Anda di halaman 1dari 41

BAB I.

KASIFIKASI DAN PERKEMBANGAN JEMBATAN


SUB POKOK BAHASAN :
1.1. Perkembangan Jembatan
1.2. Klasifikasi Struktur Jembatan
1.3. Bagian – bagian jembatan
1.4. Istilah pada Jembatan
1. Tujuan Pembelajaran Umum :
Mampu mengenal Jenis-jenis jembatan dan mengidentifikasi bagian-bagian struktur dari masing - masing Jenis
Jembatan serta dapat merencanakan dan menghitung Bangunan Atas Struktur jembatan, Bangunan Bawah
jembatan sesuai dengan kondisi stuktur tanah yang ada.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus :
a. Mampu menjelaskan Perkembangan struktur
b. Mampu Menjelaskan bentuk-bentuk Struktur Jembatan
c. Mengindentifikasi Bagian-bagian Struktur Jembatan
d. Mengidentifikasi perbedaan Bagian Struktur atas dan Bawah

1.1. Pengertian dan Perkembangan Jembatan


Berdasarkan UU 38 Tahun 2004 bahwa jalan dan juga termasuk jembatan sebagai bagian dari sistem
transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan
budaya serta lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Konstruksi jembatan adalah suatu konstruksi
bangunan pelengkap sarana trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lainnya, yang
dapat dilintasi oleh sesuatu benda bergerak misalnya suatu lintas yang terputus akibat suatu rintangan atau
sebab lainnya, dengan cara melompati rintangan tersebut tanpa menimbun / menutup rintangan itu dan apabila
jembatan terputus maka lalu lintas akan terhenti. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan, jalan kereta
api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa jalan kenderaan, jalan kereta api,
sungai, lintasan air, lembah atau jurang.
Jembatan juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat dengan konstruksi terdiri dari
pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur bangunan atas, yang menghubungkan dua ujung jalan yang

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 1
terputus akibat bentuk rintangan melalui konstruksi struktur bangunan atas. Jembatan adalah jenis bangunan
yang apabila akan dilakukan perubahan konstruksi, tidak dapat dimodifikasi secara mudah, biaya yang
diperlukan relatif mahal dan berpengaruh pada kelancaran lalu lintas pada saat pelaksanaan pekerjaan.
Jembatan dibangun dengan umur rencana 100 tahun untuk jembatan besar, minimum jembatan dapat
digunakan 50 tahun. Ini berarti, disamping kekuatan dan kemampuan untuk melayani beban lalu lintas, perlu
diperhatikan juga bagaimana pemeliharaan jembatan yang baik. Karena perkembangan lalu lintas yang ada
relatip besar, jembatan yang dibangun, biasanya dalam beberapa tahun tidak mampu lagi menampung volume
lalu lintas, sehingga biasanya perlu diadakan pelebaran. Untuk memudahkan pelebaran perlu disiapkan desain
dari seluruh jembatan sehingga dimungkinkan dilakukan pelebaran dikemudian hari, sehingga pelebaran dapat
dilaksanakan dengan biaya yang murah dan konstruksi menjadi mudah. Pada saat pelaksanaan konstruksi
jembatan harus dilakukan pengawasan dan pengujian yang tepat untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan
dapat diselesaikan, sesuai dengan tahapan pekerjaan yang benar dan memenuhi persyaratan teknis yang
berlaku, sehingga dicapai pelaksanaan yang efektif dan efisien, biaya dan mutu serta waktu yang telah
ditentukan.
Sebagai bagian dari transportasi, khususnya transportasi darat, teknologi jembatan berkembang sejalan dengan
peradapan manusia. Dan hingga sekarang bidang teknologi jembatan sangat maju. Namun kemajuan yang
dialami diawali dengan proses ”cut and try”.
Dapat dikatakan bahwa ide teknologi jembatan muncul dari pengalaman kehidupan manusia. Misalnya
pengalaman manusia dimana pohon yang tumbang melintasi sungai pada saat banjir, dapat dimamafatkan
untuk penyebrangan. Atau contoh alamiah lain yang dapat melahirkan ide jembatan gantung adalah
menyebrangnya hewan atau mausia dengan memanfaatkan akar pohon dari satu pohon ke pohon lain.
Pengalaman praktis dari kehidupan manusia dalam mengatasi alam, didukung dengan pengetahuan
akan ilmu-ilmu gaya, melahirkan teknologi jembatan yang kian hari bertambah maju. Hal ini dapat kita lihat dan
jumpai dalam kenyataan sekarang ini, dimana teknologi jembatan sudah sangat maju.
Sebagaimana uraian sebelumnya, perkembangan teknologi jembatan diawali dari proses ”cut and
try”. Selanjutnya dengan metode empiris, dibuatlah beberapa pikiran intelegensi tentang kekuatan bahan dalam
membangun jembatan.

1.1.1 Teknologi Jembatan Zaman Purba


Pemikiran-pemikiran zaman purba telah menjadi sumbangan yang sangat berharga bagi
teknologi jembatan. Manusia zaman purba menyebrangi sungai dengan memasang tiang-tiang batu
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 2
dan pilar-pilar batu, kayu gelondongan, atau pohon yang tumbang dengan bentang yang sangat
pendek. Juga manusia purba menyebrangi sungai dengan memanfatkan cabang-cabang atau akar-
akar yang bergantungan sebagai jembatan gantung, dengan cara berayun dari satu pohon ke pohon
lain.
Tipe jembatan zaman purba adalh jembatan balok sederhana, dan digunakan hanya untuk
bentangan yang pendek. Namun, pada era ini juga ditemukan tipe jembatan pelengkung, walau
bentuk dan meterial konstruksi masih sangat sederhana.

Gambar 1.1 Jembatan Jaman Kuno (Sumber : Google.com)

1.1.2 Teknologi Jembatan Periode Romawi Kuno


Teknologi jembatan pada periode ini, telah membangun jembatan dari kayu, batu dan beton.
Untuk jembatan batu dan beton, bentuknya sama seperti pada periode jembatan purba yaitu
berbentuk lengkung. Namun periode ini, telah berhasil mengatasi permasalahan yang rumit, seperti

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 3
membuat perhentian konstruksi yang dibangun di atas pilar yang berada di bawah air dan
melindunginya dari bahaya banjir.

Gambar 1.2 Jembatan Romawi Kuno (Sumber : Google.com)

1.1.3 Teknologi Jembatan Zaman Pertengahan


Konstruksi jembatan pada periode ini tidak berbeda jauh dari periode Romawi Kuno. Bentuk
lengking dan pilar-pilar batu masing sering digunakan sekitar abad ke-12 di Prancis, pilar jembatan
dibual dalam bentuk segi tiga pada bagan huludan dikenal dngan is tilah ”streaminglining” dari kayu.
Pada periode ini, tiang-tiang pancang telah dipakai untuk mengatasi masalah tanah dasar.
Tiang-tiang tersebut dipancang secara berkelompok dengan jarak yang rapat sehingga membentuk
satu kasatuan kelompok tiang yang solid. Bagian atas tiang dilapisi tiga lapisan kayu sebagai kepala
tiang (pile cap) dan dijepit dengan besi. Kemudian lapisan batu ditempatkan sebagai pangkal
jembatan dan dibuat lengkung.

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 4
Gambar 1.3 Jembatan Jaman Pertengahan
(Sumber : Google.com)

1.1.4 Teknologi Jembatan Zaman Besi dan Baja


Era jembatan besi dan baja sejalan dengan adanya revolusi industri. Pada zaman ini
jembatan besi dibangun dengan menggunakan prinsip-prinsip bentuk lengkung, terutama untuk
jembatan jalan raya. Untuk jembatan jalan rel menggunakan jembatan bentuk pipa.

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 5
1.4. Jembatan Abad Sekarang
(Sumber: Google.com)

1.2. Klasifikasi Jembatan


Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 6
Untuk memahami berbagai bentuk struktur jembatan, terlebih dahulu perlu ditinjau tentang klasifikasi
jembatan. Klasifikasi jembatan dapat dibagi berdasarkan material super strukturnya, penggunanya, sistem
struktur yang digunakan, dan kondisi pendukung. Selain itu juga perlu dipahami desain konseptual jembatan
agar dapat menentukan jenis jembatan yang sesuai.

A). Klasifikasi material superstruktur


Menurut material superstrukturnya jembatan diklasifikasikan atas:
1). Jembatan Bambu, Bambu yang digunakan untuk konstruksi jembatan harus cukup tua dengan kualitas
baik, lurus dan panjang, diantaranya jenis bambu gombong, bambu tali, dan bambu betung,. Bambu ini memiliki
kekuatan, keuletan, dan keawetan yang baik, atau jenis lain dengan persyaratan antara lain :
- Bambu harus berumur tua, berwarna kuning jernih, hitam atau hijau tua, berbintik putih pada
pangkalnya, berserat padat dengan permukaan mengkilat, buku-bukunya tidak boleh pecah.
- Pelupuh dan barang anyaman bambu seperti dan lain-lain harus terbuat dari bambu yang terndam
dengan baik, tahan lama dan terbuat dari jenis bambu dengan garis tengah minimum 4 cm dan harus
terbuat dari kulit bambu.
- Bambu untuk tiang atau cerucuk stabilitas tanah, harus dari jenis yang tahan lama dengan garis
tengah minimum 8 cm.

Gambar 1.5. Jembatan Bambu (Sumber : Google.com)

1). Jembatan Kayu adalah jembatan yang struktur atasnya menggunakan rangka kayu
Jembatan kayu merupakan jembatan dengan material yang dapat diperbaharui (renewable). Kayu
adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya akhir-akhir ini lebih banyak pada bidang industri kayu lapis,

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 7
furnitur, dan dapat dikatakan sangat sedikit pemakaiannya dalam bidang jembatan secara langsung sebagai
konstruksi utama.
Pemakaian kayu sebagai bahan jembatan mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
• Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi relatif murah, dan dapat dikerjakan dengan alat yang
sederhana
• Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus dan tenaga ahli yang
tinggi
• Jembatan kayu lebih suka menggunakan dek dari kayu sehingga menguntungkan untuk lokasi yang
terpencil dan jauh dari lokasi pembuatan beton siap pakai (ready mix concrete). Dek kayu dapat dipasang
tanpa bekisting dan tulangan sehingga menghemat biaya
• Kayu tidak mudah korosi seperti baja atau beton
• Kayu merupakan bahan yang sangat estetik bila didesain dengan benar dan dipadukan dengan lingkungan
sekitar
Dari penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa jembatan kayu untuk konstruksi jembatan berat dengan
bentang sangat panjang sudah tidak ekonomis lagi. Jadi jembatan kayu lebih sesuai untuk konstruksi
sederhana dengan bentang pendek.

Gambar 1.6. Jembatan Kayu (Sumber : Google.com)

3). Jembatan Beton


Penggunaan semen alam untuk konstruksi pertama kali digunakan pada abad ke-19. Perkembangan industri

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 8
semen portland mendominasi sebagai jembatan setelah tahun 1865. Beton massa banyak digunakan untuk
jembatan lengkung dan struktur bawah konstruksi jembatan.
Pada tahun 1890-an banyak dibangun jembatan beton lengkung, dan semakin meningkat pemakainnya selama
awal dekade abad ke-20. Slab dan gelagar jembatan beton bertulang secara luas digunakan untuk bentangan-
bentangan pendek lama beberapa dekade.

Jembatan beton adalah jembatan yang menggunakan bahan beton bertulang dan beton prategang, Dalam hal
ini mutu beton Mutu beton dipengaruhi oleh:
ü Mutu material : pasir, batu
ü Mutu alat : pencampur, pengangkut,
ü Mutu perencanaan campuran
ü Mutu formwork.
ü Mutu proses pengecoran.
ü Mutu pemeliharaan.

Gambar 1.7. menunjukkan jenis bagian beton bertulang yang biasa digunakan pada superstruktur
jembatan jalan raya.

Gambar 1.7. Tipikal potongan superstruktur jembatan beton bertulang;


(a) solid slab, (b) balok T, dan (c) gelagar kotak Sumber: Chen & Duan, 2000

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 9
a.1. Slab
Slab beton bertulang merupakan supersturktur jembatan yang paling ekonomis untuk bentang sekitar 40
ft / 12.2 m. Slab mempunyai detail yang sederhana, formwork standar, rapi, sederhana, dan tampilan menarik.
Umumnya bentang berkisar antara 16 -44 ft (4.9 – 13.4 m) dengan perbandingan ketebalan dan bentang
struktur 0.06 untuk bentang sederhana dan 0.045 untuk bentang menerus.

a.2 Balok T ( gelagar dek)


Balok T seperti yang terlihat pada Gambar 1.12, ekonomis untuk bentang 40 – 60 ft (12.2 – 18.3 m)
tetapi untuk jembatan miring memerlukan formwork yang rumit. Perbandingan tebal dan bentang struktur adalah
0.07 untuk bentang sederhana dan 0.065 untuk bentang menerus. Jarak antar gelagar pada jembatan balok-T
tergantung pada lebar jembatan secara keseluruhan, ketebalan slab, dan biaya formwork sekitar 1 .5 kali
ketebalan struktur. Jarak yang umum digunakan antara 6 – 10 ft ( 1 .8 – 3.1 m).

a.3. Gelagar kotak cast-in-place


Gelagar kotak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.11. sering digunakan untuk bentang 50 – 120 ft
(15.2 – 36.6 m). Formwork untuk struktur miring lebih sederhana daripada untuk balok-T. Terkait dengan
pembelokan akibat beban mati, penggunaan gelagar sederhana beton bertulang melebihi bentang 100 ft (30.5
m) atau lebih menjadi tidak ekonomis. Perbandingan tebal dan bentang struktur umumnya 0.06 untuk bentang
sederhana dan 0.55 untuk bentang menerus dengan ruang gelagar 1 .5 kali ketebalan struktur. Ketahanan
puntir gelagar kotak yang besar membuat gelagar tersebut dapat digunakan untuk bentuk lengkung seperti
lereng pada jalan. Garis lengkung yang lembut menjadi hal yang menarik pada kota metropolitan.

4). Jembatan Pratekan / Prategang


Pada tahun 1950-an, dikembangkan jembatan beton prategang segmental untuk pertama kalinya di Eropa
Barat menggunakan sistem ini pada pada jembatan Finsterwalder di Jerman.
Jembatan segmental dapat pula disebut pracetak atau cetak ditempat dengan menggunakan metode konstruksi
kantilever yang dikerjakan bentangan demi bentangan, dipasang tahap demi tahap atau dengan sistem
incremental launching. Konstruksi jembatan beton prategang segmental dapat mencapai panjang bentang
250m atau bentang seri 300m. Bila digunakan dalam jembatan cable stayed, jarak bentang dapat mencapai
450m
Beton pratekan dengan bahan berkekuatan tinggi merupakan alternatif menarik untuk jembatan bentang
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 10
panjang. Bahan ini dipergunakan secara luas pada struktur jembatan sejak tahun 1950-an.
Pembangunan jembatan beton yang terbagi menjadi beberapa segmen sukses dikembangkan dengan
konsep kombinasi pratekan, gelagar kotak, dan konstruksi kantilever. Jembatan gelagar kotak dengan segmen
pratekan telah dibangun pertama kali di Eropa Barat pada 1950. Jembatan California’s Pine Valley seperti yang
ditunjukkan gambar 2.23. terdiri 3 bentangan 340 ft (103.6 m), 450 ft (137.2 m), dan 380 ft (115.8 m) dengan
pier setinggi 340 ft (103.6), merupakan jembatan cast-in-place segmental pertama yang dibangun di Amerika
Serikat tahun 1974.
Jembatan pratekan segmental dengan segmen pratekan atau cast-in-place dapat diklasifikasikan menurut
metode konstruksi menjadi:
(1) kantilever penyeimbang,
(2) bentang per bentang,
(3) pengadaan incremental, dan
(4) pentahapan. Pemilihan antara segmen cast-in-place, pratekan atau berbagai metode konstruksi yang lain
tergantung pada jenis proyek, kondisi lapangan, batasan lingkungan dan publik, waktu pelaksanaan konstruksi,
dan ketersediaan alat.

Gambar 1.8. Jembatan Presstres

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 11
Tabel 1.1. Apliksi tipe jembatan berdasar panjang bentangnya

4). Jembatan Baja


Seiring dengan kemajuan teknologi jembatan dalam hal pemanfaatan meterial maka jembatan dalam
bentangan yang panjang tidak dapat dibuat atau dibangun dari bahan kayu yang terbatas panjang dan
kemampuan dukungannya. Karena itu diupayakan meterial lain yang dapat mengatasi kesulitan tersebut.
Rangka baja adalah salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan di atas.

Gambar 1.8. Jembatan Pelengkung Baja

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 12
Gambar 1.9. Jembatan Rangka Baja

b) Klasifikasi berdasarkan penggunanya

§ Jembatan jalan adalah jembatan untuk lalu lintas kendaraan bermotor


§ Jembatan kereta api jembatan untuk lintasan kereta api
§ Jembatan kombinasi adalah jembatan yang digunakan sebagai lintasan kendaraan bermotor dan kereta
api
§ Jembatan pejalan kaki Jembatan yang digunakan untuk lalu lintas pejalan kaki
§ Jembatan aquaduct Jembatan untuk menyangga jaringan perpipaan saluran air

c) Klasifikasi berdasarkan sistem struktur yang digunakan


− jembatan I–Girder.
Gelagar utama terdiri dari plat girder atau roled-I. Penampang I efektif menahan beban tekuk dan geser.

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 13
Gambar 1.11. Jembatan I – Girder (Sumber : Google.com)

− Jembatan gelagar kotak (box girder)


Gelagar utama terdiri dari satu atau beberapa balok kotak baja fabrikasi dan dibangun dari beton,
sehingga mampu menahan lendutan, geser dan torsi secara efektif.

Gambar 1.11. Jembatan Box Girder (Sumber : Google.com)

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 14
− Jembatan Balok T (T-Beam)
T beam atau dalam bahasa Indonesianya adalah balok T, adalah balok yang pengecorannya
dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran pelat lantai atau sering disebut (monolit).
Sehingga plat beton diperhitungkan sebagai sayap dari balok, dengan lebar sayap tertentu.
Secara umum balok T dibagi menjadi 2 yaitu balok pinggir (exterior) dan balok tengah
(interior) l

Gambar 1.12. Jembatan Balok T (Sumber : Google.com)

− Jembatan Gelagar Komposit


Plat lantai beton dihubungkan dengan girder atau gelagar baja yang bekerja sama mendukung beban
sebagai satu kesatuan balok. Gelagar baja terutama menahan tarik sedangkan plat beton menahan
momen lendutan.

Gambar 1.13. Jembatan Komposit (Sumber : Google.com)

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 15
− Jembatan Rangka Batang (Truss)
Elemen-elemen berbentuk batang disusun dengan pola dasar menerus dalam struktur segitiga kaku.
Elemen-elemen tersebut dihubungkan dengan sambungan pada ujungnya. Setiap bagian menahan
beban axial juga tekan dan tarik. Gambar 1.14. menunjukkan Jembatan truss Warren dengan elemen
vertikal yang disebut ”through bridge”, plat dek diletakkan melintasi bagian bawah jembatan

Gambar 1.14. Jembatan Truss (S u m b e r : C h e n & D u a n , 2 0 0 0 )

− Jembatan Pelengkung (arch)


Pelengkung merupakan struktur busur vertikal yang mampu menahan beban tegangan axial

Gambar 1.15. Jembatan Pelengkung (Sumber : Google.com)

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 16
− Jembatan Kabel Tarik (Cable stayed)
Gelagar digantung oleh kabel berkekuatan tinggi dari satu atau lebih menara. Desain ini lebih sesuai
untuk jembatan jarak panjang
Selama lebih dari tiga dekade jembatan cable stayed digunakan secara luas di Eropa Barat
dan bagian lain di dunia. Keberhasilan penggunaan sistem cable stayed dicapai dengan
ditemukannya baja berkekuatan tinggi dan tipe deck-orthotropik, kemajuan teknik las.
Penelitian menunjukkan jembatan cable stayed lebih unggul dibanding jembatan gantung.
Kelebihannya antara lain rasio panjang bentang utama dan tinggi pylon yang lebih murah. Defleksi
akibat pembebanan simertis dan asimetris pada lebih dari separuh bentang jembatan gantung
mempunyai defkesi yang lebih besar di tengah bentang dari pada cable stayed.
Keuntungan yang menonjol dari cable stayed adalah tidak diperlukannya pengangkeran kabel
yang berat dan besar seperti pada jembatan gantung. Gaya-gaya angker pada ujung kabel bekerja
secara vertikal dan biasanya diseimbangkan dengan berat dari pilar dan fondasi tanpa menambah
biaya konstruksi lagi. Komponen horisontal gaya pada kabel dilimpahkan pada struktur atas gelagar
berupa tekanan atau tarik.

Gambar 1.16. Jembatan Cable Stayed (Sumber : Google.com)


− Jembatan Gantung

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 17
Gelagar digantung oleh penggantung vertikal atau mendekati vertikal yang kemudian digantungkan
pada kabel penggantung utama yang melewati menara dari tumpuan satu ke tumpuan lainnya. Beban
diteruskan melalui gaya tarik kabel. Desain ini sesuai dengan jembatan dengan bentang yang
terpanjang.
Jembatan gantung tertua dan terbesar pada abad ke-18 adalah jembatan Menai Straits di
Inggris yang dibangun pada tahun 1825. Jembatan ini masih menggunakan menara batu dan kabel
dari rantai besi untuk menggantung jalan raya. Pada tahun 1939 kabel penggantung diganti dengan
baja batangan.
Awal kemajuan inovasi jembatan gantung ialah pada saat dibangunnya jembatan gantung
Niagara di Amerika Serikat. Struktur jembatan ini mempunyai dua dek, dek bagian atas untuk jalan
rel dan bagian bawah untuk lalu-lintas jalan raya. Dek ini berupa “stiffeningtruss” yang terbuat dari
kayu. Bentang jembatan digantung pada 4 kelompok kabel, didukung dengan 4 bangunan menara
dan ujung kabel diangkitkan dalam solid rok dibelakangnya.
Penggunaan kabel baja (wire steel) menggantikan kabel besi untuk pertama kali digunakan
pada jembatan gantung Brooklyn, New York (1867). Ciri khusus jembatan ini adalah kabel yang
menjari terarah dek dari tower, yang lebih stabil terhadap angin.

Gambar 1.17. Jembatan Gantung (Sumber : Google.com)


Jembatan Pelengkung

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 18
1.4. Bagian-bagian Jembatan :

Jembatan dapat dibagi atas 2 (dua) bangunan utama


1. Bangunan atas.

2. Bangunan bawah.

Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enarn (6) bagian pnkok sebagai berikut :
1. Bangunan atas.

2. Landasan

3. Bangunan bawah.

4. Pondasi.

5. Oprit.

6. Bangunan pangaman jembatan.

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 19
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 20
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 21
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 22
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 23
1.4. Istilah Pada Struktur Jembatan
Jembatan : Adalah suatu struktur yang memungkinkan route transportasi melintasi sungai,
danau, kali, jalan raya, jalan Kereta Api dan lain-lain.
Route Transportasi berupa, jalan Kereta Api jalan trem, pejalan kaki, rentetan
kendaraan dan lain - lain. Jembalan yang melintasi diatas jalan biasanya
disebut viaduct.
Bangunan-atas : Sesuai dengan istilahnya berada pada bagian atas sualu jembatan, berfungsi
menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang,
kendaraan dan kemudian menyalurkannya kepada hangunan bawah
Landasan : Bagian ujung bawah dari Suatu bangunan atas yang berfungsi
menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan
bawah.
Menurut fungsinya dibedakan landasan - sendi (fixed bearing) dan
landasan Gerak (movable bearing)

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 24
bangunan-bawah : Bangunan-bawah pada umumnya terlelak disebelah bawah bangunan atas.
Fungsinya menerima memikul beban-beban yang diherikan bangunan
atas dan kemudian menyalurkannya ke pondasi. Beban-beban tersebut
selanjutnya oleh pondasii disalurkan ke tanah.
Oprit-jembatan : oprit berupa limbunan tanah dibelakang abutment timbunan tanah ini harus
dibuat sepadat mungkin, untuk menghindari terjadinya penurunan settlement)
hal ini tidak mengenakkan bagi pengendara. Apabila ada penurunan, terjadi

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 25
kerusakan pada expansi joint yaitu bidang pertemuan antara bangunan atas
dengan abutment. Untuk menghindari ini, pemadatan harus sernaksimurn
mungkin dan diatasnya dipasang plat injak dibelakang abutment.
Bangunan Pengaman Jembatan
Berfungsi sebagai pengamanan terhadap pengaruh sungai yang bersangkutan baik
secara langsung maupun tak langsung_ Kadang-kadang disamping jembatannya
harus diamankan, sungainyapun harus diamankan, dimana biaya pengamanan
sungai Iebih mahal dari pengamanan jembatan.
Abutment Abutment atau kepala jembatan adalah
bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi
bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah.

Pilar Jembatan Pilar atau pier berfungsi sebagai pendukung bangunan atas. Bila pilar
ada pada suatu bangunan jembatan letaknya diantara keduaabutment
dan jumlahnya tergantung keperluan, seringkali pilar tidak diperlukan

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 26
Pondasi Berfungsi menerima beban-beban dari bangunan bawah dan
menyalurkannya ke tanah. Secara umum, pondasi dapat dibedakan
sebagai herikut :

Pondasi Langsung : Digunakan bila lapisan tanah pondasi yang telah diperhitungkan rnarnpu
memikul beban-beban diatasnya, terletak pada lokasi yang dangkal dari tanah
setempat.
Pondasi-Dalam Digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu memikul beban Ietaknya
cukup dalam.
Sehingga beban-beban harus disalurkan melalui suatu konstruksi penerus yang juga disebut tiang pancang
dan pondasi sumuran.

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 27
Tabel 1.1 Jembatan Standard Berbagai Jenis Bahan

Tabel 1.2. Jembatan Non Standard di Indonesia

Jurusan Teknik Sipil


Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 28
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 29
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 30
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 31
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 32
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 33
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 34
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 35
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 36
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 37
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 38
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 39
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 40
Jurusan Teknik Sipil
Fak. Sains dan Teknik
UNDANA KUPANG John H. Frans, ST || 41

Anda mungkin juga menyukai