KTI Muhammad Ruslan Real PDF
KTI Muhammad Ruslan Real PDF
Oleh :
MUHAMMAD RUSLAN
NISN: 0034932401
Oleh :
MUHAMMAD RUSLAN
NISN : 0034932401
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nomor :-
Lampiran : 1 Eksmplar
Perihal : Naskah Karya Tulis Ilmiah Saudara Muhammad Ruslan
Kepada Yth. :
Pimpinan dan Pengasuh Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido
Kiyai Muhammad Yazid Dimyati, S.Th.I., Lc.
di
Tempat
Bogor,
Pembimbing, Ketua Panitia Ujian,
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Hukum Pernikahan Beda Agama Menurut Imam al-Qurthubi dalam Tafsir al-
Qurthubi
Disusun oleh :
Muhammad Ruslan
Disahkan oleh :
Panitia ujian,
iii
iv
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan nikmat, rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
Karya Tulis Ilmiah dengan judul: “Hukum Pernikahan Beda Agama Menurut Imam
al-Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi” dapat diselesaikan untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan salah satu ujian akhir di TMI Pesantren
Modern Daarul ‘Uluum Lido Bogor.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
Saw. Insan Paripurna yang patut menjadi tauladan umat beserta keluarga, sahabat
dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan akal untuk berfikir, dengan lisan
untuk berargumen, dan dengan hati untuk mempertimbangkan baik-buruknya
perbuatan manusia dengan dua petunjuk yang berupa al-Qur'an dan al-Sunnah. Hal
ini merupakan sarana bagi penulis untuk mengungkapkan berbagai argumentasi
serta sarana untuk menuangkan berbagai fakta tentang hasil penelitian guna untuk
dikaji dan dibahas lebih dalam lagi.
Penulis menyadari akan keterbatasan yang penulis miliki. Karena itu, karya
ilmiah ini tidak pernah lepas dari bantuan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak.
Maka izinkanlah penulis menyampaikan terimakasih yang tidak terhingga kepada :
1. Kiyai Muhammad Yazid Dimyati, S.Th.I., Lc., sebagai Pimpinan dan
Pengasuh Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido, yang dengan tulus
ikhlas membimbing, mengarahkan, dan tentunya menjadi salah satu
inspirator bagi penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
2. Kiyai Moh. Affan Afifi, S.H.I., sebagai Direktur Bidang Pengajaran TMI
Pesantren Modern Daarul Uluum Lido, yang selalu memberi motivasi dan
mengingatkan penulis dalam kebaikan.
3. Ust. H. Yalet Nurjalaluddin, S.Ag., sebagai Kepala Sekolah Madrasah
Aliyah (MA) Pesantren Modern Daarul ‘Uluum Lido, yang telah
memotivasi penulis dalam penulisan karya ilmiah ini.
v
vi
Muhammad Ruslan
vi
vii
ABSTRAK
Muhammad Ruslan, 2022. Hukum Pernikahan Beda Agama Menurut Imam al-
Qurthubi dalam Tafsir al-Qurthubi. Paper, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam,
MA Daarul ‘Uluum Lido.
vii
viii
نبذة مختصرة
محمد رسالن .2022قانون الزواج بني األديان عند اإلمام القرطيب يف تفسري القرطيب .ورقة ،
.قسم العلوم الطبيعية ،ماجستري دارول أولوم ليدو
رودي هارتونو : Ust. ،املشرف
الكلمات املفتاحية :القانون ،الزواج بني األديان ،اإلمام القرثيب
يف اإلسالم ،يعترب الزواج بني األديان مشكلة موجودة منذ فرتة طويلة ولكنها ال تزال ساخنة
للنقاش اليوم .هناك العديد من االختالفات يف هذه احلالة ،بشكل عام حول مسألة الزواج الشرعي
.وغري القانوين
يستخدم املؤلف يف هذه الدراسة منهج البحث يف املكتبات (البحث يف املكتبات) .تبحث هذه
الدراسة يف آراء القرطيب يف تفسري آيات الكالم املتعلقة بزواج األديان يف تفسري القرطيب .يف حتليل
البيانات ،استخدم املؤلف عدة طرق أوصت هبا الدراسة ،وهي التفسري ،والتماسك الداخلي ،
.والوصف
ونتيجة لذلك ،وجد املؤلفون أن :أوالً ،يفسر اإلمام القرطيب آيات زواج األديان يف سورة البقرة
اآلية 221بأن زواج املسلم من املسلمة حرام ،والعكس صحيح .يف تفسري القرثويب ،تشري كلمة
مشركات يف اآلية 221إىل النساء اللوايت يعبدن األصنام والنساء اجملانيات .وأما تفسري سورة
املائدة اآلية 5فلفظ احملشنات عند اإلمام القرثيب هي املرأة صاحبة الكرامة ومن احلرة ال العبدة.
حيرم اإلمام القرثيب الزواج من نساء أهل الكتاب ؛ ألهنن من املشركني ،وأهل الكتاب هنا يعي
النساء اليهوديات واملسيحيات من العرب .ثانياً :أن موضع تفكري القرطيب أكثر ميالً إىل رأي
إسحاق بن إبراهيم احلريب وابن عباس يف النهي عن الزواج من املشركات مبا يف ذلك أهل الكتاب ؛
.ألهنم يعبدون غري اهلل ،واإلمام العبد اهلل .هنى قرثيب الزواج بأهل الكتاب إذا قاتلوا الناس .مسلم
viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI………………………………………… iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
ABSTRAK.......................................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................................ viii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 9
E. Metode Penelitian...................................................................... 10
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan........................................... 10
2. Sumber Data......................................................................... 10
3. Metode Pengumpulan Data.................................................. 10
4. Metode Analisa Data............................................................ 11
ix
x
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Syaikh Muhammad. 2012. Ringkasan Fiqih Islam. Diakses dari:
http://books.islamway.net/id/id_06_summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre.pdf .
(02 Januari 2022-pukul 08:32)
2
2
Dr. Abd. Rozak A. Sastra, MA. Pengkajian Hukum Tentang Perkawinan Beda
Agama (Perbandingan Beberapa Negara). Diakses dari:
https://www.bphn.go.id/data/documents/pkj-2011-2.pdf .(02 Januari 2022-pukul
08:43)
3
Santoso. 2021. Marriage law. Diakses dari:
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/download/2162/1790 .(02
Januari 2022-Pukul 10:35)
4
Padli Yannor. 2019. Menelaah Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum
Positif. Diakses dari:
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/menelaah-perkawinan-
beda-agama-menurut-hukum-positif .(02 Desember-Pukul 09:24)
3
5 Fia Afifah R. 2021. Pernikahan dalam Islam, Ketahui Hukum serta Syarat dan
Rukunnya!. Diakses dari: https://www.orami.co.id/magazine/pernikahan-dalam-
islam/ .(02 Januari 2022-Pukul 10:05)
6
Ibid.
7
Ibid.
8
Ibid.
9
Ibid.
4
10
Santoso. 2021. Marriage law. Diakses dari:
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/download/2162/1790 .(02
Januari 2022-Pukul 10:51)
11
Ibid
5
1- Allah berfirman:
ٍ ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َوا ًجا لِّتَ ْس ُكنُ ْٖٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً و ََّرحْ َمةً ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ َ َٰل ٰي
ت َ ََو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖٓه اَ ْن خَ ل
َ –لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن٢١
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Ar-Ruum: 21)
2- Firman Allah:
اجا َّوذُِّريَّةً ۗۗ َوَما َكا َن لَِر ُس ْوٍل اَ ْن يَّأِْيتَ بِاٰيٍَة اَِّال بِاِ ْذ ِن ٰالل ِه ۗۗلِ ُك ِّل
ً ك َو َج َعلْنَا ََلُ ْم اَْزَو
ِ
َ َولَ َق ْد اَْر َسلْنَا ُر ُس ًال ِّم ْن قَ ْبل
اَ َج ٍل كِتَاب
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rosul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan .." (Ar-Ra'd: 38)
3- Berkata Abdullah bin Mas'ud r.a: suatu ketika kami beberapa orang
pemuda sedang bersama Nabi SAW dalam keadaan tidak memiliki apa-
apa, berkatalah kepada kami Rasulullah SAW:
َوَم ْن ََْ يَ ْستَ ِط ْع،ص ُن لِلْ َف ْرِج ْ ص ِر َوأ
َ َح
ِ ُّ َ فَِإنَّه أَغ،اب م ِن استطَاع ِمْن ُكم الْباءةَ فَ ْليت زَّوج
َ َض ل ْلب ُ ْ َ ََ َ َ ُ َ َ ْ َ ِ َيَا َم ْع َشَر الشَّب
الص ْوِم فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجاء
َّ ِفَ َعلَْي ِه ب.
"Wahai sekalian pemuda, barang siapa diantara kalian yang telah mampu
hendaklah dia menikah, karena yang demikian itu lebih menjaga
pandangan dan lebih menjaga kemaluannya, dan barang siapa yang
6
12
Syaikh Muhammad. 2012. Ringkasan Fiqih Islam. Diakses dari:
http://books.islamway.net/id/id_06_summary_of_the_islamic_fiqh_tuwajre.pdf .
(02 Januari 2022-pukul 10:14)
13
Siti Chaerani. 2021. Review Buku "Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan
Seksualitas". Diakses dari:
https://www.kompasiana.com/schrani29/61850df38d947a2dbd7b9773/review-
buku-islam-kepemimpinan-perempuan-dan-seksualitas?page=2&page_images=1
(11 Januari 2022-Pukul 10:05)
14
Quraish Shihab. 2019. Tujuan Penciptaan Manusia. Diakses
dari: https://mediaindonesia.com/tafsir-al-mishbah/238227/tujuan-penciptaan-
manusia (11 Januari 2022-Pukul 10:14)
7
untuk didiskusikan hingga saat ini. Dalam banyak kasus di masyarakat masih
muncul resistensi yang begitu besar terhadap kawin beda agama, umumnya
pada persoalan halal dan haramnya perkawinan tersebut. Mayoritas ulama
sejak zaman sahabat hingga sekarang sepakat bahwa wanita Islam haram
hukumnya kawin dengan laki-laki non muslim baik musyrik, kafir, maupun
ahli kitab dan melarang pria Islam menikahi wanita musyrik dan kafir.15
Pada saat pasangan beda agama yang salah satunya beragama Islam
terjadi, kajian hukum mengenai hal itu menjadi menarik terutama apabila
pihak laki-lakinya yang bergama Islam. Persoalan ini menjadi bahan diskusi
karena, menurut petunjuk Al-Qur’ân pernikahan dengan wanita kitâbiyyah
dibolehkan.
Didalam ayat 5 Surah al-Mâ’idah disebutkan:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ت
ُ َصن
َ ت الْ ُم ْؤمنَت م َن واَلْ ُم ْح َ ب اُوتُو الَّذيْ َن م َن َوالْ ُم ْح
ُ َصن َ َبْل ُك ْم َق م ْن االْكت
Artinya :”Dan dihalalkan mengawini wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita
yang menjaga kehormatan di antara orang-orang diberi Al-Kitab sebelum
kamu”.
Ratna Ajeng Tejomukti menyatakan bahwa ahli kitab yang dimaksud
Al-Qur’ân adalah kaum Yahudi dan Nasrani. Menurutnya Surah al-Mâ’idah
ayat 5 mengajarkan bahwa makanan ahli kitab (sembelihan binatang halal
oleh ahli kitab) halal dimakan oleh kaum Muslimin dan wanita kaum ahli
kitab halal dinikahi oleh kaum Muslimin.16
Sedangkan menurut Abdullah ibn Umar ketika ditanya tentang
menikahi wanita Nasrani dan Yahudi, ia menjawab: sesungguhnya Allah
telah mengharamkan wanita-wanita musyrik bagi kaum muslimin dan aku
15
Endah Hapsari. 2013. Apa Hukum Muslimah Menikah dengan Pria Non-Muslim?.
Diakses dari: https://www.republika.co.id/berita/mpdq71/apa-hukum-muslimah-
menikah-dengan-pria-nonmuslim (11 Januari 2022-Pukul 14:18)
16
Ratna Ajeng Tejomukti. 2021. Tiga Ayat Alquran Bahas Pernikahan Beda Agama.
Diakses dari: https://www.republika.co.id/berita/qpk2lj430/tiga-ayat-alquran-bahas-
pernikahan-beda-agama-part1 (11 Januari 2022-Pukul 14:31)
8
tidak tahu syirik manakah yang lebih besar daripada seorang perempuan
yang berkata Tuhannya adalah Isa, sedangkan Isa adalah salah seorang
diantara hamba Allah.” H. R. Bukhari.17
Pada sisi lain, Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang diberlakukan
dengan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991, melarang seorang Muslim
melakukan perkawinan beda Agama, larangan untuk pria muslim diatur di
dalam pasal 40 huruf c KHI yang lengkapnya sebagai berikut:
“Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan
seorang wanita karena keadaan tertentu:
a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan
dengan pria lain.
b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria
lain.
c. Seorang wanita yang tidak beragama Islam”.18
Sementara larangan menikah beda agama bagi wanita muslimah diatur
dalam pasal 44 KHI yang selengkapnya disebutkan bahwa:”seorang wanita
Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak
beragama Islam”. Secara normatif larangan bagi wanita muslimah ini tidak
menjadi persoalan, karena sejalan dengan ketentuan dalam Al-Qur’ân
disepakati kalangan fuqaha.19
Adapun ayat yang menjelaskan larangan nikah beda agama khususnya
orang-orang musyrik yaitu dalam Surah al-Baqarah ayat 221:
17
Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari (Beirut: Dar al-Fikr, 1994),hlm. 211.
18
Aena Cahyana. 2020. Larangan Perkawinan Beda Agama dalam Komlikasi
Hukum Islam Perspektif Kitab-kitab Rujukannya. Diakses dari:
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/8805/1/Cover_Bab%20I%20_%20Bab%20
V_%20Daftar%20Pustaka.pdf (11 Januari 2022-Pukul 15:00)
19
Ibid.
9
ت َح ّٰت يُ ْؤِم َّن ۗۗ َوَالَ َمة ُّم ْؤِمنَة َخْي ر ِّم ْن ُّم ْش ِرَك ٍة َّولَْو اَ ْع َجبَْت ُك ْم ۗ َوَال تُْن ِك ُحوا
ِ وَال تَْنكِحوا الْم ْش ِرٰك
ُ ُ َ
ۗ ك يَ ْدعُ ْو َن اِ َىل النَّا ِر ٰۤ
َ ني َح ّٰت يُ ْؤِمنُ ْوا ۗۗ َولَ َعْبد ُّم ْؤِمن َخْي ر ِّم ْن ُّم ْش ِر ٍك َّولَ ْو اَ ْع َجبَ ُك ْم ۗۗ اُوٰل ِٕى ِ
َ ْ الْ ُم ْش ِرك
ِ ني اٰيٰتِهۗ لِلن ِِ ِ ِ ِ ٰ ࣖ
َّاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّكُرْون ُ ِّ ََواللهُ يَ ْد ُع ْوٖۗٓ ا ا َىل ا ْْلَنَّة َوالْ َم ْغفَرةِ بِا ْذنهۗۗ َويُب
Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik sebelum
mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih
baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan
yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-
laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak
ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.
Banyak perdebatan terhadap nikah beda agama yang timbul dari ayat di
atas. Sebagian mufasir berpendapat, kata mushrikah dan mushrikīn di dalam
QS al-Baqarah/2:221 bersifat umum, untuk semua orang kafir, termasuk
ahlulkitab. Yang lain berpendapat bahwa larangan yang dipahami dari ayat
itu telah dihapus oleh QS al-Māidah/5:4. Pendapat pertama, yang melarang
menikahi wanita-wanita ahlulkitab, mengacu kepada sumber Ibn Umar dan
dijadikan pegangan oleh Mazhab Zaidiyah. Ibn Umar dikenal sangat hati-hati,
sehingga pendapatnya yang melarang itu agaknya dilatarbelakangi oleh sikap
kehati-hatian serta kekhawatiran akan keselamatan akidah/agama suami-
isteri dan anak-anak. Sedangkan pendapat kedua yang membolehkan
menikahi wanitawanita ahlulkitab, dipegang oleh mayoritas ulama.20
Oleh karena itu, muncul ide awal untuk mengkaji lebih dalam lagi
perihal masalah pernikahan beda agama. Penelitian ini kemudian diarahkan
pada penafsiran Abu ‘Abdullah Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakr al-
20
Abdul Jalil. 2018. Pernikahan Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Positif di Indonesia. Diakses dari:
https://media.neliti.com/media/publications/275121-pernikahan-beda-agama-
dalam-perspektif-h-d718141e.pdf (13 Januari 2022-Pukul 05:15)
10
Anshari al-Qurthubi tentang hukum menikah beda agama dalam kitab Tafsir
Al-Jami’ Liahkam al-Qur’an. Hal ini tampaknya menarik untuk dikaji dan
diteliti, karena hal tersebut telah menjadi perdebatan dalam sejarah pemikiran
umat Islam. Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hukum Menikah Beda Agama Menurut Abu ‘Abdullah
Muhammad Bin Ahmad Bin Abu Bakr al-Anshari al-Qurthubi dalam Tafsir
Al-Jami’ Liahkam al-Qur’an”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penafsiran al-Qurthubi tentang Hukum Menikah Beda
Agama atas ayat-ayat kalam dalam Tafsir Al-Qurthubi?
2. Dimanakah letak pemikiran al-Qurthubi tentang Hukum Menikah Beda
Agama sehubungan dengan perdebatan aliran-aliran kalam?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memiliki beberapa
tujuan di antaranya:
1. Ingin mengetahui penafsiran al-Qurthubi tentang Hukum Menikah
Beda Agama atas ayat-ayat kalam dalam Tafsir al-Qurthubi.
2. Ingin mengetahui letak pemikiran al-Qurthubi tentang Hukum Menikah
Beda Agama sehubungan dengan perdebatan aliran-aliran kalam.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan penulis tentang Hukum Menikah Beda Agama
dalam penafsiran al-Qurthubi serta letak pemikirannya sehubungan
dengan perdebatan aliran-aliran kalam.
2. Sebagai bahan informasi kepada umat Islam bahwa masalah menikah
11
adalah masalah klasik yang masih aktual yang perlu dikaji ulang oleh umat
Islam dalam rangka menyegarkan kembali pemahaman tentang teori-teori
kalam Islam, khususnya pemahaman tentang hukum menikah beda agama.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan library
research (penelitian pustaka), dengan mengkaji pandangan al-Qurthubi
atas interpretasi ayat-ayat kalam tentang hukum menikah beda agama
dalam Tafsir Al-Jami’ Liahkam al-Qur’an.
2. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua
kategori yaitu:
1) Data primer, yakni data yang berasal dari sumber pokok yang
dijadikan sebagai penggalian data dalam penelitian. Dalam hal ini
penulis menggunakan kitab Tafsir al-Qurthubi yang dijadikan data
primer.
2) Data sekunder, yakni data penunjang yang bersumber dari buku—
perspektif tokoh lain—artikel, paper, jurnal dan makalah-makalah
yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Dalam hal ini penulis
menggunakan 4 buah buku yang dijadikan data sekunder, yaitu: 1)
Fiqih Lintas Agama; Nurcholis Madjid dkk, 2) Majalah Nikah Beda
Agama Melanggar HAM; M. Abdurrahman, 3) Ayat Al-Ahkam;, 4)
Hukum Perkawinan di Indonesia; Muhammad Anshary, dan berbagai
situs di internet.
3. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini terfokus pada kajian penafsiran dan pemikiran tokoh,
oleh karena itu dalam hal pengumpulan data, penulis melakukan
pengkajian dengan menggunakan metode penelitian pustaka (library
recearch method). Menurut Keraff, penelitian kepusatakaan merupakan
suatu jalan untuk meneliti orang-orang yang terkenal dalam suatu bidang
pengetahuan ataupun untuk mengetahui pengalaman-pengalaman mereka
12
dengan cara mengkaji karya-karya tulis mereka.21 Dalam hal ini penulis
akan mengumpulkan segala informasi yang ada, dimulai dengan
mengumpulkan kitab Tafsir al-Qurthubi. Sekaligus penulis juga akan
menelusuri beberapa literatur lain yang berkaitan dengan pemikiran
seorang tokoh dan topik ini sebagai data sekunder.
4. Metode Analisa Data
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan beberapa metode
penelitian sebagai berikut:
1) Interpretasi, penulis melakukan tela’ah terhadap penafsiran al-
Qurthubi dalam kitab Tafsir al-Qurthubi yang menjadi objek kajian
ini, agar sedapat mungkin diketahui pokok-pokok pikirannya secara
khas.
2) Koherensi intern, agar dapat memberikan interpretasi yang tepat
terhadap isi kitab, semua konsep-konsep dan aspek dilihat menurut
keselarasannya satu sama lain. Ditetapkan inti pemikiran yang
mendasar, dan topik yang sentral di dalamnya, diteliti susunan logis-
sistematis dalam urutan-urutannya.
3) Deskripsi, yaitu dengan menguraikan seluruh konsepsi tokoh secara
teratur yang menjadi objek penelitian ini.
21
Gorys Keraff, Komposisi (Flores NTT: Nusa Indah, 1997), hlm. 165.
13
BAB II
TEMUAN PENELITIAN
A. Kajian Pustaka
1. Penjelasan Istilah Pernikahan Beda Agama
Pernikahan atau perkawinan adalah terjemahan dari kata nakaha dan
zawaja. Dalam Al-Qur’an kata nakaha dalam berbagai bentuknya terulang
23 kali, sedangkan kata zawaja dalam berbagai bentuknya ditemukan tidak
kurang dari 80 kali.22 Nikah dalam dalam BahasaArab bermakna (al-wath’u)
yakni bersetubuh/berhubungan intim, atau juga bisa bermakna
penyambungan atau penghubungan. Sementara menurut kamus Munawwir,
arti lafaz nikah ialah berkumpul atau menindas, setubuh dan senggama.23
Sedangkan di kalangan ulama ushul, terminologi nikah berkembang dua
macam pendapat tentang arti lafaz nikah,yaitu: nikah menurut arti aslinya
(arti hakiki) adalah setubuh dan menurut arti majazi (metaforis) adalah akad
yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan
wanita, demikian menurut golongan Hanafi. Nikah menurut arti aslinya
ialah akad yang dengan akad ini menjadi halal hubungan kelamin antara pria
dan wanita, sedangkan menurut arti majazi ialah setubuh, demikian menurut
ahli ushul golongan Syafi’iyah.24
Meski pendapat di atas mengemukakan bahwa pada dasarnya
perkawinan adalah akad yang diatur oleh agama untuk memberikan laki-
laki hak memiliki penggunaan faraj wanita dan seluruh tubuhnya untuk
22
Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Wawasan Al-Qur'an. Diakses dari:
https://luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/Wawasan/Nikah1.html (14 Januari
2022-Pukul 06:28)
23
A. W. Munawwir. (2002). Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap.
Surabaya: Pustaka Progressif. hlm. 1461.
24
Ibnu Radwan Siddik Turnip. Perkawinan Beda Agama: Perspektif Ulama
Tafsir, Fatwa Mui dan Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Diakses dari:
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/download/1337/752
(14 Januari 2022-Pukul 06:42)
14
25
Tiurma Magihut Pitta Allagan. 2009. Perkawinan Campuran Di Indonesia
Ditinjau Berdasarkan Sejarah Hukum, Periode 1848-1990. Diakses dari:
http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/view/196 (14 Januari 2022-Pukul
07:08)
26
Ana Lela F. CH, Ken Ismi Rozana, Shifa Khilwiyatul Muthi’ah. 2016. Fikih
Perkawinan Beda Agama Sebagai Upaya Harmonisasi Agama: Studi Perkawinan
Beda Agama di Jember. Diakses dari:
https://media.neliti.com/media/publications/61778-ID-fiqh-perkawinan-beda-
agama-sebagai-upaya.pdf (14 Januari 2022-Pukul 07:16)
15
27
Ibid.
28
Nashih Nashrullah. 2020. Nikah Beda Agama Menurut Fatwa MUI, NU, dan
Muhammadiyah. Diakses dari: https://republika.co.id/berita/q44bao320/nikah-beda-
agama-menurut-fatwa-mui-nu-dan-muhammadiyah (11 Januari 2022-Pukul 08:49)
16
Fatwa MUI ini kembali dipertegas lagi dengan keluarnya Fatwa MUI
Nomor:4/Munas VII/MUI/8/2005 tentang Perkawinan Beda Agama pada
tanggal 28 Juli tahun 2005. Substansi isi dalam fatwa ini sebenarnya tak jauh
berbeda dengan fatwa yang dikeluarkan pada 1980. Bahwa, perkawinan
beda agama adalah haram dan tidak sah. Fatwa MUI ini menyatakan setelah
mempertimbangkan bahwa perkawinan beda agama sering menimbulkan
keresahan di tengah-tengah masyarakat, mengundang perdebatan di antara
sesama umat Islam, memunculkan paham dan pemikiran yang
membenarkan perkawinan beda agama dengan dalih Hak Asasi Manusia
dan kemaslahatan, maka dengan bersandarkan pada Alqur`an, hadis Nabi
SAW, kaidah fikih: dar`u al-mafasid muqaddam ‘ala jalb al-mashalih, dan
kaidah sadd adz-dzari‘ah, maka MUI menetapkan bahwa perkawinan laki-
laki muslim dengan wanita ahli kitab adalah haram dan tidak sah. keputusan
ini kemudian didukung oleh organisasi masyarakat Islam seperti Nahdatul
Ulama dan Muhammadiyah.29
Menurut hemat penulis (Nurcholis Madjid dkk.), Fatwa MUI ini
merupakan keputusan yang bijak dan tepat untuk konteks keindonesiaan
sekarang ini mengingat semakin surutnya nilai-nilai keislaman dalam
masyarakat muslim, dekadensi moral dan iman, akibat dari kehidupan yang
semakin kompleks dan global. Kerusakan (mafsadat) yang akan diterima
dari pernikahan antara seorang muslim dengan non-muslim lebih besar bila
dibanding dengan kemaslahatan yang akan diterima. Walaupun sebagian
ulama ada yang membolehkan seorang laki-laki muslim menikahi wanita
Ahli Kitab dalam hal ini Yahudi dan Kristen, tetapi sangat sulit untuk
menemukan laki-laki yang betul-betul teguh imannya, kuat keyakinannya
sehingga dapat membimbing isterinya yang Ahli Kitab ke jalan yang benar
sebagaimana yang pernah dipraktekkan oleh sebahagian para sahabat
29
ADMINISTRATOR. 2019. Nikah Beda Agama. Diakses dari:
https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1541/nikah-beda-agama (11 Januari
2022-Pukul 09:00)
17
sebelum akhirnya dilarang oleh Khalifah Umar ibn Khattab. Apalagi bila
term Ahli 70Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4/MUNAS
VII/MUI/8/2005 tentang Perkawinan Beda Agama. Kitab ini lebih diperluas
lagi sebagaimana yang diungkapkan oleh Rasyd Ridha yang tidak hanya
kepada agama Yahudi dan Kristen saja, tetapi bisa juga wanita-wanita yang
beragama ardhi yang memiliki kitab seperti Hindu dan Budha yang telah
menjadi pijakan berpikir sebagian sarjana Islam di Indonesia untuk
membolehkan pernikahan beda agama.30
Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa pada prinsipnya, al-maslahah
adalah mengambil manfaat dan menolak kemudaratan dalam rangka
menjaga dan memelihara maqaṣid alsyari‘ah (tujuan-tujuan syariat). Istilah
al-maṣlaḥah pada dasarnya mengandung arti menarik manfaat dan menolak
mudarat. Akan tetapi, bukan itu yang kami maksud, sebab menarik manfaat
dan menolak mudarat adalah tujuan makhluk (manusia), sedangkan
kebaikan bagi makhluk (manusia) ada dengan tercapainya tujuan mereka.
Yang kami maksudkan dengan maṣlaḥat ialah memelihara tujuan syariat
(maqaṣid al- syariah). Tujuan syariat itu ada lima; memelihara agama, jiwa,
akal, keturunan, dan harta mereka. Setiap usaha untuk memelihara prinsip
ini disebut almaṣlaḥat dan setiap upaya merusak, mencederai adalah
mafsadatdan menolaknya adalah al-maṣlaḥah itu sendiri. Bila kita merujuk
kepada teori al-maslahat Imam Ghazali ini, tampak jelas bahwa memelihara
agama merupakan pioritas pertama dan utama dibanding yang lain. Efek
dari pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki muslim dengan
wanita non muslim ternyata hanya akan melahirkan konflik yang terus
menerus dan dapat merusak dari tujuan perkawinan yaitu menciptakan
keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Kemungkinan terjadinya
permurtadan yang terjadi di kalangan umat Islam akibat dari perkawinan
30
Ibnu Radwan Siddik Turnip. Perkawinan Beda Agama: Perspektif Ulama
Tafsir, Fatwa Mui dan Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Diakses dari:
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/download/1337/752
(11 Januari 2022-Pukul 09:34)
18
beda agama ini tidak menjadi rahasia lagi, apalagi bila seorang laki-laki
muslim yang lemah imannya menikahi wanita non muslim yang militan dan
fanatik dalam agamanya.31
31
Ibid.
19
32
Padli Yannor. 2019. Menelaah Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum
Positif. Diakses dari:
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/menelaah-perkawinan-
beda-agama-menurut-hukum-positif (13 Januari 2022-Pukul 05:51)
33
Diana Kusumasari, S.H., M.H.. 2011. Kawin Beda Agama Menurut Hukum
Indonesia. Diakses dari:
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl290/hukum-nikah-beda-
agama-yang-berlaku-di-indonesia/ (13 Januari 2022-Pukul 06:05)
20
34
Asril. 2015. Eksistensi Komplikasi Hukum Islam Menurut Undang-undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Diakses dari: https://media.neliti.com/media/publications/40423-ID-eksistensi-
kompilasi-hukum-islam-menurut-undang-undang-nomor-12-tahun-2011-tenta.pdf
(13 Januari 2022-Pukul 06:37)
21
35
J. Shodiq, Misno, dan Abdul Rosyid. 2019. Pernikahan Beda Agama Menurut
Imam Madzhab dan Hukum Positif di Indonesia. Diakses dari:
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/download/543/426 (14
Januari 2022-Pukul 09:39)
36
Ibid.
22
37
Ibid.
23
pendapat guru Ahmad bin Hambal, yaitu Imam Syafi‟i. Tetapi tidak
membatasi, bahwa yang termasuk ahlu al-kitab adalah Yahudi dan
Nasrani dari Bangsa Israel saja, tetapi menyatakan bahwa wanita-
wanita yang menganut agama Yahudi dan Nasrani sejak saat Nabi
Muhammad belum diutus menjadi Rasul.38
Berdasarkan uraian di atas, telah dijelaskan bahwa ulama Imam
Madzhab sepakat untuk mengharamkan pernikahan antara laki-laki muslim
dengan wanita musyrik dan membolehkan pernikahan antara lakilaki
muslim dengan wanita ahlul kitab yakni Yahudi dan Nasrani. Akan tetapi,
yang dimaksud oleh Imam Madzhab tentang wanita ahlul kitab (Yahudi dan
Nasrani) di sini adalah karena wanita ahlul kitab pada zaman dahulu berbeda
dengan wanita ahlul kitab pada zaman sekarang.
Pada zaman dahulu wanita ahlul kitab mengimani kitab-kitab mereka
yang belum banyak adanya perubahan dan wanita ahlul kitab pada zaman
dahulu tidak berpengaruh terhadap pemikiran dan keyakinan laki-laki
muslim (suami). Adapun pada saat ini, mereka wanita ahlul kitab mayoritas
tidak memahami isi dan kandungan kitab-kitab mereka yang sesungguhnya,
karena sudah banyaknya perubahan. Dengan demikian, penulis
menyimpulkan bahwa pendapat Imam Madzhab tentang pembolehan
pernikahan antara laki-laki muslim dengan wanita ahlul kitab hanya sebatas
pada zaman mereka. Jika dianalisis berdasarkan apa yang telah disebutkan
di atas sesuai dengan realita sekarang, maka sudah barang tentu Imam
Madzhab akan mengharamkan pernikahan beda agama tanpa terkecuali.
38
Ibid.
24
Andalusia, juga seorang penyair dan ahli nahwu. Beliau pernah menjadi
Qâdhi di Cordoba dan tempat lainnya.
Adapun intelektualitas Imâm Al-Qurthubî yang diperoleh ketika di Mesir
yaitu dengan melakukan perjalanan dari Andalusia ke Mesir kemudian
menetap di kota Iskandariyah, lalu pergi melewati Kairo sampai menetap
Qaus. Selama perjalanan inilah beliau belajar dan mengajar kepada setiap
ulama yang ia jumpai. Guru-guru Imâm Al-Qurthubî ketika di Mesir,
diantaranya:
a. Abû Bakar Muhammad bin Al-Wâlid dari Andalusia yang mengajar di
madrasah al-Thurthusi.
b. Abû Thâhir Ahmad bin Muhammad bin Ibrahîm al-Ashfahani.
c. Ibnu Al-Jamizî Baha al-Din „Ali bin Hibbatullah bin Salamah bin al-
Muslim bin Ahmad bin „Ali al-Misri al-Syafi‟i.
d. Ibnu Ruwaj Rasyid al-Din Abu Muhammad „Abd al- Wahhâb bin Ruwaj.
e. Abû al-„Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahîm al-Maliki penulis kitab Al-
Mufhim fi Syarh Muslim. Ada yang berkata bahwa kitab Al-Tadzkirah fi
Ahwâl al-Mauta wa Umur al-Ȃkhirah juga dikarang olehnya, seorang al-
Muhaqiq yang mengarang kitab al-Mufhim fi Syarh Shahih Muslim.
Wafat pada tahun 656 H.
f. Abû Muhammad Rasyid al-Din „Abd al-Wahhâb bin Dafir, meninggal
pada tahun 648 H.
g. Abû Muhammad „Abd al-Mu‟ati bin Mahmud bin Abd Mu‟atti bin Abd
al-Khâliq al-Khamhi al-Maliki al-Faqih al-Jâhid, wafat tahun 638 H.
h. Abû „Ali al-Hasan bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad bin Amrawuk al-Bakr al-Qarsyi al-Naisaburi
al-Damasyqi al-Imâm al-Musnid, meninggal di Mesir tahun 656 H.
i. Abû al-Hasan Ali bin Hibatullah bin Salamah al-Lakhmi al-Misri al-
Syafii, meninggal pada tahun 649 H. Beliau dikenal sebagai seorang mufti
al-mukri, al-Khatib al-Musnid.
Itulah sederet nama-nama guru Imâm Al-Qurthubî yang telah
membentuk intelektualitas dan pribadinya. Pergaulannya dengan guru-guru
29
C. Pembahasan
1. Penafsiran Al-Qurthubi tentang Hukum Menikah Beda Agama
1) QS. al-Baqarah(2): 221
39
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî Jilid 3, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib, dan
Dudi Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2012), 152.
31
kalian dibolehkan, niscaya nikah kalian pun dibolehkan. Akan tetapi aku
akan memisahkan kalian secara paksa‟.40
Riwayat lain yang sanadnya lebih baik dari riwayat tersebut
menyatakan bahwa Umar hendak memisahkan mereka dari istri-istrinya,
Hudzaifah berkata, “Apakah engkau menganggap bahwa dia haram? Maka
pisahkanlah dia wahai Amîrul Mu‟minîn? Umar menjawab, “Aku tidak
menganggap bahwa dia haram. Akan tetapi aku takut kalian mendapatkan
wanita-wanita pezina dari kalangan mereka. Pendapat yang senada dengan
ini juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas.41
Imâm Al-Qurthubî menambahkan bahwa An-Nuhas mengatakan,
“diantara hujjah yang sah sanadnya, diceritakan kepada kami oleh
Muhammad bin Rayyan, dia berkata: Muhammad bin Rumh menceritakan
kepada kami, dia berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Nafi‟,
bahwa Abdullah bin Umar jika ditanya tentang seorang laki-laki yang akan
menikahi wanita Nasrani atau Yahudi, maka dia menjawab, „Allah telah
mengharamkan Wanita musyrik kepada orang-orang yang beriman.
Sementara aku tidak mengetahui suatu kemusyrikan yang lebih besar dari
pada seorang wanita yang mengatakan bahwa Tuhannya adalah Isa, atau
salah satu dari hamba-hamba Allah.42
Imâm Al-Qurthubî menjelaskan bahwa alasan pengharaman
tersebut telah diterangkan Allah dalam ayat setelahnya, yaitu:
ك يَ ْد ُع ْو َن اِ َىل النَّا ِر ٰۤ
َ اُوٰل ِٕى
“mereka mengajak ke neraka,” dimana ajakan ke neraka dijadikan
sebagai alasan hukum diharamkan menikahi mereka, maka jawabannya
adalah hal tersebut (mengajak ke neraka) merupakan jawaban untuk
firman Allah:
ب تْ ُك ْم ٍِ ِ
َ َوَالَ َمة ُّم ْؤمنَة َخ ْي ر ِّم ْن ُّم ْشرَكة َولَ ْو اَ ْع َج
40
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî jilid 3, terj… 147.
41
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî jilid 3, terj… 146-147.
42
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî jilid 3, terj… 145.
32
43
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî jilid 3, terj… 150.
33
44
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî jilid 3, terj… 151.
36
45
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî jilid 3, terj…, 152.
46
Al-Qurthubî, Tafsîr Al Qurthubî Jilid 6, terj… 191.
38
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hasil dari penguraian, pembahasan dan pembicaraan dalam baba-bab
sebelum ini, penulis dapat mengambil beberapa simpulan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
B. Saran-Saran
Selain simpulan yang telah dipaparkan di atas, penulis juga akan
mengemukakan beberapa saran yang perlu mendapatkan perhatian dari pihak-
pihak yang bersangkutan:
1. Fokus penelitian ini adalah hanya terbatas pada hukum nikah beda agama,
padahal masih banyak hal lain yang ada hubungannya dengan masalah
nikah dan bisa dijadikan sebagai kontribusi dalam penelitian ini. Oleh
karena itu bagi penulis yang akan datang dan yang berminat terhadap
masalah ini untuk melengkapi kekurangan tersebut sehingga dihasilkan
penelitian yang bernilai lebih mendalam.
2. Nikah beda agama merupakan topik yang perlu di siarkan, mengingat
masih banyak dari berbagai kalangan melakukan pernikahan tersebut.
Agar penelitain tentang nikah beda agama dapat disiarkan, maka penulis
hendaklah mencari penyelesaian yang disesuaikan dengan perkembangan
pola pikir manusia.
41
DAFTAR PUSTAKA
Yannor, Padli. 2019. Menelaah Perkawinan Beda Agama Menurut Hukum Positif.
Diakses 02 Januari 2022 di
https://www.jdih.tanahlautkab.go.id/artikel_hukum/detail/menelaah-
perkawinan-beda-agama-menurut-hukum-positif.
Afifah, Fia. 2021. Pernikahan dalam Islam, Ketahui Hukum serta Syarat dan
Rukunnya!. Diakses 02 Januari 2022 di
https://www.orami.co.id/magazine/pernikahan-dalam-islam/.
Hapsari, Endah. 2013. Apa Hukum Muslimah Menikah dengan Pria Non-Muslim?.
Diakses 11 Januari 2022 di https://www.republika.co.id/berita/mpdq71/apa-
hukum-muslimah-menikah-dengan-pria-nonmuslim.
Tejomukti, Ratna Ajeng. 2021. Tiga Ayat Alquran Bahas Pernikahan Beda Agama.
Diakses 11 Januari 2022 di https://www.republika.co.id/berita/qpk2lj430/tiga-
ayat-alquran-bahas-pernikahan-beda-agama-part1.
Jalil, Abdul. 2018. Pernikahan Beda Agama Dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Positif di Indonesia. Diakses 13 Januari 2022 di
https://media.neliti.com/media/publications/275121-pernikahan-beda-
agama-dalam-perspektif-h-d718141e.pdf.
Muthi’ah, Shifa Khilwiyatul dkk. 2016. Fikih Perkawinan Beda Agama Sebagai
Upaya Harmonisasi Agama: Studi Perkawinan Beda Agama di Jember.
Diakses 14 Januari 2022 di
https://media.neliti.com/media/publications/61778-ID-fiqh-perkawinan-
beda-agama-sebagai-upaya.pdf.
Nashrullah, Nashih. 2020. Nikah Beda Agama Menurut Fatwa MUI, NU, dan
Muhammadiyah. Diakses 11 Januari 2022 di
https://republika.co.id/berita/q44bao320/nikah-beda-agama-menurut-fatwa-
mui-nu-dan-muhammadiyah.
Turnip, Ibnu Radwan Siddik. Perkawinan Beda Agama: Perspektif Ulama Tafsir,
Fatwa Mui dan Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Diakses 11 Januari
43
2022 di
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/alt/article/download/133
7/752.
Diana Kusumasari, S.H., M.H.. 2011. Kawin Beda Agama Menurut Hukum
Indonesia. Diakses 13 Januari 2022 di
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl290/hukum-nikah-
beda-agama-yang-berlaku-di-indonesia/.
Rosyid, Abdul dkk. 2019. Pernikahan Beda Agama Menurut Imam Madzhab dan
Hukum Positif di. Diakses 14 Januari 2022 di
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/download/54
3/426.
44
LAMPIRAN-LAMPIRAN
45
Telah dikonsultasikan dan dibimbing sesuai ketentuan dan kepadanya diberikan hak
untuk mengikuti Ujian Sidang Munaqosyah.
Bogor, Minggu/ 13 Februari
2022
Pembimbing,
DATA PRIBADI
Nama Muhammad Ruslan
Tempat Lahir Bogor
Tanggal Lahir 6 Februari 2003
Jenis Kelamin Laki-laki
Agama Islam
Alamat Lengkap Kp. Alun-alun Wetan rt003/008 - Ds. Cibeureum- Kec.
Cisarua - Kab.Bogor
E-mail 184057@daarululuumlido.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Negeri Cibeureum 01
SMP Negeri 1 Megamendung
MA Daarul ‘Uluum Lido
PENGALAMAN ORGANISASI