PERENCANAAN TEKNIS
JALAN KOTA WEDA 2
LAPORAN
AKHIR
Daftar Isi
Daftar Isi ii
Pengantar ii
BAB - 2 METODOLOGI 14
2.1. UMUM 14
2.2. TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN 15
2.3. PEKERJAAN PERSIAPAN 16
2.4. STUDI PENDAHULUAN 17
2.4.1. INVENTARISASI DATA DAN STUDI TERDAHULU 17
2.4.2. PENYUSUNAN RENCANA KERJA 17
2.4.3. PENYUSUNAN LAPORAN PENDAHULUAN 17
2.5. SURVAI DAN PENYELIDIKAN LAPANGAN 19
2.5.1. SURVAI PENDAHULUAN 19
2.5.2. SURVAI TOPOGRAFI 19
2.5.3. SURVEY HIDROLOGI 22
2.5.4. SURVEY GEOTEKNIK 23
Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu bentuk persyaratan teknis kontrak
pengadaan jasa konsultan perencana Akhir CV Arezmah dengan Dinas Pekerjaan Umum
dan Perumahan Kabupaten Halmahera Tengah, untuk Pekerjaan Perencanaan Teknis
Jalan Kota Weda 2.
Laporan Akhir ini dimaksudkan sebagai bahan informasi kepada pemilik pekerjaan
mengenai konsep dan metodologi teknis pelaksanaan pekerjaan, struktur organisasi
konsultan perencana serta rencana kerja yang akan dilaksanakan.
Laporan Akhir ini secara garis besar berisi tentang uraian umum lingkup pekerjaan jasa
konsultan perencana, uraian metodologi pelaksanaan survai lapangan, uraian
metodologi desain dan analisa teknis perencanaan jalan raya, uraian jadwal kegiatan,
uraian jadwal mobilisasi personil serta data pendukung pelaksanaan pekerjaan.
Demikian laporan Akhir ini disampaikan, semoga dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam tahapan perencanaan selanjutnya.
Konsultan Perencana
CV.AREZMAH
Program Pembinaan Jaringan Jalan merupakan salah satu upaya Pemerintah Kabupaten
Halmahera Tengah dalam menunjang pencapaian sasaran Pembangunan Daerah.
Pembinaan Jaringan Jalan sangat terkait dengan pemerataan pembangunan beserta
hasil-hasilnya melalui Pengembangan Prasarana Jalan yang bertujuan untuk
meningkatkan kondisi jalan sesuai dengan laju pertumbuhan lalu lintas yang diakibatkan
oleh pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Halmahera Tengah.
Untuk mengantisipasi peningkatan arus lalu lintas dimasa yang akan datang, Dinas
Pekerjaan Umum dan Perumahan Bidang Bina Marga Kabupaten Halmahera Tengah
mengadakan jasa konsultansi perencanaan, untuk pekerjaan Perencanaan Teknis Jalan
Kota Weda 2.
Maksud dari Jasa Konsultansi ini adalah untuk menghasilkan Rencana Teknik Akhir
(Detail Engineering Desain) ruas jalan tersebut diatas, yang efisien dan efektif, lengkap
dengan gambar dan dokumentasi lainnya yang diperlukan, sesuai dengan Standar dan
Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan.
Jasa Konsultansi ini secara umum bertujuan untuk menciptakan sarana infrastruktur
jalan yang memadai di dalam kota weda, serta optimalisasi fungsionalitas ruas jalan
tersebut diatas sehingga dapat mendukung perkembangan kawasan di wilayah tersebut.
Sementara Tujuan Khusus dari Jasa Konsultansi ini adalah tersedianya dokumen
perencanaan teknis untuk ruas jalan tersebut diatas, sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam pelaksanaan pembangunan fisik untuk ruas jalan tersebut.
Lingkup Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Konsultan Perencana sesuai dengan
Kerangka Acuan Kerja, secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut :
1. Pekerjaan Lapangan
• Survey Pendahuluan
• Survey Topografi
• Survey Lalu Lintas
• Survey Hidrologi
• Penyelidikan Tanah
Jasa pelayanan teknik yang akan diberikan oleh Tim Konsultan, dibagi menjadi beberapa
tahapan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan. Adapun tahapan-
tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan Konsultan meliputi :
1. Tahap Persiapan dan Mobilisasi.
2. Tahap Pengumpulan Data Sekunder
3. Tahap Survai Pendahuluan.
4. Tahap Survai Lapangan.
5. Tahap Analisa dan Perencanaan Teknik.
6. Tahap Penggambaran.
7. Tahap Perhitungan Kuantitas dan Perkiraan Biaya.
8. Tahap Penyusunan Dokumen Lelang.
Ibu Kota Kabupaten Halmahera Tengah ini memiliki Posisi yang sangat strategis
karena berada di pusat kabupaten.
Sebagian besar penduduk adalah berasal dari suku weda dan suku patani yang
mayoritas beragama Islam. Penduduk pada umumnya bertempat tinggal di
daerah pesisir dan sepanjang sungai utama. Penduduk lainnya adalah suku
Makasar dan Bugis yang bermukim di daerah pusat Kota Weda.
Dari hasil pantauan, selama tahun Observasi Kota Weda karena terletak dekat
katulistiwa maka memiliki iklim tropis atau panas. Karena topografi kota weda
yang dikelilingi oleh gunung maka kota weda beriklim dingin di malam hari
Wilayah Kota Weda dialiri oleh 2 Daerah aliran Sungai yang besar yang berada di
desa Nur Weda dan yang satu lagi di desa Pandangan. Keberadaan Daerah Aliran
Sungai di Kota Weda dijadikan sebagai fungsi sanitasi perumahan di Kota Weda.
Berdasarkan Peta Jaringan Jalan di Kabupaten Halmahera Tengah, lokasi untuk ruas jalan
ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Laporan Pendahuluan ini secara sistematis disusun dalam bab – bab sebagai berikut :
2.1. UMUM
Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan hasil yang baik, maka sebelumnya
perlu dibuat suatu pendekatan teknis agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan
praktis, sehingga tercapai sasaran efisiensi biaya, mutu dan waktu kerja.
Seperti telah dijelaskan didalam Kerangka Acuan Kerja (TOR), maka di dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, Konsultan akan menggunakan standar – standar perencanaan
yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Standar Perencanaan
No Dokumen Uraian
5. NSPM No. 038/TBM/1997 Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
No Dokumen Uraian
NSPM No.
9. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan
008/T/BNKT/1990
1. Pekerjaan Persiapan
2. Studi Pendahuluan
• Penyusunan rencana kerja
• Penyusunan Rencana Mutu Kontrak
• Inventarisasi data & studi terdahulu
4. Analisa Data
• Analisa data dan pemetaan topografi
• Analisa data tanah dan sumber material
• Analisa hidrologi
• Penyusunan laporan survey teknis
5. Perencanaan Teknis
• Geometrik Jalan
• Rencana Perkerasan Jalan
• Utilitas Umum & Drainase
• Perlengkapan Jalan
• Manajemen Lalu Lintas
Bagan alir strategi pelaksanaan pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagan Alir
Pelaksanaan Pekerjaan. Secara jelas uraian dari masing-masing tahapan kegiatan
tersebut diuraikan pada sub-bab berikut :
menyiapkan program kerja untuk dikoordinasikan dengan pihak pemberi tugas. Maksud
dari koordinasi ini adalah untuk menyamakan pandangan Akhir konsultan dengan pihak
pemberi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tidak mengalami hambatan.
START
PERSIAPAN
Perumusan Masalah
Metodologi
TIDAK
Sesuai dengan
KAK
YA
LAPORAN
PENDAHULUAN MASUKAN
PENGGUNA JASA
SURVAI PENDAHULUAN
SURVAI
PENYELIDIKAN SURVAI LALU
SURVAI TOPOGRAFI SURVAI HIDROLOGI INVENTARISASI
TANAH LINTAS
JALAN
DATA
GAMBAR ANALISA MEKANIKA ANALISA KAPASITAS
ANALISA HIDROLOGI INVENTARISASI
TOPOGRAFI TANAH JALAN
JALAN
LAPORAN- LAPORAN
SURVAI
PRADESAIN
Layout Plan
Tipikal Potongan Melintang
MASUKAN
PENGGUNA JASA
DESAIN
Desain Geometrik & Perkerasan Jalan
Desain Bangunan Pelengkap
Gambar Rencana
LAPORAN DESAIN
MASUKAN
PENGGUNA JASA
LAPORAN RAB
MASUKAN
PENGGUNA JASA
DOKUMEN TENDER
Spesifikasi Teknis
Gambar Rencana
Dokumen Lelang
LAPORAN AKHIR DAN
DOKUMEN TENDER
STOP
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Pengukuran Topografi untuk perencanaan jalan terdiri dari
beberapa bagian pekerjaan yaitu :
a. Persiapan
b. Pemasangan Patok, Bench mark (BM) dan Control Point (CP).
• Batas ketelitian tidak boleh lebih besar dari 10 akar D mm. Dimana D adalah
panjang pengukuran (Km) dalam 1 (satu) hari
• Rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik dalam arti pembagian
skala jelas dan sama
• Setiap pengukuran dilakukan pembacaan rangkap 3 (tiga) benang dalam
satuan milimeter
• Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT) dan Benang Bawah (BB), Kontol
pembacaan : 2BT = BA + BB
• Referensi levelling menggunakan referensi lokal
PENGUKURAN SITUASI
Metodologi Pengukuran Situasi dilaksanakan sebagai berikut :
• Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachymetri
• Ketelitian alat yang dipakai adalah 30” (sejenis dengan Theodolith T0)
• Pengukuran situasi daerah sepanjang rencana jalan harus mencakup semua
keterangan-keterangan yang ada didaerah sepanjang rencana jalan tersebut
• Untuk tempat-tempat jembatan atau perpotongan dengan jalan lain
pengukuran harus diperluas (lihat pengukuran khusus)
• Tempat-tempat sumber mineral jalan yang terdapat disekitar jalur jalan perlu
diberi tanda diatas peta dan difoto (jenis dan lokasi material)
PEMASANGAN PATOK
Untuk Pemasangan Patok Pengukuran dilapangan dilaksanakan sebagai berikut :
• Patok-patok dibuat dengan ukuran 10 x 10 x 75 cm dan harus dipasang setiap
1 Km dan pada perpotongan rencana jalan dengan sungai (2 buah seberang
menyeberang). Patok beton tersebut ditanam kedalam tanah dengan
kedalaman 15 cm
• Baik patok-patok beton maupun patok-patok poligon diberi tanda BM dan
nomor urut.
• Untuk memudahkan pencarian patok pada pohon-pohon disekitar patok
diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
• Baik patok poligon maupun patok profil diberi tanda cat kuning dengan
tulisan hitam yang diletakkan disebelah kiri kearah jalannya pengukuran.
• Khusus untuk profil memanjang titik-titiknya yang terletak disumbu jalan
diberi paku dengan dilingkari cat kuning sebagai tanda.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Hidrologi untuk perencanaan jalan terdiri dari
beberapa bagian pekerjaan yaitu :
• Menyiapkan peta topografi dengan skala 1:250.000 serta peta situasi dengan
skala 1:1000
• Mencari sumber data iklim yang valid, yaitu dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG).
• Memilah dan memilih data iklim terutama data curah hujan, yang
berkesesuaian dengan lokasi proyek.
• Melakukan survey lapangan dan merekam hasilnya dalam catatan
menyangkut saluran samping, gorong-gorong dan jembatan.
• Saluran samping dicatat kondisi eksistingnya dan kondisi pengembangan
sesuai kebutuhan yang diakibatkan perubahan guna lahan
• Gorong-gorong dicatat kondisi eksistingnya menyangkut diameter, kondisi
fungsi, kondisi terakhir aliran air.
• Jembatan eksisting dicatat kondisi dimensi lebar bentang dan kondisi terkhir
struktur atas dan strukstur bawah, dilihat kebutuhan penanganan
pemeliharaan dan peningkatan jika perlu.
• Data iklim dan curah hujan digunakan sebagai input dalam perhitungan debit
banjir rencana untuk menentukan ukuran dimensi saluran, gorong-gorong
dan aspek struktur serta jagaan jembatan, yang akan dilaporkan dalam buku
Perhitungan Disain.
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup Pekerjaan Survey Geoteknik untuk perencanaan jalan meliputi :
• Pengambilan contah tanah dan Test Pit.
• Pemeriksaan lokasi sumber material
• Penyelidikan tanah dengan tes DCP
METODOLOGI
1. Penyelidikan Test Pit
Penyelidikan Test Pit dilakukan pada setiap jenis satuan tanah atau setiap 1
Km yang berbeda dengan kedalaman 1-2 meter. Pada setiap lokasi Test Pit
dilakukan pengamatan deskripsi struktur dan jenis tanah, juga dilakukan
pengambilan sampel tanah baik contoh tanah terganggu maupun tidak
terganggu yang akan diselidiki di Laboratorium.
n
fs =
i=1
s1 - (n + 2) x 180 0 < 30" n
n
fd =
i=1
d1 - < - 1 : 2000
= + S i − 180 0
X = X° + X
= AS
2.6.3. HIDROLOGI
Tahapan analisis data hidrologi secara garis besar dapat dikelompokkan dalam
beberapa golongan meliputi :
1. Distribusi Gumbel
Sifat sebaran dari distribusi ini adalah :
a) Cs 1,4
b) Ck 5,4
Apabila koefisien asimetri (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck) dari data hujan
mendekati nilai tersebut, maka sebaran Gumbel dapat digunakan.
Q = ..q.A
dimana :
Q : debit maksimum (m3/det)
: koefisien pengaliran
: koefisien reduksi
q : curah hujan maksimum (m3/det/km2)
A : luas daerah pengaliran (km2)
1 + 0,012. A 0 , 7
:
1 + 0,075. A 0 , 7
. −0 , 4.t A 3/ 4
1/ : 1 + t + 3,2710 .
t + 15 12
t : 0,1 . L0,8 . (H/L)-0,3 jam
Jika t < 2 jam,
t. R24 − max
R :
t + 1 − 0,0008.(260 − R24 − max ).(2 − t ) 2
Q = C..R.A
dimana :
Q : debit banjir rancangan (m3/det)
f +1
120 + .A
= t+9
120 + A
t : waktu konsentrasi
0,476. A 0,375
t =
2Q 0,125 . S 0,25
1 − 4 ,1
C =
.R + 7
S : kemiringan sungai rata-rata
A : luas daerah pengaliran (km2)
Dimana
R = faktor pengali pertumbuhan lalu lintas
i = tingkat pertumbuhan tahunan (%)
UR = umur rencana (tahun)
2 80
3 60
4 50
Untuk jalan dengan lalu lintas rendah, jika data lalu lintas tidak tersedia atau
diperkirakan terlalu rendah untuk mendapatkan desain yang aman, maka nilai
perkiraan dalam Tabel 2.4. dapat digunakan
Kend Pertum Lalin
Umur Faktor Kelompok
LHRT berat buhan ESA desain
Deskripsi Renc Pertumb Sumbu/ Kumulatif
dua (% dari Lalu /HVAG Indikatif
Jalan ana uhan lalu Kendaraan HVAG
arah lalu Lintas (overloaded) (Pangkat 4)
(th) lintas Berat
lintas) (%) Overloaded
Jalan desa
minor dg
akses 30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4
4,5 x 10
kendaraan
berat
terbatas
Jalan kecil 4
90 3 20 1 22 2 21.681 3,16 7 x 10
2 arah
5
Jalan lokal 500 6 20 1 22 2,1 252.945 3,16 8 x 10
Akses
lokal daerah 6
500 8 20 3.5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 10
industri
atau quarry
6
Jalan kolektor 2000 7 20 3.5 28,2 2,2 1.585.122 3,16 5 x 10
Tabel 2.4. Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah
Pangkat Pangkat
Muatan2 yang
1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30,4
diangkut
Sedan / Angkot / pickup /
2 , 3, 4 2, 3, 4 1.1 2 51,7 74,3
station wagon
6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu–cargo sedang 1.2 muatan umum 2 0,7 0,7
KENDARAAN NIAGA
- -
6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 1,6 1,7
6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 0,9 0,8
3,8 5.50
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 7,3 11,2
7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 7,6 11,2
3,9 5,60
7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, semen 3 28,1 64,4
7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0,1 0,10 28,9 62,2
7c3 14 Truk 6 sumbu- trailer 1.22 - 222 6 0,3 0,50 41,6 93,7
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinemen horizontal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus dihindari dari
pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian atau timbunan yang
berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apabila dikemudian
hari akan dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu
sulit dan dengan biaya yang murah.
R=
(V )
2
127(f + i)
dimana : R : jari-jari minimum, m
V : kecepatan rencana, km/jam
f : koefisien gesekan samping
i : superelevasi, %
Jari-jari minimum untuk kecepatan rencana yang bersangkutan yang ditunjuk-
kan dalam tabel dibawah ini ditentukan dengan nilai ‘f’ yang direkomendasi-
kan berkisar Akhir 0,14 sampai dengan 0,17.
Harus diingat bahwa jari-jari tersebut di atas bukanlah bukanlah harga jari-jari
yang diinginkan tetapi merupakan nilai kritis untuk kenyamanan mengemudi
dan keselamatan. Dan perlu diperhatikan bila suatu tikungan yang tajam
harus diusahakan untuk jalan yang lurus dan diadakan perubahan bertahap.
L=t*v
dimana : L : panjang jari-jari, m
t : waktu tempuh, detik = 6 dtk.
v : kecepatan rencana, m/dtk
4. Kemiringan Melintang
Untuk drainase permukaan, jalan dengan alinemen lurus membutuhkan
kemiringan melintang normal 3 % untuk aspal beton atau perkerasan beton
dan 3,0 – 5,0 % untuk perkerasan macadam atau jenis perkerasan lainnya dan
jalan batu kerikil.
32 > 26 1.25
26 > 21 1.50
21 > 19 1.75
19 > 16 2.00
16 > 15 2.25
5. Superelevasi
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser ke samping dan
menjadikan pengemudi pada tikungan lebih nyaman. Tetapi, batas praktis
berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan mengintari suatu tikungan
dengan superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatiff ke samping dan
kendaraan dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika pengemudi
mengemudikannya ke sebelah atas lereng atau berlawanan dengan arah
lengkung mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi maksimum
adalah 8 %.
6. Pencapaian Kemiringan
Ada 2 metode untuk pencapaian kemiringan (gambar 2.2.). Umumnya, (a-1)
atau (b-1) lebih disukai daripada (a-2) atau (b-2).
Pencapaian kemiringan harus dipasang, di dalam lengkung peralihan.
Bilamana tidak dipasang lengkung peralihan, pencapaian kemiringan harus
dipasang sebelum dan sesudah lengkung tersebut.
(a-1) (b-1)
A B’ A B’
B B
A’ A’
C1 C2
B’
(a-2) (b-2)
A B
B’
A
B
A’ C1 C2
7. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan dipasang pada bagian awal, di ujung dan di titik balik
pada lengkungan untuk menjamin perubahan yang tidak mendadak jari-jari
R1
R1 R2 R1
R3
R1 R2 R2
Gambar Gambar
TIKUNGANGABUNGAN TIKUNGANBALIK
lurus yang dipasang pada titik balik untuk pencapaian kemiringan dapat
membantu lengkung gabungan.
R2
R1 R3
R2 R1
R1
R1 R2
R4
Gambar Gambar
LENGKUNG PERALIHAN LENGKUNG PERALIHAN
yang di pasang pada yang di pasang pada
LENGKUNG GABUNGAN LENGKUNG BALIK
ALINYEMEN VERTIKAL
Alinemen Vertikal harus ditentukan sebaik-baiknya dan harus dihindari dari
pengaruh tergenangnya jalan oleh air serta pekerjaan galian atau timbunan yang
berlebihan, dan hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apabila dikemudian
hari akan dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu
sulit dan dengan biaya yang murah.
1. Kelandaian
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 8
sampai 9% tanpa kehilangan kecepatan yang berarti, tetapi pada kendaraan
truk akan kelihatan dengan nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum,
kemampuan menanjak sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi
harus diperhitungkan.
Kelandaian maksimum mutlak ditetapkan 4 % lebih tinggi daripada nilai
maksimum standar.
Suatu batas untuk panjang kelandaian yang melebihi maksimum standar,
ditandai bahwa kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah
dari separuh kecepatan rencana atau untuk jika persneling ‘rendah’ terpaksa
harus dipakai. Keadaan kritis demikian tidak boleh berlangsung terlalu lama.
Untuk menentukan panjang kritis pada suatu kelandaian menggunakan tabel
dibawah ini:
80 60 40
2. Lengkung Vertikal
Untuk menyerap guncangan dan jarak pandang henti, lengkung vertikal harus
disediakan pada setiap lokasi yang ada perubahan kelandaiannya. Lengkung
vertikal biasanya diberikan sebagai lengkung parabola sederhana, yang
ukurannya ditentukan oleh panjangnya, tepatnya panjang lengkung harus
sama dengan panjang A-B-C, namun secara praktis lengkung tersebut begitu
datar sehingga panjang A-B-C sama dengan jarak datar A-B (lihat gambar).
Jarak Pandangan
C
A B
i1
i2
Panjang Lengkung Vertikal Cembung
i1
i2
Jarak Pandangan
A B
C
Desain sruktur perkerasan yang fleksibel pada dasarnya ialah menentukan tebal
lapis perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkan
sedemikian sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan dan regangan-
regangan pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu-lintas, pada batas-
batas yang dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut.
Lapis penopang
Perkerasan lentur 1000 1100 1200
(capping layer) (2)(4)
diatas tanah SG1 aluvial1 B
Atau lapis penopang
lunak5 650 750 850
dan geogrid (2)(4)
Tanah gambut dengan HRS atau
Lapis penopang
perkerasan Burda untuk jalan kecil (nilai D 1000 1250 1500
berbutir(2)(4)
minimum – peraturan lain digunakan)
1. Nilai CBR lapangan. CBR rendaman tidak relevan (karena tidak dapat dipadatkan secara mekanis).
2. Diatas lapis penopang harus diasumsikan memiliki nilai CBR ekivalen tak terbatas 2,5%.
Tabel 2.9.
3. Ketentuan tambahan mungkin Desain
berlaku, Pondasi
desain Jalan
harus mempertimbangkan semua isu kritis.
4. Tebal lapis penopang dapat dikurangi 300 mm jika tanah asli dipadatkan (tanah lunak kering pada saat
konstruksi.
5. Ditandai oleh kepadatan yang rendah dan CBR lapangan yang rendah di bawah daerah yang
dipadatkan
STRUKTUR PERKERASAN
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Lihat Bagan Desain 5 & 6 Lihat Bagan Desain 4 untuk alternatif > murah3
Pengulangan beban
sumbu desain 20 tahun
< 0,5 0,5 - 2,0 2,0 - 4,0 4,0 - 30 30 - 50 50 - 100 100 - 200 200 - 500
terkoreksi di lajur desain
6
(pangkat 5) (10 CESA5)
Jenis permukaan HRS, SS, ACkasar atau
HRS
berpengikat Pen Mac AC halus AC kasar
Jenis lapis Pondasi dan
Lapis Pondasi Berbutir A Cement Treated Base (CTB)
lapis Pondasi bawah
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
HRS WC 30 30 30
HRS Base 35 35 35
AC WC 40 40 40 50 50
Lapisan beraspal AC BC5 135 155 185 220 280
CTB atau CTB4 150 150 150 150 150
LPA Kelas A LPA Kelas A2 150 250 250 150 150 150 150 150
LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam
150 125 125
atau lapis distabilisasi dengan CBR >10%
STRUKTUR PERKERASAN
FF1 FF2 FF3 FF4
1. Umur Rencana
Jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai
saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk diberi lapisan
permukaan yang baru.
2. Angka Ekivalen (E)
Angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan
oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat
kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal
seberat 8,16 ton (18.000 lbs).
3. Lalu Lintas pada Lajur Rencana (w18)
Lalu lintas pada lajur rencana diberikan dalam kumulatif beban sumbu
standar selama umur rencana, yang dapat dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut :
w18 = D0 x DL x w18
Dimana :
D0 = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur
w18 = Beban gandar standar kumulatif untuk dua arah
Pada umumnya D0 diambil 0.5, sementara faktor distribusi lajur dapat dilihat
pada tabel 2.10. Faktor Distribusi Lajur
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 - 75
4. Reliabilitas (R)
Merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian ke dalam proses
perencanaan untuk menjamin bermacam – macam alternatif perencanaan
dapat bertahan selama selang waktu yang direncanakan. Rekomendasi
tingkat reliabilitas untuk bermacam – macam klasifikasi jalan dapat dilihat
pada tabel 2.11.
7. Koefisien Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam perencanaan
dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif yang dimodifikasi. Faktor
untuk memodifikasi koefisien drainase ini adalah koefisien drainase (m). Tabel
2.13. memperlihatkan nilai koefisien drainase yang merupakan fungsi dari
kualitas drainase dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan
dipengaruhi oleh kadar air yang mendekati jenuh.
R (%) ZR
50 - 0,000
60 - 0,253
70 - 0,524
75 - 0,674
80 - 0,841
85 - 1,037
90 - 1,282
91 - 1,340
92 - 1,405
93 - 1,476
94 - 1,555
95 - 1,645
96 - 1,751
97 - 1,881
98 - 2,054
99 - 2,327
99,9 - 3,090
99,99 - 3,750
KLASIFIKASI JALAN
ESAL
LOKAL KOLEKTOR ARTERI TOL
< 10 1.0 - 1.5 1.5 1.5 - 2.0 -
10 – 100 1.5 1.5 - 2.0 2.0 -
100 – 1000 1.5 - 2.0 2.0 2.0 - 2.5 -
> 1000 - 2.0 - 2.5 2.5 2.5
1. Lendutan Balik
Setelah mendapatkan data-data lapangan yang berupa hasil pembacaan tiap titik
pemeriksaan, maka lendutan balik (rebound deflection) tiap-tiap titik dihitung
dengan rumus
db = 2 (d3 – d1) x Ft x Ca x FKB-BB
dimana :
db = Lendutan balik (mm)
d1 = Lendutan pada saat beban tepat pada titik pengukuran (mm)
d3 = Lendutan pada saat beban berada pada jarak 6 m dari titik
pengukuran(mm)
Ca = Faktor pengaruh muka air tanah
2. Keseragaman Lendutan
Untuk keseragaman lendutan pada suatu seksi jalan dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
s
FK = 100% FK ijin
dR
dR =
d Lendutan rata-rata pada suatu seksi jalan
n
d = Lendutan balik tiap titik
n = Jumlah titik pemeriksaan
n ( d 2 ) - ( d ) 2
s = Deviasi Standar
n ( n - 1)
3. Lendutan Wakil
Untuk menentukan besarnya lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan
tersebut, dipergunakan rumus-rumus yang disesuaikan dengan fungsi jalan,
sebagai berikut :
Dimana :
D = Lendutan balik yang mewakili suatu seksi jalan
dR =
d lendutan balik rata-rata
n
d = Lendutan balik tiap titik
n = Jumlah titik pemeriksaan
n ( d 2 ) - ( d ) 2
S = Standar deviasi
n ( n - 1)
Dimana :
Fo = Faktor Koreksi tebal lapis tambah
TPRT = Temperatur perkerasan rata-rata tahunan untuk daerah/kota
tertentu (Tabel A1 – Pd. T-05-2005-B)
Prosedur Perhitungan
3. Tentukan panjang seksi yang memiliki keseragaman (FK) yang sesuai dengan
tingkat keseragaman yang diinginkan;
Dimana :
Drencana = lendutan rencana, dalam satuan milimeter.
CESA = akumulasi ekivalen beban sumbu standar, dalam satuan ESA
Ho =
Ln(1,0364) + Ln( Dsblov) − Ln( Dstlov)
0,0597
Dimana :
Ho = tebal lapis tambah sebelum dikoreksi temperatur rata-rata
tahunan daerah tertentu, dalam satuan centimeter.
Dsbl ov = lendutan sebelum lapis tambah/Dwakil, dalam satuan milimeter.
Dstl ov = lendutan setelah lapis tambah atau lendutan rencana, dalam
satuan milimeter.
Ht = Ho x Fo
Dimana :
Ht = tebal lapis tambah/overlay Laston setelah dikoreksi dengan
temperatur rata-rata tahunan daerah tertentu, dalam satuan
centimeter.
8. Bila jenis atau sifat campuran beraspal yang akan digunakan tidak sesuai
dengan ketentuan diatas maka tebal lapis tambah harus dikoreksi dengan
faktor koreksi tebal lapis tambah penyesuaian (FKTBL) tabel 2.17.
Desain sruktur perkerasan yang fleksibel pada dasarnya ialah menentukan tebal
lapis perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkan
sedemikian sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan dan regangan-
regangan pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu-lintas, pada batas-
batas yang dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut.
Dengan data lintas harian rata-rata, kondisi tanah serta parameter lingkungan
lainnya selanjutnya dapat direncanakan tebal lapis perkerasan. Perencanaan
tebal ini menggunakan standar perencanaan kaku yang berlaku di Indonesia yaitu
SNI Pd T-14-2003 Perencanaan Perkerasan Beton Semen (mengadopsi dari
Austraroads 2000)
Prosedur ini mempertimbangkan ada tidaknya ruji pada sambungan atau bahu
beton. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan dianggap sebagai
perkerasan bersambung yang dipasang ruji.
Data lalu-lintas yang diperlukan adalah jenis sumbu dan distribusi beban serta
jumlah repetisi masing-masing jenis sumbu/kombinasi beban yang diperkirakan
selama umur rencana.
Tebal pelat taksiran dipilih dan total fatik serta kerusakan erosi dihitung
berdasarkan komposisi lalu-lintas selama umur rencana. Jika kerusakan fatik atau
erosi lebih dari 100%, tebal taksiran dinaikan dan proses perencanaan diulangi.
Tebal rencana adalah tebal taksiran yang paling kecil yang mempunyai total fatik
dan atau total kerusakan erosi lebih kecil atau sama dengan 100%.
Lajur rencana merupakan salah satu lajur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya
yang menampung lalu-lintas kendaraan niaga terbesar.
Jika jalan tidak memiliki tanda batas lajur, maka jumlah lajur dan koefsien
distribusi (C) kendaraan niaga dapat ditentukan dari lebar perkerasan sesuai
Tabel 2.15.
b. Umur Rencana
Volume lalu-lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau sampai
tahap di mana kapasitas jalan dicapai denga faktor pertumbuhan lalu-lintas
yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :
(1 + i )UR − 1
R=
i
dengan:
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
i : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.
UR : Umur rencana (tahun)
1 Jalan bebas hambatan utama (major freeway) dan jalan berlajur banyak, yang aliran 1,2
lalu lintasnya tidak terhambat serta volume kendaraan niaga yang tinggi.
Bila menggunakan data lalu-lintas dari hasil survai beban (weight-in-motion) dan
adanya kemungkinan route alternatif, maka nilai faktor keamanan beban dapat
dikurangi menjadi 1,15.
2 Jalan bebas hambatan (freeway) dan jalan arteri dengan volume kendaraan niaga 1,1
menengah.
3 Jalan dengan volume kendaraan niaga rendah. 1,0
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai
dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-
1989, masing-masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan
perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil
dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus
(Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR
tanah dasar efektif 5 %.
Ketebalan minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR
minimum 5% adalah 15 cm. Derajat kepadatan lapis pondasi bawah
minimum 100 %, sesuai dengan SNI 03-1743-1989.
- Bahan pengikat.
Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu
dari di bawah ini:
(i) Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai
dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan
ketahanan terhadap erosi. Jenis bahan pengikat dapat meliputi
semen, kapur, serta abu terbang dan/atau slag yang dihaluskan.
(ii) Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt).
(iii) Campuran beton kurus giling padat yang harus mempunyai kuat tekan
karakteristik pada umur 28 hari minimum 5,5 MPa (55 kg/cm2).
- Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton
karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm2) tanpa
menggunakan abu terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm2) bila menggunakan
abu terbang, dengan tebal minimum 10 cm.
Gambar 2.9. Tebal pondasi bawah minimum untuk perkerasan beton semen
Gambar 2.10. CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah
f. Bahu
Bahu dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa
lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen.
Yang dimaksud dengan bahu beton semen dalam pedoman ini adalah bahu
yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu-lintas dengan lebar minimum
1,50 m, atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar 0,60 m, yang
juga dapat mencakup saluran dan kereb.
Tabel 2.22. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton Tabel 2.22. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton
(lanjutan)
Tabel 2.22. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Tanpa Bahu Beton Tabel 2.23. Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
(lanjutan)
Tabel 2.23 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Tabel 2.23 Tegangan Ekivalen dan Faktor Erosi untuk Perkerasan Dengan Bahu Beton
Beton (lanjutan) (lanjutan)
Gambar 2.11. Analisis fatik dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, dengan
/tanpa bahu beton
Gambar 2.12. Analisis erosi dan jumlah repetisi beban ijin, berdasarkan faktor erosi,tanpa
bahu beton
Gambar 2.13. Analisis erosi dan jumlah repetisi beban berdasarkan faktor erosi, dengan
bahu beton
g. Sambungan
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan Akhir lain :
• Sambungan memanjang
• Sambungan melintang
• Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali
pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).
h. Kekuatan Beton
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural strength)
umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga
titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3–5 MPa (30-50 kg/cm2).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat seperti serat
baja, aramit atau serat karbon, harus mencapai kuat tarik lentur 5–5,5 MPa (50-
55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat tarik lentur
karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2) terdekat.
Hubungan Akhir kuat tekan karakteristik dengan kuat tarik-lentur beton dapat
didekati dengan rumus berikut :
fcf = K (fc’)0,50 dalam MPa atau fcf = 3,13 K (fc’)0,50 dalam kg/cm2
dengan:
fc’ : kuat tekan beton karakteristik 28 hari (kg/cm2)
fcf : kuat tarik lentur beton 28 hari (kg/cm2)
K : konstanta, 0,7 untuk agregat tidak dipecah dan 0,75 untuk agregat
pecah.
Kuat tarik lentur dapat juga ditentukan dari hasil uji kuat tarik belah beton yang
dilakukan menurut SNI 03-2491-1991 sebagai berikut :
Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel-fibre) untuk meningkatkan kuat
tarik lenturnya dan mengendalikan retak pada pelat khususnya untuk bentuk
tidak lazim. Serat baja dapat digunakan pada campuran beton, untuk jalan plaza
tol, putaran dan perhentian bus. Panjang serat baja Akhir 15 mm dan 50 mm
yang bagian ujungnya melebar sebagai angker dan/atau sekrup penguat untuk
meningkatkan ikatan. Secara tipikal serat dengan panjang Akhir 15 dan 50 mm
dapat ditambahkan ke dalam adukan beton, masing-masing sebanyak 75 dan 45
kg/m³. Semen yang akan digunakan untuk pekerjaan beton harus dipilih dan
sesuai dengan lingkungan dimana perkerasan akan dilaksanakan.
Gambar 2.15. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu Gambar 2.14. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu
Lintas Dalam Kota, Tanpa Ruji, FKB = 1,1 Lintas Dalam Kota, Tanpa Ruji, FKB = 1,2
Gambar 2.16. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu Gambar 2.17. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu
Lintas Dalam Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,1 Lintas Dalam Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,2
Gambar 2.18. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu Gambar 2.19. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu
Lintas Luar Kota, Tanpa Ruji, FKB = 1,1 Lintas Luar Kota, Tanpa Ruji, FKB = 1,2
Gambar 2.20. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu Gambar 2.21. Contoh Grafik Perencanaan, Fcf = 4,25 Mpa, Lalu
Lintas Luar Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,1 Lintas Luar Kota, Dengan Ruji, FKB = 1,2
r1 = R24 / 24 (24/T)2/3
Dimana :
r1 = intensitas curah hujan dalam waktu T jam.
R24 = hujan maksimum dalam 24 jam (mm/hari)
Harga T diperoleh dari rumus yang dibuat oleh Dr. Mononobe sebagai berikut :
Dimana :
V = kecepatan rata-rata aliran (km/jam)
i = kemiringan dasar sungai
L = panjang sungai (km)
T = waktu perambatan banjir (jam).
Q = 1/3.6 .(f.r1.A)
Dimana :
Q = debit rencana (m3/dt)
f = koefisien pengaliran (tabel 2.21.)
r1 = intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas catchment area (km2)
Jembatan Kecil /
Daerah Aliran Sungai (15 2.0
Sedang 20
km2 >CA>0.3 km2) (0.5 untuk box culvert)
Box Culvert
Gambar perencanaan akhir tersebut akan diplot dalam kertas A3 yang selengkapnya
terdiri dari :
1. Umum (General)
• Sampul.
• Lembar Pengesahan.
• Daftar Isi.
• Legenda, symbol dan singkatan.
• Peta Lokasi Pekerjaan.
• Peta Sumber Material.
• Rekapitulasi Daftar Kuantitas.
• Daftar Bangunan Pelengkap.
• Stripmap dan Penanganan
• Tipikal potongan melintang
2. Tata Letak Skala 1 : 2000
3. Situasi dan Potongan Memanjang.
• Skala horizontal 1:1000 dan Vertikal 1:100, Maksimum 350 m per lembar
• Dilengkapi dengan detail situasi yang ada, letak dan tanda patok beton, letak dan
ukuran jembatan/gorong-gorong, tanda-tanda lalu lintas, dan lain-lain.
4. Potongan Melintang
• Skala horizontal 1:100 dan Vertikal 1:100
• Untuk kondisi lurus interval dibuat per 50 m dan kondisi tikungan interval dibuat
per 25 m
5. Gambar Standar
• Rambu – Rambu Lalu Lintas
• Marka Jalan
• Patok Kilometer, Patok Pengarah, Rel Pengaman.
• Saluran Samping
• Gorong – Gorong
• Dinding Penahan Tanah
• Diagram super elevasi
Jenis – jenis laporan pekerjaan yang akan diserahkan oleh pihak konsultan perencana
sebagaimana yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Berisikan Latar Belakang, Lokasi Pekerjaan, Metodologi, rencana kerja yang akan
dilaksanakan oleh pihak konsultan perencana.
3. Laporan Bulanan
Adalah laporan kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan oleh pihak konsultan
perencana pada setiap bulannya
5. Laporan Akhir
Adalah laporan Perencanaan Geometrik, Perkerasan Jalan dan Bangunan Pelengkap
Jalan serta dari seluruh kegiatan perencanaan yang telah dilaksanakan oleh
konsultan perencana
6. Gambar Rencana.
Adalah Gambar Teknis Perencanaan yang disusun dalam format kertas A3 dengan
skala yang telah ditetapkan dalam standar Bina Marga.
7. Dokumen Lelang.
Adalah dokumen Lelang untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang meliputi
Instruksi kepada peserta lelang, Bentuk Informasi dan Kualifikasi, Syarat-Syarat
Kontrak, Data Kontrak, Spesifikasi Teknis, Gambar Rencana, Bentuk-Bentuk Jaminan,
Daftar Kuantitas.
BAB - 3
TINJAUAN SISTEM TRANSPORTASI
2.1 Umum
dengan tempat lainnya1. Sedangkan menurut Pasal 1 (4) UU No. 38 tahun 2004, adalah :
…..Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/ atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel….
Jalan yang dimaksud pada Pasal 1 (4) di atas, diperluas lagi menjadi dua, yaitu
jalan umum (public facility) jalan khusus (private facility). Jalan yang disebut pertama
diadakan oleh pemerintah sebagai prasarana fungsi sosial dan menjadi bagian dari public
services. Sementara jalan kedua biasanya diadakan oleh instansi swasta, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Lebih lanjut Pasal 1 ayat (12), (13) dan (14), menambahkan sebagai berikut :
(12) Pembangunan jalan adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran,
perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan
pemeliharaan jalan;
(13) Pengawasan jalan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib
pengaturan, pembinaan, dan pembangunan jalan;
(14) Penyelenggara jalan adalah pihak yang melakukan pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan jalan sesuai dengan kewenangannya;
Sistem Pergerakan
DLLAJ, Organda,
Polantas dan Masyarakat
Gambar 1.1 :
Skema Keterkaitan Sistem Kelembagaan
Sumber : Modified dari Tamin (2000:28)
di atas.
X =VxT
Dimana :
Perencanaan Teknis Jalan Kota Weda 2 86
Laporan Akhir TINJAUAN SISTEM TRANSPORTASI
Ibu Kota Kabupaten Halmahera Tengah ini memiliki Posisi yang sangat strategis
karena berada di pusat kabupaten.
BAB - 4
KONDISI EKSISTING
Kondisi eksisting jalan pada lokasi rencana jalan yang akan direncanakan
desainnya adalah jalan dalam Kota yang mempunyai lebar eksisting adalah 8 x 2
m dengan median berada di tengah as jalan. Kondisi surface jalan untuk
Perencanaan Teknis Jalan Kota Weda 2 adalah Lapisan Hotmix jalan yang terdiri
atas lapisan Hot Roll Sheet - Wearing Course (HRS – WC). Asumsi HRS-WC di
lapisan surface diambil karena dari observasi agregatnya keliatan kasar pada
lapisan surface dan berwarna hitam agak pucat yang menandakan nilai kadar
aspal. Dasar ini dijadikan oleh perencana untuk mendesain jalan dengan surface
HRS-WC mengingat jalan disini tergolong jalan kolektor.
Pada segmen jalan tertentu di ruas jalan tertentu terdapat retak jalan dan
lubang yang harus dipatching atau ditambal sulam aspalnya dan diperbaiki
lapisan agregatnya. Dititik lain dari ruas jalan yang lain, di musim hujan terjadi
genangan air setinggi 20 cm – 40 cm. ditambah drainase yang buruk, semakin
memperparah spot genangan air. Ruas jalan dengan kondisi genangan air ini
dapat di jumpai di ruas jalan Yos Sudarso. Dimana STA awal jalan berada di
pelabuhan dan STA akhirnya berakhir di depan gereja.
Kemudian di dekat STA terakhir ruas jalan ini sekitar 200 m dari gereja terdapat
kerusakan jalan yang sangat parah yang mempunyai luasan lubang yang sangat
besar. Kondisi kerusakan jalan ini disebabkan oleh aliran air di badan jalan tak
bisa di salurkan ke saluran karena posisi bahu jalan yang lebih tinggi dari badan
jalan. Ditambah lagi saluran drainase yang berada jauh dari badan jalan. Air
yang terkurung di badan jalan lama, membongkar pori jalan yang berada di
bawahnya lama-kelamaan retak jalan yang terjadi perlahan seiring waktu
membuat lubang yang semakin membesar.
Di Ruas Jalan lain, seperti di Ruas Jalan R.A Kartini membutuhkan penanganan
lapis tambah (overlay). Lapis tambah jalan diperlukan untuk menambah lapisan
permukaan HRS-WC yang sudah aus dan mengalami lendutan akibat dari beban
kendaraan secara periodik dalam waktu yang lama. Lapis tambah (overlay)
secara teknis akan menambah kekuatan struktur jalan dan menambah umur
rencana jalan.
Dan pada persimpangan jalan R.A Kartini yang menuju jalan pagelesang
terdapat spot-spot jalan rusak yang perlu diperbaiki.
Acuan elevasi Jalan akan mengacu pada elevasi jalan existing disamping beberapa
faktor lainnya, sehingga diupayakan kemiringan lantai Jalan dengan jalan pendekat
tidak terlalu curam. Kondisi lahan di sekitar lokasi perencanaan yaitu pada umumnya
BAB - 5
PERENCANAAN GEOMETRI DAN PERKERASAN JALAN
Jari-jari minimum
tanpa lengkung 2500 1500 900 500 350 250 130 60
peralihan (m)
Jari-jari minimum
5000 2000 1250 700 - - - -
tanpa superelevasi (m)
Sumber : Tata Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, departemen PU, Ditjen
Superelevasi,e (%)
VR
2 4 6 8 10
(Km/Jam)
Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 100 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 110 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 - -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 - -
Juga putaran kendaraan pada suatu jalur pada suatu tikungan lebih besar
daripada putaran kendaraan pada jalan yang lurus.
BAB - 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Dari hasil perencanaan Teknis Jalan Kota Weda 2 , disimpulkan pada ruas jalan
tersebut yakni :
- Pada ruas Jalan tersebut lapisan permukaan jalan sudah melewati masa
pemeliharaan jalan.
- Terdapat retak-retak dan spot lubang pada ruas jalan tersebut
- Pada saat hujan terjadi genangan air yang parah pada ruas jalan
- Sistem Drainase Jalan belum maksimal dan memadai.
7.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat kami sampaikan berkenaan Perencanaan Teknis Jalan
Kota Weda 2 yaitu:
1. Direncanakan Lapis tambah jalan (overlay) pada semua ruas jalan tersebut
untuk overlay.
2. Peninggian elevasi jalan pada spot jalan yang terjadi genangan air saat
hujan.
3. Pekerjaan patching jalan pada kerusakan jalan ringan dan patching serta
perbaikan struktur lapisan agregat pada kerusakan jalan berat.