Anda di halaman 1dari 9

INTERNALISASI NILAI-NILAI MODERASI AGAMA

PADA GENERASI MILENIAL


Royani
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Gmail:royanipascasarjana@gmail.com

Abstraks
Sekelompok anak muda yang lahir di awal tahun 1980 hingga awal tahun 2000 itulah yang
kita kenal sebagai generasi Y atau generasi millenial, generasi millenial ini yang mempunyai
beberapa keistimewan seperti optimis, semangat, keterbukaan dan selalu mempertimbangkan
tercapainya tujuan. Disamping itu juga generasi ini sangat akrab dengan teknologi hingga
punya dunia yang tidak pernah dialamai orang generasi sebelumnya. Mereka berkomunikasi
dengan yang lainnya dengan fasilitas internet dan menggakses berbagai hal dengan mudah.
Namun segala keistimewaan dan kemudahan itu akan berumah menjadi malapetaka bagi
bangsa ini disaat dasar pengetahuan, berbangsa, bernegara dan beragama kurang kokoh.
Berita hoks, kebencian, kekerasan, intoleransi, radikalisasi akan menjauhkan dari kehidupan
rukun, adil dan damai. Dari sinilah pentingnya penguatan nilai-nilai moderasi agama untuk
dijadikan acuan, gaya hidup sehingga terekspresi dalam sikap dan prilaku yang seimbang,
rukun dan damai (adil,seimbang, damai). Upaya membangun generasi milenial
berkesadaran nilai-nilai moderasi ini harus melibatkan semua orang dan semua Lembaga
terutama Lembaga Pendidikan, bahkan upaya mencegah potensi radikalisasi dan penanaman
nilai-nilai kerukunan dan kedamaian harus dilakukan sedini mungkin di setiap level
Pendidikan di indonesi demi terciptanya masyarakat yang rukun dan damai, saling
menghormati.

Kata kunci: Internalisasi, Moderasi, Generasi Milenial

A. PENDAHULUAN

Moderasi agama menjadi faktor penting terwujudnya kehidupan keagaman yang harmoni,
rukun, damai, serta keseimbangan1 baik dalam kehidupan keagamaan yang dijalankan oleh
setiap pribadi, kelompok masyarakat, setiap generasi maupun zaman. Selain itu juga sebagai
faktor terjaganya kebebasan menjalankan kehidupan beragama, menghargai perbedaan
pandangan dan keragamaman tafsir serta tidak terjebak pada intoleransi, ekstremisme dan

1
Kulon Progo, “Moderasi Beragama Memperkuat Kerukunan Umat Beragama Di Kabuapten Kulon Progo,”
https://kesbangpol.kulonprogokab.go.id/detil/615/moderasi-beragama-memperkuat-kerukunan-umat-
beragama-di-kabuapten-kulon-progo/, 30 September 2022.
kekerasan atas nama agama2 terutama dalam kehidupan keagamaan yang dijalankan oleh
generasi milenial3.

Kelahiran generasi milenial semestinya menjadi pendukung lahirnya kedamaian 4


keharmonisan, kerukunan serta keseimbangan. Sehingga generasi milenial menjadi role
model terciptanya moderasai beragama, generasi yang mampu mengimplementasikan
komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan akomodatif terhadap budaya lokal5.

Generasi milenial merupakan generasi rentan terpapar radikalisme6 terutama melalui media
social. Generasi ini menjadi sasaran empuk bagi penyebar paham-paham ekstrem, liberal,
serta intoleran7. Paham ekstrem ini memiliki akar yang kuat sehingga Gerakan moderasi
kalah cepat, menarik dikalangan generasi milenial.8
Gerakan massif yang dilakukan kaum ekstrem terhadap generasi rentan (milenial) dilakukan
di berbagai kesempatan, didunia kampus; dimulai dari mahasiswa baru dengan menawarkan
bantuan atau berbagai kemudahan, mencari tempat kos, kelompok diskusi,
merekomendasikan dan meminnjamkan buku-buku mengusung ide-ide jihad, radikal dan
lain-lain.

Generasi milenial yang tentunya mempunyai problem yang kompleks, dengan ciri-ciri lain
diantaranya penuh ambisi, cita-cita, dan tujuan. Disamping itu ada aspek yang kurang
terperhatikan pada generasi milenial; spiritual, intelektual, emosional, sosial, finansial
maupun seksual yang itu semua merupakan pondasi penopang bagi aspek lainnya dalam
kehidupan generasi milenial. Disamping itu juga generasi milenial mempunyai dunia yang
luas mampu berinteraksi dan bisa mengakses apapun lewat internet9, apalagi didukung oleh
2
Kemenag, “ Kenapa Harus Moderasi Beragama?”, https://kemenag.go.id/read/kenapa-harus-moderasi-
beragama-yko6k/, 18 Desember 2020.
3
Inayatillah, “Moderasi Beragama di Kalangan Milenial Peluang, Tantangan, Kompleksitas dan Tawaran Solusi”,
Jurnal TAZKIR, 1 Juni 2021
4
Arief Rahman, “Moderasi Beragama: implementasi Refleksi Generasi milenial yang Bijaksana”, Jurnal Fakultas
Ilmu keIslaman, 1 Februari 2022.
5
Inayatillah, “Moderasi Beragama di Kalangan Milenial Peluang, Tantangan, Kompleksitas dan Tawaran Solusi”,
Jurnal TAZKIR, 1 Juni 2021
6
Nanda Fanindy, “Pergeseran Literasi pada Generasi Milenial Akibat Penyebaran Radikalisme di Media Sosial”,
Jurnal Millah, 2(2021).
7
Habibur Rohman, Upaya Membentuk Sikap Moderasi Beragama Mahasiswadi UPT Ma’had Al-Jami’ah UIN
Raden Intan Lampung. Undergraduate thesis, 2021
8
Inayatillah, “Moderasi Beragama di Kalangan Milenial Peluang, Tantangan, Kompleksitas dan Tawaran Solusi”,
Jurnal TAZKIR, 1 Juni 2021
9
Nanda Fanindy, “Pergeseran Literasi pada Generasi Milenial Akibat Penyebaran Radikalisme di Media Sosial”,
Jurnal Millah, 2(2021).
kenyataan baik wacana politik, ekonomi, agama beralih dari wacana yang di tuangkan di
buku-buku kini bisa diakses lewat internet. Salah satu bukti yang pernah terpapar konten
intoleransi dan radikalisme pada generasi milenial, Khaira Dhania 10, melalui media sosial,
Facebook.

Kajian dan pelaksanaan program moderasi yang diluncurkan tahun 2019 yang dilakukan
dengan cara-cara birokratis konvensional seperti pencanangan, pelatihan, seminar, pengajian,
seminar dan diskusi tidak cukup menarik bagi generasi milenial11 bahkan isu moderasi
menjadi salahsatu isu strategis dengan ditetapkanya peraturan presiden nomor 18 Tahun 2020
tentang rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024.12

Generasi milenial yang dalam kehidupannya memiliki dinamika dan kompleksitas yang
tinggi dan dihadapkan pada kenyataan dimana dunia milenial jauh lebih luas dari dunia yang
pernah dimasuki oleh generasi tua, hal ini mengindikasikan kerawanan generasi ini apalagi
kalau diposisikan pasif dalam pemahaman moderasi agama, keterlimpahan informasi yang
dimiliki generasi milenial yang apabila tidak dikawal akan menimbulkan dampak yang serius.

Dalam hal ini penulis hendak menyuguhkan penyegaran moderasi agama dimana senantiasa
harus terus menerus di segarkan hingga berdampak pada Gerakan moderasi agama itu sendiri
maupun berdampak pada minat dan pemahaman pada generasi milenial.

B. Hasil dan PEMBAHASAN


1. Moderasi Agama: Prinsip dan Indikator
Moderasi dalam Bahasa Latin moderatio berarti “tidak berkelebihan dan tidak
berkekurangan”, mengadung arti proporsional, cukup, dan memenuhi standar. Dalam bahasa
Inggris kata moderasi merupakan terjemahan dari “moderation” yang mengandung arti “sikap
sedang, sikap tidak berlebih_lebihan”. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
mengartikan kata “moderasi” sebagai “pengurangan kekerasan atau penghindaran
keekstreman”. Makna kata “moderasi” ini semakna dengan kata “moderat”, yang yang

10
BBC News, “Gadis yang Bujuk Keluarganya Hijrah ke Suriah,” https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
43848676, 29 mei 2018.
11
Dede Syarif, “Generasi Milenial dan Moderasi Beragama” Jurnal JISPO (2021).
12
Inayatillah, “Moderasi Beragama di Kalangan Milenial Peluang, Tantangan, Kompleksitas dan
Tawaran Solusi”, Jurnal TAZKIR, 1 Juni 2021
mengandung arti “selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem;
berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah”.

Moderasi dikaitkan dengan agama merupakan konsistensi ekspresi keyakinan individu atau
kelompok tertentu didasarkan pada nilai-nilai keseimbangan dalam memahami dan mengakui
individu maupun kelompok yang berbeda. Ekspresi moderasi beragama ini mewujud sebagai
sikap toleran, menghormati keragaman pendapat, menghargai kemajemukan, dan tidak
melakukan kekerasan atas nama paham keagamaan untuk memaksakan kehendak13.

Moderasi beragama dalam konteks islam sepadan dengan konsep wasath atau wasathiyyah.
Dalam kajian Bahasa Arab kata wasath mengarah pada makna adil, utama, pilihan atau
terbaik, dan seimbang antara dua posisi yang berseberangan. Kata wasath mengandung
pengertian al-mutawassith baina al-mutakhasimaini berarti penengah di antara dua orang
yang sedang berselisih14.

Moderasi atau wasathiyah merupakan karakter dasar islam dalam membangun pemahaman
keislaman yang tidah bersifat berlebih-lebihan (al-ghuluw) dalam menerapkan ajaran Islam.
Larangan untuk tidak bersikap berlebih-lebihan (ekstrem) ini bisa dipahami dalam Al-Quran
Surat an-Nisa [4]: 171

ِ ِ ُ ‫ب اَل َت ْغلُ ۟وا ىِف ِدينِ ُكم واَل َت ُقولُ ۟وا علَى ٱللَّ ِه ِإاَّل ٱحْل َّق ۚ ِإمَّنَا ٱلْم ِس يح ِعيس ى ٱبن م ر رس‬
َ‫ول ٱللَّه َوَكل َمتُهۥُٓ َألْ َق ٰى َه ٓا ِإىَل ٰ َم ْرمَي‬ ُ َ َ‫َ ُ َ ْ ُ َ ْمَي‬ َ َ ِ َ‫ٰيَٓ َْأه ل ٱلْ ِك ٰت‬
َْ َ
‫ت‬ِ ‫ٱلس ٰم ٰو‬ ‫ٱنت ُه ۟وا َخْي را لَّ ُكم ۚ ِإمَّنَا ٱللَّهُ ِإٰلَهٌ ٰو ِح ٌد ۖ س ْب َٰحنَهۥُٓ َأن يَ ُك و َن لَهۥُ ولَ ٌد ۘ لَّهۥُ َم ا ىِف‬ ۟ ِ ۟
َ ۚ ٌ‫وح ِّمْن هُ ۖ فَـَٔ ِامنُوا بِٱللَّ ِه َوُر ُس ل ِهۦ ۖ َواَل َت ُقولُوا َث ٰلَثَة‬
ٌ ‫َوُر‬
َ َ َّ َ ُ َ ْ ً
‫ض ۗ َوَك َف ٰى بِٱللَّ ِه َوكِياًل‬ ْ ‫َوَما ىِف‬
ِ ‫ٱَأْلر‬

“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam
itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya
kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan
itu). (Itu) lebih baik bagimu Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah
13
Pokja IMA, Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, 24.
14
Ali Muhammad Ash-Salibi, al-Wasatiyyah fî al-Qur’an, cet. ke-1, Kairo: Maktabat at
Tabi’iin, 1422/2001
dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah
Allah menjadi Pemelihara”.

Begitu juga al-quran menunjukan pentingnya nilai-nilai moderasi yaitu Surat Al-Baqarah
Ayat 143

‫نت َعلَْي َهٓا ِإاَّل‬ ِ


َ ‫ول َعلَْي ُك ْم َش ِه ًيدا ۗ َوَما َج َع ْلنَا ٱلْقْبلَةَ ٱلَّىِت ُك‬ ِ ‫ك َج َع ْل ٰنَ ُك ْم َُّأمةً َو َسطًا لِّتَ ُكونُ ۟وا ُش َه َدٓاءَ َعلَى ٱلن‬
ُ ‫َّاس َويَ ُكو َن ٱ َّلر ُس‬ ِ
َ ‫َوَك َٰذل‬

َ‫يع ِإميَٰنَ ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱللَّه‬


ِ ِ ِ َّ ‫ول مِم َّن ين َقلِب َعلَ ٰى َع ِقبْي ِه ۚ وِإن َكانَ ْ ِ ِإ‬ ِ ِ
َ ‫ين َه َدى ٱللَّهُ ۗ َوَما َكا َن ٱللَّهُ ليُض‬
َ ‫ت لَ َكب َريًة اَّل َعلَى ٱلذ‬ َ َ ُ َ َ ‫لَن ْعلَ َم َمن َيتَّب ُع ٱ َّلر ُس‬
ِ ٌ ‫َّاس لَرء‬ ِ
‫يم‬
ٌ ‫وف َّرح‬ُ َ ِ ‫ب ٱلن‬

Artinya: Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat,
kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-
nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.

Dalam moderasi terdapat tiga pilar penting menurut Quraish Shihab15, yaitu prinsip keadilan,
keseimbangan, dan toleransi. Pertama, Prinsip keadilan yang lebih dikenal dengan istilah
i’tidāl yang memiliki arti lurus dan tegas, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional. Kedua, prinsip
keseimbangan (tawāzun), yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang yang
meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrowi, tegas dalam menyatakan
prinsip yang dapat membedakan antara inhirāf (penyimpanan), dan ikhtilāf (perbedaan).
Ketiga, prinsip toleransi (tasāmuh). Tasāmuh memiliki makna kemurahan hati, pengampunan,
kemudahan, dan perdamaian. sedangkan Secara etimologi tasāmuh adalah menoleransi atau
menerima perkara secara ringan. Sedangkan secara terminologi, tasāmuh berarti menoleransi
atau menerima perbedaan dengan ringan hati.

15
Ali muhtarom, “Moderasi Beragama; konsep, nilai dan pengembangannya di Pesantren”,hal 40
2. Generasi milenial

Generari milenial menurut Harroviz 2012 adalah sekelompok anak-anak muda yang lahir
pada rentan waktu 1980-2000 an dan salahsatu ciri dari generasi ini akab dan nyaman dengan
keberagaman, teknologi, dan komunikasi online untuk komunikasi satu sama lainnya 16.
Generasi ini Menurut Choietal generasi yang lebih fleksibel mengenai hal-hal yang baru dan
segala kemungkinan yang mungkin terjadi, sehingga sering digambarkan sebagai generasi
yang sangat nyaman dengan perubahan.

Beberapa karakteristik yang muncul dari generasi milenial ini setidaknya Lancester & Still
membaginya pada tiga karakteristik yaitu Attitude; pandangan realistis terhadap kejadian
yang terjadi dalam kehidupan. Overview; menghargai perbedaan, memilih bekerja dan
pragmatis. Work habits; optimis, fokus, percaya diri, komitmen dan menghargai keragaman.

3. Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Agama pada Generasi Milenial

Internalisasi Nilai-nilai moderasi yang mengandung makna seimbang, tidak berlebih-lebihan,


tidak memaksakan kendak dengan menggunakan paham keagamaan dengan cara kekerasan
sangat penting untuk diwujudkan demi terciptanya kehidupan yang harmonis dan aman dari
segala bentuk ancaman. Harmonis berarti terciptanya kehidupan dimana lingkungan dan
masyarakat merasa aman, nyaman dan damai dan bebas dari segala ancaman.

Generasi milenial yang mempunyai label agent social of change menempatkan posisinya
pada posisi yang penting dan padanya lah diharapkan sebagai penerus bangsa dalam rangka
menciptakan kehidupan yang harmonis, rukun, damai dan bebas dari ancaman. Begitu juga
kekhawatiran yang mungkin terjadi apabila generasi milenial memposisikan kehidupan yang
seimbang, harmonis dan rukun damai bukan merupakan tujuan utamanya.

Dasar Ilmu pengetahuan, wawasan kebangsaan dan keagamaan yang belum cukup kuat pada
generasi milenial diposisikan oleh para analis sebagai faktor mudahnya generasi milenial
terpapar paham radikal. Didukukung oleh kenyataan generasi ini adalah generasi yang sangat

16
Riska Andi, “Aktualisasi nilai-Nilai Pancasila dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara Di era Generasi
Milenial”, Jurnal gema Keadilan,9(2022)
akrab dan nyaman dengan dunia tekhnologi. Kenyataan ini pula internalisasi moderasi
menemukan peluang emasnya sehingga diharapkan moderasi ini dijadikan sebagai gaya
hidup, acuan bagi generasi milenial. Maka upaya bagaimana memahami, menerapkan dan
mengamalkan nilai-nilai moderasi ini harus terus menerus digaungkan hingga pada akhirnya
dijadikan landasan dan pondasi pergaulan pada generasi milenial. Setidaknya menurut
A.Tafsir17 initernalisasi ini tercapainya tiga tujuan; agar mengetahui, agar melaksanakan, agar
seperti yang ia ketahui.

Upaya menjadi bangsa yang damai dan mendamaikan harus diupayakan dari berbagai lapisan
masyarakat, keluarga teman sebaya, bahkan yang paling penting melalui pendekatan edukatif
yang diterapkan oleh Lembaga Pendidikan, dari penetapan kurikulum dan penciptaan
lingkungan yang damai berperan menghentikan segala bentuk kekerasan yang
mengatasnamakan agama.

Jaminan terciptanya kerukunan dan kedamaian selain moderasi dijadikan gaya hidup dan
kultur tentunya juga sangat berpengaruh peran masyarakat, para tokoh dan para tokoh agama
yang senntiasa memberikan rasa aman, damai dan rukun ditengah masyarakat yang beragam
sekalipun berbeda keyakinan. Sebaliknya, ketegangan sosial bahkan terjadi konflik apabila
saling curiga antar masyarakat apalagi antar agama. Hal ini lah yang tentunya kita sadari
sebagai umat beragama bahwa hakikat manusia hidup sangat menginginkan kehidupan yang
rukun dan damai baik dilingkungan sekitar maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Demikianlah dibalik kemajemukan, keraragam bangsa Indonesia penting untuk menerapkan


gaya hidup moderasi demi menjaga keutuhan persaudaraan antar sesama pemeluk agama
serta persatuan bangsa. Terutama dikalangan millennial yang menjadi harapan, penerus
bangsa. Maka pemahaman moderasi beragama dikalangan generasi millenial terus menerus
harus di gaungkan dalam rangka menciptakan kondisi kehidupan yang moderat yang
diharapkan mampu membawa perubahan dan dampak luar biasa terhadap kehidupan ditengah
masyarakat yang plural di negara Indonesia. Dengan demikian ummatan wasathan yang cinta
damai bukan hanya mimpi belaka.

17
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam dalam Persfektif Islam (Bandung: Remaja
Rosda karya Offset, 2004), cet. IV, hal. 229.
C. KESIMPULAN

Internalisasi nilai-nilai moderasi agama dalam kehidupan terutama pada kehidupan generasi
millenial setidaknya terekspresi dalam sikap dan prilaku yang konsisten dalam mengamalkan
ajaran agama sendiri dengan sikap keagamaan yang seimbang dan toleran.

Kompleksitas kehidupan dunia millennial dari mulai peluang dan tantangannya hendaknya
menjadi fokus bersama untuk sama sama saling mengingatkan sebagai bentuk ikhtiar dalam
membangun kehidupan yang harmoni, rukun dan tanpa kekerasan. Setiap kita dituntut untuk
terbuka dan saling memberikan manfaat bagi sesama sebagai manusia yang paling sempurna.
Begitu juga setiap kita berkewajiban meminimalisir potensi yang bisa memadaratkan,
timbulnya kekacauan, perpecahan dalam kehidupan baik individu, kelompok, berbangsa
bernaegara dan beragama.

Membangun kesadaran moderasi agama menjadi tugas bersama terhadap generasi millennial
demi terbentuknya generasi yang sehat, damai tanpa kekerasan yang akan membawa
kehidupan beragama, maupun berbangsa pada kondisi yang selamat adil, Makmur dan
sejahtera. Generasi yang moderat akan membawa kehidupan pada kerukunan dan kedamaian
selayaknya kita sama-sama mengamalkan, menerapkan dan mengajarkan kehidupan yang
rukun, damai anti kekerasan.

Ekspresi kesadaran moderasi pada generasi muda harus mewujud dalam lingkungan agama
dan lingkungan beragama, lingkungan yang rukun, damai antar pemeluk agama sehingga
terjadinya kemashlahatan dimuka bumi terkhusu di muka bumi Indonesia yang kita cintai.

Demikian yang bisa penulis sampaikan atas analis terhadap data data yang masih terbatas dan
cara membaca yang kurang tajam. tanpa dijadikan sebagai kelemahan penulis, penulis
berharap kedepannya mampu menganalis data dan menuangkan dengan lebih baik. Amin.

Daftar Pustaka
Kulon Progo, “Moderasi Beragama Memperkuat Kerukunan Umat Beragama Di
Kabuapten Kulon Progo,” https://kesbangpol.kulonprogokab.go.id/detil/615/moderasi-
beragama-memperkuat-kerukunan-umat-beragama-di-kabuapten-kulon-progo/,
30September 2022.
Kemenag, “Kenapa Harus Moderasi Beragama?”,
https://kemenag.go.id/read/kenapa-harus-moderasi-beragama-yko6k/, 18 Desember 2020.
Inayatillah, “Moderasi Beragama di Kalangan Milenial Peluang, Tantangan,
Kompleksitas dan Tawaran Solusi”, Jurnal TAZKIR, 1 Juni 2021
Arief Rahman, “Moderasi Beragama: implementasi Refleksi Generasi milenial
yang Bijaksana”, Jurnal Fakultas Ilmu keIslaman, 1 Februari 2022.
Nanda Fanindy, “Pergeseran Literasi pada Generasi Milenial Akibat Penyebaran
Radikalisme di Media Sosial”, Jurnal Millah, 2(2021).
Habibur Rohman, Upaya Membentuk Sikap Moderasi Beragama Mahasiswadi
UPT Ma’had Al-Jami’ah UIN Raden Intan Lampung. Undergraduate thesis, 2021
BBC News, “Gadis yang Bujuk Keluarganya Hijrah ke Suriah,”
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43848676, 29 mei 2018.
Dede Syarif, “Generasi Milenial dan Moderasi Beragama” Jurnal JISPO (2021).
Pokja IMA, Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, 24.
Ali Muhammad Ash-Salibi, al-Wasatiyyah fî al-Qur’an, cet. ke-1, Kairo:
Maktabat at Tabi’iin, 1422/2001
Ali muhtarom, “Moderasi Beragama; konsep, nilai dan pengembangannya di
Pesantren”, Yayasan talibuana Nusantara, Jakarta 2020
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam dalam Persfektif Islam (Bandung:
Remaja Rosda karya Offset, 2004), cet. IV.
Riska Andi, “Aktualisasi nilai-Nilai Pancasila dalam kehidupan Berbangsa dan
Bernegara Di era Generasi Milenial”, Jurnal gema Keadilan,9(2022)

Anda mungkin juga menyukai