Anda di halaman 1dari 4

SELAYANG PANDANG 73 TAHUN

GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA


“Dalam Kesatuan Kita Akan Terbang Taklukan Setiap Tantangan & Menjadi
Pemenang”
Syalom..

Pujian dan syukur kita naikkan bagi Tuhan Yesus Sang Kepala Gerakan yang telah
mempertemukan kita ditempat ini dengan penuh sukacita tanpa kurang suatu apapun. Kiranya
berkat, kasih dan damai sejahtera selalu tercurah dan melingkupi hidup dan kehidupan kita
sebagai kader GMKI dimanapun berada.

Dalam perjalanan panjang arak-arakan yang telah dilalui oleh organisasi gerakan yang kita
cintai ini, telah melalui begitu banyak dinamika dan proses yang menjadikannya semakin
tangguh sebagai rumah, sekolah dan rahim kaderisasi bagi mahasiswa Kristen untuk
menyiapkan diri sebagai bekalnya menghadapi tantangan dimedan pelayanannya masing-
masing dimasa-masa yang akan datang. Serta tidak lupa dari setiap kilas balik itu telah
memberikan bukti nyata bahwa GMKI telah mengambil peran dalam proses menjaga,
merawat dan membangun gereja serta bangsa dan negara.

Dalam momentum 73 tahun ini kita kembali diingatkan untuk bersama-sama merefleksikan
tentang perjalanan historis itu. Kembali untuk mengoreksi diri, apakah kita telah berjalan
dalam nilai-nilai yang menjadi fondasi organisasi, yang telah diletakkan oleh perintis dan
pendiri-pendiri kita terdahulu. Sehingga janganlah sampai tidak mengindahkan dan
melupakannya, namun justru kesemua hal itu harus terpatri dalam hidup dan kehidupan setiap
kader GMKI. Yang kemudian dari kesadaran itulah kita harus mempersiapkan diri agar
mampu menjawab tantangan masa kini dan masa depan.

Namun sebelum kita membicarakan masa depan itu, saya ingin mebawa kita sedikit melihat
kaca spion masalalu. Bukan untuk terjebak melainkan belajar sehingga menjadi semakin baik
dari sebelumnya. Kita mulai dari pertemuan antar mahasiswa Eropa dan Amerika di istana
kuno Vedstena, Danau Wettern Swedia, Agustus 1895 yang dari pertemuan itu terbentuklah
World Student Christian Federation (WSCF). Dengan memiliki bertujuan untuk
menginspirasikan satu dinamika, menghimpun mahasiswa-mahasiswa kearah satu
kepercayaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus sesuai dengan Alkitab dan hidup selaku
murid Tuhan Yesus yang sejati. Dalam menyebarluaskan kerajaan Allah di dalam dunia,
menjalin persekutuan antar bangsa dan melakukan pelayanan bagi mahasiswa dan dunia.
Cita-cita dari federasi ini tercermin dalam mottonya : “Ut Omnes Unum Sint” (Yohanes
17:21a). Idealisme teologis ini berupaya dalam mengatasi diskriminasi bangsa, derajat, warna
kulit dan bahasa serta yang lainnya.

Lalu tahun 1920 cinta Tuhan itu juga menjadi nyata bagi generasi muda di bangsa ini dengan
kedatangan misionaris dari Belanda NCSV (Nederlands Christelijk Studenten Vereeniging)
Ir.C.L.Van Dorn bersama istrinya kebeberapa kota di Jawa dan mereka bertemu dengan
seorang pemuda asal Maluku yang sedang bersekolah di Stovia Batavia (Jakarta) yang
bernama Johannes Leimena. Yang kemudian pada tahun 1930 tercatat 40 orang anggota aktif
dengan melakukan aktifitas-aktifitas pelayanan, telaah Alkitab (Pendalaman Alkitab), diskusi
dan doa-doa. Yang kemudian itu menjadi embrio awal dan cikal bakal gerakan mahasiswa
Kristen selanjutnya. Bertolak dari NCSV terebut lalu pada 28 Desember 1932 lahirlah
organisasi mahasiswa Kristen Indonesia yang dinamakan Christelijk Studenten Vereeninging
Op Java (CSV Op Java) di Kaliurang. Pada tahun 1942 dengan Jepang menduduki Indonesia,
sehingga dalam perjalanan CSV Op Java yang harus ikut berperang yang kemudian hanya
tinggal nama saja. Lalu kemudian mahasiswa Kristen mendirikan perhimpunan mahasiswa
Kristen Indonesia (PMKI) di Yogyakarta, namun dalam perjalananya CSV baru kembali
diaktifkan seperti di Bandung dan Jakarta. Sehingga dalam perjalanannya hingga akhir tahun
1940 bahkan awal tahun 1950, terjadi banyak perpecahan dalam tubuh mahasiswa Kristen
yang tergabung didalam PMKI dan CSV. Dengan hadirnya dua organisasi ini berpengaruh
sampai di WSCF. Sehingga dalam pertemuan di Cylon kedua organisasi ini ditolak
delegasinya bahkan tidak diterima sebagai anggota penuh WSCF. Maka kemudian dalam
prosesnya kedua organisasi ini melakukan pertemuan penting tepatnya di jalan teuku umar 36
jakarta, rumah dr.Johannes Leimena yang akhirnya dari pertemuan itu kedua organisasi ini
melebur jadi satu dengan nama baru yaitu Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, tepat pada
tanggal 09 Februari 1950 yang pada hari ini 73 Tahun kita rayakan.

Setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya. Dan didalam setiap masa itu tentu ada
dinamika yang berbeda dan tantangannya sendiri. GMKI dalam setiap masa telah intens
mengkaderkan banyak kader yang potensial untuk siap menjalani tugas pelayanannya
dimanapun berada. Dan berulang kali juga di dalam perjalanan GMKI mendapati rintangan
dan masalah yang bisa saja membuat perpecahan didalam tubuhnya. Namun karena
penyelenggaraan Tuhan Yesus yang diyakini dengan iman oleh kita semua sebagai Kepala
dari Gerakan dari GMKI, maka semua masalah yang menjurus pada perpecahan selalu
mampu diselesaikan. Apalagi dengan Amsalnya Ut Omnes Unum Sint yang menjadi nilai
pengikat agar semua kadernya dapat mendahulukan kasih persaudaraan dalam menyelesaikan
setiap masalah dan perbedaan.

Didalam momentum Dies Natalis 73 Tahun ini, dari singkatnya cerita historis tersebut diatas
saya ingin mengajak kita untuk tetap berjalan pada nilai-nilai GMKI, apalagi dengan adanya
dinamika yang terjadi hari ini. Saya ingin mengatkan untuk kita semua bahwa Ut Omnes
Unum Sint tidak runtuh hanya dengan dinamika yang terjadi melainkan Amsal itu hadir
karena kita sebagai kader mempunyai banyak celah untuk saling tidak sepakat dan tidak
sepemahaman dalam memandang segala masalah yang terjadi. Karena kita masing-masing
berbeda, maka justru Ut Omnes Unum Sint harus hadir untuk menyatukan yang terpecah.
Dinamika yang terjadi hari ini juga, telah terjadi berulang kali jauh sebelumnya namun hari
ini dengan pengetahuan akan sejarah kita tentang masalalu harusnya kita mempunyai
kebijaksanaan agar GMKI mampu melewati dinamika ini dengan baik dan dewasa, yang
tentunya semua harus dilakukan dan diusahakan oleh kita semua sebagai kader GMKI yang
tuntas memahami nilai tersebut.

Sebagai kader GMKI yang menjiwai semangat nasionalisme dan oikomenisme, dalam
momentum ibadah dan perayaan 73 tahun GMKI ini, saya juga ingin mengajak kita semua
untuk menggumuli tantangan masa kini dan masa depan dengan penuh pengharapan, setelah
sebelumnya kurang lebih 2 tahun kita dilanda pendemi covid-19. Bagaimana kehidupan kita
banyak diubah dan berubah, namun puji Tuhan pemerintah dan kita semua dapat melaluinya
dengan baik dan saat ini kita dapat melaksanakan Dies Natalis dengan tatap muka setelah
sebelumnya kegiatan-kegiatan dibatasi bahkan hanya via virtual.

Tantangan zaman yang arusnya berjalan begitu cepat, kita sebagai kader tidak boleh
ketinggalan dan terpuruk didalam dinamika internal yang tidak membangun. Kita harus
keluar dan mempersipakan diri menghadapi kompleksitas, berani mengambil resiko sebagai
anak muda di tengah tantangan dalam dunia sosial yang menyangkut SARA dan
keberagaman, tantangan resesi ekonomi dunia dan negara kita sendiri, tantangan politik
khususnya menuju konstestasi pemilu 2024 yang tentunya menyita perhatian semua kita,
kemudian tantangan dari dunia digitalisasi, pembangunan SDM (generasi muda) dengan
merajalelanya narkoba dan lainnya yang merusak, tantangan perdamaian, kestabilan dan
sebagainya.
Kita harus bertransformatif bersama dengan perubahan dunia yang cepat itu, bukan hanya
adaptif melainkan justru kita harus tampil sebagai pembaharu atau agen perubahan. Sehingga
kita mampu sebagai yang menawarkan konsep, ide dan gagasan dalam pembangunan dan
juga dapat mengambil peran-peran strategis yang dibuat oleh pemerintah. Maka marilah kita
membangun kesadaran itu agar tidak tergilas dan tertinggal oleh zaman dengan tetap tampil
bagaimana menjadi kader GMKI yang meneladani Kristus. Sehingga apa yang disebut bonus
demografi, Indonesia emas, dan revolusi industry 4.0 menuju society 5.0, serta tantangan
masa depan lainnya kita akan selalu terlibat.

Sebagai penutup saya akan membacakan pidato Johannes Leimena saat CSV dan PMKI
melebur menjadi GMKI pada 9 Februari 1950 pada 73 Tahun yang lalu, sebagai pengingat
dan bahan refleksi kita.

“ Tindakan ini adalah tindakan historis bagi dunia mahasiswa pada umumnya dan
masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang
akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah
latihan (Leerschool) dari pada orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala
sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan dari pada Negara dan bangsa Indonesia.
GMKI bukanlah gesselschaft melainkan ia adalah suatu gemeinschaft persekutuan dalam
Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar, baik dalam gereja maupun dalam nusa dan
bangsa. Sebagai suatu bagian daripada iman dan roh ia berdiri ditengah-tengah dua
proklamasi, proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 dan proklamasi Tuhan Yesus Kristus
dengan injil kehidupan, kematian dan kebangkitannya.”

Demikian Selayang pandang 73 Tahun GMKI dengan judul “Dalam Kesatuan Kita Akan
Terbang Taklukan Setiap Tantangan & Menjadi Pemenang”. Kiranya Tuhan Yesus Sang
Kepala Gerakan menyertai setiap Langkah gerak pelayanan kita. Tuhan menolong. Amin

Kejarlah tinggi iman, kejarlah tinggi ilmu dan kejarlah tinggi pengabdian.

Ut Omnes Unum Sint.

Syalom.

Anda mungkin juga menyukai