Anda di halaman 1dari 91

KEBIJAKAN & TATALAKSANA

PNEUMONIA BALITA (MTBS)

ERWAN TRI SULISTYO


dr. ERWAN TRI SULISTYO, M.Kes
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
 Kasie Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Menular
 Magelang 24 sept 1969
 Villa Mutiara Garden III No. 20
Makassar
 08124100868
 erwan_sulistyo@yahoo.com
KESEPAKATAN KABUPATEN GOWA (2017)
1. Puskesmas melaksanakan tatalaksana standar pneumonia mulai selesai pertemuan ini (hitung napas dan
lihat tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam/TDDK)
2. Puskesmas melaporkan laporan ISPA menggunakan software ISPA
3. Sofware pelaporan ISPA puskesmas dikirimkan ke dinkes Kab GOWA ke alamat email :
gunawanum@yahoo.co.id
4. Konfirmasi pengiriman (Gunawan, No. HP 085242593112)
5. Pengiriman laporan untuk bulan Juni & Juli di cc ke subditispa@gmail.com / edy.hariyanto@gmail.com
Provinsi : erwan_sulistyo@yahoo.com
6. Tanggal pelaporan:
• Puskesmas ke Dinkes Kab Gowa maksimal tanggal 5 bulan berikutnya
• Kabupaten ke provinsi tanggal 10 bulan berikutnya
7. Melakukan sosialisasi tatalaksana standar pneumonia dalam kegiatan refresing di mini lokakarya
8. Format Penamaan file laporan
ISPA (NAMA PUSKESMAS) 2017
CONTOH : ISPA PUSKESMAS ........ 2017
yang dikirimkan adalah file software laporan
KEGIATAN P2-ISPA

1. Penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia balita


2. Kesiapsiagaan & respon terhadap pandemi
3. Pengendalian faktor risiko ISPA
4. Sistim informasi, surveilans dn kajian/riset
5. Penguatan dukungan manajemen program
INDIKATOR, TARGET DAN CAPAIAN PROGRAM ISPA
TAHUN 2020 – 2024
2020 2021 2022 2023 2024
INDIKATOR
Target Target Target Target Target
Persentase KaKo yang
50% Puskesmasnya
melaksanakan
Tatalaksana Pneumonia
50 % 52% 56% 58% 60%
sesuai standar
(MTBS/Program ISPA)

Cakupan penemuan 60% 65% 70% 75% 80%


kasus Pneumonia Balita
PERSENTASE KAB/KOTA YG 50% PUSKESMASNYA
MELAKSANAKAN TATALAKSANA STANDAR

41.67%
29.17%
20.83%

2018 2019 2020 - Juli


DO ; tata-laksana pneumonia balita sesuai standar

 Tatalaksana standar pneumonia : kegiatan deteksi dini terhadap


seluruh balita batuk atau kesukaran bernapas yang berkunjung ke
puskesmas dengan menghitung frekuensi napas dalam 1 menit
penuh atau dilihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian bawah
ke dalam (TDDK) baik melalui pendekatan MTBS maupun
tatalaksana program ISPA
MANFAAT PENATALAKSANAAN STANDAR KASUS ISPA
 Penatalaksanaan standar kasus pneumonia bisa mencegah 40% dari kematian pneumonia

 Antibiotika dapat secara efektif mengobati pneumonia

 70% kematian pneumonia karena bakteri (WHO,2010)

 bakteri penyebab utama pneumonia : Streptococcus pneumoniae dan Haemophylus influenza

 44,5% kasus pneumonia tidak diberikan antibiotika dan 29,5% kasus bukan pneumonia diberikan

antibiotika- (SURVEI MORBIDITAS ISPA,2004)

 Deteksi kasus dan pengobatan sedini mungkin, mengurangi kasus yang harus dirujuk, menghemat waktu dan

biaya keluarga, mengurangi beban rumah sakit.

 Dengan penggunaan antibiotika yang tepat, antibiotika dapat dihemat dan resistensi dapat dikurangi.
TATALAKSANA STANDAR
MENGAJARKAN AGAR TENAGA KESEHATAN
MEMFOKUSKAN PERHATIAN PADA
PERNAPASAN ANAK & BUKAN PADA
KEPARAHAN BATUK DAN ADA TIDAKNYA
DEMAM.

TARIKAN DINDING DADA KE DALAM


(KUAT) SAAT ANAK MENARIK NAPAS
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA

17.28%
16.26%

5.68%

2018 2019 2020 - Juli


 Pneumonia merupakan penyakit infeksi utama penyebab kematian
pada anak di dunia.
 Pneumonia sampai saat ini masih merupakan penyebab terbesar
kematian balita secara global, setiap 30 detik, seorang anak usia < 5
tahun meninggal karena pneumonia.
 Pada tahun 2015, 5,9 juta balita meninggal dan 15 % (935.000)
diantaranya karena pneumonia.
 Pneumonia menyerang anak dan keluarga dimana pun berada, namun
tertinggi terjadi di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika.
 Anak dapat dilindungi dari pneumonia, pencegahan cukup dengan
intervensi dan biaya pengobatan rendah, dengan teknologi kedokteran
dan pelayanan kesehatan sederhana.
PREVALENSI ISPA MENURUT DIAGNOSIS TENAGA
KESEHATAN (NAKES)*
MENURUT PROVINSI, 2013-2018

2013 2018
25.0
22.5
20.0 13,
8
17.5 17.2
15.0
12.5
10.0 10.5
Persen

4,
4 9.2
7.5
5.0
2.5 1.5
0.0
ua abar teng luku abar li r bi t a B lut au lut
l l
p Ba Aceh mba altim am umu ultr NT a Ri u lu se abe
Pa P Kal Ma J
Su K J S S M S S B

*Tenaga kesehatan (nakes): Dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat
PREVALENSI PNEUMONIA BERDASARKAN
DIAGNOSIS NAKES
MENURUT PROVINSI, 2013-2018

2013 2018
5.0
Persen

4.0
3.6
3.0 2.9 2.0
2.0
1.6
1.0 1.0
0.8
0.0
ua abar ceh el bar bar ng SIA teng teng ltim talo epri teng ultra abe
l Y li
p s
A Sum Su
l l u DI Ba
Pa P Ka amp NE Kal Ja Ka oron K
S ul S B
L D O G
IN

*Tenaga kesehatan (nakes): Dokter spesialis, dokter umum, bidan, dan perawat
Angka Perkiraan Pneumonia Balita

 Perhitungan sasaran penemuan kasus


pneumonia balita (estimasi jumlah pneumonia
balita):
 berdasarkan data riskesdas dengan
mempertimbangkan faktor risiko
 berkisar 1-6 % dari total populasi balita
Angka Perkiraan Pneumonia 2015
NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS

1 Aceh 4.46 18 Nusa Tenggara Barat 6.38


2 Sumatera Utara 2.99 19 Nusa Tenggara Timur 4.28
3 Sumatera Barat 3.91 20 Kalimantan Barat 2.12
4 Riau 2.67 21 Kalimantan Tengah 4.37
5 Jambi 3.15 22 Kalimantan Selatan 5.53
6 Sumatera Selatan 3.61 23 Kalimantan Timur 2.86
7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68
8 Lampung 2.23 25 Sulawesi Tengah 5.19
9 Kep. Bangka Belitung 6.05 26 Sulawesi Selatan 3.79
10 Kepulauan Riau 3.98 27 Sulawesi Tenggara 3.84
11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84
12 Jawa Barat 4.62 29 Sulawesi Barat 4.88
13 Jawa Tengah 3.61 30 Maluku 3.74
14 DI Yogyakarta 4.32 31 Maluku Utara 2.29
15 Jawa Timur 4.45 32 Papua Barat 2.88
16 Banten 4.12 33 Papua 2.80
17 Bali 2.05   NASIONAL 3.55
DEFINISI
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA):

 INFEKSI AKUT YANG MENYERANG SALAH SATU


BAGIAN/LEBIH DARI SALURAN NAPAS MULAI
HIDUNG-ALVEOLI TERMASUK ADNEKSANYA (SINUS,
RONGGA TELINGA TENGAH, PLEURA)

PNEUMONIA:
 INFEKSI AKUT YANG MENGENAI JARINGAN
PARU-PARU (ALVEOLI). / Inflamasi pada parenkin
paru
ANATOMI SALURAN NAPAS

INFEKSI AKUT SALURAN


PERNAPASAN BAGIAN
ATAS
INFEKSI AKUT SALURAN
PERNAPASAN BAGIAN
BAWAH

PNEUMONIA
Pneumonia
 Infeksi pada jaringan paru (alveoli)

 Adanya peradangan pada paru mengakibatkan tertimbunnya


eksudat di paru paru , mengakibatkan gangguan pertukaran
gas

 Bagaimana kuman mencapai jaringan paru ?

 Inhalasi melalui udara napas

 Aspirasi kuman yang ada di tenggorokan

 Melalui aliran pembuluh darah (bacteraemia)

 Langsung dari infeksi dekat paru paru atau trauma


menusuk paru paru
BAGAIMANA DENGAN COVID-19 ??
Influenza
1. Influenza Musiman :
 Tipe A: H1N1 pdm 09, H3N2
 Tipe B: Victoria, Yamagata
2. Influenza Potensi Pandemi
Influenza Musiman

1. Virus Influenza yang pernah pandemi


2. Gejala : demam, batuk, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan,
pilek
3. Transmisi : udara, droplet, dan benda yang terkontaminasi virus
influenza
4. Masa inkubasi:1-4 hari
5. ILI / Influenza (KMK No 514 Tahun 2015 tentang PPK bagi dokter di
FKTP)
DEFINISI OPERASIONAL ILI
A. Influenza Like Illness (ILI) / Influenza Klinis:

IW
Suatu infeksi saluran pernafasan akut dengan:
Demam ≥ 38oC
Batuk
Keterangan:
Tanggal mulainya gejala (demam atau batuk) tidak lebih dari
10 hari
Pengukuran suhu pada saat pasien datang ke Puskesmas

B. Kasus influenza (Konfirmasi):


Kasus ILI dengan konfirmasi laboratorium melalui pemeriksaan
Polymerase Chain Reaction (PCR).
DAMPAK PENATALAKSANAAN STANDAR PNEUMONIA
BALITA terhadap KEMATIAN (WHO)
PNEUM PNEUM JML.
ONIA ONIA KEMATIA
BAKTE VIRUS N
RI PNEUMON
IA
80 20 100
KEMATIAN KRN
PNEUMONIA YANG
TDK DIOBATI

40 0 40
KEMATIAN YANG
DAPAT DICEGAH
DGN TATALAKSANA
STANDAR DI
SARKES DASAR

15 5 20
KEMATIAN DPT
DICEGAH DGN
RUJUKAN DI RS
Tatalaksana Standar Pneumonia
Digunakan :
 Batuk dan atau kesukaran bernapas
 Anak Umur : (Balita)
 < 2 bulan
 2 bulan-<5 tahun
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak berusia 0-59 bulan
secara menyeluruh di unit rawat jalan fasilitas
pelayanan kesehatan dasar

Suatu standar pelayanan dan tatalaksana


balita secara terpadu
Tata laksana MTBS bertujuan untuk menangani penyakit-
penyakit yang umumnya banyak terjadi pada balita sebagai
penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare,
malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah
gizi (malnutrisi dan anemia).

Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan


menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh
perawat dan bidan untuk mengatasi masalah kesakitan
pada Balita.
Merupakan kombinasi perbaikan tatalaksana
kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek
gizi, imunisasi dan konseling (promotif dan
preventif).

Penerapan MTBS dapat meningkatkan kualitas dan


efektifitas pelayanan kesehatan balita, meningkatkan
peran keluarga dan masyarakat, serta melindungi
perawat/bidan

MTBS merupakan standar pelayanan bagi balita sakit


yang dinilai cost effective dan memberikan kontribusi
sangat besar untuk menurunkan balita bila dilaksanakan
secara benar dan luas
MTBS merupakan kolaborasi lintas program

Kolaborasi lintas program: kesga,


gizi, diare, ISPA, imunisasi, HIV, TB, malaria
MTBS

Penilaian:
- Tanyakan Tindakan/
pengobata Pelayanan
- Lihat , Klasifikasi Pencatatan Tindak
dengar n
dan
lanjut
Konseling
periksa
Pengobatan
Kunjungan Ulang
Kunjungan Ulang:
Pelayanan Tindak Lanjut
Kapan Harus Kembali Segera
Pengobatan
TATALAKSANA PASIEN BATUK DAN ATAU KESUKARAN
BERNAPAS PADA BALITA

 I. PEMERIKSAAN

• TANYAKAN

•`LIHAT, RABA DAN DENGARKAN

 II. PENENTUAN ADA TIDAKNYA TANDA BAHAYA

 III. KLASIFIKASI PENYAKIT ISPA

 IV. PENGOBATAN

 V. PERAWATAN ANAK DI RUMAH


HITUNG NAPAS DALAM SATU
MENIT (60 detik)
Syarat : anak harus tenang
Cara:
 Ari Sound timer
 Jam tangan dgn jarum
detik

Umur Dianggap napas cepat bila:


< 2 Bln 60 kali/ mnt atau lebih
2 Bln - < 12 Bln 50 kali/ mnt atau lebih
12 Bln - < 5 Thn 40 kali/ mnt atau lebih
LATIHAN HITUNG NAFAS

 LATIHAN 1
 LATIHAN 2
TARIKAN DINDING DADA
BAG.BAWAH KE DALAM (TDDK)

Syarat : Anak harus tenang

PERNAPASAN NORMAL:
Semua bagian dada (atas & bawah) dan perut
bergerak keluar pada saat menarik napas.

TARIKAN DINDING DADA (TDDK):


Saat tarik napas, dada bagian atas & perut
bergerak keluar (mengembang), sedangkan dada
bagian bawah justru bergerak ke dalam.
ME MB UAN G M E N A R IK
N AP AS N AP AS
DETEKSI PNEUMONIA
METODE SENSITIVITAS SPESIFISITAS
STETOSKOP 53% 59%

HITUNG NAPAS/ 77% 58%


TDDK

Demam pada anak batuk bukanlah kriteria


Klasifikasi pneumonia.
Spesifitas gejala ini & nilai prediksinya rendah
MENDENGAR BUNYI STRIDOR &
WHEEZING
HAMBATAN DI LAPANGAN
• Banyak anak menderita pneumonia tanpa diketahui oleh ibu / pengasuhnya

• Sebanyak 50% kematian terjadi dalam 3 hari setelah gejala penyakit muncul

• Ketersediaan tatalaksana kasus masih rendah

 Komitmen petugas puskesmas menghitung napas/ memeriksa TDDK

 Terapi antibiotika dan obat simptomatik yang tidak rasional

• Memerlukan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas monev ispa

58
Puls Oksimetri Portable
Tampilan Parameter
Arterial Blood Oxygen Saturation (Spo2)

Pulse Rate

Informative Message Area


Plethysmographic Waveform (Pleth)
LATIHAN

 TDDK 1  STDR/WHZ 1
 TDDK 2  STDR/WHZ 2
 TDDK 3  STDR/WHZ 3
 TDDK 4

 JWB  JWB
LATIHAN TAMBAHAN
• Purwanto 2 tahun
• Warni 6 bulan
• Duafi 6 bulan
• Alfian 4 bulan

JWB LAT +
LATIHAN
LATIHAN 1 : INTAN

Ibu Intan membawa anaknya umur 1 tahun ke Puskesmas pembantu karena


batuk 1 minggu & sekarang mengalami kesulitan bernapas. Intan tidak
kejang & tidak demam.

Waktu diperiksa Intan bernapas 63x/mnt, dada bagian bawah tertarik ke


dalam ketika menarik napas. Tidak ada suara berisik ketika bernapas.
Intan nampak lesu, tetapi masih bereaksi terhadap suara sekitarnya, BB
sesuai umur.

73
JAWABAN
Jawaban Latihan 1
Umur: 1 tahun bulan Batuk: 7 hari Gangguan Napas: 1 hari

Tanda bahaya: Tidak bisa minum Kejang


YA / TIDAK Kurang bisa minum Stridor
Kesadaran menurun Wheezing
Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT

Frekuensi napas : 63 kali per TDDK: YA / TIDAK


menit

 Klasifikasi: Batuk Bukan Pneumonia Pneumonia √ Pneumonia Berat


 

 Tindak lanjut: Rawat jalan Rujuk ke:

√ 1 dosis
 

 Obat yang Antibiotika:


 diberikan: Obat lain:

 Nasihat: Kontrol ulang: hari


Cara minum obat:
Pemberian makanan-minuman
Latihan 2 : Agus

 Agus berumur 3 minggu. Ibu membawanya ke Puskesmas


krn batuk, kejang(-). Bayi menetek lambat tapi cukup
banyak. Pada waktu diperiksa TDDK (-) & tidak terdengar
suara berisik pada napasnya.
 Pada perhitungan napas yang pertama 60x/mnt, kedua =
52x/mnt. Agus sadar, suhu 37,8ºC

76
Jawaban kasus Agus
 umur 3 minggu.
 Batuk (+)
 kejang(-).
 TDDK (-)
 stridor (-).
 Perhitungan napas yang pertama 60x/mnt,
kedua = 52x/mnt.
 sadar
 suhu=37,8ºC
Jawaban kasus Agus
Umur: tahun 3 mgg
bulan Batuk: hari Gangguan Napas: hari

Tanda bahaya: Tidak bisa minum Kejang


YA / TIDAK Kurang bisa minum Stridor
Kesadaran menurun Wheezing
Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT

Frekuensi napas : 52 kali


menit
per TDDK: YA / TIDAK

 Klasifikasi:
 
√ Batuk Bukan Pneumonia Pneumonia Pneumonia Berat

 Tindak lanjut:√ Rawat jalan Rujuk ke:


 

 Obat yang Antibiotika:


 diberikan: Obat lain:

 Nasihat: Kontrol ulang: hari

√ Cara minum obat: ASI lebih sering


Pemberian makanan-minuman
KASUS 3 : JESI
Ibu Jesi membawa anaknya ke Puskesmas krn anaknya
mengalami gangguan pernapasan & keadaannya sangat lemah.
Umur Jesi 5 bln, batuknya sudah 5 hari.

Ibunya mengatakan anaknya tidak dapat minum, tidak panas &


tidak kejang.

Pada pemeriksaan ditemukan suara keras waktu menarik nafas.


Ada TDDK, pernapasan 42x/mnt, gizi cukup. Badan kelihatan
lemah, Jesi tidak peduli dgn keadaan sekitarnya.
Jawaban kasus 2
 Umur 5 bln
 gangguan napas(+)
 sangat lemah
 batuk 5 hari
 tidak dapat minum,
 panas(-) kejang(-)
 stridor (+)
 TDDK(+)
 Frekuensi napas 42x/mnt,
 gizi cukup.
 Kesadaran menurun 80
Jawaban kasus 3

Umur: tahun 5 bulan Batuk: 5 hari Gangguan Napas: 1 hari

Tanda bahaya: √ Tidak bisa minum Kejang


YA / TIDAK Kurang bisa minum √ Stridor
√ Kesadaran menurun Wheezing
Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT

Frekuensi napas : 42 kali per TDDK: YA / TIDAK


menit

 Klasifikasi: Batuk Bukan Pneumonia Pneumonia Pneumonia Berat


 

 Tindak lanjut: Rawat jalan Rujuk ke:


 

 Obat yang Antibiotika: 1 dosis


 diberikan: Obat lain:

 Nasihat: Kontrol ulang: hari


Cara minum obat:
Pemberian makanan-minuman
KASUS 4 : MIDAH

 Ibu membawa Midah, 18 bln ke petugas kesehatan &


mengatakan bahwa Midah batuk sudah beberapa hari.
Midah tidak kejang tapi ada panas sedikit.

 Tidak terdengar suara napas berisik namun tampak tarikan


dinding dada bagian bawah ke dalam. Pernapasan 35x/mnt,
tidak teraba demam. Ketika digoyang Midah terbangun.
Jawaban kasus 4

 Umur 18 bln
 batuk beberapa hari
 Kejang(-)
 panas sedikit
 stridor (-)
 TDDK (+)
 Pernapasan 35x/mnt,
 demam(-)

83
Jawaban kasus 3
Umur: tahun 18 bulan Batuk: hari Gangguan Napas: hari

Tanda bahaya: Tidak bisa minum Kejang


YA / TIDAK Kurang bisa minum √ Stridor
Kesadaran menurun Wheezing
Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT

Frekuensi napas : 35 kali per TDDK: YA / TIDAK


menit

 Klasifikasi: Batuk Bukan Pneumonia Pneumonia


√ Pneumonia Berat


 

 Tindak lanjut:
 
Rawat jalan
RS
Rujuk ke:

 Obat yang √ Antibiotika: 1 dosis


 diberikan: Obat lain:

 Nasihat: Kontrol ulang: hari


Cara minum obat:
Pemberian makanan-minuman
KASUS 4 : AHMAD
 Ahmad, 3 thn, untuk kedua kalinya dibawa ke Puskesmas. 2 minggu yang lalu
Ahmad demam, ingusan & tubuhnya ada bintik-bintik merah, lalu timbul batuk.
Ibunya menerangkan bahwa Ahmad mau makan nasi & sup walaupun muntah 2x.
Dalam 2 hari ini ada demam namun tidak kejang.

 Hasil pemeriksaan pernapasan 55x/mnt, TDDK (-), tidak ada suara berisik waktu
bernapas, suhu 39,2ºC. BB kurang dari BB normal. Tubuhnya lebih kecil dibanding
dgn umurnya tetapi kelihatannya bukan menderita gizi buruk
Jawaban Kasus 4 : Ahmad
 3 thn
 2 minggu yang lalu demam, ingusan & tubuhnya ada bintik-bintik merah
 Batuk(+)
 mau makan
 demam (+)
 kejang(-)
 pernapasan 55x/mnt,
 TDDK (-),
 stridor(-)
 suhu 39,2ºC.
 BB kurang dari BB normal. bukan gizi buruk
86
Jawaban kasus 4
Umur: 3 tahun bulan Batuk: hari Gangguan Napas: hari

Tanda bahaya: Tidak bisa minum


√ Kejang
YA / TIDAK Kurang bisa minum Stridor
Kesadaran menurun Wheezing
Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT

Frekuensi napas : 55 kali per TDDK: YA / TIDAK


menit

 Klasifikasi:
 
Batuk Bukan Pneumonia √ Pneumonia Pneumonia Berat

 Tindak lanjut: √ Rawat jalan Rujuk ke:


 

 Obat yang Antibiotika: 3 hari


 diberikan:

√ Obat lain: parasetamol
 Nasihat:

Kontrol ulang: 2 hari
Cara minum obat:
√ Pemberian makanan-minuman
KASUS 5 : YANTI

 Seorang ibu membawa anaknya Yanti, 8 bln ke


Puskesmas. Yanti batuk sudah 8 hari, menyusu
seperti biasa.

 Yanti bernapas tenang, TDDK (-), pernapasan


40x/mnt. BB normal, Yanti terbangun ketika ibu
menggerakkannya, suhu 38ºC
Jawaban Kasus 5 : Yanti

 8 bln
 batuk 8 hari,
 menyusu seperti biasa.
 TDDK (-),
 pernapasan 40x/mnt.
 BB normal,
 Sadar
 suhu 38ºC
89
Jawaban kasus 5

Umur: tahun 8 bulan Batuk: 8 hari Gangguan Napas: hari

Tanda bahaya: Tidak bisa minum Kejang


YA / TIDAK Kurang bisa minum Stridor
Kesadaran menurun Wheezing
Demam/dingin Gizi buruk PENY. SANGAT BERAT

Frekuensi napas : 40 kali per TDDK: YA / TIDAK


menit

 Klasifikasi:
 
√ Batuk Bukan Pneumonia Pneumonia Pneumonia Berat

 Tindak lanjut:
 
√ Rawat jalan Rujuk ke:

 Obat yang Antibiotika:


 diberikan:

√ Obat lain: Parasetamol bila panas
 Nasihat: Kontrol ulang: hari
√ Cara minum obat:
√ Pemberian makanan-minuman
91

Anda mungkin juga menyukai