Anda di halaman 1dari 71

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT


DIREKTORAT KEPELABUHANAN

RENCANA KERJA
D A N S YA R AT - S YA R AT ( R K S )

PENYUSUNAN STUDI
DETAIL ENGINEERING DAN DESIGN ( DED )
FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR PROVINSI PAPUA
TAHUN 2018

NOMOR KONTRAK : 06/PFKP/KONTRAK/DED-MOOR/II/2018


TANGGAL : 19 FEBRUARI 2018
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

BAB I
PERSYARATAN TEKNIS UMUM

Pasal 1
Dasar Hukum

1. Jasa Konstruksi
Dalam pelaksanaan kegiatan ini diberlakukan UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
dan Peraturan Pelaksanaannya dengan PP No. 28 Tahun 2000, PP No. 29, PP No. 30 Tahun 2000,
PP No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah.

2. Standar Rujukan
a. Bahan-bahan atau mutu pengerjaan yang disyaratkan oleh spesifikasi ini harus memenuhi
atau melampaui peraturan/standar yang disebutkan secara khusus, merupakan
tanggungjawab Penyedia Jasa (Kontraktor) untuk menyediakan bahan-bahan dan mutu
pengerjaan yang sesuai standar dan aturan.
b. Dalam pengadaan semua jenis barang/bahan yang digunakan dalam pekerjaan adalah
merupakan tanggungjawab Penyedia Jasa untuk membuktikan ini telah dipenuhi
persyaratan rinci dari peraturan dan standar yang disebutkan secara khusus serta untuk
membuktikan bahwa jenis barang yang diadakan untuk digunakan dalam pekerjaan telah
memenuhi atau melampaui persyaratan yang ditetapkan.
c. Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menolak jenis bahan/barang yang digunakan
dalam pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan. Selanjutnya
Kuasa Pengguna Anggaran berhak dan dengan tanpa mengabaikan cara penyelesaian
lainnya untuk menerima jenis barang yang tidak sesuai dan diikuti dengan suatu
penyesuaian dalam harga satuan atau harga borongan untuk jenis barang/bahan tersebut.
d. Merupakan tanggungjawab Penyedia Jasa, sesuai dengan persyaratan dalam Dokumen
Kontrak atau permintaan tertulis dari Kuasa Pengguna Anggaran untuk menyerahkan
kepada Kuasa Pengguna Anggaran semua bukti yang diminta bahwa bahan-bahan atau
mutu pengerjaan atau kedua-duanya telah memenuhi atau melampaui persyaratan
peraturan atau standar yang disebutkan secara khusus.

3. Peraturan (codes), Referensi dan Standard.


 PKKI NI-5 :
Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia tahun 2002.
 Building Code Requierements for structural concrete , ACI 318-11
 ASTM :
The American Sociaty for Testing Materials.
 AASHTO :
The American Association of State Highway and Transportation Officials.
 SNI 03-2847-2013 :
Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.
 RSNI T-12-2004 :
Perencanaan struktur beton untuk jembatan
 SNI 1729-2015 :

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-1
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural


 Pembebanan untuk Jembatan, RSNI 1725:201X
 SNI 2052-2014 :
Baja Tulangan Beton
 SNI-7833 - 2012 :
Tata Cara perancangan Beton Pracetak dan Beton Prategang untuk Bangunan Gedung.
 “Technical Standards and Commentaries For Port and Harbour Facilities In Japan 2009 ;(The
Overseas Coastal Area Development Institute of Japan),
 “Design of Marine Facilities for the Berthing, Mooring, and Repair of Vessels” by John W.
Gaythwaite;
 “Planning and Design of Ports and Marine Terminals, 2nd edition” by Hans Agerschou;
 “Port Engineering: Planning, Construction, Maintenance, and Security” by Gregory P.
Tsinke;
 CERC, 1984, Shore Protection Manual, US Army Coastal Engineering Research Center,
Washington.
 Kramadibroto, S., 1985, Perencanaan Pelabuhan, Ganeca Eact Bandung
 Quinn A. Def., 1972, Design and Construction of Port and Marine Structures,
 Mc Graw-Hill Book Company, New York.
 Triatmodjo, Bambang., 2013, Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset.
 Neufert, Ernst (2000): Neufert Architect’s Data. Inggris: Blackwell Publishiing Company.
 ASCE Standard (American Society of Civil Engineers) Seismic Design of Piers and Wharves,
Copyright 61-14.
 Standard Design Criteria for Port in Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut,
Departemen Perhubungan, 1984
 Guidelines for The Design of Fender System, PIANC, 2002
 Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, 1987
 Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures, ASCE/SEI 7-05
 Spesifications for Structural Steel Buildings, AISC 360-10
 Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung , SNI 1726:2012
 Pipa Baja untuk Pancang , SNI 8052:2014

Pasal 2
Lingkup Pekerjaan

1. Umum
a. Bagian Ini pada umumnya menggambarkan pekerjaan secara keseluruhan, dan pekerjaan
yang diperlukan dibawah kontrak ini.
b. Uraian lingkup pekerjaan ini hanya untuk materi pekerjaan utama di dalam keseluruhan
pekerjaan yang diperlukan di bawah kontrak, setiap kegagalan tidak membebaskan
pemborong dari tanggung jawabnya untuk menyelesaikan pekerjaan yang diperlukan
sesuai kontrak ini.

2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi Pembangunan Fasilitas Darat Pelabuhan Moor, antara lain:
a. Dinding Penahan Tanah (176 m)
L-Shape dengan Spun Pile : 83 m
Batu Kali dengan Cerucuk Bambu : 40 m
STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-2
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Batu Kali : 50 m
b. PVD : 536 titik dengan jarak 2 m
c. Tangga, Fender dan Dudukannya
Tangga : tinggi 4,2 m dan kemiringan 35o
Penambahan Fender : 18 buah dengan type AN 300-3000L
Pembongkaran Fender Eksisiting
Utuh (3 m) : 4 buah
Sisa 1 m : 4 buah
d. Jalan
Jalan Area Pelabuhan (441,49 m2) : 49,7 x 5,7 m = 283,29 m2
22 x 7 m = 154 m2
Jalan Penghubung (455,28 m²) : 81 x 6 m
e. Gudang (48 m²) : 8x6m
f. Talud (51 m²) : 51 x 1 m
g. Kantor Pelabuhan dan Terminal Pelabuhan (549 m²) : 30,5 x 18 m
h. Lapangan Penumpukan dan area parkir (409,22 m²) : 22 x 18,5 m
i. Pos Jaga (10 m²) : 2,5 x 4 m
j. Ruang Genset (4 m²) :2x2m
k. Bak Sampah (8 m²) : 2 x (2 x 2) m
l. Menara Air (6,25 m²) : 2,5 x 2,5 m
m. Gerbang Pelabuhan
n. Pagar Pelabuhan (176 m)
o. Sign Post (3,6 m²)

Pasal 3
Pedoman Pelaksanaan

1. Pedoman dan Peraturan Teknis


Peraturan-peraturan dan Ketentuan-ketentuan yang berlaku dan mengikat dalam syarat-syarat
kerja ini apabila tidak ditentukan lain harus mengacu kepada :
a. Semua undang-undang dan peraturan-peraturan Pemerintah yang berlaku mengenai
pekerjaan pelaksanaan pembangunan.
b. Algemene voorwaarden voor de uitvoering bij aanneming van open barewerken in Ned. Indie
goedgekeurd bij Gouvernements besluit van 26 Mei 1941, dengan perubahan dan tambahan
seperti tertera dalam buku RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) ini, atau karena peraturan
bangunan yang berlaku setempat.
c. Peraturan umum untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan pada penyelenggaraan
bangunan-bangunan di Indonesia (PUBB 1983 diperbaiki cetakan terakhir).
d. Petunjuk-petunjuk yang diberikan secara tertulis oleh Pemberi Tugas dan Direksi/Konsultan
Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Dokumen Pelaksanaan
a. Yang termasuk dalam Dokumen Pelaksanaan ialah :
1) Kontrak Pelaksanaan Pekerjaan antara Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan
Kontraktor yang disebut dengan "Surat Perjanjian Kontraktor".
2) Buku Pedoman Pelaksanaan dan Persyaratan Pekerjaan ini beserta penjelasan atau
kelengkapan hasil rapat penjelasan/aanwijzing.
3) Gambar-gambar Rencana beserta penjelasan atau kelengkapan hasil rapat
penjelasan/aanwijzing.
4) Addendum yang secara sah dalam rangka melengkapi butiran-butiran diatas.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-3
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

5) Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.


b. Dokumen Pelaksanaan merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi, kekurangan suatu
hal di dalam salah satu unsurnya tidak menyebabkan hal tersebut menjadi batal.
c. Yang termasuk dalam surat-menyurat ialah :
1) Risalah-risalah rapat yang diadakan sehubungan dengan proses pelaksanaan
pembangunan.
2) Surat-surat teguran/nota-nota/surat-surat pernyataan/surat-surat jawaban dan
sebagainya yang secara resmi dan sah dikeluarkan dan disampaikan oleh dan kepada
pihak-pihak yang bersangkutan di dalam proses pelaksanaan pembangunan ini.
d. Semua surat-menyurat tersebut merupakan langkah-langkah pelaksanaan dari Dokumen
Pelaksanaan, dengan demikian memiliki keabsahan yang sama.
e. Dokumen Pelaksanaan merupakan dasar hukum yang utuh untuk pelaksanaan pembangunan
ini.
f. Segera setelah dikeluarkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Kontraktor harus sudah
memiliki 3 (tiga) set "Dokumen Pelaksanaan".
g. Selama pelaksanaan berlangsung, satu set lengkap Dokumen Pelaksanaan harus selalu berada
di kantor Kontraktor di lapangan dalam keadaan terawat baik dan dapat ditunjukkan setiap
saat kepada yang berwenang.
h. Apabila terdapat perbedaan, kekurang-lengkapan dan sebagainya pada Dokumen
Pelaksanaan, Kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi/Konsultan
Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
a. Jangka waktu Pelaksanaan Pekerjaan adalah selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender
b. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya SPMK.
1) Kontraktor sudah siap dengan "Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan" yang telah disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
2) Di lapangan Kontraktor sudah memulai dengan pekerjaan fisik yang telah dijadwalkan
tersebut.
c. Jadwal Pelaksanaan pekerjaan harus memuat secara lengkap dan terperinci mengenai :
1) Jumlah dan jenis pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai Dokumen Pelaksanaan.
2) Jumlah hari kerja dan pemeliharaan yang sudah ditetapkan dalam Surat Perjanjian
Kontraktor (SPK).
3) Bobot masing-masing jenis pekerjaan dan prosentase kemajuan pekerjaan pada setiap
minggunya.
4) Penentuan hari-hari pengadaan bahan bangunan, peralatan dan perlengkapan lainnya.
5) Keterangan lengkap mengenai organisasi dan personalia yang akan melaksanakan di
lapangan (jabatan, keahlian, status dan jumlah).
6) Keterangan mengenai jam kerja setiap harinya..
d. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ini setiap harinya terpasang dengan baik dikantor Kontraktor
(lapangan).
e. Tidak dipenuhinya pengadaan jadwal tersebut atau tidak di patuhinya ketentuan-ketentuan
tersebut di atas akan mengakibatkan dihentikannya proses pelaksanaan pekerjaan yang
sedang berlangsung. Akibat dari penghentian ini merupakan tanggung jawab dari Kontraktor.
4. Tanggung Jawab Kontraktor
a. Persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi yang diberikan
kepada Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berarti meniadakan atau
mengurangi tanggung jawab Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaannya.
b. Tanah/lapangan tempat pekerjaan sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-4
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

merupakan tanggung jawab Kontraktor, namun dengan demikian semua benda yang di-
temukan kemudian dalam pelaksanaan pekerjaan tanah merupakan milik Pemberi Tugas.
c. Kontraktor wajib memberikan keterangan yang jelas mengenai pelaksanaan pekerjaan
kepada Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi, serta instansi-instansi
yang bersangkutan (tercantum dalam daftar instansi-instansi yang menerima tembusan
SPMK).
d. Kontraktor wajib melaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen
Konstruksi bilamana dalam pelaksanaan ditemui hal-hal yang menyimpang dari Perencanaan.
e. Kontraktor bertanggung jawab atas keterlibatan pegawai serta kendaraan-kendaraannya dan
wajib memperbaiki kembali segala kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh pelaksanaan
pekerjaan baik di dalam batas lapangan pekerjaan maupun di dalam kompleks dimana
lapangan pekerjaan merupakan bagian dari padanya.
f. Kontraktor bertanggung jawab membayar biaya “Over Time” (Lembur) pengawas, akibat
terjadinya pekerjaan diluar jam kerja.
5. Kepala Proyek
a. Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus menempatkan seorang Kepala Proyek (Site
Manager) dengan beberapa wakilnya sebagai Pemimpin Pelaksanaan Pekerjaan di lapangan;
Kepala Proyek ini memiliki otoritas penuh dalam mengendalikan pekerjaan di lapangan.
b. Kontraktor harus melaporkan secara tertulis Curriculum Vitae dari Kepala Proyek beserta
wakilnya kepada Pemberi Tugas. Dalam hal ini Pemberi Tugas berhak untuk menolak dan
menunjuk pengganti Calon Kepala Proyek yang diajukan oleh Kontraktor.
c. Kepala Proyek dan Wakilnya tersebut harus berpengalaman, bertanggung jawab dalam
bidang organisasi, administrasi dan teknik.
d. Kepala Proyek kecuali karena sesuatu hal yang sangat penting/mendesak harus selalu berada
di lapangan selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung.
e. Dalam hal tidak hadirnya Kepala Proyek, Pemberi Tugas berhak melakukan tindakan yang
dianggap perlu demi keamanan dan perlindungan terhadap pekerjaan, untuk ini segala
pembiayaan tetap merupakan tanggung jawab Kontraktor.
6. Penunjukan Sub-Kontraktor
a. Penunjukkan Sub-Kontraktor oleh Kontraktor hanya dapat dibenarkan apabila telah diberikan
persetujuan secara tertulis oleh Pemberi Tugas.
b. Jenis pekerjaan yang dapat diberikan kepada Sub-Kontraktor oleh Kontraktor hanya dapat
dibenarkan apabila Sub-Kontraktor tersebut telah memenuhi ketentuan yang berlaku dan
telah diberikan persetujuan secara tertulis oleh Pemberi Tugas.
c. Kontraktor secara penuh tetap bertanggung jawab atas pengaturan pekerjaan dan waktu
pelaksanaan yang dilakukan oleh Sub-Kontraktor.
7. Kualifikasi Tenaga Kerja
a. Penyediaan tenaga kerja untuk pelaksanaan pekerjaan dari tenaga yang ahli, terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai
ketentuan dan persyaratan/petunjuk Pemilik Pekerjaan/Konsultan Pengawas
b. Kontraktor wajib mengajukan nama-nama personil yang akan menangani pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan tertulis dari Pemilik Pekerjaan.
c. Apabila personil yang ditempatkan dianggap tidak layak/tidak cakap dalam melakukan
tugasnya, maka Pengawas Lapangan/Pemilik Pekerjaan dapat meminta penggantian personil
yang dimaksud dan kontraktor harus segera mengganti dengan personil yang baru paling lama
1 x 24 jam.
8. Pengendalian Karyawan
Kontraktor dan Sub-Kontraktor harus memperkerjakan orang-orang yang teliti, ahli dan
berpengalaman.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-5
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

a. Kelalaian dari pengawas-pengawas tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor.


b. Karyawan dari Kontraktor yang tidak memiliki kemampuan/tanggung jawab harus diganti,
baik atas inisiatif Kontraktor sendiri, maupun atas permintaan secara tertulis dari
Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi atau Pemberi Tugas kepada
Kontraktor.
9. Kesejahteraan Karyawan
a. Kontraktor harus memperhatikan kesejahteraan pegawai sesuai dengan Peraturan
Perburuhan yang berlaku.
b. Kontraktor turut mengawasi pengadaan makanan dan minuman yang sehat untuk para
karyawan di lapangan.
10. Keselamatan Karyawan
a. Kontraktor Pelaksana wajib merujuk kepada UU Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan
dan Kesehatan Kerja dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan ini.
b. Sebelum pekerjaan pembangunan dimulai, Pelaksana wajib melengkapi dokumen Job Safety
Analysis. Dokumen ini adalah sebuah dokumen yang berisi langkah-langkah pekerjaan dan
disertai dengan bahaya serta resiko dalam setiap langkah-langkah tersebut. Dokumen ini juga
disertai dengan tindakan pengendalian terhadap resiko yang ada. Dokumen ini harus
ditandatangani oleh kontraktor pelaksana, Konsultan Supervisi, Penanggung jawab K3 pada
pihak pelaksana, dan PPK agar semoga orang yang terkait bisa mengetahui pekerjaan ini dan
bisa bertanggung jawab untuk memastikan pekerjaan berlangsung dengan aman.
c. Kontraktor harus menyediakan peralatan keselamatan bagi para karyawan dan
pejabat - pejabat yang berkaitan dengan pemeriksaan/pengawasan pekerjaan di lapangan
terhadap kemungkinan-kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh jenis-jenis pekerjaan
yang sedang dikerjakannya.
d. Pelaksana wajib melakukan Safety Induction sekurang-kurangnya satu kali pada setiap pekerja
di lapangan. Safety Induction adalah pengarahan/training singkat yang berisi dasar-dasar
keselamatan kerja dalam pekerjaan pekerja nantinya. Pengarahan/training singkat ini
melingkupi materi mengenai resiko pekerjaan yang akan dihadapi oleh pekerja tersebut, Alat
Perlindungan diri yang harus dipakai dan juga yang paling penting adalah prosedur gawat
darurat.
e. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Pelaksana haruslah memenuhi aspek keselamatan kerja
yang telah disepakati sebelumnya pada tahap pra pekerjaan. Untuk memastikan hal ini, Safety
Officer dari Kontraktor dan Konsultan Pengawas wajib melakukan inspeksi berkala pada masa
waktu pekerjaan dilakukan.
f. Pengkonsumsian obat-obatan terlarang dan Alkohol dapat menjadi masalah yang serius di
lokasi kerja, tidak hanya pada si pengkonsumsi tetapi juga memiliki dampak buruk terhadap
keberlangsungan pekerjaan dan citra institusi Kementerian Perhubungan. Setiap individu yang
berada di lokasi pekerjaan dilarang menggunakan dan bekerja dibawah pengaruh obat-obatan
terlarang dan alkohol tanpa kecuali. Obat-obatan terlarang dan makanan/minuman keras
(beralkohol) dilarang dan tidak boleh ditemukan di lokasi pekerjaan. Larangan ini berlaku di
seluruh area sekitar pekerjaan.
g. Kontraktor Pelaksana wajib menerapkan prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS sesuai dengan perundang-undangan dan standar
kerja yang berlaku. Kontraktor Pelaksana wajib memberikan perlindungan kepada karyawan
dan pekerja dengan HIV AIDS dari tindakan dan perlakuan diskriminatif. Penerapan
pengurangan resiko dengan pencegahan ini, dilakukan dengan cara menerapkan program
sederhana mengenai bahaya seks bebas melalui diskusi, ceramah dan pengenalan media
promosi. Pekerja dan Karyawan diminta untuk tidak melakukan perilaku seksual yang tidak
bertanggung jawab di area pekerjaan. Pekerja yang melanggar wajib diberikan sanksi tegas.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-6
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

h. Pada setiap pekerjaan pengelasan, juru las harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Las;
i. Untuk setiap pekerjaan yang berada di atas air laut atau memiliki resiko pekerja untuk
terpeleset, tenggelam dan terseret arus, Pekerja wajib dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD)
Tenggelam. Alat Pelindung Diri (APD) ini berfungsi untuk menghindari pekerja dari bahaya dan
atau mengatur keterapungan. Pada lokasi-lokasi ini, Pelaksana wajib menyediakan handrail,
sabuk pengaman atau life jacket.
j. Jika terjadi kecelakaan dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib mengambil
tindakan-tindakan yang terbaik guna keselamatan si korban.
k. Sejumlah obat-obatan untuk pertolongan pertama harus selalu tersedia di lapangan dalam
satu peti PPK dan selalu dalam keadaan siap untuk dipergunakan.
l. Perkerjaan Konstruksi dengan pemaparan sinar matahari langsung atau lingkungan kerja
dengan suhu yang tinggi (>28 derajat C), dapat mengakibatkan heat stress, heat stroke hingga
kematian mendadak. Pelaksana harus mampu memberikan perlindungan dari resiko ini
kepada Karyawan atau Pekerja, misalnya dengan menyediakan lingkungan kerja yang sesuai,
memberikan pakaian yang dapat melindungi panas matahari dan mudah menyerap keringat,
menyediakan station konsumsi air putih yang cukup, dan shelter untuk tempat berteduh
sekaligus beristirahat.
m. Kontraktor wajib melindungi para karyawannya dengan jaminan asuransi ketenagakerjaan.
n. Setelah pekerjaan selesai, Pihak Pelaksana harus meminta tanda tangan Konsultan Pengawas
dan PPK Pekerjaan yang berisi persetujuan bahwa Kontraktor telah melaksanakan semua poin
a s.d m di atas dan telah bekerja dengan aman.
11. Pengamanan Terhadap Lingkungan Hidup
a. Kontraktor harus memperhatikan, menjaga biota laut dan habitatnya dalam melaksanakan
pekerjaan di area perairan. Dan untuk menjaga lingkungan proyek, Kontraktor dilarang untuk
membuang sisa bahan/material serta menempatam bahan/material/alat berat harus
memperhatikan pepohonan maupun struktur tanah, sehingga kelestarian lingkungan terjaga.
b. Pelaksana agar melakukan pre-mobilisasi alat untuk memastikan hanya alat yang masih layak
yang digunakan di lapangan (mesin bagus sehingga tidak boros bahan bakar dan tingkat emisi
rendah).
c. Pelaksana agar menggunakan formwork untuk 3 kali pemakaian atau lebih. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi sumber daya kayu yang berlebihan. Pelaksana agar menggunakan material
bekas drum untuk pembuatan tempat sampah, limbah besi untuk pembuatan stopper
scaffolding, dsb. Hal ini bertujuan untuk mengurangi limbah drum bekas dan besi. Pelaksana
juga harus menyediakan tanaman di sekitar proyek, hal ini bertujuan untuk memperbaiki
kualitas udara di sekitar lokasi pekerjaan.
d. Pelaksana menyediakan penampungan air (water reservoir) untuk toilet/kamar mandi dan
melakukan penghematan air dengan menutup aliran air jika sudah tidak digunakan, Pelaksana
juga harus menggunakan stop valve untuk aliran air kamar mandi, menyediakan water
flowmeter untuk area office dan site project, serta memasang instalasi air secara vertikal.
e. Pelaksana tidak diperkenankan menggunakan cat ber-VOC (Voliatile Organic Compounds)
tinggi, menggunakan bahan material yang mengandung formaldehyde, asbestos, merkuri dan
Styrofoam untuk lingkup pekerjaan apapun.
f. Selama masa pelaksanaan pekerjaan Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan akibat operasi atau pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada. Seperti
Utilitas jalan, saluran dan lain-lain yang ada dilokasi dan lingkungannya, dimana hal tersebut
diatas tidak termasuk dalam lingkup pekerjaan utama.
g. Kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh
Kontraktor. Segala biaya untuk pemasangan kembali beserta perbaikan-perbaikannya adalah

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-7
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

menjadi tanggung jawab Kontraktor.


12. Pemakaian Bahan Bangunan
a. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, bahan dan tenaga pembangunan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
b. Perubahan merek bahan/alat ditentukan oleh Kontraktor dari yang telah ditentukan, harus
atas persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi,
setelah Kontraktor membuktikan dengan data resmi/sah bahwa bahan pengganti tersebut be-
nar-benar sama kualitasnya dengan ketentuan semula.
c. Pemberi Tugas berhak untuk menolak setiap peralatan, bahan-bahan dan tenaga
pembangunan yang tidak cocok untuk pelaksanaan pekerjaan ini sebagaimana tercantum
dalam Dokumen Pelaksanaan. Tidak/belum tersedianya peralatan/bahan/tenaga yang
memenuhi persyaratan, tidak dapat dijadikan alasan keterlambatan pekerjaan.
d. Direksi /Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi berhak untuk menolak setiap
hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan Dokumen Pelaksanaan dan berhak menuntut
penggantian atau perbaikan yang harus sudah dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sejak tanggal Nota Direksi/Pengawas/Manajemen Konstruksi (Surat Teguran) atas hal yang
dimaksudkan dikeluarkan.
e. Untuk bahan/peralatan yang ditolak selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari telah
dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya Kontraktor.
f. Jika ternyata Kontraktor mengabaikan atau melalaikan batas waktu yang telah ditentukan
diatas, maka Pemberi Tugas berhak untuk menunjuk pihak lain melakukan pekerjaan
pengganti, perbaikan atau pengeluaran bahan, dimana biaya atas kerusakan/kehilangan
bahan-bahan sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.
13. Pengujian Bahan dan Peralatan
a. Atas biaya Kontraktor, jika perlu Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen
Konstruksi berhak meminta hasil test pengujian bahan dan peralatan yang akan dibeli/-
didatangkan dari lembaga/laboratorium yang resmi.
b. Bila dari hasil test pengujian ternyata bahan dan peralatan tersebut tidak memenuhi syarat,
maka Kontraktor harus membatalkan pesanan atas bahan/peralatan tersebut dan segera
menggantinya dengan merek/jenis yang lain.
14. Laporan Harian
a. Kontraktor wajib membuat Laporan Harian dalam rangkap 4 (empat) yang berisikan
keterangan tentang :
- Jumlah tenaga kerja
- Jumlah bahan yang didatangkan, digunakan, ditolak.
- Jenis dan jumlah pekerjaan yang dilaksanakan
- Nota/catatan/penugasan dari Manajemen Konstruksi.
- Pekerjaan tambah/kurang
- Kegiatan administrasi (surat menyurat)
Laporan Harian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan
Manajemen Konstruksisebelum diedarkan lebih lanjut kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.
b. Bentuk Laporan Harian akan diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan
Manajemen Konstruksi. Kelalaian Kontraktor untuk membuat Laporan Harian dianggap
sebagai ketidakseriusan Kontraktor yang akan mengakibatkan dihentikannya pekerjaan
dengan akibat sepenuhnya merupakan tanggung jawab Kontraktor.
c. Berdasarkan pada Laporan-laporan Harian tersebut, Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan
Manajemen Konstruksi akan memuat Laporan Mingguan dilengkapi dengan penilaian
Pengawas Lapangan atas kegiatan teknis dan non teknis Kontraktor.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-8
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Laporan Mingguan ini kemudian akan diedarkan kepada Pemberi Tugas, Pimpinan Proyek dan
Instansi-instansi yang berkaitan.
15. Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat
Kontraktor harus menyelesaikan pekerjaan seperti yang disyaratkan dalam dokumen kontrak dan
gambar perencanaan dengan menggunakan bahan-bahan yang dipersyaratkan dan metode
pelaksanaan pekerjaan dengan kemampuan terbaiknya.
Apabila bahan-bahan bangunan dan hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan tidak memenuhi
standar yang disyaratkan, maka harus dilaksanakan penggantian/perbaikan atau
pengadaan/pembuatan kembali atas tanggungan Kontraktor tanpa perpanjangan waktu
pelaksanaan dan tanpa biaya tambahan.
Apabila ternyata Kontraktor gagal untuk melaksanakan perbaikan ini dalam waktu yang cukup
menurut Pemilik Pekerjaan/Pengawas Lapangan serta pihak yang berwenang, maka keseluruhan
atau sebagian dari sistem ini sebagaimana kenyataannya, dapat ditolak dan diganti. Dalam hal ini
Pemilik Pekerjaan dapat menunjuk Pihak Ketiga untuk melaksanakan pekerjaan tersebut di atas
dengan baik atas biaya dan tanggung-jawab Kontraktor.
Setiap kerugian sebagai akibat adanya bahan atau pekerjaan yang ditolak oleh Pemilik
Pekerjaan/Pengawas Lapangan menjadi tanggungan Kontraktor.
Pemilik Pekerjaan/Pengawas Lapangan berhak untuk menolak salah satu atau semua
bahan-bahan dan teknik pelaksanaan yang tidak sesuai dengan kualitas dan metode kerja yang
telah disetujui.
16. Rapat Berkala
a. Rapat berkala untuk membahas masalah pelaksanaan pembangunan akan diadakan secara
rutin (mingguan) dengan dikoordinir dan dipimpin oleh Direksi/Konsultan
Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi dan dihadiri oleh instansi-instansi yang langsung
berkaitan.
b. Hasil rapat dituangkan dalam risalah rapat yang disahkan oleh semua pihak yang hadir.
Hasilnya akan menjadi bagian dari Dokumen Pelaksanaan.
c. Kontraktor wajib menyiapkan semua perlengkapan untuk pengadaan rapat berkala yang akan
diadakan oleh Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
17. Foto Dokumentasi
a. Penyedia Jasa diharuskan membuat foto proyek sesuai dengan kemajuan pekerjaan (4 phase,
pada saat 0 %, 25 %, 75 % dan 100 %), dalam bentuk foto dari kamera digital dengan resolusi
minimal 8 Megapixel, video dari handycam full HD (High Definiton) dengan resolusi (1920 x
1080) p atau (1280 x 720) p serta pada saat kemajuan pekerjaan 100% dilakukan pengambilan
aerial video menggunakan drone.
b. Pemotretan setiap phasenya harus pada titik yang sama dan arah yang sama, disusun dalam
album dibuat 3 (tiga) rangkap, dilengkapi dengan keterangan gambar foto dan gambar titik
pengambilan/pemotretan pada sket/gambar situasi lapangan atau denah bangunan.
c. Jenis dan mutu bahan yang dipakai : foto berwarna, ukuran postcard dan dicetak jelas.
d. Foto-foto tersebut dilampirkan pada waktu mengajukan tagihan pembayaran/termin sesuai
dengan tahapannya.

Pasal 4
Persiapan Pelaksanaan

1. Pengadaan Peralatan Kerja


a. Kontraktor harus menyediakan alat-alat umum untuk melaksanakan pekerjaan, agar
Pembangunan dapat dilaksanakan dengan baik, dan memenuhi Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) ini.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-9
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b. Alat-alat umum yang harus disediakan dalam Pekerjaan Persiapan meliputi :


1) Dump Truck
2) Genset
3) Compressor
4) Pompa Air
5) Crane Pancang
6) Crane Service/Transport
7) Ponton Pancang Rakitan
8) Diesel Hammer
9) Loader
10) Mesin Las
11) Blender
c. Disamping harus menyediakan alat-alat yang diperlukan secara langsung untuk mengerjakan
pekerjaan, Kontraktor juga harus menyediakan alat-alat kelengkapan kerja, sehingga para
pekerja dapat mengerjakan dengan baik dan aman.
2. Pengadaan Tenaga Listrik dan Air
a. Untuk memenuhi kebutuhan listrik selama proyek berjalan, Kontraktor harus menyediakan
pembangkit tenaga listrik sementara termasuk keperluan instalasinya.
b. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor. Bila memungkinkan air
didapatkan dari sumber air yang ada dilokasi. Termasuk didalam tanggung jawabnya
Kontraktor harus membuat instalasi sederhana untuk memenuhi distribusi air didalam lokasi
atau bangunan diatas. Segala biaya yang timbul untuk menyediakan keperluan air menjadi
tanggungan Kontraktor.
c. Kontraktor tidak boleh menyambung dan mengisap air dari saluran induk, lobang penyedot
(tap point), reservoir dan sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan ijin tertulis dari
Pemberi Tugas.
d. Untuk kepentingan pelaksanaan proyek ini, pada dasarnya Pemberi Tugas sama sekali tidak
menyediakan tenaga listrik atau air.
3. Pemasangan iklan
Kontraktor tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun dilapangan kerja atau ditanah
berdekatan, kecuali dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen
Konstruksi.
4. Jalan Akses Pembangunan
a. Pemakaian jalan masuk ketempat kerja menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor. Sirkulasi
kegiatannya harus disesuaikan dengan penyelenggaraan kebutuhan bersama dilingkungan
proyek.
b. Jalan Masuk tempat Pekerjaan dan Jalan Sementara.
Jalan masuk ketempat pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor, sesuai dengan
kebutuhan dan kepentingan lokasi proyek tersebut.
Selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus mengadakan dan memelihara seluruh
jalan-jalan sementara, jembatan-jembatan dan sebagainya yang mungkin diperlukan untuk
memasuki daerah pekerjaan dan menyingkirkan/membersihkannya kembali pada waktu
penyelesaian atau jika diperintahkan juga memperbaiki segala kerusakan yang
diakibatkannya.
5. Perlindungan Lingkungan
a. Selama masa pelaksanaan pekerjaan Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan akibat operasi atau pelaksanaan pekerjaan terhadap bangunan yang ada. Seperti
Utilitas jalan, saluran dan lain-lain yang ada dilokasi dan lingkungannya, dimana hal tersebut
diatas tidak termasuk dalam lingkup pekerjaan utama.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-10
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b. Kontraktor juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh
Kontraktor. Segala biaya untuk pemasangan kembali beserta perbaikan-perbaikannya adalah
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
6. Pengamanan Area Kerja
a. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pelaksanaan proyek menjadi beban tanggung
jawab Kontraktor.
b. Sehubungan butir a diatas, Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK yang terisi
menurut kebutuhan, lengkap dengan seorang petugas yang mengetahui (terlatih) dalam soal
menangani pertolongan darurat pertama.
c. Kebakaran yang terjadi karena kelalaian petugas Kontraktor, pada dasarnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor untuk menanggung ruginya dan resikonya. Oleh karenanya untuk
mengurangi resiko ini Kontraktor wajib menjaga ketertiban lingkungan dalam menggunakan
bahan bakar dan api. Lebih jauh untuk mengurangi resiko ini perlu diadakan Asuransi
Terhadap segala kemungkinan yang dapat merugikannya.
d. Sehubungan dengan butir c diatas, Kontraktor diwajibkan untuk menyediakan alat Pemadam
Kebakaran jenis ABC (segala jenis api), pasir dalam drum, galah-galah dan alat pemadam
kebakaran yang lain, sehingga dapat digunakan sebagai pemadam kebakaran tingkat pertama.
Demikian juga menunjuk petugas-petugas yang dapat bertanggung jawab mengatasinya.
e. Sejauh tidak disebutkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini, maka semua
ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah c.q Undang-
undang Kesehatan Kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan yang kini berlaku.
7. Pemastian Data Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis yang terdiri dari perencanaan layout, perhitungan konstruksi, data pasang
surut, gelombang dan arus, kontur bathimetri, data penyelidikan tanah lapangan
(Borlog/Sondir/Kalendering), penyelidikan tanah laboratorium dan aspek perencanaan teknis
lainnya wajib dipastikan telah sesuai dengan kondisi lapangan di lokasi pembangunan fasilitas
pelabuhan;
Sebelum dilakukan pekerjaan pemancangan tiang pancang (jika terdapat pada lingkup studi)
Pelaksana agar melaksanakan pekerjaan survey ulang bathymetri di rencana lokasi pekerjaan.
Dan apabila setelah melaksanakan pengukuran ulang pada pekerjaan persiapan dan terdapat
perbedaan bathymetry antara gambar rencana dengan hasil bathymetry ulang, maka segera
dilaporkan kepada Ditjen Hubla Cq. Dit Kepelabuhanan untuk penentuan langkah lebih lanjut;
8. Perekaman Elevasi Muka Air
Maksud dan tujuan pengamatan Elevasi Muka Air ini antara lain:
 Untuk memperoleh gambaran tentang dinamika perairan lokal.
 Untuk menentukan kedudukan air tinggi, daerah tengah dan terendah yang dicapai.
 Untuk menentukan kedudukan 0,0 m LWS.
1) Peralatan :
 1 unit Automatic Tide Gauge.
 1 unit waterpass NAK Wild.
2) Personil Pelaksana :
Oleh karena pengamatan ini dilakukan secara otomatis, maka cukup ditempatkan satu
orang personil/pengamat yang melakukan pengecekan terhadap kondisi peralatan dan
hasil pengamatan pada setiap harinya.
3) Metode Pengamatan Pasang Surut :
 Pengamatan elevasi muka air yang dimaksud adalah berupa pengamatan elevasi
muka air laut dengan cara membacanya dari peil schaal yang telah dipasang. Peil
schaal dipasang dekat dengan dermaga rencana untuk memudahkan pembacaan;

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-11
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

sedemikian rupa sehingga pada saat air surut terendah (apabila terjadi dalam
waktu pengamatan) masih tetap dapat terbaca elevasinya.
 Pengamatan dilakukan setiap 30 (tiga puluh) menit sekali, selama 15 (lima belas)
hari terus menerus, dimulai pada jam 00.00 hari pertama dan diakhiri jam 24.00
hari ke 15.
 Khusus pada saat sounding/pemeruman dilakukan, pengamatan elevasi muka air
normal dilakukan setiap 5 (lima) menit sekali. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
data seteliti mungkin.
 Angka 0.00 meter pada peil schaal diikat dengan elevasi titik BM dengan waterpass,
sehingga diperoleh hubungan antara perubahan tinggi muka air yang dibaca
dengan ketinggian referensi (LWS).
4) Evaluasi Hasil Pengamatan
Evaluasi hasil pengamatan pasang surut dilakukan dengan mempergunakan Metode
Admiralty.
Evaluasi elevasi muka air dapat dilakukan dengan penyesuaian elevasi muka air danau
toba dalam kurun waktu minimal 5 tahun hingga 10 tahun terakhir.
Elevasi muka air terendah dapat menyesuaikan terhadap data pengamatan AWLR
sesuai dengan data yang telah diberikan oleh stakeholder terkait.
Sesuai dengan metode tersebut, maka pertama-tama adalah menentukan posisi dari
lokasi areal pengukuran terhadap garis bujur dan garis lintangnya. Dari posisi ini akan
diketahui waktu tolok yang dipergunakan terhadap pukul 0.00 GMT.
9. Survey Topografi
Wilayah survey topografi seluas ± 5 Ha (luas dapat berubah sesuai dengan hasil survey
reconnaissanse) untuk mendapatkan gambaran tentang areal darat, koordinat fasilitas
pelabuhan rencana, kedudukan pasang surut, dan kondisi areal darat beserta fasilitiasnya.
Maksud dan tujuan dari pekerjaan survey dalam hal ini terutama untuk mendapatkan
gambaran tentang konfigurasi detil permukaan area darat
10. Papan Nama dan Kantor Kerja Proyek
a. Papan Nama Proyek
Pembuatan dan pemasangan papan nama proyek sebanyak 2 (dua) buah dengan bentuk,
ukuran, isi tulisan dan warna harus dibuat , sebagai berikut:
 Papan nama dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm, panjang 240 cm dan lebar 175
cm, dengan tiang kaso ukuran 5 x 7 cm.
 Jenis tulisan memakai huruf, tulisan dan garis warna hitam.
 Untuk dasar warna putih (disesuaikan dengan ketentuan ).
Papan Nama Proyek ditempatkan di dalam lokasi proyek pada tempat yang mudah dilihat
umum, salah satu diantaranya di depan Bedeng Sementara dan dipasang saat mulainya
pelaksanaan pekerjaan dan harus sudah dicabut setelah penyerahan kedua.
b. Bedeng Pekerja
Setelah lokasi diserahkan, Penyedia Jasa segera membuat Bedeng Sementara sesuai
volume yang tertera dalam kontrak.
Bedeng Sementara dibuat dengan ukuran panjang 19 m dan lebar 4 m, dengan ketentuan
4 x 3 m² untuk Direksi Keet, 4 x 3 m² untuk Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan
Manajemen Konstruksi, Ruang Rapat 4 x 6 m² dan sisanya 4 x 3 m² untuk bedeng
pekerja/bahan (kecuali bedeng pekerja dialokasikan tersendiri dalam kontrak).
 Jenis dan bahan mutu yang dipakai adalah sebagai berikut :
Atap : asbes gelombang
Dinding : papan/triplek
Rangka : kayu klas III

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-12
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Lantai : beton dengan tebal 5 cm


Jendela : kaca nako
Peralatan : disesuaikan dengan kebutuhan sebagai kantor proyek
 Semua jenis bahan dan peralatan yang dipakai tidak diizinkan menggunakan
bahan/barang bekas dipakai.
11. Mobilisasi Peralatan
a. Uraian
Yang dimaksud adalah mendatangkan peralatan-peralatan yang sudah disetujui oleh
Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk dipergunakan pada
pekerjaan di lapangan.
b. Pelaksanaan
1. Kontraktor harus mengajukan dan memberitahukan jenis peralatan yang akan
dipergunakan.
2. Kontraktor harus menyerahkan pada Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen
Konstruksi rencana operasi alat-alat tersebut (equipment schedule).
3. Segala kerusakan atau kehilangan alat atau bagian - bagiannya selama mendatangkan,
mempergunakan atau mengembalikannya adalah tanggung jawab Kontraktor.
4. Memasukkan dan mengeluarkan alat-alat harus sepengetahuan Direksi/Konsultan
Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi.
5. Kontraktor harus menjaga dan harus bertanggung jawab atas operasi alat-alat tersebut
jangan sampai merusak jalan, saluran dan fasilitas lingkungan lain yang sudah dinyatakan
selesai.
6. Kontraktor harus mempersiapkan ijin – ijin yang diperlukan untuk memobilisasi alat – alat
berat pada lokasi proyek.
c. Kelengkapan Peralatan
Harus disiapkan Direksi Keet meliputi Sepatu Lapangan, Topi Lapangan, Payung sesuai jumlah
yang dibutuhkan.
12. Kegiatan Yang Diperlukan Sebelum Memulai Pekerjaan
Pemborong akan melaksanakan hal-hal berikut sebelum memulai pekerjaan.
a. Memeriksa informasi terkait, semua Dokumen Kontrak dan data terkait yang diberikan
kepadanya.
b. Melaksanakan survei dan pengamatan Sounding sebagaimana dipertukan dalam Dokumen
Kontrak.
c. Mengajukan Shop Drawing terperinci menyangkut berbagai pekerjaan untuk pekerjaan
yang permanen dan pekerjaan sementara.
d. Memeriksa pengajuan-pengajuan yang telah disetujui dan memverifikasi dimensi di lokasi
pekerjaan.
e. Menyerahkan instruksi pabrik sesuai dengan kondisi-kondisi dimana pekerjaan akan
dilaksanakan.
f. memeriksa area, permukaan lapangan atau bangunan untuk menerima pekerjaan.
13. Kerusakan dan perbaikan
a. Kerusakan pada fasilitas yang ada atau yang baru yang disebabkan oleh bergeraknya
peralatan pemborong atau kegiatan lainnya, apakah secara tidak sengaja atau oleh alasan
atau kebutuhan menyangkut Kontrak, akan diperbaiki atau diganti sesuai dengan yang
ditetapkan atau diarahkan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Pemborong.
b. Perbaikan yang dilaksanakan harus sesuai dengan kualitas bangunan dan kapasitas
tampilan dari pekerjaan asli dan penyelesaian harus sedekat mungkin dengan pekerjaan
yang ada. Perbaikan harus mengacu kepada persetujuan Konsultan Pengawas.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-13
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

c. Pekerjaan yang tidak baik atau tidak sesuai dengan ketentuan spesifikasi ini, harus
dibongkar dan digantikan seperti diarahkan oleh Konsultan Pengawas tanpa biaya
tambahan dari Pemberi Tugas.
14. Ketentuan Lain-Lain
a. Pemborong akan dengan seketika mengacu pada Konsultan Pengawas apabila, setiap
kebutuhan yang ditunjukan atau yang ditentukan Pemborong seperti hal tersebut dibawah
:
1) Tidak sepadan dengan standar industri untuk mencapai konstruksi mutu yang terbaik
seperti yang diharapkan,
2) Besarnya usaha dan biaya tidak seimbang dengan hasil yang diharapkandi bawah
standar untuk menerbitkan jaminan yang diperiukan, atau
3) Tidak sesuai dengan dengan Hukum, peraturan, kode atau standar.
b. Kegiatan pekerjaan sehubungan dengan pertimbangan Konsultan Pengawas akan diproses,
sehingga instruksi Konsultan Pengawas diterima.
c. Pemeriksaan Pekerjaan dan Material
Pemborong akan dengan seketika membuat suatu pemeriksaan saksama dan terperinci
dari semua material yang dikirimkan dan semua pekerjaan yang sedang dalam proses dan
akan segera menolak dan mengembalikan semua material cacat dan semua pekerjaan di
bawah standard tanpa menunggu penolakan oleh Konsultan Pengawas. Pemborong akan
memeriksa dan memverifikasi hasil dari semua pemeriksaan dan test sebelum
melaksanakan pekerjaan berikutnya apakah sudah cukup memuaskan.

Pasal 5
Pekerjaan Sementara

1. Pekerjaan Mobilisasi Dan Demobilisasi


Yang dimaksud pasal mengenai mobilisasi dan demobilisasi dalam Bill Of Quantity, mencakup
antar jemput/mendatangkan: pekerja, pengawal, bahan-bahan bangunan, peralatan dan
keperluan-keperluan incidental untuk melaksanakan seluruh pekerjaan, untuk pindah di dalam
lokasi proyek dan pemindahan/pembongkaran seluruh instalasi pada saat berakhirnya
pekerjaan termasuk :
a. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi proyek beserta pemasangannya,
dimana alat-alat tersebut akan dipergunakan.
b. Antar jemput : Staf, pegawai dan pekerja ke proyek
c. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan,
armada apung dan peralatan lainya, sedemikian sehingga lokasi proyek bersih dan teratur
kembali dan diterima baik oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
d. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staff, pegawai dan pekerjaan setelah proyek selesai.
Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah kontraktor menerima surat pelulusan, kontraktor harus
memasukan rencana detail kepada Direksi/Engineer/Pengawas mengenai Prosedur
mobilisasi. Hal ini harus menjamin selesainya mobilisasi menurut pasal butir a) dan b)
tersebut di atas dalam waktu maksimum 20 (dua puluh) hari setelah
Dereksi/Engineer/Pengawas memberikan nota mulainya pekerjaan.
2. Informasi Meteorologi
Mengikuti instruksi Dereksi/Engineer/Pengawas, kontraktor harus menyediakan, memelihara
dan mengoprasikan peralatan pencatat data meteorology untuk pengamatan setiap hari
selama waktu berlakunya kontrak, hal – hal di bawah ini :
a. Pencatat Hujan
b. Pengamatan Angin

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-14
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

c. Pengamatan Pasang Surut


3. Buku Harian
a. Pelaksana wajib menyediakan buku harian di tempat pekerjaan.
b. Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya
c. Catatan tersebut meliputi :
1) Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari
2) Hari – hari kerja, hari – hari tidak bekerja dan lain – lain
3) Bahan – bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang ditolak atau
diterima.
4) Kemajuan pekerjaan.
5) Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
d. Buku harian tersebut harus ditandatangani bersama antara pelaksana dan pengawas
harian sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing-
masing dapat mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pengawas untuk dapat
penyelesaian
e. Disamping buku harian harus menyediakan buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi
Direksi yang ditanda tangani oleh direksi.
4. Jam Kerja
Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sediri. Pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan pada
malam hari, kontraktor harus menyediakan/menyiapkan sejak sesuatu yang diperlukan,
misalnya penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atasa tanggungan
biaya kontraktor dan atas persetujuan dan pengawasan Direksi/Engineer/Pengawas.
5. Pembersihan Lokasi
a. Pemborong harus melakukan pembersihan lokasi di seluruh area lokasi pekerjaan sebelum
memulai pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Kontrak. Puing bangunan, akar pohon,
sisa-sisa tali kawat dan semua material yang tidak berguna untuk reklamasi, tiang pancang
dan apapun juga harus disingkirkan dari lokasi dan dibuang di area pembuangan yang
ditunjuk oleh Konsultan Pengawas dengan cara yang memuaskan kepada Konsultan
Pengawas.
b. Pohon yang ada di dalam lokasi pekerjaan yang dapat menjadi penghalang bagi pekerjaan
atau tidak lagi diperlukan, harus dipindahkan oleh Pemborong dengan pengarahan dari
Konsultan Pengawas, kecuali jika diarahkan oleh Konsultan Pengawas dapat dimanfaatkan
sebagai bagian dari penghijauan.
c. Pasir dan tanah di dalam lokasi yang tidak berguna lagi, dikeluarkan dari lokasi pekerjaan
tanpa menunggu ijin dari Konsultan Pengawas.
d. Penyelesaian
1) Ketika atau sebelum penyelesaian pekerjaan, jika diperlukan, struktur sementara,
instalasi dan bangunan pelengkap harus dibongkar dan dipindahkan dari tempatnya.
2) Daerah luar Area pekerjaan yang digunakan untuk pekerjaan dan instalasi sementara
harus di kembalikan kondisinya sesuai dengan kondisi awal atau diselesaikan sesuai
kebutuhan setempat
6. Survei Topographic/Hydrographic
a. Umum
1) Pemborong akan menyelesaikan survey sebagai bagian dari pekerjaan yang
berhubungan dengan persiapan yang diperlukan di bawah kontrak ini
a) Semua survey akan dilaksanakan dengan berpedoman kepada patok duga atau
monument. dan tabel datum akan diamati oleh Pemborong dan diperiksa dengan
datum yang ada

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-15
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b) Lokasi Bench-Mark (Minimum 2) dan titik kunci harus mengacu ke koordinat


geografis dan diukur dengan GPS
c) Ketelitian GPS harus disetujui oleh Engineer sebelum Pemborong mulai pekerjaan
survey.
2) Semua survey akan dilaksanakan oleh surveyor yang berlisensi dan berpengalaman.
Terlebih dahulu kontraktor harus menyerahkan rekapan lisensi dan kualifikasi dari
surveyor yang akan melaksanakan pekerjaan kepada engineer, untuk mendapat
persetujuan
3) Sebelum memulai survey dengan Pemborong akan menyampaikan, program pekerjaan
yang menggambarkan pengaturan pekerjaan secara umum, system positioning,
peralatan survey yang digunakan dan jadwal waktu pekerjaan kepada Engineer untuk
persetujuan.
4) Apabila setelah melaksanakan pengukuran ulang pada pekerjaan persiapan dan
terdapat perbedaan hasil survey bathymetry antara gambar rencana dengan hasil
bathymetry survey ulang yang dilakukan oleh Kontraktor, maka segera dilaporkan
kepada Pemilik Pekerjaan.
b. Survei Topografis
1) Pemborong akan menyelesaikan survey topografis dan area proyek jalan penghubung
terkait dalam arti perlintasan dan permukaan, mencakup area yang disyaratkan.
2) Semua stasiun akan harus dikembangkan dengan jaringan tertutup dengan suatu
kesalahan penutup kurang dari 1/3,000 dan level penutup dengna suatu ketelitian 20
mm dalam 1 (satu) kilometer.
3) Survey akan dilaksanakan sepengetahuan Engineer atau orang yang ditunjuk oleh
Engineer dengan garis interval 5,00 m sebagaimana telah ditetapkan pada saat
pekerjaan dimulai.
4) Catatan lapangan, lembar perhitungan dan lain dokumen akan disiapkan dalam Bahasa
Inggris dan yang disampaikan oleh Pemborong dengan persetujuan untuk pemeriksaan
7. Survei Penyelidikan Tanah
Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM. Pengeboran dilaksanakan dititik
lokasi sesuai rencana tata letak fasilitas pelabuhan sampai kedalaman -10 meter dari dasar
tanah dengan pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter (SPT
pertama kali dilaksanakan pada kedalaman -1 meter dari dasar tanah).
a. Metode Pelaksanaan Pengeboran
Sebelum pelaksanaan pengeboran dimulai, semua peralatan yang akan dipergunakan
dalam pekerjaan tersebut harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu ditempat sehingga
pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar. Pengeboran dilakukan dengan alat bor yang
mempunyai kemampuan dan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Mampu menembus tanah keras dengan nilai N-60
- Kemampuan alat bor dapat mencapai kedalaman 100 m
- Mesin diesel kapasitas 80 PK
- Water pump dengan kapasitas (50s/d60 liter/menit)
- Casing dengan diameter minimum 97 mm
- Drilling rod (4,05 cm)
- Tabung sampel panjang 50 cm dan diameter 7,5 cm
- Mata bor klep
- Tabung SPT
- Piston dan piston rod untuk keperluan pengambilan undisturbed sample
Kapasitas pompa harus cukup besar sehingga terjamin bahwa sisa pengeboran yang keluar
dari lubang harus selalu diamati agar diketahui bila ditemui perubahan lapisan tanah yang

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-16
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

dibor dengan melihat perubahan jenis tanah yang keluar. Lubang bor yang terjadi sewaktu
pengeboran harus dilindungi dengan casing agar tidak terjadi kelongsoran sehingga
diperoleh hasil pengeboran yang baik dan teliti. Pada setiap tambahan kedalaman
tertentu, casing harus diturunkan sampai dasar lubang dengan menambah sambungan
pada bagian atas casing. Untuk tanah lunak (softsoil) sistem pengeboran harus
dilaksanakan dengan casing system yaitu mengebor dengan casing yang berputar (drilling
rod) dan ujung casing diberi mata bor.
b. Data dan Hasil Pekerjaan Lapangan
Dari setiap pengeboran harus dilakukan pencatatan pelaksanaan pekerjaan terutama
masalah teknis lapangan yang ditemui. Hasil pekerjaan lapangan tersebut dituangkan ke
dalam bor-log yang menggambarkan:
- Elevasi muka tanah terhadap Datum
- Number of blows pada standard penetration test dan kedalamannya (dalam angka dan
grafik)
- Kedalaman tanah dimana undisturbed sample diambil
- Elevasi lapisan batas atas dan bawah dari setiap perubahan lapisan tanah yang ditemui
selama pengeboran
- Deskripsi dari jenis tanahuntuk tiap interval kedalaman
- Hal-hal lain (khusus) yang ditemui/terjadi pada saat pengeboran dilaksanakan
- Penjelasan teknis dari penyimpangan-penyimpangan atau kejanggalan yang terjadi selama
pengeboran.
c. Undisturbed Sampling
Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama
kalinya diambil sampel pada kedalaman –3 m dari muka tanah yang bersangkutan. Tabung
contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler ukuran OD 3
inch dan ID 27/8 inch (ID = Internal Diameter, OD = Outer Diameter), tebal tabung 1/16
inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler terbuat dari
baja atau kuningan.
Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm
Bila akan dipakai ID yang lain dari harga diatas harus dipenuhi persyaratan Degreeof
disturbance:
A (%) = 100 (OD2- ID2) < 10 % ID2
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah adalah:
- Dasar lubang bor dimana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa pengeboran
dengan memompakan air kedalam lobang bor yang berfungsi untuk membersihkan
sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadakan
pengambilan sampel.
- Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk
menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa pengeboran
(sludge)
- Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan kedalam tanah dengan
tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati, continuous
(single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi
kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung
(connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung dengan
pukulan.
- Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 3600 untuk
melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari
dalam tabung.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-17
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

- Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu kemudian
diberi paraffin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung. Tebal
paraffin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.
- Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong dilapangan dengan hati-
hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian sampel
sisanya yang belum diuji.
- Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda
temperature yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin pengujian
dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi pengeboran (bila
terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).
- Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan cara
biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai : softcohessive soil dengan alat
piston sampler, non cohesive soil dengan alat piston sampler atau core cutter sampler,
dan hard cementeds oil dengan core barrel.
d. Standard Penetration Test (SPT)
Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari dasar danau, SPT kedua dan
selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman -3 meter
dari dasar danau (interval 2 meter).
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
- Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID 138 inch, panjang 24
inch menggunakan split spoon sampler type.
- Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5 kg), tinggi
jatuh bebas hammer adalah 30 inch (± 75 cm).
- Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar lubang.
Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang ada didasar lubang
bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), h.2), h.3).
- Perhitungan dilakukan sebagai berikut :
1). Tabung SPT ditekan kedalam dasar lubang sedalam 15 cm.
2). Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk memasukkan
tabung kedalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.
- Tabung diangkat kepermukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge yang
terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel diadakan klasifikasi.
Unifiedsoil classification dipergunakan untuk menyusun soil description atau lithology.
Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu sampel harus dimasukkan
dalam kantong plastik yang ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan
kedalamannya.
- Percobaan SPT dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga) kali berturut-
turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari dasar danau
dengan memakai core tube system/diamond bit).
- Jika pada kondisi lapangan tidak ditemukan nilai NSPT 60 hingga kedalaman 40 meter
maka pekerjaan pengeboran harus dihentikan dan segera dilaporkan ke pemilik pekerjaan
dan dapat melanjutkan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari pemilik pekerjaan.
8. Alat – Alat Untuk Survey
Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran topografi
(Theodolit T2 dan T0, Waterpass, Bak Ukur, Pita Ukur), pengukuran bathymetric (echo sounder,
sextant, station ponter), yang dapat dignakan Direksi/Engineer Pengawas setiap saat untuk
cheking pemasangan tanda-tanda, penentuan elevasi dan lain-lain kegiatan pengukuran yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus memelihara alat-alat survey ini
secara baik sehingga selama pelaksanaan pekerjaan dapat tetap digunakan secara baik.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-18
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Kontraktor harus menyediakan, atas biaya sendiri, patok-patok beton, patok-patok kayu, bagan
template, penampang kedalaman dasar danau yang diminta Direksi/Engineer/Pengawas untuk
pemeriksaan atau pengukuran bagian dari pekerjaan.
9. Pagar Sementara
Kontraktor atas biaya sendiri, apabila perlu dengan ijin Direksi/Engineer/Pengawas dapat
membuat pagar sementara dan harus memelihara pagar tersebut agar tetap dalam keadaan
baik termasuk pintu-pintunya, sepanjang batas yang ditentukan untuk daerah operasinya.
Pagar sementara tersebut harus dibongkar pada akhir pembangunan.
10. Aplikasi Untuk Konstruksi
Pemborong harus bertanggung jawab untuk aplikasi untuk konstruksi pekerjaan yang
diperlukan dibawah Kontrak kepada otoritas pemerintah terkait. Aplikasi tertentu mungkin
perlu, tetapi tidak terbatas pada dan tanpa tanggung jawab terhadap pemberi kerja dan
Engineer pekerjaan listrik PLN, Komunikasi SSB, kepada otoritas terkait (penguasa pelabuhan
dapat membantu kontraktor untuk memperoleh frekuensi yang akan digunakan), pekerjaan
supply air, pekerjaan bangunan, dan lain – lain sesuai dengan peraturan dan hukum Republik
Indonesia. Biaya lumpsum yang diajukan oleh kontraktor dalam Bill of Quantities harus sudah
termasuk dan meliputi aplikasi tersebut, kecuali ditentukan lain.

Pasal 6
Material dan Pengerjaan

1. Umum
Bagian Ini menetapkan ketentuan suplemen dan tambahan yang berkenaan dengan material,
produk, pengerjaan dan peralatan yang diperlukan di bawah Kontrak ini.
2. Material
a. Kelas Material
Bila acuan terhadap suatu standar dibuat tanpa indikasi suatu nilai yang spesifik, material
tersebut harus sesuai dengan kelas yang pantas untuk dipilih sesuai tujuannya dan yang
disetujui oleh Pengawas Lapangan.
b. Jadwal Material
Jadwal material menyatakan rincian menyeluruh terhadap material yang harus disediakan
dan digunakan di dalam pekerjaan yang permanen, akan disampaikan oleh Pemborong
kepada Pengawas Lapangan untuk persetujuan sebelum pemesanan pembelian. Setiap
perubahan dari spesifikasi penyimpangan Jadwal akan tunduk kepada persetujuan
Pengawas Lapangan. Pengawas Lapangan berhak untuk menolak material yang sudah
terpasang, tapi tidak daiam hal kualitas yang telah disetujui. Pemborong akan mengganti
material tersebut, sesuai instruksi Pengawas Lapangan tanpa biaya ditambahkan kepada
Pemberi tugas.
c. Pemesanan Material
Setelah memperoleh persetujuan Pengawas Lapangan, Pemborong akan mengajukan
pesanan untuk material sesuai jadwal waktu atau pada waktu tertentu yang dianggap
perlu. Pemborong akan menyerahkan salinan kepada Pengawas Lapangan dari semua
order yang dilakukan untuk persediaan material untuk digunakan di dalam pekerjaan yang
permanen.
d. Nama dagang
Nama dagang material yang dinyatakan di dalam Dokumen Kontrak, bila ada, dimaksudkan
hanya untuk menunjukkan standar material dimana perancamgan pekerjaan yang tertentu
didasarkan dan juga untuk menghindari penafsiran yang keliru terhadap material pada
Gambar dan Spesifikasi..

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-19
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Pencantuman merk dagang tersebut, oleh karena itu, harus tidak dipertimbangkan untuk
membatasi penerimaan dari produk lain yang sama atau berfungsi, berpenampilan,
ketahanan dan keandalan lebih baik.
e. Kemasan
Semua material harus dikirimkan ke lokasi dengan cara-cara yang biasa digunakan untuk
mengangkut sesuai untuk negara tropis dan akan diidentifikasi di dalam suatu cara yang
bisa diterima oleh Pengawas Lapangan.
3. Pengerjaan
a. Penggunaan tenaga kerja dalam semua pekerjaan harus dari kelas satu dalam kaitan
dengan standar intemasional dan pekerjaan akan tunduk kepada persetujuan Pengawas
Lapangan.
b. Kontraktor harus menempatkan tenaga foreman yang berpengalaman dan dapat dipercaya
untuk pekerjaan beton, pekerjaan pemancangan, pekerjaan baja, listrik dan pekerjaan-
pekerjaan pelengkap lainnya dan operator peralatan kerja yang terdidik untuk
mengoperasikannya.

Pasal 7
Gambar - Gambar

1. Umum
Bagian ini menetapkan tambahan dan pengganti yang berkenaan dengan gambar – gambar.
2. Gambar – Gambar Tender
a. Gambar Rencana
Gambar Rencana untuk proyek ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Dokumen
Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin diadakan dalam masa
pelaksanaan.
Kontaktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi
ini maupun spesifikasi yang lainnya dan tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada Gambar rencana atau perbedaan
antara Gambar Rencana dan isi Spesifikasi.
Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi akan mengoreksi dan
menjelaskan Gambar Rencana tersebut untuk kelengkapan yang telah disebut dalam
Spesifikasi. Dimensi dalam Gambar Rencana harus dihitung dengan teliti dan tidak
dibenarkan untuk menganggap bahwa Gambar Rencana tersebut dibuat pada skala yang
benar, kecuali atas petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen
Konstruksi.
Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap Gambar Rencana akan ditentukan
selanjutnya oleh Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi dan akan
disampaikan kepada Kontraktor secara tertulis.
Kontraktor harus membuat Shop Drawing sebelum memulai suatu pekerjaan untuk
mendapat persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen
Konstruksi.
b. Ketidak sesuaian antara Gambar Rencana dan Uraian & Syarat-syarat.
Bilamana ada ketidaksesuaian antara Gambar-gambar Rencana, dan Spesifikasi Pekerjan
dengan Syarat-syarat Umum maupun Syarat-syarat Khusus, maka hal ini harus segera
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas/Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
selanjutnya diputuskan oleh Pemberi Tugas.
c. Perbedaan Antara Item Pekerjaan Dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-20
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan biaya tambahan atau menarik keuntungan


apabila dalam hal ini terdapat perbedaan antara item pekerjaan dengan Gambar Rencana
dan Spesifikasi. Dalam hal ini Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai
dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini tanpa biaya tambahan.
Gambar – Gambar untuk pelelangan dan kontrak Proyek (Gambar – Gambar Kontrak) disajikan
dalam lampiran dokumen lelang.
3. Shop Drawing
a. Shop Drawing meliputi seluruh detail pekerjaan, perakitan, instalasi dan gambar kerja
lainnya termasuk perhitungan detail, spesifikasi, data, katalog dan lain informai melengkapi
Shop Drawing.
b. Pemborong menyampaikan Shop Drawing dan disetujui oleh Pengawas Lapangan yang
sesuai dengan jadwal waktu yang ditentukan, atau jika tidak sesuai, perbaikan dilakukan
lebih dahulu, sebelum pekerjaan dimaksud dimulai.
c. Shop Drawing akan dengan teliti menunjukan jumlah dan macam material, metoda
perakitan, tenaga pelaksana dan lain informasi yang diperlukan untuk fabrikasi instalasi dan
pembangunan. Hubungan dengan pekerjaan yang terkait harus betul – betul terlihat.
d. Semua Shop Drawing harus disajikan dengan ukuran A-1 (594 x 841 mm) kecuali jika
diijinkan lain oleh Pengawas Lapangan
1) Gambar tersebut termasuk segala hasil cetakan, ilustrasi, dan lain – lain, harus
diindentifikasi oleh pekerjaan, judul dan nomor – nomor dan dijilid dalam bundelan.
2) Tidak ada gambar yang akan diperiksa oleh engineer kecuali jika gambar sudah diberi
cap dan tanda tangan yang menunjukan bahwa Pemborong telah melaukan
pemeriksaan dan bahwa mereka telah secara benar – benar menyiapkannya oleh
tenaga berpengalaman dengan pekerjaan tersebut.
e. Pengawas lapangan akan menyetujui atau mengembalikan dengan komentar Shop
Drawings yang disampaikan menurut jadwal yang ditentukan atau, jika tidak ditetapkan
biasanya menurut prosedur untuk persetujuan.
f. bila ada Shop Drawing ditolak atau dikembalikan dengan komentar untuk koreksi,
Pemborong akan menyampaikan gambar yang sudah diperbaiki sesuai dengan pengarahan
Pengawas Lapangan dan akan memperoleh, dalam semua kasus, persetujuan Pengawas
Lapangan sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut. Tidak ada klaim untuk
keterlambatan yang disebabkan oleh penolakan gambar – gambar akan diterima jika
penolakan tersebut adalah dalam kaitan dengan tidak dipenuhinya persyaratan bagi
gambar tersebut sesuai dengan pekerjaan itu atau menyangkut tangungjawab Pemborong
dibawah ketentuan Kontrak atau prosedur yang ditetapkan disini.
g. Penyerahan gambar, baik penyerahan awal atau penyerahan gambar yang sudah dikoreksi,
akan membuktikan bahwa Pemborong telah melaksanakan pemeriksaan semua uraian
didalamnya, telah menerima dan akan menyelesaikan pekerjaan terlihat dengna
memperkejakan tenaga yang baik dan menurut standar yang terbaik.
h. Persetujuan Pengawas Lapangan terhadap Shop Drawing tidak membebaskan Pemborong
dari setiap tanggungjawabnya dan tugas – tugas yang diperlukan dibawah Kontrak
4. Gambar – Gambar As – Built
a. Pemborong akan menyiapkan dan menyimpan suatu himpunan lengkap arsip “as-built
terbaru” dari semua pekerjaan permanent diatas blue prints yang akan dikoreksi setiap hari
dan akan menunjukan tiap – tiap perubahan dari gambar – gambar kontrak atau Shop
Drawings yang sudah disetujui mencakup lokasi as built yang betul, jenis – jenis pekerjaan
dan ukuran, dan lain – lain. Kumpulan gambar ini harus disimpan di Kantor Proyek milik
Kontraktor, dan haurs dapat ditunjukkan setiap saat untuk diperiksa oleh Pengawas
Lapangan. Gambar – gambar tersebut harus digunakan hanya untuk keperluan pendataan.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-21
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b. Sebagai tambahan, Pemborong dengan biaya sendiri, menyiapkan dan menyerahkan


kepada Pengawas Lapangan gambar – gambar as – built dari pekerjaan – pekerjaan
permanent menyeluruh yang diperlukan sesuai Kontrak, yang akan menunjukan
keseluruhan pekerjaan permanent yang sudah dilaksanakan. Sebagian gambar akan
disiapkan untuk bagian pekerjaan yang diselesaikan sebagai proses pekerjaan dan akan
disampaikan Pengawas Lapangan untuk persetujuan dan pemeriksaan nomor urut, dan lain
– lain, dan nomor gambar final akan dimasukkan ketika semua gambar – gambar as – built
diselesaikan dan diautr dengan semestinya.
c. Pemborong akan menyampaikan 1 (satu) gambar asli dan 5 nya (lima) salinan, dan 1 (satu)
keping Compact Disk (CD) dan 5 (lima) salinan gambar – gambar as – built drawing dengan
ukuran A3 terhadap pekerjaan – pekerjaan yang sudah selesai. Sebelum persiapan gambar
– gambar, Pemboron harus memperoleh persetujuan dari Pengawas Lapangan
menyangkut ukuran gambar, mutu, kertas kalkir, metoda penyajian gambar dan detail yan
lain – lain. Tidak ada sertifikat terhadap pekerjaan yang sudah diselesaikan tersebut akan
diberikan oleh Pengawas Lapangan, sebelum Kontraktor menyerahkan gambar as – built
sebagaimana dimaksud disini.

Pasal 8
Test dan Pemeriksaan

1. Pengetesan Laboratorium
a. Pemborong akan membangun suatu laboratorium lapangan atau menyediakan suatu
laboratorium yang diakui di suatu tempat yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, di mana
semua keperluan test laboratorium didalam Spesifikasi ini dilaksanakan.
b. Laboratorium ini harus ditempatkan pada daerah kerja yang cukup dan dilengkapi dengan
semua fasilitas yang diperlukan, peralatan, perkakas, dll., dan dilengkapi juga dengan
gudang yang cukup.
c. Pemborong akan melakukan dan memelihara laboratorium. Bagaimanapun, Konsultan
Pengawas berhak untuk menggunakan laboratorium tersebut setiap waktu yang
diinginkannya. Jika sesuai petunjuk Konsultan Pengawas, aktivitas Pemborong
laboratorium akan dibatasi pada waktu kerja normal yang dan akan dilakukan dengan
kehadiran Konsultan Pengawas.
2. Test
a. Pemborong akan menyelesaikan semua test yang diperlukan untuk semua jenis pekerjaan
seperti yang tercantum dalam Spesifikasi kecuali test yang dengan jelas ditetapkan akan
dikerjakan oleh laboratorium yang lain dengan kehadiran dan di bawah pengawasan
Konsultan Pengawas, dan Pemborong akan menyerahkan kepada Konsultan Pengawas tiga
salinan laporan test secara terperinci dalam waktu satu minggu sejak penyelesaian seluruh
tes test yang dimaksud masing-masing atau di dalam waktu yang khusus diarahkan oleh
Konsultan Pengawas.
b. Pemborong akan menyediakan dan memelihara seluruh peralatan test, perkakas, meteran,
instrumen, dll., dan akan menyediakan semua material yang diperlukan, tenaga kerja dan
spesialis yang diperlukan untuk menyelesaikan test (seperti Test Kekuatan kompresi Beton,
Test Kekuatan Tarik Baja, Test CBR dll).
c. Pemborong akan menyiapkan dan menyediakan, sesuai dengan petunjuk Konsultan
Pengawas, seluruh contoh uji, bagian-bagian test, spesimen, dll., yang diperlukan untuk
pelaksanaan test baik yang dikerjakan oleh pihak yang lain maupun yang dikerjakan oleh
pemborong sendiri.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-22
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

d. Peralatan uji, tenaga kerja dan spesialis harus disiapkan dalam hubungan dengan program
pekerjaan dan dengan patokan bahwa semua test yang telah ditentukan dapat diselesaikan
di dalam waktu kerja yang normal dengan hanya menggunakan satu shift kecuall untuk test
yang harus secara terus-menerus.
e. Semua test akan dilaksanakan sesuai kebutuhan dan prosedur standar atau sesuai dengan
yang diarahkan oleh Konsultan Pengawas. Untuk metoda pengujian, standard lain yang
sama yang disetujui boleh diterapkan. Dalam hal ini, Pemborong akan menyampaikan
terlebih dahulu salinan standar tersebut untuk persetujuan Konsultan Pengawas.
f. Test harus dianggap sebagai hal yang istimewa, jika tujuan atau kondisi normal dari sebagian
test ditentukan.
1) Untuk tujuan perkiraan, penggunaan standar Indonesia, ASTM, JIS atau standar serupa
dapat dipertimbangkan.
2) Dalam hal test ditetapkan untuk dilaksanakan sesuai cara yang diarahkan oleh
Konsultan Pengawas, penggunaan standar yang tersebut di atas untuk test yang serupa
harus dipertimbangkan sebagai bahan pembanding.
g. Kecuali jika dinyatakan lain, semua test dan pekerjaan yang bersangkutan dengan itu akan
dianggap sebagai kelengkapan dari pekerjaan yang permanen yang diperlukan. test
tersebut dan semua biaya-biaya daripadanya sudah tercakup di dalamnya oleh harga
satuan dari materi pembayaran untuk pekerjaan yang permanen tersebut.
3. Pemeriksaan Dan Test Pada Pabrik
a. Jika ditetapkan atau diarahkan oleh Konsultan Pengawas, semua material yang digunakan
dalam pekerjaan permanen akan tunduk kepada test di Pabrik dengan pengawasan
Konsultan Pengawas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas atas
biaya Pemborong. Pemborong akan memastikan di dalam kontraknya dengan para
penyalur atau sub-kontraktor bahwa Konsultan Pengawas berhak setiap saat memeriksa
ke pabrik dan penyalur dan disediakan fasilitas untuk melakukan pemeriksaan,
pengambilan contoh, menguji, dan lain lain.
b. Contoh akan diambil dan test akan dilaksanakan dengan dihadiri oleh Konsultan Pengawas
yang diperiksa oleh Pemborong atau oleh pabrik tanpa menuntut tambahan biaya kepada
Pemberi Tugas, semua menggunakan tenaga kerja normal untuk pengadaan material yang
dimaksud, kecuali jika kebutuhan tersebut ditentukan lain dalam bagian masing-masing
Spesifikasi.
c. Pemborong akan menyampaikan 3 (tiga) salinan laporan test dari pabrikan secepat mungkin
setelah test tersebut diselesaikan.
4. Contoh Material dan Pengerjaan
Terlepas dari contoh dan pengujian material di pabrik, Pemborong akan melengkapi, pada
biayanya, contoh material dan pengerjaannya. Sesuai dengan permintaan Konsultan Pengawas
untuk persetujuan pengerjaan dan material nya. Sebagian contoh akan disimpan olehKonsultan
Pengawas dan digunakan sebagai dasar untuk menyetujui pekerjaan dan material dilapangan.
5. Pengujian di Lapangan
a. Tanpa melihat pemeriksaan dan test yang sudah dilakukan, semua material yang dibawa ke
lokasi pekerjaan akan tunduk kepada pengujian dan test, jika diarahkan demikian oleh
Konsultan Pengawas.
1) Semua test dan pengujian dilaksanakan oleh Pemborong dengan biayanya sendiri
dengan kehadiran dan di bawah pengawasan Konsultan Pengawas sesuai praktek
normal menyangkut pengujian dan test, jika hal yang sama tersebut dilaksanakan oleh
Pemborong dengan peralatan dan staff nya yang tersedia di lapangan.
2) Cara lainnya, test akan dikerjakan pada laboratorium yang disetujui oleh Pengawas
dengan biaya Pemborong.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-23
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b. Pemborong akan menyerahkan laporan test jika semua test dikerjakan oleh pemborong
sendiri, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 di atas.
c. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk menolak setiap material yang tidak sesuai
dengan kebutuhan Kontrak sekalipun persetujuan telah diberikan sebelumnya.
d. Pemborong tidak berhak terhadap pembayaran tambahan atau perpanjangan waktu untuk
penyelesaian pekerjaan yang disebabkan penolakan material karena tidak sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan atau waktu tunggu yang diperiukan untuk mendapatkan hasil
pengujian dan test.

Pasal 9
Dokumen yang Disediakan Oleh Pemborong

Pemborong akan menyiapkan dan menyampaikan, kepada Konsultan Pengawas untuk


persetujuan, dokumen yang ditetapkan di sini, kecuali jika diperlukan variasi bagian tertentu
dari Spesifikasi ini atau kecuali jika diminta oleh Konsultan Pengawas.
a. Laporan, Instruksi dan semacamnya
1) Laporan dan arsip dari semua test terhadap material untuk digunakan pada pekerjaan
yang permanen yang dilaksanakan oleh Pemborong atau oleh para penyalurnya akan
disampaikan kepada Konsultan Pengawas tidak lebih dari 14 hari atau sesuai dengan
yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas sebelum hal tersebut digunakan untuk
masing-masing pekerjaan.
2) Brosur dan literatur teknis dari semua peralatan dan peralatan tetap yang akan
digunakan permanen dalam pekerjaan seperti gambar dan dokumen penyalur yang
mencakup spesffikasi, data, daftar pelabuhan suku cadang yang disarankan, akan
disampaikan kepada Konsultan Pengawas tidak lebih dari 14 hari sesuai dengan
pengarahan oleh Konsultan Pengawas sebelum instalasi.
3) Semua instruksi, dalam format isian, manual dan semacamnya, yang diperlukan oleh
Konsultan Pengawas untuk kepentingan operasi, pemeliharaan dan perbaikan
peralatan, fasilitas dan struktur akan disampaikan kepada Konsultan Pengawas dalam
14 hari setelah merima permintaan Konsultan Pengawas.
b. Gambar dan Perhitungan
1) Gambar peta hasil Survey dan sounding sesuai yang ditentukan oleh Spesifikasi akan
disampaikan kepada Konsultan Pengawas dalam 7 hari setelah penyelesaian pekerjaan
tersebut.
2) Gambar dan Perhitungan untuk semua pekerjaan sementara termasuk Gambar dan
Perhitungan untuk struktur permanen yang secara penuh atau sebagian digunakan
sebagai pekerjaan sementara atau sebagai penyangga harus disampaikan kepada
Konsultan Pengawas 14 hari sebelum pekerjaan sementara tersebut dimulai.
3) Rencana Lay Out umum dari daerah pekerjaan sementara harus disampaikan kepada
Konsultan Pengawas dalam 30 hari setelah tanggal dikeluarkannya Notice to Proceed
dari Pemberi Tugas.
4) Perhitungan struktur untuk konstruksi sementara dan tahapan ereksi dari struktur
permanen harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 7 hari
sebelum pekerjaan dimulai, termasuk mendapatkan stabilitas dan kekuatan struktur
yang telah diselesaikan, sepanjang beban tambahan terhadap struktur tersebut terjadi
selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
5) Gambar dan perhitungan sehubungan dengan pelaksanaan metoda konstruksi yang
khusus atau tahapan konstruksi atau pembangunan untuk bangunan permanen atau
bagian-bagiannya, harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas selambat-

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-24
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

lambatnya 14 hari sebelum diterapkan pada pekerjaan tersebut dan metoda konstruksi
yang khusus atau turutannya.
6) Shop Drawing, perhftungan dan spestfikasi untuk semua material konstruksi atau
peralatan khusus, di mana perusahaan pabrik biasanya tidak menyediakan Shop
Drawing harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 14 hari
sebelum memulai pekerjaan. Sedikitnya brosur dengan sket bentuk dasar, dimensi
instalasi dan semacamnya harus disediakan dalam rangka memungkinkan Konsultan
Pengawas untuk membuat suatu evaluasi dan pemeriksaan.
7) Shop Drawing sebagaimana diperiukan pada berbagai bagian dari Spesifikasi
disampaikan kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 14 hari sebelum
memulai pekerjaan.
8) Gambar dari pengukuran dilapangan dan perhitungan kuantitas, daftar dan
semacamnya harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas daiam 7 hari setelah
penyelesaian pengukuran dilapangan dari masing-masing pekerjaan.
9) As-Built Drawings untuk semua pekerjaan yang menunjukkan semua perubahan
selama pekerjaan konstruksi harus disampaikan kepada Konsultan Pengawas sampai
dikeluarkannya Sertifikat Taking-Over menyangkut Pekerjaan tersebut.
c. Sertifikat berhubungan dengan:
1) Peralatan
2) Material
3) Pengujian (Jenis Test dan Sertifikat Test)
d. Jaminan
1) Jaminan Peralatan Pabrik dan Ketersediaan layanan
2) Ketersediaan Suku Cadang
3) Jaminan cat

Pasal 10
Prosedur Persetujuan

1. Dokumen yang harus disampaikan oleh Pemborong dan untuk disetujui oleh Konsultan
Pengawas pada dasarnya harus sesuai dengan prosedur berikut ini. Waktunya untuk
menyerahkan dokumen diuraikan dalam Pasal 2 sebelumnya akan harus ditafsirkan bersama
dengan periode yang periu untuk memperoleh persetujuan dari Konsultan Pengawas
sebagaimana diuraikan di bawah ini. Konsultan Pengawas, bagaimanapun, memiliki hak untuk
memeriksa dan mereview, dengan nota tertulis kepada Pemborong, tentang dokumen yang
yang disampaikan tergantung kepada kebutuhan dan jumlah, menurut Konsultan Pengawas,
terhadap dokumen tersebut. Pemborong tidak berhak mengajukan klaim terhadap
perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan yang ditimbulkannya.
2. Pemborong akan menyampaikan 2 set dokumen pendahuluan yang diperlukan kepada kantor
Konsultan Pengawas di Jakarta. Semua dokumen tersebut harus ditandai "Preliminary". Setelah
review dan pemeriksaan, Konsultan Pengawas akan mengirimkan 1 {satu] set dokumen dengan
komentar ke Pemborong di dalam 2 ( dua orang) minggu setelah penerimaan dokumen
tersebut.
3. Pemborong akan mengoreksi atau melengkapi dokumen tersebut sesuai yang diperlukan oleh
Konsultan Pengawas, kemudian Pemborong akan menyerahkan 4 salinan kepada Konsultan
Pengawas untuk direview.
4. Apabila masih tidak disetujui oleh Konsultan Pengawas, dokumen akan dikembaiikan lagi dari
kantor Konsultan Pengawas di Jakarta dalam 2 (dua) minggu setelah dokumen kedua
diserahkan untuk koreksi, dilengkapi dan diserahkan kembali.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-25
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

5. Jika disetujui, Konsultan Pengawas akan menandai "Approved" pada setiap dokumen dan
mengirimkannya kembali dari kantor Jakarta daiam waktu 2 (dua) minggu setelah penerimaan
re-submission sebagai berikut.
 Menyimpan 1 (satu) copy untuk file Konsultan Pengawas
 1 (satu) copy untuk kantor pusat atau kantor lapangan Pemberi Tugas
 2 salinan kepada Pemborong
6. Pengadaan dari Dokumen yang sudah disetujui atau gambar akan diserahkan oleh Pemborong
bila diperlukan oleh Konsultan Pengawas.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 I-26
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

BAB III
PEMBANGUNAN JALAN
LINGKUNGAN PELABUHAN dan
JALAN PENGHUBUNG (896 m2)

Pasal 1
Uraian Umum Pekerjaan

1. Pekerjaan ini adalah meliputi Pembangunan Jalan Lingkungan Pelabuhan dan Jalan
Penghubung.
2. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan
lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan termaksud.
3. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud dalam Rencana Kerja
dan Syarat- syarat (RKS), Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan
serta Addenda yang disampaikan selama pelaksanaan.

Pasal 2
Batasan/Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :


1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
2. Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 22.2/KPTS/Db/2012 tentang Manual Desain
Perkerasan
3. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
4. Peraturan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013)
5. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 1982)
6. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
7. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
8. Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1991-03)
9. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden Voor de Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) Tahun 1941
10. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Tahun 2002 (PKKI NI-5)
11. Peraturan Baja Tulangan Beton (SNI 2052-2014)

Pasal 3
Dokumen Kontrak

1. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor, terdiri atas :


a) Surat Perjanjian Pekerjaan
b) Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
c) Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
d) Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e) Addendum yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas selama masa pelaksanaan
2. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan
dokumen kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian
STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-1
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

antara Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara
gambar satu dengan lainnya, Kontraktor wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada
Konsultan Pengawas.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar detail
yang diikuti.
b) Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti,
kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan
ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas lebih dahulu.
c) Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas.
d) RKS, gambar dan BOQ saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang
RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
e) RKS dan gambar yang dimaksud di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan
perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
3. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan pekerjaan,
terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor
Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan
tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan
Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

Pasal - 4
Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan pada pembangunan jalan lingkungan tersebut meliputi pekerjaan standar
maupun non standar yang terdiri dari Jalan lingkungan dengan perkerasan laston.

Pasal – 5
Sarana dan Cara Kerja

1. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang
tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/karyawannya.
3. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen, pompa
air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk
pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
4. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh
cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian
pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
5. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-2
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

6. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
7. Sebelum penyerahan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar
sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
a) Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b) Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.
8. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan pekerjaan, kekurangan dalam
hal ini berakibat penyerahan pekerjaan tidak dapat dilakukan.
9. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
a) Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
b) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagainya).
10. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir, kecuali
akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

Pasal – 6
Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam


bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-
butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
2. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 (Sepuluh) hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3. Bila selama 10 (Sepuluh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana
belum menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus
dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk 2 (Dua) minggu pertama dan
2 (Dua) minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 (Dua) mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal – 7
Ketentuan dan Syarat-syarat Bahan

1. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam RKS
ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-
syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-
1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
2. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-3
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas tidak
boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam.
3. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas ternyata masih dipergunakan
oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas berhak
meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai Penelitian
Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari
Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut.
5. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
6. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi.
a) Air
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam
dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
b) Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan direkomendasikan Portland Composite Cement (PCC),
dan Portland Pozzolan Cement (PPC) dan harus satu merek untuk penggunaan dalam
pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum mengeras sebagai atau
keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan didalam tempat yang
memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di
atas.
c) Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
− Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
− Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang
− Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari laboratorium.
d) Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam SNI 03-2847-2013.
e) Bahan Subgrade
Bahan subgrade harus dipadatkan sampai tercapai nilai CBR minimal yang ditentukan
sebesar 4 % dengan nilai daya dukung tanah sebesar 4,29.
Jika nilai CBR ini tidak tercapai, bahan subgrade harus dibuang dan diganti dengan bahan
yang baik, lalu dipadatkan kembali sampai terdapat hasil CBR yang memenuhi
persyaratan.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-4
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

f) Bahan Subbase
Sumber Bahan
Kontraktor harus mencari lokasi sumber bahan untuk subbase, biaya dari pencairan dan
pekerjaan muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus sudah diperhitungkan dalam
penawaran Kontraktor.
Kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas secepatnya secara
tertulis tentang sumber bahan itu, kualitas bahan, perkiraan kualitas bahan dan rencana
operasi pengangkutan bahan ke lokasi proyek.
Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi ini. Contoh
bahan, sebelum pelaksanaan, harus mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan.
Pemeriksaan, penelitian/ test & Persetujuan dari Bahan
Bahan subbase adalah sirtu klas B.
Kontraktor harus mengajukan kepada Konsultan Pengawas hasil-hasil test laboratorium
terhadap bahan subbase dari suatu laboratorium yang diakui oleh pemerintah,
Pembiayaan dalam pengambilan contoh bahan dan test-test yang dilaksanakan atas
bahan itu menjadi tanggungaan Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan dan memelihara dalam keadaan baik semua alat-alat
untuk penelitian dan harus siap pakai serta harus dapat digunakan setiap saat oleh
Konsultan Pengawas.
Jika gradasi dan kualitas dari bahan yang dikirim kelokasi proyek tidak sesuai dengan
gradasi dan kualitas seperti terdahulu diperiksa dan diteliti dan tidak memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi ini, maka Konsultan Pengawas akan menolak dan
memerintahkan untuk mengganti serta menyingkirkan bahan yang tidak sesuai tersebut
dari lokasi proyek.
Bahan subbase tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi seperti di bawah ini :
Ukuran Saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas B
3” 75 -
2” 50 100
1 ½” 37,5 88 – 100
1” 25,0 70 – 85
3/8” 9,50 44 – 60
No.4 4,75 27 – 44
No.10 2,0 15 – 40
No.40 0,425 8 – 20
No.200 0,075 2-8

Prosentase berat yang lewat masing-masing akan dapat dikoreksi oleh Konsultan
Pengawas, bila batu pecah yang digunakan terdiri dari bermacam-macam berat jenis.
g) Bahan Lapis Dasar (Base Course)
Sumber Bahan
Kontraktor harus mencari lokasi bahan untuk “base”, biaya dari pencarian dan pekerjaan
muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus sudah diperhitungkan dalam penawaran
Kontraktor.
Kontraktor harus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas secepatnya secara
tertulis tentang sumber bahan itu, kualitas bahan, perkiraan kualitas bahan dan rencana
operasi pengangkutan bahan ke lokasi proyek.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-5
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi ini.


Pemeriksaan, Penelitian/test & persetujuan dari bahan
Semua bahan aggregat untuk dasar (base course) harus bersih, kasar permukaan, tahan
terhadap perubahan cuaca, “sharp angle fragment”, bebas dari bagian yang pipih atau
elongated dan tidak mengandung bahan yang dapat merugikan lapisan ini, antara lain
debu, batu yang rapuh/lunak dan lain-lain. Aggregate batu terdiri dari batu pecah klas B,
CBR minimum 60 % yang merupakan hasil dari pemecahan batuan.
Aggregate base harus memenuhi persyaratan-persyaratan di bawah ini:
- Toughness (ASTM D 3) Min. 6 %
- Loss by sodium sulphate, Soundness (AASHTO.T.104) Maks. 10 %
- Loss by magnesium sulphate, Soundness (AASHTO.T.104) Maks. 12 %
- Loss by abrasion after 100 revolutions (AASHTO.T.96) Maks. 10 %
- Loss by abrasion after 500 revolutions (AASHTO.T.96) Maks. 40 %
- Thin and elongated pieces, by weight (pieces larger than 2,5 with 5 %
thickness less than 1/5 length) Maks.
- Soft fragmentss (ASTM.C.235) Maks. 5 %
- Clay lumps (AASHTO.T.0.112) Maks. 0,25

Batu pecah klas B harus terdiri campuran kerikil dan kerikil pecah atau batu pecah dengan
berat jenis yang seragam dengan pasir, lanau atau lempung dengan persyaratan seperti
dibawah ini :
Ukuran Saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas B
3” 75 -
2” 50 -
1 ½” 37,5 100
1” 25,0 60 – 100
3/8” 9,50 55 – 85
No.4 4,75 35 – 60
No.10 2,0 25 – 50
No.40 0,425 15 – 30
No.200 0,075 8 - 15

Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,20 mm harus tidak lebih dari 3 % dari
berat total contoh bahan yang diujui.
Prosentase berat butir yang lewat dapat dikoreksi oleh Konsultan Pengawas bila
agregat terdiri dari bahan-bahan-bahan dengan berat jenis yang berlainan.
Batas cair (AASHTO T 91) 25 maks
Indeks plastis (AASHTO T 91) 8
Indeks Plastis (AASHTO T 176) 50 min
Prosentase agregat yang mempunyai paling sedikit satu bidang pecah harus paling
tidak berjumlah 80 % dari berat material yang tertinggal pada ayakan No. 4.
h) Bahan Lapis Pasir (Bedding Sand)
Sumber Bahan

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-6
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Kontraktor harus mencari lokasi sumber bahan untuk lapis ini biaya dari pencarian
dan pekerjaan muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus sudah diperhitungkan
dalam penawaran Kontraktor.
Kontraktor harus melaporkan lokasi tersebut kepada Konsultan Pengawas secepatnya
secara tertulis disertai keterangan tentang kualitas bahan, perkiraan kwantitas bahan dan
rencana operasi pengangkutan bahan ke lokasi proyek. Bahan tersebut harus memenuhi
persyaratan dalam spesifikasi.
Bahan pasir tersebut harus memenuhi persyaratan gradasi limit seperti di bawah ini:
(mm) Persen berat yang lolos, % lolos
9,52 100
4,75 95 – 100
2,36 80 – 100
1,18 50 – 95
600 25 – 60
300 10 – 30
150 5 – 15
75 0 – 10

Bahan pasir dapat berbentuk runcing lebih baik karena memberikan hasil yang stabil,
tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air yang lebih ketat pada saat pemadatan.
Untuk menghindarkan karakteristik pemadatan yang berbeda-beda harus diusahakan
agar sumber dari pasir tersebut adalah satu.
i) Bahan Lapis Permukaan (Lapisan Surface)
Beton dengan mutu K-300
Laston setebal 5 cm
Bahan aspal harus AC-10 aspal hotmix gradasi kekentalan (kurang lebih ekivalen kepada
Pen 60/70 memenuhi persyaratan AASHTO M 226.
Suatu bahan penyatu (adhesive) dan anti pengelupasan harus ditambahkan kepada
bahan aspal, jika diminta oleh Pengawas Lapangan, Bahan tambahan tersebut harus satu
jenis yang disetujui oleh Pengawas Lapangan dan harus ditambahkan dan dicampur
sesuai dengan petunjuk Pabrik Pembuat.
Campuran aspal tersebut terdiri dari agregat, filler, mineral dan bahan aspal. Komposisi
rencana berada dalam batas-batas rencana yang diberikan pada tabel berikut:

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-7
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Pebandingan campuran dan formula campuran pelaksanaan ditentukan dalam CMP.


Sifat-sifat campuran yang dari CMP (Instalasi Campur Pusat) diberikan pada tabel berikut

Pasal – 8
Pekerjaan Persiapan

1. Papan Nama Kegiatan


Sebagai pertanda bahwa pada lokasi dimaksud ada kegiatan/pembangunan, maka Pemborong
harus memasang papan nama kegiatan ukuran 80 x 150 cm, dengan tebal 2 cm, tiang 6/12 cm, cat
dasar putih tulisan hitam huruf balok sedangkan redaksi berisi :
− Kop Instansi/Pengguna Jasa pada bagian paling kiri atas
− Judul Kegiatan
− Nomor Kontrak
− Masa Kontrak
− Sumber Biaya
− Pelaksana
Pemasangan papan kegiatan setinggi 2 m diatas tanah dan tiang bagian bawah dicor beton
untuk memperkuat dan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.
2. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan tersebut dimulai, Pemborong wajib mengadakan pembersihan lokasi/ site
yaitu pembersihan semak-semak/rumput-rumput, humus-humus dan kotoran-kotoran yang
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengukuran/Uitzet
a) Pemborong melaksanakan pengukuran sesuai gambar dan hasilnya agar dilaporkan untuk
mendapatkan persetujuan Pemimpin Kegiatan/Direksi.
b) Penentuan ukuran dan sudut siku-siku, waterpass tetap dijaga dengan ketelitian yang
sebenarbenarnya menggunakan alat waterpass/pesawat theodolith.
c) Ukuran vertikal dan horizontal dilaksanakan sesuai dengan gambar/petunjuk Direksi.
d) Pengukuran berupa uitzet, dan pemasangan bouwplank, patok-patok dilaksanakan
bersama atas persetujuan Pengawas/Direksi, bouwplank dan patok-patok tersebut diberi
warna/tanda yang jelas sesuai gambar. Semua bouwplank menggunakan kayu klas III
berukuran 2/20 cm, dipasang pada kayu berukuran 5/7 cm yang terpancang kuat pada
tempatnya dengan jarak maksimum 2,00 m’. Permukaan tepi atas papan dasar
(bouwplank) harus diserut dan dipasang rata dengan menggunakan waterpass, pada titik
peil yang sesuai dengan peil yang tercantum dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk
Direksi.
4. Pemasangan Bouwplank
Bouwplank adalah pembatas yang digunakan untuk menentukan wilayah kerja dalam sebuah
pembangunan. Bouwplank digunakan untuk memastikan peletakan ukuran-ukuran bangunan yang
akan didirikan. Ini dikarenakan pondasi harus sejajar dan tepat sesuai dengan denah rencana.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-8
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Bouwplank dibangun dengan kayu kaso 5/7 dan ditempeli dengan papan kayu 2/20. Papan kayu ini
digunakan untuk membuat garis bantu menggunakan benang yang ditancapkan pada papan kayu
tersebut.

Pasal – 9
Situasi

1. Halaman bangunan akan diserahkan kepada pemborong sebagaimana pemborong wajib


meneliti keadaan medan (site) terutama keadaan tanah bangunan sifat dan luasnya pekerjaan
dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
2. Kelalaian atau kekurangtelitian pemborong dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim.

Pasal – 10
Ukuran

1. Satuan ukuran yang disebut dalam gambar dinyatakan dalam centimeter, milimeter dan
meter.
2. Ketetapan letak bangunan dalam gambar diukur dibawah pengawasan Direksi dengan
pancang yang kuat dan pagar-pagar bouwplank yang dikelam erat pada sisinya.
3. Ukuran utama dinyatakan dalam gambar pandangan potongan tinggi atap dan talang serta
dijelaskan dalam gambar detail.

Pasal - 11
Tinggi Peil

1. Ukuran tinggi dinyatakan dalam gambar adalah tinggi terhadap permukaan jalan halaman
setelah diurug dan akan dinyatakan kemudian dengan tanda tetap pada halaman.
2. Tanda tetap ini dibuat oleh pemborong atas petunjuk dari Direksi dan harus memelihara tanda
tetap ini selama pekerjaan hingga selesai.

Pasal – 12
Perataan Tanah

1. Sebelum galian dilaksanakan tanah diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian yang
dicantumkan dan dibersihkan dari lapisan rumput dan lapisan humusnya.
2. Daerah-daerah yang kurang ketinggiannya harus diurug dan dipadatkan hingga mencapai
permukaan yang diperlukan.

Pasal – 13
Pekerjaan Desain Pondasi Jalan

Empat kondisi lapangan yang mungkin terjadi dan harus dipertimbangkan dalam prosedur desain
pondasi jalan adalah:
1. Kondisi tanah dasar normal, dengan ciri – ciri nilai CBR lebih dari 3% dan dapat dipadatkan
secara mekanis. Desain ini meliputi perkerasan diatas timbunan, galian atau tanah asli.
2. Kondisi tanah dasar langsung diatas tanah lunak aluvial jenuh. Prosedur laboratorium untuk
penentuan CBR tidak dapat digunakan, karena sulit dipadatkan secara mekanis.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-9
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

3. Kondisi tanah dasar langsung diatas tanah lunak aluvial kering. Prosedur laboratorium untuk
penentuan CBR memiliki validitas yang terbatas.
4. Tanah dasar langsung diatas tanah gambut.

Prosedur Desain Pondasi Jalan


Metode A untuk tanah normal
Kondisi A1 : Apabila tanah tanah dasar bersifat plastis atau berupa lanau, tentukan nilai batas-batas
Atterberg (PI), gradasi atau Potensi Pengembangan (Potential Swell), letak muka air tanah dan area
aplikasinya (zona iklim, galian atau timbunan). Tetapkan nilai CBR dari Chart Desain 1.
Kondisi A2 : Apabila tanah dasar bersifat berbutir atau tanah residual tropis (tanah merah, laterit),
nilai desain daya dukung tanah dasar harus dalam kondisi 4 hari rendaman, pada nilai 95%
kepadatan kering modifikasi. Untuk kedua kondisi, pilih tebal perbaikan tanah dasar dari Chart
Desain 2.
Metode B untuk tanah aluvial jenuh
Lakukan survey DCP untuk mengidentifikasi daerah yang perlu tambahan perbaikan (sebagai
contoh yang membutuhkan konstruksi perkerasan khusus atau pondasi pancang mikro). Tetapkan
tebal lapisan penopang (capping layer) dan perbaikan tanah dasar dari Chart Desain 2. Tetapkan
waktu perkiraan awal preload dari Tabel 10. Periksa waktu perkiraan awal tersebut (settlement
time) melalui analisis geoteknik.
Jika tidak ada contoh atau pengalaman yang mendukung kecukupan desain lapis penopang
dibawah kondisi sejenis, maka perlu dilakukan uji timbunan percobaan untuk verifikasi.
Metode C untuk tanah aluvial kering
Daerah alluvial kering, pada umumnya memiliki lapisan tanah dengan kekuatan sangat rendah
(misal CBR < 2%) di bawah lapis permukaan kering yang relatif keras (misal CBR = 5%). Kedalaman
lapisan lunak adalah 400 – 600 mm di bawah permukaan. Nilai CBR lapisan lunak ini dapat
ditentukan dengan uji DCP dengan cukup akurat pada kondisi basah. Untuk lapis permukaan
kering, akan lebih akurat bila dilakukan uji kepadatan kering kondisi insitu di lapangan dan
diikuti uji CBR rendaman pada kepadatan insitu tersebut.
Untuk penentuan solusi pondasi jalan, apabila tebal lapis permukaan kering diatas 600 mm maka
desain pondasi jalan didasarkan kepada nilai CBR rendaman lapis permukaan kering saja.
Apabila tebal lapis permukaan kering kurang dari 600 mm, periksa kebutuhan pondasi jalan
minimum untuk kedua jenis lapisan, pondasi jalan di atas lapisan yang lunak dan pondasi jalan di
atas lapis permukaan kering. Analisis pada keduanya dilakukan pada kondisi basah (rendaman).
Pilih kebutuhan tebal timbunan pilihan dan lapis penopang yang terbesar (lihat Gambar 4).
Alternatif lain adalah menggunakan Chart Desain 2 (C1 dan C2) yang memberikan solusi pondasi
jalan yang lebih konservatif.

Pasal – 14
Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Lingkungan dengan Perkerasan Beton K-300

Adapun lingkup pekerjaan ini adalah sebagai berikut :


1. Pembersihan lahan
2. Persiapan Subgrade ditempat-tempat yang ditimbun.
3. Penyediaan “Straight-edge” (jidar-piket) dan “templates” (mal-mal acuan)
4. Pemadatan minimal harus mencapai nilai 4%
5. Pembuatan Lapis Bawah Dasar (Subgrade Course), setebal 15 cm
6. Pembuatan Lapis Dasar (Base Course)
7. Pembuatan Beton Bertulang dengan mutu Beton K-300, setebal 20 cm

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-10
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

a) Pekerjaan Subgrade
• Subgrade ditempat-tempat yang dipotong/digali:
o Pembuangan dari bahan yang digali/dipotong atau yang tidak terpakai, dibuang
ketempat-tempat pembuangan atau tempat-tempat penimbunan dengan
sepengetahuan Konsultan Pengawas.
o Pemotongan/penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga setelah
permukaan potongan/galian dipadatkan kembali sampai memenuhi persyaratan,
tercapai bentuk subgrade dan level (final grade) subgrade yang
diinginkan/ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pada bagian dimana terjadi
lubang-lubang pada level subgrade, akibat pelaksanaan pembersihan dan
penggusuran atau pembuangan akar-akar taanaman, lubang tersebut harus diisi
dengan bahan subgrade yang baik dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan
dipadatkaan sampai dicapai hasil serta level yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
• Subgrade ditempat-tempat yang ditimbun:
o Dasar tanah harus dipadatkan dahulu sebelum ditimbun. Bahan timbunan harus
baik untuk lapisan subgrade, jika dipadatkan harus dapat mencapai hasil nilai CBR
minimal yang disyaratkan sebesar 4 %.
o Jika digunakan bahan timbunan yang tidak/kurang baik dan tidak tercapai nilai
CBR minimal tersebut, ini harus dibongkar dan diganti dengan bahan yang baik
tanpa adanya tambahan pembiayaan untuk itu.
o Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas tentang tahapan-
tahapan persiapan untuk pekerjaan subgrade dan Kontraktor harus mengulangi
pekerjaan pemadatan, jika dianggap perlu, untuk tercapainya derajat kepadatan
yang diinginkan/disyaratkan.
o Sebelum dipadatkan, dalamnya suatu lapisan yang akan dipadatkan tidak boleh
lebih dari 20 cm.
o Setiap lapisan lepas harus dipadatkan dengan stamper yang ukurannya telah
ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
o Pemadatan harus dimulai dari tepi timbunan dengan arah loangitudinal,
kemudian menggeser kearah sebelah dalam.
o Lapisan terakhir harus diselesaikan dalam keadaan rata/halus sampai pada suatu
lapisan dengan kerataan yang diinginkan.
o Lereng-lereng urugan harus dibuat serapih mungkin dan tidak longsor.
• Pemeliharaan terhadap bagian pekerjaan yang telah selesai:
Bagian subgrade yang telah selesai harus dijaga terhadap kemungkinan retak-retak
akibat pengeringan yang cepat atau akibat “traffic” kendaraan proyek atau hal-hal lain
yang menyebabkan subgrade tersebut rusak, terganggu strukturnya.
Kerusakan atas subgrade itu harus diperbaiki oleh Kontraktor tanpa adanya tambahan
pembiayaan.
• Test/pengujian
Test akan dilakukan baik di laboratorium maupun dilapangan, untuk mengetahui
kepadatan maksimum, derajat kepadatan lapangan, nilai CBR lapangan dan lain-lain
yang dianggap perlu pada lapisan subgrade ini. Pembiayaan test-test ini menjadi
tanggungan Kontraktor
b) Pekerjaan Subbase (Lapisan Batu Pecah Campur Pasir)
• Lapisan subbase harus disiapkan sesuai dengan persyaratan sebelum bahan
ditempatkan diatas subgrade.
• Pencampuran dan penghambatan:

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-11
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Jika tidak ditentukan lain, Kontraktor dapat mencampur bahan subbase dengan salah
satu cara seperti di bawah ini:
o “stationary plant method” : bahan dan air dicampur pada suatu “mixer”. Air
ditambahkan selama proses pencampuran secukupnya sampai tercapai suatu kadar
air yang baik untuk dipadatkan, sehingga tercapai kepadatan yang diinginkan.
Setelah dicampur bahan diangkut kelokasi pekerjaan lalu dihamparkan
dengan mesin penghampar (spreader).
o “travel plant method”
Bahan subbase diaduk dan dihamparkan oleh alat ini. Selama masa pengadukan,
air harus ditambahkan sedikit sampai kadar air optimum yang disyaratkan untuk
pemadatan tercapai.
o “road mix method”
Setelah bahan subbase dihamparkan/ditempatkan, lalu diaduk pada kadar air yang
diperlukan dengan “motor grader” atau peralatan lainnya sampai campuran
teraduk merata.
Bahan subbase harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lapis-lapis ketebalan pada
mana padat tercapai derajat kepadatan yang diinginkan dengan peralatan pemadatan
yang sesuai/memadai dan dalam segala hal tidak boleh lebih dari 20 cm tebalnya. Jika
lebih dari satu lapis, tiap lapis harus dibentuk dan dipadatkan sebelum lapis berikutnya
dihamparkan.
Penempatan/penghamparan dimulai pada suatu tempat yang ditentukan Konsultan
Pengawas. Penghamparan dilakukan dengan “speader boxes” atau kendaraan dengan
peralatan khusus untuk membagi/menghampar bahan secara “continuous” dan merata
setiap lapisnya.
• Penyelesaian dan pemadatan:
Sesudah penghamparan atau pengadukan bahan subbase harus benar-benar
dipadatkan, sehingga tercapai nilai CBR minimal sebesar 30 %.
Diperlukan penggilas yang cukup memadai yaitu dengan menggunakan alat vibratory
rollers, Pneumatic tired rollers, Smooth wheel power rollers atau peralatan pemadatan
lainnya yang telah disetujui penggunaannya oleh Konsultan Pengawas.
Kapasitas/berat roller sedemikian sehingga dicapai hasil pemadatan yang memenuhi
persyaratan dengan nilai CBR minimal sebesar 30 % dan derajat kepadatan sebesar
100% kepadatan maksimum yang ditentukan menurut prosedure AASHTO.T.180
method D.
Penggilasan harus berlangsung tahap demi tahap dari tepi ketengah kearah jalur yang
sedang disusun dan tiap-tiap jalur dengan arah longitudinal harus digilas secara
berlapis (overlapping) paling sedikit setengah lebar unit penggilas.
Banyaknya gilasan yang diperlukan minimum 6 gilasan (passes) atau lebih sehingga
permukaan lapisan subbase memiliki nilai CBR miinimal 30 %. Penggilasan harus
berlangssung sampai bahan itu tersusun dan stabil benar, serta bahan subbase telah
dipadatkan sehingga kepadatannya adalah 100 % kepadatan maksimum pada kadar air
optimum sebagai yang ditetapkan oleh AASHTO.T.180.
Sepanjang tempat-tempat yang tidak dapat dimasuki mesin penggilas, maka bahan
subbase harus dipadatkan dengan alat-alat tumbuk mekanis atau tangan (tampers
or compactors), penggunaannya atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Jika penggilas menghasilkan ketidak rataan yang melebihi 12 mm apabila diuji dengan
tongkat lurus 3 meter, maka permukaan yang tidak rata harus digusur untuk kemudian
ditimbun kembali dengan bahan yang sama seperti yang dipakai dalam menyusun
lapisan itu dan dipadatkan serta digilas lagi sampai padat dan merata.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-12
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Tebal lapisan subbase yang selesai harus diperiksa dengan depth test/core test/hole test
yang diadakan pada jarak tertentu sehingga setiap luas 250 meter persegi ada satu test.
Kontraktor harus mengisi lubang-lubang pengujian itu atas biaya sendiri dan akan
diawasi oleh Konsultan Pengawas. Jika susut tebal itu lebih dari 12 mm, Kontraktor
diharuskan memperbaiki daerah itu. Pekerjaan pada lapisan subbase tidak boleh
dilaksanakan jika subgrade dalam keadaan basah. Pekerjaan subbase yang telah selesai
harus dirawat dan dijaga
c) Pekerjaan Lapis Dasar (Base Course)
• Perlengkapan : Semua perlengkapan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini
harus dalam keadaan siap/ tersedia untuk bekerja dan telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas sebelum pelaksanaan itu dimulai.
• Permukaan subbase harus bersih dari debu, lempung atau bahan-bahan yang
merugikan, sebelum bahan base course ditempatkan/dihamparkan.
• Pencampuran, penempatan dan penghamparan:
Cara-cara pada bagian subbase dapat dipakai. Kecuali cara penempatan lapisan base
course harus dilaksanakan berlapis yang tebalnya setiap lapis setelah didapatkan tidak
boleh kurang dari 6 cm atau lebih dari 10 cm.
Gradasi aggregat yang sudah ditebarkan harus seragam dan tidak mengandung
pecahan-pecahan atau unsur-unsur yang halus ataupun kasar pada suatu tempat.
Aggregat dimaksud tidak boleh ditebarkan melebihi 1500 meter persegi sebelum digilas,
kecuali jika diperkenankan oleh Konsultan Pengawas.
• Penyelesaian dan pemadatan :
Konstruksi base course dikerjakan berlapis-lapis tiap lapis maksimum 10 cm tebal padat
sesudah dipasang dan digilas.
Nilai CBR minimal lapisan base course ini harus 60 %.
Untuk pemadatan dapat digunakan “smooth wheel rollers” dengan berat 8 - 12 ton,
pemadatan dilaksanakan sedemikian sehingga tercapai struktur yang homogen dan jika
perlu dengan penambahan air secukupnya sesuai dengan kebutuhan supaya dapat
tercapainya pemadatan yang optimal.
Penggilasan harus berlangsung dari tepi ketengah.
Penggilasan dari jalur ke jalur harus overlapping seperti pada penggilas lapisan subbase.
Apabila penggilasan itu menghasilkan ketidak-rataan melebihi dari 10 mm, jika diuji
dengan tongkat lurus 3 meter panjang, maka permukaan yang tidak rata harus
dibongkar, kemudian ditimbun kembali dengan bahan yang sama yang dipakai untuk
pembuatan lapisan itu lalu digilas sampai kepadatan yang disyaratkan, perbaikan dan
penggantian tersebut atas beban biaya Kontraktor.
Sepanjang tempat yang tidak dapat dimasuki mesin gilas, bahan base course ditumbuk
secara baik dengan alat-alat tumbuk mekanis (mechanical tampers/compactors).
Penggilasan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga mencapai kepadatan dimana akan
memberikan hasil nilai CBR minimal sebesar 60 %.
• Pemeliharaan:
Setelah lapisan aggregate base selesai, Pemborong harus melakukan semua pekerjaan
pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga agar lapisan aggregate base tetap dalam
keadaan yang baik dan memuaskan untuk priming.
Setelah priming, permukaan harus dijaga agar tetap bersih dan bebas dari bahan tidak
diinginkan. Lapisan aggregate base harus dalam keadaan kering pada setiap saat.
Apabila pembersihan dianggap perlu atau apabila prime coat terganggu harus diadakan
atas biaya Kontraktor sendiri.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-13
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

d) Pekerjaan Lapis Permukaan


• Anyaman Kawat yang dilas (Welded Wiremesh)
Tulangan baja menggunakan baja berdiameter 8 mm dianyam menggunakan kawat
beton dan dilas, jarak sengkang 150 mm. Pekerjaan pemasangan Anyaman kawat yang
dilas (welded wire mesh) dilakukan sebelum pekerjaan pengecoran atau beton K-300.
Anyaman kawat tersebut diletakan sepanjang badan lapangan penumpukan yang akan
dilakukan pembetonan dan ditempatkan di tengah pengecoran beton. Setiap
sambungan lempengan anyaman tersebut diikat dengan menggunakan kawat beton.
Penggunaan jenis anyaman kawat tersebut harus sesuai dengan spesifikasi teknik dan
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
• Pekerjaan Bekisting
Adapun pelaksanaan pekerjaannya sebagai berikut:
o Bekisting harus terbuat dari triplek ukuran 3 mm dan rangka yang kokoh terbuat dari
kayu keras, sama sekali tidak diijinkan memakai bambu sebagai rangka bekisting.
o Bekisting harus rapat dan kedap air, terutama pada sambungan - sambungan. Pada
saat pengecoran beton, tidak boleh ada cairan atau adukan beton yang mengalir
keluar karena bocor.
o Untuk permukaan luar beton yang tidak akan diplester (semi exposed), permukaan
dalam bekisting/multiplex sebaiknya dilapisi bahan sejenis minyak yang disetujui oleh
Direksi/Pengawas untuk memudahkan pembongkaran bekisting itu kelak.
Penggunaan oli bekas tidak bisa dibenarkan.
o Penggunaan ulang dari (bahan) bekisting yang sudah pernah dipakai harus atas seijin
Direksi/Pengawas.
o Bekisting yang sudah dipasang, harus diperiksa oleh Direksi/Pengawas terlebih dahulu
sebelum pengecoran. Direksi berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran
atau perbaikan terhadap bekisting yang dianggapnya tidak memenuhi syarat baik
kekuatan maupun ukuran – ukurannya.

Gambar III.1 Tulangan Welded Wire Mesh dan Bekisting

e) Pekerjaan Beton, Mutu K-300


Perkerasan Beton K – 300 dengan tebal 20 cm.
• Pengertian
Beton merupakan hasil suatu adukan yang merata dari bahan-bahan : air, semen (pc) dan
agregat (pasir dan kerikil/batu pecah).
Adukan tersebut akan mengeras beberapa jam sesuai dengan usia beton tersebut.
• Bahan Beton
Air Kerja
o Air yang dipakai untuk adukan beton dan adukan spesi harus bersih, bebas zat-zat

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-14
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

organik atau anorganik yang terkandung dalam air, yang dapat mempengaruhi
kekuatan, keawetan dari beton. Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air
minum.
o Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas, membasahi dan lain-lain harus
mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.
o Air harus diuji mutunya di Laboratorium pengujian yang ditentukan oleh Direksi, untuk
menetapkan memenuhi atau tidaknya sebagai bahan campuran beton sesuai
ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang terdapat di dalam SNI 03-2847-2002
o Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di lapangan
untuk menjamin kelancaran kerja.
o Untuk memenuhi kebutuhan air kerja, apabila dipandang perlu Pemborong
diperbolehkan membuat sumur air bersih dalam daerah kerja pelabuhan sepanjang
memenuhi persyaratan atas beban biaya Pihak Pemborong.
Semen
Jenis Semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini adalah Semen
Portland Type II/V/PCC (Portland Composite Cement)/atau PPC (Portland Pozzolan
Ceement) dan sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan SNI 15-2049-2004.
o Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru, kantong-
kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan.
o Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan terlindung dari
pengaruh hujan lembab udara serta tanah, semen ditumpuk di dalamnya diatas lantai
panggung kayu minimal 30 cm di atas tanah. Tinggi penumpukkan maksimum adalah 15
lapis, semen yang kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan keluar
proyek.
o Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh Konsultan Pengawas sebelumnya. Semen yang
mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus
mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu kontraktor
harus menumpuk semen berkelompok menurut urutannya di lapangan.
o Semen yang umumnya lebih dari tiga bulan sejak dikeluarkannya dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan yang bersifat struktural.
o Bilamana Konsultan Pengawas memandang perlu, Kontraktor harus melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen
memenuhi syarat, atas biaya Kontraktor.
Pasir
Penggunaan pasir untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
o Pasir halus, mempunyai tekanan hancur yang lebih besar dari pada tekanan hancur
semen yang telah menjadi keras.
o Tidak mengandung lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap berat kering.
o Tidak mengandung bahan-bahan organik.
o Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 – 5 mm dan memenuhi analisa kerja (SNI
03-2847-2002).
Kerikil dan Batu Pecah
Penggunaan kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
o Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dengan besar
butir lebih 5 mm.
o Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering.
o Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat yang relatif alkali.
o Besar butir beraneka ragam dan memenuhi analisa kerja (SNI 03-2847-2002).

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-15
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Besi Beton
o Mutu besi beton yang digunakan adalah :
Besi Beton < dia. 12 mm, mutu besi beton BJTP 24
Besi Beton > dia. 12 mm, mutu besi beton BJTD 40
o Besi beton harus terbuat dari baja yang mempunyai tegangan leleh 2400 kg/cm2.
o Dalam segala hal, besi beton harus memenuhi ketentuan SNI 03-2847-2002, serta
diameternya harus sama dengan yang tertera atau disyaratkan dalam gambar rencana.
o Membengkokan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai dengan
aturan yang berlaku.
o Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, dan kotoran lainnya yang dapat
mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
o Besi beton harus dipotong dan di bengkokan sesuai dengan gambar. Kemudian dibentuk
dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempat.
o Kawat beton yang dipergunakan harus yang lazim dipakai, sehingga dapat mengikat besi
beton pada tempatnya.
o Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan, dapat dipergunakan besi beton
dari produk yang ditunjuk Direksi.
o Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
• Penakaran dan Pengadukan
o Penakaran
Penakaran bahan-bahan beton dilakukan pada suatu instansi takar. Peralatan yang
digunakan untuk mengukur volume bahan-bahan bangunan itu harus dapat mengukur
dengan cara yang cocok dan positif untuk menentukan jumlah yang akan dipergunakan
pada setiap takaran.
Semen Portland
Semen Portland kantongan ataupun keadaan bubuk boleh dipergunakan. Seluruh
semen harus ditakar pada satu alat ukur volume yang telah disetujui. Ketetapan
penakaran diijinkan lebih atau kurang 5% dari volume yang diinginkan.
Air
Air boleh diukur dengan berat atau volume. Kesalahan pengukuran tidak boleh lebih
dari 1%. Apabila pengukuran air bukan dengan menimbang, maka peralatan ukur harus
mempunyai sebuah tangki pelengkap dari mana tangki ukur akan diisi. Tangki ukur harus
dilaksanakan dengan pengukuran katup dan katup di sebelah luar sehingga dapat
diadakan pengukuran tinggi air, kecuali ada sarana lain untuk menetapkan dengan teliti
jumlah di dalam tangki itu. Volume tangki pelengkap paling sedikit harus sama dengan
volume tangki ukur.
Aggregat
Semua agregat yang dihasilkan atau diolah dengan metoda hidrolis dan agregat yang
telah dicuci, harus ditimbun atau disimpan untuk jangka waktu paling sedikit 12 jam
sebelum ditakar sebagai tindakan untuk pengeringan air. Apabila kadar air agegat
tersebut sangat tinggi atau seragam, Konsultan Pengawas dapat menetapkan masa
penyimpanan atau penimbunan yang lebih dari 12 jam.
o Pengadukan
Beton harus diaduk pada sebuah alat pengadukan yang telah mendapat persetujuan.
Apabila yang akan digunakan adalah sebuah alat aduk tunggal maka alat tersebut harus
berkapasitas aduk 1 m3. Apabila kapasitas nominal alat aduk tersebut kurang dari 1 m3
maka harus disediakan 2 instalasi yang sama. Semua alat aduk harus berpenggerak

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-16
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

motor dan harus mempunyai kapasitas aduk nominal minimum lebih besar dari 0,4 m3.
Bahan yang sudah ditakar dimasukkan ke dalam bejana putar sedemikian rupa sehingga
sebagian air akan masuk lebih dulu dari semen dan agregatnya. Aliran air harus seragam
dan pada saat 15 detik pertama dari masa adukan tersebut berakhir maka semua air
harus sudah berada dalan bejana putar. Masa aduk dihitung sejak semua bahan kecuali
air telah masuk ke dalam bejana putar. Waktu aduk tidak boleh kurang dari 20 detik
untuk pengaduk berkapasitas 1,5m3 atau tidak kurang dari 90 detik. Apabila
perhitungan putar sedemikian rupa sehingga sebagian air akan masuk lebih dulu dari
semen dan agregatnya. Aliran air harus seragam dan pada saat 15 detik pertama dari
masa adukan tersebut berakhir maka semua air harus sudah berada dalam bejana putar.
Masa aduk dihitung sejak semua bahan kecuali air telah masuk ke dalam bejana putar.
Waktu aduk tidak boleh kurang dari 60 detik untuk pengaduk berkapasitas 1,5m3.
Apabila perhitungan waktu dimulai pada saat pencurah bahan mencapai posisi tegak
maksimum, maka harus ditambahkan 4 detik kepada waktu aduk yang telah ditetapkan
sebelumnya. Waktu aduk berakhir pada saat corong curah adukan membuka.
Pengadukan harus berlanjut terus sampai semua bahan-bahan tercampur dengan
seksama dan merata serta adukan beton berwarna dan bertekstur seragam. Sebelum
diisi kembali, maka seluruh adukan, harus sudah dikeluarkan dari pengaduk. Adukan-
adukan beton harus kelihatan sama diantara satu dengan yang lain.
Pengaduk harus dioperasikan dengan kecepatan bejana putar seperti tercantum pada
label dari pabrik yang menempel pada pengaduk. Setiap bagian adukan beton yang
mengalami masa pengadukan kurang dari waktu yang ditetapkan akan ditolak dan harus
dibuang oleh Kontraktor tanpa memperoleh ganti rugi.
Personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi takar aduk beton harus
orang-orang terlatih dan berpengalaman di dalam pembuatan beton dengan metode
ini.
• Pengangkutan
Pengangkutan beton adukan dari tempat pengadukan ke tempat-tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan bahan-
bahan (air,semen atau butiran halus).
Cara pengangkutan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan
yang mencolok antara beton yang sudah di cor dan yang akan di cor.
Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan
perantaraan talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
• Pengecoran beton
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah, acuan dan pekerjaan
persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini lebih sempurna dikerjakan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas
Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, material dan pekerja-pekerja harus sudah
berada di tempat dimana seharusnya, dan alat-alat dalam keadaan bersih serta siap untuk
dipakai.
Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan, dari bahan-bahan lepas,
kotoran-kotoran maupun potongan-potongan kawat/besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana dikuatirkan adanya pengisapan air oleh kayu
harus terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh.
Tulangan-tulangan harus sudah seluruhnya mendapat ijin dari Direksi mengenai
penempatannya dan telah cukup diberi beton dekking sedemikian sehingga pengecoran

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-17
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

dan pemadatan beton nantinya tidak akan menyebebkan tulangan-tulangan bergeser atau
terlalu dekat dengan permukaan luar beton.
Pemakaian bahan-bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan acuan
setelah beton mengeras, telah betul diperiksa sehingga tidak mengganggu pelekatan
antara besi dan beton. Bidang-bidang beton lama yang akan berhubungan dengan beton
yang akan di cor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang
lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton lama tersebut harus
telah disapu dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
Pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali ata seijin Direksi, dimana untuk
pengecoran yang akan dilakukan pada malam hari, perlengkapan-perlengkapan
penerangan dan lain-lain yang diperlukan untuk pekerjaan itu telah dipersiapkan dengan
baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton
mulai mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih diijinkan dalam batas dimana
beton masih dapat dikerjakan tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton
harus diselesaikan dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan
bahan-bahan pembantu dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton.
Cara pengerjaan hendaknya dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregsi) dan pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor itu. Akan tetapi vila Direksi
menginginkan, adukan beton setelah dituang dari mixer dan diangkat ke tempat pekerjaan,
dapat diletakkan terlebih dahulu pada platform di dekat tempat-tempat yang akan dicor
dengan maksud untuk dikerjakan kembali (diaduk-aduk) agar didapat satu masa beton
dengan konsistensi yang merata.
Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi tinggi 1,5 m dan tidak diperkenankan
menimbun beton dalam jumlah banyak disuatu tempat dengan maksud untuk kemudian
meratakannya sepanjang acuan.
Lubang-lubang untuk pengaliran air, atau keperluan lainnya dapat dibuat dari bambu-
bambu atau batang-batang pisang dengan maksud untuk memudahkan pengambilannya
pada waktu pembongkaran acuan
Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara lapis-lapis horisontal setebal umurnya
30cm, menerus seluruh panjangnya sampai dengan pengakhiran yang disokong oleh acuan
yang kokoh seperti yang tertera pada gambar rencana.
Beton, acuan dan atau tulangan yang menonjol keluar harus dicegah dari kemungkinan
kena sentuhan atau getaran yang dapat membahayakan daya lekatnya dengan beton.
• Pemadatan
Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan alat-alat pemadat
(internal atau external vibrator) mekanis, kecuali bila Konsultan Pengawas mengijinkan
cara pemadatan dengan tenaga manusia. Cara pemadatan dengan tenaga manusia
dilakukan dengan merojok dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu.
Perlu juga diperhatikan penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan yang dapat
mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (seggregasi).
Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini harus telah banyak pengalaman dan pekerjaan
pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
Adapun alat penggetar terbagi 2, yaitu :
o External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang dipergunakan harus mampu memberikan getaran paling
sedikit 5000 getaran permenit dari berat efektif sebesar 0,25 Kg. Alat ini harus
diletakkan sedemikian pada acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-18
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

mendatar. Bila dipergunakan lebih dari satu alat, jaraknya harus diatur sedemikian
sehingga tidak menyebabkan peredaman getaran alat lainnya.
Untuk lantai atau plat-plat pemakaian external vibrator yang dilekatkan pada acuan
digunakan atas seijin Konsultan Pengawas
o Internal Vibrator
Internal Vibrator dipergunakan dengan cara memasukkan alat-alat pulsator atau
penggetar mekanis ke dalam adukan beton yang baru dicor. Alat tersebut paling tidak
memberikan 5000 getaran per menit.
Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan as memanjangnya,
sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara keseluruhan tingginya telah
dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-lahan dan dimasukkan lagi pada posisi
selanjutnya.
• Perawatan Beton
Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan panas
matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh gaya sentuhan sampai
beton telah menjadi keras.
Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab, dengan cara
menutupinya dengan karung-karung basah, pasir basah atau menggenanginya dengan air
sampai basah atau cairan khusus curring.
Pelaksanaan perawatan (curring) beton diperlukan bila beton yang menggunakan semen
biasa dan tidak memakai bahan-bahan pembantu lainnya harus dilakukan
perawatan/curring beton selama minimum 7 hari atau sampai saat dimana kekuatan
betonnya mencapai 70% dari kekuatan minimum kubus test beton dari macam yang sama
dan berumur 28 hari

Pasal – 15
Persyaratan Lain-lain

1. Pelaksana diwajibkan membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan, dan gambar-gambar


detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut diajukan kepada
Direksi untuk disetujui. Gambar revisi atau gambar-gambar detail harus dibuat dalam rangkap
dua dan diserahkan kepada Direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan (as
built drawing) yang harus diserahkan Pemborong kepada Direksi pada waktu penyerahan
Pekerjaan Pertama.
2. Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi
sementara untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik serta seluruh
biaya yang diperlukan adalah tanggungan Pemborong.
3. Pemborong dan Direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan
gambar/design yang salah.
4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak Pemborong harus memenuhi kewajibannya
kepada pihak Pelabuhan sebagai berikut:
a. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan/diserahkan untuk
sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak proyek/Pemborong pelaksana atas
beban Pemborong, Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan menyingkirkan
bahan-bahan bekas bongkarannya ke tempat yang ditentukan oleh Direksi atas beban
Pemborong.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-19
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b. Lahan yang diserahkan kepada Pemborong untuk lokasi kegiatan proyek, termasuk
untuk lokasi Direksi Keet, Kantor Pemborong, gudang bahan dan lapangan penumpukan
oleh Pihak Pemborong.
c. Ponton pancang dan ponton-ponton transport yang beroperasi di daerah perairan
pelabuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa
kepelabuhan, kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga/tambatan yang
tidak diserahkan untuk kegiatan proyek

Pasal – 16
Dokumentasi Proyek Saat Pelaksanaan

Dokumentasi proyek untuk pelaksanaan setiap lingkup pekerjaan dari progress 0%, 25%,
50%, 75%, 100% dalam bentuk foto dari kamera digital dengan resolusi 8 Megapixel dan video
dari handycam full HD (High Definition) dengan resolusi (1920x1080) atau (1280x720)p
menggunakan tripod. Saat pengambilan foto dan video proyek, diambil dari tempat yang sama
dari urutan 0%, 25%, 50%, 75%, 100% supaya dokumentasi yang dihasilkan dapat menerangkan
proses pengerjaan, serta pada saat kemajuan pekerjaan 100% dilakukan pengambilan aerial video
menggunakan drone

Pasal - 17
Perubahan-Perubahan

1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat dirubah dan
ditambah sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan
pada waktu pemberian penjelasan dan pekerjaan ini (Aanwijzing) dan dituangkan dalam Berita
Acara.
2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Direksi diperlukan akan
diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 III-20
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

BAB VI
PEMBANGUNAN TERMINAL
PENUMPANG dan KANTOR
PELABUHAN

Pasal 1
Uraian Umum Pekerjaan

1. Pekerjaan ini adalah meliputi Pembangunan Terminal Penumpang


2. Istilah “Pekerjaan” mencakup penyediaan semua tenaga kerja (tenaga ahli, tukang, buruh dan
lainnya), bahan bangunan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan termaksud.
3. Pekerjaan harus dilaksanakan dan diselesaikan seperti yang dimaksud dalam Rencana Kerja
dan Syaratsyarat
4. (RKS), Gambar-gambar Rencana, Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan serta Addenda yang
disampaikan selama pelaksanaan.

Pasal 2
Batasan/Peraturan Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :


1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
2. Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 441/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Bangunan
4. Gedung
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan Teknis
Aksesibilitas
6. pada Bangunan Umum dan Lingkungan
7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan
8. Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum RI 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen
10. Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan
11. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan
Prasarana
12. Wilayah No. 58/KPTS/DM/2002 tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran
pada
13. Bangunan Gedung.
14. Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
15. Peraturan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2013)
16. Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 1982)
17. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
18. Peraturan-peraturan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
19. Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNI T-15-1991-03)
20. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden Voor de
STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-1
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

21. Uitvoering Bij Aanneming Van Openbare Werkwn (AV) Tahun 1941
22. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Tahun 2002 (PKKI NI-5)
23. Peraturan Baja Tulangan Beton (SNI 2052-2014)

Pasal 3
Dokumen Kontrak

1. Dokumen Kontrak yang harus dipatuhi oleh Kontraktor, terdiri atas :


a) Surat Perjanjian Pekerjaan
b) Surat Penawaran Harga dan Perincian Penawaran
c) Gambar-gambar Kerja/Pelaksanaan
d) Rencana Kerja dan Syarat-syarat
e) Addendum yang disampaikan oleh Konsultan Pengawas selama masa pelaksanaan
2. Kontraktor wajib untuk meneliti gambar-gambar, Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan
dokumen kontrak lainnya yang berhubungan. Apabila terdapat perbedaan/ketidak-sesuaian
antara Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan gambar-gambar pelaksanaan, atau antara
gambar satu dengan lainnya, Kontraktor wajib untuk memberitahukan/melaporkannya kepada
Konsultan Pengawas.
Persyaratan teknik pada gambar dan RKS yang harus diikuti adalah :
a) Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail, maka gambar detail
yang diikuti.
b) Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti,
kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan
ketidaksempurnaan/ketidaksesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan
Pengawas lebih dahulu.
c) Bila tedapat perbedaan antara RKS dan gambar, maka RKS yang diikuti kecuali bila hal
tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan
kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan keputusan Konsultan Pengawas.
d) RKS, gambar dan BOQ saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang
RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti demikian juga sebaliknya.
e) RKS dan gambar yang dimaksud di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan
perubahan/penyempurnaan di dalam berita acara penjelasan pekerjaan.
3. Bila akibat kekurangtelitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan pelaksanan pekerjaan,
terjadi ketidaksempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan, maka Kontraktor
Pelaksana harus melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan
tersebut dan memperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan
Konsultan Pengawas tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.

Pasal - 4
Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pembangunan Terminal Penumpang tersebut meliputi pekerjaan standar maupun


non standar yang terdiri dari :
1. Pekerjaan Persiapan, meliputi :
a) Papan nama kegiatan
b) Pagar Pengaman Lokasi Proyek
c) Direksikeet
d) Gudang Bahan dan Bangsal Kerja
2. Pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang, meliputi :

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-2
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

a) Galian tanah (pondasi dan sloof)


b) Urugan tanah kembali
c) Pekerjaan lantai kerja, tebal 5 cm
d) Pekerjaan Pondasi Telapak (P1), K-275
e) Pekerjaan Pondasi Telapak (P2), K-275
f) Dll.
3. Pekerjaan Finishing, meliputi :
a) Pembersihan akhir dan finishing
b) Dokumentasi dan administrasi pelaporan

Pasal – 5
Sarana dan Cara Kerja

1. Kontraktor wajib memeriksa kebenaran dari kondisi pekerjaan meninjau tempat pekerjaan,
melakukan pengukuran-pengukuran dan mempertimbangkan seluruh lingkup pekerjaan yang
dibutuhkan untuk penyelesaian dan kelengkapan dari proyek.
2. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja serta tenaga ahli yang cakap dan memadai
dengan jenis pekerjaan yang dilaksanakan, serta tidak akan mempekerjakan orang-orang yang
tidak tepat atau tidak terampil untuk jenis-jenis pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Kontraktor harus selalu menjaga disiplin dan aturan yang baik diantara pekerja/karyawannya.
3. Kontraktor harus menyediakan alat-alat kerja dan perlengkapan seperti beton molen, pompa
air, timbris, waterpas, alat-alat pengangkut dan peralatan lain yang diperlukan untuk
pekerjaan ini. Peralatan dan perlengkapan itu harus dalam kondisi baik.
4. Kontraktor wajib mengawasi dan mengatur pekerjaan dengan perhatian penuh dan
menggunakan kemampuan terbaiknya. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas seluruh
cara pelaksanaan, metode, teknik, urut-urutan dan prosedur, serta pengaturan semua bagian
pekerjaan yang tercantum dalam Kontrak.
5. Shop Drawing (gambar kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan.
6. Shop Drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas dan Konsultan
Perencana sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
7. Sebelum penyerahan pekerjaan, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar
sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
a) Gambar rancangan pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya.
b) Shop drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar-gambar perubahan.
8. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan dan pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat penyerahan pekerjaan, kekurangan dalam
hal ini berakibat penyerahan pekerjaan tidak dapat dilakukan.
9. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor, bila :
a) Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan
mengalami kerusakan atau dijumpai kekurangsempurnaan pelaksanaan.
b) Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan diluar pekerjaan
pokoknya yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya jalan,
halaman, dan lain sebagainya).
10. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa
pelaksanaan termasuk direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir, kecuali
akan dipergunakan kembali pada tahap selanjutnya.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-3
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Pasal – 6
Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan dalam


bentuk barchart yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-
butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawaran.
2. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 (Sepuluh) hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas.
3. Bila selama 10 (Sepuluh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana
belum menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus
dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk 2 (Dua) minggu pertama dan
2 (Dua) minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat dimulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 (Dua) mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal – 7
Ketentuan dan Syarat-syarat Bahan

1. Kontraktor harus menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan lingkup pekerjaan yang dilaksanakan. Sepanjang tidak ada ketentuan lain dalam RKS
ini dan Berita Acara Rapat Penjelasan, maka bahan-bahan yang dipergunakan maupun syarat-
syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam AV-41 dan PUBI-
1982 serta ketentuan lainnya yang berlaku di Indonesia.
2. Sebelum memulai pekerjaan atau bagian pekerjaan, Pemborong harus mengajukan contoh
bahan yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas yang akan diajukan User dan
Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan. Bahan-bahan yang tidak memenuhi
ketentuan seperti disyaratkan atau yang dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas tidak
boleh digunakan dan harus segera dikeluarkan dari halaman pekerjaan selambat-lambatnya
dalam waktu 2 x 24 jam.
3. Apabila bahan-bahan yang ditolak oleh Konsultan Pengawas ternyata masih dipergunakan
oleh Kontraktor, maka Konsultan Pengawas memerintahkan untuk membongkar kembali
bagian pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Semua kerugian akibat pembongkaran
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
4. Jika terdapat perselisihan mengenai kualitas bahan yang dipakai, Konsultan Pengawas berhak
meminta kepada Kontraktor untuk memeriksakan bahan itu ke Laboratorium Balai Penelitian
Bahan yang resmi dengan biaya Kontraktor. Sebelum ada kepastian hasil pemeriksaan dari
Laboratorium, Kontraktor tidak diizinkan untuk melanjutkan bagian-bagian pekerjaan yang
menggunakan bahan tersebut.
5. Penyimpanan bahan-bahan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan terhindarnya bahan-bahan dari
kerusakan.
6. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah seperti di bawah ini, sedangkan
bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan diisyaratkan langsung di dalam
pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi.
a) Air

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-4
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton dan
penyiraman guna pemeliharaan harus air tawar, tidak mengandung minyak, garam, asam
dan zat organik lainnya yang telah dikatakan memenuhi syarat, sebagai air untuk
keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium.
b) Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan direkomendasikan Portland Composite Cement (PCC),
dan Portland Pozzolan Cement (PPC) dan harus satu merek untuk penggunaan dalam
pelaksanaan satu satuan komponen bengunan, belum mengeras sebagai atau
keseluruhannya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan didalam tempat yang
memenuhi syarat sebagai air untuk menjamin kebutuhan kondisi sesuai persyaratan di
atas.
c) Pasir (Ps)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur,
asam, garam, dan bahan organik lainnya, yang terdiri atas.
− Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug.
− Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah
terletak
− antara 0,075 sampai 1,25 mm yang lazim dipasarkan disebut pasir pasang
− Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari
− laboratorium.
d) d) Batu Pecah (Split)
Split untuk beton harus menggunakan split dari batu kali hitam pecah, bersih dan
bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam SNI 03-2847-2013.

Pasal – 8
Pekerjaan Persiapan

1. Papan Nama Kegiatan


Sebagai pertanda bahwa pada lokasi dimaksud ada kegiatan/pembangunan, maka Pemborong
harus memasang papan nama kegiatan ukuran 80 x 150 cm, dengan tebal 2 cm, tiang 6/12 cm, cat
dasar putih tulisan hitam huruf balok sedangkan redaksi berisi :
− Kop Instansi/Pengguna Jasa pada bagian paling kiri atas
− Judul Kegiatan
− Nomor Kontrak
− Masa Kontrak
− Sumber Biaya
− Pelaksana
Pemasangan papan kegiatan setinggi 2 m diatas tanah dan tiang bagian bawah dicor beton
untuk memperkuat dan ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat.
2. Pembersihan Lokasi
Sebelum pekerjaan tersebut dimulai, Pemborong wajib mengadakan pembersihan lokasi/ site
yaitu pembersihan semak-semak/rumput-rumput, humus-humus dan kotoran-kotoran yang
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Pengukuran/Uitzet
a) Pemborong melaksanakan pengukuran sesuai gambar dan hasilnya agar dilaporkan untuk
mendapatkan persetujuan Pemimpin Kegiatan/Direksi.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-5
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b) Penentuan ukuran dan sudut siku-siku, waterpass tetap dijaga dengan ketelitian yang
sebenarbenarnya menggunakan alat waterpass/pesawat theodolith.
c) Ukuran vertikal dan horizontal dilaksanakan sesuai dengan gambar/petunjuk Direksi.
d) Pengukuran berupa uitzet, dan pemasangan bouwplank, patok-patok dilaksanakan
bersama atas persetujuan Pengawas/Direksi, bouwplank dan patok-patok tersebut diberi
warna/tanda yang jelas sesuai gambar. Semua bouwplank menggunakan kayu klas III
berukuran 2/20 cm, dipasang pada kayu berukuran 5/7 cm yang terpancang kuat pada
tempatnya dengan jarak maksimum 2,00 m’. Permukaan tepi atas papan dasar (
bouwplank ) harus diserut dan dipasang rata dengan menggunakan waterpass, pada titik
peil yang sesuai dengan peil yang tercantum dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk
Direksi.
4. Pemasangan Bouwplank
Bouwplank adalah pembatas yang digunakan untuk menentukan wilayah kerja dalam sebuah
pembangunan. Bouwplank digunakan untuk memastikan peletakan ukuran-ukuran bangunan yang
akan didirikan. Ini dikarenakan pondasi harus sejajar dan tepat sesuai dengan denah rencana.
Bouwplank dibangun dengan kayu kaso 5/7 dan ditempeli dengan papan kayu 2/20. Papan kayu ini
digunakan untuk membuat garis bantu menggunakan benang yang ditancapkan pada papan kayu
tersebut.
5. Bangunan Direksikeet
Pemborong wajib menyediakan ruang direksi, dengan luas 9 m2 atau sesuai dengan
kebutuhan dilapangan. Bangunan direksi terbuat dari atap asbes/seng bergelombang, dinding
triplek, lantai dari bata di nat atau beton rabat, jendela kaca dan pintu. Bangunan tersebut
dilengkapi dengan kotak obat P3K, meja dan kursi tamu, papan kegiatan. Bangunan direksikeet
ditempatkan pada daerah yang tidak mengganggu kelancaran kegiatan.

Pasal – 9
Situasi

1. Halaman bangunan akan diserahkan kepada pemborong sebagaimana pemborong wajib


meneliti keadaan medan (site) terutama keadaan tanah bangunan sifat dan luasnya pekerjaan
dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
2. Kelalaian atau kekurangtelitian pemborong dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan klaim.

Pasal – 10
Ukuran

1. Satuan ukuran yang disebut dalam gambar dinyatakan dalam centimeter, milimeter dan
meter.
2. Ketetapan letak bangunan dalam gambar diukur dibawah pengawasan Direksi dengan
pancang yang kuat dan pagar-pagar bouwplank yang dikelam erat pada sisinya.
3. Ukuran utama dinyatakan dalam gambar pandangan potongan tinggi atap dan talang serta
dijelaskan dalam gambar detail.

Pasal - 11
Tinggi Peil

1. Ukuran tinggi dinyatakan dalam gambar adalah tinggi terhadap permukaan jalan halaman
setelah diurug dan akan dinyatakan kemudian dengan tanda tetap pada halaman.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-6
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

2. Tanda tetap ini dibuat oleh pemborong atas petunjuk dari Direksi dan harus memelihara tanda
tetap ini selama pekerjaan hingga selesai.

Pasal – 12
Perataan Tanah

1. Sebelum galian dilaksanakan tanah diratakan terlebih dahulu menurut ketinggian yang
dicantumkan dan dibersihkan dari lapisan rumput dan lapisan humusnya.
2. Daerah-daerah yang kurang ketinggiannya harus diurug dan dipadatkan hingga mencapai
permukaan yang diperlukan.

Pasal – 13
Pekerjaan Galian Tanah

1. Lingkup pekerjaan pada galian tanah adalah galian tanah pondasi dan sloof dengan dimensi
dan ketentuan sesuai dengan gambar kerja.
2. Untuk pondamen dan sloof harus dilakukan penggalian tanah menurut ketentuan dalam
gambar bestek dan sesuai atas petunjuk Direksi.
3. Lobang galian harus cukup lebar, sehingga waktu mengerjakan pasangan atau pengecoran
beton tidak akan terganggu dan dasar lobang pondamen rata.
4. Apabila pada dasar lobang pondamen terdapat akar-akar, batu-batu atau tanahnya tidak baik,
maka digali lagi dan diisi lagi dengan pasir yang ditimbris dan digenangi air.
5. Tanah bekas galian setelah dibersihkan dari kotoran-kotoran apabila penelitian Direksi
dipandang cukup baik dapat dipergunakan untuk mengisi lobang pondamen dan untuk
timbunan dibawah urugan pasir landasan lantai, satu dan lain-lain atas petunjuk Direksi.
6. Jika terdapat air menggenangi di dalam lobang pondamen harus dipompa keluar, untuk ini
harus disediakan pompa air yang dalam keadaan siap dipakai.
7. Semua unsur-unsur pengganggu yang terdapat di dalam lobang galian seperti sisa kayu, batu
atau lainlainnya harus dikeluarkan.
8. Semua bekas tanah galian yang tidak dipergunakan harus diangkut keluar dari halaman
pekerjaan.

Pasal – 14
Pekerjaan Lantai Kerja

1. Lantai kerja dipasang setelah galian pondasi selesai dikerjakan dan telah mendapat
persetujuan dari Pengawas/Direksi untuk melaksanakan pekerjaan ini.
2. Semua pekerjaan beton yang berhubungan dengan tanah sebagai dasarnya harus diurug pasir
sesuai yang ditunjukan dalam gambar kerja.
3. Lantai kerja dipasang setelah pekerjaan urugan pasir selesai dikerjakan dengan mutu beton
cor adukan 1 PC : 2 Pasir : 3 Kerikil setebal 5 cm atau sesuai dengan gambar kerja

Pasal – 15
Pekerjaan Pasangan Pondasi Telapak

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-7
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

1. Pekerjaan pondasi telapak/beton cor meliputi pondasi pada Terminal Penumpang dan seluruh
detail yang disebutkan/ditunjukan dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan
Pengawas.
2. Pondasi Telapak menggunakan mutu beton K-275, setelah galian mencapai peil sesuai dengan
gambar rencana dan telah mendapat persetujuan Pengawas/Direksi
3. Kerikil Beton yang digunakan adalah kerikil beton ex. Lokal dengan kualitas yang baik dengan
ukuran pecah 1-2 cm atau 2-3 cm sebelum dipasang harus dibersihkan dan dibasahi
permukaannya serta telah disetujui oleh Pengawas Lapangan.
4. Tulangan besi yang digunakan berdiameter 13 mm dengan jarak sengkang 100 mm.
5. Jenis semen yang akan digunakan direkomendasikan memakai Portland Composite Cement
(PCC) dan atau Portland Pozzolan Cement (PPC)
6. Pasir pasangan harus bersih dari lumpur max. 5% kualitas baik diambil dari daerah setempat
sesuai petunjuk Pengawas/Direksi.

Pasal – 16
Pekerjaan Beton

1. Pengertian
Beton merupakan hasil suatu adukan yang merata dari bahan-bahan : air, semen (pc) dan
agregat (pasir dan kerikil/batu pecah). Adukan tersebut akan mengeras beberapa jam sesuai
dengan usia beton tersebut.
2. Lingkup pekerjaan beton ini meliputi pekerjaan sloof, kolom dan balok.
3. Bahan Beton
Air Kerja
a. Air yang dipakai untuk adukan beton dan adukan spesi harus bersih, bebas zat-zat organik
atau anorganik yang terkandung dalam air, yang dapat mempengaruhi kekuatan,
keawetan dari beton. Mutu air tersebut sedapat mungkin bermutu air minum.
b. Air yang akan dipakai untuk pekerjaan beton, membilas, membasahi dan lain-lain harus
mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipakai.
c. Air harus diuji mutunya di Laboratorium pengujian yang ditentukan oleh Direksi, untuk
menetapkan memenuhi atau tidaknya sebagai bahan campuran beton sesuai ketentuan-
ketentuan dan persyaratan yang terdapat di dalam SNI 03-2847-2002
d. Pemborong harus menyediakan tempat-tempat penampungan air kerja di lapangan
untuk menjamin kelancaran kerja.
e. Untuk memenuhi kebutuhan air kerja, apabila dipandang perlu Pemborong
diperbolehkan membuat sumur air bersih dalam daerah kerja pelabuhan sepanjang
memenuhi persyaratan atas beban biaya Pihak Pemborong.
Semen
Jenis Semen yang dipakai untuk beton dan adukan dalam pekerjaan ini direkomendasikan
semen PCC (Portland Composite Cement) / atau PPC (Portland Pozzolan Cement) dan sesuai
dengan persyaratan dalam Peraturan SNI 15-2049-2004.
a. Semen yang didatangkan ke proyek harus dalam keadaan utuh dan baru, kantong-
kantong pembungkus harus utuh dan tidak ada sobekan.
b. Penyimpanan semen harus dilakukan dalam gudang tertutup dan terlindung dari
pengaruh hujan lembab udara serta tanah, semen ditumpuk di dalamnya diatas lantai

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-8
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

panggung kayu minimal 30 cm di atas tanah. Tinggi penumpukkan maksimum adalah 15


lapis, semen yang kantongnya pecah tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan keluar
proyek.
c. Semen yang dipakai selalu diperiksa oleh Konsultan Pengawas sebelumnya. Semen yang
mulai mengeras harus segera dikeluarkan dari proyek. Urutan pemakaian semen harus
mengikuti urutan tibanya semen tersebut di lapangan sehingga untuk itu kontraktor
harus menumpuk semen berkelompok menurut urutannya di lapangan.
d. Semen yang umumnya lebih dari tiga bulan sejak dikeluarkannya dari pabrik tidak
diperkenankan dipakai untuk pekerjaan yang bersifat struktural.
e. Bilamana Konsultan Pengawas memandang perlu, Kontraktor harus melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memeriksa dan melihat apakah mutu semen memenuhi
syarat , atas biaya Kontraktor.
Pasir
Penggunaan pasir untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pasir halus, mempunyai tekanan hancur yang lebih besar dari pada tekanan hancur semen
yang telah menjadi keras.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap berat kering.
c. Tidak mengandung bahan-bahan organik.
d. Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 – 5 mm dan memenuhi analisa kerja (SNI 03-
2847-2002).
Kerikil dan Batu Pecah
Penggunaan kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori dengan besar
butir lebih 5 mm.
b. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering.
c. Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-zat yang relatif alkali.
d. Besar butir beraneka ragam dan memenuhi analisa kerja (SNI 03-2847-2002).
Besi Beton
a. Mutu besi beton yang digunakan adalah :
Besi Beton < dia. 12 mm, mutu besi beton BJTP 24
Besi Beton > dia. 12 mm, mutu besi beton BJTD 40
b. Besi beton harus terbuat dari baja yang mempunyai tegangan leleh 2400 kg/cm2.
c. Dalam segala hal, besi beton harus memenuhi ketentuan SNI 03-2847-2002, serta
diameternya harus sama dengan yang tertera atau disyaratkan dalam gambar rencana.
d. Membengkokan dan meluruskan besi beton harus dalam keadaan dingin, sesuai dengan
aturan yang berlaku.
e. Besi beton harus bebas dari kotoran, karat, minyak, cat, dan kotoran lainnya yang dapat
mengurangi daya lekat semen atau dapat menurunkan mutu besi beton.
f. Besi beton harus dipotong dan di bengkokan sesuai dengan gambar. Kemudian dibentuk
dan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah
tempat.
g. Kawat beton yang dipergunakan harus yang lazim dipakai, sehingga dapat mengikat besi
beton pada tempatnya. Untuk mendapatkan mutu besi beton yang diinginkan, dapat
dipergunakan besi beton dari produk yang ditunjuk Direksi.
h. Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
diudara terbuka untuk jangka waktu yang panjang.
4. Penakaran dan Pengadukan
a. Penakaran

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-9
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Penakaran bahan-bahan beton dilakukan pada suatu instansi takar. Peralatan yang
digunakan untuk mengukur volume bahan-bahan bangunan itu harus dapat mengukur dengan cara
yang cocok dan positif untuk menentukan jumlah yang akan dipergunakan pada setiap takaran.
Semen Portland
Semen Portland kantongan ataupun keadaan bubuk boleh dipergunakan. Seluruh semen harus
ditakar pada satu alat ukur volume yang telah disetujui. Ketetapan penakaran diijinkan lebih atau
kurang 5% dari volume yang diinginkan.
Air
Air boleh diukur dengan berat atau volume. Kesalahan pengukuran tidak boleh lebih dari 1%.
Apabila pengukuran air bukan dengan menimbang, maka peralatan ukur harus mempunyai sebuah
tangki pelengkap dari mana tangki ukur akan diisi. Tangki ukur harus dilaksanakan dengan
pengukuran katup dan katup di sebelah luar sehingga dapat diadakan pengukuran tinggi air, kecuali
ada sarana lain untuk menetapkan dengan teliti jumlah di dalam tangki itu. Volume tangki
pelengkap paling sedikit harus sama dengan volume tangki ukur.
Aggregat
Semua agregat yang dihasilkan atau diolah dengan metoda hidrolis dan agregat yang telah dicuci,
harus ditimbun atau disimpan untuk jangka waktu paling sedikit 12 jam sebelum ditakar sebagai
tindakan untuk pengeringan air. Apabila kadar air agegat tersebut sangat tinggi atau seragam,
Konsultan Pengawas dapat menetapkan masa penyimpanan atau penimbunan yang lebih dari 12
jam.
b. Pengadukan
Beton harus diaduk pada sebuah alat pengadukan yang telah mendapat persetujuan. Apabila
yang akan digunakan adalah sebuah alat aduk tunggal maka alat tersebut harus berkapasitas aduk
1 m3. Apabila kapasitas nominal alat aduk tersebut kurang dari 1 m3 maka harus disediakan 2
instalasi yang sama. Semua alat aduk harus berpenggerak motor dan harus mempunyai kapasitas
aduk nominal minimum lebih besar dari 0,4 m3.
Bahan yang sudah ditakar dimasukkan ke dalam bejana putar sedemikian rupa sehingga
sebagian air akan masuk lebih dulu dari semen dan agregatnya. Aliran air harus seragam dan pada
saat 15 detik pertama dari masa adukan tersebut berakhir maka semua air harus sudah berada
dalan bejana putar.
Masa aduk dihitung sejak semua bahan kecuali air telah masuk ke dalam bejana putar. Waktu
aduk tidak boleh kurang dari 20 detik untuk pengaduk berkapasitas 1,5m3 atau tidak kurang dari
90 detik. Apabila perhitungan putar sedemikian rupa sehingga sebagian air akan masuk lebih dulu
dari semen dan agregatnya. Aliran air harus seragam dan pada saat 15 detik pertama dari masa
adukan tersebut berakhir maka semua air harus sudah berada dalam bejana putar. Masa aduk
dihitung sejak semua bahan kecuali air telah masuk ke dalam bejana putar. Waktu aduk tidak boleh
kurang dari 60 detik untuk pengaduk berkapasitas 1,5m3.
Apabila perhitungan waktu dimulai pada saat pencurah bahan mencapai posisi tegak
maksimum, maka harus ditambahkan 4 detik kepada waktu aduk yang telah ditetapkan
sebelumnya. Waktu aduk berakhir pada saat corong curah adukan membuka. Pengadukan harus
berlanjut terus sampai semua bahan-bahan tercampur dengan seksama dan merata serta adukan
beton berwarna dan bertekstur seragam. Sebelum diisi kembali, maka seluruh adukan, harus sudah
dikeluarkan dari pengaduk. Adukan-adukan beton harus kelihatan sama diantara satu dengan yang
lain. Pengaduk harus dioperasikan dengan kecepatan bejana putar seperti tercantum pada label
dari pabrik yang menempel pada pengaduk. Setiap bagian adukan beton yang mengalami masa
pengadukan kurang dari waktu yang ditetapkan akan ditolak dan harus dibuang oleh Kontraktor
tanpa memperoleh ganti rugi. Personil yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi takar
aduk beton harus orang-orang terlatih dan berpengalaman di dalam pembuatan beton dengan
metode ini.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-10
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

5. Pengangkutan
Pengangkutan beton adukan dari tempat pengadukan ke tempat-tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dimana dapat dicegah segregasi dan kehilangan bahan-bahan
(air,semen atau butiran halus). Cara pengangkutan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah di cor dan yang akan di cor.
Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan
talangtalang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
6. Pengecoran beton
Pengecoran tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan perancah, acuan dan pekerjaan
persiapan yang disebutkan pada spesifikasi ini lebih sempurna dikerjakan dan disetujui oleh
Konsultan Pengawas Sebelum pengecoran dimulai, semua alat-alat, material dan pekerja-pekerja
harus sudah berada di tempat dimana seharusnya, dan alat-alat dalam keadaan bersih serta siap
untuk dipakai. Permukaan sebelah dalam dari acuan harus sudah dibersihkan, dari bahan-bahan
lepas, kotoran-kotoran maupun potongan-potongan kawat/besi.
Acuan yang terbuat dari kayu dan dimana dikuatirkan adanya pengisapan air oleh kayu harus
terlebih dahulu dibasahi dengan air hingga jenuh. Tulangan-tulangan harus sudah seluruhnya
mendapat ijin dari Direksi mengenai penempatannya dan telah cukup diberi beton dekking
sedemikian sehingga pengecoran dan pemadatan beton nantinya tidak akan menyebebkan
tulangan-tulangan bergeser atau terlalu dekat dengan permukaan luar beton. Pemakaian bahan-
bahan pembantu dengan maksud memudahkan pelepasan acuan setelah beton mengeras, telah
betul diperiksa sehingga tidak mengganggu pelekatan antara besi dan beton. Bidang-bidang beton
lama yang akan berhubungan dengan beton yang akan di cor, harus terlebih dahulu dikasarkan,
dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh.
Dekat sebelum pengecoran beton baru, bidang-bidang kontak beton lama tersebut harus telah
disapu dengan spesi mortal dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
Pengecoran hanya diperbolehkan pada siang hari, kecuali ata seijin Direksi, dimana untuk
pengecoran yang akan dilakukan pada malam hari, perlengkapan-perlengkapan penerangan dan
lain-lain yang diperlukan untuk pekerjaan itu telah dipersiapkan dengan baik sebelumnya.
Pengecoran sebaiknya dilakukan segera setelah selesai pengadukan dan sebelum beton mulai
mengeras. Penundaan pengecoran dalam hal ini masih diijinkan dalam batas dimana beton masih
dapat dikerjakan tanpa penambahan air. Pengecoran dan pengerjaan beton harus diselesaikan
dalam waktu 20 menit sesudah keluar dari mixer, kecuali bila diberikan bahan-bahan pembantu
dengan maksud untuk melambatkan proses pengerasan beton.
Cara pengerjaan hendaknya dikerjakan sedemikian sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
(segregsi) dan pengerjaan kembali beton yang telah selesai dicor itu. Akan tetapi vila Direksi
menginginkan, adukan beton setelah dituang dari mixer dan diangkat ke tempat pekerjaan, dapat
diletakkan terlebih dahulu pada platform di dekat tempat-tempat yang akan dicor dengan maksud
untuk dikerjakan kembali (diaduk-aduk) agar didapat satu masa beton dengan konsistensi yang
merata. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melebihi tinggi 1,5 m dan tidak diperkenankan
menimbun beton dalam jumlah banyak disuatu tempat dengan maksud untuk kemudian
meratakannya sepanjang acuan. Lubang-lubang untuk pengaliran air, atau keperluan lainnya dapat
dibuat dari bambu-bambu atau batangbatang pisang dengan maksud untuk memudahkan
pengambilannya pada waktu pembongkaran acuan.
Untuk dinding beton, pengecoran dilakukan secara lapis-lapis horisontal setebal umurnya 30
cm, menerus seluruh panjangnya sampai dengan pengakhiran yang disokong oleh acuan yang
kokoh seperti yang tertera pada gambar rencana. Beton, acuan dan atau tulangan yang menonjol

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-11
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

keluar harus dicegah dari kemungkinan kena sentuhan atau getaran yang dapat membahayakan
daya lekatnya dengan beton.
7. Pemadatan
Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan alat-alat pemadat
(internal atau external vibrator) mekanis, kecuali bila Konsultan Pengawas mengijinkan cara
pemadatan dengan tenaga manusia. Cara pemadatan dengan tenaga manusia dilakukan dengan
merojok dan menusuk-nusuk adukan beton secara kontinyu.
Perlu juga diperhatikan penggetaran/pemadatan tidak terlalu lama dikerjakan yang dapat
mengakibatkan pemisahan bahan-bahan (seggregasi). Tenaga yang mengerjakan pekerjaan ini
harus telah banyak pengalaman dan pekerjaan pemadatan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Konsultan Pengawas.
Adapun alat penggetar terbagi 2, yaitu :
a) External Vibrator
Alat pemadat mekanis yang dipergunakan harus mampu memberikan getaran paling sedikit
5000 getaran permenit dari berat efektif sebesar 0,25 Kg. Alat ini harus diletakkan sedemikian
pada acuan sehingga akan menghasilkan getaran-getaran mendatar. Bila dipergunakan lebih
dari satu alat, jaraknya harus diatur sedemikian sehingga tidak menyebabkan peredaman
getaran alat lainnya. Untuk lantai atau plat-plat pemakaian external vibrator yang dilekatkan
pada acuan digunakan atas seijin Konsultan Pengawas
b) Internal Vibrator
Internal Vibrator dipergunakan dengan cara memasukkan alat-alat pulsator atau penggetar
mekanis ke dalam adukan beton yang baru dicor. Alat tersebut paling tidak memberikan 5000
getaran per menit. Alat ini harus dimasukkan ke dalam adukan beton searah dengan as
memanjangnya, sedalam menurut perkiraan bahwa beton itu secara keseluruhan tingginya
telah dipadatkan, kemudian ditarik keluar perlahan-lahan dan dimasukkan lagi pada posisi
selanjutnya.
8. Perawatan Beton
Pada umumnya beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan dan panas
matahari serta kerusakan-kerusakan lainnya yang disebabkan oleh gaya sentuhan sampai beton
telah menjadi keras. Permukaan beton harus diusahakan tetap dalam keadaan lembab, dengan
cara menutupinya dengan karung-karung basah, pasir basah atau menggenanginya dengan air
sampai basah atau cairan khusus curring.
Pelaksanaan perawatan (curring) beton diperlukan bila beton yang menggunakan semen
biasa dan tidak memakai bahan-bahan pembantu lainnya harus dilakukan perawatan/curring beton
selama minimum 7 hari atau sampai saat dimana kekuatan betonnya mencapai 70% dari kekuatan
minimum kubus test beton dari macam yang sama dan berumur 28 hari.

Pasal – 17
Pekerjaan Dinding

Untuk pekerjaan ini dapat dipergunakan bahan material yang dapat diperoleh di tempat
lokasi pekerjaan, diantaranya : Bata Merah dan Batako
1. Pasangan Dinding Bata Merah
a) Bahan pasangan tembok adalah Batu Bata ukuran minimal 50 x 100 x 200 mm yang
berkualitas baik, terbakar matang, cukup keras dan tidak keropos serta tidak pecah-pecah
melebihi 5%, mempunyai kekuatan tekan 60 – 80 Kg/cm2
b) Pasangan trasram dengan campuran 1 Pc : 3 Ps, digunakan untuk kaki tembok mulai dari
pasangan diatas sloof beton sampai 20 cm diatas permukaan lantai dan semua pasangan
batu bata yang berhubungan langsung dengan tanah.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-12
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

c) Pasangan dinding adukan 1 Pc : 4 Ps, digunakan untuk pasangan tembok yang tidak
termasuk pada point “2” tersebut diatas.
d) Semua batu bata harus direndam atau disiram sebelum dilakukan pemasangan
e) Semua pasangan harus tegak lurus, rata secara horizontal maupun vertikal, dan di l- akukan
dengan menggunakan tarikan benang yang dipasang tidak lebih dari 30 cm diatas pasangan
sebelah bawahnya dan batu bata yang patah tidak boleh digunakan.
f) Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk yang datar dan 1,5 cm untuk tegak, kecuali
jika ditentukan lain.
g) Setiap pasangan seluas 9 m2 atau dinding dengan lebar 3 m harus diberi kolom praktis
berukuran 12 x 12 cm; d e m i k i a n juga halnya dengan pertemuan antara pasangan atau
pada dinding yang berdiri bebas.
2. Pasangan Dinding Batako
a) Ukuran Batako yang dipakai adalah ukuran yang berlaku di pasaran ex. Lokal.
b) Pasangan batako dipergunakan perekat 1PC : 4 Ps, batako harus direndam air hingga
kenyang sebelum dipasang, sebanyak mungkin digunakan yang masih utuh, pemasangan
selalu memakai pedoman tegak dan datar sedemikian rupa hingga selalu didapat pasangan
yang rata, lurus, tegak, tebal nat maksimal 2 cm, dikeruk sedalam 1 cm untuk memudahkan
pelaksanaan plesteran.
c) Persyaratan pelaksanaan
• Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor diwajibkan memeriksa dengan
seksama gambar kerja dan melihat keadaan di lokasi pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
• Semua pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan standar spesifikasi dari
bahan/material yang digunakan.
• Kontraktor harus memperhatikan detail, bentuk profil sambungan dan atau hubungan
dengan material lain dan melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam gambar kerja.
• Pemasangan Batako
− Pelaksanaan pemasangan batako harus rapi, sama tebal, lurus tegak dan pola
ikatan harus terjaga baik diseluruh pekerjaan. Pengukuran dilakukan dengan tiang
lot dan harus diukur dengan tepat.
− Pertemuan sudut antara 2 dinding harus siku, kecuali apabila pertemuan tersebut
memang tidak siku seperti tercantum dalam gambar kerja.
− Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan
bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m vertikal dan horizontal.
Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar atau memperbaiki, biaya untuk
pekerjaan ini ditanggung Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan
tambahan.
− Untuk setiap pertemuan dinding pasangan ½ batu maupun 1 batu dan atau
permukaan dinding seluas 9 m2 dan atau seperti tercantum dalam gambar harus
dipasang kolom praktis dan atau balok penguat seperti pada gambar. Demikian
pula untuk setiap lubang (kusen pintu/jendela) atau lubang lainnya selebar >90 cm
harus dipasang balok penguat beton terlepas apakah hal tersebut tergambar atau
tidak didalam gambar.
− Untuk dinding dengan panjang maksimal 400 cm harus diberi kolom praktis dan
untuk dinding setinggi maksimal 400 cm harus diberi ring balok sebagai pengikat.
− Ukuran batako yang digunakan adalah 25 x 15 x 8 cm dengan toleransi 0,5 cm.
− Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan adukan perekat/spesi
antar batako harus sa,a setebal 2,50-3,00 cm.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-13
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

− Siar-siar ini harus dikerok dengan kedalaman 1 cm dengan rapi kemudian disiram
dengan air dan siap menerima plesteran. Semua kolom, balok maupun beton
lainnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja, harus dipasang angker Ø 6 mm
setiap jarak 75 cm. Panjang angker minimum 20 cm, 15 cm tertanam dalam batako,
sisanya tertanam dalam beton.
− Adukan perekat
o Adukan perekat/spesi harus selalu dalam keadaan segar atau belum mengeras
pada waktu pemakaian.
o Jarak waktu pencampuran adukan perekat/spesi dengan pemasangan jangan
melebihi 20 menit, terutama untuk adukan kedap air.
o Pasangan batako dengan adukan perekat/spesi 1 PC : 4 Psr, dilaksanakan mulai
dari ketinggian 20 cm diatas lantai, terkecuali disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
− Pemeliharaan
o Selama pemasangan dinding batako belum diberi lapisan bahan akhir (difinish),
kontraktor wajib memelihara dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran atas
bahan lain.
o Apabila pada saat pemasangan bahan akhir terdapat kerusakan berlubang dan
lain sebagainya, Kontraktor harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat
diterima oleh Direksi/Konsultan. Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak
diajukan sebagai pekerjaan tambah.

Pasal – 18
Pekerjaan Plesteran dan Acian

1. Pekerjaan plesteran dipakai perekat Semen Portland sesuai pekerjaan pasangan/beton


tersebut diatas dan pengisi pasir pasang dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
2. Dilaksanakan pada seluruh permukaan pasangan dinding yang ada baik terlihat maupun tidak
terlihat termasuk plesteran untuk pekerjaan beton.
3. Pelaksanaan segera setelah pasangan dinding mengering, tebal lapisan maksimal 1,5 cm,
selalu menggunakan pedoman tegak dan datar (straight dan level), sehingga didapat
permukaan yang rata lurus dan tegak tidak bergelombang, dan pengadukan harus
dilaksanakan secara homogen.
4. Persyaratan Pelaksanaan
a) Trassram adalah plesteran kasar dengan campuran kedap air, yaitu 1 Pc : 3 Ps, dipakai untuk
menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah hingga ke
permukaan tanah, plesteran profil dan/atau lantai.
b) Plesteran biasa/adukan adalah campuran 1 Pc : 4 Ps, adukan plesteran ini untuk menutup
semua permukaan dinding pasangan bangunan, terkecuali yang dinyatakan kedap air.
c) Plesteran halus/aci halus adalah campuran semen (Pc) dengan air yang dibuat sedemikian
rupa sehingga mendapatkan campuran yang homogen. Plesteran halus ini merupakan
pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
d) Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah adukan plesteran sebagai lapisan dasar
berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul.
e) Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan
pemasangan. Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 20 menit, terutama
untuk plesteran kedap air.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-14
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

f) Kontraktor harus menyediakan pekerja/tukang yang ahli untuk pelaksanaan pekerjaan


plesteran ini khususnya untuk plesteran aci halus.
g) Terkecuali untuk beraben, permukaan semua adukan plesteran harus diratakan, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil
ataupun benda – benda lain yang membuat cacat.
h) Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu dan
siar – siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm. Sedang untuk permukaan beton yang
akan diplester, harus dibersihkan dari sisa – sisa bekisting, kemudian di kretek/scratched.
Semua lubang – lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup adukan
plesteran.
i) Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi
pipa yang ada di seluruh bagian dinding bangunan.
j) Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat dipakai plesteran halus (acian)
di atas permukaan plesterannya.
k) Sebelum plesteran kering betul, dapat dilakukan pengacian tembok bagian dalam dengan
campuran : 1Pc : 8Pc putih atau A Plus, di aci dan digosok hingga permukaannya licin dan
rata, untuk tembok bagian luar diaci dengan adonan Portland Cement.
l) Untuk bidang dinding pasangan menggunakan bahan/material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur – alur garis horisontal untuk memberikan ikatan yang lebih
baik terhadap bahan/material yang akan digunakan tersebut.
m) Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang
tidak boleh melebihi 3 mm, untuk setiap area 2 m’.
n) Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom seperti yang
dinyatakan dan tercantum dalam gambar kerja. Tebal plesteran minimal 1,5 dan maksimal
2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
diikatkan/dipakukan kepermukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk
memperkuat daya lekat plesteran.
5. Pemeliharaan
a) Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar tidak
berlangsung secara tiba – tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan
plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari panas matahari langsung
dengan penutup yang mencegah penguapan air secara cepat.
b) Pembasahan tersebut dilakukan selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dengan
selalu menyiram air sekurang – kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
c) Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan bahan/material akhir, kontraktor wajib
memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan–kerusakan dan pengotoran, biaya
pemeliharaan adalah tanggung jawab kontraktor, dan tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambah.
d) Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan/material akhir diatas permukaan
plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 1 (satu) minggu, plesteran harus
cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut di
atas.
e) Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Direksi/Konsultan,
maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki pekerjaan tersebut sampai
disetujui oleh Direksi/Konsultan.

Pasal – 19
Pekerjaan Atap

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-15
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

1. Lingkup pekerjaan :
a) Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
b) Pekerjaan pembuatan kuda-kuda dan gording Pipa ERW (Electric Resistance Welded)
meliputi seluruh detail yang dinyatakan dalam gambar.
2. Persyaratan Bahan dan Teknis
a) Bahan Kuda-kuda dari Pipa ERW berkualitas baik (KW 1) dengan ukuran diameter 218,5
mmntebal 8 mm dan diameter 190,8 mm tebal 5 mm.
b) Bahan Gording dari Pipa ERW berkualitas baik (KW 1) dengan ukuran diameter 139,8 mm
tebal 4,5 mm.
c) Mutu dan kualitias Pipa ERW yang dipakai sesuai persyaratan dalam SNI, lurus dan
permukaan rata, bebas dari cacat seperti retak-retak maupun cacat lainnya.
d) Pengelasan sambungan pipa harus kuat serta rapih dan harus sesuai dengan standar
pengelasan yang berlaku.
e) Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus diperoleh dari leveransir yang
dikenal dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi. Semua bahan tersebut harus lurus,
rata permukaan tidak cacat.
f) Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggungjawab terhadap semua ukuran-
ukuran yang tercantum dalam Gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran pada Gambar Kerja
adalah ukuran jadi/finish.
g) Setiap bagian yang buruk tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang diakibatkan
oleh kurang teliti dan kelalaian Kontraktor akan ditolak dan harus diganti kewajiban yang
sama juga berlaku untuk ketidak cocokan kesalahan maupun kekurangan lain akibat
Kontraktor tidak teliti dan cermat dalam koordinasi dengan Gambar pelengkap. Pekerjaan
perubahan dan pekerjaan tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya Kontraktor dan
tidak dapat diklaim sebagai biaya tambah.
h) Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke Konsultan
Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis. Semua perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya
tambahan yang mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan
pekerjaan kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan kurang.
i) Kontraktor bertanggung jawab atas semua kesalahan detail, fabrikasi dan ketepatan
penyetelan/pemasangan semua bagian Konstruksi kuda-kuda dan gording.
3. Persyaratan Pelaksanaan :
a) Sebelum pelaksanaan rangka atap dilaksanakan, pelaksana wajib memberikan soft drawing
yang sesuai dengan gambar rencana untuk disetujui pihak direksi dan konsultan perencana.
b) Pembuatan dan pemasangan rangka atap dan bahan lain terkait harus dilaksanakan sesuai
gambar design yang telah dihitung.
c) Semua detail dan sambungan harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
d) Seluruh kelengkapan atau barang dan pekerjaan lain yang diperlukan demi kesempurnaan
pemasangan (walaupun tidak secara khusus diperlihatkan dalam gambar ataupun
dipersyaratkan di RKS ini) harus diadakan/disediakan/dikerjakan.
e) Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda-kuda berdasarkan spesifikasi desain dan pembebanan yang telah
disepakati. Berkenaan dengan hal itu, pihak Konsultan Perencana struktur berhak meminta
informasi mengenai reaksi perletakan kuda-kuda.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-16
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

Pasal - 20
Pekerjaan Penutup Atap dan Bubungan

1. Bahan Penutup Atap; Spandex (KW 1) yang mempunyai permukaan rata dan halus dan
berkualitas baik, sistim pemasangannya bedasarkan gambar kerja dan petunjuk dari pabrik
Spandex tersebut.
2. Atap spandek yang digunakan memiliki ketebalan 0,50 mm, tinggi profil 25 mm dan berat 3,80
kg/m2.
3. Bubungan atap digunakan dari jenis Plat Aluminium.
4. Sistim pemasangan :
a. Sistim pemasangan mengikuti arah kemiringan dan sebelum dipasang harus
dicek/ditimbang (elevasi) rata dan tidak bergelombang pada permukaan.
b. Sambungan antara atap yang saling bersinggungan harus sesuai dengan petunjuk teknis
pemasangan jenis atap yang digunakan.
c. Jarak pemasanganTumpang tindih (overlap) yang disarankan adalah minimal 20
cm/sambungan.
5. Pekerjaan atap dianggap selesai apabila semua bekas-bekas guntingan telah dibersihkan.

Pasal – 21
Pekerjaan Plafond

1. Bahan
a) Bahan rangka plafond memakai rangka metal furing/hollow
b) Ukuran disesuaikan dengan gambar rencana
c) Penutup : bentuk penutup plafond sesuai dengan gambar rencana.
Penutup plafond memakai Gypsum tebal 9 mm atas petunjuk dan persetujuan Direksi.
2. Pelaksanaan
a) Sebelum pemasangan rangka plafon harus dileveling terlebih dahulu dengan menggunakan
alat bantu dan diukur sesuai dengan ketentuan yang digunakan.
b) Profil metal furing dipasang dengan jarak menyesuaikan dengan ukuran gypsum.
c) Rangka plafond harus kuat dan tidak mudah melendut terutama pada bagian tengah, untuk
menghindari hal tersebut maka gantungan rangka plafond harus diperhatikan dengan
menggantungkan pada gording dan kuda-kuda atau pada stek besi bila pemasangan
plafond dibawah plat beton.
d) Penyambungan rangka metal furing menggunakan paku ulir/sekrup.
e) Rangka metal furing digantung dengan menggunakan penggantung dari bahan kawat baja.
f) Pemasangan plafond harus rata dan rapih, bentuk dan ukuran sesuai gambar.
g) Ukuran dan pola plafond harus sama dengan gambar atau mendapat persetujuan Direksi.
h) Sedangkan antara penutup langit-langit dengan tembok diberi list plafond dengan ukuran
sesuai dengan gambar kerja.
3. Hasil akhir yang dikehendaki
a) Pola pemasangan rangka dan penutup plafond harus sesuai dengan rencana atau petunjuk
Direksi.
b) Plafond rata, tidak bergelombang dan retak.
c) Garis-garis alur, lurus, rapi, dengan jarak alur seragam.

Pasal – 22
Pekerjaan Kusen Pintu Alumunium

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-17
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

1. Lingkup pekerjaan :
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat- alat
bantu lainnya untuk pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik dan sempurna.
b. Meliputi fabrikasi dan instalasi seluruh kusen dan daun pintu yang dinyatakan dalam
gambar menggunakan bahan alumunium.
c. Pekerjaan lain yang berhubungan :
• Pekerjaan kaca
• Pekerjaan penggantung dan pengunci
• Pekerjaan joint sealant
2. Bahan-bahan :
a. Bahan kusen dari Aluminium berkualitas baik (KW 1).
b. Ukuran kusen sesuai dengan gambar rencana.
c. Mutu dan kualitias Aluminium yang dipakai sesuai persyaratan dalam SNI, lurus, siku dan
permukaan rata, bebas dari cacat seperti retak-retak maupun cacat lainnya.
d. Kelengkapan sambungan
e. Neoprene gasket
f. Sealant setara DOW CORNING DC 793, atau GE
g. Angkur plat baja tebal 2 – 3 mm dengan dynabolt M8
3. Alat Kerja :
a. Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan yang diperlukan untuk
fabrikasi komponen dan juga perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
b. Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini terutama yang dipergunakan untuk
menjalankan peralatan kerjanya.
4. Pelaksanaan :
a. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan standard pengerjaan yang
telah disetujui oleh Pengawas proyek
b. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini pelaksana wajib meneliti gambar rencana.
c. Sambungan Aluminium harus kuat dan tanpa celah serta sesuai dengan detail sambungan
yang ada pada gambar rencana.
d. Kusen Aluminium harus siku serta sambungan-sambungan harus rapat.
e. Kontraktor harus meneliti perletakan dan bukaan-bukaan pintu/jendela pada gambar kerja
sebelum melaksanakan pekerjaan baik perakitan, pengadaan maupun pemasangan kusen
tersebut dan bila terdapat kelainan / kesalahan seperti perletakan, bukaan serta ukuran-
ukuran segera dikonsultasikan dengan Direksi/Pengawas Lapangan. Atas kelalaian
Kontraktor maka kontraktor d iwajibkan memperbaiki atau mengganti sesuai dengan
gambar kerja atau kebutuhan.
f. Pemasangan kusen harus siku baik Horizontal maupun Vertikal dengan memakai alat
Waterpass dan Benang serta harus dikontrol dengan dinding untuk mendapatkan hasil
yang rata setelah dinding diplester.
g. Semua pengujian kusen harus dipastikan kokoh sebelum pekerjaan selesai.
h. Pelat daun pintu harus diperkuat/dengan diperkaku profil baja
i. Tepi atas dan bawah harus ditutup dengan besi kanal yang tersembunyi dalam pelat baja
5. Macam Pekerjaan.
a. Konstruksi dan macam-macam pekerjaan lainnya menggunakan jenis Aluminium seperti
dibawah ini.
• Semua kusen-kusen yang ditentukan dalam gambar
• Bingkai bovenlight kaca

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-18
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

• Semua ukuran yang terdapat dalam gambar kerja adalah ukuran jadi.
b. Pintu Besi Pelat

Pasal – 23
Pekerjaan Kaca

1. Pekerjaan ini mencakup seluruh jenis pekerjaan kaca yang ada dalam dokumen kontrak;
2. Pemasangan kaca untuk daun jendela maupun kaca mati menggunakan kaca Bening Ex. ASAHI
MAS, atau yang setara, tebal 5 mm.
3. Ukuran kaca disesuaikan dengan gambar rencana.
4. Pemasangan kaca harus sesuai dengan persyaratan, dengan menutup sponneng yang tersedia
pada semua sisi dengan Karet/Sealent. Setelah semua kaca, Karet/sealent terpasang rapat
hingga kaca tidak bergetar.
5. Kualitas kaca yang dipakai harus baik, rata, tidak bergelombang dan tidak ada cacat lain yang
merugikan.

Pasal – 24
Pekerjaan Pengunci dan Alat Penggantungan

1. Semua kunci-kunci dan alat penggantungan harus kuat, buatan dalam negeri kualitas baik dan
pemborong diwajibkan mengajukan contoh-contoh terlebih dahulu untuk mendapat
persetujuan Direksi.
2. Tiap daun pintu harus mempunyai tiga buah angsel nylon dan dipasang kunci tanam komplit,
double slag kualitas baik.
3. Tiap pintu dua daun dipasang satu stel grendel tanam kualitas yang baik dan yang dipernekel.
4. Pemborong harus melakukan pemasangan perlengkapan tersebut serapih mungkin.
5. Pintu WC harus diberi grendel yang bertanda “isi dan kosong”.

Pasal – 25
Pekerjaan Urugan Pasir

1. Lingkup pekerjaan ini adalah urugan pasir dibawah lantai pada bangunan dengan ketebalan 5
cm sebagaimana yang dinyatakan dalam gambar kerja.
2. Lapisan pasir urug harus ditimbun/ dipadatkan dengan diairi sebelum lantai ubin dipasang
pasir urug harus bersih dari akar-akar dan kotoran lain.

Pasal – 26
Pekerjaan Lantai

1. Lingkup pekerjaan ini adalah permukaan lantai seluruh bangunan sebagaimana yang
dinyatakan dalam gambar kerja.
a. Bahan lantai dan dinding lainnya menggunakan Tegel Kramik yang berkualitas baik, siku,
rata serta tidak pecah dan warna ditentukan kemudian.
b. Lantai ruang dalam/luar mengunakan tegel Kramik 30 X 30 CM putih polos
c. Lantai KM/WC menggunakan tegel kramik 20 X 20 CM
d. Dinding KM/WC dan Kas menggunakan tegel kramik 20 X 25 CM setinggi 150 cm
e. Nat tegel kramik yang diizinkan adalah 1 MM harus rata dan lurus dan pemasanganya harus
dileveling dengan memakai waterpass.
f. Semua kramik yang digunakan adalah produksi dalam Negeri yang berkualitas (KW1).

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-19
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

2. Cara pemasangan tegel kramik :


a. Sebelum pekerjaan lantai dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan persiapan yang baik
terutama pemadatan pasir urug yang menggunakan mesin stamper dengan baik.
Permukaan yang akan dipasang kramik harus bersih, cukup kering dan rata air dan disetujui
oleh Direksi/Pengawas Lapangan, baik kontrol rencana peil lantai yang di inginkan maupun
leveling.
b. Tentukan patokan dengan mempertimbangkan letak-letak ruang, beda tinggi lantai yang
telah direncanakan.
c. Sebelum tegel kramik dipasang, terlebih dahulu harus direndam dalam air.
d. Setiap jalur pemasangan kramik sebaiknya ditarik benang dan rata air.
e. Adukan semen kental untuk permukaan dasar kramik harus penuh dan rata.
f. Perbandingan adukan yang dianjurkan untuk lantai 1 Pc : 3 Ps dengan ketebalan rata-rata
0,5 – 1,5 CM diatas lantai.
g. Adukan pengisi Nat dari semen tegel spesial hingga terisi penuh dan dioles dengan jari
tangan atau dengan menggunakan bahan dari karet atau gabus agar permukaan menjadi
mulus dan mengkilap.
h. Pemasangan semen nat, dilaksanakan paling cepat 24 jam setelah pemasangan kramik
lantai.
i. Pemotongan tegel kramik sedapat mungkin dihindari, bila terpaksa harus dipotong, maka
potongan terkecil tidak boleh kurang dari ½ ukuran tegel. Pemotongan harus dilakukan
dengan hati-hati dan memakai alat pemotong elektrik.
j. Penggunaan Tegel Kramik dari setiap unit bangunan berdasarkan RAB dan Gambar
k. Apabila mutu dan cara pemasangan tegel kramik tersebut tidak memenuhi mutu standar
atau contoh yang telah disepakati, maka Direksi/Pengawas wajib melakukan perintah
pembongkaran secara tertulis kepada pelaksana Kontraktor dilapangan.

Pasal – 27
Pekerjaan Sanitair dan Instalasi Air

1. Sanitair
a. KM/WC menggunakan Closet Duduk yang berkualitas baik, Kran-kran air kamar mandi
menggunakan Stainless Steel lengkap dengan floor drain/pembuangan pada sisi dalam.
Kemudian pada sisi luar dibungkus dengan pasangan batu bata, sesuai gambar detail.
b. Nat sambungan kramik baik vertikal maupun horizontal memakai ukuran serapat mungkin
sekitar 2 mm agar memberi kesan bersih.
2. Instalasi air terdiri dari beberapa jenis sebagai berikut :
a. Air Bersih
• Semua Instalasi air bersih maupun sambungan-sambungannya menggunakan Pipa PVC
yang berkualitas AW,
• Pipa PVC diameter ½ “ untuk daerah KM/WC dan tertanam, Untuk pipa PVC diameter
¾” dan 1 “ digunakan pada pipa distribusi dan suplay air bersih.
• Sedangkan untuk pembuangan dan air kotor cair menggunakan pipa PVC diameter 3”
dengan sistim sambungan Lem.
b. Air Kotor/Air Buangan
Instalasi air kotor terdiri atas 2 (dua) jenis yaitu air Padat dan air buangan cair dengan uraian
sebagai berikut :
• Instalasi air kotor padat
o Instalasi air kotor padat menggunakan pipa PVC diameter 4” dengan standar
ketebalan “D” dan sambungan menggunakan ketebalan “AW”.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-20
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

o Penggunaan lem pada sambungan, pemasangannya seperti uraian pada pipa air
bersih
• Instalasi air kotor cair
Instalasi untuk KM/WC baik vertikal maupun horizontal menggunakan pipa PVC
diameter 3” dengan standar ketebalan “D” dan sambungan menggunakan ketebalan
“AW”.
3. Seluruh instalasi tersebut diatas harus ditempatkan pada jalur yang telah ditetapkan (Shap)
dan memperhatikan kemiringan serta arah buangan air tersebut sesuai petunjuk
Direksi/Pengawas.

Pasal - 28
Pekerjaan Instalasi Listrik

1. Umum
Pemborong harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan, baik dalam
spesifikasi ini maupun yang tertera dalam gambar kerja dimana bahan-bahan dan peralatan
yang dipergunakan harus sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi ini.
Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi yang dipersyaratkan, maka merupakan kewajiban pemborong untuk
mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini
tanpa ada ketentuan tambahan biaya.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan serta menyerahkan dalam keadaan
baik dan siap untuk dipergunakan.
b. Garis besar lingkup pekerjaan listrik yang dimaksud adalah :
• Sekring Kast dan MCB serta kelengkapannya.
• Pentanahan/Grounding
• Pengadaan dan Pemasangan kabel-kabel serta instalasi yang tertanam dalam tembok,
plat beton, plafond dan lain-lain.
• Pengadaan dan Penyambungan Daya Listrik termasuk intalasi luar
c. pekerjaan ini adalah menyala.
3. Jenis Bahan
a. Panel tegangan rendah
• Panel tegangan rendah harus mengikuti standar VDE/DIN serta mengikuti peraturan IEC
dan PUIL.
• Panel harus dibuat dari plat besi dengan tebal 2 MM dan seluruhnya harus di Zinchromat
di duco 2 kali dengan cat bakar, warna abu -abu, pintu dari Panel tersebut harus
dilengkapi dengan Master Key.
• Konstruksi dalam panel serta letak dari komponen -komponen harus diatur sedemikian
rupa sehingga apabila diperlukan pada waktu perbaikan dan pen yambungan
komponenkomponen yang dimaksud dapat dengan mudah dilaksanakan tanpa
mengganggu komponen yang lainnya.
• Ukuran dari tiap-tiap unit panel harus disesuaikan dengan keadaan dan keperl u- an dan
komponen-komponen pengaman yang digunakan harus sesuai dengan gambar.
b. Kabel - kabel
• Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan minimal 0,6 KA dan
0,5 KV untuk kabel NYM dari merk yang lolos standar yang diizinkan.
• Pada perinsipnya, kabel-kabel daya yang dipergunakan adalah jenis NYM dan NYA untuk
kabel penerangan.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-21
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

• Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus dimintakan


persetujuan terlebih dahulu pada Direksi.
• Penampang kabel minimum yang dapat dipergunakan adalah 2,5 MM.
c. Sakelar dan Stop kontak
• Sakelar dan stop kontak yang akan dipasang pada dinding tembok adalah type
pemasangan masuk/Inbow dan kotak-kotak Inbow dipasang pada dinding sesuai
gambar.
• Stop kontak biasa (inbow) yang dipasang mempunyai rating 10 A dan mengikuti Standar
VDE sedangkan Stop Kontak khusus 1 (satu) Phase (inbow), mempunyai rating 15 A.
• Stop kontak khusus 3 (tiga) phase (inbow) harus mempunyai rating minimal 15 A.
• Stop kontak dinding dan Sakelar dipasang setinggi 150 CM dari permukaan la ntai.
4. Persyaratan Teknis Pemasangan
a. Panel-panel
• Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari Pabrik pembuatannya dan rata
secara horizontal.
• Setiap kabel yang masuk /keluar dari panel harus dilengkapi dengan Gland dari karet
atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan yang tajam.
• Panel harus ditanahkan.
b. Kabel-kabel
• Semua kabel pada kedua ujungnya harus diberi tanda dengan Cable Merk yang jelas dan
tidak mudah lepas, untuk mengidentifikasi arah beban.
• Setiap Kabel Daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengide n- tifikasi
phasenya dengan PUIL.
• Kabel Daya yang dipasang harus di Klem dan disusun dengan rapih
• Setiap tarikan kabel tidak diperkenangkan adanya penyambungan, kecauli pada kabel
penerangan.
• Seluruh kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton, harus dibua t- kan
sleeve dari pipa PVC dengan diameter minimum 2,5 kali penampang kabel.
c. Lampu-lampu penerangan
• Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana Plafond dan artistik
serta disetujui oleh Direksi/Pengawas Lapangan.
• Lampu tidak diperkenangkan memberikan beban kepada rangka plafond.
• Penggunaan lampu harus sesuai gambar kerja.
d. Pengujian
• Sebelum semua peralatan utama dari sistim listrik itu dipasang, terlebih dahulu harus
diadakan pengujian secara individual.
• Peralatan tersebut dapat dipasang setelah dilengkapi dengan Sertifikat Pengujian yang
baik dari pabrik yang bersangkutan dan LMK/PLN serta Instansi lain yang berwenang
untuk itu.
• Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian secara menyeluruh dari
sistem untuk menjamin bahwa sistem tersebut berfungsi dengan baik.

Pasal – 29
Pekerjaan Pengecatan

1. Ketentuan Umum
a. Sebelum memulai pekerjaan , bidang-bidang yang akan dilapisi/ dicat terlebih dahulu
disiapkan dengan baik.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-22
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

b. Bidang harus mempunyai permukaan yang rata dan lurus atau mempunyai kemiringan
sesuai dengan gambar rencana, bebas dari segal macam kotoran, tidak retak atau pecah
dan tidak lembab.
c. Pelaksanaan pekerjaan baru dapat dilaksanakan setelah bagian tersebut diperiksa oleh
Pengawas dan diizinkan pelaksanaannya.
d. Pelaksana harus mengajukan contoh-contoh bahan untuk disetujui oleh Pengawas. Bahan
yang digunakan harus sesuai dengan contoh yang telah disetujui dan dalam keadaan baru,
dikemas dalam kaleng-kaleng yang masih disegel serta tidak pecah atau bocor.
e. Penggunaan bahan-bahan harus sepengetahuan pengawas dan pelaksana bertanggung
jawab atas keaslian dari warna dan bahan yang digunakan.
f. Pelaksana harus memberikan jaminan tertulis bahwa hasil pekerjaan pengecatan tidak
menggelembung, mengelupas dan cacat-cacat lainnya selama 2 tahun sesudah penyerahan
pekerjaan.
2. Pengecatan Cat Besi Zinc Chromate
a. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan konstruksi dan kolom-
kolom besi.
b. Sebelum pengecatan konstruksi rangka baja dengan menie Zink Cromate seluruh
permukaan harus dibersihkan dari karat, minyak dan noda-noda lainnya.
c. Pengecatan dengan Zinc Chromate pada prinsipnya harus dilaksanakan dibawah sebelum
konstruksi rangka terpasang
d. Pengecatan dengan Zinc Chromate minimal 80 mikron
e. Perbaikan pada bagian-bagian cat yang cacat akibat erection harus dilakukan kembali
hingga seluruh permukaan konstruksi tertutup cat.
3. Pengecatan Tembok dan Plafond
a. Cat tembok yang dapat dipergunakan adalah jenis cat bekualitas dan tata laksana
pengecatan harus mengikuti patent atau petunjuk Pabrik.
b. Sebelum dinding dicat, terlebih dahulu harus diplamur dengan plamur tembok kemudian
diamplas hingga halus, selanjutnya dilakukan pengecatan.
c. Bagian yang akan dicat tembok adalah :
• Seluruh permukaan tembok yang nampak dan telah diaci dengan rata.
• Seluruh plafond kalsi board maupun Gypsum board dan lesnya
• Seluruh permukaan beton yang nampak (kolom, balok, sunscreen, bagian bawah plat
lantai, ring balk ) dan lain-lain
d. Pengecatan 2 atau 3 kali sampai merata, warna yang digunakan harus disetujui oleh Direksi
atau Pengawas Lapangan.
e. Warna akan ditentukan kemudian oleh Direksi atau Bouwheer.

Pasal – 30
Persyaratan Lain-lain

1. Pelaksana diwajibkan membuat gambar-gambar revisi, bila diperlukan, dan gambar-gambar


detail dari pekerjaan yang akan dilaksanakan. Gambar-gambar tersebut diajukan kepada
Direksi untuk disetujui.
Gambar revisi atau gambar-gambar detail harus dibuat dalam rangkap dua dan diserahkan
kepada Direksi. Pemborong wajib membuat gambar pelaksanaan (as built drawing) yang harus
diserahkan Pemborong kepada Direksi pada waktu penyerahan Pekerjaan Pertama.
2. Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pemasangan instalasi
sementara untuk air dan listrik, bila diperlukan sampai berfungsi dengan baik serta seluruh
biaya yang diperlukan adalah tanggungan Pemborong.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-23
| RENCANA KERJA dan SYARAT-SYARAT

3. Pemborong dan Direksi tidak terlepas dari tanggung jawab terhadap hal-hal yang tidak
diinginkan pada pekerjaan yang dilaksanakan atau yang diawasi akibat pelaksanaan dan
gambar/design yang salah.
4. Selama masa pelaksanaan kegiatan proyek, pihak Pemborong harus memenuhi kewajibannya
kepada pihak Pelabuhan sebagai berikut:
a. Membangun pagar sementara pada batas lahan yang disediakan/diserahkan untuk
sementara selama pelaksanaan proyek kepada pihak proyek/Pemborong pelaksana atas
beban Pemborong, Pagar sementara harus dibersihkan kembali dan menyingkirkan bahan-
bahan bekas bongkarannya ke tempat yang ditentukan oleh Direksi atas beban
Pemborong.
b. Lahan yang diserahkan kepada Pemborong untuk lokasi kegiatan proyek, termasuk untuk
lokasi Direksi Keet, Kantor Pemborong, gudang bahan dan lapangan penumpukan oleh
Pihak Pemborong.
c. Ponton pancang dan ponton-ponton transport yang beroperasi di daerah perairan
pelabuhan selama jangka waktu pelaksanaan proyek dibebaskan dari pungutan jasa
kepelabuhan, kecuali apabila ponton tersebut bertambat pada dermaga/tambatan yang
tidak diserahkan untuk kegiatan proyek.
Pasal – 31
Dokumentasi Proyek Saat Pelaksanaan

Dokumentasi proyek untuk pelaksanaan setiap lingkup pekerjaan dari progress 0%, 25%, 50%, 75%,
100% dalam bentuk foto dari kamera digital dengan resolusi 8 Megapixel dan video dari handycam
full HD (High Definition) dengan resolusi (1920x1080) atau (1280x720)p menggunakan tripod. Saat
pengambilan foto dan video proyek, diambil dari tempat yang sama dari urutan 0%, 25%, 50%, 75%,
100% supaya dokumentasi yang dihasilkan dapat menerangkan proses pengerjaan, serta pada saat
kemajuan pekerjaan 100% dilakukan pengambilan aerial video menggunakan drone

Pasal – 32
Perubahan-Perubahan

1. Semua ketentuan-ketentuan dalam RKS ini dan gambar-gambar kerja dapat dirubah dan
ditambah sesuai kebutuhan dimana perlu, akan tetapi semua hal tersebut harus dilakukan
pada waktu pemberian penjelasan dan pekerjaan ini (Aanwijzing) dan dituangkan dalam Berita
Acara.
2. Perubahan-perubahan pada waktu pelaksanaan apabila menurut Direksi diperlukan akan
diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

STUDI DETAIL ENGINEERING DAN DESAIN (DED) FASILITAS DARAT PELABUHAN MOOR
PROVINSI PAPUA TA. 2018 VI-24

Anda mungkin juga menyukai