Anda di halaman 1dari 49

RISALAH

ANALISIS KEWAJIBAN ZAKAT PROFESI


PERSPEKTIF YUSUF QHORDOWI
Dosen Pembimbing:
K. Lutfi
K. Shoim

Oleh:
Oleh: ABD. MUIN
NIM 1812150040

TAKHASSUS FIKIH WA USHULUHU


MA’HAD ALY NURUL CHOLIL
DEMANGAN BARAT BANGKALAN
2022

I
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Abd. Muin
Tempat, tanggal lahir : Sampang, 17 April 1999
NIM : 1812150040
Jurusan : Fiqh Wa Ushuluhu
Alamat : Taman Sareh Sampang

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa RISALAH yang berjudul :


ANALISIS KEWAJIBAN ZAKAT PROFESI
PERSPEKTIF YUSUF QHORDOWI
yang saya tulis adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
plagiat atau saduran dari Risalah orang lain. Kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sumbernya.
Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabutnya predikat kelulusan dan gelar
kesarjanaannya).
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bangkalan, 10 Juli 2022

Mengetahui,
Dosen Pembimbing, Yang membuat
pernyataan,

MATERAI

Rp. 6.000,-

K. Luthfi M.Pd Abd. Muin

II
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Risalah yang di tulis oleh Abd. Muin ini dengan judul “Analisis Kewajiban
Zakat Profesi Perspektif Yusuf Qhordowi ”.

Telah disetujui

Tanggal 25 juli 2022

Oleh:

Pembimbing

K. Luthfi M.Pd

Pembimbing

K. Shoim

III
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul zakat profesi menurut Yusuf Al-Quradhawi. Satu
hal yang diangkat sebagai fokus penelitian. Yakni, bagaimana landasan hukum
Yusuf Al-Quradhawi tentang zakat profesi. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui dan menganalisis hukum membayar zakat profesi di tinjau dari
pandagan Yusuf Al-Quradhawi
Metode yang dipakai penelitian ini menggunakan studi kepustakaan
(library research), sumber data yang digunakan adalah sumber data pustaka yang
terdiri dari. Bahan hukum primer adalah sunber pokok yang digunakan sebagai
sunber utama dalam penelitian dalam memperoleh data, seperti Al-Qur’an dan
Hadist,Undang-Undang dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian. Bahan
hukum sekunder meliputi data yang memberikan penjelasan terhadap data-data
lain yang berkaitan dengan penelitian. Adapun bahan hukum tersier meliputi data
tambahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder berupa jurnal dan website. Tehnik analisa data adalah berupa analisis
Komperatif bersifat perbandingan dan disimpulkan secara deduktif dari umum ke
khusus.
Menurut Yusuf Al-Qaradhawi, landasan zakat profesi adalah perbuatan
sahabat yang mengeluarkan zakat untuk Al-maal al-mustafaad (harta perolehan).
Al-maal al-mustafaad adalah setiap harta baru yang diperoleh seorang muslim
melalui salah satu cara kepemilikan yang disyariatkan, seperti waris, hibah, upah
pekerjaan, dan yang semisalnya. Yusuf Al-Qaradhawi mengambil pendapat
sebagian sahabat (seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas‟ud) dan sebagian tabi‟in
(seperti Az-Zuhri, Hasan Bashri, dan Makhul) yang mengeluarkan zakat dari al-
maalal mustafaad pada saat menerimanya, tanpa mensyaratkan haul.

Kata Kunci : Yusuf Al-Qardhawi, Zakat Profesi

IV
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tak hentinya dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang
berkat anugerah serta nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan risalah ini tepat
pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah memimpin umat Islam menuju jalan yang diridhai
Allah SWT.

Dalam menyelesaikan Risalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,


arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga sudah sepantasnya dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya dan terima
kasih banyak terutama kepada :

1. KH. Zubair Muntashor, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Cholil, Sang


Murabbi Ruhi panutan penulis dalam segala hal, yang selalu menjadi
inspirator bagi penulis agar terus lebih baik lagi serta bermanfaat bagi nusa
dan bangsa. Semoga kita semua mendapatkan barokah beliau serta di akui
sebagai santrinya.

2. KH. Achmad Faqot Zubair, Mudier Ma’had Aly Nurul Cholil, yang selalu
semangat tanpa pamrih memotivasi para mahasantri untuk menjadi insan
yang berguna bagi nusa dan bangsa. Semoga kita semua senantiasa
mendaptkan barokah dari beliau

3. Seluruh Majelis Keluarga Pondok Pesantren Nurul Cholil, tanpa barokah


dari beliau semua penulis pasti sangat kesulitan untuk menyelasaikan
Risalah ini, semoga beliau semua di berikan Panjang umur sehingga tetap
bisa membimbing kita semua.

4. M. Luthfi M.Pd. Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan


waktu, tenaga, dan pikiran serta kesabaran dalam membimbing, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan tepat waktu

5. Orang tua tercinta, Ayahanda Sholeh dan Ibunda Rummanah yang telah
memberikan doa, perhatian, serta pengorbanan dengan penuh kasih
sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

V
6. Para Senior yang tidak pernah lelah dalam membimbing serta memberikan
arahan, sehingga memperoleh pengalaman yang sangat berharga terutama :
Kanda Holil, Kanda Mahhud, Kanda Abd. Wahid, Kanda Ambrin, Kanda
Bahrud, Kanda Rifai, Kanda Alwi, dan Kanda Mahmud.

Dalam penulisan Risalah ini penulis menyadari akan banyak kelemahan serta
kekurangan dari berbagai sisi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan krikit serta
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Risalah ini kedepan.

Bangkalan ,23 Mei


2022 22 Syawwal 1443

Abd. Muin
1812150040

VI
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................II


PERSETUJUAN PEMBIMBING..............................................................................III
ABSTRAK...................................................................................................................IV
KATA PENGANTAR..................................................................................................V
DAFTAR ISI..............................................................................................................VII
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang masalah...................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................8
C. Tujuan penelitian.............................................................................................8
D. Manfaat Penelitian...........................................................................................9
E. Kajian pustaka.................................................................................................9
F. Metode Penelitian...........................................................................................13
G. Metode pengumpulan data........................................................................13
H. Analisis data................................................................................................14
I. Sistematika Pembahasan...............................................................................16
BAB II.........................................................................................................................17
TENTANG ZAKAT DAN MACAM MACAM ZAKAT.........................................17
A. Definisi Zakat.................................................................................................17
B. Syarat Wajib Zakat........................................................................................19
C. Macam macam zakat.....................................................................................20
D. Tujuan dan Manfaat Zakat...........................................................................23
BAB III........................................................................................................................27
PENGERTIAN ZAKAT PROFESI MENURUT YUSUF QARDHAWI...............27
A. Zakat Profesi Menurut Yusuf Qardhawi.....................................................27
B. Landasan Hukum Zakat profesi...................................................................29
C. Biografi Yusuf Qordhowi...............................................................................32
BAB IV........................................................................................................................36
PEMBAHASAN.........................................................................................................36
A. Zakat Profesi Menurut Yusuf Al-Qaradhawi..............................................36
BAB V.........................................................................................................................39
PENUTUP...................................................................................................................39

VII
A. Kesimpulan.....................................................................................................39
B. Saran...............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................41

VIII
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Definisi profesi dan zakat profesi dalam KBBI.web.id,profesi adalah bidang

pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,kejujuran dan sebagainya

tertentu).kata profesi sendiri berasal dari bahasa latin “proffesio” yang mempunyai dua

definisi yaitu ikrar dan pekerjaan.bila artinya di buat dalam definisi yang lebih luas

menjadi kegiatan “apa saja dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan

dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan

yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus di tuntut dari padanya

pelaksanaan norma norma sosial dengan baik. Dan zakat profesi di definisikan sebagai

zakat di kenakan pada setiap pekerjaan atau ke ahlian profesional tertentu,baik yang

dilakukan sendiri maupun bersama orang atau lembaga lain yang mendatangkan

penghasilan semisal profesi dokter, konsultan, advokat, dosen,arsitek dan sebagainya.

Zakat profesi merupakan salah satu kasus baru dalam fiqh (hukum Islam). Al-

Quran dan al-Sunnah, tidak memuat aturan hukum yang tegas mengenai zakat profesi

ini. Begitu juga ulama mujtahid seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi^i, dan Ahmad ibn

Hanbal tidak pula memuat dalam kitab-kitab mereka mengenai zakat profesi ini. Hal

ini disebabkan oleh terbatasnya jenis-jenis usaha atau pekerjaan masyarakat pada masa

Nabi dan imam mujtahid.

Namun demikian, sekalipun hukum mengenai zakat profesi ini masih menjadi

kontroversi dan belum begitu diketahui oleh masyarakat muslim pada umumnya dan

kalangan profesional muslim di tanah air pada khususnya, kesadaran dan semangat

untuk menyisihkan sebagian penghasilan sebagai zakat yang diyakininya sebagai

kewajiban agama yang harus dikeluarkannya cukup tinggi. Risalah ini barangkali bisa

1
kita jadikan semacam indikasi bagaimana kalangan profesional peduli terhadap

masalah zakat profesi ini. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengemukakan

beberapa pokok pikiran berkenaan dengan hukum zakat profesi dengan judul Analisis

Zakat Profesi Menurut Yusu Qardhawi.

Dan zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan

ketentuannya sebagai wujud kepatuhan kepada Allah SWT. Dan juga merupakan salah

satu bentuk ajaran sosial dari agama Islam untuk kemaslahatan.

Di era moderen,muncul berbagai jenis profesi baru yang sangat potensial dalam

menghasilkan kekayaan dalam jumlah besar.dengan demikian muncullah pertanyaan

pertanyaan baru dalam Islam yaitu,bagaimana hukum fikih menyikapi tentang zakat

profesi yang dikenal oleh sebagian kalangan sekarang ini? Apakah itu termasuk suatu

bagian dari zakat dalam Islam? ataukah itu hal yang baru dalam agama Islam?

Menarik memang, wacana baru zakat profesi cukup andil dalam menggugah kesadaran

para pegawai ,karyawan maupun kalangan profesional di indonesi untuk

berzakat.meskipun Al Qur’an dan Al Sunnah tidak memuat aturan hukum yang tepat

mengenai zakat profesi ini.begitu juga sebagian ulama Mujtahid seperti imam

Syafi’i.imam Syafi’i pula tidak memuat dalam kitabnya mengenai zakat profesi

ini.tapi secara eksplisit pada zaman Rasulullah SAW sebenarnya zakat profesi sudah

di praktekan sepertihalnya zakat perdagangan,rikaz,binatang ternak,zakat mas,dan

perak.dan seiring berkembangnya zaman maka semakin kompleks profesi profesi yang

bermunculan yang menimbulkan perbedaan pandangan dan pendapat di antara para

ulama’ terkait zakat profesi.

2
Zakat penghasilan atau yang dikenal juga sebagai zakat profesi; zakat pendapatan

adalah bagian dari zakat mal yang wajib dikeluarkan atas harta yang berasal dari

pendapatan / penghasilan rutin dari pekerjaan yang tidak melanggar syariah.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan, penghasilan yang dimaksud

ialah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa, dan lain-lainnya yang

diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara, pegawai, karyawan,

maupun tidak rutin seperti dokter, pengacara, konsultan, dan sejenisnya, serta

pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan bebas lainnya.

Zakat seperti dijelaskan Allah SWT dalam Al Quran surat At-Taubah ayat 60

harus diberikan kepada delapan asnaf, yaitu fakir, miskin, amil, muallaf,

memerdekakan budak, orang yang punya hutang, ibnu sabil dan sabilillah.

‫ين َعلَ ْي َها َوا ْل ُمَؤ لَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ْم َوفِي‬


َ ِ‫ين َوا ْل َعا ِمل‬ َ ‫ص َدقَاتُ لِ ْلفُقَ َرا ِء َوا ْل َم‬
ِ ‫سا ِك‬ َّ ‫ِإنَّ َما ال‬

‫يضةً ِم َن هَّللا ِ ۗ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم‬


َ ‫يل ۖ فَ ِر‬ َّ ‫سبِي ِل هَّللا ِ َوا ْب ِن ال‬
ِ ِ ‫سب‬ َ ‫ين َوفِي‬ ِ ‫الرقَا‬
َ ‫ب َوا ْل َغا ِر ِم‬ ِّ

‫َح ِكي ٌم‬

Artinya: "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk

mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,

dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

1. Hasil profesi dikategorikan sebagai harta wajib zakat berdasarkan kias (analogi)

atas kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada, yakni:

3
Model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip dengan panen (hasil

pertanian) sehingga harta ini dapat dikiaskan pada zakat pertanian berdasarkan

nisab (635 kg gabah kering giling setara dengan 522 kg beras) dan waktu

pengeluaran zakatnya setiap kali panen.

2. Model harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang sehingga jenis harta

ini dapat dikiaskan pada zakat harta (simpanan atau kekayaan) berdasarkan kadar

zakat yang dibayarkan (2,5 persen). Sehingga apabila hasil profesi seseorang telah

memenuhi wajib zakat, ia berkewajiban menunaikan zakatnya.

Akad adalah ibadah ,dan dalam beribadah hendaknya selalu berpatokan kepada

dalil (tauqifiyyah).

Dan tentang zakat profesi,tidak ada dalil baik dari Al-Qur’an, maupun Sunnah

Rasulullah SAW, dan Ijma’ atau Qiyas yang Shohih. Dan tidak satu pun dari kalangan

para Ulama salaf yang menyatakan disyari’atkannya.

Kesimpulannya, mewajibkan sesuatu kepada harta manusia apa-apa yang tidak

diwajibkan oleh Allah ,adalah perkara yang diharamkan,dan termasuk memakan harta

manusia dengan cara yang batil Allah Ta’ala berfirman:

ِ َ‫َوال تَْأ ُكلُو ْا َأ ْم َوالَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِا ْلب‬


‫اط ِل َوتُ ْدلُو ْا بِ َها‬

َ ‫س بِاِإل ْث ِم َوَأنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬


‫ون‬ ِ ‫ِإلَى ا ْل ُح َّك ِام لِتَْأ ُكلُو ْا فَ ِريقًا ِّمنْ َأ ْم َو‬
ِ ‫ال النَّا‬
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara

kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang

4
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui” (QS. Al Baqarah:

188).

Penghasilan dan Profesi tidak bisa disamakan dengan zakat hasil pertanian dan

peternakan karena tidak ada nash maupun qiyas yang menjelaskannya. Zaka Profesi

harus sesuai dengan nisab dan haul. Zakat

Para ulama menyatakan suatu kaidah yang agung hasil kesimpulan dari Al-Qur’an dan

As-Sunnah bahwa pada asalnya tidak dibenarkan menetapkan disyariatkannya suatu

perkara dalam agama yang mulia ini kecuali berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan As-

Sunnah. Allah SWT berfirman:

“Apakah mereka memiliki sekutu-sekutu yang mensyariatkan bagi mereka suatu

perkara dalam agama ini tanpa izin dari Allah?” (Asy-Syura: 21)

Pada asalnya tidak ada kewajiban atas seseorang untuk membayar zakat dari suatu

harta yang dimilikinya kecuali ada dalil yang menetapkannya. Berdasarkan hal ini jika

yang dimaksud dengan zakat profesi bahwa setiap profesi yang ditekuni oleh

seseorang terkena kewajiban zakat, dalam arti uang yang dihasilkan darinya berapapun

jumlahnya, mencapai nishab atau tidak, dan apakah uang tersebut mencapai haul atau

tidak wajib dikeluarkan zakatnya, maka ini adalah pendapat yang batil. Tidak ada dalil

dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menetapkannya. Tidak pula ijma’ umat

menyepakatinya. Bahkan tidak ada qiyas yang menunjukkannya.

Adapun jika yang dimaksud dengan zakat profesi adalah zakat yang harus

dikeluarkan dari uang yang dihasilkan dan dikumpulkan dari profesi tertentu, dengan

syarat mencapai nishab dan telah sempurna haul yang harus dilewatinya, ini adalah

pendapat yang benar, yang memiliki dalil dan difatwakan oleh para ulama besar yang

5
diakui keilmuannya dan dijadikan rujukan oleh umat Islam sedunia pada abad ini

dalam urusan agama mereka.

Tidak samar lagi bahwa di antara jenis harta yang terkena kewajiban zakat adalah

emas (dinar) dan perak (dirham), dan bahwasanya di antara syarat wajibnya zakat pada

harta tersebut adalah sempurnanya haul. Berdasarkan hal ini uang yang dikumpulkan

dari gaji hasil profesi wajib dikeluarkan zakatnya di akhir tahun apabila jumlahnya

mencapai nishab, atau mencapai nishab bersama uang yang lain yang dimilikinya dan

telah sempurna haul yang harus dilewatinya. Zakat uang gaji hasil profesi tidak boleh

diqiyaskan (disamakan) dengan zakat hasil tanaman (biji-bijian dan buah-buahan yang

terkena zakat) yang wajib dikeluarkan zakatnya saat dihasilkan (dipanen). Karena

persyaratan sempurnanya haul yang harus dilewati oleh nishab yang ada pada zakat

emas (dinar) dan perak (dirham) adalah persyaratan yang tetap berdasarkan nash, dan

tidak ada qiyas yang dibenarkan jika bertentangan dengan nash. Dengan demikian,

uang yang terkumpul dari gaji hasil profesi tidaklah terkena kewajiban zakat kecuali di

akhir tahun saat sempurnanya haul.”

“Tentang zakat gaji bulanan hasil profesi. Apabila gaji bulanan yang diterima oleh

seseorang setiap bulannya dinafkahkan untuk memenuhi hajatnya sehingga tidak ada

yang tersisa sampai bulan berikutnya, maka tidak ada zakatnya. Karena di antara

syarat wajibnya zakat pada suatu harta (uang) adalah sempurnanya haul yang harus

dilewati oleh nishab harta (uang) itu. Jika seseorang menyimpan uangnya, misalnya

setengah gajinya dinafkahkan dan setengahnya disimpan , maka wajib atasnya untuk

mengeluarkan zakat harta (uang) yang disimpannya setiap kali sempurna haulnya.

Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi, dan pada setiap riwayat

tersebut ada kelemahan, namun gabungan seluruh riwayat tersebut saling menguatkan

6
sehingga merupakan hujjah. Bahkan Al-Albani menyatakan bahwa ada satu jalan

riwayat yang shahih sehingga beliau menshahihkan hadits ini.

Ibnu Qudamah berkata dalam Al-Mughni (2/392): “Kami tidak mengetahui

adanya khilaf dalam hal ini.” Lihat pula Majmu’ Fatawa (25/14).

Landasan fikih (at-takyif al-fiqhi) zakat profesi ini menurut Al-Qaradhawi adalah

perbuatan sahabat yang mengeluarkan zakat untuk al-maal al-mustafaad (harta

perolehan). Al-maal al-mustafaad adalah setiap harta baru yang diperoleh seorang

muslim melalui salah satu cara kepemilikan yang disyariatkan, seperti waris, hibah,

upah pekerjaan, dan yang semisalnya.

Al-Qaradhawi mengambil pendapat sebagian sahabat (seperti Ibnu Abbas dan

Ibnu Mas’ud) dan sebagian tabi’in (seperti Az-Zuhri, Hasan Bashri, dan Makhul) yang

mengeluarkan zakat dari al-maal al-mustafaad pada saat menerimanya, tanpa

mensyaratkan haul (dimiliki selama satu tahun qamariyah). Bahkan al-Qaradhawi

melemahkan hadis yang mewajibkan haul bagi harta zakat, yaitu hadis Ali bin Abi

Thalib RA, bahwa Nabi SAW bersabda:

”Tidak ada zakat pada harta hingga berlalu atasnya haul.”

Berikut ini adalah dalil yang bermakna kewajiban zakat secara umum, yaitu:

َ َّ‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ِإن‬


َ‫صاَل تَك‬ َ ‫ُخ ْذ ِمنْ َأ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَ ِّه ُر ُه ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم ِب َها َو‬

َ ُ ‫س َكنٌ لَ ُه ْم َوهَّللا‬
‫س ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya

doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar

lagi Maha Mengetahui. (QS. At Taubah: 103).

7
Berikut ini juga terdapat dalil yang menjelaskan kewajiban zakat terhadap harta

tertentu, yaitu:

‫س ْبتُ ْم َو ِم َّما َأ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم ِم َن‬ ِ ‫ين آ َمنُوا َأ ْنفِقُوا ِمنْ طَيِّبَا‬


َ ‫ت َما َك‬ َ ‫يا َأيُّ َها الَّ ِذ‬

ُ ‫ستُ ْم ِبآ ِخ ِذي ِه ِإاَّل َأنْ تُ ْغ ِم‬


ۚ ‫ضوا فِي ِه‬ ْ َ‫ون َول‬
َ ُ‫يث ِم ْنهُ تُ ْنفِق‬ ِ ‫اَأْل ْر‬
َ ِ‫ض ۖ َواَل تَيَ َّم ُموا ا ْل َخب‬

‫َوا ْعلَ ُموا َأنَّ هَّللا َ َغنِ ٌّي َح ِمي ٌد‬


Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari

hasil usahamu yang baik-baik, …”

Ayat pertama di atas menunjukkan lafadz atau kata yang masih umum ; dari hasil

apa saja. 

“.. infakkanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik.”

dan dalam ilmu fiqh terdapat kaidah “Al “ibrotu bi Umumi lafdzi laa bi khususi

sabab” “bahwa ibroh (pengambilan makna) itu dari keumuman katanya bukan dengan

kekhususan sebab.” Dan tidak ada satupun ayat atau keterangan lain yang

memalingkan makna keumuman hasil usaha tadi, oleh sebab itu profesi atau

penghasilan termasuk dalam ketegori ayat di atas.

B. Rumusan masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan di latar belakang, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Pengertian Zakat profesi menurut Yusuf Qhordowi ?

C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

8
1. . Untuk mengetahui pengelolaan, pelaksanaan dan pendayagunaan

zakat profesi.

2. Untuk mengetahui pengelolaan, pelaksanaan dan pendayagunaan

zakat profesi apakah telah sesuai dengan hukum Islam.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang zakat,

terkhusus zakat profesi dan memperkaya khasanah keilmuan

keislaman terutama bidang hukum Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Penulis Menambah wawasan untuk berfikir secara kritis dan

sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan

sebagai alat dalam mengimplementasikan zakat profesi dengan

baik sesuai hukum Islam.

b. Pembaca Bagi pembaca, dapat dijadikan bahan bacaan tentang

manajemen pelaksanaan dan pendayagunaan zakat profesi dengan

baik sesuai hukum Islam.

c. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan ilmu dan memberikan informasi kepada masyarakat

umum tentang zakat profesi, sehingga mampu menumbuhkan

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

E. Kajian pustaka
Kajian pustaka merupakan suatu bagian yang memuat tentang

teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, dengan

9
melakukan penelaahan kembali terhadap penelitian yang hampir sama dan

mengemukakan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana persoalan ini

dibahas, maka penyusun akan mencoba menelusuri pustaka buku-buku

yang berkaitan dengan penelitian. Adapun buku-buku yang penyusun

temukan yang beraitan dengan penelitian ini diantaranya adalah:

Menurut Umrotul Khasanah, dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Zakat Modern Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat

menjelaskan ruang lingkup organisasi pengelolaan zakat mencakup

perencanaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.1

Menurut Muhammad Hadi dalam bukunya Problematika Zakat

Profesi dan Solusinya menjelaskan Implementasi zakat profesi dapat

dilakukan dengan baik, efektif dan efisien, jika dilengkapi dengan

manajemen. Definisi mengenai manajemen adalah suatu proses atau

bentuk kerja yang meliputi arahan terhadap suatu kelompok orang menuju

tujuan goal organisasi, jadi setidaknya ada lima unsur penting: Pertama,

badan atau lembaga. Kedua, proses kerja. Ketiga, orang yang melakukan

proses tersebut. Empat, goal.2

Menurut Fakhruddin dalam bukunya Fiqh & Manajemen Zakat di

Indonesia menjelaskan yang dimaksud Pengelolaan Zakat adalah kegiatan

yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Zakat

sebagai ibadah yang bersifat maliyah ijtima‟iyah, harus dikelola dengan

1
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), hlm. 65
2
Muhammad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya (Sebuah Tinjauan Sosiologi Hukum
Islam), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 163-164

10
cara yang professional. Karena pengelolaan yang professional akan

meningkatkan peluang membaiknya pelayanan bagi masyarakat dalam

menunaikan zakat sesuai dengan tuntutan agama. Apalagi zakat memiliki

fungsi dan peranan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan

sosial sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan hasil guna dan daya

guna zakat. Pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Badan Amil

Zakat dan Lembaga Amil Zakat dengan cara menerima atau mengambil

harta atau barang zakat dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.

UPZ adalah Unit Pengumpul Zakat yang bekerja sama dengan Badan

Amil Zakat.3

Yusuf Al Qardlawi, dalam bukunya HUKUM ZAKAT

menjelaskan bahwa penghasilan yang diperoleh dari jasa dan profesi oleh

Al-Qardlawi dikategorikan sebagai kasb al‟amal wa al-mihn al-hurrah

yang menghasilkan al-Mal al-Mustafad (kekayaan yang masuk dalam

kepemilikan seorang muslim melalui usaha baru yang sesuai shari‟at

agama). Dengan konsep al_Mal al-Mustafad Al-Qardlawi membagi dua

kategori penghasilan profesi dan jasa yang terkena kewajiban zakat, yaitu

kasb al-amal (pekerjaan yang terikat pada lembaga atau perseorangan

dengan mendapatkan gaji, upah, honorarium seperti karyawan, pegawai

negeri sipil, tentara, polri, dan seterusnya) dan al_mihan al-hurrah

(pekerjaan tidak terikat pada orang lain, berkat kecekatan tangan atau

otak, seperti pekerjaan seorang dokter, insinyur, advokat, seniman, tukang

3
Fakhruddin, Fiqh Dan Manajemen Zakat, (Yogyakarta: Sukses Offset, 2008), hlm.

11
kayu dan lain sebagainya). Jenis-jenis kekayaan diatas, menurut Al-

Qardlawi wajib dikenai zakat bila memenuhi nisab dan hawl.4

Artikel Dwita Darmawati & Alisa Tri Nawarini di Jurnal Ekonomi

dan Bisnis Islam Al-Tijary 2016, dengan judul “Potensi Pencapaian

Pengumpulan Zakat dan Permasalahannya di Kabupaten Banyumas Dan

Purbalingga”, menunjukkan potensi zakat di Kabupaten Banyumas dan

Kabupaten Purbalingga setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun

pencapaian pengumpulan zakat melalui OPZ masih sangat kecil

dibandingkan dengan potensinya.5

Artikel Qurratul Aini Wara Hastuti di jurnal ZISWAF, Vol. 1, No.

2, Desember 2014, dengan judul “Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf

Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”, menjelaskan pengelolaan

zakat melalui lembaga amil zakat, didasarkan pada beberapa

pertimbangan. Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin

pembayaran zakat. Kedua, menjaga perasaan rendah diri para mustahiq

apabila berhadapan langsung untuk menerima haknya dari para muzakki.

Ketiga, untuk mencapai efisiensi, efektifitas, dan sasaran yang tepat

dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada di suatu

tempat. Misalnya, apakah disalurkan dalam bentuk konsumtif ataukah

dalam bentuk produktif untuk meningkatkan kegiatan usaha para

4
Yusuf Qardlawi, Hukum Zakat, Terj. Salman Harun, Didin Hafifuddin dan Hasanudin, (Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 1993), hlm. 482
5
Dwita Darmawati & Alisa Tri Nawarini, “Potensi Pencapaian Pengumpulan Zakat dan
Permasalahannya di Kabupaten Banyumas Dan Purbalingga”, Al-Tijary: Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Islam 2016, Vol. 1, No. 2, Hal. 141-150.

12
mustahiq. Keempat, untuk memperlihatkan syi‟ar Islam dan semangat

penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang Islami.6

F. Metode Penelitian
a. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan untuk mendekati masalah ini yaitu penelitian deskriptif

yang bertujuan memberikan gambabran penelitian terhadap keadaan sosial yang

berhubungan dengan pelaksanaan dan pendayagunaan zakat profesi dalam

tinjauan hukum islam

b. Data Dan Sumber Data Penelitian

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data Primer Data primer merupakan data yang di peroleh langsung dari

sumbernya, di amati dan di catat untuk pertama kalinya.

2. Data sekunder adalah data yang bukan di usahakan sendiri pengumpulanya

oleh peneliti misalnya dari biro statistik, jurnal ilmiah, internet atau referensi

sekunder (penunjang) sebagai bahan tambahan untuk lebih memperjelas dalam

melakukan penelitian terhadap masalah ini. Data tersebut diperoleh dari

literatur, buku-buku, perundang-undangan tentang zakat profesi dan

kepustakaan ilmiah lain. Dalam penelitian ini mengambil data dari berbagai

buku dan kitap kitap zakat.

G. Metode pengumpulan data


Dalam penelitian, metode pengumpulan data merupakan faktor penting

demi keberhasilan penelitian. Metode pengumpulan data merupakan teknik

6
Qurratul Aini Wara Hastuti, “Urgensi Manajemen Zakat Dan Wakaf Bagi Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal Zakat dan Wakaf: ZISWAF, Vol. 1, No. 2, Desember 2014,
hlm. 397

13
atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode yang

dipergunakan dalam proses pengumpulan data dalam penelitian ini tediri atas

metode :

1. Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala

yang di selidiki.Dalam hal ini yaitu melakukan pengamatan langsung dan

pencatatan secara sistematis atas pelaksanaan dan pendayagunaan zakat

profesi.

2. Dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang

pendapat, teori dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhungan

dengan masalah penelitian. Teknik dokumentasi ini akan penulis

guunakan untuk memperoleh data-data tentang perktek pelaksanaan dan

pendayagunaan zakat profesi.

H. Analisis data
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data

untuk memperoleh kesimpulan. Metode analisis data merupakan upaya mencari

dan menata secara sistematis catatan hasil observasi dan lainnya untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang di teliti dan menyajikannya

sebagai temuan bagi orang lain. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif bersifat induktif,

yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, Analisis data terdiri dari 3

(tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

1. Reduksi data

14
Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan tertulis di lapangan.Dengan “reduksi data” peneliti

tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat

disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara, yakni:

melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,

menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

Kadangkala dapat juga mengubah data kedalam angka-angka atau

peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana. Reduksi

data dilakukan peneliti dengan memilih dan memutuskan data dari hasil

observasi

2. Penyajian data

Penyajian data adalah menyusun sekumpulan informasi yang

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilantindakan. Penyajian-penyajian data yang dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusundalam suatu bentuk yang padu

dan mudah diraih misalnya dituangkan dalam berbagai jenis matriks,

grafik, jaringan dan bagan.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah kegiatan mencari arti, mencatat

keteraturan, pola-pola penjelasan, alur sebab-akibat dan proposisi.

Kesimpulan juga diverifikasikan selama penelitian berlangsung. Verifikasi

adalah penarikan kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis

selama penyimpulan, suatu tinjau-an ulang pada catatan-catatan dan

meminta responden yang telah dijaring datanya untuk membaca

15
kesimpulan yang telah disimpulkan peneliti. Makna-makna yang muncul

sebagai kesimpulan data teruji kebenarannya, kekokohannya, dan

kecocokannya.

I. Sistematika Pembahasan
Penulisan Risalah terdiri dari lima bab, masing-masing bab membahas

permasalahan yang diuraikan menjadi beberapa sub bab, tetapi saling

berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan

proposal ini adalah sebagai berikut:

Pada bagian awal penulisan ini terdiri dari halaman judul, keaslian,

halaman pengesahan, persembahan, abstrak, motto, persembahan,

pedoman transliterasi, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel serta daftar

lampiran. Pada bagian isi penulisan ini terdiri dari:

BAB I berisi pendahuluan yang mempunyai sub bab : latar

belakang masalah, definisi operasional, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat, kajian pustaka dan sistematika pembahasan.

BAB II berisi mengenai kerangka teoritis yang berkatian dengan

implementasi zakat secara umum.

BAB III berisi pengertia Zakat Profesi Menurut Yusuf Qardhawi.

BAB IV berisi uraian hasil yang di peroleh dalam penelitian

beserta pembahasannya meliputi deskripsi objek penelitian, analisis data

serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

Pada bagian akhir penulisan ini terdiri dari daftar pustaka.

16
BAB II
TENTANG ZAKAT DAN MACAM MACAM ZAKAT
A. Definisi Zakat
Zakat secara etimologis berasal dari kata yang berarti tumbuh, kesuburan

dan pensucian. Kata zakat digunakan untuk pemberian harta tertentu karena di

dalamnya terdapat suatu harapan mendapat berkah, mensucikan diri dan

menumbuhkan harta tersebut untuk kebaikan.7

Adapun menurut terminologis, zakat diartikan sebagai pemberian sesuatu

yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut sifat -sifat dan

ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya 8.Kata mal

jamak dari kata amwal dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang diinginkan

sekali oleh manusia untuk memiliki dan menyimpannya. Pada mulanya kekayaan

sepadan dengan dengan emas dan perak, namun kemudian berkembang menjadi

segala barang yang dimiliki dan disimpan.9

Para pemikir ekonomi Islam kontemporer mendefinisikan zakat mal

sebagai harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang,

kepada masyarakat umum atau individu yang bersifat mengikat dan final, tanpa

mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai dengan kemampuan

pemilik harta, yang dialoksikan untuk memenuhi kebutuhan delapan golongan

yang telah ditentukanoleh Al-Qur’an, serta untuk memenuhi tuntutan politik bagi

keuangn Islam.10

Sebagai salah satu rukun Islam, zakat adalah fardhu ‘ain dan kewajiban

ta’abuddi. Dalam Al-Qur’an perintah zakat sama pentingnya dengan perintah

7
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Baerut Libanon: Dar al-Fikr, 1983), Jilid II., hal. 276
8
Wahbah Zuhailiy, Al-Fiqhu al-Islami wa-Adalatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1409, Juz II., hal.
730
9
Mursyidi, Akutansi Zakat Kontemporer, (Bandung: Rosyda Karya, 2003), hal. 89
10
Nurdin Muhd Ali, Zakat Sebagai Instrument Dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), hal. 6

17
shalat11. Zakat merupakan rukun agama Islam yang sama dengan rukun -rukun

agama Islam yang lain, merupakan fardhu dari fardhu-fardhu agama yang wajib

diselenggarakan. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menyuruh kita untuk

melaksanakan dan menunaikan zakat. Sedemikian pula banyak sekali hadis yang

menganjurkan dan memerintah kita memberikan zakat. 12 Adapun dasar hukum

zakat harta (mal) diantaranya adalah firman Allah Swt. yang berbunyi.

“ Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang

rukuk”. (Q.S AlBaqoroh: 43)13.

Zakat mal (harta) menurut syara’ adalah nama dari sejumlah harta yang

tertentu yang diberikan kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu.

Dinamakan zakat, karena harta itu akan bertambah (tumbuh) disebabkan berkah

dikeluarkan zakatnya dan do’a dari orang-orang yang menerimanya.14

Dalam kitab Fathul Mu’in disebutkan zakat mal ( harta benda ) yaitu zakat

yang di keluarkan dari harta benda tertentu misalanya emas, perak, binatang,

tumbuhan (biji-bijian), dan harta perniagaan.15

Dasar hukum tentang zakat Mal adalah firman Allah Swt dalam surat At-

Taubah ayat 103

Ϣ
˲ϴϠ
˶ϋ˴ ϊ˲ ϴϤ˶γ˴ ˵ဃ
͉ ϭ˴ Ϣ˵ ˴ϟϦ˲ Ϝ˴γ˴ Ϛ˴ ˴Ηϼ˴λ˴ ϥ͉ ˶· Ϣ
˸Ϭ ˸˴Ϡϋ˴ Ϟ˷˶ λ˴ ϭ˴ ΎϬ
˸Ϭ˶ ϴ ˴Α˸Ϭ˶ϴϛ˷˶ΰ˴˵Ηϭ˴ Ϣ
˶Ϣ ˷˶τ˴ ˵Η˱Δ˴ϗΪ˴λ˴ Ϣ
˸ϫ˵ ή˵Ϭ ˸˴΃Ϧ˸ ϣ
˸Ϭ˶ ϟ˶΍Ϯ˴ϣ ˶ ά˸Χ˵

11
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Sosial, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hal. 145
12
Hasbiy as-Shidiqiy, Op.cit., hal. 15
13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: CV. Karindo,
2002), hal. 108
14
Imam Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar fi Halli Ghayatil Ikhtisar, (Bairut: Darul Al-Khair, 1991),
hal. 168
15
Zainuddin bin Muhammad Al-Ghazali Al-Malibari, Fath Al-Mu’in, (Bairut: Darul Al-Fikri,tt),
hal. 34

18
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”. (Q.S At-Taubah: 103)16

B. Syarat Wajib Zakat


Sebagaian ulama sepakat bahwa syarat-syarat wajib zakat mal (zakat harta)

adalah sebagai berikut:

1. Islam Bagi orang yang berzakat wajib beragama Islam. Dan zakat itu adalah

tidak wajib bagi orang kafir asli, dan adapun orang murtad, maka menurut

pendapat yang shalih, bahwa harta bendanya di berhentikan (dibekukan dahulu),

maka jika ia kembali ke agama Islam (seperti sedia kala), maka wajib baginya

mengeluarkan zakat, dan jika tidak kembali lagi Islam, maka tidak wajib zakat.17

2. Baligh dan berakal Maka anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan membayar

zakat, tetapi dibayarkan oleh wali yang menanggungnya. Begitu juga dengan anak

yatim yang masih kecil.18

3. Merdeka, zakat itu tidak wajib bagi budak. Adapun budak muba’ah (budak

yang separuh dirinya sudah merdeka), maka wajib baginya mengeluarkan zakat

pada harta benda yang dia miliki, sebab sebagian dirinya merdeka.19

4. Milik Penuh Harta tersebut berada dalam kontrol dan kekuasaanya secara

penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut didapatkan

melalui proses pemilikan yang dibenarkan menurut syariat Islam, seperti: usaha,

warisan, pemberian negara atau orang lain dan cara-cara yang sah. Sedangkan

16
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Karya
Insan Indonesia, 2004), hal. 38
17
Syaikh Muhammad Qasim Al-Ghazi, Fathul Qorib Al-Mujib, (Bairut: Tabub’ul Bimutabaah,
1922), hal. 22
18
Sayid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Libanon: Darul Al-Fikri, 1983), Jilid. I., hal. 283
19
Syaikh Muhammad Qasim Al-Ghazi, Loc.Cit.,

19
apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta

tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya

dengan cara dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya.

5. Sudah mencapai nishab Maksudnya harta tersebut telah mencapai jumlah

tertentu sesuai dengan ketetapan syara’. sedangkan harta yang tidak sampai

nishabnya terbebas dari zakat.

6. Sudah mencapai genap satu tahun (Al-Haul)

Maksudnya adalah seandainya kurang dari satu tahun maka tidak ada kewajiban

mengeluarkan zakat. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak, harta simpanan

dan perniagaan. Sedang hasil pertanian, buahbuahan dan rikaz (barang temuan)

tidak ada syarat haul.

C. Macam macam zakat


1 . Di dalam fiqih, zakat wajib dibagi menjadi dua macam. Pertama, zakat

nafs (badan) atau yang lebih dikenal dengan zakat fitrah.

Dalam suatu hadits disebutkan:

‫ان‬
َ ‫ض‬َ ‫سلَّ َم َز َكاةَ ا ْلفِ ْط ِر ِمنْ َر َم‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ ‫فَ َر‬
ُ ‫ض َر‬

‫ش ِعي ٍر َعلَى ُك ِّل ُح ٍّر َأ ْو‬ َ ‫صا ًعا ِمنْ تَ ْم ٍر َأ ْو‬


َ ْ‫صا ًعا ِمن‬ ِ ‫َعلَى النَّا‬
َ ‫س‬

‫ين‬ ْ ‫َع ْب ٍد َذ َك ٍر َأ ْو ُأ ْنثَى ِمنْ ا ْل ُم‬


َ ‫سلِ ِم‬
“Baginda Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam mewajibkan zakat fitrah di bulan

Ramadhan kepada manusia yaitu satu sha’ dari kurma atau satu sha’ dari gandum

kepada setiap orang merdeka, budak laki-laki atau orang perempuan dari kaum

Muslimin.” (HR. Bukhari Muslim)

20
Dengan demikian, zakat fitrah ditunaikan dalam bentuk bahan makanan pokok di

daerah setempat.  Dalam konteks Indonesia, satu sha’ setara dengan sekitar dua

setengah kilogram beras per orang (ada yang berpendapat 2,7 kilogram).

2 . zakal mal. Secara umum aset zakat mal meliputi hewan ternak, emas dan

perak, bahan makanan pokok, buah-buahan, dan mal tijarah (aset

perdagangan). Syekh an-Nawawi Banten berkata:

‫وزكاة مال وهي واجبة في ثمانية أصناف من أجناس المال وهي‬

-- ‫الذهب والفضة والزروع والنخل والعنب واإلبل والبقر والغنم‬

‫ وأما عروض التجارة فهي ترجع للذهب والفضة‬--‫إلى أن قال‬

‫ وهي إنما تكون منهما‬،‫ألن زكاتها تتعلق بقيمتها‬

“Zakat mal wajib di dalam delapan jenis harta. Yaitu, emas, perak, hasil pertanian

(bahan makanan pokok), kurma, anggur, unta, sapi, kambing ... Sedangkan aset

perdagangan dikembalikan pada golongan emas dan perak karena zakatnya terkait

dengan kalkulasinya dan kalkulasinya tidak lain dengan menggunakan emas dan

perak.”(Syekh an-Nawawi Banten, Nihayatz Zain, Surabaya, al-Haramain,

cetakan pertama, halaman: 168)20

Namun kemudian menurut beberapa ulama kotemporer, aset zakat juga

memasukkan uang (bank note/al-auraq al-maliyah), hasil profesi, atau hadiah

yang diterima oleh seseorang sebagaimana yang dijelaskan oleh Syekh Wahbah

20
https://islam.nu.or.id/zakat/dua-jenis-zakat-yang-wajib-ditunaikan-ltyvN

21
az-Zuhaili di dalam al-Fiqh al-Islami, Syekh Yusuf al-Qardawi di dalam Fiqhuz

Zakah, Syekh Abdurrahman al-Juzairi di dalam al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-

Arba’ah, dan yang lainnya. Pendapat ini berpedoman pada beberapa riwayat

ulama, di antaranya:

1. Riwayat dari Ibn Abbas

‫عن ابن عباس في الرجل يستفيد المال قال يزكيه حين يستفيد‬

“Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas tentang seseorang yang memperoleh harta,

(lalu) Ibn ‘Abbas berkata: ‘(Hendaknya) ia menzakatinya pada saat

memperolehnya.’.” (HR. Ahmad ibn Hanbal)

2 .Riwayat dari Ibn Mas’ud

‫ كان عبد هللا ابن مسعود يعطينا العطاء في زبل صغارثم يأخذ‬:‫عن هبيرة بن يريم قال‬

‫منها زكاة‬

“Diriwayatkan dari Habirah ibn Yarim, ia berkata: ‘Abdullah ibn Mas’ud

memberi kami suatu pemberian di dalam keranjang kecil, kemudian beliau

mengambil zakat dari pemberian-pemberian tersebut.” (HR. Abu Ishaq dan

Sufyan ats-Tsauri)

3. Riwayat dari Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz

‫ وإذا‬،‫ذكر أبو عبيد أنه كان إذا أعطى الرجل ُع َمالته أخذ منها الزكاة‬

‫ وكان يأخذ الزكاة من األعطية إذا‬،‫رد المظالم أخذ منها الزكاة‬

‫خرجت ألصحابها‬

22
“Abu ‘Ubaid menyebutkan bahwa sesungguhnya Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz

memberi upah seorang pekerja, maka beliau mengambil zakat darinya, ketika

mengembalikan madhalim (harta yang diambil secara zalim), maka beliau

mengambil zakat darinya, dan beliau mengambil zakat dari ‘athiyah

(pemberian-pemberian) saat dibagikan pada pemiliknya.” (Yusuf al-Qardawi,

Fiqhuz Zakah, Beirut, Dar al-Fikr, jilid I, halaman: 431)

D. Tujuan dan Manfaat Zakat


1. Tujuan Zakat

Yang dimaksud dengan tujuan zakat dalam hubungan ini adalah sasaran

praktisnya. Tujuan tersebut, antara lain adalah:21

1) Memiliki kecintaan terhadap harta kekayaan merupakan naluri

manusia yang mendorongnya untuk senantiasa mempertahankan

harta kekayaannya. Islam mewajibkan zakat sebagai pembersih hati

manusia dari sikap rakus, pelit, dan tamak, juga untuk

menghilangkan sikap mencintai dan ambisi terhadap dunia.

2) Dasar memberikan zakat adalah empati dan rasa saling membantu.

Karena pada prinsipnya naluri manusia itu akan lebih dekat dan

akrab kepada orang yang peduli dan berbuat baik kepadanya.

Dengan begitu, akan terbentuk masyarakat muslim yang saling

mencintai dan menolong seperti sebuah bangunan yang saling

menopang antara satu sisi dengan sisi lainnya sehingga akan bisa

mengurangi kasus pencurian dan tindakan kriminal lainnya

3) Dengan zakat, akan tercapai makna dan inti ibadah juga makna

tunduk yang mutlak serta penyerahan diri yang sempurna kepada

21
Panduan Praktis Muslim, “ Tujuan Zakat “,https://imuslimguide.com/id/zakat/1/ diakses pada 11
Februari 2021 pukul 23:25

23
Allah, Tuhan semesta alam. Ketika orang kaya mengeluarkan zakat

hartanya, maka pada hakikatnya dia telah melaksanakan perintah

Allah dan telah mensyukuri nikmat Allah.

4) Zakat juga bisa mendukung tercapainya program jaminan sosial dan

keseimbangan kondisi masyarakat, agar tidak ada jurang yang

terlalu jauh antara si kaya dan si miskin. Dengan mengeluarkan

zakat, maka kekayaan dan harta tidak hanya berada di kalangan

tertentu saja, tapi akan merata di seluruh lapisan masyarakat.

2. Manfaat Zakat\

Zakat mengandung hikmah dan manfaat baik yang berkaitan dengan

muzakki, mustahik, harta yang dikeluarkan zakatnya maupun bagi

masyarakat keseluruhan. Manfaat tersebut antara lain yaitu:22

Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt, mensyukuri

nikmatnya, menumbuhkan akhlak yang mulia dengan rasa kemanusiaan

yang tinggi, menghilangkan sifat kikir, rakus dan matrealistis,

menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus membersihkan dan

mengembangkan harta yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan firman Allah

swt dalam Q.S Ibrahim : 7

‫َواِ ْذ تَا َ َّذ َن َربُّ ُك ْم لَ ِٕى ْن َش َكرْ تُ ْم اَل َ ِز ْي َدنَّ ُك ْم َولَ ِٕى ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذابِ ْي‬

‫لَ َش ِد ْي ٌد‬

Artinya : “dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)

22
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insane, 2002), h.10

24
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih"23

Karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, kearah

kehidupan yang lebih baik, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah swt, terhindar dari

bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad

yang mungkin timbul dari kalangan mereka, ketika mereka melihat orang

kaya yang memiliki harta yang banyak. Kebakhilan dan ketidakmauan

berzakat, disamping akan menimbulkan sifat hasad dan dengki dari orang

miskin dan menderita, juga kan mengundang azab Allah swt. Firman Allah

dalam Q.S An-Nissa‟ : 37 yaitu:

ُۨ ‫اس بِ ْالب ُْخ ِل َويَ ْكتُ ُم ْو َن َمآ ٰا ٰتىهُ ُم هّٰللا‬


َ َّ‫الَّ ِذي َْن يَب َْخلُ ْو َن َويَْأ ُمر ُْو َن الن‬

‫ِم ْن فَضْ لِ ٖ ۗه َواَ ْعتَ ْدنَا لِ ْل ٰكفِ ِري َْن َع َذابًا ُّم ِه ْينً ۚا‬

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain

berbuat kikir, dan Menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-

Nya kepada mereka. dan Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir

siksa yang menghinakan”.24

23
Q.S Ibrahim /14: 7
24
Q.S An-Nisa‟/4 : 7

25
BAB III
PENGERTIAN ZAKAT PROFESI MENURUT YUSUF QARDHAWI
A. Zakat Profesi Menurut Yusuf Qardhawi
Para ulama fuqoha memiliki definisi yang berbeda beda dalam menjelaskan

tentang zakat profesi di antaranya syakh yusuf qordhowi beliau berargumentasi

bahwa zakat profesi adalah, “pendapatan bersih” yang wajib dizakati adalah

total penerimaan dari semua jenis penghasilan (gaji tetap, tunjangan, bonus

tahunan, honorarium dan sebagainya) dalam jangka waktu satu tahun (atau 12

bulan) setelah dikurangi dengan hutang-hutang (termasuk cicilan rumah yang

jatuh tempo sepanjang tahun tersebut) serta biaya hidup seseorang bersama

keluarganya secara layak (yakni kehidupan orang-orang kebanyakan di setiap

negeri, bukan yang amat kaya dan bukan pula yang amat miskin.

Menurut kaidah pencetus zakat profesi bahwa orang yang menerima gaji

dan lain-lain dikenakan zakat sebesar 2,5% haul (berputar selama setahun).

26
Mereka mengkiyaskan dengan zakat biji-bijian (pertanian). Zakat biji-bijian

dikeluarkan pada saat setelah panen.25 Disamping mereka mengkiyaskan

dengan akal bahwa kenapa hanya petani-petani yang dikeluarkan zakatnya

sedangkan para dokter, eksekutif, karyawan yang gajinya hanya dalam

beberapa bulan sudah melebihi nisab, tidak diambil zakatnya.

Al-Qardhawi didalam kitabnya Fiqhu az-Zakāh menulis tentang zakat

Kasbul ‘Amal wal-Mihan al-Hurrah, yang dimaksud dengan kasbul amal

adalah pekerjaan seseorang yang tunduk pada perseroan atau perseorangan

dengan mendapatkan upah. Sedangkan yang dimaksud dengan al-mihānul

hurrah adalah pekerjaan bebas, tidak terikat pada orang lain, seperti pekerjaan

seorang dokter, swasta, pemborong, pengacara, seniman, penjahit, tukang

kayu, dan lain sebagainya

Al-Qardawy menceritakan bahwa pada tahun 1952 M di Damsyik,

Abdurrahman Hasan dan Muhammad Abu Zahrah dan Abdul Wahhab Khallaf

telah melontarkan masalah tersebut pada perkuliahan mereka. Mereka

mengkiyaskan upah kerja dan penghasilan usaha bebas dengan pendapatan

uang sewa rumah menurut mazhab Ahmad. Imam Ahmad berpendapat bahwa

barangsiapa menyewakan rumahnya dan ia menerima uang sewa sebanyak

satu nisab, maka wajib zakat atas nya pada waktu menerima uang sewa itu,

tanpa syarat menunggu setahun.

Selanjutnya menurut Al-Qardawy, sebenarnya masalah gaji, upah kerja,

penghasilan wiraswasta ini termasuk kategori mal mustafād, yaitu harta

pendapatan baru, yang bukan harta yang sudah dipungut zakatnya. Mal

25
Muhammad Bagir al-Habsyi, Fiqih Praktis II (Cet.VI; Bandung: PT. Mizan, 2005), h. 303.

27
mustafād ini mencakup segala macam pendapatan yang diperoleh oleh orang

Islam dan baru dimilikinya melalui suatu cara yang sah.

Mal mustafād sudah disepakati oleh jamaah sahabat dan ulama-ulama

sebelumnya untuk wajib dikenakan zakat. Perbedaan pendapat yaitu pada

waktu wajib zakat, tentang persyaratan haul.

1. Menurut Abu Hanifah

Mal mustafād tidak dizakati sebelum sempurna satu tahun di tangan

pemiliknya, kecuali apabila pemiliknya, kecuali apabila pemilik

mempunyai hatra sejenis yang pada permulaan tahun sudah mencapai satu

nisab, maka mal mustafād dipungut zakatnya bersamaan dengan harta yang

sudah ada setelah harta yang sudah ada itu mencapai satu tahun.

2. Menurut Malik

Mal mustafād tidak dizakati sebelum sempurna setahun, baik si pemilik

mempunyai harta yang sejenis ataupun tidak, kecuali binatang ternak yang

ada.

3. Menurut asy-Syafi’I

Mal mustafād tidak dizakati sebelum setahun, meskipun si pemilik

mempunyai harta yang sejenis, kecuali anak ternaknya sendiri, maka mal

mustafad yang berupa anak ternaknya sendiri dizakati mengikuti induknya.

4. Menurut Ibnu Hasm

Mengkritik penafsiran ulama empat tersebut dan ia menyatakan

pendapatpendapat tersebut tanpa dalil sama sekali. Menurut dia, semua

harta itu dsyaratkan setahun, baik harta mustafād maupun tidak, baik anak

binatang ternak maupun tidak.

4. Menurut Dawud az-Zahiri

28
Mal mustafād wajib zakat tanpa syarat samapi setahun

5. Menurut Yusuf Qardhawy

Mal mustafād seperti gaji pegawai, upah buruh, penghasilan dokter, dan

lain sebagainya wajib dikenakan zakat dan tidak disyaratkan sampainya

setahun, akan tetapi dizakati pada waktu menerima pendapatan tersebut.

B. Landasan Hukum Zakat profesi.


1. Al-Qur’an26

Menurut Dr. Yusuf Al-Qaradawi zakat profesi berdasarkan surat Al Baqarah

ayat 267:

‫س ْبتُ ْم َو ِم َّمٓا اَ ْخ َر ْجنَا لَ ُك ْم ِّم َن‬ ِ ‫ٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْٓوا اَ ْنفِقُ ْوا ِمنْ طَيِّ ٰب‬
َ ‫ت َما َك‬

ْ‫ستُ ْم ِب ٰا ِخ ِذ ْي ِه آِاَّل اَن‬ َ ‫ض ۗ َواَل تَيَ َّم ُموا ا ْل َخبِ ْي‬


ْ َ‫ث ِم ْنهُ تُ ْنفِقُ ْو َن َول‬ ِ ‫ااْل َ ْر‬

‫ض ْوا فِ ْي ِه ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ هّٰللا َ َغنِ ٌّي َح ِم ْي ٌد‬


ُ ‫تُ ْغ ِم‬

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari

hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari

bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu

nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya

melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah

Maha Kaya lagi Maha Terpuji".27

Al Qaradhawi menafsirkan keumuman lafaz “ma kasabtum” dalam ayat di

atas yang berarti mencakup segala macam usaha; perdagangan atau pekerjaan dan

26
Wahbah Al-Juhayly. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1998.
Hlm 32
27
https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-267

29
profesi, sedangkan jumhur ulama fiqh mengambil keumuman maksud surat al

Baqarah: 267 tersebut disamping sebagai landasan wajibnya zakat perdagangan

juga menjadikan wajibnya zakat atas usaha profesi. Sesuai ayat tersebut di atas,

kata “anfiqu” memfaedahkan wajib, karena kata “anfiqu” merupakan kalimat

perintah (fi‟il amar) dari kata kerja masa lalu (fi‟il mâdlî) “anfaqa”, maka dengan

kaidah ushul al-fiqh: al-ashlu fi al-amri li al-wujub, yang artinya “pada asalnya

perintah itu berfaedah wajib”28

Kemudian juga dijelaskan dalam Q.S At- Taubah ayat 103 :

َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم ٰ َولِ ِه ْم‬


َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِهم بِهَا َو‬
‫ص ِّل َعلَ ْي ِه ْم ۖ ِإ َّن‬

‫ك َس َك ٌن لَّهُ ْم ۗ َوٱهَّلل ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬


َ َ‫صلَ ٰوت‬
َ
Artinya : : ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah

Maha mendengar lagi Maha mengetahui.29

Selain dasar hukumnya dari Al-Quran, terdapat pula dasar hukum yang

bersumber dari hadis nabi SAW.

Hadis khusus tentang harta penghasilan diriwayatkan oleh Turmuzi dari

Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam dari ayahnya dari Ibn Umar, Rasulullah saw.

Bersabda, “siapa yang memperoleh kekayaan maka tidak ada kewajiban zakatnya

sampai lewat setahun di sisi Tuhannya.”

“Zakat itu dipungut dari orang-orang kaya diantara mereka, dan

diserahkan kepada orang-orang miskin.” (HR. Bukhari).

28
Ika Mardiana Ramadhani, Loc. Cit
29
https://news.detik.com/berita/d-5547143/surat-at-taubah-ayat-103-menjelaskan-tentang-zakat-
berikut-tafsirnya.

30
Hadis Nabi Muhammad saw. “Tidak ada kewajiban zakat atas suatu

kekayaan sampai melewati waktu satu tahun.”

Pendapat Ali, “Bila engkau mempunyai 200 dirham dan sudah mencapai

waktu setahun maka zakatnya adalah 5 dirham dan tidak ada suatu kewajiban

zakat, yaitu atas emas sampai engkau mempunyai 20 dinar dan sudah mencapai

masa setahun yang zakatnya adalah setengah dinar.”30

Dalam Kitab tafsir Fiqhuz-Zakahlandasan zakat profesi adalah perbuatan

sahabat yang mengeluarkan zakat untuk al-maal harta perolehan. Harta perolehan

adalah setiap harta baru yang diperoleh seorang muslim melalui salah satu cara

kepemilikan yang disyariatkan, seperti waris, hibah, upah pekerjaan, dan yang

semisalnya. Al-Qaradhawi mengambil pendapat sebagian sahabat (seperti Ibnu

Abbas dan Ibnu Mas’ud) dan sebagian tabi’in (seperti Az-Zuhri, Hasan Bashri,

dan Makhul) yang mengeluarkan zakat dari al-maal harta perolehan pada saat

menerimanya, tanpa mensyaratkan haul (dimiliki selama satu tahun qamariyah).

C. Biografi Yusuf Qordhowi


Syekh Yusuf Qardhawi dikenal sebagai salah satu ulama Islam di dunia

saat ini. Dr. Yusuf Qardhawi lahir pada 9 September 1926 di Shafat Turab Mesir

bagian barat, di desa Sharf At-Turab terletak antara Kota Tahnta dan kota Al-

Mahallahal Al-Kubra, yang merupakan kabupaten (Markaz) paling terkenal di

provinsi Gharibah, Mesir31. Berjarak sekitar 21 kilo meter dari Thanta dan 9 kilo

meter dari Al-Mahallah. Desa tersebut adalah tempat dimakamkannya salah

seorang sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Harits ra 32. Nama lengkap Yusuf

30
Tim Emir, Panduan Zakat Lengkap, 59.
31
Yusuf Al-Qardhawi, Perjalanan Hidupku I, alih bahasa oleh Cecep Taufikurrahman, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2003, hlm. 103.
32
Yusuf Qardhawi, Huda Al-Islam Fatawa Mu’assirah, Penerjemah: Abdurrahman Ali Bauzir,
(Surabaya: Risalah
Gusti, 1996), hlm. 45.

31
Qardhawi adalah Muhammad Yusuf bin Abdullah bin Ali bin Yusuf. Sedangkan

Al-Qardhawi merupakan nama keluarga yang diambil dari nama daerah tempat

mereka berasal, yakni al-Qardhah. Dia adalah seorang ulama kontemporer yang

ahli dalam bidang hukum islam serta beliau juga mantan Dekan Fakultas Syari‟ah

Universitas Qatar33.

Yusuf Qardhawi berasal dari keluarga yang taat menjalankan ajaran agama

Islam.Ketika berusia 2 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sebagai anak yatim, ia di

didik dan diasuh oleh pamannya, dia juga mendapatkan perhatian yang cukup

besar dari pamannya sehingga pamannya tersebut dianggap sebagai orang tuanya

sendiri.34 Keluarga paman Yusuf Qardhawi juga merupakan keluarga yang taat

dalam beragama islam, maka tidak heran jika Yusuf Qardhawi menjadi orang

yang kuat dalam beragama.

Pada bulan Desember 1985 Yusuf Qardhawi menikah dengan seorang

wanita yang bernama Ummu Muhammad. Istrinya berasal dari keluarga

Hasyimiyah Husainiyah. Dari pernikahannya dengan Ummu Muhammad Yusuf

Qardhawi dikaruniai 7 orang anak, yaitu terdiri dari 4 orang anak perempuan yang

bernama Ilham, Saham, Asma dan „Ala dan 3 orang anak laki-laki yang bernama

Muhammad, Abdurrahman dan Usamah..

Sebagai seorang Ulama yang terbuka, Yusuf Qardhawi membebaskan

anakanaknya untuk menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta

kecenderungan masing-masing. Hebatnya lagi, dia tidak membeda-bedakan

pendidikan yang harus ditempuh anak perempuan dan anak-anak laki-lakinya.

33
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2000),
hlm. 1448.
34
Yusuf Qardhawi, Pasang surut Gerakan Islam, alih bahasa Faruq Ubah, (Jakarta: Media
Dakwah, 1987), hlm. 153.

32
Salah seorang putrinya mendapat gelar Doktor Fisika dalam bidang Nuklir

dari Inggris.Putri keduanya memperoleh gelar Doktor Kimia juga dari Inggris,

sedangkan yang ketiga menempuh S3. Adapun yang keempat telah menyelesaikan

pendidikan S1- nya di Universitas Texas Amerika. Anak laki-laki yang pertama

menempuh S3 dalam bidang Teknis Elektro di Amerika, yang kedua belajar di

Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan

kuliahnya pada Fakultas Teknik Jurusan Listrik.

Dilihat dari beragam pendidikan anak-anaknya, dapat dilihat sikap dan

pandangan Yusuf Qardhawi terhadap pendidikan Modern. Dari ketujuh anaknya,

hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan memperoleh

pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya mengambil pendidikan umum dan

semuanya ditempuh di luar negeri. Sebabnya adalah karena Yusuf Qardhawi

merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis.

Semua ilmu bisa Islami dan tidak Islami, tergantung kepada yang memandang dan

mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu menurut Yusuf

Qardhawi telah menghambat kemajuan umat.35

Ketika berusia lima tahun, Yusuf Qhardhawi dididik belajar menulis dan

menghafa Al-Qur‟an secara intensif oleh pamannya, bersamaan dengan itu ia juga

disekolahkan disekolah dasar yang bernaungan dibawah lingkungan Departemen

Pendidikan dan Pengajaran Mesir yang terletak di desa beliau yang merupakan

cabang dari pusat Provinsi Al-Gharbiyyah untuk mempelajari ilmu umum seperti

berhitung, sejrah, kesehatan, dan ilmu-ilmu lainnya.36

35
Media tim Hidayatullah, Biografi singkat Yusuf Qardhawi. Media hompepage, html, diakses
pada 16 Januari 2017
36
Yusuf Qardhawi, Pasang surut Gerakan Islam, hlm. 154.

33
Berdasarkan ketekunan dan kecerdasan Yusuf Qardhawi akhirnya ia

berhasil menghafal 30 juz pada usia 10 tahun. Tidak hanya itu, kefasihan dan

kebenaran tajwid serta kemerduan qira‟atnya menyebabkan ia sering disuruh

menjadi imam masjid. Karena kemahirannya dalam bidang Al-Qur‟an pada masa

remajanya, ia dipanggil dengan nama Syekh Qardhawi oleh orang-orang disekitar

kampungnya.37 Bahkan karena kefasihannya dan kemerduannya dalam

melantunkan ayat Al-Qur‟an, ia sering diminta menjadi imam dalam shalat

magrib, isya dan shubuh. Sedikit orang yang tidak menangis saat shalat

dibelakang Yusuf Qardhawi..

37
Yusuf Qardhawi, Fatwa Qardhawi : Permasalahan Pemecahan dan Hikmah, (Surabaya : Risalah
Gusti, 1994), hlm. 399.

34
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Zakat Profesi Menurut Yusuf Al-Qaradhawi
Yusuf Al-Qaradhawi adalah salah satu icon yang paling mempopulerkan

zakat profesi. Al-Qaradhawi membahas masalah ini dalam bukunya Fiqh Zakat

yang merupakan disertasinya di Universitas Al-Azhar, dalam bab (zakat hasil

pekerjaan dan profesi)

Yusuf Al-Qaradhawi bukan orang yang pertama kali membahas masalah ini.

Jauh sebelumnya sudah ada tokoh-tokoh ulama seperti Abdurrahman Hasan,

Syeikh Muhammad Abu Zahrah, dan juga ulama besar lainnya seperti Abdul

Wahhab Khalaf. Namun karena kitab “Fiqhuz Zakah” itulah maka sosok Al-

Qaradhawi lebih dikenal sebagai rujukan utama dalam masalah zakat profesi.

Menurut Al-Qaradhawi, landasan zakat profesi adalah perbuatan sahabat

yang mengeluarkan zakat untuk al-maal al-mustafaad (harta perolehan). al-maal

al-mustafaad adalah setiap harta baru yang diperoleh seorang muslim melalui

salah satu cara kepemilikan yang disyariatkan, seperti waris, hibah, upah

pekerjaan, dan yang semisalnya. Al-Qaradhawi mengambil pendapat sebagian

sahabat (seperti Ibnu Abbas dan Ibnu Mas‟ud) dan sebagian tabi‟in (seperti Az-

Zuhri, Hasan Bashri, dan Makhul) yang mengeluarkan zakat dari al-maal al-

mustafaad pada saat menerimanya, tanpa mensyaratkan haul (dimiliki selama

satu tahun qamariyah). Bahkan Yusuf Al-Qaradhawi melemahkan hadis yang

mewajibkan haul bagi harta zakat, yaitu hadis Ali bin Abi Thalib RA, bahwa

Nabi SAW bersabda:

35
‫ال َحتَّى يَحُو َل َعلَ ْي ِه ْال َح ْو ُل‬
ٍ ‫ال َز َكاةَ فِي َم‬
Artinya : Dan tidak ada zakat pada harta hingga mencapai haul.38

Alasan Yusuf Al-Qaradhawi menganggap lemah (dhaif) hadis tersebut,

karena ada seorang periwayat hadis bernama Jarir bin Hazim yang dianggap

periwayat yang lemah. Inti pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi, bahwa penghasilan

atau profesi wajib dikeluarkan zakatnya pada saat diterima, jika sampai pada

nishab setelah dikurangi hutang. Dan zakat profesi bisa dikeluarkan harian,

mingguan, atau bulanan. Dan sebenarnya disitulah letak titik masalahnya. Sebab

sebagaimana dipaparkan di atas, bahwa diantara syarat-syarat harta yang wajib

dizakati, selain zakat pertanian dan barang tambang (rikaz), harus ada masa

kepemilikan selama satu tahun, yang dikenal dengan istilah haul. Sementara Al-

Qaradhawi dan juga para pendukung zakat profesi berkeinginan agar gaji dan

pemasukan dari berbagai profesi itu wajib dibayarkan meski belum dimiliki

selama satu haul.

Menurut Yusuf Al-Qaradhawi nishab zakat profesi senilai 85 gram emas dan

jumlah yang wajib dikeluarkan 2,5%. Menurutnya perhitungan zakat profesi

dibedakan menurut dua cara: Pertama, zakat dibayar secara langsung dari

penghasilan kotor, baik dibayarkan bulanan atau tahunan. Contoh: seseorang

dengan penghasilan Rp 3.000.000 tiap bulannya. Maka dia wajib membayar

zakat sebesar = 2,5% X 3.000.000 = Rp 75.000 per bulan, atau Rp 900.000 per

tahun jika dibayar tahunan. Kedua, zakat dibayar setelah dipotong kebutuhan

pokok. Contoh: seseorang dengan penghasilan Rp 3.000.000,- dengan

pengeluaran untuk kebutuhan pokok Rp 1.000.000 tiap bulannya. Maka dia wajib

38
HR. Abu Daud no. 1573.

36
membayar zakat sebesar = 2,5% X (3.000.000- 1.000.000) = Rp 50.000 per bulan

atau Rp 600.000 per tahun.

Dasar hukum tersebut adalah dengan melihat kepada tujuan disyariatkanya

zakat, seperti untuk membersihkan dan mengembangkan harta, serta menolong

para mustahiq. Juga sebagai cerminan rasa keadilan yang merupakan ciri utama

ajaran.

37
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas tentang zakat profesi menurut Yusuf

Al-Qaradhawi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Inti pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi, bahwa penghasilan atau profesi wajib

dikeluarkan zakatnya pada saat diterima, jika sampai pada nishab setelah

dikurangi hutang. Dan zakat profesi bisa dikeluarkan harian, mingguan, atau

bulanan. Dan sebenarnya disitulah letak titik masalahnya. Sebab

sebagaimana dipaparkan di atas, bahwa diantara syarat-syarat harta yang

wajib dizakati, selain zakat pertanian dan barang tambang (rikaz), harus ada

masa kepemilikan selama satu tahun, yang dikenal dengan istilah haul.

Sementara Al-Qaradhawi dan juga para pendukung zakat profesi

berkeinginan agar gaji dan pemasukan dari berbagai profesi itu wajib

dibayarkan meski belum dimiliki selama satu haul. Mengenai zakat profesi

ini Yusuf Al-Qaradhawi mengqiyas zakat profesi dengan zakat hasil

pertanian dan zakat emas dan perak. Logikanya bila untuk hasil pertanian

saja sudah wajib zakat, tentu untuk profesi-profesi tertentu yang

menghasilkan uang jauh melebihi pendapatan petani, juga wajib dikeluarkan

zakatnya.

B. Saran
Demikian beerdasarkan Risalah yang telah dijelaskam diatas ,maka

penulis menjelaskan tentang zakat profesi beserta landasan hukumnya. Maka

penjelasan Risalah tentang zakat profesi dengan melihat pendapat dari ulama

Yusuf Al-Qaradhawi penulis memberikan saran :

38
1. Sebagai seorang muslim harus saling mengingatkan satu sama lain

tentang menunaikan zakat, karena dalam menunaikan zakat tidak

hanya kesadaran dari diri sendiri namun juga adanya dorongan dari

orang lain.

2. Sangat diharapkan setiap umat islam yang memiliki profesi agar dapat

mengeluarkan zakat atas profesinya sehingga kehidupan umat islam

lebih seimbang. Maka dari itu penulis mengharapkan Risalah ini dapat

menjadi wawasan pengetahuan bagi pembacanya agar lebih

memahami tentang zakat profesi.

39
DAFTAR PUSTAKA

Aflah, Noor. 2009. Arsitektur Zakat Indonesia. Jakarta: UI Press

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian I, Cet V, Jakarta: Asdi

Mahasatya

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta,

Astuti, Zulkifli dkk. Jurnal Al-hikmah Vol. 14, No. 1, April 2017 ISSN 1412-

5382, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR)

Aziz, Muhammad dan Sholikah. 2014. “ZAKAT PROFESI DALAM

PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 DAN HUKUM

ISLAM”, Ulul Albab Volume 15, No.2

Azwar, Saifuddin. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Dahlia, “Implementasi Zakat Profesi (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat

Nasional/Laznas) PKPU Cabang Makassar” Skripsi, Makassar, UIN

Alauddin Makassar, 2014

Darmawati, Dwita dan Alisa Tri Nawarini. “Potensi Pencapaian Pengumpulan

Zakat dan Permasalahannya di Kabupaten Banyumas Dan Purbalingga”,

Al-Tijary: Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam 2016, Vol. 1, No. 2

Al-Qardhawi, Yusuf, Perjalanan Hidupku I, (Jakarta: Pustaka AlKautsar, 2003)

Ghofur, Saiful Amin, Profil Para Mufasir al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani, 2008).

40
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani,

2002).

Hasan, M. Ali, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problem

Sosial di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015).

Muchtar, Asmaji, Dialog Lintas Mazhab Fiqh Ibadah dan Muamalah,

(Jakarta: Amzah, 2012).

Tulus, Kumpulan Khutbah Zakat, (Jakarta: direktorat pemberdayaan zakat,

2006).

Uqaily, Mahmud, Ali, Praktis dan Mudah Menghitung Zakat, (Solo:

Aqwam, 2003).

Zuhaili, Wahbah, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta: Almahira, 2010)

41

Anda mungkin juga menyukai