Anda di halaman 1dari 9

BERDIRI UNTUK ORANG LAIN BISA MASUK NERAKA ?

Afwan abi mau nanya apakah benar ada hadits seperti ini, atau pemahamannya yang salah ?

Jawaban

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Hadits dalam gambar tersebut memang ada, disebutkan dalam musnad imam Ahmad dan juga sunan
Abu Daud dengan derajat hadits yang shahih. Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ْأ‬
ِ َّ‫َم ْن َأ َحبَّ َأ ْن يَ ْمثُ َل لَهُ ال ِّر َجا ُل قِيَا ًما فَ ْليَتَبَ َّو َم ْق َع َدهُ ِم ْن الن‬
‫ار‬

“Barangsiapa senang melihat orang lain berdiri karenanya, maka hendaklah ia menempati tempat
duduknya di neraka.”

Sedangkan hadits serupa juga terdapat dalam kitab Adabul Mufrad karya imam Bukhari, dari Muawiyah
radhiyallahu'anhu Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda :

‫ْأ‬
ِ َّ‫َم ْن َس َّرهُ َأ ْن يُ ْمثَ َل لَهُ ِعبَا ُد هللاِ قِيَا ًما فَ ْليَتَبَ َّو بَ ْيتًا فِ ْي الن‬
‫ار‬

“Barangsiapa yang menyukai hamba-hamba Allah berdiri menghormatinya maka hendaklah ia


menyiapkan rumahnya dari api neraka.”

Dalam adabul Mufrad, disebutkan bahwa Anas bin Malik mengatakan :

‫ لما يعلمون من كراهيته لذلك‬,‫ وكانوا إذا رأوه لم يقوموا له‬,‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫لم يكن شخص أحب إليهم من النبي‬
“Tidak ada seorang pun yang lebih dicintai oleh para shahabat selain Nabi ‫ﷺ‬. Dan apabila mereka
melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambutnya, karena mereka tahu bahwa Nabi ‫ﷺ‬
membencinya.”

Berdasarkan hadits-hadits di atas, apakah kesimpulannya berdiri untuk menyambut tamu yang datang
atau untuk menghormati guru yang dilakukan oleh para murid-murid selama ini hukumnya adalah
haram ?

Sebentar, jangan terlalu terburu-buru begitu dalam menyimpulkan hukum agama. Bagi orang awam, jika
menemukan ayat atau hadits, sudah seharusnya menyimak penjelasan para ulama dengan baik terlebih
dahulu.

Karena dalil itu untuk bisa disimpulkan hukumnya, bukan hanya masalah sebatas shahih atau tidaknya,
tapi juga berkaitan dengan banyak hal termasuk perlu dikompromikan dengan dalil-dalil yang lain.

Termasuk dalam masalah ini, ada beberapa hadits yang sepintas bertentangan dengan dalil di atas,
karena Nabi ‫ ﷺ‬justru pernah berdiri menyambut kedatangan orang lain dan beliau juga pernah
memerintahkan para shahabat untuk berdiri menyambut seseorang yang ditokohkan.

Sangat tidak mungkin tentunya, Nabi ‫ ﷺ‬melakukan sesuatu yang diharamkan dan memerintahkan
orang lain untuk melakukannya bukan ? Karenanya, mari kita simak hadits-hadits dan penjelasan ulama
tentangnya.

1.Rasulullah ‫ ﷺ‬pernah memerintahkan shahabat berdiri

Ketika salah satu tokoh dari kalangan Anshar, yakni shahabat yang mulia Sa’ad bin Mu’adz radhiallahu
‘anhu datang, Nabi ‫ ﷺ‬bersabda kepada para shahabat yang ada di sekeliling beliau :

‫قُو ُموا ِإلَى َسيِّ ِد ُك ْم‬


“Berdirilah kalian untuk pemimpin kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri menyambut kedatangan Ikrimah

Ketika Ikrimah bin Abu Jahal radhiyallahu’anhu masuk Islam ia datang menemui Rasulullah ‫ﷺ‬,

َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َوث‬


‫ب ِإلَ ْي ِه فَ ِرحًا‬ َ ِ ‫فَلَ َّما َرآهُ َرسُو ُل هَّللا‬

“Ketika Rasulullah melihatnya, beliau berdiri melompat ke arahnya karena gembiranya.” (HR. Malik)

3. Rasulullah ‫ ﷺ‬berdiri menyambut Fatimah

Dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha beliau berkata :

‫إذا رأها اقبلت رحب بها ثم قام إليها فقبلها ثم أخد بيدها فجاء بها حتى يجلسها في مكانه‬

“Apabila Nabi ‫ ﷺ‬melihat Fatimah datang beliau menyambutnya serta berdiri untuknya, lalu
menciumnya sambil memegang erat tangan Fatimah itu. Kemudian Nabi menuntun Fatimah sampai
mendudukkannya di tempat beliau biasa duduk. (HR. Bukhari)

4. Fatimah berdiri ketika Rasulullah datang

Dari sambungan hadits sebelumnya, Aisyah berkata :

‫ اليه فقبلته‬F‫وكانت إذا اتاها النبي صلى هللا عليه وسلم رحبت به ثم قامت‬
“Sebaliknya, apabila Nabi ‫ ﷺ‬yang datang kepadanya, Fatimah berdiri menyambut Nabi serta mencium
Rasulullah ‫ﷺ‬." (HR. Bukhari)

5. Sebagian shahabat Berdiri untuk Nabi ‫ﷺ‬

Muhammad bin Hilal meriwayatkan dari bapaknya, ia berkata :

ُ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ ِإ َذا َخ َر َج قُ ْمنَا لَهُ َحتَّى يَ ْد ُخل بَ ْيتَه‬ َّ ِ‫ِإ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

“Sesungguhnya jika Nabi ‫ ﷺ‬keluar, kami berdiri untuk menyambutnya, hingga beliau masuk ke dalam
rumahnya.”[1]

Penjelasan ulama

Setelah mengkompromikan antara dalil satu dengan yang lain, para ulama kemudian menjelaskan
tentang hukum bolehnya berdiri untuk menyambut seseorang.

Al imam Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah berkata :

‫إنما‌فيه‌نهي‌من‌يقام‌له‌عن‌السرور‌بذلك‌ال‌نهي‌من‌يقوم‌له‌إكراما‌له‬

“Hadits-hadits larangan berdiri itu adalah bagi orang yang senang jika ada orang yang berdiri untuknya,
bukan larangan bagi orang yang berdiri untuk penghormatan.”[2]

Al imam Ibnu Batthal rahimahullah berkata :

‫ وذلك أن هذا الخبر إنما ينبىء عن نهى رسول هللا للذى يقام له السرور بما يفعل له من‬،‫ فقد ظن غير الصواب‬،‫حجة لمن أنكر القيام للسادة‬
‫ذلك ال عن نهيه القائم عن القيام‬
“Hujjah sebagian kalangan yang mengingkari bagi orang yang berdiri untuk menyambut tokohnya adalah
persangkaan yang tidak benar. Karena hadits larangan berdiri itu ditujukan untuk orang yang senang jika
diperlakukan demikian, bukan larangan untuk yang berdiri bagi orang yang melakukannya.”[3]

Imam Nawawi rahimahullah berkata :

F‫ وقد جمعتها من أثار السلف وأقاويل العلماء‬،‫ وقد جاءت به أحاديث صحيحة‬،‫القيام ألهل الفضل وذوي الحقوق فضيلة على سبيل اإلكرام‬
‫ فالذي نختاره ونعمل به واشتهر‬،‫ وقد أوضحت كل ذلك في جزء معروف‬،‫ والجواب عما جاء مما يوهم معارضتها وليس معارضا‬،‫في ذلك‬
‫ جواز القيام واستحبابه في الوجه الذي ذكرناه‬،‫عن السلف من أقوالهم وأفعالهم‬...

“Berdiri karena menghormati ulama atau orang yang sepantasnya dihormati termasuk perbuatan mulia
dengan maksud menghormati mereka. Ada banyak hadits shahih terkait permasalahan ini. Saya telah
mengumpulkan pandangan-pandangan para salaf dan perkataan ulama tentangnya.

Saya juga menjawab penyelesaian dalil yang dianggap kontradiksi, padahal sejatinya tidak terdapat
kontradiksi dalil dalam kasus ini. Saya telah menjelaskan semuanya pada bagian yang cukup populer.

Pendapat yang kami pilih dan kami amalkan, pendapat ini juga didukung oleh pernyataan ulama salaf,
baik berupa perkataan maupun tindakan, adalah boleh dan dianjurkan berdiri untuk menghormati
kedatangan seseorang sebagaimana yang telah disebutkan.”[4]

Beliau juga berkata :

‫ ويستحب القيام ألهل الفضل كالوالد‬.‫ ولم يصح في النهي عنه شيء صريح‬،‫ وقد جاء فيه أحاديث‬F،‫القيام للقادم من أهل الفضل مستحب‬
‫والحاكم؛ ألن احترام هؤالء مطلوب شرعا وأدبا‬

“Berdiri untuk menyambut kedatangan orang yang memiliki keutamaan adalah disunnahkan. Telah
banyak hadits-hadits yang menyebutkannya. Dan tidak ada dalil yang secara terang melarang dalam
perkara ini.
Sehingga sunnah hukumnya berdiri kepada para pemilik keutamaan seperti kepada kedua orang tua,
orang yang bijaksana, karena memuliakan mereka adalah tuntutan syariat dan adab.”[5]

Qadhi iyadh rahimahullah berkata :

‫ وهو جالس‬،‫وإنما ذلك فيمن يقومون عليه‬

“Adapun adanya larangan (dalam hadits) adalah berdiri kepada seseorang yang dia sedang duduk.”[6]

Abul Ma’ali rahimahullah berkata :

‫وإكرام العلماء وأشراف القوم بالقيام سنة مستحبة‬

“Memuliakan ulama dan tokohnya suatu kaum dengan cara berdiri menyambutnya adalah sunnah
mustahab.”[7]

Ibnul Qayim rahimahullah berkata :

‫ يستحب القيام للوالدين واإلمام العادل وفضالء الناس‬:‫وقد قال العلماء‬

“Para ulama telah menyatakan disunnahkannya berdiri untuk menyambut kedua orang tua, pemimpin
yang adil, dan tokohnya orang banyak.”[8]

Imam al Qulyubi rahimahullah berkata :

‫ويسن القيام لنحو عالم ومصالح وصديق وشريف ال ألجل غنى وبحث بعضهم وجوب ذلك في هذه األزمنة؛ ألن تركه‬
“Dan sunnah hukumnya berdiri untuk ulama, orang-orang shalih, orang jujur dan orang mulia. Tapi tidak
boleh berdiri untuk orang karena kekayaannya.”[9]

Sedangkan disebutkan bahwa Ibnul Haj rahimahullah membagi keadaan berdiri untuk orang lain menjadi
beberapa hukum, yaitu :

‫ وهو أن يقوم إكبارا وتعظيما لمن يحب أن يقام إليه تكبرا وتجبرا‬،‫ يكون القيام محظورا‬:‫األول‬.

Pertama, berdiri yang dilarang. Yakni berdiri untuk menyambut seseorang sebagai bentuk kebesarannya
dan pengagungan kepadanya, yakni orang tersebut memang menyukai diperlakukan seperti itu sebagai
bentuk kesombongan dan keangkuhannya.

‫ وال يتكبر على القائمين إليه‬،‫ وهو قيامه إكبارا وتعظيما وإجالال لمن ال يحب أن يقام إليه‬،‫ يكون مكروها‬:‫الثاني‬.

Yang kedua, makruh. Yakni berdiri sebagai bentuk penghormatan, pengagungan dan bentuk kebesaran
bagi orang yang sebenarnya tidak menyukai diagung-agungkan.

‫ وال يشبه حاله حال الجبابرة‬،‫ وهو أن يقوم تجلة وإكبارا لمن ال يريد ذلك‬،‫ يكون جائزا‬:‫الثالث‬

Yang ketiga, boleh. Yakni berdiri untuk menghormati dan menghargai orang yang tidak menuntut untuk
diperlakukan demikian. Dan orang ini bukanlah termasuk tokoh atau penguasa tiran.

F،‫ ليعزيه بمصاب‬F‫ أو يكون قادما‬،‫ أو للقادم عليه سرورا به لتهنئته بنعمة‬،‫ وهو أن يقوم لمن أتى من سفر فرحا بقدومه‬،‫ يكون حسنا‬:‫الرابع‬
‫وما أشبه‬

Yang keempat, hal yang baik. Yakni berdiri untuk menyambut orang yangd atang dari safar karena
gembira karena kedatangannya, atau untuk menyambut dan mengucapkan selamat kepadanya atau
berdiri menyambut orang yang berduka untuk menghiburnya, dan hal yang semisalnya.”[10]
Kesimpulan

Hadits yang menyebutkan celaan berdiri untuk seseorang adalah ditujukan kepada mereka yang gila
hormat atau yang minta untuk diagung-agungkan dengan cara meminta orang lain untuk berdiri
menyambutnya.

Demikian juga larangannya ini berlaku bila berdirinya untuk menghormati orang dzalim, sombong dan
yang semisalnya.

Sedangkan berdiri untuk menyambut orang yang dimuliakan seperti kedua orang tua, para guru, ulama
dan orang-orang shalih adalah boleh menurut mayoritas ulama, bahkan itu disunnahkan sebagai bentuk
adab kepada mereka.

‫وثبت جواز القيام للقادم إذا كان بقصد إكرام أهل الفضل‬

“Dan telah jelas berdasarkan dalil akan bolehnya berdiri jika ditujukan untuk memuliakan orang-orang
yang mulia.”[11]

Wallahu a’lam.

________

[1] Hadits ini disebutkan oleh al Haitsami dalam Majmu’ Az Zzawaid (8/40), yang imam bazar
menyatakan bahwa para rawinya adalah tsiqah.

[2] Fath al Bari (11/50)

[3] Syarah shahih Bukhari li Ibnu Batthal (9/43)

[4] Fatawa an Nawawi hal. 69

[5] Syarah Shahih Muslim (12/93)

[6] Ibid
[7] Kasyf al Qina (4/264)

[8] Mukhtashar Minhaj al Qashidin hal. 249

[9] Al Qulyubi (3/213)

[10] Al Madkhal li Ibn Haj (1/139)

[11] Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (34/114)

Anda mungkin juga menyukai