Anda di halaman 1dari 3

30 Januari 2023

Nama : Hakmi Afrado


NPM : 21400002
No UAS : 40-158
Mata Kuliah : Hukum Perdata

Jawaban :
1) Pluralisme Hukum yaitu Hukum Perdata Barat (BW), Hukum Perdata Adat dan
Hukum Perdata Islam. Hukum Perdata Barat ( BW : Burgerlijke Wetboek).
Merupakan hukum peninggalan penjajah Belanda hingga saat ini masih berlaku
merupakan Hukum Positif dengan beberapa ketentuan hukum didalamnya tidak
berlaku lagi, karena kita sudah punya hukum nasional produk bangsa Indonesia.

2) Hak gadai yaitu hak atau kekuasaan yang diberikan oleh debitur atas barang atau
benda, dan benda tersebut berada di tangan kreditur.

Findusia yaitu pengalihan hak berdasarkan kepercayaan namun benda tersebut tetap
berada ditangan debitur atau pemilik benda.

Hak tanggungan adalah jaminan atas tanah dan juga barang-barang yang berkaitan
dengan tanah tersebut.

3) Syarat sah perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata dibagi menjadi syarat sah
subjektif dan syarat sah objektif. Syarat subjektif berkaitan dengan subjek dalam
perjanjian, sedangkan syarat objektif berkaitan dengan objek dalam perjanjian
1. Syarat Sah Subjektif
Syarat sah subjektif harus memenuhi unsur kesepakatan para pihak. Apabila
kesepakatan telah dicapai oleh para pihak, maka para pihak telah mencapai
kesesuaian pendapat tentang hal-hal yang menjadi pokok dalam perjanjiannya.
Kesepakatan yang telah tercapai ini juga tidak diperbolehkan menggunakan
unsur paksaan, penipuan, maupun kesilapan dari para pihak. Unsur lain yang
harus dipenuhi dalam syarat sah subjektif adalah adanya kecakapan untuk
melakukan sesuatu oleh para pihak. Kewenangan untuk melakukan sesuatu 
dianggap sah oleh hukum bilamana suatu perjanjian dilakukan oleh orang-
orang ataupun subjek yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
 Orang yang sudah dewasa.
 Orang yang tidak ditempatkan di bawah pengampuan.
 Orang yang tidak dilarang oleh undang-undang untuk melakukan perbuatan
tertentu. Seperti, kontrak jual beli yang dilakukan oleh suami istri.

Tidak terpenuhinya salah satu dari syarat subjektif dalam perjanjian akan
mengakibatkan timbulnya konsekuensi yuridis bahwa perjanjian tersebut
“dapat dibatalkan” atau dalam bahasa lain voidable, vernietigebaar.
Pembatalan ini dapat dilakukan oleh pihak yang berkepentingan. Apabila
perjanjian tidak dilakukan pembatalan maka kontrak tersebut dapat
dilaksanakan seperti suatu kontrak yang sah.

2. Syarat Sah Objektif


Syarat sah objektif berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata terdiri dari perihal
tertentu dan kausa halal atau kausa yang diperbolehkan. Perihal tertentu dalam
hal ini adalah bahwa yang menjadi objek dalam suatu perjanjian haruslah
berkaitan dengan hal tertentu, jelas, serta dibenarkan oleh hukum.

Syarat kausa yang halal atau yang diperbolehkan dalam hal ini adalah bahwa
kontrak tersebut tidak boleh dibuat untuk melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum. Konsekuensi yuridis yang timbul dari tidak
dipenuhinya salah satu syarat objektif ini akan mengakibatkan kontrak
tersebut “tidak sah” atau “batal demi hukum” (null and void).

4) Asas Kebebasan Berkontrak (Kebebasan berkontrak)

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan para pihak untuk :

1. Membuat atau tidak membuat kesepakatan


2. Mengadakan perjanjian dengan siapa saja
3. Menetapkan isi perjanjian,pelaksanaan, dan persyaratannya.
4. Tentukan kesepakatannya , apakah berbentuk tulis atau lisan.

Setiap orang dapat secara bebas membuat perjanjian selama memenuhi syarat
sahnya perjanjian dan tidak memusuhi hukum, kesusilaan, dan tenangnya umum.

Asas Pacta Sunt Servanda

Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata ”Semua perjanjian yang dibuat sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Jika terjadi sengketa dalam
pelaksanaan pekerjaan, maka hakim dengan keputusannya dapat memaksa agar pihak
yang melanggar itu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan perjanjian,
bahkan hakim dapat meminta pihak lain yang membayar ganti rugi. Putusan
pengadilan itu merupakan jaminan bahwa hak dan kewajiban para pihak dalam
kesepakatan memiliki kepastian hukum ,sehingga secara pasti memiliki perlindungan
hukum.

5) Hukum waris di indonesia masih belum dikodifikasikan ada 3 hukum waris yang
berlaku di indonesia yaitu: Hukum waris adat, Hukum waris islam, dan Hukum waris
barat perdata di dalam kuh perdata hk, waris diatur bersama- sama dengan
hukum benda
 Wasiat: merupakan permberian harta kepada seseorang pada saat orang yang
memiliki harta masih hidup tetapi penyerahan kepemilikan harta dilakukan setelah
orang yang memiliki harta meninggal dunia.
 Warisan: merupakan pemberian dan penyerahan harta yang dilakukan pada saat
orang yang memiliki harta sudah meninggal dunia.

Anda mungkin juga menyukai