Anda di halaman 1dari 261

Sertifikasi dan

Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Part # 1
Ir.H.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU,ASEAN Eng.

1
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

Day #1 II. KELOMPOK INTI :


27 May
2022 II.9.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 2
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

Day #1
27 May II. KELOMPOK INTI :
2022

II.14.
Persyaratan K3 Listrik
Ruang Khusus

3
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

Day #2 II. KELOMPOK INTI :


28 May
2022 II.12.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 4
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

Day #3 II. KELOMPOK INTI :


30 May
2022 II.2.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 5
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

Day #3,4 II. KELOMPOK INTI :


30,31
May 2022
II.6.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 6
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

Day #4 II. KELOMPOK INTI :


31 May
2022 II.10.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 7
Listrik=Elestrik=Electrical

8
9
10
Listrik = Gerakan Elektron (keluar dari orbitnya
ke atom lainnya) [Joule]

11
Jenis-jenis Listrik :
❑ Listrik Statis : Dayanya tidak bisa dimanfaatkan
❑ Batu ambar digesek-gesek dengan kain wol
❑ PETIR (Ligthning)
❑ Listrik Dinamis : Dayanya bisa dimanfaatkan
❑ DC (Direct Current) Arus Searah : Tidak Punya Frekuensi
❑ AC (Alternating Current) Arus Bolak Balik : Punya Frekwensi
f = 50 Hertz, atau f = 60 Hz
Sistem Listrik DC :
❑ Relatif kecil, missal : Baterai, Aki, Generator DC
❑ Jika diukur dengan Osciloscope :

V,
I

12
Sistem Listrik AC :
❑ Dari mulai yang kecil sampai dengan sangat besar,
missal : Genset 500 W samapai dengan Generator
AC 1000 MW
❑ Jika diukur dengan Osciloscope : mempunyai
Gelombang (Frequency) Sinusoidal

Amerika dkk :
f = 60 Hz
(60 cps)
V, cps=cycle per second
I → 1 cycle = 1/60
detik
Π/2 Π
2Π Eropa dkk :
900 50 Hz (50 cps)
1800 → 1 cycle =1/50
2700 detik
3800

1 cycle (1 gelombang)
13
Jenis-jenis Listrik :
❑ Listrik Statis : Dayanya tidak bisa dimanfaatkan
❑ Batu ambar digesek-gesek dengan kain wol
❑ PETIR (Ligthning)
❑ Listrik Dinamis : Dayanya bisa dimanfaatkan
❑ DC (Direct Current) Arus Searah : Tidak Punya Frekuensi
❑ AC (Alternating Current) Arus Bolak Balik : Punya Frekwensi
f = 50 Hertz, atau f = 60 Hz
Sistem Listrik AC :
❑ Sistem Satu Fasa :
❑ Satu kawat Fasa, Satu kawat Netral, Satu kawat Ground
Kawat Fasa (Kawat Line = Kawat Api)
Kawat Netral (Kawat Nol)
Kawat Ground (Kwat Arde)

❑ Sistem Tiga Fasa :


❑ Tiga kawat fasa, Satu Kawat Netral, Satu Kawat Ground
Kawat Fasa R
Jika Tegangan kawat T
Kawat Fasa S
dengan Kawat N =220 Volt,
Kawat Fasa T maka Tegangan Kawat T
Kawat Netral dengan Kawat S = 220 x
Kawat Ground Akar 3 = 380 Volt 14
❑ Listrik dan Satuannya :
❑ Voltage (Tegangan Listrik), satuannya Volt (V)
❑ Volt = Joule / Coulomb
❑ 1 Coulomb = 9,24 x 10 18 Electron

❑ Current (Arus Listrik), satuannya Amper (A)


❑ Amper = Coulomb / Detik

❑ Resistance (Tahanan Listrik), satuannya Ohm (Ω)


❑ R = rho (L/A)
❑ Menurut Penelitian, R manusia ditanah = 5.600 Ω

❑ Hukum Ohm V=I x R


❑ Jika Tubuh manusia teraliri listrik 220 Volt, maka :
I = 220 V/5600 Ω = 0,039 A = 39 mA

❑ DC Power PDC = V x I , satuannya Volt Amper (VA)


❑ AC Power PAC = V x I x Cos ø , satuannya Watt (W)
VA ❑ Cos ø = PF (Power Factor) → PF standard = 0,85
Z VAR ❑ Watt=Joule/Detik → W Detik=Joule → KWh = 3.600.000 Joule
ø X ❑ R=Resistance, Z=Impedance, X=Reactance
Watt ❑ Electrical Energy, satuannya KWh
R ❑ Tarif Listrik Rumah Tangga tahun 2020
= Rp.1.352 - Rp.1.468 / KWh 15
Reactance, Inductance,
Capacitance, and Power Factor
BEBAN,IMPEDANSI,POWER FACTOR
Tegangan bolak-balik yang dibangkitkan oleh Generator AC
apabila diberi beban akan timbul Arus bolak-ballik.
Beban Resistif : IR sefasa dengan V ---→ IR 00
V

IR

IR V

Π/2 Π 2Π

900
1800
2700
3800
IR = Arus Resistif 16

Contoh-contoh Beban Resistif : Lampu pijar, seterika, elemen pemanas, dll


Beban Kapasitif
Ada pergeseran fasa antara IC dan Vc. Secara vektoris, V=VR+VC
Artinya VR adalah 90o terhadap VC , dan V merupakan resultante dari VR dan VC
VC selalu dengan VR, karena pasti ada R (tahanan) dari penghantar.
IC mendahului (leading) terhadap V ---→ IC +φ
IC
VR

V
VR IC VC
φ
θ φ θ

900
VC 1800
V 2700
3800
IC duluan muncul dibanding V
VR VR R VR = Tegangan Resistif
φ φ φ VC= Tegangan Capacitif
θ VC XC V= Tegangan
V Z
R = Tahanan
Z = Tahanan semu (Impedansi)
17
VC V XC = Reaktansi Capasitif
Beban Induktif
Ada pergeseran fasa antara IL dan VL. Secara vektoris, V=VR+VL
Artinya VR adalah 90o terhadap VL , dan V merupakan resultante dari VR dan VL
VL selalu dengan VR, karena pasti ada R (tahanan) dari penghantar
IL membelakangi (lagging) terhadap V ---→ IL -φ
VL
V V
IL
VR
θ
φ IL VL

VR
θ φ

900
1800
2700
3800
IL belakangan muncul dibanding V
VL V V VR = Tegangan Resistif
VL= Tegangan Induktif
VL V = Tegangan
Z XL
θ
R = Tahanan
φ φ φ
Z = Tahanan semu (Impedansi)
18
VR VR R XL = Reaktansi Induktif
80 %

- Beban Generator = 80% x Daya nominal


- Beban Trafo = 80% x Daya nominal
- Daya Pompa = 80% x Daya Motor Listrik
- Suhu operasi maksimum = 80% x Suhu max.
- Dan lain-lain

23
DC and AC

24
HUBUNGAN TAHANAN
I. Tahanan Seri
Ketentuan : RT =R1 + R2 + R3 + …… Rn
IT = I1 = I2 = I3 = ……. In
ET = E1 + E2 + E3 + …… En

Contoh Soal :
E1 = ….. ? E2 = 12 V E3 = ….. ? E4 = 48 V
I1 = ….. ? I2 = ….. ? I3 = 0,5 A I4 = ….. ?
R1 = 72 Ω R2 = ….. ? R3 = 48 Ω R4 = ….. ?

ET = ….. ? IT = ….. ? RT = ….. ?

IT = I1 = I2 = I3 = I4 = 0,5 A
E1 = I1 x R1 = 0,5 A x 72 Ω = 36 V
E3 = I3 x R3 = 0,5 A x 48 Ω = 24 V
ET = E1 + E2 + E3 + E4 = 36 + 12 +24 + 48 = 120 V
E2 12
R2 = = = 24 Ω
I2 0,5
E4 48
R4 = = = 96 Ω

I4 0,5 25
RT =R1 + R2 + R3 + R4 = 72 + 24 + 48 + 96 = 240 Ω
II. Tahanan Paralel
Ketentuan : 1 1 1 1 1
= + + + …….
RT R1 R2 R3 Rn
IT =I1 + I2 + I3 + …… In
ET = E1 = E2 = E3 = …… En
Contoh Soal :

E1 = 120 V E2 = …. ? E3 = …. ?
I1 = 2 A I2 = 1,5 A I3 = 1 A
R1 = 60 Ω R2 = 80 Ω R3 = 120 Ω

ET = ….. ? IT = ….. ? RT = ….. ?

ET = E1 = E2 = E3 = 120 V
IT = I1 + I2 + I3 = 2 + 1,5 + 1 = 4,5 A
ET 120
RT = = = 26,66 Ω
IT 4,5

atau :

1 1 1 1 1 1 1 1 4+3+2 9
= + + → = + + = =
RT R1 R2 R3 RT 60 80 120 240 240
1 9
= → 9 RT = 240 → RT = 240/9 = 26,66 Ω (hasilnya sama dengan diatas)
RT 240
26
III. Tahanan Seri Paralel
Contoh Soal :
E2 = ….. ?
I2 = ….. ?
E1 = ….. ? R2 = 20 Ω
I1 = ….. ? ET = 110 V
R1 = 10 Ω E3 = ….. ? IT = ….. ?
I3 = ….. ? RT = ….. ?
R3 = 30 Ω

Selesaikan dulu yang parallel, untuk mencari nilai tahanan yang diparale RP :
1 1 1 1 1 3+2
= + = + = → RP = 60/5 = 12 Ω
RP R2 R3 20 30 60
Rangkaian penggantinya :

R1 = 10 Ω RP = 12 Ω

RT = R1 + RP = 10 + 12 = 22 Ω
ET 110
IT = = = 5 A → I1 = IT = 5 A
RT 22
E1 = I1 x R1 = 5 x 10 = 50 V
ET = E1 + EP → EP = ET - E1 = 110 – 50 = 60 V
Lihat Rangkaian parallel lagi, untuk mencari nilai E2 , I2 dan I3 :
E2 = E3 = EP = 60 V
I2 = E2 = 60 = 3 A
R2 20
E3 60 27
I3 = = =2A
R3 30
Sumber Listrik :
❑ Generator :
❑ PLTA, PLTM, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, PLTN, PLTD,
Gen Set, PLTB

❑ Baterai (Aki) :
❑ PLTS

28
29
DAFTAR ISI MATERI PEMBINAAN AHLI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaandan K3
No. :Kep.47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik.

I. KELOMPOK DASAR :
I.1.Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
I.2.Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik

II. KELOMPOK INTI :


II.1.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diPembangkitan Listrik
II.2.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diTransmisi Listrik
II.3.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diDistribusi Listrik
II.4.Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diPemanfaatan Listrik
II.5.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diPembangkitan Listrik
II.6.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diTransmisi Listrik
II.7.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diDistribusi Listrik
II.8.Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik diPemanfaatan Listrik
INTISARI
K3 LISTRIK II.9. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik diPembangkitan Listrik
II.10.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrikdi Transmisi Listrik
II.11.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrikdi Distribusi Listrik
II.12.Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrikdi Pemanfaatan Listrik
II.13.Persyaratan K3 Sistem Penyalur Petir
II.14.Persyaratan K3 Listrik Ruang Khusus
II.15.Persyaratan K3 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik pertama
INTISARI dan/atau perubahan
K3 LISTRIK II.16.Persyaratan K3 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik berkala
II.17.Praktek
II.18.Seminar

III. KELOMPOK PENUNJANG :


III.1.Pelaksanaan K3 Listrik dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan danKesehatan Kerja
(Peraturan Pemerintah No.50 th 2012)
III.2.Analisis dan Pelaporan kecelakaan kerja listrikIII.3.Kesehatan kerja listrik

IV.1EVALUASI : 30
IV.1.Evaluasi (Teori)
31
2

M I.9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik

32
3

Diharapkan agar
Calon AHLI K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik

33
4

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

34
5

1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

35
Bahaya Listrik (Electrical)
merupakan salah satu dari banyak bahaya

36
Pusat Pendidikan dan Latihan PLN :

Per Men
Ketenagakerjaan
No.12 th.2015
→ UU no.30 th 2009
→ tentang Ketanagalistrikan 37
38
39
Dimaksudkan untuk
menggantikan
UU no.15 1985
tetapi
DIBATALKAN OLEH
MK

UU No.30 th 2009 ini


YANG BERLAKU
SEKARANG

40
41
42
43
44
Sekarang istilahnya Zero LTI (Loss Time Incident), tidak lagi Zero
LTA (Loss Time Accident), sejak NFPA 2018 mengganti A
(Accident)menjadi I (Incident).
PT.Pertamina Hulu Mahakam-February 2019

45
PLN – PLTD Gunung Malang Balikpapan – October 2016

46
47
48
FR = Injury FREQUENCY RATE
(Tingkat Kekerapan Cidera)

SR = Injury Severity Rate


(Tingkat Keparahan Cidera)

49
PENYEBAB KECELAKAAN :

Teori Domino,
ILCI Caution Model,
Teori Swiss Cheese (Keju Swis),
Teori SHELL,
Teori Human Factor

50
51
Contoh “Kartu Tanda Kewenangan
Ahli K3 Listrik”

52
53
Contoh “Kartu Tanda Kewenangan
Teknisi K3 Listrik”
(model lama-2009)

54
55
56
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.12
th.2015 tentang K3 Listrik dtempat kerja.

57
Berita tgl 12 Desember 2019 :
Perusahaan terkena Tipiring (Tindak Pidana Ringan) Denda
Rp.500.000 dan atau Kurungan 15 hari, karena melanggar:
❑ UU No.1 tahun 1970-Pasal 15 Ayat 2.
❑ Permenaker No.12 tahun 2015-Pasal 2 jo Pasal 9 Ayat 3
jo Pasal 14.

58
59
SK DirJend PPK3 Kementerian Tenaga
Kerja RI No.47 th.2015 tentang
Pembinaan Calon Ahli K3 Listrik.

60
SK DirJend PPK3 Kementerian Tenaga
Kerja RI No.48 th.2015 tentang
Pembinaan Calon Teknisi K3 Listrik.

61
62
63
64
65
66
67
CONTOH SOAL
KODE D1-03 122019
KODE D1-12122019
__________________________________________________

REGULASI
1. Sebutkan dasar-dasar hukum tentang K3 Kelistrikan
Jawab :
Dasar-dasar hukum K3 Kelistrikan
1. Undang-Undang No.1 tahun 1970 :
❑ Pasal 2 Ayat 2 Hutuf q
❑ Pasal 3 Ayat 1Huruf q
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.12 tahun 2015
3. Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamtan dan Kesehatan Kerja No.47 tahun
2015
4. Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamtan dan Kesehatan Kerja No.48 tahun
2015
Catatan :
Dalam Undang-Undang No.13 tahun 2013 Paragraf 5 Pasal 86 dan 87
,hanya mengatur tentang K3 secara umum, tidak ada kalimat tentang
listrik. 68
Pola Sistem Tenaga Listrik :
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, Pemanfaatan

Pembangkit

Transmisi

Distribusi

Pemakai
(Pemanfaatan)

69
Pola Sistem Tenaga Listrik :
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, Pemanfaatan

70
71
Source : PLN Corporate University
72

Source : PLN Corporate University


73
Transformator Distribusi
G LV

MV Industri

Pembangkit Transmisi Distribusi Distribusi Pemanfaatan


primer

13,8 kV-24 kV 115 kV-700 kV 70 kV-150 kV 20 kV 380 / 220 V


26 kV Toshiba Extra High Voltage Medium Voltage Low Voltage
High Voltage High Voltage / SUTET

Voltage Levels USA Standard PUIL 2000,page 34 PLN


PUIL 2011, page 43
Extra Low Voltage Safe for human : Aman bagi mausia :
(ELV) < 50 Volt (ac) < 50 Volt (ac)
< 50 Volt (dc) < 120 Volt (dc)
Low Voltage (LV) 110 Volt , 240 < 1000 Volt (ac) 380 Volt/220 Volt
Volt, 480 Volt < 1500 Volt (dc) SUTR,SKTR
Medium Voltage (MV) 4.16 kV, 13.8 1 kV - 35 kV 6KV,20KV
kV ,34.5 kV SUTM,SKTM
High Voltage (HV) 69 kV, 115 kV > 35 kV 150 KV
,138 kV, 161 kV SUTT, SKTT
,230 kV, 287 KV
Extra High Voltage 345 kV, 500 kV 500 KV
(EHV) 765 kV SUTET
Ultra High Voltage 1100 kV, 74
(UHV) 1500 kV
PT.PAMA-TOP Site, Buhut-KalTeng, Decemeber 2018

75
PUIL 2000 halaman 34 :
SELV = Safety Extra Low Voltage
PELV = Protective Extra Low Voltage
FELV = Functional Extra Low Voltage

76
PUIL 2011 halaman 43 :

77
OSHA 1910.303(g)(2)(i) :
>50 Volt AC atau DC → berbahaya

78
OSHA 1910.269 : NFPA 70 E 130.2(A)(3) :
>50 Volt berbahaya >50 V AC atau DC berbahaya

79
Mengapa batasnya 50 Volt?
Ref.IEC (Independent Electrical Contractor): 50 Volt / (500Ω + 100Ω + 5000Ω) = 8,9 mA.
8,9 mA ini < 10 mA, dimana 10 mA= Can not let go level (tingkat tidak bias melepaskan diri)

80
Referensi lain :
10 mA = Let go threshold (Ambang pintu bias melepaskan diri)

81
82
Di lapangan sering dijumpai walaupun Tegangan rendah
(380 Volt), tetapi diberi stiker “Awas Tegangan Tinggi”
(Suatu Bengkel listrik di Balikpapan)

83
84
Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, Pemanfaatan

(44 SNI) (140 SNI)

(148 SNI) (256 SNI)

85
Tahapan pekerjaan listrik
meliputi :
1.Perencanaan
2.Pemasangan
3.Operasi & Pemeliharaan

86
PERENCANAAN
& PEMASANGAN
EPC (Engineering, Procurement,
Construction) merupakan tahapan dalam
suatu proyek konstruksi.

Engineering adalah tahap desain


perencanaan.
Procurement adalah tahap pengadaan
barang dan jasa.
Sedangkan Construction adalah tahap
pelaksanaan konstruksi.
87
EPC sering diterapkan pada proyek-
proyek besar misalnya pada Industri
migas, Pembangkit tenaga listrik, Energi,
Pertambangan, dan jenis industri berat
lainnya.

Sedangkan untuk “proyek biasa” :


Engineering dan Construction oleh Owner
(Pemilik) atau Konsultan-nya.
Procurement dilakukan oleh Kontraktor
pelaksana konstruksi. 88
Tahapan “Proyek biasa”

Perencanaan dilakukan oleh Konsultan


Perencana, dan Pelaksanaan dilakukan
oleh Kontraktor.

Pengadaan barang (Procurement)


dilakukan oleh Kontraktor tersebut.
89
Kontraktor kadangkala menyerahkan
beberapa pekerjaan kepada Sub
Kontraktor (Sub Con), sehingga setiap
Kontraktor mempunyai bagian
Procurement.

Tetapi adakalanya pada skala proyek


tertentu (biasanya skala menengah
kebawah) melakukan “Design & Build”
yaitu Desain, Pengadaan barang dan Jasa,
serta Konstruksi dilakukan oleh satu
Kontraktor.

90
Tahapan proyek besar :

91
92
FEED = Front End Engineering Design

FEED merupakan Basic Engineering

Yang dihasilkan oleh FEED :


Denah rencana (Layout Plan, Plot Plan),
Diagram alur proses, Spesifikasi
material, dll.

Dokumen hasil FEED ini yang dijadikan


bahan untuk mengajukan tender
(bidding).

93
17 Maret 2018

94
Tender (Bidding) :

Setelah FEED, owner akan menawari


beberapa kontraktor EPC untuk
mengikuti tender proyek tersebut.
Kontraktor yang mengerjakan FEED tidak
boleh ikut tender EPC.
Kontraktor akan mempelajari dokumen
tender, mengajukan harga, dan akhirnya
Owner menetapkan pemenang.

95
Istilah-istilah lain dalam kontrak :

EPCI = Engineering, Procurement,


Construction, Installation.

EPCC = Engineering, Procurement,


Construction, Commissioning.

96
DED = Detail Engineering Design

Kontraktor pemenang akan mulai


mengerjakan DED.
DED merupakan kelanjutan dari FEED
tetapi lebih detail dan final.

Tidak boleh banyak perubahan kecuali


atas ijin Owner.

DED menghasilkan : Enginering Drawing,


Volume pekerjaan, dan Dokumen
pendukung seperti Kalklasi, Spesifikasi,
dll. 97
Electrical Engineering Drawing terdiri
dari : Gambar situasi, Single Line
diagram (SLD) atau Gambar Satu garis,
Connection Diagram, Installation
Diagram, dll.

Engineering Drawing dicap dengan


tulisan “FOR CONSTRUCTION” (Untuk
Pelaksanaan Konstruksi).

98
99
Commissioning :

Proyek yang sudah jadi harus dipastikan


dikonstruksi sesuai dengan desain, dan
ditest.
Commissioning terdiri dari Initial
Commissioning, dan Final Commissioning.

100
Digunakan “Punch List” (daftar untuk
memastikan Pemasangan sesuai dengan
disain).

Punch List bisa dilakukan berkali-kali.

Dalam masa Project, Construction


Drawing di-coret-coret sesuai dengan
yang dipasang.
Ini disebut “SHOP DRAWING”

101
SHOP DRAWING:

SHOP
DRAWING

102
Shop drawing setelah perubahan terakhir
sewaktu konstruksi dicap dengan tulisan
“AS BUILT” (Sesuai dengan yang
terpasang).

103
104
105
106
Sehingga pada masa Operasi &
Pemeliharaan, hanya boleh ada dan
menggunakan Drawing (gambar teknik)
dengan cap tulisan As Built.

Tidak boleh ada dan menggunakan


Drawing (gambar teknik) dengan cap
tulisan For Construction.

==oo00oo==

107
PEMBANGKITAN LISTRIK ADA 2 MACAM :

1.PLN atau YANG LISTRIKNYA DIJUAL KE PLN


atau Sebagian Besar dipakai sendiri sisanya
dijual ke PLN :
Lengkap : Ada Tegangan Rendah (Misal : Pemakaian Sendiri 380 V),
Tegangan Menengah (Misal : Pembangkit 20 KV), Tegangan Tinggi
(Misal : Distribusi 150 KV), bisa Tegangan Ekstra Tinggi (Misal :
Transmisi 500 KV).

Contoh : PT.Indonesia Power, PT.Pertamina Gethermal Energy,


PT.Star Energy, PJB, RAPP Pangkalan Kerinci (Listriknya sebagian
besar dipakai sendiri, sisanya dijual ke PLN)

2. YANG LISTRIKNYA TIDAK DIJUAL KE PLN


(DIPAKAI SENDIRI) :
Ada Tegangan Rendah (Misal : Pemakaian 380 V), Tegangan
Menengah (Misal : Pembangkit 20 KV), Tegangan Tinggi (Misal :
Distribusi 150 KV).

Contoh : PT.Chevron Pacific Indonesia-Duri, PT.Badak NGl-Bontang,


PT.Pertamina (Persero),RU1,2,3,4,5,6 dll. 108
PEMBANGKIT LISTRIK YANG LISTRIKNYA DIJUAL KE PLN
60 MW
13,8 KV
PT.PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)
G PLTP KAMOJANG : 1 x 60 MW
Self Consumption=Houseload
=Pemakaian Sendiri (PS)

TR-1411
SWITCH TR-1412
6 MVA
80 MVA YARD 13,8/6,3 KV
13,8/150 KV
SWITCHGEAR
DS

CB
Busbar Busbar
A B

DS DS

CB M M M M To Xmer To Steam
Motor Hot Well Pump A,B & TR-1403 Gathering
DS Motor Liquid Ring Vcuum Pump A,B System

109
150 KV TRANSMISSION LINE TO KAMOJANG STATION
PEMBANGKIT LISTRIK YANG LISTRIKNYA DIJUAL KE PLN
PT.INDONESIA POWER - PLTU 3 BANTEN : 3 x 315 MW
315 MW 315 MW 315 MW
20 KV Self Self 20 KV Self 20 KV Self
Consumption Consumption Consumption Consumption

G G G
40 MVA 40 MVA 31 MVA 31 MVA
20/6 KV 20/6 KV 20/6 KV 20/6 KV

370 MVA 370 MVA 370 MVA


20/150 KV 20/150 KV 20/150 KV

CB CB CB CB
DS DS DS DS

CB CB CB CB
DS DS DS DS

OUTGOING-1 OUTGOING-2 OUTGOING-3 OUTGOING-4


(New Tangerang Line 2) (New Tangerang Line 1) (Teluk Naga Line 1) (Teluk Naga Line 2) 110
150 KV 150 KV 150 KV 150 KV
111
6

1.1.1. Pengertian Dan Tujuan


Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan listrik adalah
serangkaian tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi dan
meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.

112
7

Ada pula yang mengatakan bahwa

Pemeliharaan :

Kegiatan yang meliputi program pemeriksaan,


perawatan, perbaikan dan uji ulang (unjuk
kerja) dengan tujuan utama untuk
mempertahankan peralatan tersebut beroperasi
secara optimum.

113
8

Sedangkan menurut John Moubray dalam


bukunya RCM II, mengatakan

Pemeliharaan : pemastian bahwa aset fisik


melanjutkan memenuhi fungsi yang
diinginkannya.

(Maintenance : Ensuring that physical assets


continue to fulfil their intended fungtions)

114
9

Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah


untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :

❑ Untuk meningkatkan reliability, availability


dan effiency.
❑ Untuk memperpanjang umur peralatan.
❑ Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan peralatan.
❑ Meningkatkan Safety peralatan.
❑ Mengurangi lama waktu padam akibat sering
gangguan.

115
116
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :

❑ Untuk meningkatkan reliability, availability


dan effiency.
❑ Untuk memperpanjang umur peralatan.
❑ Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan peralatan.
❑ Meningkatkan Safety peralatan.
❑ Mengurangi lama waktu padam akibat sering
gangguan.

117
Maintenance Understanding
Fundamentals Of Maintenance Management

Introduksi

Perawatan di suatu bangunan gedung maupun industri


merupakan salah satu faktor yang penting.

WHAT IS MAINTENANCE?
• Asal kata : to maintain

• Arti: (1) memelihara

• Arti: (2) merawat

• Arti: (3) menjaga 118


• Apa yang di maintain?
– banguan gedung, mesin/peralatan: supaya tidak rusak

– performance (kualitas, kuantitas, efisiensi): supaya


memenuhi kriteria

– aspek keselamatan: supaya tidak membahayakan


personil

– aspek lingkungan: supaya tidak mencemari lingkungan

119
1.3. Basic Principle of Maintenance
“Cleaning & Painting (Bersih & Dicat
yang perlu dicat)”

Gambar 1.3 a.
Tidak Terpelihara
(Tidak Bersih & Tidak Dicat)

Gambar 1.3 b.
Terpelihara (Bersih & Dicat)

120
Dirt & Corroded Cleaning & Painting

121
Dirt & Corroded Cleaning & Painting

122
Dirt & Corroded Cleaning & Painting

123
Ekpektasi dan Teknik Maintenance
Third Generation :
▪ Higher Plant Availability
and Reliability
▪ Greater Safety
Second Generation : ▪ Better product quality
▪ Higher Plant Availability ▪ No damage to the environment
First Generation : ▪ Longer Equipment Life ▪ Longer equipment life
▪ Fix it when it broke ▪ Lower Costs ▪ Greater costs effectiveness

1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000


GROWING EXPECTATIONS MAINTENANCE

Third Generation :
▪ Condition Monitoring (PdM)
▪ Design for Reliability and
Second Generation : Maintainability
▪ Scheduled Overhaul (PM) ▪ Small, Fast Computer
▪ System for Planning and ▪ Failure mode and effect analyses
First Generation : Controlling work ▪ Expert System
▪ Fix it when it broke ▪ Big, Slow Computer ▪ Multiskilling and Teamwork

1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000


CHANGING MAINTENANCE TECHNIQUES 124
10

1.2.

Jenis pemeliharaan (Preventive


Maintenance, Predictive
Maintenance, Corective
Maintenance) Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
125
11

Pemeliharaan Listrik terdiri dari :


1.Preventive Maintenance (PM) = Overhaul
= Service = Shutdown
= Turn Around (TA), dll.
Ciri-cirinya :
- Off line (equipment dalam keadaan dimatikan)
- Terjadwal (Scheduled):
- Berdasarkan kalender : mingguan, bulanan, tahunan,
3 tahunan, 5 tahunan, dlsb.
- Berdasarkan “running hours”: setiap 10.000 jam, dlsb
- Berdasarkan “running distances”: setiap 5.000 km,dll

2.Predictive Maintenance (PdM) = Condition Monitoring


Ciri-cirinya :
- On line (equipment dalam keadaan hidup), atau Off line
- Contoh : Vibration Monitor, Thermography,On line Partial
Discharge,dll

3.Corrective Maintenance (CM) → terencana


≈ Breakdown Maintenance → tidak terencana = Fix it when it broke
= Repair = Perbaikan
126
-Bisa Off line line, maupun On line.
12

Scheduled Overhauls = Service = Shutdown = Turn Around (TA)


= Preventive Maintenance (PM)
Condition Monitoring = Predictive Maintenance (PdM)
Fix it when it broke = Repair = Perbaikan
= Corrective Maintenance (CM) / Breakdown
Maintenanace 127
Istilah-istilah yang sering muncul
dalam pembahasan Pemeliharaan :

1.Availabiliy

2.Reliability

3.Maintainability

128
13

Jenis-jenis Pemeliharaan

Jenis–jenis pemeliharaan peralatan listrik


adalah sebagai berikut :

1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.

129
14

Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala


dengan berpedoman kepada : Instruction
Manual dari pabrik, standar-standar yang ada
(IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di
lapangan.

Pemeliharaan ini disebut juga dengan


pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance).

130
15

2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.

Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat


diketahui gejala kerusakan secara dini.

Cara yang biasa dipakai adalah memonitor


kondisi secara online baik pada saat peralatan
beroperasi atau tidak beroperasi. 131
16

Untuk ini diperlukan peralatan dan personil


khusus untuk analisa.

Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan


berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ).

132
17

3. Corective Maintenance adalah


pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble
Shooting atau penggantian part/bagian yang
rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.

133
18

Sedangkan istilah Breakdown Maintenance


diartikan sebagai pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

134
19

2.

Objek pemeliharaan :

Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
135
20

136
21

Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :

Tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit tenaga


listrik.

Berdasarkan sumber dan asal tenaga listrik dihasilkan, dapat


dikenal pusat-pusat listrik:

1. Pusat listrik tenaga thermo


Pusat pembangkit listrik tenaga thermo menggunakan bahan
bakar yang berbentuk padat, cair, dan gas.

137
22

Pusat pembangkit listrik tenaga thermo, terdiri dari:

a) Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).


Pada pusat listrik tenaga uap menggunakan bahan bakar batu
bara, minyak, atau gas sebagai sumber energi primer.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


putaran turbin uap.

Tenaga untuk menggerakkan turbin berupa tenaga uap yang


berasal dari ketel uap. Bahan bahan bakar ketelnya berupa batu
bara, minyak bakar, dan lainnya.

138
139
Coal Yard PLTU Surabaya

140
Rangkaian air ketel uap
141
Rangkaian Air Ketel Uap

142
23

b) Pusat Listrik Tenaga Gas


(PLTG)
Pada pusat listrik tenaga gas, energi primer berasal dari bahan
bakar gas atau minyak.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga penggerak turbin gas atau motor gas.

Untuk memutar turbin gas atau motor gas menggunakan tenaga


gas.

Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.

143
Prinsip Kerja Unit Pembangkit Turbin Gas

144
24

c) Pusat Listrik Tenaga Disel


(PLTD)
Pada pusat pembangkit listrik tenaga diesel, energi primer
sebagai energi diesel berasal dari bahan bakar minyak atau
bahan bakar gas.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga pemutar yang berasal dari putaran disel.

145
Prinsip kerja Mesin Diesel 4 Langkah.

KM: Katup Masuk,


KB: Katup Buang,
P: Pengabut Bahan Bakar,
K: Karter berisi minyak pelumas dan udara.
146
25

d) Pusat Listrik Tenaga Gas dan


Uap (PLTGU)
Pusat listrik tenaga gas dan uap merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU.

Gas buang dari PLTG dimanfaatkan untuk menghasilkan uap


oleh ketel uap dan menghasilkan uap sebagai penggerak turbin
uap.

Turbin uap selanjutnya memutar generator listrik

147
148
Heat-recovery steam generator PLTGU Tambak
Lorok Semarang dari Unit PLTG 115 MW 149
Blok PLTGU buatan Siemens yang terdiri dari dua buah PLTG
dan sebuah PLTU
150
26

2. Pusat listrik tenaga hydro


Pusat listrik yang menggunakan tenaga air atau sering disebut
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pada pusat listrik tenaga air, energi utamanya berasal dari


tenaga air (energi primer).

Tenaga air tersebut menggerakkan turbin air dan turbin air


memutar generator listrik.

Pusat listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber energi


primer.
Pusat Listrik Tenaga Air dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a) Pusat listrik tenaga air daerah bukit, memanfaatkan selisih


tinggi jatuhnya air yang tinggi.

b) Pusat listrik tenaga air daerah datar, memanfaatkan debit air


151
dan tinggi jatuhnya air rendah.
Proses penyaluran air PLTA Mendalan memanfaatkan tinggi
152
jatuhnya air
Pipa Pesat PLTA Lamojan

153
Ruang turbin PLTA Cirata di Jawa
Barat dengan kapasitas 6 x 151 MW
154
PLTM (Pembangkit Listrik Mikro Hidro)
atau
PLTA mini hyidro memanfaatkan debit air
(A: tampak depan dan B: tampak samping)
155
27

3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir


(PLTN)
Pada pusat pembangkit ini, tenaga nuklir diubah menjadi tenaga
listrik.

Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan PLTU yang


menggunakan uranium sebagai bahan bakar dan menjadi
sumber energi primer.

Uranium mengalami proses fusi (fussion) di dalam reaktor nuklir


yang menghasilkan energi panas.

Energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan


uap dalam ketel uap.
156
28

Uap panas yang dihasilkan ketel uap selanjutnya digunakan


untuk menggerakkan turbin uap dan turbin uap memutar
generator listrik.

Pusat listrik tenaga thermo berada di pusat pemakaian atau


konsumen, kecuali pusat listrik tenaga nuklir.

Sedangkan pusat listrik tenaga air berada jauh dari pusat


pemakaian atau konsumen termasuk pusat listrik tenaga nuklir.

157
Proses Emulsion pada Reaktor Nuklir

158
Reaktor dengan Air Bertekanan dan Mendidih

159
160
161
29

3. Pusat Listrik dengan Energi


terbarukan
a.Pusat Litrik Panas Bumi (PLTP)

b.Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

c.Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)

162
Skematik Diagram PLTP Flused Steam Sistem 163
164
165
Skema Unit Pembangkit Tenaga Angin

Bb : Baling-baling; Pr : Poros; B : Baterai Aki;


K : Kopling Permanen; S : Sakelar Otomatis; G : Generator
166
Persyaratan K3 Instalasi, Peralatan dan 30

Perlengkapan Listrik

1. Persyaratan K3 Instalasi Listrik


Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik

Secara umum, pusat pembangkit listrik membangkitkan tenaga


listrik arus bolak-balik tiga fasa yang dihasilkan oleh generator
sinkron.

Tegangan generator paling tinggi yang dapat dibangkitkan oleh


pembangkit listrik adalah 23 kV.

Pada saat ini, dalam tingkat riset sedang dikembangkan generator


yang dapat membangkitkan tegangan listrik sampai 150 kV.

Diagram satu garis instalasi tenaga listrik pada pusat pembangkit


listrik sederhana ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
167
1). Keamanan, kerapihan dan Keindahan
a). Saluran Udara (SU) : dikonstruksi
sesuai dengan standard yang berlaku.

b). Saluran Kabel (SK) : dikonstruksi


sesuai dengan standard yang berlaku. 168
2). Kebutuhan maksimum dan jumlah titik beban.
PUIL 2000, halaman 157 – 162.

169
Catatan :

170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
3). SLD (Single Line Diagram) sesuai dengan 31
standard dan simbol yang berlaku.

184
32

Pusat pembangkit listrik yang sudah beroperasi secara komersial


secara umum ditunjukkan pada Gambar.

Tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator sinkron


dinaikkan dengan menggunakan transformator listrik sebelum
dihubungkan pada rel (busbar) melalui pemutus tenaga (PMT).

Semua generator listrik yang menghasilkan energi listrik


dihubungkan pada rel (busbar).

Begitu pula semua saluran keluar dari pusat listrik dihubungkan


dengan rel pusat listrik.

Saluran yang keluar dari rel pusat pembangkit listrik digunakan


untuk mengirim tenaga listrik dalam jumlah besar ke lokasi
pemakai (beban) dan digunakan untuk menyediakan tenaga
listrik di lokasi sekitar pusat pusat pembangkit listrik.
185
33

Selain itu juga ada saluran (feeder) yang digunakan


menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pusat pembangkit
sendiri yang digunakan untuk sumber tenaga listrik pada
instalasi penerangan, mengoperasikan motor-motor listrik
(motor listrik sebagai penggerak pompa air pendingin, motor
listrik sebagai penggerak pendingin udara, motor listrik sebagai
penggerak peralatan pengangkat, keperluan kelengkapan
kontrol, dan lain-lain).

Pada pusat pembangkit listrik juga memiliki instalasi listrik


dengan sumber tegangan listrik arus searah.

Sumber listrik arus searah pada pusat pembangkit tenaga listrik


digunakan untuk menggerakkan peralatan mekanik pada
pemutus tenaga (PMT) dan untuk lampu penerangan darurat.

Sumber listrik arus searah yang digunakan pada pusat


pembangkit listrik adalah baterai aki yang diisi oleh penyearah. 186
4).Simbol listrik vedrsi Eropa dan Amerika
Sekurang-kurangnya ada 72 symbol listrik :

187
188
189
190
191
192
193
Contoh Instalasi Rumah Tinggal dan
Pengawatannnya :

194
195
196
197
198
199
200
201
202
203

==oo00oo==
204
Simbol menurut PUIL 2000

205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
American Symbols :

225
226
227
Contoh SLD dengan simbol listrik versi Amerika :

228
Contoh SLD dengan simbol listrik versi Amerika :

229
34

2. Persyaratan K3 Transformator
Klasifikasi transformator tenaga

Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut sistem


pemasangan dan cara pendinginannya.

Pemasangan

❑ Pemasangan dalam
❑ Pemasangan luar

230
35

Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi dan pemakaian

❑Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


❑Transformator Gardu Induk
❑Transformator Distribusi

2) Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas


1100 kV dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

231
36

232
Ir.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU 233
% Impedance (% Z)
Impedansi Trafo atau disebut juga sebagai Impedansi tegnagan
(Voltage Impedance) merupakan total jumlah keseluruhan
perlawanan terhadap arus AC. Untuk mengetahui nilai
Impedansi Trafo dapat dilakukan dengan metode sederhana
tanpa harus menelaah impedansi pada masing-masing belitan
didalam Trafo tersebut.
Cara untuk mendapatkan nilai Impedansi Trafo adalah dengan
MenghubungSingkatkan (short circuit) pada salah satu sisi
Trafo, dan menginjeksi tegangan pada sisi lainnya dalam jangka
waktu singkat.

234
Atau :

Dengan keadaan salah satu sisi belitan terhubung singkat, maka


akan mengalir arus beban penuh sesuai dengan rating Trafo
tersebut.
Nilai Impedansi Trafo umumnya dicantumkan pada name plate
Trafo dalam satua %, misalnya 3%, 5%, dll.
Pengertian nilai tersebut adlah bahwa drop tegangan yang timbul
karena impedansi adalah sekian % dari tegangan yang
diterapkan. 235
Misalnya :

Trafo 2400/240 Volt, 100 Amper.


Sekundernya dihubungsingkat kemudian dinjeksikan tegangan
sampai mencapai arus beban penuhnya yaitu 100 Amper.
Kemudian dilihat nilai tegangannya. Ini disebut sebagai drop
tegangan (V drop), misalnya =72 Volt

Hal ini berarti akan ada penurunan tegangan sebesar 72 Volt


disisi belitan tegangan tinggi yang ditimbulkan karena rugi-rugi
pada belitan dan inti Trafo ketika Trafo tersebut dibebani penuh.

Maka % Z = (V drop) / (V) = 72/2400 = 3%.

Dari nilai Z=3% tersebut, 1-2% saja yang merupakan nilai yang
ditimbulkan oleh impedansi pada inti Trafo. Sisanya sebesar
98% lebih disebabkan karena impedansi yang timbul pada
belitan Trafo yang disebut Rugi-rugi Belitan.
Untuk opeasional yang aman, Trafo sebaiknya dioperasikan
80% dari beban penuh, sehingga drop tegangan pun menjadi
lebih rendah.
236
Untuk mengetahui berapa nilai dalam Ohm dari Impedansi Trafo
tersebut, dihitung :

Z= (V drop) / I = 72 Volt / 100 Amper = 0,02 Ohm

Nilai arus sebesar 100 Amper tercantum pada name plate Trafo,
atau yang terlihat dari pengukuran arus beban penuh ketika
dilakukan metoda pengujian dimana salah satu sisi Trafo
dihubung singkat.

Perlu diingat bahwa Impedansi merupak penjumlahan nilai


resistif dan reaktif suatu komponen. Sehingga nilai impedansi
0,02 Ohm tersebut terdiri dari unsur resistif dan reaktif.

Untuk Trafo 3 fasa :


Sebuah Voltmeter terhubung kesisi primer Trafo, dan pada sisi
sekunder terminal 3 fasa digabung (hubung singkat antar ketiga
fasa), dan sebuah Ampermeter dipasang pada sisi sekunder
untuk membaca nilai arus yang mengalir pada saat terjadinya
hubung singkat tersebut. Kemudian tegangan disisi primer
dinaikkan secara bertahap sampai arus beban penuh pada sisi
sekunder tercapai (terbaca pada Amperneter). 237
% Z = 4,5 %

238
Kegunaan % Z Trafo
% Z Trafo merupaka karakteristik pembatasan arus (current
limiting characteristic) dari Trafo.
Digunakan untuk menentukan nilai short Circuit untuk kemudian
menentukan Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari CB atau
Fuse harus lebih besar sari nilai Short Circuit tersebut.
Contoh No.1 :
Trafo satu fasa 10 KVA. Dioperasikan dari sumber 480 Volt.
Full load current I =10 000 VA / 480 Volt = 20,8 Amper
Short Circuit Current = Full load Amp/% Z=20,8 A/4% =520 A.
Maka harus dipilih Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari CB
atau Fuse > 520 A.

Contoh No.2 :
Trafo step up 1 fasa, 75 KVA, %Z=5%, 120/240 V.
Full load current pada sekunder = (75000)/(240) = 312 A
Arus hubung singkat =(312 A ) / (5%) = 6240 A.
Ini berarti Maxiumum Short circuit current = 20 x full load current
sisi sekunder. Jika %Z=2,5%, maka Short circuit current aka 40 x
full load current sisi sekunder, yaotu 12480 A. 239
Contoh No.3 :

Pada name plate tertulis :


Trafo 3 fasa, 13,8 KV, 1000 KVA, 480/277 V,
%Z=5,75%.
FLA = (KVA) / (1,7321 x KV sekunder fasa-fasa)
= (1000) / (1,7321 x 0,48) = 1202,85 A

Arus Hubung singkat Isc=(1202) / (5,75%) = 20


903 A

Tegangan yang diinjeksikan untuk memperoleh


Arus beban penuh ketika sekundernya dihubung
singkat
= 5,75% x 13800 V=793,5 V

240
Vector Group (Jam Trafo)

241
IEC 60076-1 year 1999/2000, Page 49 :

→ or The LV winding lead the HV by 300.

242
246
Vector Group (Jam Trafo)

247
Dyn1 Dyn11

248
Dyn11

249
Dyn11 Dyn11

250
Kerja Paralel Trafo :
❑ Transformator dapat beroperasi paralel bilamana trafo tsb
dikoneksi pada sistem primer dan sekunder yang sama dan
letaknya cukup berdekatan (terminal to terminal) sedemikian
rupa sehingga external impedansi akibat busbar untuk koneksi
paralel dapat diabaikan dibanding dengan impedansi trafo.

❑ Fungsi Kerja paralel: Menggabungkan dua atau lebih trafo


dengan karakteristik listrik yang sama untuk memikul beban
bersama-sama.

❑ Keuntungan Kerja paralel: Maintenance bisa dilakukan


bergantian shg listrik tdk padam, dan Kontinuitas listrik
terjamin karena bila salah satu trafo ada gangguan trafo yang
lain bisa beroperasi

251
Syarat-syarat kerja parallel Trafo :
❑ Tegangan harus sama
❑ Fasa harus sama
❑ Frekuensi harus sama
❑ Impedansi sama dalam toleransi 10%
❑ Hubungan/vektor group sama

Jika vektor group berbeda maka harus diperhatikan koneksi


di HV dan LV nya.

252
Kerja Paralel dg Vektor Group Berbeda
❑ Group I : angka jam 0, 4, dan 8
❑ Group II : angka jam 6, 10 dan 2
❑ Group III : angka jam 1 dan 5
❑ Group IV : angka jam 7 dan 11

Kombinasi berikut ini tidak bisa dilakukan:


❑ Group I : dengan group II, III atau IV
❑ Group II : dengan group I, III atau
❑ Group III : angka jam 1 dan 5
❑ Group IV : angka jam 7 dan 11

253
Kombinasi Paralel Vektor Group Berbeda

254
Kombinasi Paralel Vektor Group Berbeda

255
Hubungan menurut VDE

Vector group yg lazim dipakai: Dyn5, YNyn6, YNyn0, Yzn-5, Dyn1,


256
Dyn11, YNd5, YNd11, YNd1
Contoh Kerja Paralel
❑ Trafo I = 3 ph, 50 Hz, 1000 kVA, 20 kV – 400 V, Dyn-5
Impedansi = 5%
❑ Trafo II = 3 ph, 50 Hz, 800 kVA, 20 kV – 400 V, Dyn-5
Impedansi = 4.5%

Tentukan supply masing-masing trafo.

Trafo I = 1000 kVA x 4.5%/5% = 900 kVA


Trafo II = 800 kVA x 4.5%/4.5% = 800 kVA

Sehingga total kapasitas paralel = 900+800=1700 kVA

257
Contoh Kerja Paralel
❑ Seperti contoh diatas apabila disupply sesuai kapasitas trafo:

Total supply kapasiats nominal


Supply = Kapasitas paralel x
Total supply kapasitas total

Total kapasitas nominal = 1000 kVA + 800 kVA = 1800 kVA


Supply trafo I = 900 kVA x 1800 kVA/1700 kVA = 953 kVA
Supply trafo II = 800 kVA x 1800 kVA/1700 kVA = 847 kVA
Total supply = 953 + 847 = 1800 kVA

Terlihat bahwa trafo I underload 47 kVA sedangkan trafo II


Overload 47 kVA.

258
Inrush Current
❑ Pada saat tegangan tinggi trafo masuk ke jaringan (switch on)
maka dalam waktu 1 detik arus yang sangat besar akan timbul
dan menurun secara exponensial sampai nilai exciting
currentnya (I), kejadian ini disebuat inrush current.

❑ Inrush current tidak bisa dihindarkan waktu pengoperasian


trafo namun bisa ditangani dengan men-setting relay dan time
delay nya.

259
37

Dalam usaha mempermudah pengawasan


dalam operasi, transformator dapat dibagi
menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.

260
OLTC Trafo, PT.JPI-January 2019

261

Anda mungkin juga menyukai