Anda di halaman 1dari 8

Hari/Tanggal : Jum’at,6 Agustus 2021

RANGKUMAN SBDP TEMA 1 sub tema 2 dan 3

1. Pola Lantai dalam Gerak Tari Daerah


 Pola lantai adalah garis yang dilalui oleh penari saat melakukan gerakan tari.
 Pola lantai bisa dilakukan secara tunggal, berpasangan, atau berkelompok.
 Ada dua garis dasar dalam pola lantai, yaitu garis lurus dan garis lengkung.
 Pola garis lurus terdiri dari pola horizontal, pola vertikal, dan pola diagonal.
Pola garis lurus dan pola garis lengkung mengalami pengembangan.
 Contohnya pola garis lurus berkembang menjadi horizontal, pola diagonal,
pola vertikal, pola zig-zag, pola segi empat, pola segi lima, dan pola segitga.
 Sedangkan pola garis lengkung berkembang menjadi pola lingkaran, pola
lengkung, dan pola angka delapan (8).
Pola lantai merupakan sebuah aturan yang diperuntukkan para penari, mengatur cara
berpindah tempat, bergerak, melangkah atau bergeser.
2. Tujuan utama dari pola lantai adalah untuk penataan serta penguasaan panggung
agar terlihat lebih menarik ketika ditampilkan.
Selain itu, pola lantai juga memiliki tujuan lainnya, yakni:
 Agar antar penari tidak saling bertabrakan saat sedang menari.
 Pembeda antar gerakan tari yang satu dengan lainnya.
 Membuat tarian lebih menarik untuk dilihat penonton.
 Membuat semua penari dapat dlihat jelas oleh para pentonton saat sedang
tampil.
 Untuk mempermudah penari dalam menguasai panggung.
Pola lantai dalam seni tari lebih dikenal sebagai teknik blocking. Karena memang
tujuan utama dari pola lantai adalah untuk mengatur pemain saat berada di panggung.
3. Teknik blocking atau pola lantai memiliki beberapa fungsi.diantaranya:
 Untuk menata gerakan penari saat melakukan tarian.
 Untuk membuat penari terlihat kompak dan tidak ada gerakan yang salah.
 Untuk membuat struktur penari saat penampilan tari.
 Untuk memberikan daya tarik tertentu kepada penonton saat melihat
pertunjukan.

4. Macam-Macam Pola Lantai Tari Kreasi Daerah


Pola lantai dalam tarian banyak menggunakan unsur ruang. Jika digambarkan, pola
tersebut dapat berupa lintasan garis diagonal, vertikal, horizontal dinamis di lantai.
Dalam buku Tari Tradisi Melayu, Eksistensi dan Revitalisasi Seni (2016) karya Muhdi
Kurnia, pola lantai dibuat untuk memperindah pertunjukan karya tari.
Sehingga pembuatan pola lantai harus memperhatikan beberapa hal, seperti variasi
bentuk pola lantai, makna pola lantai, jumlah penari, ruangan, atau tempat pertunjukan
dan gerak tari.
Macam-macam pola lantai tari kreasi daerah Terdapat beberapa macam pola
lantai, di antaranya:
 Pola lantai garis lurus (vertikal dan horizontal) . Pola lantai garis lurus sering
dijumpai pada pertunjukan tari tradisi di Indonesia.
 Tari Saman dari Aceh menggunakan pola lantai garis lurus secara
horizontal yang menunjukkan hubungan antarmanusia. Garis lurus dalam
bentuk vertikal atau ke atas menunjukkan hubungan dengan Tuhan
sebagai pencipta. Pada tari Saman, iringan menggunakan pujian terhadap
Sang pencipta bernapaskan keagamaan.
 Tarian Bedaya di Keraton Jawa. Garis-garis lurus yang dibuat oleh penari
menyimbolkan tidak hanya hubungan antarmanusia, tetapi juga dengan
Sang Pencipta.
 Tari Baris Gede di Bali. Garis-garis lurus dapat juga dimaknai memiliki
sikap jujur.
Pola lantai garis lurus dapat dilakukan dengan berbagai level rendah, seperti
berbaring atau duduk. Pada level sedang, pola lantai garis lurus dapat dilakukan
dengan berlutut atau jongkok. Pola lantai level tinggi dapat dilakukan dengan
berdiri, jinjit, atau melompat dan melayang. Pola lantai garis lurus dapat
dilakukan pada jenis penyajian tari berpasangan atau kelompok.

 Pola lantai garis lengkung Pola lantai garis lengkung di mana penari membentuk
garis melingkar, lengkung ular, dan pola lantai angka delapan.
Jenis tarian yang biasa menggunakan pola lantai ini adalah tari rakyat dan tari
tradisional.
 Pola lantai garis lengkung terdapat pada tari Kecak di Bali yang
membentuk sebuah lingkaran.
 Tari Rejang Dewa dari Bali juga menggunakan pola garis lengkung.
 Pola lantai garis lengkung juga terdapat pada tari Randai dari
Minangkabau, di mana penari berjalan mengelilingi pentas membentuk
lingkaran.
 Di daerah Flores dapat dijumpai tari dengan menggunakan garis
lengkung, yaitu tari Gawi. Pola lantai dengan garis lurus dan lengkung
biasanya tarian yang berhubungan dengan hal magis atau keagamaan.
Pola lantai pada tari kerakyatan biasanya menggunakan campiran kedua pola
lantai.

 Pola lantai diagonal Pola lantai diagonal adalah penari membentuk garis
menyudut ke kanan atau ke kiri. Maksudnya mengarah serong ke kanan atau kiri
dari area depan panggung. Contoh tari yang sering menggunakan pola ini, yaitu
tari Sekapur Sirih dari Jambi dan Tari Pendet dari Bali.
5. Ragam Gerak Dasar Tari
 Ngrayung
Ngrayung atau ngruji adalah gerak tangan yang berupa keepat jari berdiri.
Kemudian ibu jari menempel masuk ke dalam.
 Ngithing
Ngithing atau nyekithing adalah gerak tangan saat jari tengan menempel dengan
ibu jari membentuk lingkaran. Sedangkan jari-jari yang lain membentuk setengah
lingkaran.
 Nyempurit
Gerak ini adalah saat jari telunjuk menyatu dengan ibu jari membentuk lingkaran
dan jari lain membentuk setengah lingkaran.
 Boyo Mangap
Gerakan ini adalah saat posisi ibu jari ditekuk dan membentuk seperti mulut
buaya yang terbuka.
 Ngepel
Gerak ini dilakukan dengan cara mengepal jari-jari, tapi jari kelingking dan ibu jari
agak naik sedikit seperti terbuka.
 Ukel
Memutar pergelangan tangan dan posisi jari seperti gerakan ngithing.
 Ulap-Ulap
Posisi jari lurus dengan alis, seperti hormat.
6. Properti Tari dan Maknanya
Properti tari adalah alat yang digunakan sebagai media pementasan tari.
Selain menjadi ciri khas tarian, properti tari juga memiliki fungsi untuk
menggambarkan makna dan cerita yang ada pada tarian.
salah satu contohnya pada Tari Bondan dari Jawa Tengah yang menggunakan
boneka bayi, payung, kendi, dan selendang. sebagai properti
Boneka bayi bertujuan untuk menggambarkan sifat keibuan dari sang penari.
Lalu payung digunakan oleh penari sebagai pendukung gerakan dan juga
menggambarkan bagaimana ibu melindung anaknya dari bahaya.
Jadi, inti dari Tari Bondan adalah kasih sayang ibu terhadap anaknya.

7. Unsur Pendukung Pergelaran Tari


Unsur pendukung adalah sarana yang sangat berpengaruh banyak terhadap
kesuksesan dan keberhasilan dalam pencapaian tujuan pada suatu pagelaran.
Unsur-unsur pendukung dalam pergelaran tari adalah tempat dan hal-hal yang
digunakan dalam pagelaran, yaitu:
 Iringan
 Tata rias
 Tata busana Panggung
 Tata lampu Dekorasi Pentas
 Sound system Dan lain-lain
a. Iringan
Jenis iringan ada dua yaitu iringan hidup (iringan langsung) dan iringan rekaman.
Iringan hidup memberikan gairah dan suasana yang hidup kepada sebuah pergelaran
tari karena bisa ada koordinasi pada waktu latihan antara penari dan pengiring tari.
Saat pertunjukan, peralatan musik pengiring tari harus dilektakkan berdekatan dengan
pentas dengan penerangan yang cukup. Kadang peralatan musik diletakkan di atas
pentas, sekaligus menjadi latar belakang tontonan. Tetapi ini bukan keharusan, terlebih
bila ruang pentas tidak cukup luas, sedangkan alat pengiring tari cukup banyak. Iringan
rekaman Iringan rekaman bisa menjadi iringan pergelaran tari sebab lebih murah dan
praktis.
Kelemahan iringan rekaman yaitu kurang memberikan suasana yang hidup, tari dan
musik kadang kurang saling mengisi. Iringan rekaman tidak bisa diubah maka gerakan
tari harus menyesuaikan. Musik rekaman berguna jika tarian membutuhkan efek-efek
suara seperti suara ombak, guruh, suara binatang, dan lainnya yang tidak mungkin
dihadirkan saat tontonan berlangsung.
b. Tata rias
Tata rias busana terdiri dari
 peralatan tata rias
 bahan untuk rias tari beserta fungsi masing-masing.
Pengetahuan tentang peralatan serta kosmetika sangat membantu untuk menciptakan
suatu rias wajah yang baik. Sebaiknya kenali satu persatu kosmetika rias wajah secara
cermat. Hampir setiap kemasan kosmetik terdapat peralatan yang menunjang
pemakainya. Contoh eye shadow (beserta sikat, kuas dan spons), blush on (rouge),
powder brush, dan lainnya.
c. Tata busana
 Tata busana membantu peranan gerak dalam bentuk tari secara utuh seperti tari
Golek dari Yogyakarta, tari Lilin dari Sumatera, dan Tari Pendet dari Bali.
 Kostum atau busana tari harus betul-betul serasi atau harmonis dan cocok
dipakai sehingga tidak mengganggu gerak tarinya.
 Tata busana tidak perlu kelihatan gemerlap tetapi harus memberikan
keleluasaan pada gerakan, membantu keindahan dan ekspresi gerak.
 Busana dan kelengkapannya sangat membantu dan memperjelas karakter dari
tarian. Penonton bisa menebak tari apa yang dipentaskan melalui busana yang
dipakai.
 Tata busana tari bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari tetapi
sebagai pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari.
 Kostum tari mengandung elemen-elemen wujud, garis, warna, kualitas, tekstur
dan dekorasi.
 Kostum tari dapat menampilkan ciri-ciri khas suatu bangsa atau daerah tertentu
dan membantu terbentuknya desain keruangan yang menopang gerakan penari.
 Penataan kostum tari yang berhasil bernilai sama dengan pengaturan tata
lampu, tata pentas atau penyusunan iringan.
 Kostum tari berpengaruh langsung terhadap proyeksi penari dan menjadi bagian
diri si penari.
 Kostum dapat mengubah penampilan seorang penari.
d. Panggung
 Panggung atau staging tumbuh dan berkembang seiring semakin
berkembangnya tontonan dan kemajuan jaman. Di Indonesia setiap tontonan
tradisi biasanya memiliki tempat pergelaran sendiri yang khas.
 Tari-tarian Kraton Jawa pertunjukan di pendopo Keraton (Prabasuyasa). Saat
Wayang Orang lahir di Kraton Yogyakarta, pementasan khusus di Teratak Agung
Bangsal Kencono. Di tempat kediaman para bangsawan, pementasan tari
kemudian diadakan juga di pendapa, yaitu bangunan megah tanpa dinding, yang
terletak selalu di bagian depan rumah dan biasanya sebagai tempat pertemuan.
 Di Surakarta, saat wayang orang berkembang di luar istana, dipentaskan di
panggung prosenium. Pementasan menggunakan latar belakang layar yang
digambar secara realis, dengan gerakan tari Jawa yang serba simbolis. Gerakan
keluar masuk penari dilakukan dari samping kiri dan kanan panggung.
 Di Yogyakarta perkembangan panggung sudah menuju ke arah lain tetapi
sebetulnya tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Latar panggung
menggunakan pendopo, dilakukan secara deskriptif yaitu dengan latar belakang
gambar pemandangan atau gambar istana.
 Di Bali pementasan tari biasa dilakukan di halaman depan pura atau di depan
Candi Bentar, yaitu sebuah puri yang sekaligus menjadi latar belakang yang
menyatu dengan tontonan. Kadang pementasan dilakukan di Bale Wantilan atau
di tempat terbuka yang cukup luas.

Berikut ini jenis-jenis panggung:


 Bentuk arena: tempat pertunjukan sangat sederhana dan memiliki kedekatan
antara pemain dengan penonton.
 Bentuk arena ada bermacam-macam antara lain
1. arena setengah lingkaran,
2. arena melingkar.
3. Bentuk Proscenium: bisa disebut panggung bingkai karena penonton
menyaksikan para penari melalui bingkai atau lengkung proscenium. Bingkai
yang dipasang layar atau gorden ini memisahkan wilayah penari dengan
penonton yang menyaksikan pertunjukan dari satu arah. Dengan pemisahan
ini maka pergantian tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan
penonton.
4. Pendapa: pendapa tempat pentas tradisional adalah ciri khas bangunan
dari Jawa. Ciri khas pendapa ditandai tiang penjaga (saka) yang berjumlah
empat di tengah bangunan. Pendapa biasanya dipakai mementaskan tari
klasik seperti tari Srimpi dan Bedaya.
e. Tata lampu
Di kehidupan tari tradisi, kelengkapan pentas yang tidak diperhatikan adalah tata
lampu. Sebab pementasan dapat dilakukan di bawah cahaya matahari, di bulan
purnama, dengan penerangan lampu-lampu minyak atau lampu petromaks. Di Kraton
pada zaman dahulu, pertunjukan tari dilakukan di bawah penerangan lampu-lampu
kristal yang indah. Penggunaan tata lampu seharusnya membantu pementasan bukan
sebaliknya. Sebuah adegan bagus sebagai klimaks akan sia sia tanpa penerangan
yang memadai. Warna-warni lampu yang digunakan secara serampangan justru dapat
merugikan penonton.
8. Hal-hal yang harus diperhatikan saat pementasan tari
Pementasan adalah kegiatan menampilkan suatu karya seni yang bertujuan untuk
menghibur penonton. Sebelum mementaskan tari,perhatikan hal-hal berikut :
 Gerakan-gerakan dasar tari harus dihafalkan dengan baik
- Semua gerakan yang ditunjukkan saat menari sesuai dengan ketentuan
tarian
- Sikap tubuh yang sesuai dengan tarian yang dibawakan
- Gerakan yang dibawakan sesuai dengan irama
- Gerakan yang dibawakan sesuai dengan tempo tarian,sehigga tarian yang
ditampilkan harmonis
- Ekspresi saat menari sebaiknya menunjukkan penjiwaan yang sesuai dengan
tarian,sehingga pesan dari tarian dapat dipahami oleh penonton
 Kelengkapan tari harus dipersiapkan dengan cermat,[kostum,dan alat lainnya
yang diperlukan untuk menari]
Setelah pementasan tari, penonton akan memberikan apresiasi.
Apresiasi merupakan penilaian terhadap suatu karya.
Dalam karya seni, apresiasi dilakukan dengan mengenali,menilai, dan menghargai
makna atau nilai –nilai yang terkandung dalam karya seni tersebut.

Anda mungkin juga menyukai