Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH PENGENMBANGAN KEPRIBADIAN TERINTEGRASI


JATI DIRIKU SEBAGAI CENDEKIA

Disusun oleh
Cecilia Grace Aveline Simamora
NPM 2106731756

FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
PROGRAM SARJANA REGULER
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................................... 2
A. Sistematika Filsafat ........................................................................................... 2
B. Karakteristik Filsafat ......................................................................................... 3
C. Berpikir Filosofis .............................................................................................. 3
BAB III. PENUTUP ........................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat lahir dan berkembang pertama kali pada zaman Yunani Kuno. Secara
etimologis, filsafat berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Philosophia. “Philos” artinya
cinta dan “Sophia” yang artinya kebijakan. Untuk itu, Philoshophia atau filsafat
diartikan sebagai cinta kebijaksanaan. Munculnya ilmu filsafat pada zaman Yunani ini
merupakan periode penting, karena saat itu terjadi perubahan pola piker manusia yang
mitosentris (pola pikir masyarakat yang sangat percaya pada mitos), menjadi logo-
sentris. Seorang filsuf Yunani Kuno, Phytagoras (582-496SM), menggunakan kata
pilosophia sebagai reaksi bagi para cendekiawan pada masanya yang beranggapan
dirinya adalah ‘ahli pengetahuan.’
Namun ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang terus mengalir dan berkembang,
sehingga kata philosophia bukan berarti pengetahuan tentang melakukan segala
sesuatu, namun pengetahuan akan eksistensi manusia dan alam semesta. Maka dari itu,
Phytagoras menyebutkan bahwa kata ini lebih merujuk pada kecintaan untuk selalu
mencari pengetahuan dan kebijaksanaan. Dari sinilah lahir kata filsof atau filsuf, yaitu
pecinta kebijaksanaan. Pengetahuan ini diperoleh dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan akan kejadian yang menimbulkan rasa ingin tahu. Plato (427-348 SM)
mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai
kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak ditangan Tuhan.
Tanpa sadar, filsafat banyak digunakan dan diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam penggunaan popular, filsafat dapat diartika debagai pendirian hidup
(individu) ataupun pandangan masyarakat. Untuk itu, tanpa sadar setiap orang memiliki
pegangan hidup filosofis. Contohnya, kepercayaan bahwa hidup itu seperti oksigen,
menghidupi orang lain dan diri sendiri. Kepercayaan bahwa hidup harus bermanfaat
bagi orang lain, dan kepercayaan filosofis lainnya. Akan tetapi, pegangan filosofis ini
adalah pandangan subjektif dan tidak bisa dinyatakan sebagai benar ataupun salah.
Mudahnya, kita dapat memperhatikan subjeknya (filsuf). Filsuf dapat
dianalogikan dengan keingintahuan anak-anak, yang selalu mempertanyakan “Why?”
dalam setiap hal yang tidak mereka ketahui. Bahkan hal-hal sederhana yang lazimnya
di anggap biasa dalam kehidupan sehari-hari karena sudah menjadi kebiasaan. Filsafat
merupakan sebuah seni untuk bertanya (the art of questioning).
Seorang filsuf akan memperhatikan pengalaman manusia dalam skala yang
lebih besar. Pandangan yang lebih luas ini memungkinkan ia melihat segala sesuatu
secara menyeluruh, memperhitungkan tujuan yang seharusnya. “Mengapa kita ada?”,
“Apa tujuan kita ada?”, “Bagaimana ruang dan waktu terbentuk?”. Namun ilmu
pengetahuan terus berkembang kea rah yang lebih spesifik dalam setiap cabangnya.
Filsafat saat ini berperan sebagai disiplin lapis kedua yang bertugas untuk
mengklarifikasi makna dan konsep.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistematika Filsafat
Filsafat dibagi menjadi beberapa pembagian berdasarkan sistematikanya untuk
memudahkan kita mengenal filsafat.
1. Ontologi
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu On (Ontos) yang artinya ada dan logos
yang artinya ada. Sehingga secara etimologis, ontology artinya ilmu mengenai yang
ada (eksistensi, realitas). Ontologi dibagi menjadi dua, yaitu ontologi dan
metafisika. Ontologi mengacu pada sesuatu yang keberadaannya dapat dirasakan
secara fisik, dan metafisika yang mengkaji realitas yang bersifat konseptual (tak
terjangkau oleh indra, seperti jiwa, roh, dan sebagainya).

2. Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang berhubungan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan lingkungan, pengandaian, dasar, dan pertanggungjawaban
atas pengetahuan yang dimiliki. Cabang ini mengkaji tentang keabsahan ilmu
pengetahuan.
a. Filsafat Ilmu Pengetahuan
Merupakan cabang filsafat yang mengkaji ciri-ciri dan cara-cara memperoleh
ilmu pengetahuan (dalam hal ini adalah pengetahuan ilmiah atau science).
b. Metodologi
Merupakan cabang filsafat yang mengkaji cara-cara dan metode-metode ilmu
pengetahuan yang sistematis, logis, dan teruji.
c. Logika
Merupakan kajian filsafat yang mempelajari teknik-teknik dan kaidah-kaidah
penalaran yang tepat.

3. Aksiologi
Aksiologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu axia yang artinya nilai dan logos yang
artinya ilmu, kajian, atau prinsip. Untuk itu, secara etimologi, aksiologi adalah
sebuah studi tentang nilai-nilai.
a. Etika
Merupakan cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan
kebaikan dan perilaku baik
b. Estetika
Berasal dari Bahasa Yunani, aisthetikos, yang berarti I perceive, feel, sense.
Estetika mengkaji pengalaman dalam menanggapi sesuatu yang dalam konteks
tertentu bisa indah atau tidak.

2
B. Karakteristik Filsafat
Filsafat memiliki 4 karakteristik, yaitu kritis, radikal, sistematis, dan rasional.
Pemikiran filosofis tidak dihasilkan begitu saja tanpa proses. Karakteristik dari filsafat
ini merupakan proses pemikiran filsuf sehingga menghasilkan produk filsafat.
Kritis, berarti kemampuan menilai. Dalam berfilsafat, seseorang harus mampu
memilah-milah objek yang dikaji. Seseorang harus mampu berpikiran terbuka dan
melihat segala kemungkinan yang ada, dengan tetap berhati-hati dalam mengevaluasi
informasi sebelum informasi tersebut diterima, ditolak, ataupun dipertimbangkan
Radikal, yang artinya mendalam, sampai ke akar-akarnya. Dengan berpikiran
kritis, memampukan kita untuk melihat lebih jauh, luas, dan mendalam. Artinya, tidak
menerima informasi yang ada begitu saja, namun mencari informasi lebih terhadap
suatu informasi, sampai paham betul permasalahan sampai pada akarnya.
Sistematis, artinya teratur. Artinya pula, dalam alur pencarian informasi dan
penyelesaian masalah, semuanya teratur, runtur, dan bertahap. Hal ini berkaitan dengan
kevalidalitasan yang artinya pula berhubungan dengan logika.

C. Berpikir Filosofis
Dalam berpikir filosofis, diperlukan pemikiran yang kritis dan kreatif. Kritis
dalam filsafat adalah Ketika seseorang menyampaikan teori-teori yang dapat
mendukung ataupun menolak pernyataan yang ada. Kekritisan ini juga tidak lepas dari
pola piker kreatif. Contohnya, Ketika sedang berdiskusi kota mana yang akan
dikunjungi untuk liburan keluarga. Bagian kreatif adalah saat anggota keluarga
mengajukan tempat-tempat yang dianggap bagus untuk dikunjungi, dan kritis adalah
saat anggota keluarga memberikan alasan, teori, ataupun argumen Ketika mengusulkan
ataupun menolak. Untuk memutuskan sisi yang lebih baik, dapat digunakan “Reasons
against VS Reasons for”. Dengan memperharikan sisi mana yang lebih memiliki
pendukung, maka keputusan dapat diambil.
Dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran filosofis sangat diperlukan. Pemikiran
filosofis membantu kita melihat segala sesuatu dalam skala yang lebih luas, analisis
yang lebih kritis, mencari informasi dengan lebih akurat dan mendalam, dan
memperhatikan aspek validalitas atau logika. Pemikiran ini membantu kita tidak hanya
melihat “what”,”who”,”when”, ataupun “where”, namun juga “how” dan “why”.
Pertanyaan filsafat bersifat terbuka sehingga membuat kita semakin mampu
melihat lebih jauh. Dengan melihat lebih jauh, kita menjadi sadar akan banyaknya
keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Keterbatasan ini membuat kita lebih mau
untuk belajar dan mencari tahu dan memperbaiki diri.

3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat kita
tidak berhenti untuk terus mencari tahu tentang hakikat alam semesta dan eksistensi
manusia. Setiap orang memiliki kepercayaan filosofis sendiri yang berarti filsafat
merupakan ilmu yang tidak terbatas terhadap pertanyaan tertutup. Filsafat merupakan
ilmu yang terus mempertanyakan “why” dan “how” dalam perkembangannya. Filsafat
membuat seseorang mampu berpikir kritis, analisi yang radikal atau mendalam, tidak
menerima informasi begitu saja, sistematis dan runtut, dan berlandaskan aspek
validalitas atau logika. Untuk itu, pemikiran filosofis sangat penting, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Berpikir filosofis membangkitkan kesadaran akan keterbatasan
pengetahuan yang kita miliki selama ini, Keterbatasan ini memberikan dorongan untuk
terus mencari tahu dan mengembangkan serta memperbaiki diri.

4
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Nur A. Fadil. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Jakarta: Publishing.
Hadinata, Fristian dan Irmayanti Meliono. 2017. Filsafat [E-book]. Dalam Buku Ajar
MPKT A (p. 16-27). Depok : Universitas Indonesia.
Suaedi. 2016. Pengantar Ilmu Filsafat. Bogor: IPB Press.
Sumanto, Edi. 2019. Filsafat Jilid I. Bengkulu: Rumah Cetak Vanda.
Suraiyo. 2013. Filsafat Ilmu Perkembangan di Indonesia Suatu Pengantar. Jakarta:
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai