Anda di halaman 1dari 8

Agus Pramono1, Jumiadi2 (2011), TRANSMISI, Vol-VII Edisi-1/ Hal.

675 - 682

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP DENSITAS DAN


POROSITAS KOMPOSIT LOGAM (Al-SiC) HASIL PROSES METALURGI
SERBUK
Agus Pramono 1, Jumiadi 2
Abstraksi
Pembuatan komposit matrik logam paduan Al-SiC telah banyak dilakukan oleh para peneliti melalui teknik
metalurgi serbuk. Alasan penelitian bidang metal matrix composite dengan sistem metalurgi serbuk adalah
karena memungkinkan tercampurnya penguat secara baik dan merata. Komposit matrik logam Al-SiC
merupakan bahan paduan dari jenis material yang berbeda, sebagai matrik dalam hal ini adalah aluminium
dan sebagai penguatnya adalah partikel SiC (keramik) yang dibuat dengan teknik metalurgi serbuk. Pada
penelitian ini, komposit Al-SiC dengan variasi temperatur sinter 450oC, 500oC dan 550oC, dengan tekanan
1900 Psi dan lama penahanan 60 menit. Pengujian meliputi uji densitas dan uji porositas. Hasil penelitian
menunjukan bahwa temperatur sintering berpengaruh terhadap densitas dan porositas dari produk komposit
Al-SiC.
Kata Kunci : Metalurgi Serbuk, Komposit Al-SiC, Temperatur Sintering, Densitas, Porositas

PENDAHULUAN masing-masing material penyusun untuk


Perkembangan teknologi yang begitu menghasilkan material baru dengan sifat
cepat memberi suatu ide baru dalam yang unik dibandingkan sifat material dasar
menghasilkan sebuah inovasi, melalui sebelum dicampur dan terjadi ikatan
pengembangan material (advanced permukaan antara masing-masing material
materials). Pemilihan material untuk suatu penyusun (Gibson, 1994).
komponen atau struktur umumnya terdiri atas Pembentukan komposit matrik logam
beberapa aspek seperti kekuatan, berat jenis, dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah
ketahanan korosi, dan ketahanan temperatur satu di antaranya pembentukan dengan
tinggi. Penggunaan bahan dasar logam telah metode metalurgi serbuk. Metalurgi serbuk
lama dikembangkan untuk produk industri merupakan salah satu metode pembuatan
karena logam memiliki sifat mekanis dan komposit berbasis serbuk yang diawali
elektrik yang baik. Namun di samping itu proses pencampuran, kompaksi dan proses
logam juga memiliki kelemahan seperti masa sintering. Keuntungan dari metalurgi serbuk
jenisnya yang besar. Oleh karena itu perlu adalah komponen produk yang dihasilkan
dikembangkan suatu alternatif baru yang bisa langsung dapat digunakan tanpa perlu
digunakan untuk menunjang material logam dilakukan proses permesinan dan dapat
untuk kebutuhan industri tersebut, yaitu diproduksi dalam skala kecil maupun masal.
dengan membuat material komposit. Jenis komposit yang banyak dikembangkan
Komposit adalah perpaduan dari bahan yang industri otomotif adalah komposit yang
dipilih berdasarkan kombinasi sifat fisik bermatrik logam (Metal Matrix Composite),
1
Dosen Jurusan Metalurgi Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Cilegon - Banten
2
Dosen Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang

675
yaitu komposit bermatrik aluminium 6061 ditambahkan dengan penguat SiC
(Aluminium Matrix Composite). Saat ini sehingga akan terbentuk komposit Al seri
AMC digunakan dalam industri otomotif 6061/SiC. Dengan adanya penguat SiC dalam
seperti piston, disk brake, gear, dan engine komposit yang terbentuk maka ketangguhan
block. Material matrik aluminium 6061 matrik pembentuknya akan meningkat,
dengan penguat keramik SiC merupakan ketahanan temperatur tinggi, keras dan
kombinasi yang sangat sesuai dalam ketahanan aus (www.azom.com)
meningkatkan performa mekanik dan Metalurgi serbuk adalah teknik
ketahanan dalam kerusakan korosif. Pada pembentukan logam dalam keadaan padat, di
pembuatan yang memiliki sifat material mana bahan logam dibuat dengan ukuran
penyusun berbeda maka komposit antar partikel yang halus. Proses pembentukan
material harus berikatan dengan kuat, adalah bahan serbuk dimasukkan ke dalam
sehingga perlu adanya penambahan wetting cetakan kemudian dilakukan kompaksi.
agent (Pramono, 2008). Salah satu wetting Setelah dilakukan kompaksi, serbuk
agent yaitu magnesium, penggunaan membentuk green body yang sesuai dengan
magnesium ini dilakukan untuk menjadi bentuk cetakan yang diinginkan. Green body
pengikat antara matrik aluminium dengan tersebut disinter dengan tujuan agar terjadi
penguat SiC. pergerakan atom dalam bahan partikel serbuk
Kompaksi adalah proses pemadatan sehingga menghasilkan rongga di dalam
(solidifikasi) serbuk menjadi bentuk yang bahan yang akan mempengaruhi berat
diinginkan untuk memperoleh dimensi yang jenisnya.
presisi dan agar material tidak mudah hancur
KAJIAN TEORI
apabila dipindah-pindahkan, kompaksi pada
Bentuk Serbuk
cetakan dengan transmisi satu penekanan
Bentuk-bentuk serbuk ada berbagai
(single compaction), semakin tinggi
macam tergantung dari proses
kompaksi komposit semakin tinggi pula sifat
pembuatannya. Bentuk bulat adalah bentuk
mekaniknya. Pada penelitian ini dilakukan
yang paling baik karena memberikan
variasi temperatur sinter yang digunakan
kerapatan yang baik saat dilakukan
adalah 450oC, 500oC, dan 550oC dengan
kompaksi. Berbagai macam bentuk serbuk
tekanan 9 ton. Aluminium seri 6061 adalah
dapat dilihat pada Tabel 1.
paduan Aluminium yang memiliki sifat
mampu bentuk yang baik, ketahanan korosi,
dan ulet. Namun aluminium seri 6061
ternyata memiliki sifat yang kurang tanguh.
Untuk memperbaiki sifat dari aluminium seri
6061 ini maka dalam matrik aluminium seri

676
Agus Pramono1, Jumiadi2 (2011), TRANSMISI, Vol-VII Edisi-1/ Hal. 675 - 682

Tabel 1. Jenis-jenis Partikel Serbuk Kompaksi dapat dilakukan dengan satu arah
(Kalpakjian, 2003)
sumbu atau dua arah sumbu. Kompaksi dua
arah ini bisa jadi dengan arah berlawanan.
Kebanyakan proses kompaksi
menggunakan penekan (punch) atas dan
bawah. Pada gambar 1 terlihat jenis
kompaksi yaitu single punches. Penekan
bawah sekaligus berfungsi sebagai injektor
untuk mengeluarkan benda yang telah
dicetak. Permukaan dalam cetakan (die)
Ukuran serbuk dapat diketahui dengan
harus halus untuk mengurangi gesekan.
melakukan pengukuran serbuk. Untuk
menganalisa ukuran partikel, teknik yang
digunakan adalah teknik screening. Partikel
yang lolos dari screen adalah partikel yang
lebih kecil dan partikel yang tertinggal adalah
partikel yang lebih besar. Satuan metode ini
adalah mesh. Tabel standar mesh dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Standar Mesh (German, 1994)

Gambar 1. Skema Proses Kompaksi


(Rusianto, 2009)

Persen Fraksi Volume


Persen fraksi volume adalah
banyaknya partikel penguat yang
ditambahkan dalam cetakan logam dan
diukur berdasarkan persen dari logam
dasarnya (matrik). Penambahan fraksi
Proses Kompaksi
volume yang dimasukan ke dalam cetakan
Proses kompaksi adalah memampatkan
logam, mempengaruhi terhadap perubahan
serbuk sehingga serbuk akan saling melekat
viskositas. Sifat viskositas komposit pada
dan rongga udara antar partikel akan
kondisi padat mengalami perubahan akibat
terdorong keluar. Semakin besar tekanan
fraksi volume, bentuk dan ukuran partikel
kompaksi jumlah udara (porositas) di antara
yang ditambahkan. Di samping itu pengaruh
partikel akan semakin sedikit, namun
kondisi proses, seperti proses kompaksi, lama
porositas tak mungkin mencapai nilai nol.
penahanan dan proses sintering dapat

677
merubah sifat viskositasnya. Komposit dalam sinter padat yang dilakukan di bawah
kondisi padat yang mengandung partikel temperatur lebur dari bahan tersebut.
penguat, sifat viskositasnya dapat dinyatakan
dengan perbandingan tegangan geser (shear
stress) dan laju pergeseran (shear rate).
Proses Sintering
Istilah sintering berasal dari bahasa Gambar 2. Proses Sintering
Jerman, “sinter” dalam bahasa Inggris seasal Lapisan Interface Komposit
dengan kata “cinder” yang berarti bara. Komposit merupakan kombinasi dua
Sintering merupakan metode pembuatan bahan yang memiliki sifat berbeda dan
material dari serbuk dengan pemanasan menghasilkan sifat yang baru dari material
sehingga terbentuk ikatan partikel. Sintering komposit tersebut. Setiap material Komposit
adalah pengikatan bersama antar partikel memiliki lapisan interface yang merupakan
pada suhu tinggi. Sintering dapat terjadi lapisan antar muka antara matrik dan
dibawah suhu leleh (melting point). Proses penguat. Interface adalah lapisan antar muka
sintering merupakan tahap lanjutan setelah matriks dan penguat yang memberikan
pembuatan green body dari proses kompaksi. kekuatan pada material komposit sehingga
Sintering sendiri terjadi pada temperatur memiliki sifat mekanis yang bagus sehingga
berkisar antara 70% sampai 90% dari pada aplikasinya komposit dapat digunakan
temperatur leleh (Henry H., 1982 ). untuk bahan-bahan yang bisa menerima
Peralatan yang paling penting dalam pembebanan (Kim kyo Jang, Wing Mai).
proses sintering adalah dapur sinter. Dapur Lapisan interface dari material komposit
ini harus dapat mengatur temperatur, waktu dapat dilihat pada gambar 3.
pemanasan, kecepatan pemanasan dan
lingkungan dalam dapur itu sendiri.
Pemilihan dapur sinter bergantung pada
penggunaannya. Secara umum pemilihannya
tergantung pada daerah kerja, ukuran green
body, atmosfer atau lingkungan yang
diinginkan dan biaya produksinya.
Pemilihan temperatur sinter untuk
Gambar 3. Lapisan Interface Komposit
terjadinya ikatan antar partikel akan sangat (Pramono, 2008)
tergantung dari jenis material itu sendiri.
Dari gambar 3 dapat kita lihat bahwa
Tidak ada kondisi temperatur yang tepat
lapisan interface material komposit matrik
untuk proses sinter pada suatu bahan tertentu,
logam berada diantara partikel penguat dan
akan tetapi ada ketentuan umum mengenai
matrik. Dibandingkan dengan material

678
Agus Pramono1, Jumiadi2 (2011), TRANSMISI, Vol-VII Edisi-1/ Hal. 675 - 682

monolitik, mikrostruktur dan interfasial pada


komposit MMCs saling berkaitan. Interaksi
dan reaksi kimia antara matrik dan
penguatnya ditentukan oleh adesi interfasial,
karakteristik komponen pembentuk komposit
dan karakteristik mekaniknya. Terbentuknya
Gambar 5. Serbuk SiC
fase pada daerah interfasial matrik dan
Bahan coupling agent : serbuk Mg.
penguat material komposit sangat ditentukan
pada saat proses produksi dan karakteristik
material metal komposit. Fase interfasial
yang terbentuk menentukan adhesifitas dari
matrik dan penguatnya. Pada prinsipnya
komposit yang dibentuk dari matrik dan
penguat keramik, agar terjadi adhesifitas
Gambar 6. Serbuk Magnesium
yang baik sangat ditentukan oleh kebasahan
Proses Kompaksi
(wettability) antar material-material
Proses kompaksi merupakan proses
pembentuk komposit. Konsep reaksi
lanjutan setelah pencampuran antara matrik
interfasial pada material komposit sangat
Al dan penguat SiC dimana serbuk
penting, karena hal tersebut akan
dimasukkan ke dalam cetakan logam
menghasilkan fase baru dan energi-energi
berbentuk silinder dengan lubang diameter
interfasialnya dapat dirubah secara subtansial
15 mm, dan tinggi 60 mm kemudian ditekan
sehingga kebasahan atau perekatan antara
dengan tekanan 1900 psi ditahan selama
penguat dan matrik dapat terjadi dengan baik.
30 menit bertujuan untuk memadetkan
METODOLOGI PENELITIAN serbuk sehingga distribusi serbuk akan
Logam Matriks : Serbuk Aluminium merata dan melekat. Semakin besar tekanan
paduan seri 6061. kompaksi dan semakin kecil ukuran partikel
maka jumlah udara (porositas) di antara
partikel akan semakin sedikit, alat yang
digunakan menggunakan mesin kompaksi
manual.
Proses Sintering
Sintering merupakan metode
Gambar 4 Serbuk Aluminium
pembuatan material dari serbuk dengan
Bahan penguat : serbuk SiC dengan ukuran
pemanasan sehingga terbentuk ikatan partikel
partikel 320# mesh.
dimana sintering dapat terjadi dibawah titik

679
lebur Al 660oC. Tujuan dilakukan proses ini Tabel 3. Data Hasil Pengujian Densitas
terbentuknya ikatan-ikatan partikel dan
Fraksi Temperatur Densitas
No
terjadinya homogenisasi partikel sehingga Volume Sinter (0C) gr/cm3

kepadatannya bertambah. Dari hasil 1 4500C 2,80


70% Al
2 5000C 2.72
30% SiC
kompaksi, dilakukan proses sintering pada 3 5500C 2,66
muffle furnace dengan temperatur 450oC, 4 4500C 3,28
60% Al
o o
500 C dan 550 C dengan holding time 5 5000C 3,10
40% SiC
6 5500C 2,71
60 menit. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses sintering Tabel 4. Data Hasil Pengujian Porositas
diantarannya ukuran partikel, atmosfir Fraksi Temperatur Porositas
No
sintering, suhu, waktu tahan dan kecepatan Volume Sinter (0C) (%)
1 4500C 30,0
pemanasan. 70% Al
2 30% SiC 5000C 49,0
3 5500C 52,2
4 4500C 48,3
60% Al
5 40% SiC 5000C 56,0
6 5500C 58,4

Pengaruh temperatur sinter dan variasi


fraksi volume terhadap densitas
Pada Gambar 8 menunjukkan
hubungan temperatur sinter dan fraksi
Gambar 7. Hasil Sintering
volume terhadap densitas.
Pengujian Densitas dan Porositas
Densitas merupakan pengukuran
massa suatu benda per unit volume dan
satuan yang biasa digunakan adalah
3 3
gram/cm atau lb/inch . Hasil yang diperoleh
dalam pengujian ini adalah: berat kering
(Wc), berat basah di uadara (Wh) dan berat
Gambar 8 Pengaruh Temperatur Sinter
basah di air (Wa), nilai porositas dihitung Dan Variasi Fraksi Volume Terhadap
dengan persamaan (ASM Hand Book Vol 1, Densitas

1991). Dari gambar 8 dapat lihat bahwa


P = (Wb – Wc) / (Wb – Wb) densitas dipengaruhi oleh temperatur, dimana
Adapun nilai untuk densitas dihitung dengan densitas menurun dengan meningkatnya
persamaan (ASM Hand Book Vol 1, 1991) : temperatur sinter. Pada fraksi volume
o
D = (Wc) / (Wb – Wa) 70:30% pada temperatur 550 C nilai densitas
terendah diperoleh sebesar 2,66 g/cm3 dan
nilai densitas yang paling tinggi terdapat

680
Agus Pramono1, Jumiadi2 (2011), TRANSMISI, Vol-VII Edisi-1/ Hal. 675 - 682

pada temperatur 450oC dengan nilai densits porositas mengalami peningkatan dengan
sebesar 2,80 g/cm3. Pada fraksi volume bertambahnya temperatur. Pada fraksi
60:40% pada temperatur 550oC nilai densitas volume 70:30% pada temperatur 450 oC nilai
terendah diperoleh sebesar 2,71 g/cm3 dan porositas terendah diperoleh sebesar 30% dan
nilai densitas yang paling tinggi terdapat nilai densitas yang paling tinggi terdapat
pada temperatur 450oC dengan nilai densits pada temperatur 550oC dengan nilai porositas
sebesar 3,28 g/cm3. Hal ini disebabkan sebesar 52,2%. Pada fraksi volume 60:40%
distribusi penguat terhadap matrik tidak pada temperatur 450oC nilai porositas
merata sehingga terjadi penggumpalan terendah diperoleh sebesar 48.3% dan nilai
partikel penguat dalam satu tempat dimana porositas yang paling tinggi terdapat pada
densitas turun maka porositas naik hal itu temperatur 550oC dengan nilai porositas
dapat dilihat pada grafik porositas. sebesar 58,4%.
Pengaruh temperatur sinter dan variasi
KESIMPULAN
fraksi volume terhadap porositas
Dari penelitian pembuatan material
komposit matrik logam Al-SiC dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai densitas paling rendah dicapai pada
temperatur 550oC dan fraksi volume
70:30% sebesar 2,66 g/cm3 dan nilai
tertinggi didapat pada temperatur 450oC
Gambar 9. Pengaruh Temperatur dan fraksi volume 60:40% sebesar
Sinter Dan Variasi Fraksi Volume 3
3,28 g/cm .
Terhadap Porositas
2. Nilai porositas paling rendah dicapai
Pada gambar 9 menunjukkan
sebesar 30% dan nilai tertinggi sebesar
hubungan temperatur sinter dan fraksi
58,4%.
volume terhadap porositas. Salah satu
penyebab kegagalan suatu material adalah DAFTAR PUSTAKA
keberadaan porositas. Porositas bisa ASM Hand Book, 1982, Powder Metallurgy,
Vol 7
diakibatkan oleh penyusutan atau oleh gas
Henry H. Hausne, Dr. M. Kumar Mal., Hand
terperangkap ini di buktikan pada penelitian
Book of Powder Metallurgy, Second
Widyastuti (2008). Penyusutan terjadi pada Edition, USA.
saat proses kompaksi dan sintering, hal ini Gibson, Ronal F., 1994, Introduction To
Physical Metallurgy, Second edition.
dihasilkan dari pengurangan volume yang
McGraw-Hill. Inc.New York.
diikuti oleh kekerasan yang menurun. http://www.azom.com, Alloy Al seri 6061”,
Dari data pengujian porositas material diakses tanggal 17/07/2010.
komposit Al-SiC menunjukan bahwa nilai

681
Kim Kyo Jang, Wing Mai Yiu., Interface In
Composites, Volume 13, Australia.
Departtment Of Mechanical Enginering.
Pramono A., 2008. Komposit Sebagai Trend
Teknologi Masa Depan, Untirta.
Cilegon.
Widyastuti., 2008, Kompaktibilitas
Komposit Isotropik Al-Al2O3 Dengan
Variabel Waktu Tahan Sinter, Teknik
Material dan Metalurgi, Fakultas Teknik
Industri, ITS Surabaya.

682

Anda mungkin juga menyukai