Anda di halaman 1dari 1

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

Masih rendahnya angka cakupan penemuan pneumonia Balita tersebut disebabkan


antara lain oleh:

a. Sumber pelaporan rutin terutama berasal dari Puskesmas, hanya beberapa


provinsi dan kabupaten/kota yang mencakup rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lainnya,
b. Deteksi kasus di puskesmas masih rendah karena sebagian besar tenaga belum
terlatih., dan
c. Kelengkapan pelaporan masih rendah terutama pelaporan dari kabupaten/kota ke
provinsi.
Gambar 2.6. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita 2011-2015
120.00

100.00

80.00

63.45
60.00

40.00
29.47
23.98 23.42 24.79
20.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015
CAKUPAN TARGET

Pada akhir tahun 2015 Subdit ISPA bersama Litbangkes dan FKM UI membuat
modifikasi baru terkait estimasi pneumonia Balita sehingga ditetapkan bahwa estimasi
setiap daerah berbeda sesuai dengan faktor resiko masing-masing daerah. Angka
tersebut diharapkan dapat mendekati gambaran kondisi penemuan kasus pneumonia
Balita didaerah tersebut

2 Kesiapsiagaan dan Respon Pandemi Influenza

Kasus flu burung (FB) pada manusia di Indonesia pertama kali ditemukan pada
Juni 2005. Kasus FB pada manusia kumulatif sudah tersebar di 15 propinsi (Sumut,
Sumsel, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Yogya-
karta, Sulsel, NTB, Bengkulu dan Bali) dan 58 kabupaten/kota. Klaster terbesar
ditemukan di Kabupaten Karo, Sumut dimana 6 orang meninggal dari 7 kasus positif
(confirmed). Pada tahun 2011, kasus FB masih ditemukan di 4 provinsi yaitu DKI
Jakarta, Jabar, DI Yogyakarta dan Bali. Di Indonesia kasus masih menular dari hewan
ke manusia, belum ada bukti penularan antar manusia yang efisien. Indonesia adalah
yang terbanyak kasus FB di dunia dengan kematian 167 orang dari 199 kasus positif
(CFR 83,9%) dan 17 klaster (Oktober 2016).

10

Anda mungkin juga menyukai