PEKERJAAN :
PERENCANAAN PEMABNGUNAN KORIDOR
PENGHUBUNG GEDUNG F DAN GEDUNG GRAHA
DROP OFF GEDUNG F DAN GEDUNG B
LOKASI PEKERJAAN :
JL. KYAI MAJA NO. 43 KEBAYORAN BARU
JAKARTA SELATAN
KONSULTAN PERENCANA
DAFTAR ISI
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN KORIDOR PENGHUBUNG GEDUNG F DAN GEDUNG B
DROP OFF GEDUNG F DAN GEDUNG B
DI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA
BAB. I
SYARAT-SYARAT UMUM
PASAL 1
URAIAN
1.1. Keterangan Umum.
Pemberi Tugas : RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA
1.3. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan membersihkan sisa
bahan dari segala kotoran akibat kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa
material bangunan serta gundukan tanah, bekas tanah dan lain sebagainya.
1.4. Menyediakan Direksi Keet yang berupa Ruang Rapat dengan kapasitas 10
orang, ruang kerja Penyedia Jasa Konsultan Pengawas/MK dan Los Kerja untuk
menyimpan bahan-bahan bangunan yang akan digunakan.
PASAL 2.
PEKERJAAN YANG HARUS DILAKSANAKAN
2.1. Menurut Dokumen Pengadaan Barang/Jasa antara lain :
(1) Rencana Kerja dan Syarat-syarat
(2) Gambar Kerja/Gambar Rencana (Bestek)
(3) Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
(4) Perubahan-perubahan dalam pelaksanaan (bila ada).
(5) Pekerjaan yang Harus dikerjaan oleh kontraktor Pelaksana, Meskipun tidak
disebutkan dldalam Bill of Quantity antara lain :
PASAL 3.
KUASA PENYEDIA JASA PEMBORONGAN DAN KEAMANAN DILAPANGAN
3.1. Di lokasi pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib menunjuk seorang
kuasa Penyedia Jasa Pemborongan atau biasa disebut Pelaksana Kepala yang
cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat
kuasa penuh dari Penyedia Jasa Pemborongan.
3.2. Meskipun demikian tanggung jawab sepenuhnya tetap pada Penyedia Jasa
Pemborongan.
3.3. Apabila pelaksana yang ada kurang mampu atau tidak cukup cakap dalam
memimpin jalannya pelaksanaan pekerjaan, maka Penyedia Jasa, Konsultan
Pengawas dan Tim Pengawas Teknik Proyek berhak mengusulkan untuk
disediakan penggantinya.
PASAL 4.
JAMINAN KESELAMATAN KERJA
4.1. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan obat-obatan sesuai dengan
ketentuan dan syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang
selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk musibah yang terjadi.
4.2. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan air minum yang bersih dan
memenuhi syarat kesehatan bagi semua petugas yang terkait dan pekerja
yang ada dibawah tanggung jawabnya.
4.3. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan Alat keselamatan Kerja Baik
Untuk Pekerja, termasuk Konsultan Pengawas/MK dan Tim Tehnik Bangunan,
alat kkselamatan kerja yang dimaksud adalah Peralatan P3K, Helm pengaman,
Sabuk Pengaman (safety belt), sepatu Lapangan, sarung tangan dan alat-alat
keselamatan kerja lainnya yang dipandang perlu selama proses pekerjaan
sebagaimana telah diatur dalam peraturan K3.
PASAL 5.
TIMBANGAN DUGA ( PEILHOOTGE )
5.1. Timbangan Duga (Peilhootge) ditentukan sesuai gambar rencana atau pada
saat peninjauan ke lokasi pekerjaan (dalam rangka uitzet).
5.2. Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat patok duga, letak patok
ditentukan kemudian.
PASAL 6.
UKURAN POKOK DAN BATAS DAERAH KERJA
6.1. Ukuran pokok dicantumkan dalam gambar bestek, ukuran yang belum
tercantum dalam gambar bestek dapat ditanyakan pada Penyedia Jasa
Konsultan Perencana dan atau Penyedia Jasa Konsultan Pengawas/MK.
6.2. Penyedia Jasa Pemborongan harus memeriksa kecocokan semua ukuran di
dalam gambar, apabila terjadi ketidakcocokan wajib segera memberitahukan
kepada Penyedia Jasa Konsultan Pengawas/MK atau Penyedia Jasa Konsultan
Perencana untuk minta pertimbangan. Apabila terjadi kesalahan pelaksanaan
di luar ijin atau pertimbangan Penyedia Jasa Konsultan Pengawas/MK atau
Penyedia Jasa Konsultan Perencana, maka menjadi tanggungjawab Penyedia
Jasa Pemborongan.
6.3. Apabila dalam gambar Bestek tergambar, sedang pada SDP/Spesifikasi Teknis
dan BQ tidak tertulis,maka Gambar Bestek yang mengikat.
6.4. Apabila dalam SDP dan Spesifikasi Teknis tertulis sedangkan didalam Gambar
Bestek dan BQ tidak tergambar/tidak tertulis,maka SDP/Spesifikasi Teknis
yang mengikat.
PASAL 7.
PEKERJAAN PERSIAPAN
7.1. Pengukuran
(1) Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pengukuran adalah pekerjaan pengukuran lokasi proyek untuk
menentukan luasan, batas-batas lokasi, ketinggian dan level eksisting
lokasi proyek hingga menghasilkan data berupa gambar yang lengkap.
7.8. Situasi
1) Pembangunan akan dilaksanakan di dalam lokasi Rumah Sakit Pusat
Pertamina Jakarta.
2) Halaman pembangunan akan diserahkan kepada pelaksana sebagaimana
keadaan pada waktu rapat penjelasan untuk ini hendaknya para
Kontraktor mengadakan penelitian yang seksama terutama mengenai
tanah bangunan yang ada, sifat, luas pekerjaan dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi harga penawaran.
3) Dalam rapat penjelasan akan ditunjuk tempat dimana pembangunan akan
dilaksanakan tertera pada gambar.
PASAL 8.
PEKERJAAN PENGUKURAN DAN SURVEI LAPANGAN
8.1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil
tekniknya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi
PASAL 9.
PEKERJAAN BONGKARAN
9.1. PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN
a. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran /
pembersihan / pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site
terhadap semua hal yang dinyatakan oleh Konsultan Pengawas / Perencana
dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu
kelancaran pelaksanaan diantaranya :
• Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.
• Pembersihan material yang ada di lokasi.
b. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk
dapat dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.
c. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak
/ site konstruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang
ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas.Pada dasarnya, barang-barang
bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam pekerjaan, kecuali
apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.
d. Apabila ada kerusakan yang diakibatkan oleh kontraktor pelaksana
diluar lingkup pekerjaan, maka segala macam biaya-biaya
perbaikan yang timbul akan menjadi beban kontraktor pelaksana
sepenuhnya.
PASAL 10.
PEDOMAN PELAKSANAAN DAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU (NEW
NORMAL) PADA PEYELENGGARAAN KONSTRUKSI
10.1. PROTOKOL UMUM
1. TEMPAT KERJA
a. Penggunaan masker diwajibkan selama di tempat kerja, selama
perjalanan dari dan ke tempat kerja, serta setiap keluar rumah.
b. Prosedur masuk ke tempat kerja dilakukan sebagai berikut :
BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN STRUKTUR BETON DAN BAJA
PASAL 1
PEKERJAAN TANAH UNTUK LAHAN BANGUNAN
1.2. UMUM
Pembersihan, penebasan / pembabatan dan persiapan daerah yang akan
dikerjakan.
1) Pada umumnya, tempat-tempat untuk bangunan dibersihkan. Penebasan
/ pembabatan harus dilaksanakan terhadap semua belukar, sampah yang
tertanam dan material lain yang tidak diinginkan berada dalam daerah
yang akan dikerjakan, harus dihilangkan dan dibuang dengan cara-cara
yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dan
sebagainya, harus dihilangkan sampai kedalaman 0,500m di bawah
tanah dasar/permukaan.
2) Semua daerah urugan, harus dipadatkan, baik urugan yang telah ada
maupun terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari
sisa-sisa tumbuhan atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan
pelapukan dikemudian hari.
3) Segala pekerjaan pengukuran, persiapan termasuk tanggungan
Kontraktor.
4) Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa
pelaksanaan berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali
apabila dianggap perlu siap untuk mengadakan pengukuran ulang.
5) Kontraktor harus menyerahkan contoh tanah urugan yang akan dipakai
berikut hasil uji laboratorium kepada Direksi Lapangan untuk
persetujuan, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum memulai
pengurugan.
1.4.2. BAHAN-BAHAN
1) Bila tidak dicantumkan dalam gambar detail, maka minimum diberi 5 cm
urugan pasir padat (setelah disirami, diratakan dan dipadatkan) di bagian
atas dari urugan dibawah plat-plat beton bertulang, beton rabat dan
pondasi dangkal.
2) Urugan yang dipakai di bawah lapisan pasir padat tersebut adalah dari
jenis tanah silty clay yang bersih tanpa potongan-potongan bahan-bahan
yang bisa lapuk serta bahan batuan yang telah dipecah-pecah dimana
ukuran dari batu pecah tersebut tidak boleh lebih besar dari 15cm.
3) Direksi Lapangan mengharuskan agar supaya semua bahan urugan
hanya terdiri dari mutu yang terbaik yang dapat dipergunakan. Sebelum
memulai pekerjaan kontraktor harus menyerahkan contoh material
dengan dilampiri data laboratorium, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sebelum memulai pekerjaan.
Contoh tanah tersebut harus disimpan dalam tabung gelas atau plastik
untuk bukti penunjukkan/referensi dan diberi label yang berisikan nomor
contoh, kepadatan kering maksimum dan kadar air optimumnya.
Penelitian harus mengikuti prosedur yang umum dipakai yaitu ASTM D-
1557-70.
4) Pengeringan / pengaliran air harus diperhatikan selama pekerjaan tanah
supaya daerah yang dikerjakan terjamin pengaliran airnya.
5) Apabila material urugan mengandung batu-batu, tidak dibenarkan batu-
batu yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi
dengan batu-batu kecil dan tanah yang dipadatkan.
6) Kelebihan material galian harus dibuang oleh Kontraktor ke tempat
pembuangan yang ditentukan oleh Direksi Lapangan.
7) Jika material galian tidak cukup, material tambahan harus didatangkan
dari tempat lain, tanpa tambahan biaya.
AASHTO.T.191.
• Density of Soil Inplace by Driven-Cylinder Method,
AASHTO.T.204.
• Density of Soil Inplace by the Rubber Balloon Method,
AASHTO.T.205.
• atau cara-cara lain yang harus mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Lapangan.
Pasal 2.
PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH
2.1. UMUM
2.1.1. PERSYARATAN UMUM
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan
dan Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam
SNI-2847:2013, ACI 347, ACI 301, ACI 318.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta
gambar-gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan
persetujuan Direksi Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Dalam gambar-gambar tersebut harus secara jelas terlihat konstruksi
cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta kedudukan serta sistem
rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk struktur yang
aman.
2.13 REFERENSI-REFERENSI
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar
atau diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-
standard atau spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1) SNI-2847:2013 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung
2) SNI-1729:2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung
3) SII Standard Industri Indonesia
4) ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
5) ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
Pasal 3.
PEKERJAAN BETON BERTULANG
3.1. U M U M
3.1.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang termasuk meliputi :
1) Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan,
instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua
pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan
semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada hubungannya
dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau
sebagaimana diperlukannya.
2) Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang
terpasang, selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam
beton. Syarat-syarat umum pada pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan
Bangunan Gedung Beton Struktural 2013, ASTM dan ACI.
3) Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak
termasuk pada gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah
ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula
besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur
konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara
kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau Direksi Lapangan
guna mendapatkan ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana.
4) Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna
kelangsungan pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh
berkurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat
dalam penuh Peraturan Bangunan Gedung Beton Struktural 2013. Dalam
hal ini Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk
persetujuannya, sebelum fabrikasi dilakukan.
5) Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan
beton yang berlangsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan
penempatan batang-batang dowel ditanamkan di dalam beton seperti
terlihat dan terperinci di dalam gambar atau seperti petunjuk Direksi
Lapangan dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk dinding
blok beton.
6) "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai
semua desain campuran beton dan test-test untuk menentukan
kecocokan dari bahan dan proporsi dari bahan-bahan terperinci untuk
setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump, yang akan
bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi penempatan,
dan akan menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor
berkewajiban mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.
7) Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
• semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini.
• pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting.
• mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali
tulangan beton.
• koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain
bagianlandasan beton untuk peralatan M/E.
• penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan
3.1.3. PENYERAHAN-PENYERAHAN
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada
Direksi Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk
menyerahkan dan dengan segera sehingga tidak menyebabkan
keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada pekerjaan kontraktor
lain.
1) Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh
Kontraktor kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
dari satu adukan dipilih acak yang mewakili suatu volume rata-
rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum
(diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah
maximum dari beton yang dapat terkena penolakan akibat
setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali bila ditentukan
lain oleh Direksi Lapangan.
6. Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing
untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari.
7. Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan penuh
Peraturan Bangunan Gedung Beton Struktural 2013, dilakukan
di lokasi pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi
Lapangan. Apabila digunakan metoda pembetonan dengan
menggunakan pompa (concrete pump), maka pengambilan
contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus
dilakukan dari hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa
"concrete-pump" pada lokasi yang akan dilaksanakan.
8. Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang
ditentukan dalam Standard Industri Indonesia (SII) dan penuh
Peraturan Bangunan Gedung Beton Struktural 2013 atau
metoda uji bahan yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
9. Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus
disediakan dan disimpan dengan baik oleh tenaga pengawas
ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
d. Pengujian slump
1. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump,
dimana nilai slump harus dalam batas-batas yang diisyaratkan
dalam penuh Peraturan Bangunan Gedung Beton Struktural
2013 dan sama sekali tidak diperbolehkan adanya penambahan
air/additive, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
"Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump
berikut, beton dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan,
yang akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos,
ataupun berongga-rongga.
e. Percobaan tambahan
1. Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus
mengadakan percobaan laboratorium selaku percobaan
tambahan pada bahan-bahan beton dan membuat desain
adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila
beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
2. Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum
tahapan pelaksanaan akan dilakukan, yaitu khususnya untuk
pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan
pekerjaan tersebut, harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
dalam jangka waktu tidak lebih dari 3 hari setelah pengujian
dilakukan.
3.2. BAHAN-BAHAN/PRODUK
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan
peraturan-peraturan Indonesia.
3.2.1 SEMEN
a. Mutu semen
1. Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional
atau Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau
sesuai SII-0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal
kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen
yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan dimana jika hal
tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh Direksi Lapangan.
2. Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen
portland dan bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi
ketentuan SII 0132 Mutu dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau
spesifikasi untuk semen hidraulis campuran.
b. Penyimpanan Semen
1. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan
dan dijaga agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas
dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat penumpukan semen
dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena
terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan
lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik
terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan
dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman. Semen yang telah
disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan untuk pekerjaan.
2. Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat
untuk melindungi terhadap penggumpalan semen dalam
penyimpanan.
3. Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai
dengan sertifikat test dari pabrik.
4. Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari
2,5 %.
5. "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah
disetujui untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti
merk semen selama pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan
persetujuan tertulis dari Direksi Lapangan.
3.2.2 AGREGAT
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII
0052-80 "Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam
SII 0052-80, maka harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam,
keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti
yang ditentukan di pasal 3.5. dari penuh Peraturan Bangunan Gedung
Beton Struktural 2013.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah
butir-butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali,
bersifat kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak
beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas
ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-
sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60
% dan minimum 10 % berat.
3.2.3 AIR
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-
bahan lain yang dapat merusak beton serta baja tulangan atau jaringan
kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh
Direksi Lapangan.
c. Pemeriksaan.
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat
pengantaran contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu.
Denah dan semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran
beton harus diperiksa oleh Direksi Lapangan sebelum pengadukan beton.
d. Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang
akan dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan
perlengkapan/penyelesaian pekerjaan. Jangan memproses sampai
keadaan perbaikan memuaskan. Jangan memulai pekerjaan beton
sampai hasil percobaan, adukan beton dan contoh-contoh benda uji
disetujui oleh Direksi Lapangan. Lagipula, jangan memulai pekerjaan
beton sampai semua penyerahan disetujui oleh Direksi Lapangan.
i. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan
peralatan pengukur air yang tepat.
j. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit
setelah semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
k. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat
pengaduk di kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam
jangka waktu 1,5 jam atau sebelum alat pengaduk mencapai 300
putaran. Dalam cuaca panas, batas waktu tersebut di atas harus
diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila
dipergunakan retarder yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
l. Keadaan Khusus
m. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan
ACI 309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete).
Sedapat mungkin penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator
(engine/electric).
b. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI
Committe 304 dan ASTM C94-98.
3. Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam
setelah pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus
diperhatikan, apabila diperlukan waktu pengangkutan yang
panjang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam,
c. Pengecoran
1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam Peraturan Bangunan
Gedung Beton Struktural 2013 PBI 1971, ACI Committee 304,
ASTMC 94-98.
2. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin
kecetakan akhir dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih
dari ketebalan 30 cm.
3. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak
disebutkan lain atau disetujui Direksi Lapangan.
4. Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh
lebih dari 1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai
gajah, corong pipa cor ataupun benda-benda lain yang disetujui
harus diperiksa, sedemikian sehingga pengecoran beton efektif
pada lapisan horisontal tidak lebih dari ketebalan 30 cm dan jarak
dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak terjadi
segregasi/pemisahan bahan-bahan.
5. Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh
bahan asing tidak boleh dituang ke dalam struktur.
d. Pemadatan Beton
1. Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat
penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
kosong dan sarang-sarang kerikil.
2. Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang akan
diberi karpet harus 7.0 mm dari 3 m.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok untuk
mengadakan pengaliran dari aliran.
b. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton
lama yang sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent
kental dengan kuas ex SIKA, Fosroc atau setara.
c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus
dilapisi dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic
concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus
dilapisi dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen
(epoxy cement base concrete bonding agent) seperti disetujui oleh
Direksi Lapangan.
c. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang
terdiri dari 1 (satu) bagian semen (yang diatur dengan semen putih
atau tambahan bahan pewarna bila diijinkan untuk menyesuaikan
dengan warna disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua setengah) bagian pasir
dengan air secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan.
beton.
4) Semua semen yang dikirim harus dalam keadaan utuh,tidak
rusak dan lengkap disertai merk atau cap dari pabrik.
b. Agregat
Ukuran maksimum dari agregat kasar harus seperti telah diperinci
sebelumnya. Kecuali dinyatakan lain pada catatan, agregat harus
mengikuti ketentuan tentang bentuk dan ukuran dari potongan
melintang serta jarak bersih dari tulangan-tulangan beton, dan
seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
f. Proporsi/Perbandingan Campuran.
1) Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk
meminimumkan jumlah semen tehadap campuran dalam
batasan dari mutu beton yang dikehendaki/diminta dan harus
distujui oleh Direksi Lapangan.
2) Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
3) Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur
beton 28 hari, maka umur beton juga perlu diperinci. Dalam
hal ini desain perbandingan campuran harus ditentukan sesuai
dengan metoda yang telah diperinci atau disetujui oleh Direksi
Lapangan.
g. Penulangan
1) Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi
dari bentuk tulangan tidak berubah selama pengecoran.
2. Percobaan Laboratorium.
Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan PBI-
71 NI-2, ASTM C-172, ASTM C-31.
2) Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94. Apabila hasil
dari percobaan drilled core ini masih lebih rendah dari yang
disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di
bawah ini.
3.3.17. DIIJINKAN
Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301
(Specification for Structural Concrete for Building). Apabila didapati
3.3.18. LAIN-LAIN
Grouting dan Drypacking
1. Grout/Penyuntikan Air Semen.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat
mengalir dengan sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan
untuk kemudahan pekerjaan beton boleh diberikan sesuai dengan
pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan Direksi Lapangan.
3. Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen
murni. Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-
celah dan membentuk lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan
penyelesaian pada permukaan beton expose dan adakan perawatan
dengan pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.
4. Non-Shrink Grout
Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan
ditempat lain dimana non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan
instruksi dan rekomendasi yang tercantum dari pabrik. Technical service
harus dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
3.4. PEMBESIAN
3.4.1. PERCOBAAN DAN PEMERIKSAAN (TEST AND INSPECTIONS)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus
disertai surat keterangan percobaan dari pabrik.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang
merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat
dengan kawat dari baja lunak.
Sertifikat :
Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat
resmi dari Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
2. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
2. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja,
hingga sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
a. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang
pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan
spacers/penahan jarak.
pengerjaan dingin.
g. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan Peraturan
Bangunan Gedung Beton Struktural 2013 kecuali ditentukan lain.
3.5.3. LAS
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai
dengan Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak
boleh dilakukan pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada
persilangan (las titik) harus diijinkan kecuali seperti di anjurkan atau disahkan
oleh Direksi Lapangan. ASTM specification harus dilengkapi dengan
keperluan jaminan kehandalan kemampuan las dengan cara ini.
Pasal 4.
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
1.2. REFERENSI
1. Bahan-bahan Struktur/Konstruksi Utama.
Kecuali kalau diatur secara tersendiri, semua material profil, pelat
dan kisi-kisi yang akan dibuat konstruksinya secara las harus
terbuat dari jenis baja karbon yang memenuhi persyaratan
ASTM A36 atau yang setara.
Untuk semua jenis pipa juga harus dari baja karbon yang memenuhi
persyaratan ASTM A53 type E atau S.
5. Lapisan seng : baja terlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan
seng untuk produksi ulir dan sekrup harus memenuhi ASTM A153.
6. Baut dan mur yang tidak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM
A307 dengan tipe baut segi enam (hexagon-bolt type) konvensional.
Pengencangan semua mur harus dengan kunci momen dan disaksikan
oleh Direksi Lapangan.
2. Ukuran-ukuran
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap
semua ukuran dan dimensi yang tercantum pada gambar kerja.
Bagian konstruksi yang akan dilas harus bersih dari bekas-bekas cat, karat,
lemak,kerak-kerak dan kotoran-kotoran lainnya.
Pada pekerjaan las, maka sebelum mengadakan las ulangan, baik bekas
lapisan pertama, maupun bidang-bidang benda kerja harus dibersihkan dari
kerak (slag) dan kotorannya lainnya.
Pada pekerjaan, dimana akan terjadi banyak lapisan las, maka lapisan yang
terdahulu harus dibersihkan dari kerak (slag) dan percikan-percikan logam
sebelum memulai dengan lapisan las yang baru. Lapisan las yang berpori-
pori, rusak atau retak harus dibersihkan kembali dan diulang sejak awal.
Lokasi tempat pengelasan serta bidang konstruksi yang akan dilas, harus
terlindung dari hujan dan angin kencang selama pengelasan berlangsung.
2. Diameter baut selain baut angkur, maksimum adalah 1,6 mm lebih besar
dari nominal diameter.
3. Untuk baut angkur, lubang bautnya tidak boleh lebih besar 3,2 mm dari
nominal diameter baut angkur untuk angkur berdiameter 24 mm atau
kurang dan ketentuan itu menjadi 5 mm bila nominal diameter baut
angkur lebih dari 24 mm.
1.3.4. SAMBUNGAN
Untuk sambungan komponen konstruksi yang tidak dapat dihindarkan,
berlaku ketentuan hanya diperkenankan maksimal satu sambungan dan
dilaksanakan dengan las tumpul / full penetration atau butt weld.
1.3.6. PENGECATAN
Semua bahan konstruksi baja harus dilapis cat.
Cat dasar adalah jenis zink chromate setaraf ICI atau Danapaints dan
pelaksanaan pengecatan dilakukan satu kali di pabrik dan satu kali di
lapangan. Sedangkan baja yang akan ditanam di dalam beton tidak boleh di
cat.
Untuk lubang baut kekuatan tinggi (high strength bolt) permukaan baja tidak
boleh dicat. Pengecatan harus dilakukan setelah baut selesai dipasang.
Di bagian bawah dari base plate harus digrout dengan bahan Master Flow
713 Grout atau setara, dengan tebal minimum 2.5 cm. Cara
pemakaian harus sesuai spesifikasi pabrik.
1.3.7. PEMASANGAN AKHIR / FINAL ERECTION
Peralatan untuk pemasangan akhir harus sesuai dan sebanding dengan
pekerjaannya dan dalam kondisi kerja yang baik. Bila dijumpai bagian-bagian
konstruksi yang tidak dapat dipasang atau ditempatkan sebagaimana
mestinya sebagai akibat dari kesalahan pabrikasi atau perubahan bentuk
maka keadaan itu harus segera dilaporkan kepada Direksi Lapangan untuk
diperoleh cara perbaikannya.
Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara
harus digunakan untuk mencegah terjadinya tegangan-tegangan yang
melewati tegangan ijin. Ikatan-ikatan itu tetap dipasang sampai keseluruhan
konstruksi selesai.
Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus
telah disediakan dengan lengkap dan siap dipasang sebagaimana mestinya
sesuai dengan gambar.
1.3.8. TOLERANSI
Penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari 1/500 dari
tinggi vertikal kolom.
Toleransi kelurusan tidak boleh lebih dari L/1000 untuk semua komponen.
BAB II
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN ARSITEKTUR
Pasal 1
PENJELASAN UMUM
1.1 Syarat-syarat Umum, Peraturan dan Standard.
Dalam melaksanakan pekerjaan Kontraktor harus memenuhi peraturan-
peraturan yang berlaku di dalam negara Republik Indonesia. Pada khususnya
peraturan-peraturan ini berkenaan dengan pasal di atas meliputi:
1) Peraturan Umum untuk pemeriksaan bahan bangunan:
a) NI-3 (PUBB)/1963.
b) NI-3 (PUBB)/1960.
c) NI-3 1970.
2) Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang penggunaan tenaga kerja,
harian, mingguan dan bulanan/borongan).
3) Peraturan AVWI.
Tata cara pelaksanaan atau peraturan-peraturan Pembangunan dari
Pemerintah setempat harus ditaati.
Pasal 2
PEKERJAAN LANTAI
2.1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi semua tenaga kerja, peralatan dan bahan-bahan
yang berhubungan dengan pekerjaan lantai sesuai dengan RKS serta gambar
rencana..
Ruang lingkup pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan atau jenis penutup
lantai masing-masing ruangan sesuai tabel finishing gambar.
4) Pengisian Naad
a. Sebaiknya dilakukan setelah 2x24 jam pemasangan tile
b. Sebelum pengisian bersihkan tile dari kotoran/debu dan minyak
terutama pada celah naad
c. Aplikasikan grout ke celah naad dibuat cekung mengikuti kemiringan
bevel ( tidak rata tile )
d. Gunakan bahan karet atau spon pengisi naad dan tekan sampai celah
naad terisi padat.
e. Berikan segera grout yang menempel pada permukaan tile dan
diamkan supaya grout mengering 2 x 24 jam
Pasal 3
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
9) Bahan penutup langit langit yang digunakan adalah anti bacterial tiles
dengan ukuran sesuai gambar produk yang dipakai.
10)Anti bacterial tile yang dipasang adalah anti bacterial tiles yang telah dipilih
dengan baik, bentuk dan ukuran masing masing unit sama, tidak ada
bagian yang retak, gompal atau cacat cacat lainnya dan telah mendapat
persetu¬juan dari Manajemen Konstruksi.
11)Anti bacterial tiles dipasang dengan pola pemasangan sesuai dengan
gambar. Dan setelah anti bacterial tiles terpasang, bidang permukaan langit
langit harus rata, lurus, waterpas dan tidak bergelombang, serta
sambungan antara unit unit anti bacterial tiles harus merupakan garis lurus
dan rata.
12)Pada beberapa tempat tertentu harus dibuat man¬hole atau access panel
di langit langit yang bisa dibuka, tanpa merusak anti bacterial tiles dan
sekelilingnya, untuk ke¬perluan pemeriksaan / pemeliharaan M/E.
13)Setelah dipasang, semua bidang plafon dicek levelnya serta rata
permukaannya.
14)Pekerjaan ini dikerjakan oleh Pemborong yang ber¬pengalaman dibawah
supervisi / perwakilan dari pabrik bersangkutan dan dengan tenaga tenaga
ahli.
15)Pada pekerjaan langit langit perlu diperhatikan akan adanya pekerjaan lain
yang dalam pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
langit langit seperti perletakan lampu, diffuser, fire detector dan lain lain.
16)Sebelum dilaksanakan pemasangan langit langit, peker¬jaan lain yang
berada diatasnya harus sudah terpasang dengan baik dan sempurna.
17)Harus diperhatikan adanya disiplin lain diantaranya pekerjaan elektrikal dan
perlengkapan instalasi yang diperlukan. Bila pekerjaan tersebut tidak
tercantum dalam gambar rencana langit langit, harus diteliti dalam gambar
Elektrikal, Plumbing, AC dan lain lain.
PASAL 4
PEKERJAAN KUSEN PINTU & JENDELA
4.1 Persyaratan Umum
1) Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan sehingga dapat dicapai hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna
2) Design Criteria
Seluruh pintu dan jendela harus mampu menahan beban angin (tarik
maupun tekan) sebesae 120 kg/m2
3) Standard
ASTM:
• C 509 – Cellular Elastomeric Preformed Gasked and Selaing Material
• C 2000 – Clasification System for Rubber Products in Automatic
Applications
• C 2287 – Nonrigid Vinyl Chloride Polymer and Copolymer Molding
and Extination Compounds.
4) Persetujuan-persetujuan
a. Shop drawing
• Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistim kontruksi,
hubungan-hubungan antar komponen, cara pengangkutan dan
lokasinya, penempatan hardware, dan detail-detail pemasangan.
• Harus memeperlihatkan kesesuainnya dengan gambar rencana dan
spesifikasi
• Shod drawing harus dikoordinasikan dengan
pasal…..”Ironmongery” guna ketepatan perkuatan-perkuatan yang
diperlukan serta lokasi dari hardware tersebut
• Shop drawing harus memperlihatkan juga detail-detail pemasangan
kaca, gasket, serta sealant
b. Contoh bahan :
• Kontraktor harus menyerahkan 3 set contoh semua bahan yang
memperlihatkan tekstur, finishing dan warna
Sampul profil-profil extruded panjangnya minimum 300 mm. Untuk
aluminium sheet, ukuran 300 x 300 mm2, ketebalan sesuai dengan
yang akan dipakai.
• Semua sampul harus diberi tanda yang memperlihatkan ketebalan,
jenusalloy, warna dan pekerjaan dimana bahan tersebut akan
dipakai.
Pasal 5.
PEKERJAAN KACA
5.1. Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan kaca meliputi pemotongan dan pemasangan material kaca yang ada
pada jendela, pintu dan boven.
5.2. Material :
(1) Kaca Sekualitas Asahimas, berupa kaca polos dan tempered dengan
bentuk dan ukuran sesuai gambar kerja, Pada pasangan yang ada celah
harus tertutup dengan sealing dan atau karet penjepit kaca, sekualitas
silicons sealant warna menyesuaikan dengan warna kaca.
(2) Kaca adalah benda terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya
mempunyai ketebalan yang sama, mempunyai sifat tembus cahaya,dapat
diperoleh dari proses-proses tarik, gilas dan pengembangan (Float glass)
(3) Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta
tepi potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maximum yang
diperkenankan adalah 1,5 mm per meter. Kaca yang digunakan harus
bebas dari gelembung (ruang-ruang yang berisi gas yang terdapat pada
kaca) d. Kaca harus bebas dari keretakan (garis-garis pecah pada kaca
baik sebagian atau seluruh tebal kaca).
(5) Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan sempel material yang harus
disetujui oleh Tim Teknis dan Konsultan Pengawas/MK, sekurang – kurang
nya 2 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Pasal 6
PEKERJAAN ALAT-ALAT PENGGANTUNG, ENGSEL DAN KUNCI
6.1. SYARAT UMUM :
1) Lingkup Pekerjaan :
a) Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan
material, peralatan, dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil
pekerjaan pemasangan yang baik dan sempurna.
b) Meliputi instalasi seluruh peralatan penggantung dan pengunci pada
pintu dan jendela, serta pada bagian bangunan yang dalam gambar
rencana ditunjukkan menggunakan penggantung dan atau pengunci.
3) Engsel :
a) Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua peralatan
engsel adalah dari bahan stainless steel.
b) Masing-masing engsel berbeda jenisnya dan kekuatannya sesuai
besarnya beban yang harus dipikul.
4) Winhaak.
Bila tidak disebutkan lain dalam gambar maka semua peralatan winhaak
(pengait jendela) adalah dari merk UNION/SESS/DEXSON
2) PELAKSANAAN :
a. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tukang-tukang dengan
standard pengerjaan yang telah disetujui oleh Pengawas proyek.
b. Pemasangan dan penyetelan harus tepat, tidak meninggalkan celah.
c. Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan
dan persyaratan teknis yang benar.
d. Engsel untuk pintu dipasang sebanyak 3 buah untuk masing-masing
daun pintu, kecuali disebutkan lain dalam gambar. Engsel atas dan
bawah dipasang 28 cm dari ambang atas/bawah pintu, sedangkan
engsel tengah dipasang di tengah-tengah di antara kedua engsel
tersebut.
e. Engsel untuk jendela dipasang sebanyak 3 buah untuk masing-
masing daun jendela kecuali disebutkan lain dalam gambar.
f. Handel pintu dan pengunci dipasang 90 cm (as) dari permukaan
lantai dibawahnya.
g. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai dengan pintunya.
3) PENGUJIAN :
Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus
dilakukan pengujian secara kasar
Pasal 7
PEKERJAAN PENGECATAN
7.1. Lingkup Pekerjaan.
1) Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini.
2) Pekerjaan yang dimaksud meliputi: pekerjaan pengecatan
dinding/permukaan partisi, permukaan beton, plafond dan pengecatan
lantai atau seperti yang tercantum dalam gambar kerja.
3) Bahan didatangkan langsung dari pabrik. Tiba di tapak masih disegel baik
dalam kemasan dan tidak cacat. Kontraktor wajib membuktikan keaslian
cat dari produk tersebut di atas mengenai kemurnian cat yang digunakan.
Pembuktian berupa segel kaleng. Test BD, test laboratorium dan hasil
akhir pengecatan. Biaya untuk pembuktian dibebankan kepada kontraktor.
Hasil test kemurnian mendapat rekomendasi tertulis dari produsen.
c. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar
beracun atau membahayakan keselamatan manusia, maka kontraktor
harus menyediakan peralatan pelindung misalnya masker, sarung
tangan dan sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan.
b. Lapisan kedua.
Cat dasar jenis alkali resisting primer
b) Lapisan kedua
Cat dasar jenis uncercoat. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
Ketebalan 35micron atau daya sebesar 10-13m2/liter. Tunggu
selama 6(enam) jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
c) Pelapisan ketiga
Cat akhir/finish jenis synthetic supergloos atau setaraf. Pelaksanaan
pekerjaan dengan kuas. Ketebalan 30micron atau daya sebesar 15-
17m2/liter. Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16(enam
belas) jam. Warna ditentukan kemudian.
PASAL 8
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
8.1. UMUM :
Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan,
biaya,peralatan dan alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik
dan sempurna.
1. Bahan Alluminium Spandeck t. 0.5 mm
8.2. MATERIAL :
1. Atap Allumunium Spandek tebal 0.5 mm
8.4. PERSIAPAN :
1) SHOP DRAWING :
Sebelum pekerjaan penutup atap genteng keramik dilaksanakan,
penyedia jasa harus menyerahkan gambar-gambar pelaksanaan / shop
drawing kepada Pengawas proyek. Sebelum gambar shop drawing
tersebut disetujui oleh Pengawas proyek, Penyedia jasa tidak
diperkenankan melaksanakan pekerjaan.
Shop drawing yang dibuat Penyedia jasa harus memenuhi hal-hal
sebagai berikut :
a) Harus memperlihatkan dengan jelas dimensi, sistem konstruksi,
hubungan antar komponen, cara penyambungan, dan detail-detail
pemasangan.
b) Harus berkesesuaian dengan gambar rencana dan spesifikasi bahan.
2) MOCK – UP :
Sebelum memulai pekerjaan, penyedia jasa harus membuat contoh
pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola dan metode
pemasangan, perletakan, pelekatan bahan, serta kaitannya dengan
6) Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi suport dan
perlindungan yang memadai untuk melindungi material dari perubahan
bentuk ataupun dari kerusakan.
8.5 PELAKSANAAN :
1) Semua pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga berpengalaman sesuai
rekomendasi produsen pembuat bahan zincalume penutup atap, dan
dengan standard pengerjaan yang telah disetujui oleh Pengawas
proyek.
2) Pemasangan sambungan harus tepat tanpa celah.
3) Semua detail pertemuan harus rata dan bersih dari cacat-cacat yang
mempengaruhi permukaan.
4) Pemasangan harus sesuai dengan gambar rancangan pelaksanaan dan
persyaratan teknis yang benar.
5) Clip-clip pemegang harus dipasang dengan jarak sesuai yang
direkomendasikan produsen penutup atap.
6) Semua sambungan antar bahan penutup atap harus dikunci dan saling
dilekatkan sesuai rekomendasi produsen penutup atap.
7) Setiap kali selesai pemasangan penutup atap dalam 1 hari, Penyedia
jasa harus membersihkan permukaan bidang atap yang sudah
terpasang dari semua kotoran sisa pelaksanaan pekerjaan maupun dari
kotoran-kotoran lain yang melekat
Pasal 9
PEKERJAAN ALLUMUNIUM COMPOSITE PANEL
9.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan
yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaan pemasangan panel
aluminium composite seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
9.3. KOMPONEN
a. Hot Dip Galvanized Steel 400 x 400 mm c.a finished untuk instalasi frame.
b. Full frame with stiffener aluminium 1.2mm
c. Sealant dan Gasket
- Warna akan ditentukan kemudian berdasarkan color chart dari pabrik.
- Lokasi sealant :
antara panel aluminium dengan panel aluminium (Neutral / Non
Acid) ex MARKS
antara panel aluminium dengan kaca.
9.4. BAHAN-BAHAN
a. Bahan :
- Bahan : Aluminium Composite
- Tebal : 4 mm
- Berat : 5-6 kg/m2
- Bending strength : 45 – 60 kg/ 4mm
- Heat Deformation : 200 derajat Celcius
- Sound Insulation : 24 – 39 dB
- Finished : Flourocarbond factory finished
- Warna : lihat gambar / sesuai approval.
- Aluminium skin thickness : 0.5 alloy 5005 untuk warna standart
- Aluminium alloy : 5005
- Coating type : PVDF
- Garansi : 15 Tahun Sertifikat PPG Factory
- Merk : SEVEN
9.5. PELAKSANAAN
a. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
dengan menunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan
yang pernah dikerjakan kepada Direksi Lapangan untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Aluminium Composite yang digunakan untuk seluruh proyek harus dari
satu macam produk saja.
c. Pelaksanaan pemasangan harus lengkap dengan peralatan bantu untuk
mempermudah serta mempercepat pemasangan dengan hasil
pemasangan yang akurat, teliti dan tepat pada posisinya.
d. Rangka-rangka pemegang harus dipersiapkan dengan teliti, tegak lurus
dan tepat pada posisinya.
e. Setelah pemasangan, dilakukan penutupan celah-celah antara panel
dengan bahan caulking dan sealant hingga rapat dan tidak bocor sesuai
dengan uraian Bab Caulking dan Sealant dalam persyaratan ini.
f. Kontraktor harus melindungi pekerjaan yang telah selesai dari hal-hal
yang dapat menimbulkan kerusakan. Bila hal ini terjadi, Kontraktor harus
memperbaiki tanpa biaya tambahan.
g. Hasil pemasangan pekerjaan Aluminium Panel Composite harus
merupakan hasil pekerjaan yang rapi dan tidak bergelombang.
h. Kontraktor harus dapat menyertakan jaminan mutu selama 15 tahun dari
PPG Factory terhadap warna dan kualitas aluminium berupa Sertifikat
Jaminan sesuai dengan volume yang dibutuhkan.
9.6 PEMASANGAN
A. Pekerjaan Persiapan
Tahap awal dalam Sistem kerja pemasangan pekerjaan ACP (Alumunium
Composite Panel) adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan ACP
(Alumunium Composite Panel).
Dalam hal ini kita dapat mengajukan ukuran-ukuran modul ACP
yang akan digunakan tanpa merubah bentuk desain dari segi
menahan beban rangka ACP itu sendiri dan beban material ACP
nantinya. Tarik benang yang menjadi acuan pemasangan dudukan
rangka ACP. Untuk jarak rangka dudukan ACP disesuaikan dengan
modul ACP yang telah kita ajukan. Sebagai contoh kita gunakan
modul ACP dengan ukuran 118x118 cm, untuk itu detail rangka
dudukan ACP sebagai berikut. (Gambar 1)
Gambar 1
Gambar 2
Setelah itu kita mulai pabrikasi modul ACP yang sudah dipotong
pada bidang ACP bagian belakang. Setiap modul ACP yang hendak
kita pakai wajib diberikan kupingan ACP 2cm keliling modul ACP
yang mau dipasang.
Fungsi dari kupingan itu sendiri adalah untuk memasang bracket
stifener alumunium dan dari bereket stifener alumunium itu modul
ACP disekrup ke rangka dudukan ACP yang telah kita buat pada
tahap ke 1 (satu). (Gambar 3)
Gambar 3
Gambar 4
terpasang. (Gambar 5)
Gambar 5
C. Pemasangan dilakukan oleh tenaga ahli yang khusus dalam pekerjaan ini
dengan menunjukkan surat keterangan referensi pekerjaan-pekerjaan
yang pernah dikerjakan kepada Direksi Lapangan untuk mendapat
persetujuan.
D. Alumunium Composite Panel yang digunakan untuk seluruh proyek harus
dari satu macam saja.
9.7 PEMBERSIHAN
1. Frekuensi pembersihan dan perawatan serta pemilihan bahan
pembersih yang cocok sangat tergantung pada lokasi gedung dan
kondisi dipermukaan.
2. Pembersihan dapat dilaksanakan dengan air dan spons atau sikat
lembut.
3. Apabila pengotoran labih berat bisa ditambahkan deterjen netral.
BAB. IV
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
Pasal 1
PERSYARATAN TEKNIS UMUM
1.1. Persyaratan ini merupakan bagian dari persyaratan teknis ini. Apabila ada
klausul dari persyaratan ini yang dituliskan kembali dalam persyaratan teknis
ini, berarti menuntut perhatian khusus pada klausul-klausul tersebut dan
bukan berarti menghilangkan klausul-klausul lainnya dari syarat-syarat umum
3) Plambing
a. Peraturan Daerah (PERDA) setempat
b. Peraturan-peraturan Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
c. Perencanaan & Pemeliharaan Sistem Plambing, Soufyan
Nurbambang & Morimura
d. Pedoman Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 atau edisi terakhir
e. SNI 03-6481-2000 atau edisi terakhir tentang Sistem Plambing
1.3. GAMBAR-GAMBAR
1) Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan
suatu kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
2) Gambar-gambar sistem ini menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan, sedangkan pemasangannya harus dikerjakan dengan
memperhatikan kondisi dari bangunan yang ada, petunjuk instalasi dari
pabrik pembuat dan mempertimbangkan juga kemudahan pengoperasian
serta pemeliharaannya jika peralatan-peralatan sudah dioperasikan.
3) Gambar-gambar Arsitek, Struktur dan Interior serta Specialis lainnya (bila
ada) harus dipakai sebagai referensi untuk pelaksanaan dan detail
finishing instalasi.
4) Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar kerja
dan detail, “Shop Drawing” kepada Pengawas Lapangan untuk dapat
diperiksa dan disetujui terlebih dahulu sebanyak 3 (tiga) set. Dengan
mengajukan gambar-gambar tersebut, Kontraktor dianggap telah
mempelajari situasi dari instalasi lain yang berhubungan dengan instalasi
ini. Persetujuan tersebut tidak berarti membebaskan Kontraktor dari
kesalahan yang mungkin terjadi dan dari tanggung jawab atas pemenuhan
kontrak.
5) Kontraktor instalasi ini harus membuat gambar-gambar terinstalasi, “As-
built Drawings” disertai dengan Operating Instruction, Technical and
Maintenance Manual, harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan pada
saat penyerahan pertama pekerjaan dalam rangkap 5 (lima) terdiri dari
atas 1 (satu) asli kalkir berikut diskettenya dan 4 (empat) cetak biru dan
dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan penjelasan lainnya,
dalam ukuran A0 atau A1 atau disebutkan lain dalam proyek ini. As-built
Drawing ini harus benar-benar menunjukkan secara detail seluruh instalasi
M & E yang ada termasuk dimensi perletakan dan lokasi peralatan, gambar
kerja bengkel, nomor seri, tipe peralatan dan informasi lainnya sehingga
jelas.
6) Operating Instruction, Technical and Maintenance Manuals harus cetakan
asli (original) berikut terjemahannya dalam Bahasa Indonesia sebanyak 5
(lima) set dan dijilid dan dilengkapi dengan daftar isi, notasi dan
penjelasan lainnya, dalam ukuran A4.
1.4. KOORDINASI
1) Kontraktor instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan Kontraktor
lainnya, agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan
2) Koordinasi yang baik perlu ada agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan instalasi lain.
3) Apabila dalam pelaksanaan instalasi ini tidak mengindahkan koordinasi
dari Pengawas Lapangan, sehingga menghalangi instalasi yang lain, maka
semua akibat menjadi tanggung jawab Kontraktor ini.
6) Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan/material, sistem dan lain-lain oleh Kontraktor,
Pemilik dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan
yuridis lainnya.
1.7. IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta
seluruh biaya yang diperlukannya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
1) Pelaksanaan pemasangan
a. Sebelum pelaksanaan pemasangan instalasi ini dimulai, Kontraktor
harus menyerahkan gambar kerja dan detailnya kepada Pengawas
Lapangan dalam rangkap 3 (tiga) untuk disetujui. Yang dimaksud
gambar kerja disini adalah gambar yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaan, lengkap dengan dimensi peralatan, jarak peralatan satu
dengan lainnya, jarak terhadap dinding, jarak pipa terhadap lantai,
dinding dan peralatan, dimensi aksesoris yang dipakai. Pengawas
Lapangan berhak menolak gambar kerja yang tidak mengikuti
ketentuan tersebut di atas.
b. Kontraktor diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala ukuran/
kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keraguan-keraguan, Kontraktor harus segera menghubungi
Pengawas Lapangan untuk berkonsultasi.
c. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas peralatan yang
sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Pengawas Lapangan,
apabila terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor. Untuk itu pemilihan peralatan dan material harus
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan atas rekomendasi
Konsultan Perencana.
d. Pada beberapa peralatan tertentu ada asumsi yang digunakan
konsultan dalam menentukan performnya, asumsi-asumsi ini harus
diganti oleh Kontraktor sesuai actual dari peralatan yang dipilih
maupun kondisi lapangan yang tidak memungkinkan. Untuk itu
Kontraktor wajib menghitung kembali performanya dari peralatan
tersebut dan memintakan persetujuan kepada Pengawas Lapangan.
2) Penambahan/Pengurangan/Perubahan Instalasi
a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana karena
penyesuaian dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan
tertulis dahulu dari pihak Konsultan Perencana dan Pengawas
Lapangan.
5) Pengecatan
Semua peralatan dan bahan yang dicat, kemudian lecet karena
pengangkutan atau pemasangan harus segera ditutup dengan dempul
dan dicat dengan warna yang sama, sehingga nampak seperti baru
kembali.
1.8. PENGAWASAN
1) Pengawasan setiap hari terhadap pelaksanaan pekerjaan adalah
dilakukan oleh Pengawas Lapangan.
2) Pengawas Lapangan harus dapat mengawasi, memeriksa dan menguji
setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus
mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.
3) Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari
pengamatan Pengawas Lapangan adalah tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
4) Jika diperlukan pengawasan oleh Pengawas harian diluar jam-jam kerja
(08.00 sampai dengan 16.00), dan hari libur maka segala biaya yang
diperlukan untuk hal tersebut menjadi beban Kontraktor yang
perhitungannya disesuaikan dengan peraturan pemerintah. Permohonan
untuk mengadakan pengawasan tersebut harus dengan surat yang
disampaikan kepada Pengawas Lapangan.
5) Di tempat pekerjaan, Pengawas Lapangan menempatkan petugas-
petugas pengawas yang bertugas setiap saat untuk mengawasi
pekerjaan Kontraktor, agar pekerjaan dapat dilaksanakan atau dilakukan
sesuai dengan isi surat perjanjian Pelaksanaaan Pekerjaan serta dengan
cara-cara yang benar dan tepat serta cermat.
Laporan-laporan
a. Laporan Harian dan Mingguan
1. Kontraktor wajib membuat laporan harian dan mingguan yang
memberikan gambaran mengenai:
- Kegiatan fisik
- Catatan dan perintah Pengawas Lapangan yang
disampaikan secara lisan maupun tertulis.
- Jumlah material masuk/ditolak.
- Jumlah tenaga kerja dan keahliannya
- Keadaan cuaca
- Pekerjaan tambah/kurang
- Prestasi rencana dan yang terpasang
2. Laporan mingguan merupakan ringkasan dari laporan harian dan
setelah ditandatangani oleh manajer proyek harus diserahkan
kepada Pengawas Lapangan untuk diketahui/disetujui
b. Laporan Pengetesan
1. Kontraktor instalasi ini harus menyerahkan kepada Pengawas
Lapangan dalam rangkap 3 (tiga) mengenai hal-hal sebagai
berikut :
- Hasil pengetesan semua persyaratan operasi instalasi.
1.11. GARANSI
Setiap sertifikat pengetesan harus diserahkan oleh pabrik pembuatnya. Bila
peralatan mengalami kegagalan dalam pengetesan-pengetesan yang
disyaratkan di dalam spesifikasi teknis ini, maka pabrik pembuat bertanggung
jawab terhadap peralatan yang diserahkan, sampai peralatan tersebut
memenuhi syarat-syarat, setelah mengalami pengetesan ulang dan sertifikat
pengetesan telah diterima dan disetujui oleh Pengawas Lapangan.
1.12. TRAINING
Sebelum penyerahan pertama pekerjaan, Kontraktor harus
menyelenggarakan semacam pendidikan dan latihan serta petunjuk praktis
operasi kepada orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi
dan perawatan lengkap dengan 3 copies buku Operating Maintenance,
Repair Manual dan As-built drawing, segala sesuatunya atas biaya
Kontraktor.
Pasal 2
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PLUMBING
2.1. Umum
1) Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti, untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan.
2) Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
3) Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut sehingga sesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.
1) Air Buangan
a. Air buangan mencakup air hujan.
b. Pada proyek ini sistem untuk pengelolaan air buangan ini adalah :
- AIR Hujan disaluran ke Saluaran Kota
1) Pipa–Pipa
a. Untuk pipa air buangan dan air kotor digunakan pipa PVC kelas AW
10 kg/cm2 dengan sambungan solvent cement atau sesuai dengna
jenis pipanya.
b. Sambungan antara pipa yang berlainan jenis dilakukan dengan
menggunakan adaptor atau coupling.
c. Sebelum pemasangan/penyambungan dilakukan, pipa-pipa harus
dalam keadaan bersih dari kotoran baik pada bagian yang akan
disambung ataupun di dalam pipa itu sendiri.
1. Sambungan Pipa
a. Sambungan Flexible
Sambungan flexible harus disediakan dengan tujuan untuk
menghilangkan getaran dari sumber getaran.
b. Sambungan flanged
Sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ring, seal dari
karet secara homogen.
c. Sambung Lem
Penyambungan antara pipa dan fitting PVC mempergunakan lem
yang sesuai dengan jenis pipa dan rekomendasi dari pabrik
pembuat.
Pipa harus masuk sepenuhnya pada fitting, untuk itu harus
mempergunakan alat press khusus. Selain itu pemotongan pipa
harus mempergunakan alat pemotong khusus agar pemotongan
pipa dapat tegak lurus terhadap batang pipa.
Cara penyambungan lebih lanjut dan terinci harus mengikuti
spesifikasi dari pabrik pipa.
d. Sambungan yang Mudah Dibuka
Sambungan ini dipergunakan pada alat-alat saniter sebagai
berikut :
• Antara Lavatory Faucet dan supply Valve.
2. Selubung Pipa
a. Selubung untuk pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa
tersebut menembus konstruksi beton.
b. Selubung harus mempunyai ukuran yang cukup untuk memberikan
kelonggaran di luar pipa ataupun isolasi.
c. Selubung untuk dinding dibuat dari pipa besi tuang ataupun baja.
Untuk yang kedap air harus digunakan sayap.
d. Untuk pipa-pipa yang akan menembus konstruksi bangunan yang
mempunyai lapisan kedap air (water proofing) harus dari jenis “
flushing sleeves”.
e. Rongga antara pipa dan selubung harus dibuat kedap air dengan
rubber sealed atau “caulk”.
2) Pembersihan
a. Setelah pemasangan dan sebelum uji coba pengoperasian
dilaksanakan, pemipaan di setiap service harus dibersihkan dengan
seksama, menggunakan cara-cara/metoda-metoda yang disetujui
sampai semua benda-benda asing disingkirkan.
b. Desinfeksi :
• Dari 50 mg/l chlor selama 24 jam setelah itu dibilas atau dari
200 mg/l chlor selama 1 jam setelah itu dibilas.
• Untuk bak air dipoles dengan cairan 200 mg/l chlor selama 1
jam dan setelah itu dibilas.
3) Pengujian
a. Umum
- Semua biaya dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
pengujian disediakan oleh pelaksana Kontraktor.
- Kontraktor harus memberitahukan kepada direksi paling lambat
3 (tiga) hari kerja sebelum mulai pelaksanaan pengujian.
- Jika masih ada kebocoran atau belum berfungsinya suatu sistem
dengan baik, maka pelaksana harus memperbaiki peralatan
tersebut & mengulangi pengujian lagi.
- Alat-alat bantu untuk pengujian antara lain: manometer,
pompa-pompa dan lain-lain, harus dalam keadaan baik dan
ditera secara resmi.
4) Referensi Produk
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi
spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain
yang setaraf dan Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Pengawas Lapangan dan Pemberi
Tugas.
Referensi produk yang dapat dipakai adalah sebagai berikut :
No Uraian Spesifikasi Teknis Merk/Produk
1 Pipa Air Hujan PVC kelas AW 10 Wavin, Rucika, Pralon
kg/cm2
2 Pipa Vent PVC kelas AW 10 Wavin, Rucika, Pralon
kg/cm2
3 Fitting PVC Class 10 kg/cm² TSK, Rucika, SSS
4 Hanger rod Galvanized Ex Lokal
5 Clamp Galvanized Ex Lokal
6 Clean out Toto, SAN EI, Kharisma
7 Floor drain Toto, SAN EI, Kharisma
8 Roof Drain PVC Antasan Bersama atau
setara
PASAL 2.
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN TATA UDARA DAN VENTILASI
MEKANIK
1) Umum
a. Spesifikasi teknis/RKS di bawah ini menjelaskan secara umum
ketentuan-ketentuan yang perlu diikuti untuk semua bagian yang
dalam pelaksanaannya berhubungan dengan instalasi Air
Conditioning (Tata Udara).
b. Gambar-gambar dan spesifikasi adalah ketentuan spesifik yang
saling melengkapi dan sama mengikatnya.
a. SMACNA – 85
b. ASHRAE – Guide and data Book, ARI
c. NFPA – 90A
d. ASTM, ASME
e. AMCA
f. CTI
g. PUIL 2000
h. Pedoman Plumbing Indonesia
i. Keputusan/Peraturan Menteri, Gubernur dan Pemerintah daerah
j. Peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang
k. Petunjuk dari pabrik pembuat peralatan
3) Kondisi Perancangan
a. Kondisi udara luar bangunan :
Temperatur rata-rata : 35° C
Relative Humidity : 70 – 75 %
Kecepatan angin rata-rata : 7 – 10 mile/jam
b. Kondisi udara dalam bangunan :
Temperatur : 24° ± 2° C
Relative Humidity : 55% ± 5 %
Ventilasi : 15 – 20 cfm/orang
5) Perlindungan Kebakaran
Semua peralatan maupun instalasi yang mengharuskan tahan terhadap
api dalam jangka waktu tertentu, maupun terhadap penyebaran api yang
disebabkan adanya celah-celah antara pipa dengan dinding atau lantai
harus menggunakan material yang sesuai untuk tujuan tersebut.
b. Peralatan
1. Pipa Refrigerant
Hendaknya semua pipa refrigerant harus dikerjakan secara hati-hati
dan sebaik mungkin, sebelum dipasang semua bagian harus sudah
bersih, kering dan bebas dari debu dan kotoran dan hendaknya
dipasang sependek mungkin.
• Pipa tembaga dari jenis seamless yang dehydrated dan
sealed, dan memenuhi standar ASTM B280. Diameter pipa
yang dipakai harus disesuaikan kembali dengan kapasitas
pendingin mesin dan panjang ekivalen pipa.
• Perbedaan tinggi antara condencing dan evaporator dan
panjang pipa tidak melebihi yang ditentukan oleh pabrik
pembuat.
• Sambungan pipa jenis “hard drawn” tubing harus disambung
dengan perantara wrought copper fitting atau non porous
brass fittings, dan dianjurkan dipakai solder perak dengan
meniupkan gas mulia seperti nitrogen kering kedalam pipa
yang sedang disambung untuk menghindarkan terbentuknya
kerak oksida di dalam pipa.
• Solder lunak “tintlead 50-50” tidak boleh dipergunakan.
Solder “tintlead 95-5” dapat dipergunakan kecuali pada pipa
discharge gas panas.
• Pipa jenis “soft drawn tubing” dapat disambung dengan
solder, nyala api atau lainnya yang sesuai untuk pipa
refrigerant. Pada pipa “precharger refrigerant lines” yang
disediakan oleh pabriknya maka harus dipasang sesuai
dengan persyaratan pabrik.
• Pipa refrigerant harus disangga dan digantung dengan baik
untuk mencegah melentur dan meneruskan getaran mesin
ke bangunan.
• Pipa refrigerant harus dipasang sesuai dengan persyaratan
“Ashrae Guide Book” dan atau persyaratan pabrik.
• Suatu alat pengering refrigerant (filter drier) dengan
kapasitas yang cukup serta “sight glass moisture indicator”
harus dipasang pada bagian “liquid line” setiap pipa
terpasang, sight glass harus dilengkapi dengan tutup
pelindung, filter drier harus menurut ARI Standard 710,
hendaknya jenis full flow replacable care.
• Fitting untuk flare points hendaknya jenis standard SAE
forged brass flare nenurut ARI/Standard 720 dengan unit
short shank flare.
1) PEKERJAAN ISOLASI
a. Umum
Seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana, Kontraktor wajib
membuat contoh cara mengerjakan isolasi yang diperlukan untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengawas Lapangan sebelum
dilaksanakan.
1) Referensi Produk
Peralatan, bahan dan material yang dipergunakan harus memenuhi
spesifikasi. Kontraktor dimungkinkan untuk mengajukan alternative lain
yang setaraf dan Kontraktor baru dapat menggantinya bila sudah ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Pengawas Lapangan.
2 AC Cassete - Daikin
PASAL.3
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN LISTRIK
3.1 Syarat Umum
Setiap Kontraktor yang menangani pekerjaan ini, haruslah mempelajari
seluruh Dokumen Kontrak dengan teliti untuk mengetahui kondisi yang
berpengaruh pada pekerjaan ini.
1) Kontraktor harus menawarkan seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan
baik dalam spesifikasi ataupun yang tertera dalam gambar-gambar,
dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan harus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pada spesifikasi ini.
2) Bila ternyata ada perbedaan antara spesifikasi bahan atau peralatan yang
dipasang dengan spesifikasi yang dipersyaratkan pada pasal ini,
merupakan kewajiban Kontraktor untuk mengganti bahan atau peralatan
tersebut, sehingga sesuai dengan ketentuan pada RKS ini tanpa adanya
ketentuan tambahan biaya.
f. Komponen panel :
Accessories
Bus bar, terminal-terminal, isolator switch dan perlengkapan lainnya
harus buatan pabrik dan berkualitas dan dipasang di dalam panel
dengan kuat dan tidak boleh ada bagian yang bergetar.
Busbar
• Setiap panel harus mempunyai 5 busbar copper terdiri dari 3
busbar phase R-S-T, 1 busbar netral dan 1 busbar untuk
grounding. Besarnya busbar harus diperhitungkan dengan besar
arus yang mengalir dalam busbar tersebut tanpa menyebabkan
kenaikkan suhu lebih besar dari 65° C. Untuk itu penampang
busbar harus sesuai ketentuan dalam PUIL.
• Setiap busbar copper harus diberi warna sesuai peraturan PLN,
dimana lapisan warna busbar tersebut harus tahan terhadap
panas yang timbul.
• Bus bar adalah batang tembaga murni dengan minimum
conduktivitas 98%, rating amper sesuai gambar.
• Bus bar harus dicat sesuai dengan kode warna dalam PUIL
sebagai berikut :
Phasa : Merah, Kuning dan Hitam
Netral : Biru
Ground : Hijau/Kuning
Circuit breaker
• Circuit breaker untuk penerangan boleh menggunakan MCB
dengan breaking capacity minimal 4.5 kA simetris atau sesuai
dengan gambar perencanaan.
3) Lighting Fixtures
5) Konduit
a. Konduit instalasi penerangan yang dipakai adalah dari jenis PVC High
Impact.
b. Factor pengisian konduit harus mengikuti ketentuan pada PUIL.
7) Perlengkapan Instalasi
a. Perlengkapan instalasi yang dimaksud adalah material-material untuk
melengkapi instalasi agar diperoleh hasil yang memenuhi persyaratan,
handal dan mudah perawatan.
b. Seluruh klem kabel yang digunakan harus buatan pabrik.
1) Panel-panel
a. Sebelum pemesanan/pembuatan panel, harus mengajukan gambar
kerja untuk mendapatkan persetujuan perencana dan Pengawas
Lapangan.
b. Panel-panel harus dipasang sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuat dan harus rata (horizontal).
c. Letak panel seperti yang ditunjukan dalam gambar, dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.
d. Untuk panel yang dipasang tertanam (inbow) kabel-kabel dari/ke
terminal panel harus dilindungi pipa PVC High Impact yang tertanam
dalam tembok secara kuat dan teratur rapi. Sedangkan untuk panel
yang dipasang menempel tembok (outbow), kabel-kabel dari/ke
terminal panel harus melalui tangga kabel.
e. Penyambungan kabel ke terminal menggunakan sepatu kabel (cable
lug) yang sesuai.
f. Ketinggian panel yang dipasang pada dinding (wall-mounted) = 1,600
mm dari lantai terhadap as panel.
g. Setiap kabel yang masuk/keluar dari panel harus dilengkapi dengan
gland dari karet atau penutup yang rapat tanpa adanya permukaan
yang tajam.
h. Semua panel harus ditanahkan.
2) Kabel–Kabel
a. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark
yang jelas dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah
beban. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna
untuk mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan ketentuan PUIL.
b. kabel daya yang dipasang horizontal/vertical harus dipasang pada
tangga kabel, diklem dan disusun rapi.Setiap tarikan kabel tidak
diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada T-doos untuk
instalasi penerangan.
c. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi
dengan sepatu kabel untuk terminasinya.
3) Lampu Penerangan
a. Pemasangan lampu penerangan harus disesuaikan dengan rencana
plafond dari Arsitek dan disetujui oleh Pengawas.
b. Lampu tidak diperkenankan memberikan beban kepada rangka
plafond, dimana lampu yang terpasang harus mempunyai
gantungan sendiri.
c. Instalasi kabel penerangan yang berhubungan langsung dengan
lampu yang bersangkutan harus dilengkapi dengan flexible conduit.
d. Tiang lampu penerangan untuk diluar bangunan harus dipasang
tegak lurus
5) Pengujian
a. Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus
diadakan pengujian secara individual. Peralatan tersebut baru dapat
dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat pengujian yang baik
dari pabrik pembuat dan LMK/PLN serta instansi lainnya yang
berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus
diadakan pengujian secara menyeluruh dari system untuk menjamin
bahwa system berfungsi dengan baik. Semua biaya yang timbul dari
pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor
b. Test meliputi :
- Test Beban Kosong (No Load Test)
- Test Beban Penuh (Full Load Test)
No Load Test
Test ini dilakukan tanpa beban artinya peralatan ditest satu per
satu seperti misal pengujian Instalasi 0,6/1 KV (Kabel Tegangan
Rendah):
• Pengukuran tahanan isolasi dengan megger 1,000 Volt
• Pengukuran tahanan instalasi dengan megger 1,000 Volt
• Pengukuran tahanan pentanahan
6) Referensi Produk
Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi. Kontraktor
dimungkinkan untuk mengajukan alternatif lain yang setaraf dengan
yang dispesifikasikan. Kontraktor baru dapat mengganti bila ada
persetujuan resmi dan tertulis dari Pengawas Lapangan.
Produk bahan dan peralatan, pada dasarnya adalah sebagai berikut :
A.1 Pek. Penutup Lantai & Dinding - Homogeneous Tile polished 60x60 cm Roman Granit
- Allumuinium Composite Panel Seven
A.3 Pek. Kusen, Daun Pintu dan Jendela - Daun pintu : kaca tempered 12 mm Asahimas, Mulia, Tam Glass
- Hardware/aksesoris : Dekkson, Wilka, Dorma
Engsel, Handle, Kunci, Door Closer
B STRUKTUR
B.1 Pek. Baja - Baja WF KS, Gunung Garuda
- Besi beton KS, MS, CS
- Plat Bonek
- Pipa BS Spindo, Bakrie
1
Pembangunan Koridor Penghubung Gedung F dan Gedung Graha
Drop Off Gedung B Dan Gedung B
Di Rumah Sakit Pusat Pertamina
C PEKERJAAN ELEKTRIKAL
C.1 Pek. Pemasangan Kabel - Kabel Power 4 besar
NYY,NYFGBY (4 X70 mm) (Kabelindo,Supreme,Tranka,Metal)
- Kabel Lampu, stop kontak dan saklar
NYM
- Kabel tray 10x30 cm (kabel arus kuat) Traytec
- Kabel tray 10x20 cm (kabel arus lemah)
D PEK. MEKANIKAL
D.1 Pek. Instalasi Air Bersih - Pipa PPR Wavin, Rucika
- Fitting-fitting dan aksesoris
D.2 Pek. Instalasi air bekas, air hujan - Pipa PVC AW class Wavin, Supramas, Rucika
- Fitting-fitting dan aksesoris
D.3 Pek. Instalasi Tata Udara - AC Cassete Daikin