Anda di halaman 1dari 5

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah keselamatan saat bekerja
yang berkaitan dengan kerja, mesin, proses pengolahan tempat kerja dan
lingkungannya, serta sistem yang digunakan saat melakukan pekerjaan. Kesehatan
dan keselamatan kerja yang diterapkan dengan benar maka akan menciptakan
suatu rasa nyaman dan aman pada lingkungan kerja yang berpengaruh pada
aktivitas produksi seperti meningkatkan produktivitas (Suma’mur, 1986).
Budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan interelasi dari
tiga elemen yaitu organisasi, pekerja, dan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa
budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)harus dilaksanakan oleh seluruh
sumber daya yang terlibat, pada seluruh tingkatan dan tidak hanya berlaku untuk
pekerja saja. Indikator pelaksanaan budaya keselamatan tergantung dari visi dan
misi organisasi (Karina, 2013)

2.2 Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah untuk melindungi
tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan yang
dikerjakan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktifitas kerja, untuk
menjamin keselamatan orang lain yang berada dilingkungan tempat kerja, dan
sumber produksi pelihara dan digunakan secara efesien (Suma’mur, 2001).
Tujuan utama penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja berdasarkan
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu antara lain
(Bruri, 2014) :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

II-1
II-2

Menurut Suma’mur (1992), tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan suatu
pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja serta
produktivitas.
2. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja dan
memberikan rasa nyaman.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

2.3 Pengertian Listrik


Listrik merupakan sesuatu yang tidak terlihat dengan mata telanjang,
fenomena kelistrikan yang paling umum terjadi adalah petir dimana terjadi
loncatan elektron dari partikel listrik. Listrik dapat menjadi suatu yang sangat
bermanfaat bagi manusia, namun listrik juga dapat menjadi salah satu hal yang
menimbulkan risiko bagi manusia. Berikut ini Tabel 2.1 Tabel Satuan Listrik
(Eko, 2016).
Tabel 2.1 Tabel Satuan Listrik
BESARAN SATUAN
Tegangan Listrik (Voltage) Volt (v)
Arus Listrik (Current) Ampere (a)
Frekuensi (frequency) Hertz (hz)
Daya listrik Watt (w) atau volt-ampere (va)
Energi Listrik Watt-hour (wh) atau kilowatt-hour(kwh)

2.4 Syarat Instalasi Listrik


Disamping Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 dan peraturan
mengenai kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan pula syarat-syarat dalam
pemasangan instalasi listrik. Berikut ini adalah syarat-syarat dalam pemasangan
instalasi listrik(Eko, 2016):
1. Syarat ekonomis
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga keseluruhan dari
instalasi tersebut mulai dari perencanaan, pemasangan dan pemeliharaannya
dapat seekonomis mungkin.
II-3

2. Syarat keamanan
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga kemungkinan timbul
kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini berarti tidak membahayakan jiwa
manusia dan terjaminnya peralatan disekitarnya.
3. Syarat keandalan
Kelangsungan aliran listrik kepada konsumen harus terjamin secara baik. Jadi
instalasi listrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga kemungkinan
terputusnya aliran listrik akan sangat kecil

2.5 Arus Listrik Serta Keamanan dan Keselamatan Manusia


Keamanan adalah suatu kebutuhan manusia prioritas kedua berdasarkan
kebutuhan fisiologi dalam hierarki maslow yang harus terpenuhi selama hidupnya.
Hal tersebut disebabkan karena dengan terpenuhinya rasa aman maka setiap
individu dapat bekerja secara optimal. Arus listrik merupakan penyebab
kecelakaan kerja yang cukup dominan yang menyebabkan kebakaran atau
kematian. Berikut ini beberapa penyebab kecelakaan listrik pada lingkungan kerja
(Eko, 2016):
1. Buruknya kondisi instalasi listrik
Buruknya kondisi instalasi listrik disebabkan oleh dua hal yaitu pemasangan
kabel yang kurang tepat dan rusaknya isolasi pelindung bkabel karena
dimakan usia.
2. Kurangnya pemahaman terhadap lingkungan kerja
Bekerja dengan peralatan yang sudah berusia memerlukan perhatian khusus.
Perusahaan harus melakukan analisis dibutuhkan untuk hal yang tidak lazim
namun berpotensi bahaya, karena dengan kurangnya perhatian pada aspek
elemen terkecil tetap dapat menyebabkan bahaya.
3. Penggunaan pemanas listrik
Bahaya rusaknya isolasi pada pemanas listrik sangat besar terutama isolasi
yang berhubungan dengan manusia atau media penghantar listrik yang
memiliki potensi kontak terhadap manusia.
II-4

2.6 Bahaya Listrik


Energi listrik sangat dibutuhkan pada saat ini, tetapi selain memberikan
manfaat juga mempunyai potensi yang dapat membahayakan peralatan dan kita
sendiri. Berikut adalah 2 bahaya listrik (Eko, 2016):
1. Sentuhan langsung
Merupakan bahaya yang disebabkan oleh sentuhan pada bagian konduktif
suatu alat listrik yang secara normal bertegangan lalu mengalami kontak
langsung kepada manusia.
2. Sentuhan tidak langsung
Bahaya yang disebabkan oleh sentuhan pada bagian konduktif yang secara
normal tidak bertegangan karena kegagalan isolasi.
Untuk mengetahui sejauh mana tubuh manusia sanggup menahan aliran
listrik dan akibat – akibat yang ditimbulkan, maka terdapat batasan – batasan yang
dapat diperlihatkan pada tabel dibawah ini (Eko, 2016):
Tabel 2.2 Batasan – batasan Arus dan Pengaruhnya Terhadap Manusia
Besar Arus Akibat
1 mA – 8 mA Kesemutan dan sakit
8 mA – 15 mA Menyengat dan sadar
15 mA – 20 mA Terasa mengejutkan dan tak sadar
20 mA – 50 mA Pingsan dan sulit bernafas
50 mA – 100 mA Pingsan dan meninggal
Lebih dari 100 mA Terbakar

Kejut listrik yang terjadi dari tangan kanan menuju ke tangan kiri akan
melewati jantung dan akan mengakibatkan vebrilasi ventriculasi, sebaliknya kejut
listrik yang terjadi dari tangan kiri menuju ke tangan kanan tidak akan melewati
jantung dan tidak akan terjadi vebrilasi ventriculasi. Vebrilasi Ventriculasi adalah
suatu kondisi terganggunya denyut jantung akibat kejut listrik yang terjadi
didalam tubuh manusia selama periode tertentu

2.7 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja standar adalah suatu proses kejadian atau suatu keadaan
yang mengakibatkan terjadinya cidera atau penyakit yang diakibatkan oleh suatu
pekerjaan (Eko, 2016)
II-5

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan suatu


pekerjaan termasuk penyakit yang timbul karena adanya suatu hubungan dengan
suatu pekerjaan. Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak diinginkan
yang dapat menimbulkan penyakit atau cidera pada pekerjanya (Maimun, 2004).
Kecelakaan kerja merupakan suatu kecelakaan yang melibatkan seseorang
atau kelompok dalam rangka melaksanakan kerja di suatu lingkungan perusahaan
yang dapat terjadi secara tiba-tiba, tidak dapat diduga sebelumnya, tidak ingin
diharapkan untuk terjadi, serta dapat menimbulkan kerugian ringan dengan yang
paling berat, serta bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total (Rika, 2009).

2.8 Pencegahan Kecelakaan Kerja


Pencegahan kecelakaan kerja adalah suatu langkah untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja. Langkah awal untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja adalah dimulai dari pengenalan bahaya di tempat kerja, estimasi risiko
kecelakaan, membuat langkah pengendalian, dalam pengenalan bahaya di tempat
kerja, memutuskan segala risiko bahaya yang dapat terjadi pada saat proses
produksi berlangsung (Eko, 2016).
Kecelakaan kerja dapat dihindari. Beberapa langkah pencegahan suatu
kecelakaan kerja yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan maupun
oleh pihak tenaga kerja. Cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah sebagai berikut
(Ronald, 2012):
1 Melakukan evaluasi pendahuluan tentang karakteristik perusahaan oleh tenaga
terlatih.
2 Memberikan pelatihan untuk karyawan baik karyawan baru maupun karyawan
yang sudah berpengalaman
3 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja secara berkala.
4 Menekankan pada tenaga kerja akan pentingnya alat pelindung diri.
5 Pemberian sanksi pada karyawan yang melanggar peraturan yang sudah
ditetapkan sebelumnya seperti karyawan yang tidak memakai alat pelindung
diri (APD).

Anda mungkin juga menyukai