Anda di halaman 1dari 21

PEMBUATAN “LAKTA JELI” PERMEN JELI DAUN KATUK

Sauropus androgynus (L.) Merr.

Kelompok 1

Arie Yuliyanti 120011


Desi Risnawati 120021
Ratu Rokhliani 120061
Rosita 120067
Sulastri 120073

Dosen Pengampu : Apt. Dwi Kurnia Putri, S.Farm., M.Si

POLITEKNIK KESEHATAN HERMINA JAKARTA


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat tersusun dengan baik.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen dan teman-teman di


Poltekkes Hermina Jakarta yang telah memberikan bantuan pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi sesama.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Januari, 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................ 2

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

A. Daun Katuk (Sauropi androgynus Folium) ............................................ 4

B. Permen jeli daun katuk .......................................................................... 6

C. Uji organoleptik ...................................................................................... 7

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 9

A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 9

B. Objek Penelitian ..................................................................................... 9

C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 12

B. Pembahasan .......................................................................................... 12

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

LAMPIRAN .......................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) khususnya ASI


eksklusif merupakan program prioritas. Hal ini dikarenakan memberikan dampak
luas terhadap status gizi dan kesehatan balita (Mufdillah et al., 2017).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi
neonatus, yang bersifat alamiah dan mengandung berbagai zat gizi yang
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Hall, 2010). ASI
adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi, namun
ada beberapa kendala yang menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI secara
maksimal, seperti kendala pada ibu yang mengeluh produksi ASI yang tidak
mencukupi dan makin banyaknya ibu-ibu pekerja yang sudah mulai sibuk dengan
pekerjaannya yang kadang menimbulkan rasa lelah, capek dan stress yang
menyebabkan produksi ASI berkurang (Kodrat, 2010). Semakin tinggi tingkat
gangguan emosional, semakin sedikit rangsangan hormon prolaktin yang diberikan
untuk dapat memproduksi ASI (Prasetyono, 2009).
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah
memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada
bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Hal ini
dikarenakan pada tahun 1999 ditemukan bukti bahwa pemberian makanan pada
usia terlalu dini memberikan efek negatif pada bayi dan dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi, selain itu
tidak ditemukan bukti bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia
dibawah enam bulan lebih menguntungkan, bahkan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan dan pertumbuhan bayi (Mufdillah et al., 2017). Namun bukan
berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi
tetap diberikan hingga bayi berusia 2 tahun.

1
ASI sangat dibutuhkan oleh bayi, karena merupakan asupan makanan
utama dan pertama bayi hingga berusia 6 bulan. Ada beberapa cara yang bisa
ditawarkan kepada para ibu menyusui untuk mengurangi keluhan karena produksi
ASI yang sedikit, salah satunya adalah dengan menggunakan daun katuk sebagai
alternatif untuk menambah dan merangsang produksi ASI. Sebuah penelitian dari
Sya'roni, Sajimin, dkk, dengan judul Efektifitas Ekstrak Daun Sauropus
Androgynus Dalam Meningkatkan Status Produksi ASI menjadi bukti ilmiah
khasiat daun katuk. Daun katuk ini dapat meningkatkan kuantitas produksi ASI
hingga 50,7% (Sa’roni, T. Sadjimin, 2004).
Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin
K, pro-vitamin A (β-karoten), Vitamin B dan C. Mineral yang dikandung adalah
Kalsium (2,8%), zat besi, kalium, fosfor dan magnesium. Daun katuk sudah
dikenal oleh nenek moyang kita sebagai sayur pelancar ASI (Savitri, 2016).
Pemberian daun katuk dengan cara direbus yaitu diberikan pada ibu menyusui
selama 1 minggu (7 hari), dikonsumsi oleh ibu menyusui pada pagi dan sore dengan
dosis sebanyak 50 gram daun katuk direbus dengan air sebanyak 300 ml. Ibu dapat
mengkonsumsi rebusan daun katuk ini pada hari ke-2 atau ke-3 setelah melahirkan,
karena peningkatan berat badan bayi terjadi pada hari ke-4 dan seterusnya (Apriadi
S, 2015).
Sebagai alternatif untuk memudahkan mengkonsumsi daun katuk bagi ibu-
ibu menyusui yang bekerja dan kurang suka sayuran, maka dibuatlah daun katuk
dalam bentuk permen jeli. Permen jeli ini merupakan permen yang dibuat dari air
atau sari buah dan bahan pembentuk gel, yang berpenampilan jernih transparan
serta mempunyai tekstur dengan kekenyalan tertentu. Permen jeli termasuk pangan
semi basah yang mempunyai kadar air sekitar 10-40 % (Buckle KA Ra, Edwards
GH, 1987).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah kami buat, diperoleh rumusan


masalah adalah bagaimana cara formulasi sediaan serbuk daun katuk atau air
perasan daun katuk menjadi permen jeli pelancar ASI.

2
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuannya adalah untuk mengetahui


serbuk daun katuk atau air perasan daun katuk menjadi sediaan permen jeli pelancar
ASI.

D. Manfaat Penelitian

a. Peneliti

1) Sebagai tambahan ilmu pengetahuan mengenai pemanfaatan daun katuk


sebagai permen jeli pelancar ASI.
2) Sebagai bahan informasi atau rujukan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan pemanfaatan daun katuk.

b. Produsen
Produk permen jeli ini diharapkan bisa diterima oleh konsumen dan
bisa juga digunakan untuk pemanfaatan tanaman rumahan daun katuk yang
diharapkan mampu menjadi alternatif yang baik bagi ibu menyusui yang tidak
suka sayur, sekaligus bisa dijadikan usaha rumah tangga.

c. Masyarakat
Sebagai bahan untuk memperluas pemahaman masyarakat
mengenai pemanfaatan daun katuk sebagai asupan untuk memperlancar ASI
bagi ibu yang menyusui.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Katuk (Sauropi androgynus Folium)

1. Deskripsi Umum
Katuk (Sauropus androgynus L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak
terdapat di Asia Tenggara dan merupakan tanaman obat yang mempunyai zat gizi
tinggi sehingga banyak dikonsumsi oleh ibu menyusui. Daun katuk kaya akan
manfaat dan mudah didapat di pasaran, baik pasar tradisional maupun swalayan.
Karena katuk berkhasiat memperbanyak ASI, maka banyak ibu menyusui terutama
yang produksi ASI nya kurang, memilih daun katuk sebagai solusi yang cepat dan
murah bila dibandingkan dengan menggunakan obat-obat kimia yang ada
dipasaran.

Katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian 3-5 m,


batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas, akan tumbuh
tunas-tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya kecil-kecil mirip daun
kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk tanaman yang rajin berbunga. Bunganya
kecil-kecil, berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan bintik
merah. Bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di dalamnya
terdapat biji berwarna hitam (H. B. Santoso, 2008).

Daun katuk dikenal juga dengan sebutan laktagoga, yaitu menyuburkan air
susu ibu. Kemampuan menyuburkan ASI berhubungan dengan peranannya dalam
refleks prolaktin, yaitu refleks yang merangsang alveoli untuk memproduksi susu.
Daun katuk mengandung polifenol dan steroid yang berperan dalam refleks
prolaktin. Selain dapat meningkatkan volume ASI, konsumsi daun katuk juga dapat
meningkatkan kandungan vitamin A dan protein ASI (Prajonggo, 1983).

4
Tabel 1. Kandungan zat gizi pada daun katuk per 100 g
No Komponen Gizi (Satuan) Kadar 1* Kadar 2**
1 Energi (kkl) 59 53
2 Protein (g) 6, 4 5, 3
3 Lemak (g) 1, 0 0, 9
4 Karbohidrat (g) 9, 9-11, 0 9, 1
5 Serat (g) 1, 5 1, 2
6 Abu (g) 1, 7 1, 4
7 Kalsium (mg) 204 185
8 Fosfor (mg) 83 102
9 Besi (mg) 2, 7-3, 5 3, 1
10 Vitamin C (mg) 164-239 66
11 β-Karoten (μg) 10.02 9000
12 Air (g) 81 83, 3
Keterangan :
* Kandungan zat gizi pada daun katuk per 100 g (U. Santoso, 2009)
** Kandungan zat gizi pada daun katuk per 100 g (DepKes RI, 2000)

2. Klasifikasi

Klasifikasi daun katuk (Sauropus androgynus L.) menurut (Rukmana,


2003) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Geramales

Suku : Euphorbiales

Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynus

5
Gambar 1. Daun katuk (sumber bibitbunga.com)

3. Kandungan Zat Aktif


Pada ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk, sebanyak 70%
dari ibu menyusui terjadi peningkatan produksi ASI hingga melebihi kebutuhan
bayinya. Sedangkan pada ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katuk, hanya
6,7% yang mengalami kenaikan produksi ASI hingga melebihi kebutuhan bayinya
(Suwanti, 2016).
Senyawa aktif dalam daun katuk yang berperan dalam pembentukan ASI
yaitu alkaloid dan sterol (Rahmanisa, 2016). Daun katuk mengandung enam
senyawa utama, yaitu monomethyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol asetat
(ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2- pirolidinon
dan methyl pyroglutamate (alkaloid) (Agustal, A., 1997). Daun katuk memiliki
kadar flavonoid total 0,72% dihitung rutin (Kementerian Negara Republik
Indonesia, 2017).
Konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat memperlama waktu
menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi laki-laki hanya
meningkatkan frekuensi dan lama menyusui (Agoes, 2010).

B. Permen jeli daun katuk

Berdasarkan kandungan gizi yang ada pada daun katuk, dimana daun katuk
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pelengkap dalam masakan sehari-

6
hari sebagai olahan sayuran berkuah seperti sayur bening, untuk itu perlu adanya
inovasi dalam mengolah daun katuk menjadi suatu produk yang dapat diminati dan
diterima bagi para ibu menyusui yang tidak ada waktu untuk mengolah atau tidak
suka dengan sayuran , memiliki rasa yang disukai. Agar kandungan nutrisi dalam
daun katuk dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi ASI.
Daun katuk dapat dibuat serbuk untuk mempermudah pemanfaatan dan
proses pembuatan permen jeli, penambahan serbuk daun katuk dalam permen jeli
diharapkan dapat menambah khasiat untuk penambah dan pelancar ASI. Dengan
diolahnya daun katuk menjadi makanan diharapkan dapat disukai oleh ibu-ibu
menyusui, maka dapat meningkatkan pemanfaatan daun katuk di masyarakat
sehingga kandungan gizi serta manfaat lainnya dapat diserap oleh tubuh. Disini
kami membuat inovasi yaitu pemanfaatan serbuk daun katuk dalam bentuk permen
jeli dimana permen jeli disukai karena rasanya yang manis dan juga teksturnya yang
unik, selain itu permen jeli juga dapat diolah dengan berbagai macam variasi baik
dari bahan baku, rasa, warna, dan juga bentuk yang menarik. Jenis kudapan
semacam permen juga dapat menggantikan energi yang hilang dengan cepat
(Tamer, C.E., Incedayi, B., Copur, O.U., & Karmea, 2013).

C. Uji organoleptik

a. Rasa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan


seseorang terhadap suatu makanan. Rasa secara umum dapat dibedakan
menjadi asin, manis, pahit dan asam (Winarno, 2002). Rasa suatu produk
mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Walaupun parameter lainya
baik, jika rasanya tidak disukai maka produk tersebut akan ditolak
(Soekarto, 1985) dalam Widya (2017).

b. Warna menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


772/Menkes/PER/X/1999 secara umum pengertian pewarna adalah bahan
tambahan pangan berupa pewarna alami dan pewarna sintetis, yang ketika
ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan, mampu memberi atau
memperbaiki warna. Berbagai jenis pangan dan minuman yang beredar di

7
Indonesia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja telah diwarnai
dengan pewarna tekstil atau pewarna yang bukan food grade, yang tidak
diijinkan digunakan dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009).

c. Bau aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang
tercium oleh saraf-saraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung,
sehingga konsumen dapat mencium aroma dari makanan tersebut.

d. Tekstur permen jeli adalah permen jeli yang memiliki tekstur kenyal,
umumnya bisa dinilai dengan cara menekan dengan jari dan penekanan
dengan pengunyahan.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang meliputi persiapan


sediaan permen jeli, preformulasi, pembuatan permen jeli, dan uji evaluasi.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian karya tulis ini adalah pembuatan permen jeli daun katuk
yang berasal dari Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Zat aktif yang digunakan untuk
pembuatan permen jeli daun katuk diperoleh dari :
a. Simplisia basah diperoleh dari bagian daun yang tidak terlalu tua dan tidak
terlalu muda seberat 50gr dicuci bersih dan diblender dengan air sebanyak
350ml kemudian disaring dan diperas.

b. Simplisia Serbuk yang diperoleh dari kapsul daun katuk.

C. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan lakta jeli yaitu dimulai dari
persiapan alat dan bahan, preformulasi, prosedur pembuatan, dan
evaluasi.

b. Peralatan yang digunakan dalam produksi Lakta Jeli ini adalah pengaduk
kayu, cetakan permen, panci, gelas ukur, timbangan. Bahannya
meliputi serbuk daun katuk, perasan air daun katuk , gula pasir, gelatin,
asam sitrat, air, pewarna makanan, perisa buah, dan tepung gula dan
tepung tapioka sangrai sebagai taburan.

9
2. Formulasi Permen Jeli Katuk

Tabel 2. Formulasi Permen Jeli


Jumlah Bahan yang Digunakan
Bahan
F1 F2 F3 F4
Serbuk daun katuk 2g 2g 2g -
Daun katuk segar - - - 50g
Nutrijel 7,5g - - -
Agar 3,5g 3,5g - -
Gelatin - 20g 50g 75g
Gula 160g 200g 200g 75g
Aroma vanila - - 3 tts 3 tts
Aroma lemon 3 tts 3 tts - -
Pewarna hijau 2 tts 2 tts 2 tts -
Asam sitrat 1g 1g 1g 1g
Air 500ml 500ml 500ml 350ml
Garam qs qs qs qs

3. Pembuatan

Daun katuk segar di cuci bersih, kemudian diblender hingga halus dan
disaring. Hasil dari perasaan daun katuk campurkan dengan gula, gelatin yang
di cairkan dahulu dengan air perasan daun katuk secukupnya, kemudian
didihkan dengan api sedang sambil diaduk- aduk sampai mengental, tambahkan
esens vanila untuk menghilangkan aroma dari daun katuk dan asam sitrat aduk
perlahan – lahan, setelah itu tuang ke dalam loyang. Permen jeli yang telah
dituang ke dalam loyang disimpan pada suhu ruangan selama 24 jam. Terakhir
permen tersebut dikeluarkan dari loyang, cetak sesuai bentuk yang diinginkan
lapisi dengan tepung tapioka yang sudah disangrai dan tepung gula dengan
perbandingan 1:2 agar tidak lengket satu sama lainnya.

10
Serbuk daun katuk dilarutkan dalam air, selanjutnya permen jeli
dibuat dengan cara mendidihkan larutan serbuk daun katuk dengan
campuran gula, garam secukupnya, didihkan dengan menggunakan api
sedang, aduk perlahan – lahan sampai larutan mengental, tambahkan esens
lemon dan asam sitrat aduk dan angkat, setelah itu tuang ke dalam loyang.
Permen jeli yang telah dituang ke dalam loyang disimpan pada suhu ruangan
selama 24 jam. Terakhir permen tersebut dikeluarkan dari loyang, cetak
sesuai bentuk yang diinginkan lapisi dengan tepung tapioka yang sudah
disangrai dan tepung gula dengan perbandingan 1:2 agar tidak lengket satu
sama lainnya.

4. Evaluasi

Uji organoleptis yang digunakan Hedonik adalah evaluasi terhadap


segala sesuatu yang berhubungan dengan permen jeli daun katuk baik berupa
uji organoleptis yang meliputi rasa, warna, bau atau aroma dan tekstur permen
jeli.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik daun katuk


1) Serbuk daun katuk Secara makroskopik berwarna hijau muda keabu-
abuan
2) Simplisia segar berwarna hijau tua

2. Karakteristik Bentuk Sediaan Permen jeli


Permen jeli yang ideal mempunyai sifat transparan, tekstur yang
empuk dan mudah dipotong, tetapi cukup kaku untuk mempertahankan
bentuknya, tidak lengket dan tidak berlendir, mempunyai permukaan yang
lembut dan halus serta tidak pecah. Bahan pembentuk gel berfungsi sebagai
pembentuk tekstur dan kekenyalan pada permen jeli, diantaranya adalah gelatin,
karagenan dan agar (Charley dan Weaver, 1998).

B. Pembahasan

Pembuatan permen lakta jeli dari simplisia segar daun katuk menghasilkan
permen jeli yang kenyal tetapi sedikit keras,tetapi permen jeli daun katuk dari
simplisia segar ini memiliki rasa yang manis asam karena adanya penambahan
asam sitrat.Untuk menutupi aroma dari daun katuk simplisia segar ini ditambahkan
essens vanila meskipun ditambahkan essence tetapi tidak cukup menutupi bau khas
dari daun katuk dikarenakan bahan yang digunakan adalah daun katuk segar yang
diblender dan langsung diambil sari nya yang memungkinkan aroma dari daun
katuk tersebut tercium lebih pekat. Dalam eksperimen ini tidak dilakukan penetapan
kadar zat aktif daun katuk sehingga tidak dapat diketahui kadar zat aktif dalam tiap
permennya.
Pada pembuatan permen jeli F1, F2, F3 hasil dari uji hedonis atau kesukaan
didapatkan bahwa F3 lebih disukai dibandingkan dengan F1 dan F2. Tekstur

12
permen jeli adalah permen jeli yang memiliki tekstur kenyal, dan ini didapatkan
pada F3 .
Dari hasil eksperimen formulasi permen lakta jeli F1, F2, F3, dan F4,
formulasi yang mengandung jelly agent gelatin (F3 dan F4) lebih tahan lama karena
sifat gelatin yang dapat mengikat air dibandingkan dengan F1 dan F2.

Tabel 3. Grafik Uji Hedonik

Tabel 4 : Uji Organoleptik


Uji Formula Formula Formula Formula
Organoleptik 1 2 3 4
Rasa Manis Kurang manis
Bau Masih tercium Tercium tajam
Warna Hijau Muda Hijau tua
Tekstur Kenyal Kenyal agak keras

Pada uji organoleptik bau khas daun katuk tidak dapat ditutupi meskipun
sudah diberi zat penambah aroma, terutama pada F4 yang menggunakan perasan
daun katuk segar, sedangkan F1,F2 dan F3 bau khas daun katuk tercium lemah
karena diperoleh dari serbuk kapsul daun katuk kemasan.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi
neonatus, yang bersifat alamiah dan mengandung berbagai zat gizi yang
dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun adanya
kendala pada ibu yang mengeluh produksi ASI yang tidak mencukupi karena
aktivitas sehari – sehari dan juga kebutuhan gizi yang kurang. Penelitian terdahulu
menyatakan mengkonsumsi daun katuk sebagai alternatif untuk menambah dan
merangsang produksi ASI. Peneliti membuat permen jeli daun katuk agar dapat di
konsumsi oleh ibu menyusui dengan mudah disela-sela kesibukan aktivitas yang
dijalani sehingga ibu menyusui bisa mendapatkan nutrisi untuk meningkatkan dan
merangsang produksi ASI.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia (I). Salemba Medika.


Agustal, A., M. H. dan C. (1997). Analisis kandungan kimia ekstrak daun katuk
Sauropus androgynus (L) Merr dengan GCMS (3rd ed.). Warta Tumbuhan
Obat Indonesia.
Apriadi S. (2015). Cara Mengolah Daun Katuk Untuk Menyusui.
Buckle KA Ra, Edwards GH, F. dan M. W. (1987). Ilmu Pangan. Hari Purnomo
dan Adiono UI Press. Jakarta.
Cahyadi, W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan
(2nd ed.). Bumi Aksara.
DepKes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Hall, J. and G. (2010). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th
ed.). SoundersElsevier.
Kementerian Negara Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia
(II). Kementerian Negara Republik Indonesia.
Kodrat, L. (2010). Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta Media Baca.
Mufdillah, Subijanto, Sutisna, E. &, & Akhyar, M. (2017). Pedoman
Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI Ekslusif. Peduli ASI
Ekslusif, 0–38.
Prajonggo, T. (1983). Penelitian Pendahuluan Pengaruh Daun Saurapus
androgynus Merr. Terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Susu Mencit
Betina yang Menyusui. Universitas Farmasi.
Prasetyono, D. S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press Yogyakarta.
Rahmanisa. (2015). Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum (III (8) (Ed.)).
Mahakam.
Rahmanisa, S. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun. Katuk
(Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI Majority.
Rukmana, R. dan I. M. H. (2003). Katuk, Potensi dan Manfaatnya. Kanisius.
Sa’roni, T. Sadjimin, M. S. dan Z. (2004). Effectiveness of The Sauropus
Androgynus (L.) Merr Leaf Extract In Increasing Mother’s Breast Milk
Production. Jurnal Efektifitas Daun, 20–25.
Santoso, H. B. (2008). Ragam dan Khasiat Tanaman Obat (I). Agromedika
Pustaka.

15
Santoso, U. (2009). Manfaat Daun Katuk Bagi Kesehatan Manusia dan
Produktivitas Ternak.
Savitri, A. (2016). Tanaman Ajaib!Basi Penyakit dengan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga). Bibit Publisher.
Soekarto, S. (1985). Penilaian Organoleptik. Bathara Karya Aksara.
Suwanti, E. dan K. (2016). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten (V). Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan.
Tamer, C.E., Incedayi, B., Copur, O.U., & Karmea, M. (2013). A Research n
The Fortification Application for Jelly Confectionery. Journal of Food,
Agriculture, and Environmental.
Winarno, F. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia.
Agoes, A. (2010). Tanaman Obat Indonesia (I). Salemba Medika.
Agustal, A., M. H. dan C. (1997). Analisis kandungan kimia ekstrak daun katuk
Sauropus androgynus (L) Merr dengan GCMS (3rd ed.). Warta Tumbuhan
Obat Indonesia.
Apriadi S. (2015). Cara Mengolah Daun Katuk Untuk Menyusui.
Buckle KA Ra, Edwards GH, F. dan M. W. (1987). Ilmu Pangan. Hari Purnomo
dan Adiono UI Press. Jakarta.
Cahyadi, W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan
(2nd ed.). Bumi Aksara.
DepKes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Hall, J. and G. (2010). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12th
ed.). SoundersElsevier.
Kementerian Negara Republik Indonesia. (2017). Farmakope Herbal Indonesia
(II). Kementerian Negara Republik Indonesia.
Kodrat, L. (2010). Dahsyatnya ASI & Laktasi. Yogyakarta Media Baca.
Mufdillah, Subijanto, Sutisna, E. &, & Akhyar, M. (2017). Pedoman
Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI Ekslusif. Peduli ASI
Ekslusif, 0–38.
Prajonggo, T. (1983). Penelitian Pendahuluan Pengaruh Daun Saurapus
androgynus Merr. Terhadap Gambaran Histologi Kelenjar Susu Mencit
Betina yang Menyusui. Universitas Farmasi.
Prasetyono, D. S. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Diva Press Yogyakarta.
Rahmanisa. (2015). Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum (III (8) (Ed.)).

16
Mahakam.
Rahmanisa, S. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun. Katuk
(Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI Majority.
Rukmana, R. dan I. M. H. (2003). Katuk, Potensi dan Manfaatnya. Kanisius.
Sa’roni, T. Sadjimin, M. S. dan Z. (2004). Effectiveness of The Sauropus
Androgynus (L.) Merr Leaf Extract In Increasing Mother’s Breast Milk
Production. Jurnal Efektifitas Daun, 20–25.
Santoso, H. B. (2008). Ragam dan Khasiat Tanaman Obat (I). Agromedika
Pustaka.
Santoso, U. (2009). Manfaat Daun Katuk Bagi Kesehatan Manusia dan
Produktivitas Ternak.
Savitri, A. (2016). Tanaman Ajaib!Basi Penyakit dengan TOGA (Tanaman Obat
Keluarga). Bibit Publisher.
Soekarto, S. (1985). Penilaian Organoleptik. Bathara Karya Aksara.
Suwanti, E. dan K. (2016). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten (V). Jurnal Terpadu Ilmu
Kesehatan.
Tamer, C.E., Incedayi, B., Copur, O.U., & Karmea, M. (2013). A Research n
The Fortification Application for Jelly Confectionery. Journal of Food,
Agriculture, and Environmental.
Winarno, F. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia.

17
LAMPIRAN

Gambar 1 : Formula 1 Gambar 2 : Formulasi 2 Gambar 3 : Formulasi 3

Gambar 4 : Formulasi 4 Gambar 5 : Bahan Pembuatan permen jeli

Gambar 6 : Bahan Pembuatan sari perasan Gambar 7 : hasil perasan


Daun Katuk

18

Anda mungkin juga menyukai