Anda di halaman 1dari 14

Nama : Muchammad Alfieyan

Npm : 032024253048

Analisis Putusan Nomor 43/Pid.SUS-TPK/2018/PN.Ptk Tindak Pidana Korupsi Oleh


Kepala Desa Terhadap Program PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap)

A. Kasus posisi
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Pontianak yang mengadili
perkara tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan kepada
Mulyati, tempat lahir Balai Karangan, umur 44 Tahun Lahir 16 Maret 1974, Perempuan,
Jalan Dusun Balai Karangan IV RT 002 RW – Desa Balai Karangan, Kecamatan Sekayam,
Kabupaten Sanggau, Menjabat sebagai Kepala Desa Balai Karangan.

Majelis Hakim Menimbang, bahwa Terdakwa dihadapkan ke muka persidangan


Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Pontianak berdasarkan surat
dakwaan Penuntut Umum No. Reg. Perkara : PDS - 01/Fd.2/ 10/ 2018 tertanggal 26
Nopember 2018 dengan dakwaan sebagai berikut :

Bahwa terdakwa MULYATI selaku Kepala Desa Balai Karangan Kecamatan


Sekayam Kabupaten Sanggau berdasarkan Keputusan Bupati Sanggau Nomor 298 Tahun
2013 tanggal 03 Juni 2013 tentang “Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Desa Balai
Karangan, Malenggang, Bungkang, Engkahan, Kenaman, Raut Muara, Sotok, Lubuk Sabuk,
dan Kepala Desa Sungai Tekam Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau” dan merupakan
Pegawai Negeri berdasarkan Pasal 1 ayat 2 hutuf c UU. RI. No. 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan UU.
RI. No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada hari Jumat
tanggal 04 Agustus 2017 sampai dengan bulan Desember 2017 atau setidak – tidaknya pada
suatu waktu di tahun 2017, bertempat di Kantor Desa Balai Karangan di Jalan Bhakti Nomor
01 Desa Balai Karangan Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau atau setidak-tidaknya pada
suatu tempat yang masih termasuk daerah hukum Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pontianak berdasarkan Pasal 3 angka 9 Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 022/KMA/SK/II/2011 tanggal 07 Pebruari 2011 yang berwenang
memeriksa dan mengadili perkara dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lainsecara melawan hukummemaksa seseorang untuk memberikan sesuatu, membayar

1
atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatau bagi dirinya
sendiri, yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Bahwa pada tanggal 20 Juli 2017, saksi ADE SUPIADI,S.STdari pihak BPN
Sanggau beserta pihak BPN Sanggau lainnya dari Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Kab. Sanggau mengumpulkan 15 (lima belas) Kepala Desa yaitu: 1. Desa Balai
Karangan 2. Desa Sosok 3. Desa Menyabo 4. Desa Puruan Dalam 5. Desa
Pedalaman 6. Desa Beginjan 7. Desa Tanjung Bunut 8. Desa Rahayu 9. Desa Meliau
Hilir 10. Desa Tanjung Merpati 11. Desa Kenaman 12. Desa Sotok 13. Desa
Pengadang 14. Desa Pandan Sembuat. 15. Desa Sungai Mawang di Kantor BPN
Kab. Sanggau dengan tujuan akan menyampaikan informasi mengenai pelaksanaan
program PTSL dan meminta kepada para Kepala Desa yang hadir untuk mengikuti
program tersebut, saksi ADE SUPIADI,S.ST beserta pegawai BPN Sanggau lainnya
juga menyampaikan kepada para Kepala Desa mengenai biaya yang dapat ditarik
dari masyarakat berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor : 25/SKB/V/2017,
Nomor : 590-3167A Tahun 2017, dan Nomor : 34 Tahun 2017 tanggal 22 Mei 2017
Tentang Pembiayaan Persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis, pada poin ke – 7
angka 3 dikatakan bahwa Kalimantan Barat masuk ke dalam Katergori III dan
terhadap biaya persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah
sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembiayaan kegiatan
yang meliputi :

1. Kegiatan penyiapan dokumen.


2. Kegiatan pengadaan patok dan materai.
3. Kegiatan operasional petugas kelurahan/desa.
- Bahwa berdasarkan Keputusan Bersama 3 (Tiga) Menteri yakni “Keputusan Bersama
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri Dalam
Negeri, dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
Nomor: 25/SKB/V/2017, Nomor: 590-3167A tahun 2017, Nomor: 34 Tahun 2017”
tertanggal 22 Mei 2017 tentang “PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN
TANAH SISTEMATIS”, pada point KESATU disebutkan jenis kegiatan yang
diperlukan dalam pendaftaran tanah sistematis lengkap yaitu:
1. kegiatan penyiapan dokumen

2
2. kegiatan pengadaan Patok dan Materai
3. kegiatan operasional petugas kelurahan / desa.

Disamping kegiatan diatas, pada point KEENAM Keputusan Bersama 3 (tiga)


Menteri tersebut, kegiatan operasional petugas kelurahan / desa meliputi:

1. biaya penggandaan dokumen pendukung


2. biaya pengangkutan dan pemasangan patok
3. transportasi petugas kelurahan/desa dari Kantor Kelurahan/ Desa ke Kantor
Pertanahan dalam rangka perbaikan dokumen yang diperlukan.
- Bahwa desa Balai Karangan mendapatkan kuota 1.500 (seribu lima ratus)
persil/bidang tanah dalam program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
dan terhadap biaya sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) tersebut
sepenuhnya dikelola oleh pihak desa.Bahwa terdakwa menetapkan sendiri biaya
administrasi sertifikat program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
sebesar Rp.800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) yang dituangkan dalam Berita Acara
pada tanggal 25 Juli 2017 dan ditandatangani sendiri oleh terdakwa selaku Kepala
Desa Balai Karangan,
- Bahwa setelah sosialisasi tersebut selesai, terdakwa membuatkan Berita Acara
Kesepakatan Penetapan Administrasi Untuk Pembuatan Serifikat Atau Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Tahun 2017 tanggal 04 Agustus 2017 dengan
maksud bahwa warga masyarakat yang hadir dalam sosialisasi tersebut menyetujui
besaran biaya administrasi sebesar Rp.800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) dan
dituangkan dalam Berita Acara yang ditandatangani oleh terdakwa selaku Kepala
Desa dan saksi BUSRAN selaku perwakilan peserta sosialisasi. - Bahwa untuk
meyakinkan kepada para pemohon untuk menyerahkan uang sebesar Rp.800.000,-
(delapan ratus ribu rupiah tersebut, terdakwa mengeluarkan Surat Keputusan Kepala
Desa Balai Karangan Nomor 6 tahun 2017 tentang Kepanitian Kepengurusan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) tanggal 07 Agustus 2017 yang
ditandatangani langsung oleh terdakwa, dan didalamnya terdapat lampiran besaran
honorarium kepanitian kepengurusan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
yang diperoleh dari pungutan biaya administrasi pengurusan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) yang dilakukan oleh terdakwa sebesar Rp.800.000,-
(delapan ratus ribu rupiah) per orang terhadap 29 (dua puluh sembilan) orang panitia

3
yang total honornya mencapai Rp.772.500.000,- (tujuh ratus tujuh puluh dua juta lima
ratus ribu rupiah).
- Bahwa pada tanggal 25 Agustus 2017 saksi ADE SUPIADI,S.STdan pihak BPN
lainnya melaksanakan Penyuluhan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
tahap II tahun 2017 di Kantor Desa Balai Karangan yang dihadiri oleh terdakwa
selaku Kepala Desa beserta beberapa warga peserta program PTSL dimana saksi ADE
SUPIADI,S.STdan pihak BPN lainnya menyampaikan mengenai tata cara dan
prosedur serta persyaratan pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL), bahwa sebelum pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
terdapat kegiatan persiapan yang perlu dilakukan berupa penyiapan dokumen
penguasaan atau kepemilikan tanah, sarana dan prasarana yang diperlukan bagi
masyarakat agar tanah yang dimiliki dapat didaftarkan atau disertifikatkan dan
disampaikan juga biaya persiapan tersebut telah diatur di dalam Surat Keputusan
Bersama 3 Menteri dengan biaya sebesar Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu
rupiah).
- Bahwa dalam pelaksanaan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
tersebut, terdakwa sendiri yang menerima pembayaran dari warga yang biayanya
tergantung dariSKT (Surat Keterangan Tanah) dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
yang dimiliki oleh warga tersebut, bagi warga yang hendak melakukan Pendaftaran
Tanah telah memiliki SKT dan PBB, maka terdakwa memungut biaya sebesar
Rp.800.000,- (delapan ratus ribu rupiah), sedangkan jika warga yang hendak
melakukan Pendaftaran Tanah hanya memiliki SKT dan tidak memiliki PBB ataupun
sebaliknya, maka terdakwa memungut biaya sebesar Rp.1.050.000,- (satu juta lima
puluh ribu rupiah) seperti saksi SRIPAH BT BUWADI yang sudah membayar sebesar
Rp.1.050.000,- (satu juta lima puluh ribu rupiah) kepada terdakwa, saksi MATOYAH
yang dipungutoleh saksi HARUDIN (KadusBalai II) dengan total
sebesarRp.800.000,- (delapanratusribu rupiah), yang dibayar 2 (dua) kali
pertamasebesar Rp.500.000,- (lima ratusribu rupiah) dan yang keduasebesar
Rp.300.000,- (tigaratusribu rupiah). Yang mana uang tersebut juga untuk pembuatan
KK (Kartu Keluarga) dan PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). tanggal 04 Agustus 2017
sampai dengan bulan Desember 2017, terdapat 651 (enam ratus lima puluh satu)
pendaftar program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) yang dipungut
biaya dari Rp.800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) s/d Rp.1.050.000,- (satu juta lima
puluh ribu rupiah) dengan total biaya yang telah dibayarkan kepada terdakwa

4
seluruhnya sebesar Rp.545.060.000 (lima ratus empat puluh lima juta enam puluh ribu
rupiah) dan seluruh pendaftar tersebut tidak pernah diberikan tanda bukti pembayaran
atau kuitansi.

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf e
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

B. Pertanyaan hukum

1. Apakah fungsi kepala desa dalam pendaftaran tanah secara sistematik ?


2. Apakah pendaftaran tanah secara sistematik melalui program PTSL sangat membantu
masyarakat Indonesia?
C. Kajian hukum

C.1. Fungsi Kepala Desa Dalam Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Kepala Desa sebagai bagian dari Aparat Pemerintah pada tingkatan yang paling bawah
memiliki peran yang penting dalam pendaftaran tanah dan ikut dalam menunjang tercapainya
kepastian hukum hak atas tanah. Sebagairnana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10
tahun 1961 juncto Pemturan Pemerintah No. 24 tahun 1997, Kepala Desa mempunyai tugas-
tugas strategis yaug membantu pelaksanaan penyelenggaraan pendaftam tanah yaitu:

1. Sebagai anggota Panitia Ajudikasi yaitu pembantu pelaksanan pendaftaran tanah.


(diatur Pasal 8 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997)
2. Berwenang untuk membuat surat keterangan yang menguatkan sebagai bukti hak.
(Pasal 39 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997)
3. Untuk daerah-daerah kecamatan di luar kota tempat kedudukan kantor pertanahan,
surat keterangan kepala kantor Pendaftaran Tanah dapat diganti oleh surat pernyataan
Kepala Desa (Pasal 39 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).
4. Di dalam pendaftaran tanah karena pewarisan, Kepala Desa berhak membuat surat
keterangan yang mernbenarkan surat bukti hak sebagai ahli waris (Pasal 39 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).
5. Untuk desa-desa dalam wilayah yang terpencil BPN dapat menunjuk Kepala Desa
sebagai Pejabat Pembuat Akta Sementara/PPATS (Pasal 7 ayat 2 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).

5
Kepala Desa mempunyai peranan dan kedudukan yang penting dalarn Pemerintahan
Desa. Ia merupakan pemimpin terhadap jalannya tata urusan pemerintahan yang ada di desa.
Seorang kepala Desa merupakan penyelenggara dan sekaligus sebagai penanggung jawab
atas jalannya roda pemerintahan dan pembanguuan di wilayahnya. Disamping menjalankan
urusan pemerintahan, Kepala Desa juga mempunyai kewajiban lain yaitu menyelenggarakan
urusan bidang kemasyarakatan, membina ketentraman dan ketertiban masyarakat serta
membina dan mengembangkan jiwa dan semangat gotong royong masyarakat. Tugas dan
kewaji'ban seorang kepala desa mempunyai lingkup yang cukup luas, sehingga masyarakat
banyak mempercayakan berbagai pengurusan kepada Kepala Desa termasuk melakukan
peralihan hak atas tanah.

Sebelum UUPA diberlakukan memang transaksi atau proses peralihan hak atas tanah
cukup dilakukan di hadapan Kepala Desa dan hal tersebut dianggap sah, karena pada waktu
itu tanggung jawab Kepala desa meliputi urusan pemerintahan, pembangunan, bidang
kemasyarakatan termasuk menangani masalah pertanahan. Setelah berlakunya UUPA,
kewenangan Kepala Desa dibatasi hanya meliputi 5 (lima) hal yang tersebut khusus dalam
urusan tanah, seperti yang diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997. Fungsi kepala desa dalam pendaftaran tanah secara sistematik mempunyai peran
sebagai panitia ajudikan bersama tim dari BPN (vide Pasal 8 PP 24 Tahun 1997). Sedangkan
Pasal 39 PP 24 Tahun 1997 menugaskan kepala desa dalam menerbitkan surat keterangan
penguasaan tanah tersebut oleh pemiliknya dan menerangkan bahwa tanah tersebut belum
bersetifikat. Surat keterangan tersebut selanjutnya menjadi dokumen panitia ajudika sebagai
proses pendaftaran tanah secara sistematik.

C.2. Pendaftaran Tanah Secara Sistematik

Pengertian pendaftaran tanah telah dirumuskan dalam ketentuan Undang-Undang


Pokok Agraria sebagai dasar Hukurn Pertanahan di Indonesia yaitu Pasal 19 yang mengatur
tentang Pendaftaran Tanah. Bunyi Pasal 19 ayat (I) adalah : "Untuk menjamin kepastian
hukurn oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah". Pendaftaran tersebut
dalam Pasal 19 ayat (1) meliputi :

a) Pengukutan, perpetaan dan pembukuan atas tanah.


b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut.

6
c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat\

Dengan demikian, maka pendaftaran tanah akan menghasilkan peta-peta pendaftaran,


surat-surat ukur (untuk kepastian tentang letak, batas dan luas tanah), keterangan dari subjek
yang bersangkutan (untuk kepastian siapa yang berhak atas tanah yang bersangkutan, status
dari haknya, serta beban-beban apa yang berada di atas tanah yang yang berhak atas tanah
yang bersangkutan, status dari haknya, serta beban-beban apa yang berada di atas tanah yang
bersangkutan) dan yang terakhir menghasilkan sertipikat (sebagai alat pembuktian yang
kuat).

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 memberi pengertian pendaftaran tanah


yaitu dalam Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : “ Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh Pernerintah secara terus menerus, berkesinambungan, dan teratur
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik
dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-
satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti hanya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun, serta hak-hak tertentu yang
membebaninya"

Pengertian pendaftaran tanah di atas sejalan dengan definisi pendaftaran tanah yang
diberikan oleh Boedi Harsono, pendaftaran tanah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh Negara atau Pemerintah secara terus menerus dan teratur berupa keterangan atau data
tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya
bagi kepentingan riwayat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang
pertanahan termasuk penerbitan tanda bukti dan pemeliharaannya. Dari pengertian di atas
dapat diketahui bahwa pendaftaran tanah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Dilakukan secara terus-menerus

Terus menerus dimaksudkan apabila sesekali tanah itu didaftarkan maka setiap terjadi
perubahan atau tanah maupun subyeknya harus diikuti dengan pendaftaran tanah. Boedi
Harsono berpendapat bahwa kata “terus-menerus” menunjuk kepada pelaksanaan kegiatan
yang sekali dimulai tidak akan ada akhirnya. Data yang terkumpul dan tersedia harus selalu
disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang kemudian hingga tetap sesuai dengan
keadaan terakhir.

7
2. Pengumpulan Data Tanah
Data yang dikumpulkan pada dasarnya meliputi 2 (dua) macam yaitu:
1) Data Fisik, yaitu data mengenai letak tanahnya, batas-batas tanahnya dan luasnya
berapa serta bangunan dan tanaman diatasnya.
2) Data Yuridis, yaitu mengenai nama hak atas tanah, siapa yang menjadi pemegang
hak tersebut seta peralihan dan pembebanan jika ada.

3. Tujuan Tertentu

Pendaftaran tanah diadakan untuk menjamin kepastian hukum (legal codaster) dan
kepastian hak atas tanah sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 19 UUPA. Hal
tersebut berbeda dengan pendaftaran tanah sebelum UUPA yang bertujuan untuk penarikan
pajak (fiscal cadaster). Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yang memuat
dasar-dasar pokok di bidang agraria menjadi landasan usaha pembaharuan hukum agraria
yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum bagi maysarakat. Dasar hukum
pendaftaran tanah diatur dalam UUPA pasal 19 ayat 1 yang berbunyi “ untuk menjamin
kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik
Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 sebagai peraturan pelaksana dari UUPA
Nomor 5 Tahun 1960 mengenai Pendaftaran Tanah. Sebagai ketentuan pelaksanaan PP
Nomor 24 Tahun 1997 yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanhan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Meurut Pasal 9 PP 24 Tahun 1997 Objek
pendaftaran tanah meliputi :

a) Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai.
b) Tanah Hak Pengelolaan
c) Tanah Wakaf
d) Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
e) Hak Tanggungan
f) Tanah Negara

8
Pendaftaran Tanah dilakukan dengan memenuhi asas-asas pendaftaran tanah yaitu
asas kesederhanaan, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka. Dalam penjelasan PP 24 Tahun
1997 yaitu :

a) Asas Sederhana merupakan ketentuan-ketentuan pokoknya maupun prosedurnya


dengan mudah dapat dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan terutama para
pemegang hak atas tanah.
b) Asas Aman dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga dapat memberikan jaminan hukum
sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
c) Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan
khusunya dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi
lemah. Peleyanan yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah
harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.
d) Asas Mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaanya dan
kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan
keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu ikut kewajiban mendaftarkan tanah dan
pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi dikemudian hari.

Pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan


hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan, untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
termasuk pemerintah agar dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan-perbuatan hukum sehubungan dengan tanah dan rumah susun, dan untuk dapat
terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama
kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftran tanah yang belum
didaftarkan dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah
pertama kali dilakukan dengan kegiatan pengumpulan dan pengelolaan data fisik, melalui
kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi :

a) Pembuatan peta dasar pendaftaran


b) Penetapan batas-batas bidang tanah

9
c) Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran
d) Pembuatan daftar tanah
e) Pembuatan surat ukur.

Pendaftaran tanah dilaksanakan untuk mendapatkan kepastian hukum hak atas tanah
karena merupakan kewajiban bagi pemegang hak yang bersangkutan dan dilaksanakan secara
terus menerus setiap ada peralihan hak atas tanah tersebut dalam rangka menginventariskan
data-data yang berkenaan dengan peralihan hak atas tanah tersebut, yang diatur dalam UUPA
serta peraturan pelaksana yang diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997, guna mendapatkan
sertifikat tanah sebagai tanda bukti yang kuat.

Program Pendafataran Tanah secara Sistematik yang selanjutnya disingkat PTSL


(Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap) merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk
pertama kali yang dilakukan secara serentak bagi semua objek Pendaftaran Tanah di seluruh
Wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah Desa/Kelurahan atau nama lainnya yang
setingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis mengenai satu
atau beberapa obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya. Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap yang dilaksanakan oleh pemerintah memiliki tujuan untuk mewujudkan
pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas tanah masyarakat
berlandaskan asas sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka serta akuntabel,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan ekonomi
negara, serta mengurangi dan mencegah sengketa dan konflik pertanahan Obyek Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) meliputi seluruh bidang tanah tanpa terkecuali, baik
bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah yang memiliki hak
dalam rangka memperbaiki kualitas data pendaftaran tanah, yang meliputi bidang tanah yang
sudah ada tanda batasnya maupun yang akan ditetapkan tanda batasnya dalam pelaksanaan
PTSL. Sesuai dengan Ketentuan Pasal 4 ayat (4) Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018 pelaksanaan kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dilakukan dengan tahapan:

a. Perencanaan;
b. Penetapan Lokasi;
c. Persiapan;
d. Pembentukan dan penetapan panitia ajudikasi PTSL dan satuan tugas;

10
e. Penyuluhan;
f. Pengumpulan data fisik dan pengumpulan data yuridis;
g. Penelitian data yuridis untuk pembuktian hak;
h. Pengumuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya;
i. Penegasan konversi, pengakuan hak dan pemberian hak;
j. Pembukuan hak;
k. Penerbitan sertifi kat hak atas tanah;
l. Pendokumentasian dan penyerahan hasil kegiatan; dan
m. Pelaporan.

D. Pendapat hukum
1. Sebagai bentuk pemerintahan yang mengatur tata laksana pengelolaan negara dari tingkat
rendah, pemerintahanan desa memiliki kekuasaan untuk mengatur wilayahnya dengan
mandiri. Otonomi desa dipimpin oleh kepala desa yang di amanatkan dalam Undang -
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa Pasal 26 yang menyebutkan bahwa Kepala
Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan
Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa. Dengan
tugas dan kewenangan kepala desa menyelenggarakan pemerintahan desa yang diberikan
delegasi oleh pemerintah pusat melalui program pendaftaran tanah secara sistematik.
Dalam kasus Putusan Nomor 43/Pid.SUS-TPK/2018/PN.Ptk kepala desa yang telah
menyalah gunakan kekuasaannya dalam pendaftaran tanah yang mana dalam kasus
tersebut Mulyati sebagai kepala desa telah memungut biaya pendaftaran tanah secara
sistematik kepada warganya secara berlebihan. Dalam hal ini telah di putuskan oleh
Surat Keputusan Bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi Nomor : 25/SKB/V/2017, Nomor : 590-3167A Tahun 2017, dan
Nomor : 34 Tahun 2017 tanggal 22 Mei 2017 Tentang Pembiayaan Persiapan
Pendaftaran Tanah Sistematis, pada poin ke – 7 angka 3 dikatakan bahwa Kalimantan
Barat masuk ke dalam Katergori III dan terhadap biaya persiapan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) adalah sebesar Rp.250.000. Dengan kategori ini untuk
pembiayaan pendaftaran tanah secara sistematik diperlukan dan diperuntukan pada

11
kegiatan penyiapan dokumen, kegiatan pengadaan patok dan materai, kegiatan
operasional petugas kelurahan/desa yang mana kepala desa meminta biaya kepada
masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya sebesar Rp. 800.000 dan sedangkan jika
warga yang hendak melakukan Pendaftaran Tanah hanya memiliki SKT dan tidak
memiliki PBB ataupun sebaliknya, maka kepala desa memungut biaya sebesar
Rp.1.050.000. Sungguh jelas dalam hal ini kepala desa telah menyalah gunakan
kewenangannya sebagai aparatur pemerintahan yang tidak sesuai dalam ketentuan
Undang-Undang.
Fungis Kepala Desa sangatlah penting dalam pendaftaran tanah secara sistematik sebagai
panitia ajudikasi yang dibantu oleh satuan tugas pengukuran dan pemetaan, satuan tugas
pengumpulan data yuridis dan satuan tugas administrasi (vide Pasal 8 PP 24 Tahun
1997). Pendaftaran tanah secara sistematik yang dikelola dari tingkat pemerintahan desa
sangatlah memerlukan fungsi kepala desa. Otonom yang dimiliki oleh kepala desa sangat
diperlukan bagi masyarakat di wilayahnya untuk membuat surat keterangan penguasaan
tanah yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut dan
menyatakan bahwa bidang tanah tersebut belum bersetifikat dari Kantor Pertanahan.
Proses pendaftaran tanah secara sitematik yang terdiri dari : Perencanaan, Penetapan
Lokasi, Persiapan, Penyuluhan dan lain-lain yang diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018
pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) merupakan proses
administrasi untuk pendaftaran tanah secara sistematik yang diperlukan peran serta
fungsi kepala desa yang memimpin langsung pemerintahan desa secara mandiri.

2. Pendaftaran tanah yang di programkan pemerintah adalah salah satu bentuk hak bagi
masyarakat Indonesia dalam menuntut kepastian hukum dalam pendaftaran tanah. Telah
diamanatkan dalam Pasal 28H (4) UUD 1945 yang menyatakan setiap orang berhak
mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara
sewenang-wenang oleh siapapun. Konsekuensinya, pemerintah wajib hadir untuk
menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan hukum kepada rakyatnya di
bidang pertanahan. Mendasarkan pada ketentuan tersebut maka pemerintah menerbitkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria (UUPA)
yang diharapkan menjadi peraturan bersifat lex generalis di bidang agraria. Selanjutnya
dalam Pasal 19 (1) UUPA menyatakan: “Untuk menjamin kepastian hukum oleh
Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut

12
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.” Merujuk pada norma
tersebut maka langkah konkrit yang dilakukan pemerintah adalah dengan menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
didalamnya menerangkan bahwa setiap warga negara, untuk mendapatkan kepastian atau
jaminan hak atas tanah yang dimiliki harus mengikuti prosedur yaitu mendaftarkan
tanahnya terlebih dahulu baru kemudian pemerintah akan menerbitkan sertipikat tanah
sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah. Oleh karena itu program PTSL diterbitkan
untuk mendaftarkan tanah secara sitematis yang meliputi seluruh bidang tanah tanpa
terkecuali, baik bidang tanah yang belum ada hak atas tanahnya maupun bidang tanah
yang memiliki hak dalam rangka memperbaiki kualitas data pendaftaran tanah, yang
meliputi bidang tanah yang sudah ada tanda batasnya maupun yang akan ditetapkan
tanda batasnya dalam pelaksanaan PTSL.
Program ini memberi keringanan kepada masyarakat deangan biaya yang sangat murah
dan terjangkau kepada masyarakat. Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Agraria
dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor :
25/SKB/V/2017, Nomor : 590-3167A Tahun 2017, dan Nomor : 34 Tahun 2017 tanggal
22 Mei 2017 Tentang Pembiayaan Persiapan Pendaftaran Tanah Sistematis telah
ditentukan biaya pendaftaran tanah secara sistematik dalam kategori wilayah.
Berdasarkan Putusan Nomor 43/Pid.SUS-TPK/2018/PN.Ptk Wilayah Kalimantan
dikenakan biaya Rp.250.000 bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan tanah secara
sitematik melalui program PTSL. Dengan program PTSL (Pendaftaran Tanah Sistematik
Langsung) hak-hak masyarakat Indonesia dapat terpenuhi dalam kepastian hukum yang
dijamin oleh pemerintah. Menjamin semua penguasaan atas tanah dapat memiliki bukti
yang kuat dengan hak milik atas tanah yang dikeluarkan oleh kantor pertanahan yaitu
alas hak yang berbentuk sertifikat.

e. Rekomendasi

Dalam pendaftaran tanah secara sitematik fungsi kepala desa sangatlah penting untuk
menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang telah dijamin oleh ketentuan Amandemen
UUD 194 dalam kepemilikan hak atas tanah. Sangat direkomendasikan bagi seluruh kepala
desa di setiap daerah yang memimpin serta membina warganya dalam menjamin kepastian
hukum dalam proses pendaftaran tanah harus sesuai tata laksana ketentuan UUPA serta

13
peraturan pelaksana yang di atur dalam PP 24 Tahun 1997 tentang pendaftran tanah serta
tertib administrasi yang di atur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 6 Tahun 2018 pelaksanaan kegiatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL).

14

Anda mungkin juga menyukai