Anda di halaman 1dari 5

An-Naba, ayat 31 -36

( ‫ذابًا‬: َّ :‫س َمعُونَ فِي َها لَ ْغ ًوا َواَل ِك‬ ْ َ‫) اَل ي‬34( ‫سا ِدهَاقًا‬ ً ‫) َو َكْأ‬33( ‫) َو َك َوا ِع َب َأ ْت َرابًا‬32( ‫ق َوَأ ْعنَابًا‬ َ ‫) َحدَاِئ‬31( ‫ِإنَّ لِ ْل ُمتَّقِينَ َمفَازًا‬
)36( ‫سابًا‬ َ ‫) َج َزا ًء ِمنْ َربِّ َك َعطَا ًء ِح‬35
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun
dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya, dan gelas-gelas yang penuh (berisi
minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula
perkataan) dusta. Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.
Allah Swt. berfirman, menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia dan pahala apa
yang telah disediakan oleh Allah Swt. bagi mereka berupa kehormatan dan kenikmatan
yang abadi; untuk itu Allah Swt. berfirman:
}‫{ِإنَّ لِ ْل ُمتَّقِينَ َمفَازًا‬
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan. (An-Naba: 31)
Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak mengatakan, makna mafazan ialah tempat untuk berekreasi.
Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa mereka beroleh kemenangan, maka mereka
selamat dari neraka. Tetapi pendapat yang jelas dalam hal ini adalah yang dikatakan oleh
Ibnu Abbas, karena dalam firman berikutnya disebutkan:
}َ‫{حدَاِئق‬ َ
(yaitu) kebun-kebun. (An-Naba: 32)
Maksudnya, taman-taman yang dipenuhi dengan pohon-pohon kurma dan lain-lainnya.
}‫{وَأ ْعنَابًا َو َك َوا ِع َب َأ ْت َرابًا‬ َ
dan buah anggur, dan gadis-gadis remaja yang sebaya. (An-Naba: 32-33)
Yaitu bidadari-bidadari yang sebaya usianya. Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain
keduanya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa makna kawa'ib ialah nawahid,
yakni bidadari-bidadari yang dadanya montok lagi kencang tidak bergayut, karena mereka
masih gadis Iagi berusia remaja semuanya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam
surat Al-Waqi'ah.
‫ ِد‬:‫ َّر ْح َم ِن ْب ِن َع ْب‬:‫س ْفيَانَ َع ْب ِد ال‬ ُ ‫ عَنْ َأبِي‬،‫ َح َّدثَنِي َأبِي‬،‫شتَ ِك ُّي‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َأ ْح َم َد ْب ِن َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن ال َّد‬:‫قَا َل ابْنُ َأبِي َحاتِ ٍم‬
ْ‫ عَن‬،‫قِ ِّي‬:‫ش‬ ِ َ‫ ِم ْب ِن َأبِي ا ْلق‬:‫اس‬
ْ ‫ ِم ال ِّد َم‬:‫اس‬ ِ َ‫ َّر ْح َم ِن ا ْلق‬:‫ عَنْ َأبِي َع ْب ِد ال‬،‫ث‬ ِ ‫سلَ ْي َمانَ َأبُو ا ْل َغ ْي‬
ُ ُ‫ َح َّدثَنَا َع ِطيَّةُ بْن‬،‫ي‬ ْ َ‫َر ِّب ْب ِن تَ ْي ٍم ا ْلي‬
ِّ ‫ش ُك ِر‬
َّ‫ َوِإن‬،ِ ‫ان هَّللا‬
ِ ‫ َو‬:‫ض‬ ‫َأ‬ ُ
ْ ‫ "ِإنَّ ق ُمص ْه ِل ا ْل َجنَّ ِة لِتَ ْبد َُو ِمنْ ِر‬:‫سلَّ َم نَّهُ قا َل‬َ ‫َأ‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ِّث َع ِن النَّبِ ِّي‬ ُ ‫س ِم َعهُ يُ َحد‬ َ ُ‫ َأنَّه‬:َ‫َأبِي ُأ َما َمة‬
"‫اب‬ َ ‫ َما َذا تُ ِريدُونَ َأنْ ُأ ْم ِط َر ُك ْم؟ َحتَّى ِإنَّ َها لَتُ ْم ِط ُر ُه ُم ا ْل َك َوا ِع َب اَأْل ْت َر‬،‫ يَا َأ ْه َل ا ْل َجنَّ ِة‬:‫س َحابَةَ لَتَ ُم ُّر ِب ِه ْم فَتُنَا ِدي ِه ْم‬ َّ ‫ال‬
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu
Abdur Rahman Ad-Dustuki, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Abu Sufyan alias
Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnu Tayyim, telah menceritakan kepada kami Atiyyah ibnu
Sulaiman alias Abul Gais, dari Abu Abdur Rahman Al-Qasim ibnu Abul Qasim Ad-
Dimasyqi, dari Abu Umamah, bahwa ia pernah mendengarnya menceritakan hadis berikut
dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya baju-baju gamis ahli surga benar-
benar menampilkan keridaan Allah (kepada mereka), dan sesungguhnya awan benar-
benar melewati mereka, lalu berseru kepada mereka, "Hai Ahli Surga, apakah yang ingin
aku turunkan kepada kalian?” Sehingga sesungguhnya awan surga itu benar-benar
menghujani mereka dengan gadis-gadis remaja yang sebaya usianya.
Allah Swt. berfirman:
}‫سا ِدهَاقًا‬ ً ‫{و َكْأ‬ َ
dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). (An-Naba: 34)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang penuh-penuh lagi
berturut-turut. Menurut ikrimah, makna yang dimaksud ialah yang jernih minumannya.
Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: yang penuh (berisi minuman). (An-Naba: 34) Yakni penuh berisi minuman
lagi menyenangkan. Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair mengatakan berturut-turut.
Firman Allah Swt.:
}‫س َمعُونَ فِي َها لَ ْغ ًوا َوال ِك َّذابًا‬ ْ َ‫{اَل ي‬
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula perkataan)
dusta. (An-Naba: 35)
Semakna dengan firman-Nya:
‫اَل لَ ْغ ٌو فِيها َوال تَْأثِي ٌم‬
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan
yang menimbulkan dosa. (Al-Waqi'ah: 25)
Yaitu di dalam surga tidak terdapat perkataan yang sia-sia tiada faedahnya, tidak pula
perkataan yang berdosa (yakni dusta), bahkan surga adalah negeri kesejahteraan, dan
semua yang ada di dalamnya bebas dari segala bentuk kekurangan.
Firman Allah Swt.:
}‫سابًا‬ َ ‫{جزَ ا ًء ِمنْ َربِّ َك َعطَا ًء ِح‬ َ
Sebagai balasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak. (An-Naba: 36)
Semua yang telah disebutkan di atas merupakan balasan dari Allah yang diberikan-Nya
kepada mereka sebagai karunia, kebaikan, dan rahmat-Nya kepada mereka.
}‫سابًا‬ َ ‫{ َعطَا ًء ِح‬
dan pemberian yang cukup banyak. (An-Naba: 36)
Yakni yang cukup, sesuai, utuh, lagi banyak. Orang Arab mengatakan A'tanifa-
ahsabani,yakni dia memberiku dengan pemberian yang cukup banyak. Dan termasuk ke
dalam pengertian ini ucapan Hasbiyallah, yang artinya 'cukuplah Allah sebagai
Pelindungku'.
An-Naba, ayat 37-40
َّ‫ونَ ِإال‬::‫صفًّا اَل يَتَ َكلَّ ُم‬
َ ُ‫وح َوا ْل َمالِئ َكة‬ ُّ ‫) يَ ْو َم يَقُو ُم‬37( ً ‫من اَل يَ ْملِ ُكونَ ِم ْنهُ ِخطابا‬
ُ ‫الر‬ ِ ‫ض َوما بَ ْينَ ُه َما ال َّر ْح‬ ِ ‫ت َواَأْل ْر‬ ِ ‫سماوا‬ َّ ‫َر ِّب ال‬
‫و َم‬:
ْ :‫ي‬
َ ً ‫ا‬: ‫يب‬‫ر‬ِ َ ‫ق‬ ً ‫ا‬‫ذاب‬:
:‫ع‬َ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ ‫نا‬‫ر‬ْ َ
‫ذ‬ ْ
‫ن‬ ‫َأ‬ ‫ا‬َّ ‫ن‬‫ِإ‬ ) 39 ( ً ‫ا‬‫آب‬‫م‬َ ‫ه‬
ِ ِّ ‫ب‬‫ر‬َ ‫لى‬‫ِإ‬ َ
‫ذ‬ َ
‫َّخ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ء‬َ ‫شا‬ ْ‫ن‬ ‫م‬
َ َ ‫ف‬ ‫ق‬
ُّ ‫ح‬
َ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬
ُ ْ َ ‫ي‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ِ ‫ل‬‫ذ‬ )38 ( ً ‫ا‬‫واب‬ ‫ص‬َ ‫ل‬ ‫قا‬
َ َ ‫و‬ ُ‫من‬ ‫ح‬
ْ ‫ر‬َّ ‫ال‬ ُ ‫ه‬َ ‫ل‬ َ‫َمنْ َأ ِذن‬
)40( ‫يَ ْنظُ ُر ال َم ْر ُء َما ق َّد َمتْ يَداهُ َويَقو ُل الكافِ ُر يا ل ْيتَنِي كنتُ تُرابا‬
ً ْ ُ َ ْ ُ َ ْ
Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang
Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. Pada hari, ketika roh dan para
malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin
kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. Itulah
hari yang pasti terjadi. Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan
kembali kepada Tuhannya. Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (hai
orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh
kedua tangannya; dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu
adalah tanah.”
Allah Swt. menceritakan tentang kebesaran dan keagungan-Nya, bahwa sesungguhnya Dia
adalah Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta semua yang ada pada keduanya dan
semua yang ada di antara keduanya. Dan bahwa sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang
Maha Pemurah, Yang rahmat-Nya mencakup segala sesuatu.
Firman Allah Swt.:
}‫{اَل يَ ْملِ ُكونَ ِم ْنهُ ِخطَابًا‬
Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia. (An-Naba: 37)
Yakni tiada seorang pun yang mampu memulai berbicara kepada-Nya kecuali dengan
seizin-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
‫شفَ ُع ِع ْن َدهُ ِإاَّل بِِإ ْذنِ ِه‬ ْ َ‫َمنْ َذا الَّ ِذي ي‬
Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.(Al-Baqarah: 255)
Semakna pula dengan firman-Nya yang lain, yaitu:
‫س ِإاَّل بِِإ ْذنِ ِه‬
ٌ ‫ت اَل تَ َكلَّ ُم نَ ْف‬ ِ ‫يَ ْو َم يَْأ‬
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-
Nya. (Hud: 105)
Adapun firman Allah Swt.:
} َ‫صفًّا اَل يَتَ َكلَّ ُمون‬ َ ُ‫وح َوا ْل َمالِئ َكة‬ ُ ‫الر‬ ُّ ‫{يَ ْو َم يَقُو ُم‬
Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata. (An-
Naba: 38)
Ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan makna yang dimaksud dengan roh
dalam ayat ini; ada beberapa pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Pertama, menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, bahwa yang
dimaksud dengan roh adalah arwah Bani Adam (anak-anak Adam).
Kedua, mereka adalah anak-anak Adam, menurut Al-Hasan dan Qatadah. Qatadah
mengatakan bahwa hal ini merupakan sesuatu yang disembunyikan oleh Ibnu Abbas.
Ketiga, mengatakan bahwa mereka adalah suatu makhluk Allah yang bentuknya seperti
Bani Adam, tetapi mereka bukan malaikat dan bukan pula manusia, mereka juga makan
dan minum. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Abu Saleh, dan Al-A'masy.
Keempat, menyebutkan bahwa dia adalah Jibril. Ini menurut apa yang dikatakan oleh Asy-
Sya'bi, Sa'id ibnu Jubair, dan Ad-Dahhak. Hal ini berdalilkan dengan firman Allah Swt.
yang menyebutkan: dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan. (Asy-Syu'ara: 193 — 194). Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa Ar-Ruh
adalah malaikat yang paling mulia dan paling dekat dengan Allah Swt. Serta penyampai
wahyu.
Kelima, bahwa yang dimaksud dengan Ar-Ruh adalah Al-Qur'an. Ini menurut Ibnu Zaid,
yang berarti semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan demikianlah
Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. (Asy-Syura: 52),
hingga akhir ayat.
Keenam, mengatakan bahwa Ar-Ruh adalah malaikat yang besarnya sama dengan seluruh
makhluk bila digabungkan menjadi satu.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Pada hari ketika Ruh berdiri. (An-Naba: 38), Bahwa makna yang dimaksud
dengan Ruh ialah malaikat yang paling besar tubuhnya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani,
telah menceritakan kepada kami Rawwad ibnul Jarrah, dari Abu Hamzah, dari Asy-Sya'bi,
dari Alqamah, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Ar-Ruh berada di langit yang
keempat, dia lebih besar daripada semua langit, semua gunung, dan semua malaikat; setiap
harinya ia bertasbih kepada Allah sebanyak dua belas ribu kali tasbih. Dan dari setiap
tasbih yang dibacanya Allah menciptakan malaikat yang kelak di hari kiamat akan datang
membentuk satu saf tersendiri. Pendapat ini garib sekali.
،]‫ ٍر‬::‫ش ُر بْنُ بَ ْك‬ ْ ِ‫ َح َّدثَنَا ب‬،َ‫ق َأبُو ُه َر ْي َرة‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا َوه‬،‫ي‬
ٍ ‫ْب [هَّللا ِ بْنُ ِر ْز‬ ُّ ‫ص ِر‬ْ ‫عرس ا ْل ِم‬ ْ ‫ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن‬:‫قَا َل الطَّبَ َرانِ ُّي‬
ْ :َ‫ا ل‬::‫ "ِإنَّ هَّلِل ِ َملَ ًك‬:‫سلَّ َم يَقُو ُل‬
‫و‬: َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ُ ‫س ِمعْتُ َر‬ َ :‫س‬ ٍ ‫ عَنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َعبَّا‬،‫ َح َّدثَنِي َعطَا ٌء‬،‫َح َّدثَنَا اَأْل ْوزَ ا ِع ُّي‬
" َ‫ث ُك ْنت‬ ُ ‫س ْب َحانَ َك َح ْي‬
ُ :ُ‫يحه‬ ْ َ‫ ت‬،‫ لَفَ َع َل‬،‫اح َد ٍة‬
ُ ِ ‫سب‬ ِ ‫ضينَ بِلَ ْق َم ٍة َو‬ ِ ‫س ْب َع َواَأْل َر‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ‫س َما َوا‬ َّ ‫ ا ْلتَقِ ِم ال‬:ُ‫قِي َل لَه‬
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah
ibnu Aus Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Wahbullah ibnu Rauq ibnu Hubairah,
telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Bakr, telah menceritakan kepada kami Al-
Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ata, dari Abdullah ibnu Abbas, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai seorang malaikat
seandainya diperintahkan, "Telanlah tujuh langit dan bumi sekali telan!" Tentulah
malaikat itu dapat melakukannya, dan bacaan tasbihnya ialah, "Mahasuci Engkau di mana
pun Engkau berada.”
Tetapi hadis ini garib sekali, mengenai predikat marfu'-nya masih perlu diteliti. Barang kali
hadis ini mauquf hanya sampai pada Ibnu Abbas saja, yang berarti bersumber dari apa
yang diterimanya dari berita-berita Israiliyat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir tidak berani memutuskan dengan salah satu dari pendapat-pendapat tersebut.
Tetapi menurut hemat saya, pendapat yang lebih mendekati kepada kebenaran —hanya
Allah jualah Yang Maha Mengetahui— ialah yang mengatakan Ruh adalah Bani Adam
alias manusia.
Firman Allah Swt.:
} ُ‫{ِإال َمنْ َأ ِذنَ لَهُ ال َّر ْح َمن‬
kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah. (An-
Naba: 38)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
‫س ِإاَّل بِِإ ْذنِ ِه‬
ٌ ‫اَل تَ َكلَّ ُم نَ ْف‬
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-
Nya. (Hud: 105)
Dan sebagaimana yang disebutkan dalam hadis sahih:
."‫س ُل‬ ُ ‫الر‬ُّ ‫"واَل َيتَ َكلَّ ُم َي ْو َمِئ ٍذ ِإاَّل‬َ
Dan tiada yang berbicara di hari itu kecuali hanya para rasul.
Adapun firman Allah Swt.:
}‫ص َوابًا‬ َ ‫{وقَا َل‬ َ
dan ia mengucapkan kata yang benar.(An-Naba: 38)
Yakni perkataan yang hak, dan termasuk perkataan yang hak ialah kalimah "Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah." Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh
Abu Saleh dan Ikrimah.
Firman Allah Swt:
}ُّ‫{ َذلِكَ ا ْليَ ْو ُم ا ْل َحق‬
Itulah hari yang pasti terjadi. (An-Naba: 39)
Artinya, pasti terjadinya dan tidak terelakkan lagi.
}‫{فَ َمنْ شَا َء ات ََّخ َذ ِإلَى َربِّ ِه َمآبًا‬
Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada
Tuhannya. (An-Naba: 39)
Yaitu jalan untuk kembali yang menghantarkan dia kepada-Nya dan yang akan
ditempuhnya untuk sampai kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
}‫{ِإنَّا َأ ْن َذ ْرنَا ُك ْم َع َذابًا قَ ِريبًا‬
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian (hai orang kafir) siksa yang
dekat. (An-Naba: 40)
Maksudnya, pada hari kiamat nanti. Dikatakan demikian karena kepastian kejadiannya
telah dekat, dan sesuatu yang pasti terjadi itu tidak dapat dielakkan lagi.
}ُ‫{يَ ْو َم يَ ْنظُ ُر ا ْل َم ْر ُء َما قَ َّد َمتْ يَدَاه‬
pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya. (An-Naba: 40)
Yakni ditampilkan di hadapannya semua amal perbuatannya, yang baiknya dan yang
buruknya, yang terdahulu dan yang terkemudian. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
ً‫حاضرا‬ِ ‫َو َو َجدُوا ما َع ِملُوا‬
dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). (Al-Kahfi: 49)
Dan firman Allah Swt.:
‫يُنَبَُّؤا اِإْل ْنسانُ يَ ْو َمِئ ٍذ بِما قَ َّد َم َوَأ َّخ َر‬
Pada hari itu diberikan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang
dilalaikannya. (Al-Qiyamah:  13)
Adapun firman Allah Swt.:
}‫{ويَقُو ُل ا ْل َكافِ ُر يَا لَ ْيتَنِي ُك ْنتُ تُ َرابًا‬ َ
dan orang kafir berkata, "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.” (An-
Naba: 40)
Orang kafir di hari itu berkhayal seandainya dirinya sewaktu di dunia berupa tanah dan
bukan makhluk serta tidak dikeluarkan ke alam wujud. Demikian itu terjadi ketika dia
menyaksikan azab Allah terpampang di hadapannya dan ia melihat semua amal
perbuatannya yang telah dicatat oleh para malaikat juru tulis amal perbuatan, yang
semuanya mulia lagi bertakwa. Semua amal perbuatannya penuh dengan kerusakan dan
dosa-dosa.
Menurut pendapat lain, sesungguhnya orang kafir itu berkhayal demikian hanyalah setelah
ia menyaksikan peradilan Allah Swt. saat menghukumi antara hewan-hewan terhadap
kejadian-kejadian yang telah dilakukannya ketika di dunia dengan sesamanya. Maka Allah
memutuskan perkara di antara mereka dengan hukum-Nya yang Maha-adil yang tidak
aniaya, sehingga kambing yang tidak bertanduk disuruh membalas terhadap kambing yang
bertanduk yang dahulu sewaktu di dunia pernah menanduknya. Apabila peradilan telah
dilakukan terhadap mereka, Allah Swt. berfirman kepada mereka, "Jadilah kamu tanah!"
Maka semuanya kembali menjadi tanah. Dan saat itulah orang kafir berkata, sebagaimana
yang disitir oleh firman-Nya: Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah. (An-
Naba: 40)
Yaitu menjadi hewan, lalu dikembalikan menjadi tanah. Hal yang semakna telah
disebutkan di dalam hadis sangkakala yang terkenal, sebagaimana telah disebutkan pula
dalam asar-asar yang bersumber dari Abu Hurairah, dan Abdullah ibnu Amr serta selain
keduanya.
]"‫[آ ِخ ُر تفسير سورة "عم‬

Anda mungkin juga menyukai