Anda di halaman 1dari 87

BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -1

BAB IV

PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

4.1 Metode Pelaksanaan Proyek

4.1.1 Umum

Metode pelaksanaan adalah uraian mengenai cara pelaksanaan dan

penguasaan teknis dilapangan sehingga tahapan pelaksanaannya dari setiap

pekerjaan berjalan secara efisien dan sistematis, yaitu item pekerjaan mana

yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan item mana yang harus

melanjutkannya.

Pada laporan kerja praktek ini, akan dibahas tahap / metode

pelaksanaan dan pengawasan pada pembangunan awal struktur bawah

proyek pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi.

4.1.2 Pekerjaan Persiapan Proyek

Pada pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali

dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut meliputi:

a. Pembersihan Lokasi Pekerjaan

Membersihkan areal pekerjaan sesuai dengan volume yang ada

dengan cara membersihkan tanaman semak belukar yang ada disekitar

lokasi agar dalam pelaksanaan pekerjaan nantinya tidak ada kendala.

Bangunan ataupun bekas bangunan yang masih ada pada lokasi dan harus

dibongkar atau dipindahkan karena mengganggu kelancaran pelaksanaan

harus atas persetujuan konsultan pengawas atau MK.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -2

Gambar 4.1 Pembersihan Lokasi Pekerjaan

b. Kantor Proyek

Kantor proyek dibangun sebagai tempat bekerja pagi para staf baik

staf dari Kontraktor, Pengawas maupun Pemilik Proyek di lapangan,

yang dilengkapi dengan ruang-ruang kerja staf, ruang rapat, ruang

pimpinan, mushola, dan toilet. Seluruh fasilitas dan sarana yang

dibangun untuk pekerjaan persiapan ini adalah sementara. Oleh karena

itu, desain kantor tersebut juga dibuat tidak permanen.

Gambar 4.2 Pembangunan Kantor Proyek


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -3

c. Gudang Material dan Peralatan

Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca, seperti

semen dan material lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup.

Untuk itu diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang.

Sementara itu, gudang peralatan berfungsi untuk tempat penyimpanan

alat-alat ringan seperti vibrator untuk pemadatan beton, alat-alat

pengukur (theodolit), alat-alat ukur pekerjaan finishing (mesin potong

keramik, mesin bor), serta berbagai komponen peralatan lainnya.

Gambar 4.3 Gudang Material dan Peralatan

d. Pagar Proyek

Pembuatan pagar proyek adalah suatu pekerjaan pemberian batas

terhadap lahan yang akan dibangun. Bahan yang digunakan bisa berupa

seng yang ditempel pada batang besi yang berfungsi sebagai penguat.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -4

Gambar 4.4 Pagar Proyek

e. Pemasangan Papan Nama Proyek

Papan Nama Proyek akan dibuat dan dipasang pada awal

pelaksanaan kegiatan yang berisi informasi mengenai cakupan kegiatan

yang akan dilaksanakan.

Gambar 4.5 Papan Nama Proyek

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -5

f. Pekerjaan Pengukuran dan Pemasangan Bowplank

Pemasangan bouwplank atau pengukuran dari papan dan kayu 5/7,

untuk papan diketam halus atau lurus pada sisi atasnya dan dipasang

Waterpass dengan sudut-sudutnya yang siku. Pekerjaan ini dilakukan

adalah untuk menentukan dimana lokasi pembangunan yang akan

dilaksanakan nantinya dan juga dalam pekerjaan ini akan ditentukan

ketinggian lantai yang akan dilaksanakan.

Gambar 4.6 Pembuatan Bowplank

4.1.3 Perhitungan Kebutuhan Sumber Daya

a. Kebutuhan Listrik Kerja

Kebutuhan tenaga listrik yang dimaksud, adalah jumlah daya yang

diperlukan oleh Kontraktor untuk meleksanakan pekerjaan konstruksi

selama pelaksanaan proyek. Sumber daya listrik biasanya deperoleh dari

PLN. Daya listrik yang diperlukan oleh proyek, meliputi penerangan,

AC, Peralatan Kerja, Peralatan Kantor, dan lain-lain.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -6

b. Kebutuhan Air Kerja

Kebutuhan air kerja untuk keperluan proyek diperoleh dari sumur.

Air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan-kenutuhan seperti toilet,

pencucian kenderaan proyek, dan keperluan lain yang membutuhkan air.

4.2 Persiapan Site Plan

Pengaturan tata letak bangunan-bangunan fasilitas dan sarana pada

proyek sangat dibutuhkan khususnya pada saat tahap persiapan, dalam

pelaksanaannya, pekerjaan persiapan ini adalah rencana lapangan atau

sering disebut perencanaan site plan. Tujuan dari adanya site plan adalah

pengaturan letak bangunan sehingga pekerjaan konstruksi dapat berjalan

dengan lancar, aman, efektif, dan efisien. Penempatan fasilitas dan sarana

proyek diharapkan nantinya dapat berfungsi secara optimal sesuai

perencanaan, hal ini berhubungan langsung dengan adanya perhatian

kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan desain yang akan

dikerjakan

Gambar 4.7 Site Plan RSUD dr. Soekardjo


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -7

4.3 Persiapan Pengukuran

Kegiatan ini meliputi pekerjaan yang berhubungan dengan

pengukuran. Alat yang diguunakan adalah Theodolit, Waterpass, &

Meteran. Pekerjaan ini dilakukan oleh seorang surveyor dibantu oleh

seorang asisten, setelah mendapatkan instruksi dari Site Manager/ pelaksana

dan gambar kerja (shop drawing).

4.3.1 Theodolite

Total Station merupakan theodolite (alat ukur sudut) yang

terintegrasi dengan komponen pengukur jarak elektronik. Total station

berfungsi untuk menentukan as bangunan dan as elemen-elemen struktur

seperti kolom, balok, retaining wall dan shear wall sehingga bangunan akan

sesuai dengan gambar rencana, serta untuk membuat sudut-sudut pada

bangunan.

Gambar 4.8 Pengukuran Menggunakan Alat Theodolite

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -8

4.3.2 Autolevel (Waterpass)

Auto level (Waterpass) merupakan alat yang berfungsi untuk

menentukan elevasi untuk lantai, balok, dan elemen struktur lain

yangmembutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang diketahui. Alat

ini juga berfungsi untuk mengecek penempatan elevasi bekisting balok,

kolom, drop panel dan plat lantai. Dalam penggunaannya, waterpass

ditempatkan pada tripod.

Gambar 4.9 Pengukuran Menggunakan Alat Autolevel (Waterpass)

4.3.3 Meteran

Meteran merupakan alat yang berfungsi untuk mengukur panjang atau

jarak. Meteran digunakan untuk menentukan posisi marking elemen-elemen

struktur di lapangan berdasarkan ukuran/jarak yang tertera pada gambar

rencana.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -9

Gambar 4.10 Meteran

4.3.4 Rambu Ukur

Rambu Ukur digunakan sebagai parameter pengukuran. Ada berbagai

macam pengukuran antara lain pengukuran sipat datar, pengukuran sudut,

pengukuran panjang, dan lain-lain.

Gambar 4.11 Rambu Ukur


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -10

4.3.5 Sipat

Sipat merupakan alat yang berfungsi untuk membuat marking setelah

sebelumnya dilakukan pengukuran dengan total station ataupun autolevel.

Prinsip kerja alat ini sangat sederhana, yaitu dengan melumuri benang yang

ada pada alat dengan tinta sehingga pekerja survey dapat membuat garis

marking dengan benang tersebut.

Gambar 4.12 Sipat

4.4 Peralatan Angkutan Vertikal

Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi (high rise

building) di perlukan alat-alat berat untuk transportasi material, terutama

untuk arah vertikal.

Di proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi

RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya sendiri alat angkut vertikal ada 2

alat dan cara. Yang pertama dengan menggunakan tower crane, yang kedua

dengan menggunakan tangga.

Persiapan bahan dan peralatan adalah mempersiapkan bahan atau

material yang akan digunakan dalam proyek. Nantinya, bahan-bahan ini

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -11

akan digunakan dengan alat sebagai penunjangnya. Maka dari itu persiapaan

bahan dan peralatan sangat diperlukan agar suatu proyek tidak molor dan

tepat waktu dalam pelaksanaanya.

Agar para kontraktor tidak dirugikan karena membayar para

pekerja lebih lama. Karena semakin lama sebuah proyek dikerjakan maka

semakin banyak biaya yang mesti dibayarkan. Hal ini lah yang membuat

pekerja, bahan, dan alat tidak dapat dipisahkan dalam proyek konstruksi.

Berikut ini adalah beberapa peralatan dan bahan yang digunakan

dalam proyek pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD:

4.4.1 Persiapan Peralatan

a. Tower Crane

Tower crane merupakan sebuah alat berat yang digunakan untuk

mengangkat bahan atau material.

Gambar 4.13 Tower Crane

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -12

b. Concrate Pump

Concrete pump digunakan untuk pengecoran. Menyemburkan

beton ready mix dari truck mixer ke tempat yang akan di cor.

Gambar 4.14 Concrete Pump

c. Concrete Bucket

Concrete bucket adalah tempat pengangkutan beton dari truck

mixer concrete sampai ke tempat pengecoran.

Gambar 4.15 Concrete Bucket


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -13

d. Concret Vibrator

Concret vibrator adalah alat yang menghasilkan getaran dan

digunakan untuk meratakan beton pada saat proses pengecoran.

Gambar 4.16 Concret Vibrator

e. Scaffolding

Scaffolding atau perancah adalah suatu struktur sementara yang

digunakan untuk menyangga dalam konstruksi.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -14

Gambar 4.17 Scaffolding

f. Mixer Truck

Mixer truck digunakan untuk mengangkut beton ready-mixed

dari tempat pembuatan (Batching plant) ke lokasi proyek.Selama

pengangkutan, mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran

per menit. Perputaran ini bertujuan agar tidak terjadi pergeseran

ataupun pemisahan agregat sehingga adukan tetap homogen dan beton

tidak mengeras. Dengan demikian, mutu beton akan selalu terjaga

sesuai dengankebutuhan rencana. Mixer ini biasanya digerakkan oleh

tenaga dari mesin trukitu sendiri atau oleh suatu mesin pembantu yang

tersendiri. Proses pengiriman beton ready-mixed diatur dengan

memperhatikan jarak, kondisi lalu lintas, cuaca, dan suhu, karena hal-

hal tersebut dapat mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan

pengecoran.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -15

Gambar 4.18 Mixer Truck

g. Bor Tangan

Bor tangan merupakan alat yang berfungsi untuk melubangi

beton. Bortangan digunakan pada pekerjaan bekisting vertikal (kolom,

shear wall dan wall) untuk keperluan pemasangan push pull prop

bekisting di atas plat beton.

Gambar 4.19 Bor Tangan

h. Air Compresor

Air Compresor merupakan alat yang berfungsi untuk

menghasilkan danmenghembuskan udara bertekanan tinggi untuk

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -16

membersihkan kotorankotoransebelum pelaksanaan pekerjaan

pengecoran. Kotoran-kotoran sepertidebu, serbuk kayu, dan lain-lain

akan mengurangi mutu serta daya lekatantulangan pada beton apabila

tidak dibersihkan.

Gambar 4.20 Air Compresor

i. Exavator

Excavator adalah jenis kendaraan alat berat yang digunakan

dalam berbagai kegiatan penggalian atau pengerukan.

Gambar 4.21 Exavator


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -17

j. Hydraulic Static Pile Driver

Hydraulic Jacking Injection System, injeksi tiang pancang

dilakukan dengan menekan tiang pancang ke dalam tanah

menggunakan alat Hydraulic Static Pile Driver.

Gambar 4.22 Hydraulic Static Pile Driver

k. Troli

Troli adalah kereta beroda berjalan yang memuat beban yang lebih

ringan atau bisa di sebut sebagai pesawat sederhana dan sangat

ringan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -18

Gambar 4.23 Troli

l. Stemper

Stemper adalah, Mesin Stamper sangat membantu untuk

mempercepat proses pemadatan tanah timbun, selain itu Mesin

Stamper juga dapat memadatkan tanah asli kohesif.

Gambar 4.24 Stemper

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -19

m. Meteran Ukur

Meteran adalah alat ukur yang sangat penting dipergunakan dalam

bangunan.

Gambar 4.25 Meteran Ukur

n. Lampu Penerangan

Peralatan penerangan digunakan untuk menerangi di lokasi

pekerjaan suatu proyek ketika malam hari.

Gambar 4.26 Lampu Penerangan

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -20

o. Mesin Gerindra

Mesin gerinda adalah mesin perkakas dengan mata potong

jamak atau banyak. Digunakan untuk mengasah/ memotong benda

kerja.

Gambar 4.27 Mesin Gerindra

4.4.2 Persiapan Bahan

a. Baja Tulangan

Baja tulangan digunakan untuk semua elemen struktur antara

lain kolom, balok, drop panel, pelat lantai, ramp, retaining wall, shear

wall, corewall, tangga dan pondasi.

Secara umum, baja tulangan yang digunakan untuk struktur

beton harus memenuhi syarat-syarat berdasarkan PBI 1971 N.I. – 2

sebagai berikut :

1. Bebas dari kotoran lapisan minyak, karat lepas, serta tidak

cacat (retakretak,mengelupas, dan sebagainya).

2. Mempunyai luas penampang yang sama rata.


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -21

3. Baja tulangan yang diameternya berbeda dikelompokkan di

tempat yang terpisah.

4. Penimbunan baja tulangan di udara terbuka dilakukan untuk

jangkawaktu yang lama harus dicegah.

Gambar 4.28 Besi Beton

b. Beton ready-mix

Beton ready-mix adalah beton yang diproduksi di batching

plant yang diaduk terdiri dari pasir, batu, air dan semen.

Gambar 4.29 Beton ready-mix

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -22

c. Batako press

Batako press adalah salah satu bahan bangunan yang dibuat

dari campuran semen dan pasir.

Gambar 4.30 Batako press

d. Bekisting

Bekisting adalah sarana struktur beton untuk mencetak beton

baik ukuran ataupun bentuknya sesuai dengan desain.

Gambar 4.31 Bekisting

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -23

e. Kawat Bendrat

Kawat bendrat adalah kawat yang digunakan sebagai

pengikan tulangan besi sehingga tidak perlu di las.

Gambar 4.32 Kawat Bendrat

f. Paku

Paku adalah batang logam yang berujung runcing yang

digunakan untuk melekatkan bahan-bahan bangunan

Gambar 4.33 Paku

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -24

g. Balok Kayu

Balok kayu digunakan pada susunan bekisting plat dan

balok. Balok kayu digunakan sebagai pengaku pada bekisting

balok dan juga sebagai balok gelagar atau suri-suri pada

rangkaian scaffolding. Pada bekisting plat, balok kayu

berfungsi sebagai media memaku untuk menyambung plywood

agar tidak berubah posisi. Pada proyek ini balok kayu yang

digunakan berukuran 6/12 cm. Pengadaan balok kayu ini

merupakan tanggung jawab dari subkontraktor pekerjaan

bekisting.

Gambar 4.34 Balok kayu

h. Tulangan Kaki Ayam

Tulangan kaki ayam adalah tulangan yang dibentuk

sedemikian rupa yang berfungsi sebagai pembatas antara

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -25

tulangan tarik dan tekan pada pembesian plat lantai (slab)

sehingga didapat tebal plat lantai sesuai dengan yang

direncanakan. Jarak antara tulangan kaki ayam harus dibuat

sedemikian rupa sehingga apabila dipijak tidak melendut,

biasanya pemasangan tulangan kaki ayam dibuat tiap jarak 1

m.

Gambar 4.35 Tulangan Kaki Ayam

i. Tahu Beton (Beton Decking)

Tahu beton digunakan untuk menjaga tulangan agar sesuai

dengan posisi yang diinginkan (menjaga ketebalan selimut

beton). Tebal tahu beton dibuat sesuai dengan selimut beton

yang direncanakan. Tahu beton dibuat atau dicetak tersendiri

dengan mutu yang lebih tinggi atau minimal sama seperti mutu

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -26

beton serta dilengkapi dengan kawat ikat untuk mengikatkan

tahu beton pada tulangan. Pada proyek ini tahu beton

diproduksi setiap hari oleh para pekerja secara konvensional

yaitu dicetak dan kemudian dijemur di sekitar lokasi proyek

yang terkena sinar matahari yang cukup.

Gambar 4.36 Beton Tahu ( Decking)

j. Lem Beton ( Calbond)

Lem Beton atau Calbond adalah bahan tambahan yang

berfungsi untuk memperkuat ikatan pada sambungan beton

antara beton lama dengan beton baru. Lem beton sangat

penting untuk menyambung beton yang proses pengecorannya

tidak bisa selesai sekaligus, sehingga pertemuan antara beton

lama dengan beton baru tidak terjadi keretakan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -27

Gambar 4.37 Calbond

k. Wiremesh

Wiremesh adalah besi yang bentuknya seperti kawat dan

dianyam menjadi lembaran.

Gambar 4.38 Wiremesh

l. Bondek

Bondek adalah bahan material bangunan yang terbuat dari

bahan galvanis yang digunakan sebagai pengganti papan

triplek,selain sebagai pengganti triplek bondek juga dapat

berfungsi sebagai tulangan positif pada beton.


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -28

Gambar 4.39 Bondek

4.5 Tahapan Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan tahapan untuk mewujudkan setiap

rencana yang dibuat oleh pihak perencana. Pelaksanaan pekerjaan

merupakan tahap yang sangat penting dan membutuhkan pengaturan serta

pengawasan pekerjaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang baik, tepat

pada waktunya, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan

sebelumnya.

Tahap pelaksanaan yang menentukan berhasil tidaknya suatu proyek,

oleh karena itu perlu dipersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan

teknis pekerjaan, rencana kerja, serta tenaga pelaksana khususnya tenaga

ahli yang profesional yang dapat mengatur pekerjaan dengan baik serta

dapat mengambil keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah yang

ditemui di lapangan.

Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek bisa saja timbul masalah-

masalah yang tidak terduga dan tidak dapat diatasi oleh satu pihak

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -29

saja.Untuk itulah diperlukan adanya rapat koordinasi untuk memecahkan

dan menyelesaikan masalah bersama-sama. Dalam rapat koordinasi dihadiri

oleh :

1. Konsultan proyek

2. Koordinator dan para pelaksana

3. Pihak pemilik (owner) jika diperlukan

4. Pihak perencana / arsitek jika diperlukan

Hal-hal yang dibahas dan diselesaikan dalam rapat koordinasi meliputi :

1. Kemajuan ( progress) pekerjaan di lapangan

2. Masalah-masalah dan solusinya menyangkut pelaksanaan di lapangan

3. Realisasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai

dibandingkan dengan time schedule yang telah direncanakan

4. Masalah administrasi yang menyangkut kelengkapan dokumen kontrak

5. Sasaran yang akan dicapai untuk jangka waktu ke depan

Dalam tahap pelaksanaan, semua pelaksanaan pekerjaan di lapangan

mengikuti rencana yang telah dibuat oleh pihak perencana. Antara lain

gambar rencana dan segala detailnya, jenis material, dan dokumen lainnya.

Tahap selanjutnya kontraktor mengerjakan shop drawing sebagai

gambar pelaksanaan dengan ruang lingkup serta detail yang lebih sempit

kemudian untuk tahap akhir kontraktor membuat as built drawing sebagai

gambar akhir sesuai dengan yang ada di lapangan yang digunakan sebagai

laporan akhir.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -30

Pelaksanaan pekerjaan yang akan penulis uraikan adalah tentang

pekerjaan yang dilaksanakan dan dialami penulis selama kerja praktek di

proyek pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi

RSUD pelaksanaan pekerjaan antara lain :

1. Pekerjaan struktur Balok dan Pelat

2. Pekerjaan struktur Kolom

3. Pekerjaan struktur Tangga

4. Pekerjaan struktur Shearwall

4.6 Pengerjaan Struktur

4.6.1 Balok dan Pelat

Pelat merupakan elemen horizontal yang mendukung beban mati

maupun beban hidup dan menyalurkannya ke kerangka vertikal dari sistem

struktur yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi lain.

Ditinjau dari segi statika, kondisi tiap plat ada yang bebas (free), bertumpu

sederhana (simply supported) dan jepit. Beban yang terjadi umumnya tegak

lurus permukaan plat.

Dalam pelaksanaan pekerjaan Pelat Lantai dan Balok ini mencakup

beberapa rangkaian pekerjaan, diantaranya pemasangan perancah dan

pembekistingan, pemasangan tulangan-tulangan beserta beton decking,

pengecoran, serta pekerjaan perawatan (curing beton).

Spesifikasi balok dan pelat yang digunakan dalam proyek

pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD adalah

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -31

 Jenis : Beton bertulang

 Mutu beton : fc’25

 Mutu Tulangan : fy 400 Mpa

 Tebal Pelat : 120 mm

 Slump test : 12 ± 2 cm

Proses pelaksanaan pekerjaan balok dan pelat ada beberapa tahapan.

Hal ini menyangkut hal persiapan bahan dan peralatanya. Mesti

dipersiapkan secara matang dan serius. Karena pekerjaan balok dan pelat

merupakan satu kesatuan. Berikut ini tahapan pekerjaan konstruksi balok

dan pelat yaitu :

1. Pengerjaan Pengukuran

Pekerjaan dimaksudkan untuk memudahkan proses pemasangan

perancah (scaffolding). Pekerjaan pengukuran ini dilakukan dengan cara

memberi tanda as bangunan yang biasanya ditempatkan pada kolom-

kolom, setelah proses pengukuran selesai dilakukan, maka pemasangan

perancah dapat dilakukan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -32

Gambar 4.40 Pemasangan Jack Base

2. Pemasangan Perancah (Scaffolding)

Perancah scaffolding merupakan alat bantu yang mendukung

perencanaan pembuatan bekisting balok dan pelat dengan fungsi utama

sebagai penopang sementara ketika struktur utama belum siap digunakan.

Gambar 4.41 Pemasangan Perancah (Scaffolding)

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -33

3. Pemasangan Bekisting

a. Pemasangan Bekisting Pelat

Bekisting pelat berfungsi sebagai landasan sementara dari

campuran beton yang kemudian dituangkan pada pelat ketika

campuran beton masih basah. Hingga campuran tersebut telah

mengalami kekerasan. Pada proyek pembangunan Gedung Rawat Inap

dan Ruang Operasi RSUD bondek sebagai penggnti bekisting.

Langkah-langkah pekerjaan Bondek sebagai pengganti bekisting

pelat adalah :

 Pasang bekisting kolom,cor kolom,dan bongkar bekisting

kolom.

 Pasang bekisting balok,pasang perancah lantai.

 Pasang pelat lantai bondek.

 Pasang besi tulangan bagian atas

 Cor lantai dan balok.

 Bongkar bekisting balok dan pelat

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -34

Gambar 4.42 Pemasangan Bondek

b. Pemasangan Bekisting Balok

Bekisting balok berfungsi sebagai landasan sementara dari

campuran beton yang kemudian dituangkan pada balok ketika

campuran beton masih basah. Hingga campuran tersebut telah

mengalami kekerasan, maka bekisting balok dapat dibongkar.

Tahap pembekistingan balok adalah sebagai berikut :

 Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun

berjajar sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk

bekisting balok maupun pelat.

 Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan

mengatur base jack atau U-head jack nya.

 Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan

arah cross brace dan diatas girder dipasang balok suri tiap

jarak 50 cm (kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian

dipasang pasangan plywood sebagai alas balok.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -35

 Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci

dengan siku yang dipasang di atas suri-suri.

Gambar 4.43 Pembuatan Bekisting Balok

4. Proses Penulangan Balok dan Pelat

Sebelum dilakukan pengecoran,pelat dan balok dipasang besi

tulangan sebagai pelengkap beton, dalam hal ini besi tulangan yang

digunakan adalah mutu D13 sampai D19, dan wermesh D10. Kemudian

jarak antar tulangan adalah 20cm. Fabrikasi besi tulangan dilakukan juga

untuk mendapatkan ukuruan panjang dan bentuk tulangan yang

dibutuhkan.

a. Proses Penulangan Balok

Penulangan balok dapat dilaksanakan setelah pekerjaan

pemasangan bekisting selesai. Balok berfungsi untuk mendukung

beban vertikal yang meliputi berat sendiri balok, dan beton-beton lain

yang mendukungnya (diantaranya termasuk beban pelat dan dinding).


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -36

Gambar 4.44 Penulangan Balok

b. Proses penulangan Pelat

Pelat lantai berfungsi untuk menahan beban mati (berat sendiri

pelat,beban tegel, beban spesi, beban penggantung, dan beban

plafond), serta beban hidup yang bekerja diatasnya, kemudian

menyalurkan beban-beban tersebut ke balok dibawahnya. Memakai

wiremesh tidak jauh berbeda dengan pemasangan besi beton pada

tulangan pelat, hanya saja karena bentuknya yang sudah teranyam

maka pemasangannya jadi lebih praktis, Wiremesh tinggal diukur

sesuai luasan bidang yang diperhitungkan dan dipotong sesuai

kebutuhan, apabila luasan masih kurang maka wiremesh tinggal

ditambahkan dan diberi overlap kurang lebih 10cm sampai dengan 15

cm.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -37

Gambar 4.45 Penulangan Pelat

5. Pembersihan Pelat dan Balok

Proses pembersihan pelat dilakukan dengan cara menyemprotkan

bagian pelat yang akan di cor dengan menggunakan alat semprot

bertenaga compressor. Yang bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa

kotoran sampah, debu, kerikil, dan lain-lain yang menempel pada

bekisting pelat agar hasil pengecoran maksimal.

Gambar 4.46 Penyemprotan dengan air compressor

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -38

6. Pengujian terhadap Beton

Sebelum proses pengecoran dilakukan dengan readymix truck,

campuran beton yang berada dalam tabung truck harus terlebih dahulu

diuji. Yang bertujuan agar campuran beton tersebut tidak terlalu encer

dan tidak terlalu keras dan memenuhi kriteria yang sesuai dengan

rencana atau kebutuhan.

Campuran beton yang diukur harus berada dalam range atau ada

dalam batas toleransi dari yang ditargetkan. Ada beberapa cara pengujian

campuran beton tersebut seperti :

a. Slump Test

Slump Test adalah proses pengukuran sample atau contoh beton

didepan nilai slump. Alat yang digunakan seperti : Slump cone standar

(diameter atas 100 mm, diameter bawah 200 mm, dan tinggi 300 mm),

sekup kecil, batang besi slinder (panjang 600 mm, diameter 16 mm),

meteran, mistar dan papan slump ( ukuran 500x500 mm).

Gambar 4.47 Slump Test


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -39

b. Uji Kuat tekan Beton

Bertujuan untuk mengetahui kuat tekan dari beton yang sudah

mengeras. Test ini dilakukan di laboratorium, dan tentu saja bukan di

lokasi proyek (off-site). Hal yang bisa dilakukan di lokasi (site)

hanyalah membuat atau mencetak beton silinder untuk diuji.

7. Pengecoran

Proses pengecoran pelat lantai dan balok dilakukan dengan ready

mix truck. Proses pengecoran dilakukan dengan dua cara, pertama dengan

alat bantu bucket yang digantung dan pemindahannya dilakukan dengan

bantuan tower crane dan yang kedua menggunakan cocrete pump dan

pipa tremi. Pengecoran ini dibantu oleh alat vibrator untuk memadatkan

dan meratakan campuran beton. Mutu beton yang digunakan dalam

proyek pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD

adalah fc’25 untuk Balok dan Pelat.

Gambar 4.48 Pengecoran Balok dan Pelat

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -40

Gambar 4.49 Penyiraman Colbond

8. Pemadatan

Pemadatan cor beton adalah kegiatan menghilangkan udara yang

terjebak dalam cor-coran beton yang dapat mengakibatkan keropos beton

dengan cara pengetaran atau penusuk-nusukan cor-coran beton.

Pemadatan dilakukan segera setelah campuran beton dituang, dimana

pada keadaan tersebut sifat beton masih plastis. Selain untuk

menghasilkan beton yang kuat dan tahan lama, pemadatan beton juga

akan memberikan hasil permukaan beton halus.

Pemadatan beton seharusnya dilakukan dengan mengunakan alat

vibrator beton (concretevibrator).Dalam pelaksanaan Pemadatan atau

penggetaran beton.Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan

sehubungan dengan pemadatan/penggetaran beton cor. Cara pemadatan

cor beton dengan concrete vibrator :

a. Masukan vibrator kedalam cor beton dengan cepat, akan tetapi angkat

vibrator setelah pemadatan dengan lambat

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -41

b. Ketika memasukan vibrator kedalam cor beton maka akan tampak

radius getaran. Radius getaran ini harus menyentuh seluruh areal

permukaan beton yang dicor sehingga masing-masing radius getaran

saling menutup menyelimuti seluruh permukaan beton yang dicor.

c. Kedalaman batang vibrator kira-kira harus menjangkau dasar cor

beton, akan tetapi jangan sampai menyentuh permukaan cetakan

beton (bekisting)

Hal-hal yang harus dihindari pada saat menggunakan beton

concretevibrator :

a. Memadatkan beton tidak diperbolehkan dengan cara menyentuhkan

batang vibrator ke besi tulangan beton.

b. Ketika menggunakan vibrator hindari kontak batang vibrator dengan

begisting (cetakan beton) karena akan mengakibatkan beton yang

sudah mulai mengeras akan tergetar kembali sehingga dapat

meninggalkan retakan kecil.

Lama waktu pemadatan menggunakan beton concretevibrator :

a. Dengan keadaan beton yang tidak terlalu encer sebaiknya pemadatan

beton dilaksanakan 5 sampai dengan 15 detik dan pemadatan dengan

vibrator lebih lama jika adukan beton yang tuang lebih kental atau

nilai slump rendah.

b. Pemadatan dalam tempo yang terlalu singkat atau pemadatan dengan

tempo yang terlalu lama tidak diperbolehkan. Pemadatan dengan

tempo yang singkat bisa menyebabkan beton menjadi kropos

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -42

sedangkan pemadatan dengan tempo yang terlalu lama dapat

menyebabkan segregasi.

Gambar 4.50 Pemadatan dengan concrete vibrator

4.6.2 Kolom

Kolom merupakan struktur yang memikul beban vertikal dari balok

dan pelat. Kolom juga merupakan elemen struktur tekan yang mempunyai

peranan penting dari suatu bangunan. Ketika kolom mengalami keruntuhan

maka bisa dikatakan lantai yang ditopang oleh kolom tersebut akan

mengalami keruntuhan total juga dan seluruh strukturnya.

Fungsi kolom adalah meneruskan beban seluruhnya bangunan ke

pondasi, spesifikasi kolom di proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan

Ruang Operasi adalah :

 Jenis : Beton Bertulang

 Mutu Beton : fc’ 25

 Slump Test : 12 ± 2 cm

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -43

Pada proyek ini kolom yang digunakan ada 2 bentuk, yaitu persegi

dan silender. Prosedur pelaksanaan pekerjaan kolom dalam proyek ini

secara keseluruhan sama, meskipun dimensi dan jumlah tulangan pada

masing-masing tipe kolom berbeda-beda.Langkah teknis pada pekerjaan

kolom adalah sebagai berikut.

1. Penentuan As kolom

Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan

pematokan. Hal ini disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan.

Cara menentukan as kolom membutuhkan alat-alat seperti: theodolit,

meteran, tinta, sipatan dll.

Proses pelaksanaan penentuan as kolom adalah sebagai berikut :

a. Penentuan as kolom dengan Theodolit dan waterpass berdasarkan

shopdrawing dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan

bersama.

b. Buat as kolom dari garis pinjaman

c. Pemasangan patok as bangunan/kolom (tanda berupa garis dari

sipatan).

Gambar 4.51 Marking as kolom


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -44

2. Pemasangan Sepatu Kolom

Sepatu kolom dipasang setelah pekerjaan marking pada lantai

tersebut selesai dilaksanakan. Sepatu kolom merupakan potongan baja

profil siku yang dipasang pada bagian bawah sudut kolom dengan cara

dilas. Sepatu kolom berfungsi sebagai penahan bekisting bagian bawah

agar tidak bergeser ataupun berdempetan dengan tulangan kolom.

Gambar 4.52 Pemasangan sepatu kolom

3. Pembesian Kolom

Proses pekerjaan pembesian dalam proyek ini adalah sebagai

berikut:

a. Pembesian atau perakitan tulangan kolom adalah precast atau

dikerjakan di tempat lain yang lebih aman

b. Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -45

c. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum

pemasangan sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan

utama dengan kapur.

d. Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara

tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.

e. Setelah tulangan selesai dirakit, untuk besi tulangan precast diangkut

dengan menggunakan Tower Crane ke lokasi yang akan dipasang.

f. Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang

beton deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai

selimut beton.

Gambar 4.53 Pembesian kolom dan pemasangan beton deking

4. Pemasangan Bekisting Kolom

Bekisting (acuan) adalah alat yang dibuat untuk mencetak beton

dalam proyek, bekisting bisa dipakai berulang kali untuk efisiensi kerja

dan penghematan biaya tanpa ada penurunan mutu.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -46

Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan

pembesian tulangan telah selesai dilaksanakan dan pekerjaan pengecoran

telah dijadwalkan akan dilaksanakan.

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai proses pembuatan

bekisting kolom :

a. Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.

b. Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom

sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100cm

dari masing-masing as kolom.

c. Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai

sesuai dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi

sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom.

d. Marking sepatu kolom sebagai tempat bekisting

e. Pasang sepatu kolom pada tulangan utama atau tulangan sengkang.

f. Pasang sepatu kolom dengan marking yang ada.

g. Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.

Setelah tahapan diatas telah dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -47

Gambar 4.54 Pemasangan bekisting kolom

5. Pengecoran Kolom

Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang

dihubungkan dengan pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0,9m3.

Bucket tersebut diangkut dengan menggunakan Tower crane untuk

memudahkan pengerjaan.

Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan

untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang

dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung,

pemadatan beotn menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk

menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai pemadatan

yang maksimal Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah

sebagai berikut:

a. Persiapan pengecoran, sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang

akan dicor harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak

membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton.


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -48

b. Pelaksanaan pengecoran

Gambar 4.55 Pengecoran Kolom

6. Pembongkaran Bekisting Kolom

Setelah pengecoran selesai, maka dapat dilakukan pembongkaran

bekisting. Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut:

a. Setelah beton berumur 8 jam, maka bekisting kolom sudah dapat

dibongkar.

b. Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu

agar lekatan beton pada plywood dapat terlepas.

c. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.

d. Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga

rangkaian/panel bekisting terlepas.

Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera

diangkat dengan tower crane ke lokasi awal.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -49

Gambar 4.56 Pembongkaran Bekisting Kolom

7. Perawatan Beton Kolom

Perawatan beton kolom setelah pengecoran adalah dengan sistem

kompon, yaitu dengan disiram 3 kali sehari selama 3 hari.Pemeliharaan

Balok dan Pelat (Curing). Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk

menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton.

Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram/membasahi

beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

4.6.3 Tangga

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi

dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Jenis tangga

berdasarkan sifat permanensinya. Tangga dapat bersifat permanen maupun

non permanen.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -50

Tangga permanen biasanya digunakan untuk menghubungkandua

bidang horisontal pada bangunan dan lantai bangunan yang berbeda. Tangga

jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama.

Tangga dapat berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau

merupakan dari kombinasinya. Komponen-komponen dari tangga antara

lain adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread), bordes

(landing), nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman

(balustrade). Contoh dari penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita

temui pada bangunan rumah tinggal atau perkantoran, "tangga monyet", dsb.

Tangga non permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang

horisontal yang lebih tinggi, dan digunakan hanya pada waktu-waktu

tertentu sehingga bisa dipindahkan / disimpan. Contoh dari tangga jenis ini

misalnya tangga lipat.

Tangga merupakan suatu sambungan yang dapat dilalui antara tingkat

sebuah bangunan, dan dapat dibuat dari kayu, pasangan batu, baja, beton

bertulan dll. Statistik yang dikompilasi oleh Dewan Keamanan Nasional

menunjukkan bahwa tangga adalah penyebab jumlah terbesar kecelakaan di

rumah, kecelakaan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, yang tentu

berada di luar kendali mereka yang merancang dan membangun tangga.

Namun, ada terlalu banyak kecelakaan akibat kesalahan konstruksi

langsung. Tukang kayu dapat memberikan kontribusi berharga terhadap

pencegahan kecelakaan jika ia berencana dan melakukan pekerjaannya

dengan baik.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -51

Teknik Keselamatan Departemen Biro Jasa Pekerja Nasional

Kompensasi telah menyiapkan standar berikut sebagai saran untuk

pembangun tangga untuk membantu menghilangkan beberapa penyebab

yang bertanggung jawab untuk banyak kecelakaan, yaitu :

a. Tangga harus bebas dari goncangan keras

b. Dimensi bordes harus sama dengan atau lebih besar dari lebar tangga

antara pegangan tangan dengan dinding

c. Semua aantride dan optride dalam setiap anak tangga harus sama

d. Semua tangga harus dilengkapi dengan substansial dan 36 inci

pegangan tangan di ketinggian dari pusat dari tapak yang permanen

e. Semua pegangan tangan harus memiliki sudut bulat dan permukaan

yang halus dan bebas dari serpihan

f. Sudut tangga dengan horisontal tidak boleh lebih dari lima puluh

derajat dan tidak kurang dari dua puluh derajat

g. Anak tangga tidak boleh licin, dan tanpa ada baut, sekrup, atau paku

yang menonjol

Konstruksi tangga beton, sampai sekarang banyak digunakan pada

bangunan bertingkat 2 (dua) atau lebih dan bersifat permanent seperti

peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan.

Proyek pembangunan apartemen parahyangan residence pun

menggunakan tangga jenis cor beto. Alasanya karena selain kuat dan dapat

dibentuk sesuai keinginan konstruksi tangga cor beton ini pun mampu

menahan api lebih lama pada saat kebakaran terjadi.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -52

Tangga dengan konstruksi cor beton mengekspose papan anak tangga

hanya dari satu sisi saja. Fungsinya hanya membungkus beton supaya secara

estetika lebih indah, baik dibungkus semua atau hanya bagian atas (bagian

pijakan / steps) saja.

Adapun ukuran tebal papan kayu adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran

lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang menyesuaikan ukuran

lebar tangga Anda. Tangga dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai

papan kayu baik dari papan kayu utuh maupun papan kayu sambungan.

Metode pelaksanaan tangga pada umumnya sama dengan metode

pelaksanaan pelat. Karena perhitungan tangga pun sama dengan pelat.

Tangga bisa disebut juga merupakan pelat lantai miring yang

memperhitungkan sudut kemiringan.

Gambar 4.57 Pemasangan Bekisting Tangga

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -53

Gambar 4.58 Pembesian Tangga

Gambar 4.59 Pengecoran Tangga

4.6.4 Shear Wall

Shear Wall adalah jenis struktur dinding yang berbentuk beton

bertulang yang biasanya dirancang untuk menahan geser, gaya lateral akibat

gempa bumi. Dengan adanya Shear Wall / dinding geser yang kaku pada

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -54

bangunan, sebagian besar beban gempa akan terserap oleh dinding geser

tersebut

a. Pembesian Shearwall

Pembesian dilakukan pada tempat fabrikasi yang telah

disediakan. Setelah perakitan selesai, tidak lupa dipasang bracing x

agar ketika diangkut dengan menggunakan tower crane, shear wall

tersebut tidak mengalami perubahan

Gambar 4.60 Pembesian Shearwall

b. Pembekistingan Shearwall

Setelah pembesian shear wall telah siap, dipasang beton decking

dengan tebal 3 cm sebagai selimut beton yang telah direncanakan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -55

Gambar 4.61 Pembekistingan Shear Wall

c. Pengecoran Shear Wall

Setelah pemasangan bekisting telah selesai, pengecoran untuk

shear wall pun dapat dilaksanakan. Ketika mobil molen telah tiba di

lokasi dan pengujian slump test telah sesuai dengan apa yang

direncanakan, beton dituang ke dalam concrete bucket lalu diangkut

dengan menggunakan tower crane ke lokasi yang telah siap untuk

dicor.

Gambar 4.62 Pengecoran Shear Wall

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -56

4.7 Pengendalian Proyek

Suatu proyek tidak akan terlaksana dengan baik apabila pimpinan

proyek tidak dapat mengendalikan jalannya proyek tersebut dengan baik.

Pengendalian proyek harus dilakukan terus menerus selama proyek tersebut

berlansung.Peninjauan secara periodik sangat efektif dalam membandingkan

kemajuan proyek.Metode pengendalian proyek didasarkan pada

perencanaan dan rencana kerja sebagai dasar untuk membandingkan

kemajuan proyek.

Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari

rencana, maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar

kejadian-kejadian yang menghambat tercapainya tujuan proyek dapat segera

diselesaikan dengan baik.

Pengendalian (controlling) adalah usaha yang sistematis untuk

menentukan standart yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang

system informasi, membandingkan pelaksanaan dengan standart,

menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan antara pelaksanaan dan

standart, kemungkinan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar

sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai

sasaran.

Pengendalian proyek mutlak diperlukan untuk mencapai pekerjaan

yang diharapkan. Kualitas pekerjaan menjadi target tanpa meninggalkan

segi ekonomis dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian pekerjaan

proyek yang dilakukan antara lain :

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -57

a. Pengendalian mutu ( Quality Control ).

b. Pengendalian biaya ( Budget Control ).

c. Pengendalian waktu ( Time Control ).

Gambar 4.63 Pengendalian Proyek

Pengawasan adalah proses penilaian pekerjaan dengan tujuan agar

hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua

anggota kelompok dapat melaksanakan kegiatan dengan berpedoman pada

perencanaan serta mengadakan tindakan koreksi dan perbaikan atau

penyesuain bila terjadi penyimpangan.

Pengawasan (supervising) pun bisa diartikan sebagai suatu proses

pengevaluasian atau perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan

pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar

hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek.

Bertitik tolak pada definisi-definisi diatas, maka proses pengawasan

dan pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai

berikut:
Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -58

a. Menentukan sasaran.

b. Menentukan standart dan criteria sebagai acuan dalam rangka

mencapai sasaran.

c. Merancang atau menyusun system informasi, pemantauan, dan

laporan hasil pelaksanaan pekerjaan.

d. Mengumpulkan data info hasil implementasi (pelaksanaan dari apa

yang telah direncanakan).

e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan perencanaan.

f. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan dengan standart, criteria,

dan sasaran yang telah ditentukan.

Keberhasilan suatu proyek dilihat dari beberapa hal,yaitu :

a. Kualitas hasil pekerjaan ( mutu bangunan ) yang dihasilkan.

b. Biaya yang digunakan selama proyek tersebut berlangsung.

Pengendalian dalam setiap proyek harus selalu ada dan harus

diutamakan sebab menyangkut keberhasilan proyek tersebut. Secara umum

pengendalian meliputi hal- hal sebagai berikut :

1. Penentuan standar,yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil

pekerjaaan dari segi kualitas dan ketepatan waktu.

2. Pemeriksaaan,yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil

pekerjaan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil

pekerjaan.

3. Perbandingan,yaitu membandingkan hasil pekerjaan yang telah

dikerjakan dan dicapai dengan rencana yang telah ditentukan.Dari

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -59

pebandingan ini dapat diketahui progress pelaksanaan pekerjaan

dilapangan.

4. Tindakan korektif yaitu evaluasi terhadap pelaksanaan proyek.

Evaluasi ini diadakan dalam bentuk rapat yang diadakan setiap

minggunya ataupun pada saat diperlukan, bila ada kesalahan atau

penyimpangan maka perlu dipikirkan pemecahanya dan pelaksaan

selanjutnya.

4.8 Pengendali Mutu (Quality Control)

Pengendalian mutu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

pengawasan dan pengarahan pelaksanan serta uji mutu bahan material

selama pelaksanan berlangsung maupun setelah selesai pekerjaan.Dari

pengendalian mutu diharapkan akan menghasilkan mutu pekerjan yang

sesuai dengan persyaratan yang tercantum dikontrak.

Pengendalian dan pengawasan mutu dilakukan oleh kontraktor dan

konsultan Manajemen Konstruksi. Kontraktor melakukan pengendalian dan

pengawasan melalui tim-tim yang telah dibentuk sesuai dengan struktur

organisasi Kontraktor.

Setiap tim melakukan pengendalian mutu dengan tugas dan

wewenangnya masing-masing. Setiap tim memberikan laporan secara

berkala kepada Project Manajer untuk dilaporkan kepala Direktur Utama.

Untuk memperoleh hasil pekerjaan struktur yang sesuai dengan

standart dan dapat dipertanggung jawabkan, maka mutu bahan untuk

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -60

struktur dan finishing bangunan tersebut harus sesuai dengan standart

kualitas yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan

pengawasan dan pengendalian mutu yang meliputi pemilihan bahan,

pengujian berkala, cara pelaksanaan, perawatan, dan pemeliharaannya.

Dalam pengendalian mutu bahan, penekanan yang diberikan adalah

pada pekerjaan beton, besi,dan bata, serta campuran spesi, yang merupakan

bagian terbesar dari pekerjaan struktur dan finishing.

Dalan pengendalian mutu pekerjaan, penekanan yang diberikan adalah

pada pekerjaan beton bertulang untuk pekerjaan struktur dan untuk

pekerjaan finishing arsitektur pemakaian jenis-jenis material finishing sesuai

spesifikasi teknis dan approval material yang telah disetujui oleh pemilik,

serta campuran spesi yang sesuai spesifikasi. Dan tidak kalah pentingnya

pengawasan terhadap gambar kerja.

Alat pengendalian mutu proyek yang harus dikuasai oleh

Pengawasan/Direksi Pekerjaan adalah sebagai berikut :

a. Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS)

b. Metode pelaksanaan ( Pabrikan, RKS )

c. Gambar Kerja

d. Hasil tes bahan dari Laboratorium

e. Peraturan – peraturan Pemerintah

f. Peraturan- Peraturan khusus yang harus diikuti dan tercantum dalam

kontrak.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -61

Dalam proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi

ini, Quality Control meliputi:

a. Pengawasan terhadap gambar proyek.

b. Pengawasan terhadap mutumaterial.

c. Pengawasan pekerjaan Form Work

d. Pengawasan pekerjaan pembesian

e. Pengawasan terhadap mutu beton:

 Uji slump

 Uji kuat tekan sampel beton

4.8.1 Pengawasan Terhadap Gambar Proyek

Pada proyek bangunan, gambar memegang peranan yang sangat

penting. Ide dan perencanaan semuanya dituangkan dalam sebuah gambar

teknik. Dari gambar inilah dipecahkan metode pelaksanaan pekerjaan

hingga suatu bangunan dapat terelisasi.

Adapun beberapa jenis gambar teknik pada suatu proyek bangunan

adalah sebagai berikut:

a. Gambar Tender. Gambar tender adalah gambar yang dimiliki

pemilik (owner) yang dibuat untuk menganalisa dan membuat

Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada suatu proyek yang akan

dikerjakan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -62

b. Gambar For Construction. Gambar For Construction adalah

gambar yang digunakan sebagai pedoman untuk membuat gambar

detail pelaksanaan konstruksi (shop drawing).

c. Gambar For Architecture. Gambar For Architecture adalah gambar

yang digunakan sebagai pedoman untuk membuat gambar detail

pelaksanaan bidang arsitektur (shop drawing).

d. Gambar Shop Drawing. Gambar Shop Drawing adalah gambar

yang dibuat oleh kontraktor dengan pedoman gambar for

construction yang digunakan sebagai pedoman atau dasar

pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

e. Gambar As Built Drawing. Gambar As Built Drawing adalah

gambar actual pelaksanaan setelah proses pekerjaan lapangan

selesai dikerjakan.

Gambar 4.64 Shop Drawing


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -63

Pengawasan terhadap gambar memegang peranan yang tidak kalah

pentingnya, dimana setiap pekerjaan lapangan harus sesui dengan

spesifikasi gambar. Setiap proses pembuatan gambar juga harus melalui

proses pemeriksaan.

Pembuatan Shop drawing dilakukan oleh kontraktor pelaksana,

kemudian dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh konsultan pengawas.

Pada pengawasan terhadap shop drawing ini terdapat tiga parameter yang

menyatukan status gambar, yaitu:

a. Approved. Artinya shop drawing disetujui untuk dijadikan pedoman

pelaksanaan dilapangan.

b. Approved as note. Artinya shop drawing disetujui dengan catatan-

catatan yang ada untuk dijadikan pedoman pelaksanaan di lapangan.

c. Not Approved. Artinya gambar shop drawing tidak disetujui, maka

kontraktor harus melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan

kesalahan dan catatan yang ada.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -64

Gambar 4.65 Approved

4.8.2 Pengawasan Pekerjaan Bekisting

Pengawasan pekerjaan form work adalah pengawasan terhadap

pelaksanaan pembuatan bekisting. Yang merupakan pelaksanaan pekerjaan

form work adalah pengawasan terhadap elevasi lantai, pinjaman as, dimensi

bekisting, kekokohan scaffolding dan support, pemeriksaan bahan bekisting

yang memenuhi syarat, dan pelaksanaan pengawasan pekerjaan lapangan.

Pentingnya pengawasan terhadap pekerjaan form work karena

pekerjaan ini yang akan memberikan bentuk pekerjaan pembesian dan

pekerjaan beton. Sehingga pekerjaan from work harus dilaksanakan sesuai

dengan spesifikasi shop drawing.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -65

Gambar 4.66 Pengawasan bekisting

4.8.3 Pengawasan Pekerjaan Pembesian

Setelah pengawasan pekerjaan form work, diisyaratkan pula untuk

pemeriksaan mutu besi beton yang digunakan, Besi beton yang dipakai

dalam bangunan harus memenuhi persyaratan terhadap metode pengujian

dan pemeriksaan untuk bermacam-macam mutu baja beton (yang luas

penampang batang dalam mm² telah eksak ditentukan) sehingga batang

mengalami putus.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -66

Gambar 4.67 Pengawasan Pembesian

4.8.4 Pengendalian Mutu Bahan

Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya didapat dari bahan standar

yang ditetapkan. Untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan untuk

suatu pekerjaan konstruksi ada beberapa standar acuan,diantaranya yaitu :

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971,NI- 2

b. Peraturan semen portland Indonesia, NI- 8

c. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1961, NI-3

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -67

d. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961, NI- 5

e. American Standard for Testing Material

Pengendalian mutu bahan dilapangan meliputi inspeksi dan test yang

dilakukan dilaporatoriu maupun dilapangan saat bahan tersebut datang

kedalam lapangan pengendalian produk yang tidak sesuai, serta

pengendalian catatan mutu.

4.8.5 Pengendalian Mutu Beton

Selama masa pelaksanaan mutu beton dan mutu pelaksanaan perlu

diawasi dan diperiksa secara continew dengan jalan membuat dan menerima

benda uji yang diambil dari campuran beton. Dimana bentuk dan ukuran

dari benda uji yang akan dipergunakan dapat mempengaruhi kekuatan tekan

dari beton.

Penggunaan beton pada proyek ini adalah beton siap pakai (ready

mix) karena melihat factor efisiensi pembuatan beton tersebut. Sebelum

dipergunakan, terlebih dahulu diadakan pengetesan dengan pengujian

kekentalan adukan beton ke dalam kubus atau silinder untuk diperiksa

kekuatan beton terhadap gaya tekan. Sebagai perbandingan kekuatan tekan

pada berbagai benda uji.

Untuk pengawasan terhadap mutu beton yang akan digunakan ini,

pihak kontraktor dan pengawas lapangan telah melakukan pengujian

terhadap mutu beton antara lain dengan metode slump test. Adapun tujuan

dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kekentalan/keenceran adukan

sebelum pengecoran dengan mengukur tinggi penurunan/slump adukan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -68

Pengujian ini dilakukan untuk tiap adukan dalam truck mixer.Apabila

terjadi hasil slump test dari adukan yang tidak sesuai dengan persyaratan

slump test pada spesifikasi teknis, maka pengawas berhak menolak adukan

tersebut.

Peralatan yang digunakan pada pengujian slump test adalah:

a. Kerucut Abrams, yaitu kerucut dari besi terpancung dengan

ukurannya.

b. Tongkat besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan

ujung yang dibulatkan.

c. Alas kerucut dari plat baja.

d. Alat pengukur tinggi slump yang berskala seperti meteran.

e. Cetok dan ember.

Adapun pelaksanaan uji slump test adalah sebagai berikut:

a. Kerucut Abrams dan alas dibersihkan, kerucut diletakkan diatas alas

dengan posisi diameter besar berada dibawah.

b. Adukan diambil dari truck mixer dengan ember.

c. Adukan dimasukkan dalam kerucut Abrams dengan cetok dalam tiga

lapisan dan setiap lapisan dijojoh/ditusuk dengan tongkat besi

sebanyak minimal sepuluh kali.

d. Setelah pemasukan adukan selesai, permukaan adukan pada atas

kerucut diratakan dan didiamkan selama kurang lebih 30 detik.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -69

e. Selang waktu tersebut adukan beton yang jatuh disekitar kerucut

dibersihkan, selanjutnya kerucut diangkat vertikal keatas secara

perlahan dengan diputar-putar.

f. Setelah kerucut terangkat adukan akan mengalami penurunan dari

puncak adukan semula, penurunan ini kemudian diukur dengan

meteran.Hasil pengukuran tersebut merupakan nilai slump adukan

dimana nilai penurunan yang diijinkan dalam spesifikasi teknis

adalah 8-10 cm bila terjadi shear slump (bagian penurunan adukan

jatuh dalam bidang miring), maka pengujian slump test harus diulang.

Beton tongkat pemadat Ø


dituangkan 16 mm, l=60 cm

angkat
330

20
nilai Slump Test
hH

Gambar 4.68 Tahapan Slump Test

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -70

Gambar 4.69 Pengujian Slump Test

Test ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan

memberikan tekanan pada sampel beton dengan mesin tekan di laboratorium

setelah umur beton mencapai 7 hari, 14 hari dan 28 hari. Pengujian

dilakukan sebanyak 3 sampel dalam benda uji berbentuk kubus tiap 1 truck

mixer (kapasitas 5 m3).

Peralatan yang digunakan dalam Compressive Strength Test adalah:

a. Tiga buah cetakan beton berbentuk kubus.

b. Tongkat besi penjojoh dengan diameter 16 mm, panjang 600 mm.

dengan ujung yang dibulatkan.

c. Ember, sekop dan sendok perata.

Adapun langkah-langkah tes kuat tekan beton adalah sebagai berikut:

a. Kubus beton dibersihkan dari kotoran dan diolesi dengan pelumas

atau oli pada dinding kubus yang dimaksudkan untuk memudahkan

pelepasan ketika beton telah mengeras.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -71

b. Sampel adukan diambil dari truck mixer pengangkut beton dengan

cetok dan ditempatkan di ember yang telah disiapkan.

c. Adukan dimasukkan ke dalam cetakan beton dalam tiga lapisan dan

dijojoh/ditusuk dengan dengan besi penjojoh sebanyak 25 kali secara

merata. Pada saat pemadatan lapisan pertama tongkat tidak boleh

mengenai dasar cetakan, sedangkan pada lapisan kedua dan ketiga

tongkat penjojoh boleh mengenai lapisan bawah.

d. Setelah pemadatan pada lapisan teratas selasai, cetakan diketuk

sampai lubang tusukan menutup.

e. Adukan pada permukaan cetakan balok beton diratakan dan ditutup

dengan bahan yang kedap air dan tahan karat, kemudian kubus beton

diletakan ditempat yang terlindung dan bebas getaran.

f. Setelah selama 2 jam, balok beton kemudian direndam pada air

dengan suhu 25°C-27°C sampai waktu yang dikehendaki untuk

pematangan atau curring.

g. Setelah berumur 7 hari tiga sampel diangkat, dan dibersihkan dengan

kain yang lembab dan ditimbang beratnya serta diukur luasannya.

h. Sampel dilapisi dengan gemuk, kemudian dilapisi dengan mortar

belerang di atas lapisan gemuk.

i. Dilakukan pengujian tekanan dengan mesin tekan (compressor) pada

arah sentries dengan menaikan tekanan secara berangsur-angsur

sampai sampel hancur.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -72

j. Untuk tiga buah sampel lainnya dilakukan pengujian tekanan setelah

beton berumur 28 hari.

Gambar 4.70 Sampel Kubus Beton

4.8.6 Pengendalian Mutu Agregat

Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) dalam campuran

mortar atau beton. Agregat dalam beton merupakan isian material yang

menempati kira-kira 70-75 % volume beton.Gradasi dari agregat tersebut

secara keseluruhan harus menghasilkan ikatan yang baik dengan semen dan

air dalam proporsi campuran yang dipakai sehingga dapat menghasilkan

mutu beton yang dinginkan serta sesuai dengan syarat dan ketentuan yang

ada.

1. Agregat Halus

Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil

desintegrasi alami dari batuan - batuan atau berupa pasir buatan yang

dihasilkan oleh alat - alat pemecah batu.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -73

Persyaratan Agregat halus dalam Peraturan Beton Bertulang

Indonesia 1971 NI-2 adalah :

a. Agregat halus harus terdiri dari butir - butir yang tajam dan keras,

butir - butir Agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah

atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan

hujan.

b. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %

(ditentukan dengan berat kering).

c. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan - bahan organis terlalu

banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams -

Harder (dengan larutan NaOH).

d. Agregat halus harus terdiri dari butir - butir yang beraneka ragam

besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat - syarat berikut :

 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus minimum 2 % berat

 Sisa di atas ayakan 1 mm, harus minimum 10 % berat

 Sisa di atas ayakan 0.25 mm, harus berkisar antara 80 % dan 95

% berat.

Adapun syarat-syarat agregat halus menurut spesifikasi teknis

proyek adalah:

a. Pasir alam, yaitu pasir yang disediakan oleh kontraktor dari sungai

atau sumber lainnya yang disetujui oleh pengawas.

b. Pasir buatan, yaitu pasir yang dihasilkan oleh pemecah batu.

c. Kombinasi pasir alam dan pasir buatan.


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -74

d. Agregat halus yang digunakan harus lebih bersih dan diusahakan

bebas dari tanah liat, karang, serpihan-serpihan mika, bahan-bahan

organik dan alkali.

e. Jumlah bahan-bahan yang merugikan maksimum 5 %.

f. Agregat halus digunakan hendaknya mempunyai gradasi yang baik

sesuai Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971.

2. Agregat Kasar

Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil

desintegrasi alami dari batuan - batuan atau berupa batu pecah yang di

peroleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang di maksudkan

dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5

mm.

Persyaratan Agregat kasar dalam Peraturan Beton Bertulang

Indonesia 1971 NI-2 adalah :

a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak

berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya

dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak

melampaui 20%dari berat agregat seluruhnya. Butir- butir agregat

kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh

pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.

b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%

(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -75

adalah bagian - bagian yang dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila

kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat - zat yang dapat merusak

beton, seperti zat - zat yang reaktif alkali.

d. Agregat kasar harus terdiri dari butir - butir yang beraneka ragam

besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan

dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat - syarat berikut :

 Sisa - sisa diatas ayakan 31.5 mm, harus 0 % berat.

 Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %

berat.

 Selisih antara sisa - sisa kumulatif diatas dua ayakan yang

berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.

4.8.7 Pengendalian Mutu Tulangan

Berdasarkan SK-SNI M-104-1990–03, benda uji ditentukan sebagai

berikut :

a. Benda uji merupakan batang proporsianal dengan perbandingan antara

panjang dan luas penampang sebelum pengujian adalah sama.

b. Apabila benda uji memiliki diameter < 15 mm, gaya tarik maksimum

lebih kecil dari kapasitas mesin tarik, maka benda uji yang digunakan

adalah penampang utuh.

c. Apabila benda uji memiliki diameter > 15 mm, gaya tarik maksimum

melebihi kapasitas mesin tarik, maka bentuk dan dimensi benda uji

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -76

dibuat dengan memperkecil penampang bagian tengah benda uji sesuai

dengan ketentuan pada manual pengujian.

Syarat dan ketentuan menurut SNI- 03 – 1792 – 2002 adalah sebagai

berikut:

a. Bebas dari kotoran, lapisan lemak minyak,karat dan tidak cacat (retak-

retak, mengelupas,luka dan lain-lain).

b. Mempunyai penampang yang sama rata.

c. Baja tulangan yang diameternya berbeda dikelompokan ditempat yang

terpisah.

d. Penimbunan baja tulangan di udara terbuka dilakukan untuk jangka

waktu yang lama harus dicegah.

Untuk mendapat jaminan atas kualitas baja tulangan yang diminta,

maka disamping harus adanya certificate dari pabrikan (melalui suplier)

njuga harus terdapat sertificate dari laboratorium baik pada saat pemesanan

maupun secara periodik minimum 2 contoh percobaan (stress-strain test)

dan pelengkungan untuk setiap 20 ton baja tulangan.

4.8.8 Pengendalian Mutu Semen

Semen/Portland Cement adalah bahan pengikat yang sangat penting,

terutama dalam pembuatan konstruksi beton bertulang. Semen yang

digunakan harus memenuhi syarat-syarat SII dan NI-8.

Adapun persyaratan semen yang tercantum dalam syarat-syarat

spesifikasi teknik proyek adalah sebagai berikut:

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -77

a. Semen yang digunakan untuk proyek ini adalah Portland Cement jenis II

menurut NI-8 atau type I menurut ASTM, memenuhi S.400 menurut

standart cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Cement

Indonesia.

b. Merk yang dipilih tidak dapat ditukar-tukar dalam pelaksanaan tanpa

persetujuan Pengawas lapangan.

c. Persetujuan PC hanya akan diberikan apabila dipasaran tidak diperoleh

semen dari merk yang telah dipilih dan telah digunakan.

d. Merk semen yang diusulkan sebagai pengganti dari merk semen yang

sudah digunakan harus disertai jaminan dari kontraktoryang dilengkapi

dengan data teknis yang membuktikan bahwa mutu semen pengganti

setaraf dengan mutu semen yang digantinya.

e. Batas-batas pengecoran yang memakai semen berlainan merk harus

mendapat persetujuan oleh Pengawas lapangan.

Semen merupakan bahan ikat hidrolis, yaitu bahan yang akan

mengeras jika dicampur dengan air dan merupakan bahan utama dalam

pembuatan adukan beton. Semen yang digunakan pada proyek mempunyai

mutu yang disyaratkan dalam NI-8-1972 dan SK SNI T-15-1991-03.

Semen jenis ini mempunyai sifat-sifat antara lain:

a. Kehalusan butir, semakin halus permukaan butiran semakin luas

permukaan butiran semen tersebut, sehingga semakin sempurna

pengikatan dan pengerasannya.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -78

b. Pengikatan awal baru dimulai satu jam setelah dicampur dengan air.

Tenggang waktu ini dipergunakan untuk mengolah, mengangkut dan

menempatkan adukan semen.

c. Kekuatan adukan setelah mengeras mempunyai nilai tertentu.

Dalam pelaksanaan di lapangan untuk mencegah terjadinya kerusakan

semen maka dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Semen harus didatangkan dan disimpan dalam kantung/zak yang utuh.

Berat semen harus sama dengan yang dicantumkan dalam zak.

b. Semen harus disimpan dalam gudang yang kering, terlindung dari

pengaruh cuaca, berventilasi cukup dan lantai yang bebas dari tanah.

c. Semen harus dalam keadaan yang belum mulai mengeras jika ada bagian

yang mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur oleh

tangan bebas (tanpa alat) dan jumlah bagian yang mulai mengeras ini

tidak lebih dari 5% berat semen.

d. Pada bagian semen yang mengeras tersebut harus dicampurkan semen

dalam jumlah yang sama dengan syarat bahwa kualitas beton yang

dihasilkan harus sesuai dengan yang diminta perencana.

4.8.9 Pengendalian Mutu Air

Adapun syarat- syarat air yang dapatdigunakan sebagai pencampuran

beton antara lain :

a. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton kecuali

ketentuan berikut terpenuhi (SNI 03-2847-200).

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -79

b. Pemilihan proposi campuran beton harus didasarkan pada campuran

beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

c. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang

dibuat dari addukan dengan air yang tidak dapat diminum harus

mempunyai sekurang-kurangnya sama dengan 90 % dari kekuatan benda

uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum (menggunakan spesimen

kubus dengan ukuran sisi 50mm ).(ASTM C 109).

d. Air mempunyai PH 4,5 -7 (SNI 03-2847-200).

e. Air tidak mengandung debu atau coloid (SNI 03-2847-200).

f. Air harus bersih (PUBI – 1982 Ps 2.1).

g. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang

dapat dilihat secara visual (PUBI – 1982 Ps 2.2).

h. Tidak mengandung benda - benda tersuspensi lebih dari 2 g/lt (PUBI –

1982 Ps 2.3).

i. Tidak mengandung garam - garam yang dapat larut dan dapat merusak

beton (asam-asam, zat organik, dsb) lebih dari 15 g/lt (PUBI – 1982 Ps

2.4).

j. Air untuk pembuatan dan perawatan tidak boleh mengandung minyak,

asam, alkali, garam - garam, bahan-bahan organis atau bahan - bahan

lain yang dapat merusak beton dan baja Tulangan (PUBI 1971 Ps 1).

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -80

4.8.10 Pengendalian Biaya (Budget Control )

Pada suatu proyek, manajer proyek perlu memperhatikan tentang

anggaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan proyek, manajer tidak

dapat menafsirkan bahwa sebesar anggaran itulah akhir biaya proyek.

Anggaran adalah suatu perkiraan yang disusun berdasarkan informasi

yang tersedia pada saat pembuatan anggaran.Ada beberapa asumsi yang

digunakan untuk merumuskan ketidakpastian yang dihadapi proyek

sehingga menjadi bagian dari anggaran proyek. Oleh sebab itu, rencana

proyek yang dibuat sebelum dimulai dan dituangkan dalam Petunjuk

Operasional (PO) haruslah memuuat sifat:

a. Rencana proyek yang mengalami perubahan selama proyek itu berjalan.

b. Rencana proyek dapat menjadi landasan bersama semua pihak dalam

komunikasi mengenai proyek selama masa kerja proyek.

Dengan dimilikinya sifat-sifat ini dalam rencana proyek, semua pihak

akan dapat mengetahui bahwa anggaran proyek dapat meningkat lebih besar

selama proyek berjalan dan dapat pula realisasi biaya proyek lebih kecil dari

pada anggarannya setelah proyek selesai asalkan proyek tersebut dapat

berjalan secara efektif dan efisien.

Pengendalian biaya pelaksanaan bertujuan agar biaya yang

dikeluarkan pada proyek tidak menyimpang atau melebihi dari biaya yang

telah direncanakan.Pengendalian biaya pelaksanan pekerjaan dapat

dilaksanakan dengan penekanan pengeluaran beberapa hal.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -81

Penyimpangan realisasi biaya proyek dari anggarannya terutama

terjadi karena ketidakpastian, sehingga dapat menambah beban atau dapat

sama sekali tidak menimbulkan beban proyek seperti yang diperkirakan

sebelumnya. Sehubungan dengan itu, program menghemat biaya proyek

wajib menjadi bagian dari disiplin manajemen proyek.

Manajer proyek wajib mempertimbangkan alternatif kerja untuk dapat

menekan biaya proyek sebagai kesatuan. Karenanya pengawasan dan

pengendalian biaya proyek setidak-tidaknya perlu mencakup pengawasan

dan pengendalian:Jadwal pembiayaan (cash flow)

Manajer proyek perlu mengawasi dan mengendalikan para

pegawainya yang bertanggung jawab menimbulkan pengeluaran-

pengeluaran. Pengawasan dan pengendalian bukan hanya melalui prosedur

dan metode serta kebijaksanaan, namun perlu diperhatikan pula bagaimana

jalannya koordinasi untuk memecahkan hambatan-hambatan dan perbedaan

pendapat diantara mereka dan perbedaan pendapat dalam unit kerjanya

sendiri, kecepatan mereka mengambil keputusan terhadap masalah yang

dibawahnya, bagaimana mereka memberi petunjuk kepada bawahan dalam

memecahkan masalah, apakah mereka menyarankan cara kerja yang lebih

baik, dan apakah mereka berusaha menciptakan iklim atau lingkungan

pengawasan dan pengendalian menghargai pelaksanaan tugas yang baik

dan memberikan kritik terhadap pelaksanaan tugas yang tidak memuaskan.

Dalam proyek ini pengendalian biaya dilakukan dengan memeriksa

apakah biaya yang sudah dikeluarkan sesuai dengan kemajuan atau progress

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -82

prestasi yang telah dicapai.Hal ini dapat diketahui dengan melihat kurva S,

kurva S secara grafis menyajikan beberapa ukuran kemajuan komulatif pada

suatu sumbu tegak, terhadap waktu pada sumbu mendatar.

Kurva S ini digambarkan pada suatu diagram yang menunjukkan

jadwal pelaksanaan pekerjaan. Diagram ini disebut bar chart. Jumlah biaya

yang dikeluarkan dapat diukur menurut kemajuan yang dicapai.

Bar chart adalah diagram batang yang menggambarkan berbagai

pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam satu-satuan waktu tertentu. Dalam

suatu proyek, bar chart diuraikan menjadi beberapa macam pekerjaan

kemudian diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

masing-masing pekerjaan tersebut.

Lamanya waktu ini diperkirakan data-data yang dipakai serta

pengalaman kerja sebelumnya dan dibuat secara parallel tanpa mengabaikan

cash flow dari biaya.Bar chart dilengkapi dengan kurva S untuk

membandingkan antara lamanya suatu pekerjaan dengan bobot.

Karena satuan waktu yang dipakai adalah mingguan, maka elevasi

terhadap biaya yang telah dikeluarkan dilakukan mingguan pula.Besarnya

biaya yang telah dikeluarkan ini dibandingkan dengan rencana anggaran

biaya dan dicari prosentasenya.Dengan mengetahui nilai prosentase dan

posisi waktu saat ini dapat digambarkan kurva S actual ke bar chart yang

memuat kurva S rencana.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -83

Dengan membandingkan kurva S actual dengan kurva S rencana dapat

diketahui apakah pembiayaan proyek berjalan sesuai dengan rencana atau

tidak.

Dari perbandingan kurva S actual dan kurva S rencana akan diperoleh

kemungkinan:

 Kurva S actual berada dibawah kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan

pekerjaan mengalami keterlambatan.

 Kurva S actual berhimpit dengan kurva S rencana, ini berarti

pelaksanaan pekerjaan tepat sesuai dengan pekerjaan.

 Kurva S actual berada diatas kurva S rencana, ini berarti pelaksanaan

pekerjaan lebih cepat dari rencana.

4.9 Pengendalian Material, Peralatan dan Tenaga Kerja

4.9.1 Material atau Bahan

Dalam pemakaian bahan harus diusahakan seefisien mungkindan

diusakan tidak terjadi pembuangan material secara berlebihan.Hal tersebut

dapat dicapai dengan memperhitungkasn secara teliti kebutuhan bahan yang

digunakan.

Penggadaan bahan dilokasi proyek harus sesuai dengan

kepentinganya. Jadwal kedatangan material berdasarkan volume kegiatan

yang dapat dihitung dari jumlah dan jenis material yang diperlukan sehingga

tidak terjadi pembuatan material secara percuma, misalnya: pasir atau

kerikil yang datang diperiksa oleh pengawas apakah volume material

tersebut sesuai dengan volume yang direncanakan, yaitu dengan cara


Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -84

mengukur bak truk dikaitkan dengan ketinggian material yang ada di

dalamnya.

Pengendalian material digunakan untuk mengetahui mutu pekerjaan

yang dihasilkan apakah sesuai dengan persyaratan dalam kontrak kerja.

Pengendalian material yang digunakan ini, misal : bahan material semen

dimana pengawas berhak memeriksa semen yang disimpan di gudang pada

setiap waktu dan dapat menyatakan menerima atau menolak semen tersebut.

4.9.2 Peralatan

Perencanaan secara cermat trehadap jenis peralatan yang dipakai

sangat diperlukan karena sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan

kemudahan pelaksanaaan pekerjaan yang akhir akan berpengaruh pada

biaya operasi yang akan dikeluarkan. Peralatan yang digunakan pada proyek

ini telah sesuai dengan jumlah dan volume pekerjaan yang telah

direncanaka.Jika terdapat keterlambatan waktu kedatangan peralatan maka

hal ini disebabkan adanya masalah teknis.

4.9.3 Tenaga Kerja

Pemakaian tenaga kerja pada suatu pekerjaan harus disesuaikan

dengan volume pekerjaan yang sedang dilaksanakan sehingga dapat dicapai

kondisi yang optimal antara jumlah tenaga kerja yang ada dengan volue

pekerjaan yang harus dilaksanakan.Pada proyek yang ditinjau dapat diamati

jumlah tenaga kerja yang digunakan sesuai dengan pekerjaan, hal ini daat

dibuktikan dengan tidak adanya pekerjan yang beristirahat saat jam kerja.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -85

4.10 Pengendalian Waktu (Time Control)

Pengendalian waktu pelaksanaan adalah upaya untuk mengontrol agar

pelaksanaan proyek tidak melebihi waktu yang telah direncanakan, yang

didalmnya dibantu pengawasan aktivitas utama yang berada pada lintasan

kritis dalam suatu kerangka target waktu.Pada lintasan kritis tidak boleh

terjadi keterlambatan waktu, karenaakan mempengaruhi umur proyek.

Dalam monitoring dan pengendalian waktu juga digunnakan bar chart

dan network planning yang selanjutnya digunakan CPM,untuk dapat

mengendalikan waktu dengan tepat.Pengendalian terhadap waktu

pelaksanan dititik beratkan pada upaya menyelesaikan proyek dalam waktu

yang ditetapkan. Pengendalian waktu sangat penting terutama menyangkut

waktu pelaksanaan proyek.

Dalam proyek pembangunan pengendaliaan waktu secara rill dapat

dimonitoring langsung dengan kurva S sehingga dapat diketahui

perencanaan, pelaksanaan,dan kemajuaan pekerjaan proyek, serta kontrol

terhadap waktu bisa dikendalikan. Bentuk material schedule yang dierapkan

dalam kurva s merupakan grafik hubungan antara bobot prestasi pekerjaan

dengan waktu pelaksanaan.

Untuk mengetahui prestasi pekerjaan, caranya dengan menghitung

bobot tiap jenis pekerjaan dalam suatu interval waktu. Setelah menentukan

bobot prestasi kemudian dibuat cara rencana waktu pelaksanaan untuk

menyelaisaikan masing-masing pekerjaan, kemudian menentukan waktu

pelaksanaan pekerjaan yang dikerjakan terlebih dahulu.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -86

Pengawasan dan Pengendalian Waktu atau bisa kita sebut dengan

penjadwalan merupakan alat yang diperlukan guna menyelesaikan suatu

proyek.Untuk proyek dengan beberapa kegiatan, tahap pelaksanaan

umumnyadapat dibayangkan sehingga penjadwalan tidak begitu mutlak

dilakukan.

Akan tetapi berbeda masalahnya pada proyek berskala besar dimana

selain jumlah kegiatan yang sangat banyak dan rumitnya ketergantungan

antar kegiatan tidak mungkin lagi diolah dalam pikirran.Penjadwalan dan

pengontrolan menjadi rumit, jadi sangatlah penting agar kegiatan dapat

dilakukan dengan efektif dan efisien.

Unsur utama dari penjadwalan adalah peramalan (forecasting),

walaupun perlu disadari bahwa perubhan-perubahan dapat saja terjadi

dimasa mendatang dan akan mempengaruhi pola rencananya sendiri.

Penjadwalan adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai

persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, menyusun berbagai

macam tugas yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan

macam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu

yang tepat.

Mengenai adanya perubahan-perubahan yang selalu terjadi pada saat

pelaksanaan, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan untuk membuat

jadwal yang cukup efektif yaitu:

 Secara teknis jadwal tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo
BAB IV PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PROYEK IV -87

 Disusun berdasarkan perkiraan yang akurat dimana perkiraan waktu,

sumber daya, serta biaya dibandingkan dengan kegiatan pada proyek

sebelumnya.

 Sesui dengan sumber daya yang tersedia.

 Sesui dengan penjadwalan proyek lain, yang mempergunakan sumber

daya yang sama.

 Fleksibel terhadap perubahan-perubahab, misalnya perubahan spesifikasi

proyek.

 Mendetail dipakai sebagai alat pengukur hasil yang di capai dan

pengendalian kemajuan proyek.

 Dapat menampilkan kegiatan pokok yang kritis.

Laporan Kerja Praktek Pembangunan Gedung Rawat Inap dan Ruang Operasi RSUD
dr.Soekardjo

Anda mungkin juga menyukai