Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Part # 1
Ir.H.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU,ASEAN Eng.
1
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
Day #1
27 May II. KELOMPOK INTI :
2022
II.14.
Persyaratan K3 Listrik
Ruang Khusus
3
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
8
9
10
Listrik = Gerakan Elektron (keluar dari orbitnya
ke atom lainnya) [Joule]
11
Jenis-jenis Listrik :
❑ Listrik Statis : Dayanya tidak bisa dimanfaatkan
❑ Batu ambar digesek-gesek dengan kain wol
❑ PETIR (Ligthning)
❑ Listrik Dinamis : Dayanya bisa dimanfaatkan
❑ DC (Direct Current) Arus Searah : Tidak Punya Frekuensi
❑ AC (Alternating Current) Arus Bolak Balik : Punya Frekwensi
f = 50 Hertz, atau f = 60 Hz
Sistem Listrik DC :
❑ Relatif kecil, missal : Baterai, Aki, Generator DC
❑ Jika diukur dengan Osciloscope :
V,
I
12
Sistem Listrik AC :
❑ Dari mulai yang kecil sampai dengan sangat besar,
missal : Genset 500 W samapai dengan Generator
AC 1000 MW
❑ Jika diukur dengan Osciloscope : mempunyai
Gelombang (Frequency) Sinusoidal
Amerika dkk :
f = 60 Hz
(60 cps)
V, cps=cycle per second
I → 1 cycle = 1/60
detik
Π/2 Π
2Π Eropa dkk :
900 50 Hz (50 cps)
1800 → 1 cycle =1/50
2700 detik
3800
1 cycle (1 gelombang)
13
Jenis-jenis Listrik :
❑ Listrik Statis : Dayanya tidak bisa dimanfaatkan
❑ Batu ambar digesek-gesek dengan kain wol
❑ PETIR (Ligthning)
❑ Listrik Dinamis : Dayanya bisa dimanfaatkan
❑ DC (Direct Current) Arus Searah : Tidak Punya Frekuensi
❑ AC (Alternating Current) Arus Bolak Balik : Punya Frekwensi
f = 50 Hertz, atau f = 60 Hz
Sistem Listrik AC :
❑ Sistem Satu Fasa :
❑ Satu kawat Fasa, Satu kawat Netral, Satu kawat Ground
Kawat Fasa (Kawat Line = Kawat Api)
Kawat Netral (Kawat Nol)
Kawat Ground (Kwat Arde)
IR
IR V
Π/2 Π 2Π
900
1800
2700
3800
IR = Arus Resistif 16
V
VR IC VC
φ
θ φ θ
900
VC 1800
V 2700
3800
IC duluan muncul dibanding V
VR VR R VR = Tegangan Resistif
φ φ φ VC= Tegangan Capacitif
θ VC XC V= Tegangan
V Z
R = Tahanan
Z = Tahanan semu (Impedansi)
17
VC V XC = Reaktansi Capasitif
Beban Induktif
Ada pergeseran fasa antara IL dan VL. Secara vektoris, V=VR+VL
Artinya VR adalah 90o terhadap VL , dan V merupakan resultante dari VR dan VL
VL selalu dengan VR, karena pasti ada R (tahanan) dari penghantar
IL membelakangi (lagging) terhadap V ---→ IL -φ
VL
V V
IL
VR
θ
φ IL VL
VR
θ φ
900
1800
2700
3800
IL belakangan muncul dibanding V
VL V V VR = Tegangan Resistif
VL= Tegangan Induktif
VL V = Tegangan
Z XL
θ
R = Tahanan
φ φ φ
Z = Tahanan semu (Impedansi)
18
VR VR R XL = Reaktansi Induktif
80 %
23
DC and AC
24
HUBUNGAN TAHANAN
I. Tahanan Seri
Ketentuan : RT =R1 + R2 + R3 + …… Rn
IT = I1 = I2 = I3 = ……. In
ET = E1 + E2 + E3 + …… En
Contoh Soal :
E1 = ….. ? E2 = 12 V E3 = ….. ? E4 = 48 V
I1 = ….. ? I2 = ….. ? I3 = 0,5 A I4 = ….. ?
R1 = 72 Ω R2 = ….. ? R3 = 48 Ω R4 = ….. ?
IT = I1 = I2 = I3 = I4 = 0,5 A
E1 = I1 x R1 = 0,5 A x 72 Ω = 36 V
E3 = I3 x R3 = 0,5 A x 48 Ω = 24 V
ET = E1 + E2 + E3 + E4 = 36 + 12 +24 + 48 = 120 V
E2 12
R2 = = = 24 Ω
I2 0,5
E4 48
R4 = = = 96 Ω
I4 0,5 25
RT =R1 + R2 + R3 + R4 = 72 + 24 + 48 + 96 = 240 Ω
II. Tahanan Paralel
Ketentuan : 1 1 1 1 1
= + + + …….
RT R1 R2 R3 Rn
IT =I1 + I2 + I3 + …… In
ET = E1 = E2 = E3 = …… En
Contoh Soal :
E1 = 120 V E2 = …. ? E3 = …. ?
I1 = 2 A I2 = 1,5 A I3 = 1 A
R1 = 60 Ω R2 = 80 Ω R3 = 120 Ω
ET = E1 = E2 = E3 = 120 V
IT = I1 + I2 + I3 = 2 + 1,5 + 1 = 4,5 A
ET 120
RT = = = 26,66 Ω
IT 4,5
atau :
1 1 1 1 1 1 1 1 4+3+2 9
= + + → = + + = =
RT R1 R2 R3 RT 60 80 120 240 240
1 9
= → 9 RT = 240 → RT = 240/9 = 26,66 Ω (hasilnya sama dengan diatas)
RT 240
26
III. Tahanan Seri Paralel
Contoh Soal :
E2 = ….. ?
I2 = ….. ?
E1 = ….. ? R2 = 20 Ω
I1 = ….. ? ET = 110 V
R1 = 10 Ω E3 = ….. ? IT = ….. ?
I3 = ….. ? RT = ….. ?
R3 = 30 Ω
Selesaikan dulu yang parallel, untuk mencari nilai tahanan yang diparale RP :
1 1 1 1 1 3+2
= + = + = → RP = 60/5 = 12 Ω
RP R2 R3 20 30 60
Rangkaian penggantinya :
R1 = 10 Ω RP = 12 Ω
RT = R1 + RP = 10 + 12 = 22 Ω
ET 110
IT = = = 5 A → I1 = IT = 5 A
RT 22
E1 = I1 x R1 = 5 x 10 = 50 V
ET = E1 + EP → EP = ET - E1 = 110 – 50 = 60 V
Lihat Rangkaian parallel lagi, untuk mencari nilai E2 , I2 dan I3 :
E2 = E3 = EP = 60 V
I2 = E2 = 60 = 3 A
R2 20
E3 60 27
I3 = = =2A
R3 30
Sumber Listrik :
❑ Generator :
❑ PLTA, PLTM, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, PLTN, PLTD,
Gen Set, PLTB
❑ Baterai (Aki) :
❑ PLTS
28
29
DAFTAR ISI MATERI PEMBINAAN AHLI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaandan K3
No. :Kep.47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik.
I. KELOMPOK DASAR :
I.1.Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
I.2.Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik
IV.1EVALUASI : 30
IV.1.Evaluasi (Teori)
31
2
M I.9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik
32
3
Diharapkan agar
Calon AHLI K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
33
4
1.
34
5
1.1.
35
Bahaya Listrik (Electrical)
merupakan salah satu dari banyak bahaya
36
Pusat Pendidikan dan Latihan PLN :
Per Men
Ketenagakerjaan
No.12 th.2015
→ UU no.30 th 2009
→ tentang Ketanagalistrikan 37
38
39
Dimaksudkan untuk
menggantikan
UU no.15 1985
tetapi
DIBATALKAN OLEH
MK
40
41
42
43
44
Sekarang istilahnya Zero LTI (Loss Time Incident), tidak lagi Zero
LTA (Loss Time Accident), sejak NFPA 2018 mengganti A
(Accident)menjadi I (Incident).
PT.Pertamina Hulu Mahakam-February 2019
45
PLN – PLTD Gunung Malang Balikpapan – October 2016
46
47
48
FR = Injury FREQUENCY RATE
(Tingkat Kekerapan Cidera)
49
PENYEBAB KECELAKAAN :
Teori Domino,
ILCI Caution Model,
Teori Swiss Cheese (Keju Swis),
Teori SHELL,
Teori Human Factor
50
51
Contoh “Kartu Tanda Kewenangan
Ahli K3 Listrik”
52
53
Contoh “Kartu Tanda Kewenangan
Teknisi K3 Listrik”
(model lama-2009)
54
55
56
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.12
th.2015 tentang K3 Listrik dtempat kerja.
57
Berita tgl 12 Desember 2019 :
Perusahaan terkena Tipiring (Tindak Pidana Ringan) Denda
Rp.500.000 dan atau Kurungan 15 hari, karena melanggar:
❑ UU No.1 tahun 1970-Pasal 15 Ayat 2.
❑ Permenaker No.12 tahun 2015-Pasal 2 jo Pasal 9 Ayat 3
jo Pasal 14.
58
59
SK DirJend PPK3 Kementerian Tenaga
Kerja RI No.47 th.2015 tentang
Pembinaan Calon Ahli K3 Listrik.
60
SK DirJend PPK3 Kementerian Tenaga
Kerja RI No.48 th.2015 tentang
Pembinaan Calon Teknisi K3 Listrik.
61
62
63
64
65
66
67
CONTOH SOAL
KODE D1-03 122019
KODE D1-12122019
__________________________________________________
REGULASI
1. Sebutkan dasar-dasar hukum tentang K3 Kelistrikan
Jawab :
Dasar-dasar hukum K3 Kelistrikan
1. Undang-Undang No.1 tahun 1970 :
❑ Pasal 2 Ayat 2 Hutuf q
❑ Pasal 3 Ayat 1Huruf q
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.12 tahun 2015
3. Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamtan dan Kesehatan Kerja No.47 tahun
2015
4. Surat Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan dan Keselamtan dan Kesehatan Kerja No.48 tahun
2015
Catatan :
Dalam Undang-Undang No.13 tahun 2013 Paragraf 5 Pasal 86 dan 87
,hanya mengatur tentang K3 secara umum, tidak ada kalimat tentang
listrik. 68
Pola Sistem Tenaga Listrik :
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, Pemanfaatan
Pembangkit
Transmisi
Distribusi
Pemakai
(Pemanfaatan)
69
Pola Sistem Tenaga Listrik :
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, Pemanfaatan
70
71
Source : PLN Corporate University
72
MV Industri
75
PUIL 2000 halaman 34 :
SELV = Safety Extra Low Voltage
PELV = Protective Extra Low Voltage
FELV = Functional Extra Low Voltage
76
PUIL 2011 halaman 43 :
77
OSHA 1910.303(g)(2)(i) :
>50 Volt AC atau DC → berbahaya
78
OSHA 1910.269 : NFPA 70 E 130.2(A)(3) :
>50 Volt berbahaya >50 V AC atau DC berbahaya
79
Mengapa batasnya 50 Volt?
Ref.IEC (Independent Electrical Contractor): 50 Volt / (500Ω + 100Ω + 5000Ω) = 8,9 mA.
8,9 mA ini < 10 mA, dimana 10 mA= Can not let go level (tingkat tidak bias melepaskan diri)
80
Referensi lain :
10 mA = Let go threshold (Ambang pintu bias melepaskan diri)
81
82
Di lapangan sering dijumpai walaupun Tegangan rendah
(380 Volt), tetapi diberi stiker “Awas Tegangan Tinggi”
(Suatu Bengkel listrik di Balikpapan)
83
84
Standard Nasional Indonesia (SNI) untuk
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, Pemanfaatan
85
Tahapan pekerjaan listrik
meliputi :
1.Perencanaan
2.Pemasangan
3.Operasi & Pemeliharaan
86
PERENCANAAN
& PEMASANGAN
EPC (Engineering, Procurement,
Construction) merupakan tahapan dalam
suatu proyek konstruksi.
90
Tahapan proyek besar :
91
92
FEED = Front End Engineering Design
93
17 Maret 2018
94
Tender (Bidding) :
95
Istilah-istilah lain dalam kontrak :
96
DED = Detail Engineering Design
98
99
Commissioning :
100
Digunakan “Punch List” (daftar untuk
memastikan Pemasangan sesuai dengan
disain).
101
SHOP DRAWING:
SHOP
DRAWING
102
Shop drawing setelah perubahan terakhir
sewaktu konstruksi dicap dengan tulisan
“AS BUILT” (Sesuai dengan yang
terpasang).
103
104
105
106
Sehingga pada masa Operasi &
Pemeliharaan, hanya boleh ada dan
menggunakan Drawing (gambar teknik)
dengan cap tulisan As Built.
==oo00oo==
107
PEMBANGKITAN LISTRIK ADA 2 MACAM :
TR-1411
SWITCH TR-1412
6 MVA
80 MVA YARD 13,8/6,3 KV
13,8/150 KV
SWITCHGEAR
DS
CB
Busbar Busbar
A B
DS DS
CB M M M M To Xmer To Steam
Motor Hot Well Pump A,B & TR-1403 Gathering
DS Motor Liquid Ring Vcuum Pump A,B System
109
150 KV TRANSMISSION LINE TO KAMOJANG STATION
PEMBANGKIT LISTRIK YANG LISTRIKNYA DIJUAL KE PLN
PT.INDONESIA POWER - PLTU 3 BANTEN : 3 x 315 MW
315 MW 315 MW 315 MW
20 KV Self Self 20 KV Self 20 KV Self
Consumption Consumption Consumption Consumption
G G G
40 MVA 40 MVA 31 MVA 31 MVA
20/6 KV 20/6 KV 20/6 KV 20/6 KV
CB CB CB CB
DS DS DS DS
CB CB CB CB
DS DS DS DS
112
7
Pemeliharaan :
113
8
114
9
115
116
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
117
Maintenance Understanding
Fundamentals Of Maintenance Management
Introduksi
WHAT IS MAINTENANCE?
• Asal kata : to maintain
119
1.3. Basic Principle of Maintenance
“Cleaning & Painting (Bersih & Dicat
yang perlu dicat)”
Gambar 1.3 a.
Tidak Terpelihara
(Tidak Bersih & Tidak Dicat)
Gambar 1.3 b.
Terpelihara (Bersih & Dicat)
120
Dirt & Corroded Cleaning & Painting
121
Dirt & Corroded Cleaning & Painting
122
Dirt & Corroded Cleaning & Painting
123
Ekpektasi dan Teknik Maintenance
Third Generation :
▪ Higher Plant Availability
and Reliability
▪ Greater Safety
Second Generation : ▪ Better product quality
▪ Higher Plant Availability ▪ No damage to the environment
First Generation : ▪ Longer Equipment Life ▪ Longer equipment life
▪ Fix it when it broke ▪ Lower Costs ▪ Greater costs effectiveness
Third Generation :
▪ Condition Monitoring (PdM)
▪ Design for Reliability and
Second Generation : Maintainability
▪ Scheduled Overhaul (PM) ▪ Small, Fast Computer
▪ System for Planning and ▪ Failure mode and effect analyses
First Generation : Controlling work ▪ Expert System
▪ Fix it when it broke ▪ Big, Slow Computer ▪ Multiskilling and Teamwork
1.2.
1.Availabiliy
2.Reliability
3.Maintainability
128
13
Jenis-jenis Pemeliharaan
1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.
129
14
130
15
2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.
132
17
133
18
134
19
2.
Objek pemeliharaan :
Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
135
20
136
21
Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :
137
22
138
139
Coal Yard PLTU Surabaya
140
Rangkaian air ketel uap
141
Rangkaian Air Ketel Uap
142
23
Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.
143
Prinsip Kerja Unit Pembangkit Turbin Gas
144
24
145
Prinsip kerja Mesin Diesel 4 Langkah.
147
148
Heat-recovery steam generator PLTGU Tambak
Lorok Semarang dari Unit PLTG 115 MW 149
Blok PLTGU buatan Siemens yang terdiri dari dua buah PLTG
dan sebuah PLTU
150
26
153
Ruang turbin PLTA Cirata di Jawa
Barat dengan kapasitas 6 x 151 MW
154
PLTM (Pembangkit Listrik Mikro Hidro)
atau
PLTA mini hyidro memanfaatkan debit air
(A: tampak depan dan B: tampak samping)
155
27
157
Proses Emulsion pada Reaktor Nuklir
158
Reaktor dengan Air Bertekanan dan Mendidih
159
160
161
29
162
Skematik Diagram PLTP Flused Steam Sistem 163
164
165
Skema Unit Pembangkit Tenaga Angin
Perlengkapan Listrik
169
Catatan :
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
3). SLD (Single Line Diagram) sesuai dengan 31
standard dan simbol yang berlaku.
184
32
187
188
189
190
191
192
193
Contoh Instalasi Rumah Tinggal dan
Pengawatannnya :
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
==oo00oo==
204
Simbol menurut PUIL 2000
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
American Symbols :
225
226
227
Contoh SLD dengan simbol listrik versi Amerika :
228
Contoh SLD dengan simbol listrik versi Amerika :
229
34
2. Persyaratan K3 Transformator
Klasifikasi transformator tenaga
Pemasangan
❑ Pemasangan dalam
❑ Pemasangan luar
230
35
Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:
231
36
232
Ir.Prabowo Soetadji,S.T.,M.M.,IPU 233
% Impedance (% Z)
Impedansi Trafo atau disebut juga sebagai Impedansi tegnagan
(Voltage Impedance) merupakan total jumlah keseluruhan
perlawanan terhadap arus AC. Untuk mengetahui nilai
Impedansi Trafo dapat dilakukan dengan metode sederhana
tanpa harus menelaah impedansi pada masing-masing belitan
didalam Trafo tersebut.
Cara untuk mendapatkan nilai Impedansi Trafo adalah dengan
MenghubungSingkatkan (short circuit) pada salah satu sisi
Trafo, dan menginjeksi tegangan pada sisi lainnya dalam jangka
waktu singkat.
234
Atau :
Dari nilai Z=3% tersebut, 1-2% saja yang merupakan nilai yang
ditimbulkan oleh impedansi pada inti Trafo. Sisanya sebesar
98% lebih disebabkan karena impedansi yang timbul pada
belitan Trafo yang disebut Rugi-rugi Belitan.
Untuk opeasional yang aman, Trafo sebaiknya dioperasikan
80% dari beban penuh, sehingga drop tegangan pun menjadi
lebih rendah.
236
Untuk mengetahui berapa nilai dalam Ohm dari Impedansi Trafo
tersebut, dihitung :
Nilai arus sebesar 100 Amper tercantum pada name plate Trafo,
atau yang terlihat dari pengukuran arus beban penuh ketika
dilakukan metoda pengujian dimana salah satu sisi Trafo
dihubung singkat.
238
Kegunaan % Z Trafo
% Z Trafo merupaka karakteristik pembatasan arus (current
limiting characteristic) dari Trafo.
Digunakan untuk menentukan nilai short Circuit untuk kemudian
menentukan Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari CB atau
Fuse harus lebih besar sari nilai Short Circuit tersebut.
Contoh No.1 :
Trafo satu fasa 10 KVA. Dioperasikan dari sumber 480 Volt.
Full load current I =10 000 VA / 480 Volt = 20,8 Amper
Short Circuit Current = Full load Amp/% Z=20,8 A/4% =520 A.
Maka harus dipilih Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari CB
atau Fuse > 520 A.
Contoh No.2 :
Trafo step up 1 fasa, 75 KVA, %Z=5%, 120/240 V.
Full load current pada sekunder = (75000)/(240) = 312 A
Arus hubung singkat =(312 A ) / (5%) = 6240 A.
Ini berarti Maxiumum Short circuit current = 20 x full load current
sisi sekunder. Jika %Z=2,5%, maka Short circuit current aka 40 x
full load current sisi sekunder, yaotu 12480 A. 239
Contoh No.3 :
240
Vector Group (Jam Trafo)
241
IEC 60076-1 year 1999/2000, Page 49 :
242
246
Vector Group (Jam Trafo)
247
Dyn1 Dyn11
248
Dyn11
249
Dyn11 Dyn11
250
Kerja Paralel Trafo :
❑ Transformator dapat beroperasi paralel bilamana trafo tsb
dikoneksi pada sistem primer dan sekunder yang sama dan
letaknya cukup berdekatan (terminal to terminal) sedemikian
rupa sehingga external impedansi akibat busbar untuk koneksi
paralel dapat diabaikan dibanding dengan impedansi trafo.
251
Syarat-syarat kerja parallel Trafo :
❑ Tegangan harus sama
❑ Fasa harus sama
❑ Frekuensi harus sama
❑ Impedansi sama dalam toleransi 10%
❑ Hubungan/vektor group sama
252
Kerja Paralel dg Vektor Group Berbeda
❑ Group I : angka jam 0, 4, dan 8
❑ Group II : angka jam 6, 10 dan 2
❑ Group III : angka jam 1 dan 5
❑ Group IV : angka jam 7 dan 11
253
Kombinasi Paralel Vektor Group Berbeda
254
Kombinasi Paralel Vektor Group Berbeda
255
Hubungan menurut VDE
257
Contoh Kerja Paralel
❑ Seperti contoh diatas apabila disupply sesuai kapasitas trafo:
258
Inrush Current
❑ Pada saat tegangan tinggi trafo masuk ke jaringan (switch on)
maka dalam waktu 1 detik arus yang sangat besar akan timbul
dan menurun secara exponensial sampai nilai exciting
currentnya (I), kejadian ini disebuat inrush current.
259
37
260
OLTC Trafo, PT.JPI-January 2019
261