Anda di halaman 1dari 6

Posisi kepemilikan bisa dibuktikan lewat surat wasiat yang melibatkan notaris atau surat ahli

waris yang dikeluarkan oleh kantor kecamatan setempat. Setelah itu siapkan persyaratan yang
telah ditentukan dari kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), antara lain:
1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon atau kuasanya di
atas materai;
2. Surat Kuasa apabila dikuasakan;

3. Fotokopi identitas pemohon/para ahli waris (KTP, KK) dan kuasa apabila dikuasakan,
yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket BPN;

4. Sertifikat asli;

5. Surat Keterangan Waris sesuai peraturan perundang-undangan;

6. Akte Wasiat Notariel;

7. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan yang telah dicocokkan dengan aslinya oleh petugas
loket;

8. Penyerahan bukti SSB (BPHTB), bukti SSP/PPH untuk perolehan tanah lebih dari 60
Juta Rupiah bukti bayar uang pemasukan (pada saat pendaftaran hak).

Dalam formulir permohonan juga terdapat identitas diri, luas dan letak serta penggunaan tanah
yang dimohon, pernyataan tanah tidak sengketa, juga pernyataan tanah dikuasai secara fisik.
Baca juga: Prosedur dan Biaya Balik Nama Sertifikat Rumah

 Menghitung BPHTB Pada Tanah Warisan


BPHTB karena warisan diatur dalam UU No. 20 Tahun 2000 tentang BPHTB karena perolehan
hak karena warisan merupakan salah satu jenis perolehan hak yang dikenakan pajak.
Prinsipnya adalah para ahli waris memperoleh hak atas tanah dan bangunan dan karena itu
negara mengenakan pajak. Atau mungkin Anda mau beli rumah? Anda bisa cari di sini, ada
banyak pilihan rumah mulai dari yang baru hingga seken. 
Berbeda dengan perhitungan BPHTB karena jual beli yang menghitung BPHTB berdasarkan
Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) atau harga transaksi, perolehan BPHTB karena warisan
dihitung berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang dianggap sebagai NPOP.

Prinsip perhitungan sama dengan jual beli yaitu 5 % x (NPOP – NPOPTKP). NPOPTKP warisan
adalah Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak yang besarnya berbeda untuk masing-
masing daerah.
Sebagai contoh, NPOPTKP untuk DKI Jakarta adalah Rp350.000.000. Sementara itu, untuk
daerah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi adalah Rp300.000.000.
Besarnya NPOPTKP untuk daerah lain ditetapkan berdasarkan peraturan daerah masing-masing
karena sekarang ini pemungutan BPHTB dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah.
Untuk mencari informasinya, masyarakat bisa ke Kantor Pajak atau Kantor Pertanahan atau
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Sebagai contoh simulasi, berikut ini data-data tanah objek warisan:

Luas tanah 1.000m2

NJOP = Rp1.000.000 per meter

NPOP = 1.000 x Rp1.000.000 = Rp1.000.000.000  sama dengan NJOP total

NJOPTKP waris adalah Rp350.000.000 (DKI Jakarta)

Maka besarnya BPHTB adalah sebagai berikut:


 BPHTB = 5 % x (NPOP – NPOPTKP)
 BPHTB = 5 % x (Rp1.000.000.000 – Rp350.000.000) = Rp32.500.000

Dalam prakteknya, penulisan di lembar BPHTB hanya dituliskan nama salah satu ahli waris saja
dengan diikuti menulis CS (cum suis) yang berarti dan kawan-kawan, di belakang namanya.

 Simulasi Pembuatan Sertifikat Tanah Warisan


Setelah mengurus pajak BPHTB, saatnya menghitung biaya pengajuan sertifikat hak milik (SHM)
langsung ke Badan Pertanahan Nasional. Untuk Provinsi DKI Jakarta, dengan tanah seluas
Rp1.000 m2 berikut ini rincian biayanya:
Biaya Pengukuran: Rp340.000 
Biaya Panitia: Rp390.000
Biaya Pendaftaran: Rp50.000
Total Biaya: Rp. 780.000
Sedangkan untuk simulasi provinsi lain di Indonesia, Anda bisa langsung mengeceknya lewat
link situs BPN berikut ini: http://site.bpn.go.id/o/Beranda/Layanan-Pertanahan/PELAYANAN-
PENDAFTARAN-TANAH-PERTAMA-KALI/PEMBERIAN-HAK/HAK-MILIK/HAK-MILIK-
PERORANGAN.aspx#biaya.
Mengetahui seluk beluk serta keaslian sertifikat tanah sangat penting saat masyarakat hendak
melakukan proses pembelian rumah. Oleh karenanya, alangkah lebih aman untuk membeli
rumah secara KPR, sebab bank akan bertanggungjawab langsung terhadap legalitasnya
Masyarakat diimbau berhati-hati dengan oknum yang memungut biaya Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Sertifikasi melalui PTSL gratis. Namun  warga
dikenakan biaya sebesar Rp 150.000 per bidang tanah di tingkat desa. Biaya itu
untuk transportasi aparat desa, biaya warkah, dan biaya meterai.

"Kami mendapatkan informasi di lapangan adanya oknum yang mengatasnamakan


BPN lalu memungut biaya tinggi untuk PTSL ini," kata Kepala Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Kabupaten Bandung, Atet Gandjar, di ruang kerjanya, Selasa, 7
November 2017.

Dia menambahkan, pemerintah menggratiskan biaya PTSL untuk proses sertifikasi


di BPN, sedangkan biaya muncul untuk pengurusan persyaratan di desa-desa.
"Sesuai dengan surat kerja sama tiga menteri yakni Mendagri, Menteri Kementerian
Desa, dan Menteri Agraria dan Tata Ruang ditetapkan biaya Rp 150.000/bidang
tanah untuk transportasi aparat desa. Selain itu, ada biaya untuk warkah yang
ditentukan aparat desa dan biaya meterai," ucapnya.

Atet meminta warga masyarakat agar melaporkan kepada BPN Kabupaten Bandung
apabila ada oknum mengatasnamakan BPN memungut biaya sertifikasi tanah.
"Target PTSL yang dibebankan BPN Kabupaten Bandung sebanyak 16.000 bidang
tanah yang sudah  diserahkan sebanyak 6.000 buah saat kunjungan Presiden
Jokowi ke Kota Cimahi dan Kabupaten Garut. Sedangkan sisanya 10.000 sertifikat
akan diserahkan saat peresmian jalan tol Soreang-Pasirkoja (Soroja) pada akhir
November ini," katanya.

Pada tahun depan pemerintah pusat menargetkan PTSL untuk Kabupaten Bandung
sebanyak 60.725 bidang tanah atau naik 400 persen. "Target ini tak main-main
sehingga kami harus bekerja keras dan meminta bantuan kepada Kanwil BPN Jawa
Barat untuk mengirimkan bantuan tenaga pengukuran tanah sebab kami kekurangan
tenaga," ujarnya.

Mengenai luas bidang tanah yang sudah disertifikatkan, Atet mengakui jumlah
bidang tanah di  Kabupaten Bandung sebanyak 1,6 juta bidang dan yang sudah
disertifikatkan 40 persen. "Masih banyak bidang tanah milik warga bahkan
pemerintah yang belum disertifikatkan. Tentu menjadi tantangan kami untuk
bertahap mensertifikatkan," ujarnya.

Sertifikat Bodong

Lebih jauh Atet juga meminta masyarakat berhati-hati termasuk dalam membeli
tanah. "Pastikan dulu sertifikat dari penjual tanah adalah asli dengan mengecek ke
BPN. Jangan sampai masyarakat menjadi korban mafia tanah," ujarnya.

Dia mencontohkan BPN Kabupaten Bandung sudah mengamankan empat sertifikat


tanah yang ternyata palsu atau bodong. "Dengan adanya Jalan tol Soreang-
Pasirkoja (Soroja) sehingga tanah-tanah di Kabupaten Bandung khususnya sekitar
Kecamatan Soreang, Kutawaringin, Katapang, Cangkuang, sampai Ciwidey menjadi
incaran termasuk mafia tanah. Kami mengamankan empat sertifikat bodong yang
merugikan warga masyarakat," ucapnya.***

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Edison Bastari


TRIBUNSUMSEL.COM, PRABUMULIH - Target Badan Pertanahan Nasional
(BPN) kota Prabumulih untuk merealisasikan capaian mensertifikatkan tanah
masyarakat melalui program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
sepertinya akan sulit tercapai.
Penyebabnya, dari target pengukuran tanah sebanyak 6000 dan sertifikat
sebanyak 5200 pada 2018, hingga saat ini baru terrealisasi sebanyak 50
persen.

Baca: Lama Dipendam,Lucinta Luna Bongkar Aib Kevin Hillers ke


Instagram, Akui Kecewa Tak Diakui Pacar

Minimnya masyarakat mengurus hal itu disebabkan banyak warga merasa


keberatan dengan mahalnya biaya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) yang akan dibayar untuk membuat sertifikat.
"Jadi dari targer 6000 untuk pengukuran dan 5200 untuk sertifikat, baru
setengahnya terrealisasi. Mereka merasa keberatan harus membayar BPHTB
yang tinggi menurut mereka," ungkap Kepala BPN kota Prabumulih, Jakun
Edi ketika diwawancarai wartawan, Rabu (29/8/2018).
Padahal menurut Jakun Edi, pengurusan sertifikat bisa dilakukan meski
masyarakat belum mampu membayar BPHTB dengan catatan untuk
pembayaran pajak tersebut sistem hutang.
Kepala BPN kota Prabumulih, Jakun Edi Area lampiran ()

Baca: Anda Kena Pajak Progresif? Mungkin Mobil Belum Blokir


Dokumen Dijual atau Hilang, Ini Syaratnya

"Jadi kalau masyarakat mau membuat sertifikat bisa diambil sertifikatnya dan
BPHTB bisa hutang, namun catatanya jika kedepan tanah akan dijual atau
balik nama maka BPHTB harus dilunasi dulu kalau tidak maka tidak akan bisa
diproses untuk balik namanya," katanya.
Selain itu kata Kepala BPN, jika sertifikat pengurusan lahan telah diambil dan
BPHTB hutang, maka surat asli harus diserahkan kepada pihaknya.

Baca: Profil Muhammad Hinayah Peraih Emas Panjat Tebing, Anak


Buruh Bangunan Hobi Olahraga Sejak SD

"Surat asli harus diserahkan untuk menghindari adanya sertifikat ganda,


dengan telah keluarnya sertifikat maka surat asli tidak berlaku lagi. Kendala
saat ini banyak masyarakat kurang kesadaran dan tidak mau menyerahkan
surat asli itu, padahal jika sudah disertifikatkan tidak ada gunanya lagi surat
asli itu," lanjutnya seraya mengatakan karena alasan itu pengurusan sertifikat
masih minim dilakukan masyarakat.
Lebih lanjut Jakun Edi menjelaskan, setiap data masyarakat yang telah
mengambil sertifikat melalui program PTSL dan mengisi formulir terhutang
pajak akan dilaporkan pihaknya ke Pemerintah kota Prabumulih.
"Itu kita laporkan karena berkenaan dengan pendapatan asli daerah
pemerintah daerah berkaitan dengan BPHTB, itu akan selalu tercatat dan
sertifikat yang menunggak BPHTB juga akan ada kode sehingga ketika balik
nama akan ketahuan dan tidak bisa diproses kalau tidak dilunasi dulu,"
jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunsumsel.com dengan judul Belum Punya Uang untuk Buat Sertifikat
Tanah, BPHTB Bisa Utang Dulu dan Bayar
Belakangan, http://sumsel.tribunnews.com/2018/08/29/belum-punya-uang-untuk-buat-sertifikat-tanah-
bphtb-bisa-utang-dulu-dan-bayar-belakangan.
Penulis: Edison
Editor: M. Syah Beni

Anda mungkin juga menyukai