Anda di halaman 1dari 83

NORMA KESELAMATAN

DAN KESEHATAN (K3)


LISTRIK
DI TEMPAT KERJA
Ketenagalistrikan

05/30/2022
2
previousnext
LISTRIK /
ELECTRICAL
DITEMUKAN ;
600 SM Thales menemukan listrik statis
1733 William Golbert Electron
1752 Benyamin Frangklin-petir,
1800 Aleesandro Volta-sel listrik/Battery
1881 menetapkan ampere sebagai satuan standar pengukuran
listrik, bersama dengan coulomb, volt, ohm, dan watt.
1825 Geoge Simon Ohm – Hukum Ohm (V=I X R)
1831 Michael Farrady – listrik/magnit (motor listrik/generator)
LISTRIK / ELECTRICAL
 KELEBIHAN ;
 PRAKTIS : MUDAH DIBANGKITKAN
 HANDAL : MUDAH DIKONVERSIKAN KE ENERGI
LAINNYA, MUDAH DITEMUKAN DIMANA-MANA
 BERSIH
 EKONOMIS
KELEMAHAN
 TIDAK DAPAT DISIMPAN DALAM JUMLAH BESAR
( Battaery, Accu)
 APABILA PRODUKSI LEBIH, MAKA DIBUANG
 APABILA PRODUKSI KURANG, AKAN MENJADI
GANGGUAN/PADAM
PENGERTIAN
Pembangkitan Listrik
kegiatan untuk memproduksi dan membangkitkan
tenaga listrik dari berbagai sumber tenaga
Transmisi Listrik
kegiatan penyaluran tenaga listrik dari tempat
pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi
listrik
Distribusi Listrik
kegiatan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya
listrik besar sampai ke pemanfaat listrik
PENGERTIAN
Pemanfaatan Listrik
kegiatan mengubah energi listrik menjadi energi
bentuk lain.
Instalasi listrik
Jaringan perlengkapan membangkitkan, memakai,
mengubah, mengatur, mengumpulkan atau
membagikan tenaga listrik
PENGERTIAN

Peralatan listrik
barang pemanfaatan listrik yang merupakan unit
lengkap dan dapat mengubah energi listrik menjadi
energi bentuk lain

Perlengkapan listrik
setiap benda yang digunakan untuk keperluan
pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi atau
pemanfaatan energi listrik
SEJARAH PERATURAN K3 LISTRIK
1. Sebelum Merdeka
Veiligheidsreglement Stbl Van Nederlandsch Indie No. 406
Tahun 1910 (VR 1910 STBL No. 406)

2. Zaman Merdeka
- UU No. 14 Th 1969 digantikan dgn
UU No. 13 Th 2003 tentang Ke-TK-an)
- UU No. 1 Th 1970 (UU KK)
- Kepmenaker No.75/M/2002 Pemberlakuan PUIL 2000
- PUIL 2011
- Permenaker No.12/M/2015 Pengawasan K3 listrik
- Permenaker No. 33 Tahun 2015 tentang Perubahan Permenaker
12/M/2015
- S.Kepdirjen PPK No. 48/DJPPK/2015 Tenisi K3 Listrik
- S.Kepdirjen PPK No. 47/DJPPK/2015 Ahli K3 Sps Listrik
G

UU.K3 LISTRIK

TT/
UU.KETENAGALISTRIKAN
Kebijakan nasional Kebijakan nasional

TET
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin tenaga listrik
tempat kerja TM/ (pengusahaan)
yang Aman dan yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrab lingkungan
TR
M

Tempat kerja Bukan tempat kerja


PERMENAKER 12 Tahun 2015

PENGUSAHA DAN/ATAU PENGURUS WAJIB


MELAKSANAKAN K3 LISTRIK DI TEMPAT KERJA.

Tujuan K3 Listrik
1. Melindungi Keselamatan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan
orang lain dari potensi bahaya listrik
2. Menjamin kehandalan dan akurasi serta aman instalasi
listrik, bangunan beserta isinya.
3. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik :
N SHOCK : sentuhan langsung/sentuhan tidak langsung
N ARCH : Efek thermal bahaya kebakaran
N BLAST : bahaya LEDAKAN (efek medan electromagnit)
N bahaya lain : mati listrik, Radiasi, Tegangan Sisa, Tidak
Nyaman
4. Menciptakan tempat kerja yang selamat dan sehat untuk
mendorong produktivitas.
STANDART KELISTRIKAN

Kegiatan K3 Listrik wajib mengacu kepada standar


bidang kelistrikan dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Yang meliputi:
a. Standar Nasional Indonesia (SNI-PLN);
b. Standar Internasional; (IEC, IEEE, ANSI)
c. Standar Nasional Negara lain (JIS, BSI,DIN)
yang ditentukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Listrik.
Tujuan Pembelajaran
 Mengetahui Dasar-dasar Kesehatan Kerja
 Mengetahui potensi bahaya pada pekerjaan
listrik
 Mengetahui P3K Listrik
 Melakukan pembinaan dan pengawasan
persyaratan kesehatan kerja listrik
 Melaksanakan pembinaan dan pengawasan
P3K Listrik.
14
 Pekerja merupakan asset perusahaan, selalu
berhadapan dengan bahaya kerja listrik.
 Hazard Kesehatan di bidang Listrik terus berubah
seiring dengan perkembangan industri.
 Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan.
 Bidang Kesehatan Kerja  Pekerja berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja

15
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Philosophy
Upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan
tenaga kerja dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat
yang adil dan sejahtera.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran,
peledakan, pencemaran, penyakit
akibat kerja , dll

“ACCIDENT PREVENTION”
Kesehatan Kerja
Menurut Joint ILO/WHO Committee tahun 1995 :

 Promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya dari


kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua pekerjaan;
 pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh
kondisi kerja mereka;
 perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari resiko akibat
faktor-faktor yang mengganggu kesehatan;
 penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya; dan
 kesimpulan, penyesuaian pekerjaan, terhadap manusia dan setiap
manusia terhadap pekerjaannya.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan dan Produktivitas Tenaga Kerja

Beban Kerja Lingkungan Kerja


-Fisik -Fisik
-Mental -Kimia
-Biologi
-Fisiologi
-Psikologi

Kapasitas kerja
- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani & rohani
- Status kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
- Ukuran tubuh
20
 Ergonomi :
Ilmu yang mempelajari kesesuaian antara
manusia dengan alat, lingkungan dan proses
kerja untuk menciptakan kenyamanan
bekerja dan meningkatkan produktivitas.
 Ergonomi :
Penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan manusia secara
optimum, dengan tujuan agar bermanfaat demi
efisiensi dan kesejahteraan (ILO).
TUJUAN ERGONOMI
 Bgmn mengatur kerja agar Tenaga Kerja dpt
melakukan pekerjaannya dgn rasa aman, selamat,
efisien, efektif dan produktif, nyaman, terhindar dari
bahaya yg mungkin timbul di tempat kerja.
PENERAPAN ERGONOMI
(PEKERJAAN LISTRIK)

 Penyesuaian peralatan kerja dengan postur tubuh yang bekerja;


 Merancang peralatan dan cara kerja hingga postur tubuh tetap
alami (fisiologis);
 Menghindari pekerjaan yang berulang secara terus menerus
dalam posisi yang sama termasuk postur tubuh statis;
 Merancang tempat kerja yang sesuai dengan antropometri
pekerja;
 Pemberian beban kerja yang sesuai; dan
 Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.
PENERAPAN ERGONOMI (ILO)
(Pekerjaan Listrik)

1. Penyimpanan dan penanganan barang/material


2. Alat-alat/perkakas tangan
3. Penyempurnaan rancangan meja kerja
4. Pencahayaan di tempat kerja
5. Faktor keamanan pada mesin produksi
6. Bangunan dan lingkungan
7. Bahaya-bahaya lingkungan kerja
8. Fasilitas umum
9. Peralatan pelindung diri
10. Pengaturan pekerjaan
26
SYARAT KESEHATAN TENAGA KERJA
PADA PEKERJAAN LISTRIK

 Epilepsi
 Gangguan kardiovaskuler
 Asthma
 Gangguan keseimbangan
 Gangguan penglihatan Buta Warna
 Acrophobia/takut ketinggian dan gangguan
mental lainnya
 Penyakit lainnya yang membahayakan
keselamatan selama bekerja
28
.

EFEK SENGATAN LISTRIK


Besar arus yang Akibat yang timbul
melewati tubuh
1 mA, atau kurang Tidak ada akibat, tidak terasa
AMAN

1 – 8 mA Sengatan terasa tetapi tidak sakit dan


tidak mengganggu kesadaran
8 – 15 mA Sengatan terasa sakit, tetapi masih bisa
melepaskan diri, kesadaran tidak hilang
15 – 20 mA Sengatan sakit kesadaran bisa hilang
BERBAHAYA

dan tidak bisa melepaskan diri


20 – 50 mA Kesakitan, susah bernafas, terjadi
konstraksi pada otot & kesadaran hilang
100 – 200 mA Kondisi mematikan langsung dan susah
ditolong
200 mA atau lebih Terbakar dan jantung berhenti berdetak
31
POTENSI BAHAYA BEKERJA PADA KETINGGIAN
BIDANG LISTRIK
SUMBER BAHAYA BEKERJA PADA KETINGGIAN

 Faktor fisika lingkungan kerja, misalnya; suhu,


tekanan udara.
 Sumber bahaya listrik
 Kondisi dan peralatan tempat kerja, seperti;
peralatan, ketinggian dll.
 Cara kerja tidak ergonomi
POTENSI BAHAYA BEKERJA PADA
KETINGGIAN

 Pajanan suhu dan kelembaban


 Oksigen deficiency
 Jatuh dari ketinggian
 Keseimbangan
 Tidak ergonomi
 Psikologi (takut ketinggian)
 dll
43
UTILITY SITE CONFINED SPACE
SUMBER BAHAYA BEKERJA
PADA RUANG TERBATAS
 Konsentrasi O2 di udara
 Bahan kimia berbahaya :
 konsentrasi gas, embun atau kabut yang dapat terbakar dan
meledak
 Debu di udara yang mudah meledak
 Konsentrasi bahan kimia berbahaya melebihi NAB.
 Sumber bahaya listrik
 Faktor fisik lingkungan kerja, misalnya; panas, bising.
 Kondisi dan peralatan tempat kerja, seperti; peralatan,
licin, gelap dll.
 Cara kerja tidak ergonomi
POTENSI BAHAYA BEKERJA
PADA RUANG TERBATAS
 Oksigen deficiency
 Pajanan suhu dan kelembaban
 Pajanan gas beracun
 Terjadi kebakaran
 Terjadi peledakan
 Tersengat listrik
 Pajanan bising
 Kondisi kerja licin  Jatuh
 Tidak Ergonomi
 Tertimpa benda
 Takut kegelapan, tertutup  psikologi
 dll
48
ARUS LISTRIK

 Luka bakar
 Kejutan
 Kejang otot
 Irama jantung
 Henti jantung  kematian
 Pingsan
CICATRIC ( PEMBENTUKAN JARINGAN
PARUT /BEKAS LUKA) KULIT KEPALA
JARI KELINGKING
KONTRAKTUR
CICATRIK PADA TELAPAK KAKI
CICATRIC TELAPAK KAKI
PANAS

 Panjang gelombang, berbanding terbalik dengan


frequency
 Makin pendek gelombang  frequensi semakin tinggi
 Frequency makin tinggi  Tingkat energi yang
dibangkitkan makin besar
 Microwave freq 2.450.000.000 Hz, sehingga
menimbulkan panas
 SUTET dan SUTT freq 50 Hz, shg energi sangat
rendah dan tdk menimbulkan pemanasan atau ionisasi
RADIASI PENGION DAN NON PENGION

 Pengion :
 gel elektromagnetik dg freq. diatas 10 16 Hz
 Energi sangat tinggi
 Menembus jaringan
 Menyebabkan ionisasi  menghancurkan ikatan
molekul dan merusak material genetik.
 Non Pengion :
 gel elektromagnetik dg freq di bawah 10 16 Hz
 Tidak menyebabkan ionisasi
 Terjadi thermal efek
SINAR X

 Kematian sel-sel
 Perubahan struktur genetik suatu sel.
 Penyakit kanker
 Rambut gugur, kulit menjadi merah dan berbisul
HASIL PENELITIAN DR. ANIES
PAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK YANG
BERASAL DARI SUTET 500 KV

 Menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk, yaitu


sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal
dengan electrical sensitivity berupa :
 keluhan sakit kepala (headache),
 pening (dizziness), dan
 keletihan menahun (chronic fatigue syndrome).
 ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus oleh
seseorang, sehingga penemuan baru ini diwacanakan sebagai
"Trias Anies".
FENOMENA SUTET
 Sering dihubungkan dengan gangguan kesehatan, padahal
sebenarnya hanya sebatas fenomena dan secara teknis
memungkinkan terjadi. Artinya fenomena tersebut tidak identik
dengan tingkat bahaya terhadap kesehatan manusia yang
berada di bawahnya. Fenomena tersebut :
 Bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar
(konduktor) dan kadang-kadang disertai cahaya kekuningan.
 Bulu atau rambut berdiri akibat gaya tarik medan magnit
 Lampu neon dan tespen dapat menyala karena gas neon dalam tabung
terionisasi.
 Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda yang mudah
menghantar listrik, mis; seng, pagar besi, kawat jemuran, badan mobil.
BECAUSE SUTET A CURRENT CARRYING WIRES ARE THEN OF
COURSE SUTET GENERATING AN ELECTRIC FIELD AND A MAGNETIC
FIELD IN THE FORM OF ELECTROMAGNETIC WAVES. HERE ARE THE
IMPACTS CAUSED BY THE ELECTRIC FIELD ON THE HIGH-VOLTAGE
WIRES THAT CAN BE FELT BY NAKED EYE:

 Membuat suara bising/desis akibat ionisasi pada permukaan


penghantar (conductor) yang terkadang disertai dengan warna
ungu muda,
 Bulu/rambut berdiri pada bagian tubuh yang terbuka akibat gaya
tarik medan listrik yang kecil,
 Lampu neon dan pena uji dapat menyala tetapi redup, karena
kemudahan gas neon di dalam tabung lampu dan pena uji
terionisasi,
 Guncangan lemah pada sentuhan pertama benda-benda yang
mudah menghantarkan listrik (seperti atap seng, pagar besi,
kawat jemuran dan badan mobil).
KARENA SUTET MERUPAKAN KABEL PEMBAWA ARUS MAKA
TENTUNYA SUTET MENGHASILKAN MEDAN LISTRIK DAN
MEDAN MAGNET BERUPA GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK.
BERIKUT DAMPAK YANG DITIMBULKAN OLEH MEDAN
LISTRIK PADA KABEL TEGANGAN TINGGI YANG DAPAT
DIRASAKAN SECARA KASAT MATA:

 Create noise / hiss due to ionization on the surface of the


conductor (conductor) which is sometimes accompanied by
light purple,
 Fur / hair stand up on the exposed parts of the body due to
tensile force small electric field,
 Neon lights and test-pen can be lit but dim, due to the ease of
neon gas inside the lamp tube and the test-pen ionized,
 Weak shock at the first touch of the objects that are easy to
deliver electricity (such as roofing zinc, iron fence, wire
clothesline and car bodies).
MINIMUM DISTANCE OF THE HIGHEST POINT OF THE BUILDING
(TREES) TO THE LOWEST POINT OF 500 KV HIGH-VOLTAGE
WIRES WIRES MUST MEET THE FOLLOWING REQUIREMENTS:

 The minimum distance highest point fireproof building to its lowest point of 500
kV high-voltage wires wires is 8.5 m
 The minimum distance highest point of the iron bridge low point of 500 kV high-
voltage wires wires is 8.5 m
 The minimum distance railroad to the lowest point of 500 kV high-voltage wires
wires is 15 m
 The minimum distance the field open to its lowest point of 500 kV high-voltage
wires wires is 11 m
 The minimum distance highest point of the building is not fireproof wires to the
lowest point of 500 kV high-voltage wires is 15 m
 The minimum distance highest point of the building is not fireproof wires to the
lowest point of 500 kV high-voltage wires is 15 m
 The minimum distance highway towards the lowest point of 500 kV high-voltage
wires wires is 15 m.
JARAK MINIMUM TITIK TERTINGGI GEDUNG
(PEPOHONAN) KE TITIK TERENDAH KABEL TEGANGAN
TINGGI 500 KV KABEL HARUS MEMENUHI
PERSYARATAN SEBAGAI BERIKUT:

 Jarak minimum titik tertinggi gedung tahan api ke titik terendah kabel kabel
tegangan tinggi 500 kV adalah 8,5 m
 Jarak minimum titik tertinggi jembatan besi titik rendah kabel kabel tegangan tinggi
500 kV adalah 8,5 m
 Jarak minimum rel kereta api ke titik terendah kabel kabel tegangan tinggi 500 kV
adalah 15 m
 Jarak minimum medan terbuka ke titik terendah kabel tegangan tinggi 500 kV
adalah 11 m
 Jarak minimum titik tertinggi gedung tidak kabel tahan api sampai titik terendah
kabel tegangan tinggi 500 kV adalah 15 m
 Jarak minimum titik tertinggi gedung tidak kabel tahan api sampai titik terendah
kabel tegangan tinggi 500 kV adalah 15 m
 Jarak minimum jalan raya menuju titik terendah kabel kabel tegangan tinggi 500
kV adalah 15 m.
PENELITIAN JOHN MOULDER TENTANG
DAMPAK SUTET TERHADAP
KESEHATAN

 Tidak ada hubungan sebab akibat antara medan


tegangan listrik dan kesehatan manusia (termasuk
kanker).
 Walaupun demikian medan tegangan listrik belum
bisa dibuktikan benar-benar aman.
 Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya
kesehatan terhadap manusia, maka itu hanya terjadi
pada sebagian kecil kelompok
WHO

 Tidak banyak pengaruh yang ditimbulkan oleh medan


listrik sampai 20 kV/m pada manusia dan medan listrik
sampai 100 kV/m tidak memengaruhi kesehatan hewan
percobaan.
 Percobaan beberapa sukarelawan pada medan magnet
5 mT hanya memiliki sedikit efek pada hasil uji klinis
dan fisik.
P3K di tempat kerja
(Permennaker No. 15/Men/2008:

 Petugas P3K :
 Pelatihan
 Lisensi dan buku kegiatan

 Fasilitas P3K :
 Ruang P3K
 Kotak P3K dan isi kotak
 Alat evakuasi dan Transportasi
 Fasilitas tambahan berupa APD/Shower/eye wash
SEBAB-SEBAB :
1. Aliran arus listrik
2. pengaruh medan magnit
3. Kesalahan mekanik perlengkapan listrik
4. Bunga api == ledakan busur listrik
5. kombinasi

BAHAYA LISTRIK TERHADAP


MANUSIA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPARAHAN
PADA CEDERA AKIBAT LISTRIK

 Voltage/Kekuatan listrik (beda potensial)


 Amper (Arus Listrik)
 Type Arus/jenis aliran (searah/bolak-balik)
 Lama Kontak == banyaknya energi yang terserap
 Daerah / bagian tubuh yang kontak (Tahanan)
 Jalan Arus
 Banyaknya Jaringan Resistance
 Kandungan Air Dalam Jaringan
 Kondisi phisik dan kejiwaan (perubahan tahanan)
JARINGAN PENGHANTAR LISTRIK

1. Jaringan konduktor
 Pembuluh darah
 Otot

2. Jaringan tidak konduktor


 Tulang
 Kulit kering
 Syaraf tepi
AKIBAT SENGATAN LISTRIK
ARUS SEARAH DAN BOLAK-BALIK

1. Akibat arus searah :


 Perubahan elektrolit.
2. Akibat Arus bolak-balik
 Kejang otot
 Berkeringat
 Kerusakan jaringan
 Vertrikel fibrilasi sampai henti jantung, otak kurang O2 dan
meninggal.
 Voltage dan freq. 100 v & 60 Hz menyebabkan ventrical fibrilation
 Voltage tinggi dapat menyebabkan paralysis pernafasan
 Arus diatas 20 mA dapat menyebabkan kontraksi otot pernafasan
dada, dlll.
CICATRIC KULIT KEPALA
JARI KELINGKING
KONTRAKTUR
CICATRIK PADA TELAPAK KAKI
CICATRIC TELAPAK KAKI
AKIBAT SENGATAN LISTRIK
0,5 ma
Dirasakan
Lebih dari 3 ma
painful shock
Lebih dari 10 ma
Kontraksi otot “no-let-go” danger, 0,1 dtk tdk tjd gangguan,
0,5 dtk kelumpuhan sementara, pernafasan, pingsan, 1 dtk
ventricel fibrilasi.
Lebih dari 30 ma
lung paralysis- usually temporary
Lebih dari 50 ma
possible ventricular fib. (heart dysfunction, usually fatal)
100 ma sampai 4 amps
certain ventricular fibrillation, fatal
Lebih 4 amps
heart paralysis; severe burns. Usually caused by >600 volts
AKIBAT SENGATAN LISTRIK
CURRENT (mA) EFFECT
0.5 – 2 Dirasakan
2 – 10 Terasa nyeri sesuai arus
10 – 25 Kejang, tidak dapat melepaskan
meningkatkan tekanan darah
sesak nafas karena kontraksi otot
25 – 80 kontraksi otot lebih berat
kadang tulang rawan patah
peningkatan tekanan darah
hilang kesadaran (jantung+paru)
Over 80 Tempat terkena aliran terbakar
Meninggal (ventricular fibrilation)
GEJALA DAN TANDA

 Cidera (luka bakar akibat listrik masuk dan keluar)


 Mati klinis (hilang kesadaran, henti nafas, henti jantung)
 Kerusakan jaringan (kulit/sub kutis, saraf, otot, tulang
patah, mata, ginjal, saluran pencernaan, pembuluh darah,
jantung/irama, konduksi, infark)
 Kejang (kontraksi otot tidak teratur)
 Gelisah, nyeri otot, kelumpuhan, gangguan penglihatan.
PEMBERIAN PERTOLONGAN

1. Menilai situasi
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain
b. Memperhatikan sumber bahaya
c. Memperhatikan jenis pertolongan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan
PEMBERIAN PERTOLONGAN

2. Mengamankan Tempat Kejadian


a. Memperhatikan penyebab kecelakaan
b. Utamakan keselamatan diri sendiri
c. Singkirkan sumber bahaya yang ada (putuskan
aliran dan matikan sumber listrik)
d. Hilangkan faktor bahaya misal dengan
menghidupkan exhaus ventilasi, jauhkan sumber
listrik dengan bahan non konduktor)
e. Singkirkan korban dengan cara aman dan
memperhatikan keselamatan diri sendiri (dengan
alat pelindung seperti; sarung tangan, kayu, tali,
kain, sapu dll).
PEMBERIAN PERTOLONGAN

3. Memberikan pertolongan
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status
korban dan prioritas tindakan
b. Berikan pertolongan sesuai status korban
a. Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari
tubuh
b. Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan
resusitasi Jantung paru
c. Selimuti korban
d. Bila luka ringan obati seperlunya (luka bakar ringan).
e. Bila luka berat carikan pertolongan ke RS/dokter.

Anda mungkin juga menyukai