Anda di halaman 1dari 11

Refleksi kesejahteraan petani di negeri agraris

– Ketua Komisi IV DPR RI dari Fraksi PDIP, Sudin, mengungkapkan


keraguannya atas polemik penurunan harga jagung yang dicanangkan oleh
Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan, beserta Presiden Joko Widodo
(Jokowi).

“Pertemuan Presiden RI dengan Menteri Pertanian, dengan Menteri


Perdagangan, ada kesepakatan, melaporkan bahwa harga jagung akan
menjadi Rp4.500,” ujar Sudin dalam rapat kerja (raker) antara Komisi IV DPR
bersama pihak Kementerian Pertanian (Kementan) pada Senin, (20/9).

Sudin meminta penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu. Dalam


pandangannya, penurunan harga tersebut mustahil mengingat produksi
jagung saat ini masih dinilai kacau.

“Kalau barangnya banyak, yakinlah harganya turun. Kalau barangnya enggak


ada, yakinlah [harga] barangnya akan naik. Ini kan supply-demand-nya sudah
pasti,” imbuh Sudin.

Sudin memaparkan kenyataan yang ada di lapangan. Ia melihat banyak


peternak unggas yang gigit jari lantaran biaya produksi—termasuk biaya
pembelian jagung sebagai pakan ternak unggas—sangat tinggi sekali.

Ironisnya, menurut Sudin, para peternak unggas tersebut menjual telur


ayam hasil ternaknya dengan harga murah, yakni sekitar Rp14.000 per kg.
Ketika sampai ke tangan konsumen, harganya berada di kisaran Rp18.000-
Rp19.000/ per kg.

“Jangan ada dusta di antara kita. Kasihan Presiden Jokowi sudah kerja keras,
stres juga menangani Covid, kok tiba-tiba didatangi oleh peternak unggas.
Harusnya kan enggak sampai ke Presiden masalah itu. Presiden kan punya
pembantu. Jadi, jangan semua hal ke presiden, semua hal ke presiden.
Harusnya kan cukup ada di Menko Perekonomian, ada Menteri Pertanian,
ada Menteri Perdagangan. Ini loh yang jadi masalah,” tegas Sudin.

Sudin menyinggung soal peternak unggas di Blitar yang membentangkan


poster berisi permohonan bantuan kepada Jokowi ketika sang presiden ini
mengunjungi wilayah tersebut dalam rangka kunjungan kerja beberapa
waktu lalu.

Sebelumnya, di agenda raker yang sama, Wakil Menteri Pertanian, Harvick


Hasnul Qolbi, memaparkan bahwa ketersediaan pangan pokok seperti
jagung, cabai merah, dan cabai rawit beserta komoditas lainnya berada
dalam kondisi aman dan bahkan surplus secara garis besar walau terjadi
defisit di beberapa provinsi.

“Kementerian Pertanian secara rutin juga memantau ketersediaan pangan


pokok yang dilakukan secara periodik mingguan sampai dengan akhir
minggu [pekan] kedua September 2021 stok beras diperkirakan mencapai
7,62 juta ton, jagung 2,30 juta ton, cabai besar 16.000 ton, cabai rawit
17.000 ton, bawang merah 35.000 ton, dan komoditas lainnya dalam kondisi
surplus dan aman,” ujar Harvick dalam pemaparannya.

Soal produksi jagung yang kacau yang disinggung oleh Sudin, Harvick
memaparkan bahwa satu-satunya provinsi yang mengalami defisit jagung
saat ini adalah Provinsi DKI Jakarta.

"Ketersediaan [jagung] sebenarnya sustain, stabil, dan ada. Cuma


bagaimana membuat kondisi bahan pokok ini sampai ke peternak dengan
masif dan tidak ada pelanggaran di lapangan,” kata Harvick.

"Stok buffer kami cukup, bahkan lebih untuk tahun ini. Cuma memang


bagaimana membuat situasi ini stabil dan kondusif. Ini kami perlu dukungan
sama-sama dari Komisi IV untuk mengingatkan pengusaha pakan kita,"
imbuh Harvick.
Oleh karena itu, Havick menyebut bahwa Kementan telah menawarkan dua
solusi, yaitu menyiapkan stimulus bantuan transportasi peniriman produk
pertanian dari wilayah surplus ke wilayah defisit dan mengaktifkan Toko Tani
Indonesia (TTI) di berbagai wilayah untuk membantu pemasaran produk
pertanian yang dihasilkan oleh petani.

https://www.gatra.com/detail/news/523362/ekonomi/polemik-jagung-komisi-iv-dpr-ke-kementan-
jangan-ada-dusta-di-antara-kita

Hari Tani Nasional diperingati setiap 25 September. Jelang Hari Tani Nasional yang jatuh
setiap 24 September, berbagai persoalan sektor pertanian kembali mengemuka. Kenyataan
hingga sekarang, sektor pertanian masih berperan sebagai penyerap tenaga kerja sektor
informal paling besar. 
Mayoritas persoalan terbilang klise karena tak pernah mendapatkan solusi komprehensif. 

“Namun sayangnya, menjadi petani harus siap dengan segala ketidakpastian,”


ungkap Direktur Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Soekam Parwadi, Senin (23/9) dalam
pertemuan sebelumnya dengan ketua umum Lembaga Kajian Nawacita Samsul Hadi di
Lemhannas.
Keunggulan komparatif seperti iklim tropis dan kegemburan tanah yang membuat Indonesia
mampu memproduksi komoditas ekspor, seakan terbuang sia-sia. Menurut Soekam, sejak
dulu hingga saat sekarang, sektor pertanian masih dijalankan secara tradisional.

“Modernisasi pertanian yang membuat kita kalah dengan petani negara-negara maju, dan
bahkan Vietnam,” kata Soekam.

Merujuk istilah tradisional, pertanian dijalankan tidak dengan manajerial yang profesional.
Hal tersebut bisa ditandakan dengan ketiadaan informasi pasar yang akurat, peralatan
pertanian memadai, luasan lahan, hingga perlengkapan mengelola setok.

Sehingga, ada kalanya panen melimpah namun harga anjlok, sebaliknya seringkali pula
kegagalan panen menimpa para petani.

“Sebenarnya pasar itu mengharapkan berbagai komoditas yang spesifik jenisnya,


kualifikasinya, serta pasokan yang terjamin. Hal-hal tersebut tidak bisa dilakukan secara
tradisional, melainkan harus profesional, ada manajerial,” tambah Soekam.

Persoalannya, hingga kini dorongan menjadikan sektor pertanian dari praktek tradional ke
arah yang lebih profesional, masih berliku. Sebut saja era Orde Baru, di mana pemerintah
mendorong kelahiran sistem pengelolaan pertanian berbasis unit desa pun ikut gagal.

Era Presiden Soeharto, setiap desa dengan agronomis serupa, diciptakan unit desa dengan
luasan 1.000 hektare-3.000 hektare, lengkap dengan institusi Koperasi, Penyuluh
Pertanian, hingga perbankan. 
“Sebenarnya itu ideal, namun karena moral pelaksananya rendah, itupun gagal, jadi banyak
korupsi,” tegas Soekam.

Kondisi tersebut tak beranjak hingga sekarang. Soekam menilai meski terdapat
kementerian teknis yang menangani pertanian, hingga kewenangan Pemda dan perangkat
dinasnya, belum mampu mewujudkan perekonomian berbasis pertanian.

“Banyak Bupati dan kepala daerah dengan basis masyarakat petani, juga tidak paham
pertanian, hampir semua kelembagaan teknis juga jadi birokrat pertanian, tidak paham
memajukannya. Maka program seperti pemberian pembiayaan dari Paskomnas pun gagal
dikawal hingga di tingkat bawah,” sebut Soekam.(chi/jpnn)
https://kajiannawacita.org/bos-pasar-komoditi-nasional-soroti-perekonomian-berbasis-pertanian/

Satu lagi bulan yang harusnya menjadi catatan penting bagi kita semua, masyarakat
Indonesia khususnya mahasiswa pertanian Indonesia yang merupakan calon generasi
pembangun peradaban baru yang luar biasa. Bulan yang di dalamnya terdapat satu hari
yang tak kalah pentingnya untuk kita peringati dan kita rayakan bersama-sama. HARI
TANI NASIONAL.

Bukankah sudah menjadi hal yang kurang menarik lagi untuk didengar jika disebutkan
bahwa  Indonesia adalah Negara agraris nan subur yang terletak di sepanjang
khatulistiwa, atau mungkin disebutkan pula bahwa sebagian besar rakyat Indonesia
turun temurun hidup sebagai petani.  Kebanyakan dari kita juga mungkin bosan setiap
hari mendengar kabar memprihatinkan bahwa Indonesia yang dikenal sebagai Negara
Agraris ini kemudian mengimpor makanan pokoknya dari Negara lain. Sebagian lagi
mungkin mulai terganggu dengan pemberitaan bahwa pertanian Indonesia hari ini harus
segera di selamatkan. Krisis pangan, impor produk ini, impor produk itu, naik turunnya
harga komoditas pertanian yang bisa terjadi kapan saja, harga naik konsumen menjerit
harga turun petani tercekik, masa-masa dimana maju sakit mundur pun sakit, alih fungsi
lahan, gagal panen, turunnya produktifitas lahan akibat maraknya penggunaan bahan
kimia, luas kepemilikan lahan yang semakin lama semakin sempit, pasar bebas dan
seterusnya dan seterusnya. Hal-hal semacam itulah yang selama ini kita dengar, bahwa
pertanian Indonesia sedang berada dalam masa kritis dan harus diselamatkan.

Dengan merujuk pada beberapa permasalahan sektor pertanian sebagai mana tersebut
di atas tentunya kita semua harus semakin berhati-hati, sebab jika masalah tersebut
tidak segera di atasi bisa jadi 5 hingga 10 tahun kedepan sektor pertanian di Indonesia
tidak akan bisa lagi memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia
sehingga bukan tidak mungkin krisis pangan pun akan bisa saja terjadi. Tanpa adanya
perbaikan terhadap sektor pertanian, masalah-masalah itu akan tetap menjadi masalah
yang kian hari kian menggerogoti kejayaan keberadaan sektor pertanian di Indonesia.

24 September, bukan hari biasa-biasa saja. Hari itu adalah hari dimana kita harusnya
mengingat kembali betapa pentingnya peran sektor pertanian dalam berbagai aspek.
Bukan sekedar tentang pemenuhan pangan masyarakat luas saja, namun yang lebih
jauh daripada itu adalah bahwa sektor pertanian mempunyai peran strategis dalam
pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan
devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing,
pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta
optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.Hal ini ditunjukkan
oleh besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang
menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor
agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Mari berefleksi diri sekali lagi, 24 September, merupakan peringatan Hari Tani Nasional.
Sejauh mana kita akan menempatkan diri sebagai mahasiswa pertanian ? apa hanya
akan sampai pada batas ‘KTM’ saja ? atau kita benar-benar akan mengoptimalkan
peran sebagai mahasiswa pertanian sebagaimana mestinya ? ikut membantu
memperbaiki sektor pertanian mulai dari bagian terkecilnya ? atau mungkin
bersembunyi di balik gelar dan hanya menjadi bagian terkecil dari pertanian ?
tentukanlah dimana posisimu.

HARI TANI NASIONAL. Menyimpan harapan yang amat besar untuk kemajuan
pertanian Indonesia. Pada tanggal 24 September inilah hari bagi petani Indonesia,
karena pada hari ini dibuat satu kebijakan UUPA yang mengatur tentang hak-hak dan
kewajiban kaum tani, mengatur hak atas tanah, hak atas sumber-sumber agraria untuk
dikelola dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran petani dan bangsa.
Penetapan Hari Tani Nasional berdasarkan keputusan Presiden Soekarno tanggal 26
Agustus 1963 No 169/1963 menandakan pentingnya peran dan posisi petani sebagai
entitas bangsa.

Selamat Hari Tani Nasional kawan-kawan ! Mari rayakan hari kebesaran kita sebagai
seorang petani, sebagai mahasiswanya petani, sebagai orang tani yang tengah
sekolah. Mari kita teriakan dengan lantang Selamat Hari Tani Nasional ! Sejahtera
Petani Indonesia ! Jaya Pertanian Indonesia.

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO/Food


and Agriculture Organization) mengingatkan akan potensi krisis pangan dunia di
masa pandemi Covid-19. Persoalan pangan ini juga jadi perhatian serius
Kementerian Pertahanan (Kemhan). 

Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan


pemerintah ingin meningkatkan ketahanan pangan guna mengantisipasi
munculnya dampak terburuk dari pandemi. Trenggono mengingatkan soal
pentingnya cadangan pangan mulai dari gula hingga beras.

Dia mengatakan strategi yang dipilih adalah membuat lahan khusus untuk
ketahanan pangan nasional. Jika rencana pengadaan lahan pangan ini
terealisasi bisa menyumbang sekitar 20% bagi cadangan pangan nasional
nantinya.
Ads by optAd360

Pemerintah juga memastikan lahan tersebut digunakan untuk mencapai


ketahanan pangan. Untuk itu, kawasan yang dipilih tidak boleh berubah fungsi
dari kawasan tanaman pangan yang akan kita kembangkan.

Mengutip kajian yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional


(Bappenas), ada 16,6 juta hektare kawasan hutan non hutan layak dikonversi
menjadi lahan pertanian produktif. Sebagian besar lahan ada di Papua, disusul
Kalimantan, dan Sumatera.

Baca:
Gagal Dapat Uang Talangan, Buwas: Apa Bulog Mau Dibubarkan?
"Kita ingin mengoptimalkan lahan ini agar tidak menjadi opportunity loss bagi
negara. Rasionalisasi kawasan hutan adalah faktor penting bagi kelestarian
pengelolaan hutan dan menjadi enabler untuk pembangunan nasional," kata
Trenggono belum lama ini.

Menurutnya jika pandemi diibaratkan dengan suasana perang, maka dibutuhkan


peralatan tempur yang kuat untuk melawan. Peralatan yang digunakan salah
satunya cadangan pangan yang panjang.

Mantan Bendahara PAN ini bahkan menegaskan saat ini komoditas beras di
Indonesia hanya kuat untuk 69 hari dalam konteks tersebut (perang).
"Bandingkan dengan India yang bisa setahun. Karena itu kami dari Kemhan
sedang mengajukan satu model yang bisa meningkatkan ketahanan pangan
nasional," katanya.

Selain itu, WHO menyatakan seandainya pandemi Covid-19 usai, tak menjamin
di masa depan wabah penyakit baru tak muncul. Untuk itu perlu peningkatan
ketahanan pangan di masa depan untuk mengantisipasi serangan wabah
penyakit.

Menurutnya saat sebuah pandemi terjadi yang berujung kepada krisis seperti
yang ada sekarang, beberapa hal paling rentan terkena dampaknya. Pertama, di
sektor pekerjaan dimana muncul pengangguran karena kegiatan ekonomi
dipaksa berhenti. Kedua, masalah ketersediaan pangan. Ketiga, ketahanan
kesehatan.

"Kalau ketiga hal ini tak bisa dikelola dengan baik bisa berpengaruh kepada
ketahanan dan kedaulatan negara secara keseluruhan. Karena itu semua
elemen bangsa perlu bekerjasama secara serius melawan ancaman pandemi
agar ketahanan nasional terjaga," kata Trenggono belum lama ini.

Baca:
Dimulai Sejak Tahun 1962, Ini Penyebab Konflik India Vs China
Wamenhan memaparkan untuk sektor pangan, komoditas yang banyak
dikonsumsi masyarakat adalah beras, gula, terigu, dan kedelai.

"Beberapa komoditi seperti beras dan gula itu perlu perhatian kondisi
cadangannya. Di samping itu sekarang ada pergeseran dimana Indonesia
pengkonsumsi mie terbesar kedua di dunia. Ini membuat kita impor gandum
tinggi, begitu juga kedelai," katanya.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)


menyebutkan bahwa stok beras pada akhir Juni mencapai 7,49 juta ton. Bahkan,
stok beras hingga akhir tahun diklaim masih aman.

"Angka tersebut sudah termasuk dalam hitungan stok hingga akhir Desember
2020 yang mencapai 6,1 juta ton," ujar Syahrul, sepert dikutip laman Sekretariat
Kabinet, Kamis (11/6/2020).

Kebutuhan konsumsi beras di dalam negeri setiap bulannya sekitar Rp 2,5 juta
ton, jadi apa yang disampaikan oleh Wamenhan cukup klop dengan yang
disampaikan oleh Mentan soal cadangan beras.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200620132143-4-166814/fao-ingatkan-krisis-pangan-
wamenhan-ri-siapkan-strategi-ini

Jakarta - Detikers tahu, mengapa Indonesia disebut sebagai negara agraris? Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agraris memiliki tiga pengertian.
Pengertian pertama adalah mengenai pertanian atau tanah pertanian. Pengertian kedua adalah
mengenai pertanian atau cara hidup petani. Serta, yang ketiga adalah bersifat pertanian.

Baca juga:
Ciri-ciri Negara Maju dan Berkembang Serta Contohnya Lengkap
Mengapa Indonesia Disebut sebagai Negara Agraris?
Mengutip dari buku Solusi Jitu Menghadapi Ulangan Ilmu Pengetahuan Sosial, Indonesia
disebut sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani.

Negara Indonesia memiliki tanah yang subur karena mendapatkan banyak sinar matahari dan
curah hujannya tinggi. Hasil pertanian di Indonesia bermacam-macam dari sayur-sayuran
hingga buah-buahan.
Melansir dari buku 'Wahana IPS' wilayah-wilayah di negara ini yang kaya hasil pertanian adalah
di Karawang dan Cianjur (Jawa Barat), Madura, Jombang (Jawa Timur), Banjarnegara dan
Kebumen (Jawa Tengah), Provinsi Bali, dan beberapa daerah di Pulau Sumatera.

Beberapa hasil sektor pertanian adalah padi, ketela, ubi, kentang, sayuran, kacang-kacangan,
dan sebagainya. Pada masa panen, biasanya para petani membawa hasil panennya ke kota
untuk dijual.

Secara spesifik mengenai sawah, dalam buku Mengenal Lahan Sawah dan Memahami
Multifungsinya bagi Manusia dan Lingkungan karya Sudrajat, keberadaan sawah dapat
dirasakan manfaatnya secara langsung maupun tidak.

Secara langsung, sawah merupakan penghasil lahan pangan. Sementara, secara tidak
langsung, sawah memiliki fungsi dalam pelestarian lingkungan.

Lebih lanjut, dalam aspek individu, sawah memberikan pendapatan bagi para petani dan
pengusaha pertanian. Dan dalam aspek komunal, sawah adalah penghasil bahan pangan untuk
dikonsumsi masyarakat secara luas dan tempat tumbuhnya gotong royong bagi masyarakat
pedesaan.

Tak hanya itu, sawah juga memberi pemandangan yang menyejukkan mata serta dapat
menjadi sarana relaksasi. Karena itulah, kini banyak ditemukan lokasi wisata bertema
persawahan.

Baca juga:
Limbah Tempe dan Sekam Bisa Jadi Listrik? Ini Dia Karya Anak ITS
Masih menurut buku yang sama, inilah sebabnya ada istilah multifungsi lahan sawah. Yakni
karena keragaman fungsi yang dapat diberikan dari keberadaan sawah.

Baca artikel detikedu, "Mengapa Indonesia Disebut Negara Agraris? Ini Penjelasannya"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5647962/mengapa-indonesia-disebut-
negara-agraris-ini-penjelasannya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Suara.com - Setengah abad lalu, sekelompok aktivis lingkungan


membentuk Greenpeace, yang kekinian menjelma sebagai organisasi besar serta
beroperasi secara global.
Berkat Greenpeace dan kelompok lainnya, isu perlindungan lingkungan dan iklim
juga sudah jadi agenda banyak pemerintahan.
Pada 15 September 1971, sekelompok aktivis lingkungan berlayar dengan kapal
nelayan menuju pantai Alaska, dengan tujuan melakukan aksi protes dan mencegah
uji coba bom atom AS di sana.

Aksi berbahaya itu memang tidak berhasil mencegah AS melaksanakan uji coba
atomnya, tapi itulah awal pembentukan Greenpeace, yang sekarang sudah menjadi
organisasi raksasa.

Namun di masa pandemi dan keprihatinan akan kerusakan iklim di Bumi, perayaan
50 tahun Greenpace tidak akan digelar dengan pesta meriah, kata Jennifer Morgan,
direktur eksekutif Greenpeace International kepada kantor berita  AFP.
"Tidak banyak yang bisa dirayakan saat ini. Kita berada dalam keadaan darurat
iklim," katanya di kantor pusat Greenpeace yang sederhana di pinggiran kota
Amsterdam, Belanda.

Jennifer Morgan mengatakan dia "sangat khawatir" bahwa tanggapan dunia untuk
perlindungan iklim pada KTT Iklim PBB COP26 di Glasgow, Inggris, nantinya tidak
memadai.

"Semua yang telah kami lakukan selama 50 tahun itu, sekarang kami harus bekerja
sama untuk menciptakan perubahan yang benar-benar radikal dan mendalam.
Waktunya hampir habis," ujarnya.

Berawal dari idealisme

Baca Juga:Soa Aksi Kritik Penembakan Laser ke Gedung KPK Berujung Polisi,
Bikin ICW Heran

Perjalanan organisasi ini dimotori oleh idealisme para aktivis lingkungan dengan
pelayaran kapal yang dinamakan "Greenpeace" dari sebuah pelabuhan di
Vancouver, Kanada.

Tapi upaya mereka dengan kapal "Greenpeace" untuk menghentikan uji coba atom di
lepas pantai Alaska itu dihentikan polisi.

Sekarang, Greenpeace sudah menjadi jaringan raksasa, dengan perwakilan di 55


negara, dan sekitar tiga juta pendukung di seluruh dunia setiap tahun memberi
sumbangan untuk membiayai kegiatannya.

Di Jerman saja ada lebih dari 630.000 penyumbang tetap. Greenpeace tidak hanya
berhasil mengangkat isu lingkungan ke tataran politik global.
Mereka juga berhasil menghentikan perburuan komersial ikan paus, dengan
beberapa pengecualian.

Dengan aksi-aksinya mereka menyoroti kegiatan perusahaan-perusahaan besar,


seperti perusahaan-perusahaan minyak, yang mengakibatkan banyak kerusakan
lingkungan.

Tidak hanya perusahaan multinasional, banyak pemerintahan juga dipusingkan oleh


aksi-aksi mereka.

"Greenpeace dimulai dari sebuah ide, bahwa individu dapat mengubah dunia dengan
kreativitas dan sedikit harapan," kata Jennifer Morgan, yang memimpin kelompok ini
sejak 2016.

"Saya pikir, selama 50 tahun Greenpeace telah mencapai hal-hal yang benar-benar
mengagumkan."

Tidak hanya keberhasilan


Tapi di balik kesuksesan Greenpeace, ada juga kisah tragedi dan kekalahan. Tahun
1985, dinas rahasia Prancis meledakkan kapal andalan Greenpeace "Rainbow
Warrior" yang sedang merapat di di Auckland, Selandia Baru.

Kala itu, mereka sedang menggalang aksi protes uji coba nuklir Prancis di kawasan
itu. Seorang fotografer Portugis, Fernando Pereira, tewas dalam peristiwa itu.

Hingga kini, para aktivis lingkungan di beberapa negara, terutama di Brasil,


Indonesia dan Cina, menghadapi risiko besar, termasuk penangkapan dan
pembunuhan.

Greenpeace sendiri sekarang tidak hanya mengandalkan penggalangan aksi, namun


aktif terlibat dalam lobi politik tingkat tinggi demi memperbaiki kebijakan iklim.

Mereka juga aktif melayangkan gugatan ke pengadilan kepada lembaga atau


pemerintahan yang melakukan pencemaran lingkungan.

Jennifer Morgan mengatakan, Greenpeace saat ini juga lebih banyak bekerja sama
dengan kelompok lingkungan lain dan dengan masyarakat adat - hal-hal yang
menurutnya seharusnya lebih sering dilakukan oleh organisasinya, terutama dalam
isu perlindungan iklim.
Jadi, apa yang ada di depan Greenpeace untuk 50 tahun ke depan? "Saya kira,
tujuan idealnya adalah bahwa Greenpeace tidak diperlukan lagi," kata Jennifer
Morgan.

Tetapi dia sendiri memperkirakan, kampanye lingkungan akan menuntut pejuangan


lebih keras di masa depan, dan berharap Greenpeace tetap akan bisa membantu
menciptakan "gerakan menuju harapan" baru.
https://www.suara.com/news/2021/09/16/165826/50-tahun-greenpeace-idealisme-ekologis-aksi-
lingkungan-dan-harapan-baru

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks nilai tukar petani (NTP) pada Agustus 2021 mengalami kenaikan sebesar
1,16 persen jika dibandingkan dengan Juli 2021. Kenaikan indeks terjadi di subsektor tanaman pangan,
perkebunan, dan perikanan. Sementara subsektor hortikultura dan peternakan turun. “NTP Agustus naik
1,16 persen secara bulanan menjadi 104,68,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono,
Rabu (1/9/2021). Margo memaparkan kenaikan NTP tanaman pangan mencapai 1,39 persen
dibandingkan dengan Juli 2021, dari 96,31 menjadi 97,65. Kenaikan juga terjadi pada tanaman
perkebunan rakyat sebesar 2,90 persen dan perikanan naik 0,58 persen mtom, baik untuk perikanan
nelayan maupun budidaya. Baca Juga : BPS: Harga Gabah dan Beras Merangkak Naik pada Agustus “Ada
dua subsektor yang mengalami penurunan nilai tukar, yakni hortikultura turun 1,42 secara bulanan dari
101,45 menjadi 100,01. Kemudian untuk peternakan juga demikian, turun 1,33 persen dari 101 menjadi
99,66,” lanjutnya. Adapun Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada Agustus
2021 sebesar 104,8, atau naik 1,00 persen persen dibandingkan dengan NTUP bulan sebelumnya.
Kenaikan NTUP terjadi di hampir semua jenis usaha pertanian, kecuali hortikultura dan peternakan yang
masing-masing turun 1,47 persen secara bulanan dan 1,44 persen.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Agustus 2021, Nilai Tukar Petani Naik 1,16 Persen",
Klik selengkapnya di sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20210901/12/1436549/agustus-2021-nilai-
tukar-petani-naik-116-persen.
Author: Iim Fathimah Timorria
Editor : Rio Sandy Pradana

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS

Anda mungkin juga menyukai