Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PPKn

UJIAN AKHIR SEMESTER


SEMESTER AGUSTUS 2021 - JANUARI 2022

MK/SMT/KLS : KEBIJAKAN PUBLIK/ V / B


HARI TANGGAL : Rabu, 15 Desember 2021
TIPE : Take Home Examination
PENGAMPU : Dr. Rima Vien Permata Hartanto, S.H., M.H.

Nama : Handi Prastowo


NIM : K6419033
Kelas : B

Jawab pertanyaan berikut dengan jelas !


1. a. Menurut Morse dan Buss (2008) kompetensi kepemimpinan seperti apakah yang
dibutuhkan pada masa depan ? Jelaskan !

Jawab :

Kepemimpinan Transaksional
a. Imbalan kontingensi, yaitu adanya kontrak pertukaran imbalan untuk berbagai upaya
yang dilakukan bawahan, seperti menjanjikan imbalan untuk kinerja yang baik dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
b. Manajemen dengan pengecualian secara aktif (active management by exception),
yaitu kecenderungan pemimpin untuk mengamati dan mencari berbagai
penyimpangan dari standar dan prosedur, dan untuk mengambil tindakan koreksi
untuk kelompok yang dipimpinnya.
c. Manajemen dengan pengecualian secara pasif (passive management by exception),
yaitu kecenderungan dari pemimpin untuk turun tangan atau mengintervensi hanya
ketika prosedur dan standar tidak terpenuhi.
d. Laissez-faire, yaitu perilaku para pemimpin untuk menghindari pembuatan keputusan
atau melepaskan tanggung jawab mereka.

Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memberikan lebih


banyak sentuhan manusia pada kelompok atau organisasi, seperti perhatian,
fleksibilitas dan kecerdasan daripada kepemimpinan transaksional yang cenderung
lebih birokratik, di mana para anggotanya diperlakukan seperti mesinmesin.
Kepemimpinan transformasional tidak hanya memberikan manfaat dalam bentuk
nyata (tangible benefits), seperti pertumbuhan pendapatan dan keuntungan, tetapi
juga manfaat dalam bentuk tidak nyata (intangible benefits), yaitu bagi pengembangan
diri dari dalam, seperti misalnya kecerdasan dan kepuasan.
1.2 Kepemimpinan Transformasional
a. Karisma atau pengaruh ideal, di mana pemimpin memberi sense of mission dan sense
of vision, menanamkan rasa bangga dan memperoleh rasa hormat dan kepercayaan.
b. Kepemimpinan inspirasional, di mana pemimpin memberikan ide-ide yang jelas dan
harapan yang tinggi, menyimbulkan upaya sebagai fokus, dan memiliki kemampuan
untuk mengekspresikan tujuan-tujuan penting dalam berbagai cara yang sederhana.
c. Stimulasi intelektual, di mana pemimpin mendorong kecerdasan, rasionalitas dan
penyelesaian masalah.
d. Pertimbangan individual, di mana pemimpin memberikan perhatian personal, melatih,
menasihati para pengikut, dan memperlakukan setiap pengikut secara individual.
Morse: Kepemimpinan transformasional tidak mengurangi model transaksional,
melainkan membangunnya, memperluas pengaruh pemimpin terhadap usaha dan
kinerja. Dengan menanggapi kepentingan pengikutnya dengan penghargaan atau
tongkat kepemimpinan, para pemimpin transformasional membangkitkan kesadaran
individu yang tinggi terhadap isu-isu kunci, kepada kelompok dan organisasi, sekaligus
meningkatkan kepercayaan pengikut, dan secara bertahap memindahkan mereka dari
Keprihatinan terhadap eksistensi terhadap perhatian pada pencapaian, pertumbuhan,
dan pembangunan. Intinya, kepemimpinan transformasional mengambil konsep yang
lebih intim, pribadi, dan individual untuk mengubah kepemimpinan dan
menyesuaikannya dengan isu agregat dari organisasi yang ditulis besar
b. Kecakapan kepemimpinan dapat muncul karena ada krisis. Benarkah pernyataan
tersebut ? Berilah argumentasi Saudara!
Jawab : Benar. Kecakapan pemimpin dapa
t muncul karena adanya krisis karena pemimpin yang mempunyai karakter yang kuat dan
gaya kepemimpinan yang mantap akan dapat muncul jika terdapat
permasalahan atau krisis yang menghadang. Hal tersebut akan mengakibatkan
pada cara menyelesaikan suatu krisis yang terjadi. Penyelesaian krisis akan
dapat di dapat di selesaikan, jika terdapat kecakapan kepemimpinan seperti
cara pemecahan masalah, analisis krisis, cara penyampaian dan lain-lain.
Sehingga pemimpin yang mempunyai kecakapan yang baik akan menyelesaikan
krisis yang terjadi dengan mempertimbangkan dan mengimplementaskan cara
atau strategi dalam menghadapi krisis.

2. Regenerasi kepemimpinan seharusnya memperhatikan kompetensi karier, rekam jejak


karier, dan bidang keahlian karir. Menurut Saudara, apakah mekanisme politik pemilihan
kepala daerah (yang nantinya sangat berhubungan dengan kebijakan publik) di Indonesia
telah ada dalam koridor kompetensi profesional kepemimpinan tersebut ? Berilah analisis
Saudara !
Jawab : Belum sepenuhnya dalam koridor kompetensi professional kepemimpinan.
Terdapat kepala daerah yang belum memiliki rekam jejajk karir, kompetensi karir
dan bidang keahlian karir karena ada beberapa daerah yang berasal dari keluarga
petahana yang memiliki pengaruh besar dalam daerah-daerah tertentu. Lalu
untuk rekam jejak karir masih banyak yang belum tidak banyak
merepresentasikan kemampuannya dalam menjadi kepala daerah atau hanya
untuk mendapatkan kekuasaan saja . Regenerasi kepemimpinan seharusnya
menjadi tolak ukur kualitas akan kempemimpinan kepala daerah yang akan
berpegaruh pada kebijakan. Jika kepala daerah tidak memiliki salah satu dari
ketiga aspek tersebut maka kemampuan dalam melakukan dan
mengimplementasikan suatu kebijakan kurang maksimal dan pada akhirnya akan
kepala daerah akan terus beradaptasi secara kontinyu . Padahal regenerasi
kepemimpinan kepala daerah dari awal seharusnya memiliki track record yang
jelas, kompetensi da jejak karir yang baik . Sehingga dalam kepemimpinannnya
kepala daerah memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengurus dan
mengelola daerah dengan optimal .

3. a. Mengapa kepemimpinan (leadership) sangat terkait dengan efektifitas dan efisensi


kebijakan publik ?
Jawab : Karena kepemimpinan atau leadership pada kebijakan public sangat berkaitan
dengan efektif dan efisiensinya yang memiliki kaitan dengan gaya kepemimpinan
suatu pimpinan negara dan kepala daerah. Kepemimpinan yang baik berupa
adanya komunikasi, kerja sama , kegigihan semangat , kemandirian dan
kemampuan dalam berorganisasi akan berpengaruh dalam meningkatkan
efektifitas dan efisiensi dalam kebijakan public yang akan di buat dan di
implementasikan kepada masyarakat. Ketika pemimpin memiliki cara
berkomunikasi dan menyampaikan suatu peraturan yang baik maka secara tidak
langusng penyampaian informasi mengenai kebijakan public yang akan diterapkan
juga semakin jelas yang juga dibarengi sosialisasi kebijakan public tersebut dengan
melakukan koordinasi antar pengurus daerah dan pihak-pihak terkait. Sehingga
kepemimpinan dari kepala daerah atau pemimpin lembaga negara dituntut
memiliki sifat kepemimpinan atau leadership yang bagus .

b. Berikan argumentasi Saudara kepemimpinan (leadership) yang seperti apa/bagaimana yang


efektifitas dan efisensi dalam kebijakan publik untuk konteks Indonesia saat ini !
1. Jawab : Kepemimpinan yang visionaris : kepemimpinan yang dapat
merencanakan masa depan dalam membuat kebijakan publik
2. Kepemimpinan yang memiliki keterbukaan : kepemimpinan yang memiliki
keterbukaan terhadap suatu informasi dan ide atau gagasan dari masyarakat
serta pengurus dan anggota organisais/lembaga agar dapat membuat
kebijakan pbublik yang lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan
3. Kepemimpinan yang adaptif : kepemimpinan yang mampu menyesuaikan diri
dengan adanya suatu peristiwa ataupun permasalahn yang terjadi di
masyarakat sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang memperhatikan
masyarakat umum
4. Kepemimpinan yang bersifat melayani sebagai pelayan : Disini pemimpin
bertugas untuk melayani masyarakat jika terdapat suautu aspirasi pendapat
saran dan kritik terjadi pada suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu kepala
daerah atau pimpinan lembaga negara agar pemimpin dapt mengetahui
ppermasalahan atau krisis yang terjadi di masyarakat.

4. a. Bagi pengkritik model partisipasi berpendapat bahwa partisipasi dapat menyebabkan


pembengkakan biaya dan waktu untuk formulasi kebijakan. Setujukah Saudara dengan
padangan ini ? Berilah argumentasi Saudara !
Jawab : Tidak setuju. Karena model partisipasi menekankan pada upaya keikutsertaan
masyarakat dalam proses tersebut. Karena keikutsertaan masyarakat dalam model
partisipasi malah berpengaruh pada adanya ide atau gagasan masyarakat dalam
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan
pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan
upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses formulasi kebijakan.
Jika adanya model partisipasi dalam segi pembiayaan dan waktu dapat dikelola dengan
baik mungkin pembengkakan biaya dan waktu dapat diminimalisisr. Dengan begitu upaya
untuk membuat formulasi kebijakan dapat berjalan dengan semestinya.
b. Tunjukkan kendala partisipasi masyarakat baik dari sisi masyarakat dan ajukan
pendapat bagaimana kendala tersebut dapat diatasi !
Jawab : Kendala dilihat dari sisi hukum : masyarakat terkadang masih belum sepenuhnya
diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam membentuk suautu produk hukum atau
peraturan. Padahal hal tersebut termuat dalam Pasal 2 PP Nomor 45 Tahun 2017 tentang
Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, masyarakat berhak
memberikan masukan baik secara lisan maupun tertulis dalam penyusunan peraturan dan kebijakan
daerah. Masukan tersebut dapat diberikan melalui rapat dengar pendapat umum, kunjungan kerja,
sosialisasi dan/atau seminar, lokakarya dan/atau diskusi (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80
Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah).
Kendala dilihat dari segi politik : terkadang masyarakat dibatasi dalam mendapatkan hak dan
dalam menyalurkan aspirasinya atau pendapatnya saat adanya pembentukan produk hukum dan
evaluasi kebijakan dari pemerintah setempat. Bahkan tidak jarang adanya intimidasi dan kekerasan
jika ditujuakan terhadap kelompok tertentu. Sehingga banyak masyarakat yang enggan berkomentar
atau menyatakan pendapatan secara langsung tetapi terkadang malah berpendapat di media sosial
yang tidak jarang berlawanan dengan fakta yang ada
Pendapat mengenai solusi adanya kendala: Pemerintah setempat seharusnya
mendorong agar masyarakat menyampaikan aspirasi atau pendapat mengenai kebijakan
yang sudah diterapkan di daerah agar nantinya kebijakan tersebut mendapatkan evaluasi
dari pemerintah setempat bersama masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat
berjalan dengan optimal dan bermanfaat bagi semua masyarakat.

5. Jika warga negara mempratekkan hak-haknya dan menunaikan tanggung jawabnya dalam
seluruh proses kebijakan publik sebagai anggota masyarakat yang berdaulat, mereka
perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan.
Uraikan kecakapan warga negara (civic skill) yang diperlukan supaya warga negara dapat
berpartisipasi efektif, bertanggung jawab dan ilmiah dalam proses kebijakan publik
tersebut !
Jawab :
A. Menyampaikan aspirasi atau pendapat terhadap suatu kebijakan Pemerintah
Daerah
Penyampaian aspirasi aatu pendapat dari masyarakat kepada Pemda dalam
melatih kecakapan warga negara. Karena dengan menmyampaiakn aspirasi
masyarakat jadi terlatih dalam mengemukakan pendapatnya sendiri tanpa adanya
tekanan dari orang lain serta melatih tanggung jawab atas pendapat yang di
kemukakanya. Sehingga berpengaruh pada implementasi kebijakan public yang
telah diterapkan dan juga yang akan dilakukan evaluasi kedepannya.
B. Musyawarah untuk ikut serta dalam merumuskan formualsi kebijakan publik
Warga negara wajib untuk terliabt dalam upaya pemnyelenggaraan negara dalam
hal ini untuk merumuskan formulasi kebijakan. Agar nanti pendapatnya atau ide
dapat digunakan sebagai informasi aats perumusan formulasi kebijakan Bersama
perintah daerah setempat
C. Melakuakan pengawasan terhadap adanya pelaksanaan kebijakan dan anggaran
yang dipakai
Masyarakat dapat melakuakn pengawasan terhadap pelaksaaan kebijakan agar
tidak melenceng aatu melanggar aturan yang sudah berlaku dan UUD 1945.
Dengan adanya pengawasan kebijakan maka pemerintah tidak akan semena-mena
dalam menerapkan kebijakan tersebut. Selain itu, masyarakat juga dapat meminta
permohonan terhadap draf anggaran yang digunakan dalam kebijakan tersebut
agar nantinya akanadanya keterbukaan informasi yang jelas terhadap dana yang
digunakan untuk penerapan kebijakan.

6. Sepanjang tahun ini, KPA mencatat telah terjadi 241 letusan konflik agraria di 359
kampung/desa, melibatkan 135.337 KK di atas tanah seluas 624.272,711 hektar.
Dibanding tahun 2019 sebanyak 279 konflik, penurunan hanya berkisar 14 % di tahun ini.
Penurunan jumlah konflik ini tidak significan, mengingat negara kita tengah berada dalam
pertumbuhan ekonomi yang menurun drastis. Jika diakumulasi, sejak tahun 2015 hingga
2020 maka total letusan konflik agraria yang bersifat struktural sebanyak 2.288 kasus.
a. Mengapa kebijakan reforma agraria Indonesia yang sudah berlangsung lama belum
mampu mengurangi dan menyelesaikan berbagai konflik agraria di Indonesia ?
Uraikan analisis Saudara !
Jawab : Karena pada penerapnnya banyak UU tentang Agraria tidak dilaksanakan atau
diterapkan dengan baik oleh beberapa oknum atau kelompok kepentingan. Sengketa
yang masih sering terjadi terhadap masyarakat terkait lahan mereka dengan beberapa
karena tidak menemui kesepakatan bersama. Alhasil walaupun undang-undang
mengenai agraria sudah diperbarui ,tidak serta merta dapat mencegah konflik agraria
di seluruh Indonesia. Terkadang masih terdapat masalah penindakan hukum yang
dirasa masih kurang professional. Sehingga konflik agrarian di Indonesia masih akan
terus ada jika adanya suatu kepentingan dalam usaha menguasai tanah dan atau
klaim sepihak mengenai tanah dari kedua pihak yang bersengketa dan penegakkan
hukum yang amsih kurang optimal.

b. Advokasi apa yang dapat dilakukan warga negara untuk mendorong kebijakan
reforma agraria Indonesia sehingga mampu mengurangi dan menyelesaikan berbagai
konflik agraria di Indonesia ? Uraikan pendapat Saudara !
Jawab :
1. Melakukan pendampingan terhadap korban atas sengketa agraria
Tidak dapat dipungkiri bahwa adanya konflik agraria akan menimbulkan
permasalahan yang pelik. Maka jika terdapat konflik agraria masyarakat atau
warga negara dapat mengajukan atau memilih lembaga hukum dalam membantu
menyelesaikan konflik agraria tersebut.
2. Mengajukan bantuan hukum ke LBH (Lembaga Bantuan Hukum)
Warga negara dapat mengajukan bantuan hukum kepada LBH jika di inginkan.
Dengan adanya bantuan dari LBH maka masyarakat memiliki pendampingan saat
berada di pengadilan
3. Untuk mengurangi dan menyelesaikan konflik agraria, seluruh elemen masyarakat
dapat mengajukan usulan terhadap undang-undang agraria agar lebih
dioptimalkan dari segi substansi dan penerapan. Agar nantinya konflik agraria
dapat terus menurun dan penegakkan hukum juga menjadi lebih berkeadilan bagi
semua masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai