Anda di halaman 1dari 4

A.

  Ta’rif dan Tankir (Isim Ma’rifah dan Nakirah)

1.    Penggunaan Isim Nakirah

Isim nakirah ialah isim yang menunjukkan suatu perkara yang tidak ditentukan.

Contoh:    ‫رجل‬artinya laki-laki yang tidak ditentukan (bersifat umum).[1]

Penggunaan isim nakirah ini mempunyai beberapa fungsi, di antaranya:

a.    Untuk menunjukkan satu, seperti pada ‫ َعى‬++‫ ِة يَ ْس‬++َ‫ى ْال َم ِد ْين‬++‫ص‬
َ ‫ ٌل ِّم ْن َأ ْق‬++ُ‫ ا َء َرج‬++‫( َو َج‬Yasin, 36:20).

“Rajulun” maksudnya adalah seorang laki-laki.

َ ‫( َولَتَ ِج َدنَّهُ ْم َأحْ َر‬Al-Baqarah, 2:96), yakni


ِ َّ‫ص الن‬
b.    Untuk menunjukkan macam, seperti:  ‫اس َعلَى َحيَا ٍة‬

sesuatu macam dari kehidupan, yaitu mencari tambahan untuk masa depan, sebab

keinginan itu bukan terhadap masa lalu atau masa sekarang.

c.    Untuk menunjukkan satu dan macam sekaligus. Misalnya pada: ‫ق ُك َّل دَآبَّ ٍة ِّم ْن َمآ ٍء‬
َ َ‫( َوهللاُ َخل‬An-

Nur, 24:45). Maksudnya setiap macam dari segala macam binatang itu berasal dari suatu

macam air dan setiap individu (satu) binatang itu berasal dari satu nutfah.

ٍ ْ‫( فَْأ َذنُوْ ا بِ َحر‬Al-Baqarah, 2:279).


d.   Untuk membesarkan (memuliakan) keadaan, seperti: ِ‫ب ِّمنَ هللا‬

Maksud “harbin” ialah peperangan yang besar atau dahsyat.

e.    Untuk menunjukkan arti banyak, seperti pada ayat: ‫ رًا‬+ ْ‫ا َأَلج‬++َ‫( َأِئ َّن لَن‬Asy-Syu’ara, 26:42).

Maksud “ajran” ialah pahala yang banyak.

f.     Untuk membesarkan dan menunjukkan banyak (gabungan dua poin di atas) misalnya: ‫وَِإ ْن‬

َ‫ك‬+ِ‫ ٌل ِم ْن قَ ْبل‬+‫ُس‬ ْ َ‫ ِّذب‬+‫ ْد ُك‬+َ‫ك فَق‬


ُ ‫تر‬ َ ْ‫( يُ َك ِّذبُو‬Fathir, 35:4). Maksudnya rasul-rasul yang mulia dan banyak

jumlahnya.

ِّ ‫‘( ِم ْن َأ‬Abasa, 80:18). Yakni, dari sesuatu yang


g.    Untuk meremehkan, misalnya: ُ‫ه‬+َ‫ي َش ْيٍئ خَ لَق‬

hina, rendah dan teramat remeh.


ِ ‫َو َع َد هللاُ ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬
ٍ َّ ‫ا‬+‫ت َجن‬
h.    Untuk menyatakan sedikit, seperti dalam ayat: ‫ا‬+َ‫ ِريْ ِم ْن تَحْ تِه‬+ْ‫ت تَج‬

‫ ُر‬++َ‫ان ِمنَ هللاِ َأ ْكب‬ ِ ‫ةً فِي َجنَّا‬++َ‫ا ِكنَ طَيِّب‬++‫ا َو َم َس‬++َ‫ ِد ْينَ فِ ْيه‬++ِ‫ا ُر خَ ال‬++َ‫( اَْأل ْنه‬Bara’ah, 9:72). Maksudnya,
ْ ‫ ْد ٍن َو ِر‬++َ‫ت ع‬
ٌ ‫ َو‬++‫ض‬

keridhaan yang sedkit dari Allah itu lebih besar dari pada surga, karena keridhaan itu

pangkal segala kebahagiaan.

2.    Penggunaan Isim Ma’rifah

Masing-masing ma’rifah dan nakirah mempunyai fungi yang berbeda. Penggunaan

isim ma’rifah (ta’rif) mempunyai beberapa fungsi yang berbeda sesuai dengan macamnya.

[2]

a.    Ta’rif dengan isim dhamir (kata ganti) karena keadaan menghendaki demikian, baik dhamir

mutakallim, mukhathab ataupun ghaib.

b.    Ta’rif dengan ‘alamiyyah (nama) berfungsi untuk:

1)  Menghadirkan pemilik nama itu dalam hati pendengar dengan cara menyebutkan namanya

yang khas.

2)  Memuliakan, seperti pada ayat: ِ‫( ُم َح َّم ٌد َرسُوْ ُل هللا‬Al-Fath, 48:29).

ٍ َ‫َّت يَدَا َأبِ ْي لَه‬


3)  Menghinakan, seperti pada ayat: َّ‫ب َوتَب‬ ْ ‫( تَب‬Al-Lahab, 111:1).

c.    Ta’rif dengan isim isyarah (kata tunjuk) berfungsi untuk:

َ َ‫ق هللاِ فََأرُوْ نِ ْي َماذاَ َخل‬


1)   Menjelaskan bahwa sesuatu yang ditunjuk itu dekat, seperti: ‫ق الَّ ِذ ْينَ ِم ْن‬ ُ ‫ٰهذاَ خَ ْل‬

‫( ُدوْ نِ ِه‬Luqman, 31:11).

َ ‫َوُأولَِئ‬
َ ‫ك ُه ُم ْال ُم ْفلِح‬
2)   Menjelaskan keadaannya dengan menggunakan kata tunjuk jauh, seperti: ‫ُون‬

(ABaqarah, 2:5).

3)   Menghinakan dengan memakai kata tunjuk dekat, seperti: ٌ‫َو َم ا َه ِذ ِه ْال َح َي اةُ ال ُّد ْن َيا ِإاَّل لَ ْه وٌ َولَ ِعب‬

(Al-‘Ankabut, 29:64).
َ ‫ك ْال ِك َت ابُ اَل َري‬
4)   Memuliakan dengan memakai kata tunjuk jauh, seperti pada: ‫ْب فِي ِه‬ َ ِ‫( َذل‬Al-

Baqarah, 2:2)

5)   Mengingatkan (tanbih) bahwa sesuatu yang ditunjuk (musyar ilaih) yang diberi beberapa

sifat itu sangat layak dengan sifat yang disebutkan sesudah isim isyarah tersebut. Misalnya:

‫ا‬++‫وْ نَ بِ َم‬++ُ‫ َوالَّ ِذ ْينَ يُْؤ ِمن‬. َ‫صالَةَ َو ِم َّما َر َز ْقناَهُ ْم يُ ْنفِقُوْ ن‬
َّ ‫ب َويُقِ ْي ُموْ نَ ال‬ َ ‫ٰذلِكَ ْال ِكتَابُ الَ َري‬
ِ ‫ اَلَّ ِذ ْينَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِ ْال َغ ْي‬. َ‫ْب فِ ْي ِه هُدًى لِ ْل ُمتَّقِ ْين‬
ٰ ‫دًى ِم ْن َربِّ ِه ْم َوُأ‬+ُ‫ك َعلَى ه‬
Al-Baqarah,( َ‫وْ ن‬+ُ‫ولِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِح‬ ٰ ‫ ُأ‬. َ‫وْ ن‬+ُ‫اْآل ِخ َر ِة هُ ْم يُوْ قِن‬+ِ‫ك َوب‬ ‫ُأ‬ َ ‫ُأ ْن ِز َل ِإلَ ْي‬
َ ‫ولِئ‬ ِ ‫ك َو َمآ ْن‬
َ +ِ‫ز َل ِم ْن قَ ْبل‬+

)2:2-5

d.   Ta’rif dengan isim maushul (kata ganti penghubung) berfungsi:

1)   Karena tidak disukainya menyebutkan nama sebenarnya untuk menutupinya atau

disebabkan hal lain , seperti pada firman Allah:

‫ ِه ُأفٍّ لَ ُك َما‬+‫ال لِ َوالِ َد ْي‬+


َ +َ‫ َوالَّ ِذيْ ق‬ (Al-Ahqaf, 46:17). Dan firman-Nya: ‫ ِه‬+ ‫ا ع َْن نَ ْف ِس‬++َ‫و فِي بَ ْيتِه‬+
َ +ُ‫هُ الَّتِي ه‬+‫َو َرا َو َد ْت‬

(Yusuf, 12:23).

2)   Untuk menunjukkan arti umum, seperti: ‫( َوالَّ ِذ ْينَ َجاهَ ُدوْ ا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا‬Al-‘Ankabut, 29:69).

3)   Untuk meringkas kalimat, seperti: ‫الُوْ ا‬++َ‫ َّرَأ هللاُ ِم َّما ق‬+َ‫( يَآ َأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا الَ تَ ُكوْ نُوْ ا َكالَّ ِذ ْينَ آ َذوْ ا ُموْ ٰسى فَب‬Al-

Ahzab, 33:69). Andaikata nama-nama orang yang mengatakan itu disebutkan tentulah

pembicaraan (kalimat) itu menjadi panjang.

e.    Ta’rif dengan alif-lam (al) berfungsi:

1)   Untuk menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui karena telah disebutkan (ma’hud zikri),

seperti: ٌّ‫اجةُ َكَأنَّهَا َكوْ َكبٌ ُد ِّري‬ ُّ َ‫ ا‬،‫ اَ ْل ِمصْ بَا ُح فِي ُز َجا َج ٍة‬،ٌ‫ َمثَ ُل نُوْ ِر ِه َك ِم ْش َكا ٍة فِ ْيهَا ِمصْ بَاح‬،‫ض‬
َ ‫لز َج‬ ِ ْ‫ت َواَْألر‬
ِ ‫هللَا ُ نُوْ ُر السَّمٰ َوا‬

(An-Nur, 24:35).

ِ ‫لَقَ ْد َر‬
2)   Untuk menunjukkan sesuatu yang sudah diketahui bagi pendengar seperti pada: ُ‫ض َي هللا‬

‫( َع ِن ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ِإ ْذ يُبَايِعُوْ نَكَ تَحْ تَ ال َّش َج َر ِة‬Al-Fath, 48:18).
ُ ‫( اَ ْليَوْ َم َأ ْك َم ْل‬Al-
3)   Sesuatu yang sudah diketahui karena ia hadir pada saat itu seperti: ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم‬

Maidah, 5:3).

ٍ ‫( ِإ َّن ْاِإل ْن َسانَ لَفِي ُخس‬Al-‘Ashr,


4)   Untuk mencakup semua satuannya (istighraqul afrad), seperti: ‫ْر‬

103:2). Ini diketahui karena ada pengecualian sesudahnya.

َ ++ِ‫( ٰذل‬Al-Baqarah, 2:2).


5)   Untuk menghabiskan segala karakteristik jenis, seperti: ُ‫اب‬++َ‫ك ْال ِكت‬

Maksudnya, kitab yang sempurna petunujuknya dan mencakup semua isi kitab yang

diturunkan dengan segala karakteristiknya.

6)   Untuk menerangkan esensi, hakikat dan jenis, seperti dalam ayat: ‫َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َمآ ِء ُك َّل َش ْي ٍء َح ٍّي‬

(Al-Anbiya, 21:30).

Di dalam beberapa redaksi yang mirip terdapat jenis morfem (kata) tetentu yang

persis sama, namun berlainan ketika memakainya. Pada salah satu redaksi, umpamanya, di

awal morfem tersebut ditambahkan alif lam (‫)ال‬, kata serupa inilah yang disebut ma’rifat.

Dalam pada itu, ayat lain yang beredaksi mirip dengannya, juga memakai morfem yang

sama, tapi tanpa alif lam. Kata yang serupa ini disebut nakirat. Jadi yang dimaksud dengan

perbedaan ma’rifat dan nakirat di sini ialah berbedanya cara pemakaian jenis morfem

tertentu dari segi penggunaan ‫ ال‬atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai