digunakan palu yang dapat melukai atau
mengubah posisi elemen- elemen. Permukaan bidang kontak dan
permukaan yang akan berada dalam kontak permanen harus dibersihkan
sebelum bagian-bagian tersebut dirakit.
Sebelum perakitan semua bidang kontak harus dibersihkan, bebas dari
kotoran, minyak, kerak yang lepas, bagian yang tajam seperti duri akibat
pemotongan atau pelubangan, bintik-bintik, dan cacat lainnya yang akan
menghambat pemasangan yang rapat atas elemen-elemen yang dirakit.
Pada elemen struktur baja yang akan dipasang dengan cara kantilever,
harus dipastikan bahwa semua elemen struktur baja sudah tersedia dan
dipasang dengan seksama sehingga akan didapat lendutan balik (camber)
yang sebagaimana mestinya sesuai dengan desain atau yang tertulis dalam
manual pemasangan. Perlu diperhatikan bahwa pada cara pemasangan
dengan cara kantilever ini, apabila telah selesai penyambungan atau
perakitan pada titik buhul, maka baut pada bagian titik buhul tersebut harus
dikencangkan dengan kekencangan 100% sesuai dengan kekencangan baut
yang disyaratkan.
Setiap pengencangan baut sementara harus dibiarkan sampai sambungan
tarik telah dibaut dan semua lubang pada titik buhul telah dijepit dan dibaut.
Baut permanen untuk sambungan elemen-elemen tekan tidak boleh
dimasukkan atau dikencangkan sampai seluruh bentangan berayun.
Sambungan (splices) dan penyambungan di lapangan (field connections)
harus mempunyai setengah jumlah lubang yang diisi dengan baut dan pen
(pin) silindris untuk pemasangan (setengah baut dan setengah pin) sebelum
dibaut dengan baut tegangan tinggi. Sambungan dan penyambung yang
akan dilewati pipa JDU/transmisi selama pemasangan, lubang baut harus
telah terisi semuanya.
Untuk jembatan baja yang disediakan oleh Pengguna Jasa, baut
penyambung harus dipasang dengan panjang dan diameter sesuai dengan
manual dan sebagaimana yang ditunjukkan dalam daftar baut dari pabrik
281

pembuat jembatan/sesuai desain. Ring harus ditempatkan di bawah elemen-


elemen (mur atau kepala baut) yang berputar dalam pengencangan.
Bilamana permukaan luar bagian yang dibaut mempunyai kelandaian 1 : 20
terhadap bidang tegak lurus sumbu baut, maka ring serong yang halus harus
dipakai untuk mengatasi ketidaksejajarannya. Dalam segala hal, hanya
boleh terdapat satu permukaan tanpa kelandaian, elemen yang diputar harus
berbatasan dengan permukaan ini.
d) Prosedur Pemasangan untuk Jembatan Pipa Rangka Baja yang Disediakan oleh
Pengguna Jasa
i) Untuk jembatan yang dirakit dengan prosedur peluncuran, Penyedia
Jasa harus mengambil seluruh langkah pengamanan yang diperlukan
untuk memastikan bahwa selama seluruh tahap pemasangan struktur
jembatan aman dari pergerakan bebas pada rol. Pergerakan melintasi
rol selama operasi peluncuran harus dikendalikan setiap saat.
ii) Seluruh bahan struktur rangka baja pengimbang (counterweight) dan
perancah sementara pekerjaan baja atau kayu untuk rangka pendukung
pengimbang harus dipasok oleh Penyedia Jasa. Beban pada rangka
pengimbang harus diletakkan dengan berat sedemikian rupa sehingga
faktor keamanan untuk stabilitas yang benar seperti yang diasumsikan
dalam perhitungan pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan
dicapai pada tiap tahap perakitan dan pemasangan.
iii) Pelaksanaan pemasangan dengan cara peluncuran atau perakitan
bertahap harus dilaksanakan sampai struktur jembatan rangka baja
terletak di atas posisi l andasan akhir. Penyedia Jasa kemudian harus
memulai operasi pendongkrakan dengan menggunakan peralatan
dongkrak hidrolik dan kerangka dongkrak yang disediakan oleh
Pengguna Jasa. Struktur jembatan harus didongkrak sampai elevasi
yang cukup untuk memungkinkan penyingkiran seluruh balok-balok
kayu sementara, rol penyangga dan penyambung antar struktur rangka
(link sets) sebelum diturunkan sampai kedudukan akhir jembatan.
iv) Operasi pendongkrakan harus dilaksanakan denagn teliti sesuai dengan
prosedur pemasangan dari pabrik pembuat jembatan dan Penyedia Jasa
harus mengikuti urutan dengan benar dari pemasangan dan
penggabungan elemen-elemen khusus selama operasi ini.

d. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Cara Pengukuran
a) Pemasangan Struktur Jembatan Baja
Pemasangan struktur jembatan baja harus diukur untuk pembayaran dalam
jumlah total kilogram struktur baja yang selesai dikerjakan di tempat dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Berat masing-masing elemen harus
diambil dari gambar kerja dan daftar elemen dari pabrik pembuat jembatan.
Berat total struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai
berat total semua elemen masing-masing baja yang digunakan dalam
pemasangan struktur akhir, termasuk bagian-bagian baja fabrikasi, pelat,
landasan, baut, mur, ring dan pengencang lainnya. Berat elemen baja yang
digunakan selama operasi pemasangan yang bukan berasal dari bagian
struktur akhir, termasuk elemen dan perlengkapan untuk struktur rangka
pengimbang, rangka pengankuran, kerangka pendongkrak, ujung peluncur,
rol perakit dan sejenisnya tidak boleh dimasukkan dalam berat yang diukur
untuk pembayaran.
282

b) Perakitan dan Pemasangan Struktur Jembatan Baja dan Jembatan Rangka


Baja Standar
Pemasangan struktur jembatan baja harus diukur untuk pembayaran dalam
jumlah total kilogram struktur baja yang selesai dipasang di tempat dan
diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Berat masing-masing elemen harus diambil
dari Gambar Kerja dan daftar elemen dari pabrik pembuat jembatan.
Berat total struktur yang diukur untuk pembayaran harus dihitung sebagai berat
total semua elemen baja yang digunakan dalam pemasangan struktur akhir,
termasuk bagian-bagian baja fabrikasi, pelat, landasan, baut, mur, ring dan
pengencang lainnya, dan lainnya. Berat elemen baja yang digunakan selama
operasi pemasangan yang bukan berasal dari bagian struktur akhir, termasuk
elemen dan perlengkapan untuk struktur rangka pengimbang, rangka
pemberat, ujung peluncur, rol perakit dan sejenisnya tidak termasuk dalam
berat yang diukur untuk pembayaran.
Pemasangan jembatan rangka baja standar harus diukur untuk pembayaran
dalam jumlah jembatan rangka baja standar yang selesai dipasang di tempat
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan.
c) Pengangkutan dan Pengiriman Bahan
Pengangkutan dan pengiriman dari semua bahan yang disediakan oleh
Pengguna Jasa harus diukur dan dibayar dalam jumlah total kilogram.
Pengukuran dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
kepada Penyedia Jasa untuk pemeriksaan dan pencatatan seluruh bahan pada
gudang penyimpanan yang disebutkan dalam dokumen lelang, untuk
pengangkutan dan pengiriman bahan ke lokasi pekerjaan, termasuk semua
operasi pemuatan dan penanganan selama pengangkutan, dan untuk
pengembalian elemen jembatan baja yang hanya digunakan untuk sementara
dalam kondisi yang baik ke gudang penyimpanan yang ditentukan oleh
Pengawas Pekerjaan setelah pemasangan struktur jembatan rangka baja
selesai.
d) Pemasokan Elemen Pengganti
Penggantian elemen yang hilang atau yang rusak berat, jika ditentukan oleh
Pangawas Pekerjaan, tidak boleh diukur untuk pembayaran. Kompensasi
untuk pemasokan setiap elemen pengganti harus dibuat berdasarkan mutu
Baja Struktur sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
e) Perbaikan Elemen Yang Rusak
Perbaikan elemen yang rusak, bilamana ditentukan oleh Pengawas Pekerjaan
sesuai dengan spesifikasi teknis ini,tidak boleh diukur untuk pembayaran.
Penyedia Jasa akan menerima kompensasi untuk setiap pekerjaan perbaikan
elemen yang rusak sesuai dengan ketentuan pengukuran dan pembayaran
untuk pengembalian kondisi elemen baja sebagaimana yang diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
2) Dasar Pembayaran
a) Kuantitas pekerjaan baja struktur akan ditentukan sebagaimana disyaratkan di
atas, akan dibayar pada Harga Penawaran per satuan pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga. Harga dan pembayaran ini harus dianggap sebagai kompensasi
penuh untuk pemasokan, fabrikasi, pengangkutan dan pemasangan bahan,
termasuk semua tenaga kerja, peralatan, perkakas, pengujian dan biaya
tambahan lainnya yang diperlukan atau biasa untuk penyelesaian pekerjaan
yang sebagaimana mestinya.
b) Pemasangan struktur baja mencakup pekerjaan untuk perlengkapan dan
penentuan titik pengukuran pekerjaan sementara, pemasangan landasan
283

jembatan permanen atau semi permanen, perakitan dan pemasangan elemen


baja untuk struktur jembatan, pembongkaran kembali struktur pembantu dan
pengembalian ke tempat penyimpanan Penyedia Jasa pada pekerjaan
pemasangan struktur baja sementara, rol, dongkrak dan perkakas khusus dan
untuk penyediaan semua pekerja, peralatan, perkakas lain dan keperluan
lainnya yang diperlukan atau yang biasa untuk penyelesaian pekerjaan
pemasangan sebagaimana mestinya sesuai dengan manual yang telah
ditentukan sesuai dengan Gambar.
c) Kuantitas untuk pengangkutan dan pemasangan struktur jembatan baja yang
disediakan Pengguna Jasa sebagaimana yang ditentukan di atas harus
dibayarkan menurut Harga Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata
Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga, di mana harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi
penuh untuk pemeriksaan, pencatatan, pengangkutan, pengiriman,
pembongkaran, penanganan dan penyimpanan semua bahan yang dipasok
oleh Pengguna Jasa, untuk perlengkapan dan penentuan titik pengukuran
pekerjaan sementara, pemasangan landasan jembatan semi permanen,
perakitan dan pemasangan elemen baja untuk struktur jembatan,
pembongkaran kembali dan pengembalian ke tempat penyimpanan
Pengguna Jasa untuk pemasangan pekerjaan baja sementara, rol, dongkrak
dan perkakas khusus dan untuk penyediaan semua pekerja, peralatan,
perkakas lain dan keperluan lainnya yang diperlukan atau yang biasa untuk
penyelesaian pekerjaan pemasangan yang sebagaimana mestinya sesuai
dengan ketentuan dari Spesisfikasi ini.
284

D.4 PENGECATAN JEMBATAN PIPA


D.4.1. PENGECATAN STRUKTUR BAJA
a. Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan pengecatan ini bertujuan untuk mencegah dan melindungi
struktur baja terhadap karat. Pencegahan karat ini dilakukan pada struktur
baja yang berada didarat maupun yang terkena atau di dalam air tawar
atau di daerah pasang surut, dengan bahan yang sesuai karakteristiknya
serta memiliki keawetan sesuai tingkat korosifitas suatu tempat.
b) Pekerjaan ini terdiri atas persiapan permukaan dan pengecatan dengan jenis
cat yang sesuai dengan kategori dan kondisi serta lingkungannya yang
mempunyai tingkat proteksi pendek dan sedang.
c) Kategori tingkat keawetan umur proteksi cat ditentukan sesuai dengan SNI
ISO 12944-5-2012, yaitu pendek (perkiraan keawetan rendah) dengan
umur proteksi 2 – 5 tahun, sedang (tingkat kewetan menengah) dengan
umur 5 – 15 tahun serta panjang (tingkat keawetan tinggi) dengan umur lebih
dari 15 tahun.
d) Pengecatan untuk elemen utama jembatan seperti batang tepi atas,
diagonal, batang tepi bawah, gelagar melintang atau gelagar pada jembatan
baja komposit diberi lapisan pelindung dengan tingkat keawetan sedang
dan untuk elemen sekunder seperti sandaran dan/atau pagar pengaman
(guardrail) dapat diberi lapisan pelindung dengan tingkat keawetan
pendek, masing-masing sesuai dengan kondisi lingkungannya.
e) Ketebalan lapisan pelindung sesuai dengan masa tingkat keawetan dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan di mana struktur jembatan baja
berada.

2) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan :

a) Mobilisasi
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian Teknis Lapangan
d) Pengamanan Lingkungan Hidup
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
f) Manajemen Mutu
g) Baja Struktur

3) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI)


SNI ISO 12944-6:2012 : Cat dan pernis - perlindungan dari korosi pada struktur
baja dengan sistem pengecatan pelindung - Bagian
6: Metode pengujian secara laboratorium
SE No.26/SE/M/2015 : Pedoman Perlindungan Komponen Baja Jembatan
dengan
Cara Pengecatan
285

AASHTO :
AASHTO M111M/M111-15 : Zinc (Hot-dip Galvanized) Coatings on Iron and steel
Products
ASTM :
ASTM D610-08(2012) : Standard Practice for Evaluating Degree of Rusting on
Painted Steel Surfaces.
ASTM D1186-01 : Standard Test Methods for Nondestructive Measurement
of Dry Film Thickness of Nonmagnetic Coatings Applied
to a Ferrous Base (Withdrawn 2006).
ASTM D4285-83(2012) : Standard Test Method for Indicating Oil or Water in
Compressed Air.
ASTM D4414-95(2013) : Standard Practice for Measurement of Wet Film Thickness
by Notch Gages.
ASTM D4541-17 : Standard Test Method for Pull-Off Strength of Coatings
Using Portable Adhesion Testers.
ASTM E377-08(2015) : Standard Practice for Internal Temperature
Measurements in Low-Conductivity Materials.
International Organization for Standardization (ISO):
ISO 1514:2016 : Paints and varnishes - Standard panels for testing.
ISO 2409:2013 : Paints and varnishes - Cross-cut test.
ISO 4621:1986 : Chrome oxide green pigments -- Specifications and
methods of test.
ISO 4624-2016 : Paints and varnishes - Pull-off test for adhesion.
ISO 4628-2:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects, and
of intensity of uniform changes in appearance - Part 2:
Assessment of degree of blistering.
ISO 4628-3:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects, and
of intensity of uniform changes in appearance - Part 3:
Assessment of degree of rusting.
ISO 4628-4:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects, and
of intensity of uniform changes in appearance - Part 4:
Assessment of degree of cracking.
ISO 4628-5:2016 : Paints and varnishes - Evaluation of degradation of
coatings -- Designation of quantity and size of defects, and
of intensity of uniform changes in appearance - Part 5:
Assessment of degree of flaking
ISO 8501-1:2007 : Preparation of steel substrates before application of paints
and related products — Visual assessment of surface
cleanliness — Part 1: Rust grades and preparation grades
of uncoated steel substrates and of steel substrates after
overall removal of previous coatings.
ISO 12944-2:2017 : Paints and varnishes - Corrosion protection of steel
structures by protective paint systems - Part 2:
Classification of environments.

National Association of Corrosion Engineers (NACE):


NACE RP0188-99 : Discontinuity (Holiday) Testing of New Protective
Coatings on Conductive Substrates
286

NACE SP0394-2013 : Application, Performance, and Quality Control of Plant-


Applied Single Layer Fusion-Bonded Epoxy External Pipe
Coating
The Society for Protective Coatings (SSPC):
SSPC PA1-2016 : Shop, Field, and Maintenance Coating of Metals.
SSPC PA2-2012 : Procedure for Determining Conformance to Dry Coating
Thickness Requirements.
SSPC PA Guide 11:2008 : Guide To Methods For Protection Of Edges, Crevices,
And
Irregular Steel Surfaces.
SSPC Vis 3-1993(2000): Visual Standard for Power- and Hand-Tool Cleaned Steel.
SSPC SP1-1982(2004) : Solvent Cleaning.
SSPC SP2-1982(2004) : Hand Tool Cleaning.
SSPC SP3-1982(2004) : Power Tool Cleaning
SSPC SP7-2007 : Brush–off Blast Cleaning.
SSPC SP10-2007 : Near-White Metal Blast Blasting
SSPC SP11-2013 : Power Tool Cleaning To Bare Metal
SSPC WJ-1-2012 : Waterjet Cleaning of Metals—Clean to Bare Substrate.
SSPC WJ-4-2012 : Light Waterjetting

4) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Penyedia Jasa harus mengajukan jenis cat yang akan digunakan untuk
pengecatan ulang permukaan sesuai dengan jenis lapisan pelindung yang
disyaratkan kepada Pengawas Pekerjaan disertai dengan sertifikat yang
merupakan jaminan keaslian produk sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan.
b) Penyedia Jasa memberikan penjelasan cara pelaksanaan pengecatan yang
diusulkan untuk mendapatkan ketebalan sesuai dengan persyaratan
dengan mempertimbangkan masalah lingkungan dan keselamatan kerja
c) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pengukur ketebalan cat dalam
kondisi basah (WFT - Wet Film Thickness) dan alat pengukur ketebalan
cat dalam kondisi kering (DFT - Dry Film Thickness). Khusus untuk aplikasi
di daerah pasang surut cukup menyediakan alat pengukuran ketebalan cat
dalam kondisi basah (WFT)
d) Sebelum pekerjaan dilaksanakan, Penyedia Jasa harus melakukan uji
pulloff untuk membuktikan tingkat kelekatan cat pada substrat (lapisan
dasar) dengan nilai minimal sebesar 3 MPa sesuai dengan tingkat
pembersihan permukaan baja sesuai dengan cara pembersihan yang
diusulkan Penyedia Jasa dengan tingkat kerusakan yang terjadi. Uji pulloff
dapat dilaksanakan minimal 3 benda uji atau lokasi dengan pelat uji atau
langsung pada struktur baja yang akan dicat.
e) Sebelum menentukan metode pengecatan yang akan digunakan, Penyedia
Jasa harus menentukan kategori korosifitas berdasarkan korosifitas akibat
udara dan akibat air atau tanah sesuai dengan ISO 12944-2:2017.
f) Penyimpanan Cat
i) Semua material harus disimpan dalam ruangan yang sesuai dan
mempunyai sirkulasi udara dan temperatur ruang yang cukup.
ii) Material tidak boleh ditempatkan langsung di atas lantai, gunakan
lembaran kayu atau papan di atas lantai untuk mencegah agar material
tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
iii) Lembar keselamatan bahan seluruh produk harus ditempatkan di dekat
material dan mudah untuk di akses.
iv) Alat pemadam api atau karung pasir harus ditempatkan dengan jarak
287

tidak lebih 10 meter dari ruang penyimpanan untuk menanggulangi


apabila terjadi kebakaran atau tumpahan material.

g) Kualifikasi Personil
Personil yang melakukan pekerjaan persiapan permukaan dan pengecatan
harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi personil yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berkompeten dan telah mengikuti pelatihan pengecatan dari
pabrik cat (clinic coating).

h) Peralatan Minimum
i) Semua pekerjaan persiapan permukaan harus dilakukan dengan
menggunakan peralatan manual/power-tool dan/atau peralatan
abrasive blasting yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
ii) Kuas yang digunakan untuk pekerjaan stripe-coat harus mempunyai
ukuran yang cukup dan dibuat dari bahan yang sesuai untuk cat.
iii) Apabila digunakan alat penyemprot untuk aplikasi pengecatan, jenis,
ukuran lubang dan rasio tekanan yang dibutuhkan harus sesuai dengan
yang dipersyaratkan pada lembar data yang dikeluarkan oleh pabrikan.
iv) Peralatan pemeriksa yang dibutuhkan untuk mengontrol kualitas
pekerjaan dan lingkungan adalah:
- Sling phsycometric, kalkulator dew point dan thermometer untuk
mengukur temperatur permukaan sesuai dengan ASTM E337-15
- Pictorial standard photograph sesuai dengan ISO 8501- 1:2007
atau SSPC/NACE
- Blotter paper sesuai dengan ASTM D4285-83(2012)
- Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414-
95(2013)
- Alat ukur ketebalan cat kering sesuai ASTM D1186-01 Metoda
B Tipe I
- Pull-off Adhesion Tester (Self-center) sesuai dengan ISO 4624-
2016.
v) Semua peralatan harus terkalibrasi sebelum digunakan

b. Bahan
1) Cat yang digunakan harus sesuai dengan tingkat kebersihan permukaan substrat
(logam bahan dasar) struktur baja yang akan diberi lapisan pelindung dan umur
proteksi yang disyaratkan.
2) Jenis cat yang digunakan untuk struktur baja dengan tingkat proteksi sedang dan
dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungannya sesuai dengan SNI ISO
12944-6-2012 dengan persyaratan untuk cat dasar (yang terdiri atas binder dan
primer), di mana binder menggunakan jenis Epoksi atau polyurethane dan
primer menggunakan zinc atau moisture cured urethane (dapat yang berupa
aluminium flakes) dan lapisan akhir adalah jenis adalah jenis epoksi,
Polyurethane (EP, PUR) atau epoksi dengan aluminum flakes yang tahan
terhadap cuaca dan UV serta jamur. Jenis cat untuk cat dasar, atau akhir dapat
mempergunakan jenis yang sama.
3) Ketebalan cat untuk elemen utama struktur baja ditentukan setebal 240 mikron
yang terdiri atas adalah:
a) Lapisan dasar dengan binder jenis epoksi atau polyurethane dengan
primer jenis moisture cured urethane (dapat berupa aluminium) atau zinc
adalah 80 mikron
b) Lapisan akhir (top coat) dengan binder jenis epoksi atau polyurethane
dengan campuran zinc atau moisture cured urethane (aluminium flakes)
adalah 160 mikron
288

4) Ketebalan cat untuk elemen sekunder dan sandaran baja dan pagar pengaman
(guard rail) adalah 160 mikron yang terdiri atas lapisan dasar 40 mikron dan
lapisan akhir 120 mikron, dengan bahan cat epoksi atau polyurethane.
5) Jenis cat yang digunakan sebagai cat dasar atau akhir pada daerah pasang
surut adalah jenis Epoxy polyamine dengan solid content 100% dan
mempunyai toleransi tinggi terhadap kelembaban, serta dapat diaplikasikan
langsung apada permukaan yang basah atau terendam air. Jenis cat ini harus
mempunyai ketahanan korosi yang disebabkan oleh ALWC (accelerated low
water corrosion) dan MIC (Microbiologically Influence Corrosion). Ketebalan cat
untuk daerah basah atau pasang surut adalah 500 mikron, yang terdiri atas
lapisan dasar 250 mikron dan lapisan akhir 250 mikron.
6) Jenis cat yang digunakan tersebut harus sesuai dengan spesifikasi dan disertai
sertifikat keaslian bahan cat serta garansi umur keawetan dari pabrik/distributor
dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
7) Secara umum cat harus mempunyai daya lekat yang baik dan mudah dilapiskan
pada permukaan secara merata, memiliki ketebalan dan waktu pengeringan
yang tertentu, tahan terhadap pengaruh sifat kimia dan fisik cuaca. Uji
kelekatan dilakukan dengan menggunakan pengujian Pull-off Adhesion Tester
(Self-center) sesuai dengan ISO 4624-2016 dan harus memiliki nilai pada setiap
pengujian minimum 3 MPa dengan toleransi 5% terhadap substrat.
Berdasarkan fungsinya setiap lapisan cat harus mempunyai sifat sebagai berikut:
- Cat dasar, menjamin pelekatan yang baik pada substrat dan lapisan berikutnya.
- Cat antara, merupakan lapisan pengikat yang merata antara lapisan cat dasar
dengan lapisan cat akhir.
- Cat akhir, merupakan permukaan yang halus, licin serta mudah dibersihkan dan
tahan terhadap serangan zat-zat kimia, tahan terhadap lingkungan serta
mempunyai fungsi estetika.
8) Seluruh material cat yang akan digunakan harus mempunyai tanda atau nomor
produksi dan harus sesuai dengan lembar data teknis (Technical Data Sheet)
yang dikeluarkan oleh pabrikan serta telah melalui proses pengujian di
laboratorium sesuai SNI ISO 12944-6-2012.
9) Seluruh material cat harus dikemas dalam kemasan asli yang dikeluarkan oleh
pabrikan di mana tercantum nomor identifikasi produk dan label yang sesuai
serta tanggal kadaluwarsanya.
10) Kemasan atau wadah material harus benar-benar tertutup rapat sebelum
digunakan untuk memastikan tidak ada debu, kotoran mau pun udara yang
mengkontaminasi material.
11) Lembar data teknis terbaru yang memuat seluruh informasi tentang cat yang
digunakan termasuk di dalamnya lembar data keselamatan bahan harus
dilampirkan oleh pabrikan sebelum material digunakan.
12) Tidak diizinkan menggunakan bahan pelarut atau pengencer kecuali ditentukan
dalam lembar data produk yang dikeluarkan oleh pabrikan atau diizinkan
oleh Pengawas Pekerjaan.

c. Pelaksanaan
1) Jenis peralatan
Jenis peralatan minimal yang harus disiapkan oleh Penyedia Jasa dalam mencapai
suatu tingkat kebersihan yaitu:
• SSPC SP1 Solvent Cleaning (Chemical Cleaning)
• ISO-St2 (SSPC-SP2) Hand Tool Cleaning adalah sikat kawat, kape,
atau amplas,
• ISO-St3 (SSPC-SP3) Power Tool Cleaning adalah sikat kawat elektrik,
• ISO-Sa1 (SSPC-SP7) adalah Brush-off Blast Blasting,
289

• ISO-Sa2.5 (SSPC-SP10) adalah Near-White Metal Blast Blasting,


• SSPC SP11 adalah Power Tool Cleaning To Bare Metal
• SSPC- WJ4 adalah Light Waterjetting yang mempunyai tekanan kurang
dari 5000 psi
2) Persiapan Permukaan
a) Blast cleaning digunakan untuk pekerjaan persiapan permukaan, apabila
cat yang digunakan sebagai binder adalah epoksi atau polyurethane
dengan primer Zinc sebagai lapisan dasar.
b) Power tool atau hand tool dapat digunakan untuk pekerjaan persiapan
permukaan yang menggunakan jenis cat epoksi atau polyurethane sebagai
binder dan primer yang menggunakan jenis aluminium flakes.
c) Pembersihan permukaan dilaksanakan berdasarkan tingkat kerusakan
sesuai Tabel di bawah :

Pembersihan Pada Tingkat Kerusakan

Tingkat Kerusakan Metode Persiapan Metode Penanganan


Permukaan
Penurunan mutu cat tanpa SSPC-SP1 (solvent Bersihkan semua pengotor seperti minyak,
terlihat adanya noda karat. cleaning) gemuk, debu, tanah, garam-garam, dan
permukaan cat kotor akibat pengotor lainnya dari permukaan logam dengan
debu, lumpur, gemuk, minyak menggunakan cairan pelarut, pengemulsi,
atau oli. campuran pembersih, uap panas atau material
Grade A (ISO 8501- lain yang sesuai. Untuk persiapan permukaan
1:2007) Ri 1 (ISO 4628- yang telah di galvanis, maka digunakan larutan
asam (asam klorida atau asam sulfat).
3:2016)
Penurunan mutu cat, terdapat SSPC-SP2 / St 2 (hand Bersihkan semua karat, butiran logam, dan
noda karat permukaan dan tool cleaning) lapisan cat yang rusak sampai tingkat
lapisan cat yang kebersihan yang disyaratkan dengan
menggelembung akibat karat. menggunakan ampelas, sikat kawat, batu
Grade B (ISO 8501- gerinda, scrap dan peralatan manual lainnya.
1:2007) Ri 2 – 3 (ISO Permukaan logam harus terlihat seperti warna
logam dasarnya dan juga harus bebas dari
4628-3:2016) minyak, gemuk, debu, tanah, garam dan
Penurunan mutu cat, terlihat SSPC-SP3 / St 3 Bersihkan semua karat, butiran logam, dan
pengotor lainnya
adanya titik-titik karat dangkal (power tool cleaning) lapisan cat yang rusak sampai tingkat
dan lapisan cat yang atau SSPC- SP4 (flame kebersihan yang disyaratkan dengan
mengelupas akibat karat. cleaning) menggunakan sikat kawat elektrik, alat pengerok
Grade C (ISO 8501- elektrik, gerinda listrik, ampelas elektrik atau
1:2007) Ri 4 (ISO 4628- menggunakan udara bertemperatur tinggi atau
api dari gas oksigen-asetilen di atas seluruh
3:2016) permukaan logam, kemudian dilanjutkan dengan
pembersihan menggunakan sikat kawat.
Permukaan logam harus terlihat mengkilap dan
juga harus bebas dari minyak, gemuk, debu,
tanah, garam dan pengotor lainnya
Lapisan cat mengelupas, Sa 2.5 / NACE 2 (near Bersihkan semua butiran karat, cat atau
terdapat karat dengan jumlah white blast cleaning) pengotor lainnya dengan menggunakan material
yang besar dan dalam, atau atau SSPC-SP5 / Sa 3 abrasiv yang disemprotkan melalui nozel atau
penggantian sistem / NACE roda sentrifugal, sampai diperoleh permukaan
pengecatan lama dengan 1 (white metal blast logam yang telah benar- benar bersih dari
sistem pengecatan baru cleaning) minyak, gemuk, debu, karat, butiran karat, cat
secara menyeluruh. dan pengotor lainnya kecuali goresan atau
Grade D (ISO 8501- sedikit bayangan perubahan warna yang
1:2007) Ri 5 (ISO 4628- disebabkan oleh noda karat, residu cat atau
lapisan pengotor yang bersifat permanen.
3:2016) Sedikitnya 95% dari setiap inci persegi luas
permukaan harus bersih dari semua residu atau
noda.
290

Metode Pembersihan Menyeluruh Menurut Standar Tingkat Persiapannya


Representativ Fitur penting untuk
Standar Metode e mempersiapkan permukaan
Bidang
tingkat persiapan Photographic Untuk keterangan lebih lanjut, Pengaplikasian
persiapa permukaa Example in termasuk perawatan sebelum dan
n n ISO 8501- setelah persiapan (colomn 2), Lihat
1:20072)3)4) ISO 8501-1:2007
A Sa Membuang terak, karat, lapisan cat dan Persiapan
permukaan :
2½ B benda asing dihilangkan. Beberapa bekas a) permukaan
Sa 2½ baja tidak
Sa 2½ dari kontaminasi masih dapat terlihat seperti
C Sa noda berbentuk bercak atau guratan dilapisi

B St 2D
Sa 2½2 Membuang terak, karat dan lapisan cat dan b) dilapisi
St C St permukaan
benda asing yang menempel dengan
2 D St 2 baja, jika pelapis
Hand or lemah
Power Membuang terak, karat dan lapisan cat dan dilepaskan
Tool B St 3 benda asing yang menempel dengan sampai tingkat
St Cleaning C St 3 lemah. Meskipun permukaan diperlakukan preparasi yang
3 D St 3 jauh lebih teliti dari yang diberikan pada St ditentukan
2, kilauan metal muncul dari metal substrat tercapai
Catatan:
1. Simbol yang
digunakan : Sa =
blast-cleaning
St = Hand tool or power tool cleaning (alat pembersih manual dan alat pembersih eletrik)
2. A,B, C dan D merupakan kondisi awal dari permukaan baja yang tidak dilapisi (lihat ISO 8501-1:2007)
3. contoh perwakilan fotografis hanya menunjukkan permukaan atau area permukaan yang sebelumnya tidak dilapisi
4. dalam kasus permukaan baja dengan lapisan logam yang dicat atau tidak dicat, penerapan standar nilai persiapan tertentu
dapat disepakati, asalkan secara teknis layak dilakukan pada kondisi tertentu.
5. skala pabrik dianggap kurang berpegang teguh jika bisa dilepas dengan mengangkat dengan pisau tumpul tumpul.
6. faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian harus diberikan pertimbangan khusus.
7. tingkat persiapan permukaan hanya dapat dicapai dan dipelihara dalam kondisi tertentu yang tidak mungkin diproduksi di
lokasi.
291

Metode Pembersihan Sebagian (Parsial) Menurut Standar Tingkat Persiapannya


Representative Fitur penting untuk
Standar Metode Photographic mempersiapkan permukaan
Bidang
tingkat persiapan Example in ISO Untuk keterangan lebih lanjut, Pengaplikasian
persiapa permukaa 8501-1:2007 or termasuk perawatan sebelum dan
n n ISO setelah persiapan
8501-
Blast- B Sa Lapisan cat yang menempel kuat tetap
2:19942)3)4)
cleaning 2½ C utuh. Pada bagian lain permukaan,
lokal Sa 2½ membuang terak, karat, lapisan cat dan
P Sa 2½ benda asing dihilangkan. Beberapa
D Sa
3) bekas dari kontaminasi masih dapat
2½ terlihat seperti noda berbentuk bercak
(diterapkan atau guratan
pada bagian
dari Lapisan cat yang menempel kuat tetap Persiapan
permukaan
C St 2 utuh. Pada bagian lain permukaan, permukaan dari baja
P St 2 yangD Sttidak
2 membuang terak, karat dan lapisa cat yang dilapisi
terlapisi) dan benda asing yang menempel permukaannya
Hand or dengan lemah masih ada
Lapisan cat yang menempel kuat tetap
power tool utuh. Pada bagian lain permukaan,
cleaning membuang terak, karat dan lapisa cat
lokal C St 3
P St 3 dan benda asing yang menempel
D St 3 dengan lemah. Meskipun permukaan
diperlakukan jauh lebih teliti dari yang
diberikan pada P St 2, kilauan metal
muncul dari metal substrat
Catatan:
1. Simbol yang
digunakan : P Sa =
blast-cleaning
P St = Hand tool or power tool cleaning (alat pembersih manual dan alat pembersih eletrik)
2. dalam kasus permukaan baja dengan pelapis logam yang dicat atau tidak dicat, penerapan standar nilai persiapan standar
tertentu dapat disepakati, asalkan secara teknis layak dilakukan dalam kondisi tertentu.
3. P digunakan sebagai kode-kode untuk tingkat persiapan dalam kasus permukaan yang sebelumnya dilapisi dengan
pelapis cat yang menempel kuat dan harus dibiarkan tetap ada. karakteristik utama dari masing-masing dari dua area
permukaan yang disiapkan, bahwa dengan lapisan cat yang menempel dengan kuat dan tanpa lapisan cat yang tersisa,
ditentukan secara terpisah di kolom yang relevan. Pada nilai P maka selalu mengacu pada permukaan total yang akan didaur
ulang dan tidak hanya ke area permukaan yang tanpa pelapis cat setelah preparasi permukaan. Untuk perawatan lapisan
cat yang tersisa, lihat iso 8501-2:1994.
4. Tidak ada contoh fotografi khusus untuk nilai P, karena kemunculan permukaan total yang disiapkan secara signifikan
dipengaruhi oleh jenis lapisan yang ada dan kondisinya. untuk area permukaan tanpa lapisan, contoh fotografi yang diberikan
untuk nilai yang sesuai tanpa P berlaku. Sebagai klarifikasi lebih lanjut dari nilai P, berbagai contoh fotografi diberikan dalam
ISO 8501-2:1994 dari permukaan tersebut sebelum dan sesudah perawatan. dalam hal nilai P Sa 2, P St 2 dan P St 3, yang
tidak ada foto fotografi, kemunculan pelapis residu akan serupa dengan nilai P Sa 2½
5. lapisan cat dianggap benar-benar menempel jika tidak dapat dilepaskan dengan cara mengangkat catmenggunakan pisau
tumpul.
6. faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian harus diberikan pertimbangan khusus.
7. Informasi berikut sebaiknya diketahui tentang lapisan yang ada :
a) jenis pelapis cat (misalnya jenis pengikat dan pigmen) atau pelapis logam, bersama dengan ketebalan dan tanggal
pengaplikasiannya.
b) jenis pelapis cat (misalnya jenis pengikat dan pigmen) atau pelapis logam, bersama dengan ketebalan dan tanggal
pengaplikasiannya.
c) Tingkat terik (lepuh) , seperti yang didefinisikan dalam ISO 4628-2:2016;
d) informasi tambahan mengenai adhesi misalnya (misalnya setelah pengujian seperti yang dijelaskan dalam ISO
2409:2013). retak (ISO 4628-4:2016), pengelupasan (ISO 4628-5:2016), kontaminan kimia atau lainnya dan rincian
penting lainnya
Memeriksa kompatibilitas lapisan yang direncanakan dengan lapisan yang ada atau residu mereka merupakan bagian
integral dari desain sistem cat pelindung.
8. Tingkat persiapan permukaan ini hanya dapat dicapai dan dipelihara tanpa kondisi tertentu yang mungkin tidak mungkin
diproduksi di lokasi
292

3) Pengujian Kelembaban
Sebelum dilakukan pengecatan pada daerah kering, permukaan (substrat) baja
harus diperiksa dan diukur kelembabannya dengan syarat sebagai berikut:
a) Pengukuran kelembaban udara harus dilakukan pada sebelum
pengecatan dilakukan dan harus harus berada 3°C di atas di atas titik embun
(Dewpoint)
b) Maksimal kelembaban yang diperkenankan dalam aplikasi pengecatan
maksimal 83 % - 85 %
c) Apabila kelembaban melebihi batas maksimal maka seluruh kegiatan
pengecatan harus di hentikan, kecuali jenis cat yang digunakan adalah
moisture tolerant dan atas pertimbangan dari pabrik pembuat.
d) Pengukuran harus mengacu ke ASTM E337-15 Measuring Humidity with
a Psychrometer (the Measurement of Wet- and Dry-Bulb Temperatures)

4) Pengecatan
a) Pencampuran Cat (Mixing)
Pencampuran antara masing – masing komponen harus sesuai dengan
petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.

b) Pengecatan Cat Dasar


i) Pengecatan cat dasar harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan
persyaratan dari pabrik pembuat.
ii) Pengadukan cat yang akan di aplikasikan mengacu ke SSPC PA1-2016
Shop, Field, and Maintenance of Metals.
iii) Sebelum seluruh permukaan di lakukan Pengecatan harus dimulai dari
bagian yang sulit di jangkau dan sempit termasuk sudut – sudut lancip
atau runcing dengan mengacu ke SSPC PA Guide 11:2008 Guide To
Methods For Protection Of Edges, Crevices, And Irregular Steel
Surfaces.
iv) Sebelum pengecatan dimulai, harus dilakukan pengukuran kelembaban
permukaan baja yang akan dicat (ASTM E377-15 – Measuring humidity
with physicometer). Kecuali untuk aplikasi di daerah pasang surut tidak
perlu dilakukan pengukuran kelembaban.
v) Pelaksanaan pengecatan lapisan dasar menggunakan mesin semprot
dan dibantu dengan kwas untuk menjangkau bagian-bagian yang sulit.
Khusus untuk aplikasi daerah pasang surut menggunakan sikat bulat
(rounded brush).
vi) Cat yang terdiri atas 2 komponen atau lebih harus dicampur dengan
baik sehingga merata sesuai dengan spesifikasi dari pabrik pembuat.

c) Lapisan Kedua dan/atau Lapisan Akhir


i) Pelaksanaan pengecatan lapisan kedua atau akhir dilaksanakan setelah
lapisan pertama atau cat dasar mengering dan mempunyai ketebalan
kering sesuai dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat
ii) Pengecatan lapisan ini dilaksanakan dengan cara disemprotkan
menggunakan alat khusus, kwas atau roller sampai ketebalan cat sesuai
dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
iii) Pengukuran ketebalan cat yang telah diaplikasikan diperiksa dengan
alat sesuai dengan kondisinya yaitu dengan alat untuk pengukuran pada
saat cat sudah mengering. Untuk memastikan hasil akhir, maka :
- Pada aplikasi daerah kering harus dilakukan pengukuran ketebalan
cat pada waktu cat setelah mengering. Pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk memastikan kondisi solid content cat yang
diaplikasikan pada permukaan baja. Pengukuran tebal kering pada
293

aplikasi di daerah kering harus mengacu pada SSPC PA2-2012.


- Pengukuran ketebalan cat basah ( WFT – Wet FilmThickness )
dilakukan secara acak dengan menggunakan alat pengukur
ketebalan cat basah atau yang setara dari setiap lapisan (shift) atau
setiap aplikasi pada masing – masing batch number ataupun setiap
perubahan. Alat pemeriksaan ketebalan cat harus sesuai dengan
rekomendasi ASTM D 4414-95(2013).

d. Pengendalian Mutu
1) Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan
menggunakan alat pengukur ketebalan cat kering.

2) Penerimaan Hasil Pekerjaan


a) Penerimaan Bahan Cat
Bahan cat harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b) Penerimaan mutu pembersihan permukaan
Permukaan baja harus memenuhi Standar Tingkat Persiapan.
c) Tebal cat harus memenuhi persyaratan ketebalan yang ditentukan
d) Warna hasil pengecatan harus dipastikan merata dan tidak ada indikasi akan
timbulnya bercak-bercak dan semua permukaan sudah tertutup oleh bahan cat
dengan ketebalan sesuai dengan persyaratan.

3) Pengujian pada Aplikasi Daerah Kering (Selain Aplikasi Daerah Pasang Surut)
Pengujian yang tidak Merusak:
a) Penerimaan mutu dari uji tidak merusak pada ketebalan cat dengan acuan SSPC
PA2-2012 uji tebal kering harus mencapai minimum 80% dari tebal yang
dipersyaratkan, dan maksimum 120% dari tebal kering yang dipersyaratkan.
b) Jumlah titik uji mengikuti persyaratan yang telah diatur dalam SSPC PA2-2012
c) Jika terdapat perbedaan pendapat, dapat dilakukan pengujian yang bersifat
merusak dengan cara pull off pada lapisan yang mempunyai ketebalan di atas
150 µm dengan nilai minimal 3 MPa (30 kg/cm2)

4) Perbaikan untuk Hasil Akhir yang Tidak Memenuhi Syarat


Pekerjaan pengecatan struktur baja yang tidak memenuhi syarat dari Spesifikasi
ini. harus diperbaiki tanpa adanya kompensasi apapun dan hasil perbaikan harus
mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

e. Pengukuran Dan Pembayaran

1) Cara Pengukuran
Pengukuran hasil akhir pengecatan dilakukan berdasarkan luasan meter
persegi permukaan yang telah memenuhi syarat.

2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilaksanakan berdasarkan kuantitas pekerjaan pengecatan yang
memenuhi persyaratan, dengan kompensasi penuh termasuk persiapan
pemukaan, pengadaan bahan cat, peralatan, tenaga kerja, peraca dan lain-lain
untuk penyelesaian pekerjaan dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan kerja.
294

Uraian Satuan
Pengukuran
Pengecatan struktur baja pada daerah kering tebal 80 mikron Meter
Persegi
Pengecatan struktur baja pada daerah kering tebal 240 Meter
mikron Persegi
Pengecatan struktur baja pada daerah basah/pasang Meter
surut 360 mikron Persegi

Pengecatan struktur baja pada daerah basah/pasang Meter


surut 500 mikron Persegi
Pengecatan pada elemen sandaran dan/atau pagar Meter Persegi
pengaman (guard rail) 80 mikron

Pengecatan pada elemen sandaran dan/atau pagar Meter Persegi


pengaman (guard rail) 160 mikron

D.4.2 PENGECATAN STRUKTUR BETON

a. Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan pengecatan ini adalah untuk mencegah dan melindungi
elemen struktur beton termasuk bagian pelengkap jembatan dari
kerusakan yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan menambah nilai
estetika jembatan.
b) Pengecatan struktur beton dibagi dua yaitu pengecatan dengan maksud
proteksi dan pengecatan untuk dekoratif.
c) Pengecatan untuk proteksi dilaksanakan pada elemen utama beton
seperti elemen bangunan atas jembatan beton dan bangunan bawah
yang terdampak oleh kondisi lingkungan seperti di daerah pantai dan di
daerah padat lalu lintas (polusi tinggi), dan berfungsi sebagai anti
karbonasi serta mempunyai umur proteksi sedang dengan umur keawetan
minimal 5 tahun.Pengecatan yang bersifat dekoratif dilaksanakan pada
elemen jembatan dengan tujuan untuk menambah nilai estika, dan
mempunyai umur keawetan 3 tahun.
d) Pengecatan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan beton
akibat karbonasi akibat porositas, kelembaban, kadar air di udara dan
lingkungan struktur jembatan beton.
e) Pekerjaan ini mencakup pekerjaan pelapisan permukaan beton dengan
lapisan pelindung untuk mencegah terjadinya karbonasi yang
menyebabkan korosi dini pada baja tulangan atau strand pada lingkungan
yang korosif, dan serangan asam.
f) Jenis cat yang digunakan pada pengecatan beton adalah jenis cat yang
tahan terhadap bahan kimia, air, chloride, CO2, tahan terhadap UV,
kelembaban udara, tidak mudah retak, mempunyai penampilan yang
menarik, estetika, daya lekat yang tinggi serta tahan terhadap abrasi.
g) Sebelum dilakukan pengecatan, harus dipastikan permukaan beton telah
bebas dari kerusakan seperti retak, gompal, keropos, dll. Bila terdapat
kerusakan pada beton, maka harus diperbaiki.
295

2) Pekerjaan Lain Yang Berkaitan :


a) Mobilisasi
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
c) Kajian Teknis Lapangan
d) Keselamatan dan Kesehatan Kerja
e) Manajemen Mutu
f) Beton dan Beton Kinerja Tinggi
g) Beton Pratekan
h) Perbaikan Retak dengan Bahan Epoksi
i) Perbaikan Dimensi Struktur Beton

3) Standar Rujukan
ACI
ACI 515.1R-85 : Guide to the Use of Waterproofing, Dampproofing,
Protective, and Decorative Barrier Systems for Concrete.
ACI 515.2R-13 : Guide to Selecting Protective Treatments for Concrete.
AASHTO:
AASHTO T259-02(2012) : Resistance of Concrete to Chloride Ion Penetration.
AASHTO T260-97(2011) : Sampling and Testing for Chloride Ion in Concrete
and Concrete Raw Materials.
ASTM:
ASTM C642-13 : Standard Test Method for Density, Absorption, and Voids
in Hardened Concrete.
ASTM D4258-05(2017) : Standard Practice for Surface Cleaning Concrete
for Coating.
ASTM D4259-88(2002) : Standard Practice for Abrading Concrete.
ASTM D4260-05(2017) : Standard Practice for Liquid and Gelled Acid Etching
of Concrete.
ASTM D4262-05(2012) : Standard Test Method for pH of Chemically Cleaned
or Etched Concrete Surfaces.
ASTM D4263-83(2012) : Standard Test Method for Indicating Moisture in
Concrete by the Plastic Sheet Method.
ASTM D4414-95(2013) : Standard Practice for Measurement of Wet Film
Thickness by Notch Gages.
ASTM D4541-17 : Standard Test Method for Pull-Off Strength of Coatings
Using Portable Adhesion Testers.
ASTM D6132-13(2017) : Standard Test Method for Nondestructive
Measurement of Dry Film Thickness of Applied Organic Coatings Using an
Ultrasonic Coating Thickness Gage.
ASTM E337-15 Standard Test Method for Measuring Humidity with a
Psychrometer (the Measurement of Wet- and Dry-Bulb Temperatures).

International Concrete Repair Institute (ICRI) :


ICRI No. 310.2R-2013 : Technical Guideline – Selecting and Specifying
Concrete Surface Preparation for Sealers, Coatings, Polymer Overlays,
and Concrete Repair
The Society for Protective Coatings (SSPC) / National Association of
Corrosion Engineers (NACE) :
SSPC PA2-2012 : Procedure for Determining Conformance to Dry
Coating Thickness Requirements.
SSPC SP13/NACE 6 : Surface Preparation of Concrete

4) Kesiapan Kerja
296

a) Penyedia Jasa harus mengajukan jenis cat yang akan digunakan untuk
pengecatan kepada Pengawas Pekerjaan disertai dengan sertifikat yang
merupakan jaminan keaslian produk sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan di atas.
b) Penyedia Jasa melakukan uji pulloff dan harus memenuhi nilai minimal
1,4 MPa untuk jenis cat protektif.
c) Penyedia Jasa juga harus menyediakan alat pengukur ketebalan cat
(elcometer atau yang setara) dalam kondisi basah (WFT - Wet Film
Thickness) dan alat pengukur ketebalan cat dalam kondisi kering (DFT
- Dry Film Thickness). Khusus untuk aplikasi di daerah pasang surut
cukup menyediakan alat pengukuran ketebalan cat dalam kondisi basah
(WFT).
d) Penyimpanan Cat
i) Semua material harus disimpan dalam ruangan yang sesuai dan
mempunyai sirkulasi udara dan temperatur ruang yang cukup.
ii) Material tidak boleh ditempatkan langsung di atas lantai, gunakan
lembaran kayu atau papan di atas lantai untuk mencegah agar material
tidak bersentuhan langsung dengan lantai.
iii) Lembar keselamatan bahan seluruh produk harus ditempatkan di
dekat material dan mudah untuk di akses.
iv) Alat pemadam api atau karung pasir harus ditempatkan dengan jarak
tidak lebih 10 meter dari ruang penyimpanan untuk menanggulangi
apabila terjadi kebakaran atau tumpahan material.

e) Kualifikasi personil
Personil yang melakukan pekerjaan persiapan permukaan dan pengecatan
harus memenuhi kualifikasi dan kompetensi personil yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berkompeten atau yang telah mengikuti pelatihan sistem
pengecatan (clinic coating).

f) Pengujian Percobaan Sebelum Pengecatan


Penyedia jasa harus melakukan pengujian percobaan minimum 1 meter
persegi sebelum pelaksanaan pekerjaan. Satu benda uji yang disiapkan
untuk kondisi pengukuran kelembaban permukaan sesuai dengan
persyaratan dari pabrik pembuat, kondisi lingkungan, kelekatan cat pada
permukaan.

g) Peralatan minimum
i) Semua pekerjaan persiapan permukaan harus dilakukan dengan
menggunakan peralatan manual/power-tool dan peralatan abrasive
blasting yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
ii) Kuas yang digunakan untuk pekerjaan stripe-coat harus mempunyai
ukuran yang cukup dan dibuat dari bahan yang sesuai untuk cat.
iii) Apabila digunakan alat penyemprot untuk aplikasi pengecatan, jenis,
ukuran lubang dan rasio tekanan yang dibutuhkan harus sesuai
dengan yang dipersyaratkan pada lembar data yang dikeluarkan oleh
pabrikan.
iv) Peralatan pemeriksa yang dibutuhkan untuk mengontrol kualitas
pekerjaan dan lingkungan adalah:
- Sling phsycometric atau elektronik hygrometer, kalkulator dew point
dan thermometer untuk mengukur temperatur permukaan sesuai
dengan ASTM E337-15.
- Blotter paper sesuai dengan ASTM D4258-05(2017).
- Alat ukur ketebalan cat basah sesuai dengan ASTM D4414-
95(2013).
297

- Alat ukur ketebalan cat kering sesuai ASTM D6132-13(2017).


- Pull-off Adhesion Tester (Self-center) sesuai dengan ASTM D 4541-
17.
v) Semua peralatan harus terkalibrasi sebelum digunakan.

b. Bahan

1) Jenis bahan cat yang akan digunakan pada permukaan harus sesuai (kompatibel)
dengan bahan dasar struktur beton yang akan diberi lapisan pelindung dan
tujuan perlindungan beton.
2) Jenis cat harus sesuai dengan persyaratan dan harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan dari pabrik pembuat berdasarkan spesifikasi serta sertifikat
yang menjamin keaslian bahan cat yang digunakan dan disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
3) Cat yang digunakan harus tahan terhadap cuaca (UV), tahan terhadap alkali,
tahan terhadap karbonasi.
4) Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan menggunakan
alat pengukur ketebalan cat dalam kondisi basah maupun kering.
5) Untuk pengecatan dekoratif dapat menggunakan jenis cat : Water-based
Portland cement, Water-based polymer latex, Single-component polymer dan
Two-component polymer.
6) Untuk pengecatan protektif dapat menggunakan jenis cat : Methyl methacrylate,
Alkyl- alkoxysilane, Polyvinyl butyral, Acrylics, Epoxy, Polyurethane,
Chlorinated rubber, Asphalt, Coal tar dan polyvinyl chloride.
7) Seluruh material cat yang akan digunakan harus mempunyai tanda atau nomor
produksi dan harus sesuai dengan lembar data yang dikeluarkan oleh pabrikan
serta telah melalui proses pengujian di laboratorium.
8) Seluruh material cat harus dikemas dalam kemasan asli yang dikeluarkan oleh
pabrikan di mana tercantum nomor identifikasi produk dan label yang sesuai.
9) Kemasan atau wadah material harus benar-benar tertutup sebelum digunakan
untuk memastikan tidak ada debu, kotoran maupun udara yang
mengkontaminasi material.
10) Lembar data terbaru yang memuat seluruh informasi tentang cat yang
digunakan termasuk di dalamnya lembar data keselamatan bahan harus
dilampirkan oleh pabrikan sebelum material digunakan.
11) Bahan pelarut atau pengencer yang digunakan harus sesuai lembar data
produk yang dikeluarkan oleh pabrikan.
12) Pencampuran cat dengan bahan pelarut mengikuti petunjuk pabrikan.

c. Pelaksanaan
1) Sebelum melaksanakan persiapan permukaan, harus dipastikan beton telah
bebas dari segala kerusakan (cacat) beton.
2) Persiapan Permukaan
Metode persiapan permukaan tergantung pada sistem pengecatan yang akan
digunakan yang mengacu pada SSPC-SP13/NACE 6, ICRI guideline No. 310.2R-
2013 dan ASTM
Metode persiapan permukaan mengikuti standar SSPC-SP13, yang terdiri atas
2 jenis metode pembersihan yaitu :
• Pembersihan secara mekanik mengikuti ASTM D4259-88(2002)
• Pembersihan secara kimia mengikuti ASTM D4260-05(2017)
• Sebelum dilakukan pengecatan, permukaan struktur beton yang mengalami
retak > 0,15 mm sampai 1 mm harus diperbaiki.
298

Setiap sebelum dan sesudah dilakukan metode pembersihan di atas,


permukaan beton harus dibersihkan dengan alat pembersih bertekanan tinggi
(sesuai ASTM D4258- 05(2017)) agar permukaan bebas dari debu, material
lepasan, minyak dan lain-lain.
Apabila digunakan pembersihan dengan menggunakan blasting dengan
penyemprotan udara dapat dilakukan, tetapi harus dikontrol sedemikian rupa
dengan adanya air yang mengurangi masalah debu pada lingkungan.
Pengecatan tidak diizinkan apabila masih terdapat permukaan yang kering.
Partikel agregat lepas yang masih tersisa tidak boleh lebih dari agregat dengan
saringan No. 16 (1,18 mm).
Pelayanan ringan (Light service) digunakan untuk permukaan dan pelapis yang
mengalami paparan minimal terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan
suhu serta yanag bersifat dekoratif. Pelayanan yang berbahaya (severe service)
digunakan pada permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan signifikan
terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu yaitu pengecatan yang
sifatnya protektif.

Hasil Persiapan Permukaan.

Sifat-sifat Metode Pengujian Dekorat if - Li ght Se rvic e1) P r o t e k t i f - S e v e r e S e r v i c e 2)

Minimum Fine (150) abrasive Minimum Coarse (60) abrasive


Profil permukaan Perbandingan visual
paper paper.
Kebersihan
Debu yang terlihat Tidak ada debu signifikan Tidak ada debu signifikan
permukaan
Kontaminan Sisa Water drop 0° contact angle 0° contact angle

pH ASTM D4262-05 (2012) (pH of rinse water) -1, +2(C) (pH of rinse water) -1, +2(C)

3)
Moisture content ASTM D4263-83 (2012) Tidak terlihat kelembaban Tidak terlihat kelembaban

2 2
3)
Moisture content Uji Kalsium Klorida
(3 lb/24 hr/1,000 ft2) (3 lb/24 hr/1,000 ft2)

3)
Moisture conten* Higrometer Maks. 80%. Maks. 80%.

Keterangan :
1) Light service mengacu pada permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan
minimal terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu
2) Severe service mengacu pada permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan
signifikan terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu
3) cukup memenuhi salah satu dari tiga tes ini.

3) Pengecatan
a) Pencampuran Cat (Mixing)
Pencampuran antara masing – masing komponen harus sesuai dengan
petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
b) Pengecatan Cat Dasar
i) Pengecatan cat dasar harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk dan
persyaratan dari pabrik pembuat.
ii) Cat yang terdiri atas 2 komponen (binder dan primer) harus dicampur
dengan baik sehingga merata sesuai dengan spesifikasi dari pabrik
299

pembuat.
c) Lapisan Kedua dan/atau Lapisan Akhir
i) Pelaksanaan pengecatan lapisan kedua atau akhir dilaksanakan
setelah lapisan pertama atau cat dasar mengering dan mempunyai
ketebalan kering yang diukur dengan alat DFT dan sesuai dengan
petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat
ii) Pengecatan lapisan ini dilaksanakan dengan cara disemprotkan
menggunakan alat khusus, kuas atau roller sampai ketebalan cat sesuai
dengan petunjuk dan persyaratan dari pabrik pembuat.
iii) Pengukuran ketebalan cat yang telah diaplikasikan diperiksa dengan
alat sesuai dengan kondisinya yaitu dengan alat untuk pengukuran pada
saat cat sudah mengering. Untuk memastikan hasil akhir, maka :
- Pada aplikasi daerah kering harus dilakukan pengukuran ketebalan
cat pada waktu cat setelah mengering. Pengukuran tersebut
dimaksudkan untuk memastikan kondisi solid content cat yang
diaplikasikan pada permukaan beton. Pengukuran tebal kering
pada aplikasi di daerah kering harus mengacu pada ASTM D6132-
13(2017).
- Pengukuran ketebalan cat basah ( WFT – Wet FilmThickness )
dilakukan secara acak dengan menggunakan alat pengukur
ketebalan cat basah atau yang setara dari setiap lapisan (shift) atau
setiap aplikasi pada masing – masing batch number ataupun setiap
perubahan. Alat pemeriksaan ketebalan cat harus sesuai dengan
rekomendasi ASTM D4414-95(2013) Standard Practice for
Measurement of Wet Film Thickness by Notch Gages.

d) Untuk pengecatan dekoratif, jumlah pelapisan dan ketebalan cat


mencapai keseragaman (uniformity) dalam warna dan teksture. Tanpa
merusak/menurunkan kualitas/mutu struktur beton.
e) Untuk pengecatan protektif, jumlah pelapisan dan ketebalan cat
tergantung pada bahan cat yang digunakan dan mengikuti ACI 515.2R-13.
f) Pengecatan harus mempertimbangkan kondisi cuaca sesuai dengan bahan
cat digunakan.

d. Pengendalian Mutu
1) Untuk memastikan hasil akhir yang dapat diterima, maka harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap semua permukaan yang telah dicat terhadap
kerusakan serta dilakukan juga pengukuran ketebalan cat dengan
menggunakan alat pengukur ketebalan cat kering.
2) Semua material cat harus dalam kemasan tertutup rapat dan mempunyai
label resmi pabrik pembuat yang menyatakan nama pabrik, jenis produk,
nomor batch, tanggal kadaluwarsa.
3) Penyedia Jasa harus menyerahkan sertifikat keaslian produk yang menyatakan:
a) Nama dan alamat pabrik pembuat
b) Referensi produk
c) Identifikasi nomor batch
d) Jumlah produksi dalam batch
e) Tanggal pembuatan.
300

4) Penerimaan Hasil Pekerjaan


a) Penerimaan Bahan Cat
Bahan cat harus memenuhi persyaratan.
b) Penerimaan Mutu Pembersihan Permukaan
Permukaan beton harus memenuhi Standar Tingkat Persiapan.
c) Tebal cat harus memenuhi persyaratan ketebalan yang ditentukan
d) Warna hasil pengecatan harus dipastikan merata dan tidak ada
indikasi akan timbulnya bercak-bercak dan semua permukaan sudah
tertutup oleh bahan cat dengan ketebalan sesuai dengan
persyaratan.

5) Pengujian pada Aplikasi Daerah Kering (bukan Aplikasi Daerah Pasang


Surut)
Pengujian yang tidak Merusak

a) Penerimaan mutu dari uji tidak merusak pada ketebalan cat dengan
acuan SSPC PA2-2012 uji tebal kering harus mencapai minimum
80% dari tebal yang dipersyaratkan, dan maksimum 120% dari
tebal kering yang dipersyaratkan.
b) Jumlah titik uji mengikuti persyaratan yang telah diatur dalam SSPC
PA2-2012

6) Jika terdapat perbedaan pendapat, dapat dilakukan pengujian yang


bersifat merusak dengan cara pull off pada lapisan yang mempunyai
ketebalan di atas 150 µm dengan nilai Minimal 1,4 MPa (untuk
permukaan dan pelapis yang akan memiliki paparan minimal terhadap
lalu lintas, bahan kimia, dan perubahan suhu dilakukan 14 hari setelah
selesai curing) dan 2,1 MPa (untuk permukaan dan pelapis yang akan
memiliki paparan signifikan terhadap lalu lintas, bahan kimia, dan
perubahan suhu). Analisa interpretasi dari hasil uji daya Tarik perlu
dicantumkan berkaitan dengan kerusakan adhesi atau kohesi dari
lapisan permukaan beserta antar lapisan permukaan cat dengan
acuan ASTM D4541-17.
7) Ketebalan cat yang dapat diterima, apabila ketebalan cat pada luasan
yang ditentukan mempunyai ketebalan tidak lebih dari 15% dengan
ketebalan tidak kurang dari 90% terhadap ketebalan cat yang
disyaratkan.
8) Perbaikan untuk Hasil Akhir yang Tidak Memenuhi Syarat
Pekerjaan pengecatan struktur beton yang tidak memenuhi syarat harus
diperbaiki tanpa adanya kompensasi apapun dan hasil perbaikan harus
mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan.

e. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Cara Pengukuran

Pengukuran hasil akhir pengecatan dilakukan berdasarkan luasan meter


persegi permukaan yang telah memenuhi syarat.

2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilaksanakan berdasarkan kuantitas pekerjaan
301

pengecatan yang memenuhi persyaratan, dengan kompensasi


penuh termasuk persiapan pemukaan, pengadaan bahan cat,
peralatan, tenaga kerja, dan lain-lain untuk penyelesaian pekerjaan
dengan mempertimbangkan kompleksitas pekerjaan.

Uraian Satuan Pengukuran

Pengecatan protektif pada elemen struktur Meter Persegi


beton, tebal 200 µm

Pengecatan dekoratif pada elemen struktur Meter Persegi


beton, tebal 100 µm

E. PEMASANGAN PIPA PELINTAS JEMBATAN


Kontraktor harus memasang dan menyambung semua pipa “fitting” sesuai
dengan jalur dan ketinggian yang diperlihatkan dalam gambar.
1. Anti Lendutan (cambering) Pada setiap bentang jembatan pipa, pipa
harus dipasang dalam bentuk bekisting lengkung. Besarnya anti
lendutan ini harus 1/1250 persatuan pancang bentang di bagian garis
tengah bentang sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Kontraktor
harus menyiapkan gambar kerja yang memperlihatkan susunan rinci
bahan pipa dan juga garis pemotongan dari sudut masing-masing pipa
untuk anti lendutan dan harus menyerahkan ke Direksi untuk
persetujuannya setelah pekerjaan pemasangan pipa.
2. Pendukung Berbentuk Cincin (ring support) “Fixed Type Ring Support”
yang ditunjukan dalam gambar harus dianggap pendukung berbentuk
cincin yang di pasang di bantalan pilar. “Sliding Type Ring Support”
harus dianggap sebagai pendukung berbentuk cincin yang didapat
digeser secara horizontal di bantalan pilar ke sumbu dalam pipa.
Pendukung harus terbuat dari baja yang memenuhi standard yang
ditentukan Direksi atau dianggap setara, dan dibuat sebagaimana
diperlihatkan dalam gambar. Demikian pula dengan baut, angker dan
sekrup harus terbuat dari baja yang memnuhi standard yang sesuai
seperti tersebut diatas. Pendukung berbentuk cincin harus dilas merata
melingkari pipa baja.
3. Pengujian Pengecatan
a. Umum Semua sambungan yang di las pada jembatan pipa harus
diuji secara radiografi sebagaimana dinyatakan dibawah ini.
Setelah disetujui oleh Direksi, semua permukaan bagian dalam
(interior), sambungan las, dan permukaan bagian luar (exterior)
harus dicat.
b. Pengujian Radiografi untuk Hasil Pengelasan Kontraktor harus
menyediakan tenaga kerja, peralatan dan pengujian radiografi hasil
pengelasan. Pengujian radiografi harus dilakukan penguji yang
mampu, memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup untuk
pekerjaan pengujian. Kontraktor harus menyerahkan pengalaman
dan kualifikasi yang dimilikinya untuk persetujuan Direksi. Semua
pelaksanaan pengujian harus dikerjakan dan dihadiri oleh Direksi
atau Wakilnya. Pengujian hasil pengelasan harus dilakukan sesuai
JIS Z 3104 “Method of Radiografic Test and Clasificataion of
(Radiographs)” cara pengujian radiografi dan klasifikasi radiograf
untuk pengelasan baja, atau standar lain yang dapat diterima oleh
302

Direksi.
Hasil pengujian radiografi diklasifiksikan dalam standar sebagai berikut:
Kelas 1 2 3

Tingkat an 1 sampai 4 1 sampai 4 Tidak ada tingkatan

Kelas dan tingkatan yang diterima harus kelas 1, tingkat 1, sampai


tingkat 3 dan kelas 2, tingkat 1 sampai 3. Jika hasil pengujian
memperlihatkan kelas dan tingkat lain dari pada yang disebutkan
diatas, Kontraktor harus mengulas dan menguji ulang atas beban
biaya sendiri sampai hasil yang diperoleh diterima oleh Direksi.
c. Lapisan Pelindung Luar dan LapisanPelindung Dalam Semua pipa
baja yang terekpos, “fitting”, sambungan dan pipa yang akan di
pendam dalam tanah harus dilindungi.

F. PENGETESAN DAN PENCUCIAN PIPA


Seluruh pipa induk bertekanan yang dipasang oleh Kontraktor harus diuji di bawah
tekanan hidrolis untuk tekanan uji 800 kPa atau seperti yang ditentukan. Di mana
ketinggian/tingkat bagian pipa yang berbeda atau bagian yang diuji bervariasi, titik di
mana tekanan uji harus diadakan untuk diukur akan menjadi titik terendah dalam profil
dari bagian tersebut.
Kontraktor harus menyediakan semua tenaga kerja dengan semua pompa, mesin,
pipa, valve sementara, plug dan flens yang mungkin diperlukan. Peralatan tersebut
harus meliputi alat pengukur yang mampu dibaca untuk 10 kPa dan harus disertai
dengan sertifikat kalibrasi yang terbaru. Permukaan gauge harus memiliki diameter
minimal 150 mm. Peralatan tersebut akan tetap menjadi milik Kontraktor.
Semua pengujian harus dilakukan di bawah pengawasan dan kehadiran Engineer.
Panjang bagian pyang diuji harus nominal antara Bagian Valve yang dipasang seperti
yang ditunjukkan pada gambar desain. Dalam situasi apapun panjang pengujian tidak
melebihi 1500 m.
Kontraktor harus membuat pengaturan sendiri untuk pengadaan air yang diperlukan
dengan biaya sendiri untuk melaksanakan tes ini. Pengujian harus dilakukan sesegera
mungkin setelah selesainya setiap bagian dari pipa utama.
Selama pengisian, Kontraktor harus melepaskan udara dari seluruh valve pelepas
udara (air release valve) dan air valve. Setelah mengisi dengan air, bagian uji harus
bertahan untuk periode awal sekitar 24 jam di bawah tekanan statis dari tekanan kerja
yang dimaksud pada bagian tersebut. Akan kegagalan yang terjadi dan beberapa atau
semua air hilang, prosedur pengisian dan menaikan tekanan harus diulang setelah
pekerjaan perbaikan telah dilakukan. Standing period akan dimulai dari waktu di mana
tekanan terakhir berhasil dicapai. Bagian uji harus diperiksa secara visual setelah
standing period lebih lanjut sekitar 24 jam.
Jika tidak ada gerakan yang cukup dari pipa atau kebocoran apapun telah ditemukan
selama inspeksi visual tersebut, bagian tersebut harus dikenai uji tekanan yang tepat.
Sementara tekanan sedang dinaikan, perawatan harus diambil/harus diperhatikan
untuk memungkinkan pelepasan jumlah udara lebih lanjut. Durasi pengujian pada
tekanan penuh harus tidak kurang dari tiga jam untuk setiap pengujian. Akan
penurunan tekanan selama pengujian, sejumlah tambahan air harus dipompa ke
bagian yang diuji untuk mengembalikan tekanan pengujian yang dibutuhkan.
Pemulihan tekanan uji harus dilakukan pada interval setengah jam. Jumlah air yang
ditambahkan setiap waktu, disebut kemudian sebagai air makeup, harus diukur,
dicatat dan ditotal di akhir pengujian.
Selama 3 jam pengujian jumlah air make up ditambahkan untuk menjaga tekanan
pengujian yang ditentukan tidak boleh melebihi jumlah yang diberikan oleh rumus
berikut:
303

Q = .5 DLH

Dimana Q = jumlah make up lebih dari 3 jam (liter) yang diperbolehkan,


D = Nominal diameter pipa (m),
L = Panjang pipa yang diuji (km),
H = Rata rata tekanan pada bagian yang diuji (m)

- Ada atau tidaknya cacat dalam pekerjaan kontraktor harus tampak/jelas.


- Pengujian pada jalur pipa harus dilakukan setelah pemasangan pipa induk, valve,
bangunan khusus jembatan pipa, penembusan pipa (pipe driving), perlintasan
pipa dan perlengkapan lainnya, sesuai dengan standar ini.
- Pengujian tekanan air (hydrostatic-pressure test) pada jalur pipa harus dilakukan
untuk menjamin bahwa sambungan pipa dan perlengkapannya dalam keadaan
baik, kuat dan tidak bocor serta blok-blok penahan (thrust block permanen)
sanggup menahan tekanan sesuai dengan tekanan kerja pipa.
- Tenaga kerja, peralatan dan bahan untuk pengujian tekanan air dan pengujian
kebocoran, serta peralatan meter yang diperlukan untuk penguatan tekanan dan
kebocoran harus disediakan.
- Bagian jaringan pipa yang diuji harus diisi penuh dengan air. Pengisian air
dilakukan dengan pemompaan (an electric piston type test pump) yang dilengkapi
meteran air dan harus dicegah terjadinya gelombang-gelombang tekanan, semua
udara didalam pipa dilepas, serta sebuah manometer dengan kran penutupnya
harus dihubungkan pada cabang jaringan pipa yang diuji. Apabila bagian dari pipa
yang diuji tidak terdapat valve udara, tenaga ahli harus menetapkan cara
pengeluaran udara.

F.1 Pengujian Tekanan


- Semua pengujian harus dilakukan pada jalur pipa per bagian setelah galian
diurug, tetapi sebelum perbaikan kembali lantai keras. Sambungan sedapat
mungkin harus ditempatkan selama pengujian berlangsung.
- Sebelum pengujian, seluruh pipa harus digelontor secara merata dengan air
bersih.
- Jalur pipa harus disiapkan untuk pengujian dengan menutup semua valve,
memasang sumbat yang memadai pada bukaannya, dan membuka valve
udara sepanjang jalur pipa.
- Bila di titik puncak tidak dipasang valve pelepas udara, maka harus dipasang
valve penguapan (evaporation) pembantu.
- Bila tidak tersedia bangunan permanen seperti ruang/bak valve, ujung bidang
pipa yang diuji harus dilindungi terhadap air yang bertekanan 0,75 MPa (≈7,5
kg/cm2).
- Jalur pipa harus diisi dengan air bersih secara perlahan agar kantong-kantong
udara dapat dilepaskan, sampai seluruhnya diisi dan berada dalam tekanan
ringan yang harus dipertahankan untuk jangka waktu 24 jam. Kerusakan yang
timbul pada jalur pipa pada tahap ini harus segera diperbaiki.
- Tekanan air harus dinaikkan ke pengujian tekanan. Jangka waktu pengujian
tekanan dilakukan selama 2 (dua) jam. Pipa, fitting sambungan, atau valve
yang rusak harus disingkirkan dan diganti. Pengujian harus diulang sampai
memuaskan.
- Bila pengujian pipa yang terpasang memperlihatkan kebocoran yang lebih
besar dari yang ditetapkan dalam Tabel I.3, lokasi kebocoran harus
ditetapkan, lalu bahan atau sambungan yang rusak segera diperbaiki atau
diganti.
- Pengujian harus diulang sampai kebocoran berada dalam kisaran yang
diijinkan.
304

- Kebocoran yang diijinkan bagi pipa dengan 100 sambungan

CATATAN : L/jam = Liter per jam.


Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran pekerjaan tes hidrolis dalam satuan meter panjang (m1) dan
disetujui Direksi Pekerjaan dan pembayarannya sesuai dengan harga
satuan dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

F.2 Penggelontoran pipa


- Semua pipa yang terpasang harus dibersihkan dengan penggelontoran
memakai air bersih. Penggelontoran dilakukan dengan membuka/ menguras
cabang pembuang (drainase branch), mulai dari hulu dan secara bertahap ke
arah hilir.
- Jangka waktu pengurasan cabang pembuang harus ditetapkan.
- Selain itu lokasi harus dengan segera ditetapkan dan diperbaiki apabila
ditemukan kebocoran selama penggelontoran, walaupun hasil pengujian
dinyatakan telah disetujui.

F.3 Pencucian Pipa


- Setelah pengujian tekanan hidrostatis dinyatakan selesai dan berhasil,
kotoran dalam pipa harus dibersihkah dengan membuka semua valve
penguras (washout), membilas dan memberi desinfektan pada jaringan pipa.
- Pembersihan bagian dalam pipa dilakukan dengan mengalirkan air bersih
yang mempunyai kecepatan tinggi yaitu di atas 0,75 cm/detik dan dalam
jangka waktu sampai air yang keluar dari valve penguras secara visual bersih
dan tidak mengandung sedimen.
- Setelah itu, dengan aliran air tetap dipertahankan, pada kecepatan yang lebih
rendah, air ditambah dengan larutan chlor dengan kadar sekurangnya 10
mg/l, dengan cara dipompakan melalui lubang berdiameter kecil diujung pipa.
- Volume air dan jangka waktunya sekurang-kurangnya 24 jam harus
sedemikian sehingga air yang dikeluarkan mengandung sekurangnya 5 mg
klorin/liter.
- Jika air ini tidak mengandung khlorin bebas setelah perioda kontak selama 24
jam dalam pemberian desinfektan, maka proses harus diulangi.
- Sebelum pemberian desinfektan pada tiap bagian pipa dengan cairan yang
mengandung khlorin diatas, Kontraktor harus mendapat persetujuan dari
Tenaga Ahli untuk menggunakannya.

F.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


305

Pengukuran pekerjaan tes hidrolis dalam satuan meter panjang (m1) dan disetujui
Direksi Pekerjaan dan pembayarannya sesuai dengan harga satuan dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah I


Provinsi Jawa Barat
PPK Air Minum

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
306

G. PEKERJAAN REKONDISI

G.1. Perbaikan Rabat Beton F'c=7,4 Mpa


Dalam pelaksanaan pekerjaan Perbaikan Rabat Beton F'c=7,4 Mpa mengikuti
spesifikasi teknis item pekerjaan A.1. PEKERJAAN BETON

Pengukuran material beton diukur dalam satuan meter kubik (m³) yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Perbaikan Bongkaran Rabat Beton.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari Rabat Beton terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

G.2. Perbaikan Beton (Akses Ke Rumah)/F'c=14,5 Mpa


Dalam pelaksanaan pekerjaan Perbaikan Beton Akses Ke Rumah F'c=14,5 Mpa
mengikuti item pekerjaan spesifikasi teknis A.1. PEKERJAAN BETON, A.2.
BAJA TULANGAN UNTUK BETON, A.3. PEKERJAAN BEKISTING

Pengukuran material beton diukur dalam satuan meter kubik (m³) yang terdapat
dalam Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan Perbaikan Bongkaran Rabat Beton.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari Rabat Beton terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

G.3. Perbaikan Bongkaran Tanah Keras


Dalam pelaksanaan pekerjaan Perbaikan Bongkaran tanah Keras mengikuti
spesifikasi teknis item pekerjaan A.5. PEKERJAAN URUGAN

Pengukuran perbaikan bongkaran tanah keras diukur dalam satuan meter kubik (m³)
yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga Perbaikan Bongkaran Tanah Keras.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan harga satuan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga dari Urugan terpasang dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman


Wilayah I Provinsi Jawa Barat
PPK Air Minum

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
307

H. SPESIFIKASI TEKNIK PERLENGKAPAN KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA (K3)
H.1. UMUM
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2019 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi, maka Pelaksana
Konstruksi wajib menyelenggarakan Program K3 untuk pembangunan jaringan
perpipaan SPAM ini dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap pekerjaan konstruksi harus memiliki petugas K3 yang memiliki lisensi
Ahli K3 Konstruksi sesuai dengan Permenaker R.I Nomor: PER.04/MEN/1987
tentang P2K3 serta Tata cara penunjukan Ahli K3 dan Surat Dirjen
Binwasnaker RI No. Kep. 20/DJPPK/VI/2004 tentang Sertifikat Kompetensi K3
bidang Konstruksi Bangunan dengan ketentuan sebagai berikut:
• Proyek dengan tenaga kerja > 100 orang atau pelaksanaan > 6 bulan harus
memiliki 1 Ahli Utama K3, 1 AK3 Muda dan 2 AK3 Muda Konstruksi;
• Proyek dengan tenaga kerja < 100 orang atau pelaksanaan < 6 bulan harus
memiliki 1 AK3 Madya dan 1 AK3 Muda Konstruksi;
• Proyek dengan tenaga kerja < 25 orang atau pelaksanaan < 3 bulan harus
memiliki 1 orang AK3 Muda Konstruksi.
2. Memastikan Rencana K3 Proyek sudah dibuat sesuai dengan standar dan
dikirimkan kepada pihak yang berkepentingan. Rencana K3 proyek harus
disetujui Pimpinan dan dimutakhirkan setiap ada perubahan;
3. Memastikan seluruh alat berat dan peralatan yang digunakan memiliki
sertifikasi yang masih berlaku.
• Harus dilakukan inspeksi pramobilisasi sebelum diizinkan memasuki lokasi
kegiatan;
• Alat harus diinspeksi oleh instansi pemerintah yang berwenang sebelum
digunakan ( periksa uji);
• Pastikan umur alat sesuai dengan persyaratan.
4. Memastikan perlindungan terhadap pihak ke-3 dan lingkungan sekitar sudah
direncanakan dengan aman. Seluruh area konstruksi harus tertutup jaring
pengaman selama masa konstruksi, dipastikan tidak ada potensi benda jatuh
keluar area.
5. Memastikan seluruh alat berat dioperasikan oleh operator yang memiliki SIO
(Surat Izin Operasi) dan masih berlaku. Hanya operator yang memiliki SIO
(Surat Izin Operasi) yang boleh mengoperasikan alat berat.
6. Dalam kondisi berbahaya harus mampu menghentikan pekerjaan. Lapor
kepada penanggung jawab pekerjaan atau departemen terkait dan lakukan
rapat persiapan (TBM) kembali.
7. Melaksanakan inspeksi alat berat dan peralatan setiap akan digunakan dan
melaksanakan inspeksi rutin K3.
8. Membuat laporan berkala Kinerja K3 dan dilaporkan kepada pihak yang
berwenang dan pihak yang berkepentingan. Laporan ke instansi
pemerintah yang berwenang dan unit K3 setiap minggu, memuat Kinerja K3,
daftar alat berat dan operator, rencana, dan aktual K3.
9. Penyedia Jasa wajib menyediakan APD (alat pelindung diri) dan APK (Alat
Pengaman Kerja) yang memenuhi standard dan harus dipakai oleh pekerja
pada semua pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dalam Pekerjaan
Sistem Penyediaan Air Bersih secara Umum peralatan APD yang umunya
digunakan adalah sebagai berikut:
308

(1) Baju kerja (Protective overall)

(1) Topi pelindung (safety helmet) harus sesuai standar ANSIZ.89.1-201


atau standar SNI

(2) Pelindung mata harus sesuai dengan ANSI Z.87.1-2010

(3) Pelindung pekerjan las atau gerinda


309

(4) Pelindung tangan sesuai dengan SNI0-0652-2015

(5) Pelindung Pernapasan (masker/dust mask)


310

(6) Pelindung Telinga

(7) Pelindung jatuh dari ketinggian sesuai dengan standar ANSI Z.359.1-2016
atau standar SNI

(8) APAR (alat pemadam api ringan). Peralatan ini harus diganti sesuai masa
gantinya
311

(9) Rambu-rambu kerja seperti traffic cone, pita penghalang (barricade tape),
lampu pengaman di jalan (traffic warning lamp) yang digunakan pada
pekerjaan galian pada crossing jalan atau bahu jalan

Safety net

(10) Bendera K3, bendera merah putih dan bendera perusahaan pada lokasi
312

strategis sesuai dengan Kepmenaker 1135 tahun 1987

(11) Spanduk dan poster

(12) Rambu-rambu K3
313
314

Contoh rambu-rambu yang digunakan pekerjaan galian


315

No Simbol Keterangan
1
Dilarang Masuk

2
Rambu Penyempitan
Jalan

3
Rambu Galian

4
Traffic cone

5
Barikade

Rambu Penunjuk Arah

7
Lampu Rotary

8
Rambu Peringatan Hati-
Hati
316

No Simbol Keterangan
9
Rambu Kurangi
Kecepatan

10
Safety Line

11
Rambu Pejalan Kaki

12
Flag Man

10. Obat P3K yang disediakan adalah obat yang diperlukan untuk pertolongan
pertama diantaranya anti infeksi, perban, kasa, kapas, tabung oksigen
dsbnya.
11. Papan Informasi K3
Semua proyek harus membuat papan informasi K3 yang berisi kinerja K3
dan informasi K3 lainnya, papan informasi pekerjaan dan potensi bahaya
pada setiap lokasi kerja, memasang rambu dan banner sesuai dengan
potensi bahaya pada lokasi kerja.
317

Papan informasi ditempatkan di dua sisi yaitu pada bagian depan proyek dan
bagian belakang proyek. Pada bagian depan proyek dengan rincian sebagai
berikut:
• Bagian Depan
• Statistik kecelakaan kerja, FR, SR, safe manhour, total manhour, LTI
terakhir;
• Pekerjaan hari ini dan JSA;
• Pekerjaan hari ini, penggunaan alat berat, lisensi dan nama
penanggung jawab;
• Alur proses prosedur kerja aman setiap item pekerjaan;
• Sisa waktu pelaksanaan proyek dan progress;
• Alur proses tanggap darurat dan no. telepon penting;
• Bagian Belakang
Monitoring izin kerja dan dokumen dan asuransi BPJS Proyek.
12. Fasilitas Minimal Bahaya Keselamatan Kerja
Proyek konstruksi harus merencanakan, menganggarkan, dan membuat
fasilitas proteksi bahaya nyata yang ada di setiap pekerjaan konstruksi baik
proyek bangunan maupun pekerjaan renovasi. Standar yang dibuat ini
adalah standar minimum, setiap kontraktor dapat melakukan improvisasi
atau menerapkan standar yang lebih tinggi. Pengelola Proyek akan
melakukan inspeksi secara berkala dan mendadak untuk memastikan
fasiltas proteksi bahaya dibuat dan dipelihara hingga memenuhi standar
keselamatan kerja.
• Proteksi Area Galian
Area galian merupakan area yang sangat berbahaya jika tidak diberi
rambu-rambu, sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan di
daerah ini.
• Proteksi Bahaya Jatuh Dari Ketinggian
Untuk bangunan lebih dari 2 lantai (ketinggian lebih dari 5 meter),
resiko jatuh dari ketinggian bangunan menjadi perhatian yang
sangat serius dalam penerapan K3. Untuk menghindari hal tersebut,
maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
• Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Perancah
• Pemasangan Pipa Pagar Perancah
• Pemasangan Tali Keselamatan
• Pemasangan Pipa Pagar Tangga Darurat Area Bangunan
• Pemasangan Pipa Area Bekisting
• Proteksi Bahaya Benda Jatuh
Material yang digunakan adalah jaring pengaman (polinet). Dipasang
di seluruh perancah yang digunakan sebagai platform (perancah
tetap)/kemungkinan ada material yang jatuh atau material yang
terbawa angin dari dalam bangunan. Ukuran jaring disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan. Pada area-area yang menjadi akses
masuk, harus dibuat kanopi yang melindungi pekerja dari kejatuhan
benda dari area perancah. Pemasangan jaring pengaman ini
ditempatkan pada lokasi-lokasi seperti:
• Perancah Eksternal
• Jaring Vertikal pada Bekisting Atas
• Jaring Vertikal pada Area Lift
• Jaring Pengaman di Perimeter Bangunan
• Jaring Pengaman di Terminal Material
• Jaring Pengaman Sisi Luar Bangunan
318

• Menyediakan akses yang aman bagi pelaksana dan pengawas dalam


pelaksanaan pekerjaan dan pengawasan serta untuk warga yang
terganggu oleh galian perpipaan
Material yang digunakan adalah plat besi atau beton yang cukup kuat
untuk bisa dilalui oleh motor. Ukuran plat disesuaikan dengan kebutuhan
lapangan. Pemasangan plat ini ditempatkan pada lokasi-lokasi yang
menjadi akses masuk bagi publik, seperti:
• Mulut gang
• Akses masuk rumah warga atau pertokoan
• Persimpangan jalan kecil
13. Pelaporan
a. Penyedia melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat
sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Penyedia wajib membuat Laporan Rutin Kegiatan P2K3 ke Dinas Tenaga
Kerja setempat dan tembusannya disampaikan kepada PPK.
c. Penyedia wajib melaksanakan Audit Internal K3 Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum.
d. Penyedia wajib membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3K
bidang pekerjaan umum sebagai bagian dari dokumen serah terima
kegiatan pada akhir pekerjaan.
e. Penyedia wajib melaporkan kepada PPK dan Dinas Tenaga Kerja
setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan
penyakit akibat kerja kosntruksi yang telah terjadi pada kegiatan yang
dilaksanakan.
f. Penyedia wajib menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK.

14. Penyedia bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU
sesuai dengan RK3K;

H.2. PERSYARATAN KHUSUS PENANGANAN WABAH


Mengacu pada Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No
02/IN/M/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penyebaran CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID 19) Dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, maka
penyedia jasa diharuskan:
A. Membentuk Satgas Pencegahan COVID 19 bersama Pengguna Jasa
B. Menyediakan fasilitas pencegahan COVID 19 dilapangan antara lain:
a. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan ruang klinik
kesehatan di lapangan yang dilengkapi dengan sarana kesehatan yang
memadai, antara lain tabung oksigen, pengukur suhu badan nir-sentuh
(thermoscan), pengukur tekanan darah, obat-obatan dan petugas medis;
b. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib memiliki kerjasama
operasional perlindungan kesehatan dan pencegahan COVID 19 dengan
rumah sakit dan/atau pusat kesehatan masyarakat terdekat untuk
tindakan darurat (emergency);
c. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan fasilitas
tambahan antara lain: pencuci tangan ( air, sabun dan hand sanitizer),
tisu, masker dikantor dan dilapangan bagi seluruh pekerja dan tamu; dan
d. Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi wajib menyediakan vaksin, vitamin
dan nutrisi tambahan guna peningkatan imunitas pekerja.
319

C. Mengukur suhu semua orang setiap pagi, siang dan sore.


D. Membuat kerjasama penanganan suspect covid 19 dengan rumah sakit dan
puskemas setempat.
E. Menghentikan sementara pekerjaan jika terindikasi ada tenaga kerja yang
terpapar covid 19 bersama Pengguna Jasa.
F. Melakukan tindakan isolasi dan penyemprotan disinfektan sarana dan
prasarana kantor dan lapangan.
Perlengkapan APD harus disediakan oleh Penyedia Jasa sesuai dengan
Instruksi Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor:
02/IN/M/2020 Tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona virus
Disease 2019 (Covid – 19) dalam penyelengaraan Jasa Konstruksi. Dapat
dilihat pada Lampiran 3.
Spesifikasi Teknis perlengkapan APD harus sesuai dengan ketentuan
dalam Standar Pelindung Diri (APD) dalam manajemen penanganan Covid
– 19 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, bulan April 2020. Dapat dilihat pada
Lampiran 4.

H.3. PEMBAYARAN
Pengukuran dan pembayaran untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dibuat dalam harga Lump Sum yang terdapat dalam Daftar Kuantitas Peralatan
APD dan K3.
Total seluruh pembayaran tidak boleh lebih besar dari harga lump sum yang
terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

Satuan Kerja Pelaksanaan Prasarana Permukiman Wilayah I


Provinsi Jawa Barat
PPK Air Minum

HANIF GUFRON, ST
NIP. 19840515 201012 1 004
320

BAB X.4 GAMBAR

PEMBANGUNAN JARINGAN PERPIPAAN


SPAM BABAKAN MADANG KABUPATEN BOGOR
321
322
323
324
325
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347

Anda mungkin juga menyukai