Anda di halaman 1dari 72

KEBIJAKAN PROGRAM

P2 ISPA

1
1 Pendahuluan
2
Situasi Epidemiologi
Situasi Epidemiologi

Pneumonia Pembunuh Balita di Dunia

 Pada tahun 2015, 5,9 juta balita meninggal dan 15 %


(935.000) diantaranya karena pneumonia.
 99% kematian pneumonia anak di negara
berkembang
 Pneumonia di negara maju banyak disebabkan virus
sedangkan negara berkembang oleh bakteri.
 Tujuan Global 2025,
Menurunkan angka kematian akibat pneumonia < 3
/1000 KH
Mengurangi insidensi pneumonia berat sebesar 75%
dibanding tahun 2010

IW
Situasi Pneumonia Bayi/Balita di Indonesia

 Riskesdas 2007, Penyebab


kematian bayi => terbanyak
diare (31,4%) dan pnemonia
(23,8%). dan Penyebab
kematian anak balita =>
terbanyak diare (25,2%) &
pnemonia (15,5%)

 Riskesdas 2013; Insiden dan


prevalensi pneumonia
Indonesia adalah 1,8% dan
4,5%

 SRS; 2014 : 23 balita


meninggal setiap jam dan 4
diantaranya karena
pneumonia
TUJUAN PROGRAM P2 ISPA
 Menurunkan angka kesakitan (morbiditas),
 Menurunkan angka kematian (mortalitas)
Pneumonia balita

Dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan


kesehatan dan pembangunan nasional.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA)

Infeksi akut yang menyerang salah satu


bagian / lebih dari saluran napas mulai
hidung - alveoli termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga tengah, pleura)
PNEUMONIA
Adalah infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli)

Etiologi :
- Streptococcus pneumoniae 50%
- Haemophylus influenzae 20%
- Lain-lain: virus, jamur, parasit 30%

PNEUMONIA DAPAT
DICEGAH DAN DI
OBAT
ISPA ATAS
Infeksi akut yang menyerang saluran
pernafasan bagian atas

KESIAPSIAGAAN &
RESPON
THD PANDEMI
INFLUENZA
FAKTOR RISIKO ISPA /
PNEUMONIA

10
Angka Perkiraan Pneumonia Balita

Perhitungan sasaran penemuan kasus pneumonia


balita (estimasi jumlah pneumonia balita):
 berdasarkan data riskesdas dengan
mempertimbangkan faktor risiko
 berkisar 1-6 % dari total populasi balita

11
Angka Perkiraan Pneumonia

NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS NO PROVINSI PERKIRAAN KASUS

1 Aceh 4.46 18 Nusa Tenggara Barat 6.38


2 Sumatera Utara 2.99 19 Nusa Tenggara Timur 4.28
3 Sumatera Barat 3.91 20 Kalimantan Barat 2.12
4 Riau 2.67 21 Kalimantan Tengah 4.37
5 Jambi 3.15 22 Kalimantan Selatan 5.53
6 Sumatera Selatan 3.61 23 Kalimantan Timur 2.86
7 Bengkulu 2.00 24 Sulawesi Utara 2.68
8 Lampung 2.23 25 Sulawesi Tengah 5.19
9 Kep. Bangka Belitung 6.05 26 Sulawesi Selatan 3.79
10 Kepulauan Riau 3.98 27 Sulawesi Tenggara 3.84
11 DKI Jakarta 4.24 28 Gorontalo 4.84
12 Jawa Barat 4.62 29 Sulawesi Barat 4.88
13 Jawa Tengah 3.61 30 Maluku 3.74
14 DI Yogyakarta 4.32 31 Maluku Utara 2.29
15 Jawa Timur 4.45 32 Papua Barat 2.88
16 Banten 4.12 33 Papua 2.80
17 Bali 2.05   NASIONAL 3.55
IW
3
Perkembangan Strategi & Kebijakan ISPA
INDIKATOR KINERJA P2 ISPA PROVINSI JAWA TIMUR
2015
2015
2016
- 2019 2017 2018 2019
INDIKATOR
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
Persentase KaKo yang
50% Puskesmasnya
melaksanakan 20 % 30% 40% 50% 60%
Tatalaksana Pneumonia NA 65,78% 71,05% 89,47%
sesuai standar
(MTBS/Program ISPA)
Cakupan penemuan kasus Baseline 55,64% 70% 40,82% 80% 51,76% 85% 51,49% 90%
Pneumonia Balita (58,9%)

1. Prosentase KaKo yang 50% puskesmasnya melakukan tatalaksana standar pneumonia: Jumlah kako yang minimal
puskesmasnya melakukan tatalaksana standar/Seluruh jumlah kako di wilayah tersebut
2. Prosentase puskesmas yang melakukan tatalaksana standar : Jumlah puskesmas yang melakukan tatalaksana standar
minimal
60%/Jumlah puskesmas yang ada di wilayah kako tersebut
3. Prosentase balita yang diberikan tatalaksanan standar: Jumlah balita yang datang dengan keluhan batuk dan atau
kesukaran bernapas yang diberikan tatalaksanan standar (ditung napas/dilihatTDDK)/Jumlah seluruh kunjungan balita
dengan batuk dan
atau kesukaran bernapas

Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan pada tempat & kurun waktu ttt/jumlah perkiraan kasus pada tempat & kurun
waktu ttt

Jumlah provinsi yang telah menyusun rencanan kontijensi pandemi influenza & ttx pada tahun tertentu dibagi seluruh jumlah
provinsi
STRATEGI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ISPA

PENURUNAN
KESAKITAN & KEMATIAN AKIBAT ISPA
DAN TATA LAKSANA
KASUS PNEUMONIA

PENGENDALIAN
FAKTOR RISIKO
KESIAPSIAGAAN
DAN RESPON
PENEMUAN

INFUENZA
PANDEMI

ISPA
SIM, SURVEILANS, & KAJIAN
DUKUNGAN MANAJEMEN
Intensifikasi Pencegahan dan Pengendalian
Pneumonia
PROMOTIF
PROMOTIF PREVENTIF
PREVENTIF DIAGNOSTIK
DIAGNOSTIK KURATIF
KURATIF

ANC
ANC Imunisasi
Imunisasi ::  Hitung
Hitung Napas
Napas
ASI
ASI eksklusif
eksklusif  DPT
DPT  Lihat
Lihat Tarikan
Tarikan
Gizi
Gizi seimbang
seimbang  Campak
Campak Dinding
Dinding Dada
Dada • Antibiotik
PHBS
PHBS (CTPS)
(CTPS)  Hib
Hib bawah
bawah KeKe dalam
dalam (Amoksisilin)
Mengurangi
Mengurangi  Pneumokok
Pneumokok (TDDK)
(TDDK)
 Periksa • Terapi Oksigen
polusi
polusi udara
udara (Demonstrasi
(Demonstrasi Periksa Saturasi
Saturasi
Etika
Etika batuk
batuk di
di 2kab
2kab Lotim
Lotim Oksigen
Oksigen
Deteksi
Deteksi dini
dini &
& Lobar)
Lobar)

Pendekatan Keluarga Penguatan Talaksana


Peralihan dari Co-trimoxazole  Amoxicillin

1. Hasil penelitian
2. Rekomendasi IDAI
3. Tanggapan Komite Ahli

Amoxicillin dosis tinggi


(50 mg/kg BB/kali, sebanyak 2x sehari
selama 3 hari)
4 Kegiatan & Capaian
KEGIATAN P2-ISPA

1. Penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia balita


2. Kesiapsiagaan & respon terhadap pandemi
3. Pengendalian faktor risiko ISPA
4. Sistim informasi, surveilans dn kajian/riset
5. Penguatan dukungan manajemen program
A. PENEMUAN DAN TALAKSANA KASUS PNEUMONIA BALITA
Tujuan: Kegiatan Pokok:
• Terlaksananya penemuan bagi seluruh kasus
kejadian pneumonia balita di masyarakat.  Kegiatan penemuan penderita secara
• Tersosialisasinya upaya care seeking di aktif dan pasif.
masyarakat agar masyarakat - terutama Sosialisasi Care seeking di masyarakat.
kelompok Ibu – memahami dan mengenali
gejala-gejala pneumonia pada balita, dan bila Sosialisasi Pendekatan Keluarga dalam
ditemukan untuk segera dibawa ke fasilitas program P2-ISPA melalui kunjungan
pelayanan kesehatan. rumah.
• Terimplementasikannya pendekatan keluarga
melalui kunjungan rumah untuk melakukan Peningkatan kapasitas tenaga
deteksi dini dan pengobatan segera, serta kesehatan dan pengelola ISPA.
implementasi upaya preventif & promotif
dalam pengendalian faktor risiko ISPA. review Tata-laksana kasus di fasilitas
• Terselenggaranya tatalaksana kasus pelayanan kesehatan
pneumonia balita di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai standar.
B. KESIAPSIAGAAN & RESPON TERHADAP PANDEMI

TUJUAN
Kegiatan Pokok
Terwujudnya kesiapsiagaan dan
respon pemerintah bersama • Penyusunan revisi Pedoman Kesiapsiagaan
dan Respon terhadap Pandemi.
masyarakat di suatu wilayah untuk
menghadapi potensi pandemi • Penyusunan Renkon, Table Top Exercise,
influenza
simulasi lapangan di propinsi.
• Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
untuk menyusun Rencana Kontijensi;
• Review upaya-upaya pengembangan
kesiapsiagaan pandemi influenza.
• Koordinasi dan integrasi lintas program
dan lintas sektor dalam upaya-upaya
kesiapsiagaan dan respons terhadap
pandemi influenza
C.PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO ISPA

KEGIATAN
• Penanganan kelompok rentan
ISPA pada tempat yang
Tujuan dikembangkan menjadi rumah
• Mewujudkan upaya singgah pada wilayah kabut asap.
1. Penyusunan pedoman
penanganan kelompok
tatalaksana penanganan ISPA di
rentan ISPA di rumah rumah singgah, termasuk
singgah pada wilayah kabut standarisasi rumah singgah dan
asap. ketersediaan alat air purifier.
• Terselenggaranya 2.Penyediaan logistik rumah
koordinasi lintas program singgah, termasuk air purifier.
dan lintas sektor dalam 3.Pertemuan koordinasi LP/LS
pengendalian faktor-faktor dalam penanganan ISPA pada
risiko ISPA wilayah kabut asap.
4.Pertemuan koordinasi LP/LS
dalam penanganan faktor-faktor
risiko ISPA
SISTEM INFORMASI, SURVEILANS, DAN KAJIAN / RISET
Tujuan :

• Tersedianya data akurat melalui penguatan Sistem Pencatatan dan


Pelaporan
• Terlaksananya surveilans untuk ISPA & faktor risikonya sebagai bagian dari
penguatan Sistem Informasi P2-ISPA
• Monitoring dan evaluasi implementasi kegiatan pencegahan dan
pengendalian ISPA
• Pengembangan Riset untuk mendukung kebijakan pencegahan dan
pengendalian ISPA

Kegiatan: 
• Laporan rutin kegiatan pencegahan dan pengendalian ISPA secara
periodik 
• Pelaksanaan surveilans ISPA 
• Peningkatan kapasitas untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 ISPA 
• Pelaksanaan kajian terkait faktor risiko ISPA, pencegahan dan
pengendalian ISPA 
• Sentinel surveilans pneumonia di Puskesmas dan RS sentinel 
• Pembinaan/monitoring kegiatan
BAHAN CAPAIAN PNEUMONIA
BALITA
CAPAIAN INDIKATOR 2018
RENSTRA
Kab/Kota yang 50% puskesmasnya melaksanakan
tatalaksana standar baik dengan pendekatan MTBS maupun
tatalaksana program
= 89,47% dari total kab/kota (34 dari 38 Kab/Kota)
%

20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00

0.00
74.31
53.12
47.43
81.46
114.97
96.08
117.29
48.55
84.95
41.46
72.00
47.82
30.39
33.10
79.36
68.03
41.20

Target
49.92

Cakupan
94.23
100.55
0.00
33.81
30.23

Kelengkapan
36.38
38.09
56.44
73.42
15.14
19.11
4.04
90.01
67.52
7.75
38.61
54.43
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA BALITA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

40.95
36.44
11.89
51.49
  GRAFIK PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA PER BULAN
  DINAS PROVINSI JAWA TIMUR
  TAHUN 2018

10,000

9,000 9,116

8,392
8,195 8,116
8,000 7,937 8,052
7,681 7,734
7,510
7,268
7,000 6,965

6,000 5,947

5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
KASUS PNEUMONIA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR

32,910; 26%

92,913; 74%

Pneumonia < 5th Pneumonia ≥ 5th


100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
200,000

0
20,000
40,000
60,000
80,000
Ba
ng
Ba ka
n y l an
uw 21,761
7,046
an
gi
Bl i 505 65,131
t
Bl i ar
t ar 389 43,094
Bo
j on (K )
Bo
eg
or 196 20,791
nd o
ow 855 44,081
os
o
Gr 83 57,885
esi
k 85,292
J em 984
be
Jo r 59,045
mb
an 1,306
g 63,411
Ke
dir 1,664
Ke i 78,239
dir
i (K 633
La
mo )
22 31,530
ng
Lu an
ma 333 90,003
j an
Ma g
di u 186 21,891
Ma n
diu
656 66,692
n(
Ma K )
ge 28 30,193
t an
Ma
117 32,817
l
Ma an g
l an 778 110,248
g(
Mo K)
Mo oke
j
696 29,302
j o k rt o
ert
1,914 102,931

Bukan Pneumonia
o(
K)
Ng
an 83 33,526
juk
Ng 0
0
aw
Pa i 28,395
ci t 374
Pa an
me 5,626

Pneumonia
ka
san 1,090
Pa 28,215
su 188
Pa r ua
su n
ru
an 1,784 95,564
Po ( K
no )
133 29,398
Pr ro
ob go
Pr oli
1,044 118,591
ob ng
oli g
ng o
go 634 44,690
(K )
Sa
mp
an 20710,091
Si d g
o 75 42,717
Si t arj o
ub
on 1,540 67,707
Su d o 24,185
Su
me
n 426
rab ep
53,342
KASUS ISPA > 5 TAHUN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

ay 4,417
a(
Tre K)
ng
ga 1,364 183,780
l ek
127 31,005
Tu Tub a
l un n
ga 656 39,681
gu
Ko ng
ta 360 56,778
Ba
tu
17 10,680
PWS PENEMUAN PNEUMONIA PER BULAN DIBANDING TARGET
PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

90

80

70

60 61
55 56
54 53 54
50 51 51 50 51
48
46
40 40

30

20

10

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES DIN

Cakupan Target
PNEUMONIA BAYI, BALITA DAN UMUR LEBIH 5 TAHUN PROVINSI
JAWA TIMUR TAHUN 2018

25,497; 20%
32,910; 26%

67,416; 54%

Bayi Balita ≥ 5 Tahun


Tantangan/Kendala P2 ISPA (1)
1. Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Fasyankes Primer
dalam : (a) Deteksi pneumonia secara cepat dan akurat, (b)
Tatalaksana kasus, (c) Manajemen program ISPA karena
tingginya frekuensi mutasi pegawai di daerah)
2. Rendahnya kepatuhan petugas dalam menghitung napas/
melihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
3. Belum ada mekanisme kerjasama pelaporan dari dokter
keluarga BPJS dalam penanganan pneumonia ke puskesmas
Tantangan/Kendala P2 ISPA (2)

4. Kasus pneumonia balita yang under reported karena :


rendahnya pengetahuan dan pemahaman petugas tentang ISPA
atau Pneumonia balita di Fasyankes Primer

5. Ketergantungan daerah kepada Pusat, dalam : (a) Dukungan


alat deteksi pneumonia, (b) Buku pedoman, (c) Peningkatan
kapasitas Nakes, (c) Media promotif-preventif dan KIE.
Tantangan/Kendala P2 ISPA (3)

6. Beberapa Kab/Kota memiliki Dana APBD untuk


operasional ISPA, banyak Provinsi yang tergantung
Anggaran Dekonsentrasi.

7. Dana BOK belum optimal dimanfaatkan daerah untuk


mendukung Program P2ML

8. Kelengkapan laporan 2018 program ISPA masih rendah


: kelengkapan laporan provinsi 94,85% dan kelengkapan
laporan Kab/Kota 83,92%
Peran Tenaga Medis dalam
Pengendalian Pneumonia Balita

 Deteksi dan tatalaksana kasus sesuai standar


 Mendidik/mensosialisasikan tenaga kesehatan
lain di wilayah kerjanya dalam deteksi dan
tatalaksana kasus
 Mendidik keluarga pasien dalam pencegahan,
pengenalan gejala dan tanda pneumonia
Kebijakan dan Strategi
Kesiapsiagaan Pandemi Influenza
di Indonesia

Subdit Pengendalian ISPA


Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Ditjen PP dan PL – Kemenkes RI
Pendahuluan
VIRUS INFLUENZA
Famili : Orthomyxoviridae
Jenis virus: RNA

karakteristik yang dapat


berubah
‒ Terus menerus →
epidemi tahunan

‒ Perubahan drastis →
pandemi (jarang).

38
IW
VIRUS INFLUENZA
• Tipe A
• Subtipe:
- Hemagglutinin (H) : 1-18
- Neurminidase (N) : 1-11
• Pada manusia dan hewan  pandemi
(H1N1;H2N2; H3N2; 2009 H1N1)
• Tipe B
• Pada manusia: seasonal epidemic
• Tipe C
• ISPA ringan dan tidak menyebabkan epidemi
• Tipe D
• Pada ternak & tidak diketahui infeksi /kesakitan
pada manusia IW
Sumber: www.cdc.gov
Virus Influenza A N
H

Dikelompokkan berdasarkan 2 jenis proteinnya


• Hemagglutinin (H) 1 – 18 yg diketahui
• Mrpkn sisi yg menempel pd sel host
• Antibodi HA bersifat protective

• Neuraminidase (N) 1 – 11 yg diketahui


• Membantu pelepasan virions dr sel
• Antibodi NA dpt membantu modifikasi penyakit (severity)
40
IW
INFLUENZA
INFLUENZA
merupakan infeksi saluran pernapasan akut.
Gejala: demam, batuk, sakit tenggorok, sakit kepala,
nyeri otot.

Cara penularan :
orang - ke – orang  droplet
Kontak langsung/ tidak langsung

Mampu menularkan 1 hari sebelum timbul gejala

42
IW
INFLUENZA (2)
Masa inkubasi
• Waktu mulai terpapar sampai timbul gejala
• Bervariasi 1 - 4 hari, pada AI lebih lama

Musim
• Pada daerah dgn 4 musim, mencapai puncak pada bulan-
bulan musim dingin
• Pada daerah tropis , beredar sepanjang tahun dgn
peningkatan pd musim tertentu.
43
IW
INFLUENZA (3)
Morbiditas:
Paling tinggi pada anak sekolah

Risiko tinggi terjadi komplikasi


pada:
 anak 6bln - < 5 tahun
 orang dengan penyakit kronis
( pey. Jtg, peny. Paru, DM, gagal
ginjal, imunosupresi, HIV-AIDS).
 lansia > 65 tahun
 wanita hamil
Petugas kesehatan
Sumber: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs211/en/
IW
EPIDEMIOLOGI INFLUENZA MUSIMAN DI
DUNIA
• INFLUENZA
Angka serangan (attack rate)
- dewasa 5 – 10%,
- anak-anak 20 - 30%
Kasus berat 3 – 5 juta
kematian 250,000 – 500,000
• Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bawah
Penyebab kematian di negara berkembang
Penyebab kematian ke 3 di dunia

IW
PENCEGAHAN & PENGOBATAN INFLUENZA

VAKSIN
• Live attenuated seasonal influenza vaccine
• Inactivated seasonal influenza vaccine

ANTIVIRUS
• Amantadin
• Rimantadin
• Oseltamivir
• Zanamivir
46
IW
History of Influenza Pandemics in 20th Century

2009: “Swine Flu”

1968: “Hong Kong Flu” 100,000-400,000


1918: “Spanish Flu”
deaths*
40-50 million deaths* 1957: “Asian Flu”
1 -4 million deaths*
CFR 0.02%*
CFR 2-3%* CFR < 0.2%*
1-4 million deaths*
Children & Young
Most affected Young Adult All age groups
CFR < 0.2%* Adult
H1N1
All age groups
H1N1 H3N2
H2N2 H7N9
H5N1
*) Estimated
HxNy
MENGAPA HARUS BERSIAP MENGHADAPI
PANDEMI?

 Agar mampu mengenali secara dini dan menanggulangi


dampaknya
 Membatasi atau memperlambat penularan dan
penyebaran ke wilayah yg lebih luas
 Meminimalisasi jumlah penderita yang dirawat maupun
kematian
 Menjaga/ mempersiapkan keberlangsungan unit-unit
esensial
 Mengurangi dampak ekonomi dan sosial
PANDEMI: Dengan & Tanpa Kesiagaan
PUNCAK PANDEMI
Kasus Harian

1 MUNDUR DEKOMPRESI
BEBAN
PUNCAK
2 RENDAH

KASUS RENDAH
DAMPAK BURUK
TANPA KURANG
INTERVENSI
DENGAN
INTERVENSI

“Waktu” mulai kasus pertama


Iwan MM
Pedoman-pedoman terkait Kesiapsiagaan andemi
Influenza

RENCANA STRATEGIS NASIONAL


PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENZA
2006-2008

RENCANA STRATEGIS NASIONAL


PENGENDALIAN FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA)
DAN KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI
PANDEMI INFLUENZA
2006-2008
52

2. Situasi Influenza
Sirkulasi virus zoonotic influenza

H5N1 (854 kasus di 16 negara)


H7N9 (793 China, Malaysia, Canada)
H9N2 (8 China dan 4 Mesir, 2 Bangladesh)
H10N8 (2 China)
H1N2v (2 Sweden)
H3N2v (6 USA)
H5N6 (15 China)
EPIDEMIOLOGI INFLUENZA MUSIMAN
DI DUNIA

• INFLUENZA
Angka serangan (attack rate)
- dewasa : 5 – 10%,
- anak-anak : 20 - 30%
Kasus berat: 3 – 5 juta
Kematian : 250,000 – 500,000
• Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bawah
Penyebab kematian di negara berkembang
Penyebab kematian ke 3 di dunia
Flu Burung A (H5N1, H5N6, H7N9), H9N2
(Data mg 36, 11 Sept 2017)

No Situasi Global Situasi Indonesia


1 H5N1
Kumulatif kasus Influenza Kasus konfirmasi :
A(H5N1) sejak tahun 2003 sampai Kumulatif kasus A(H5N1) sejak
2017 sebanyak 859 kasus dengan tahun 2005 sampai tahun 2017
453 kasus kematian, CFR 52,73% sebanyak 199 kasus dengan 168
(Data Monthly Risk WHO tanggal kematian (CFR 84%.)
25 Juli 2017). 

Negara yang melaporkan kasus


Influenza A (H5N1) pada tahun
2017 yaitu Mesir (3 Kasus dengan
1 Kematian.)
No Situasi Global Situasi Indonesia
2 H5N6
Kumulatif kasus A(H5N6) sejak tahun 2013 Kumulatif kasus
sampai 7 Desember 2016 sebanyak 16 kasus A(H5N6) sejak tahun
dengan 6 kematian (CFR 37,5%)  di negara China 2013 sampai dengan
(Kasus terakhir dilaporkan pada 1 Desember 2016 tanggal 28 Agustus 2017
(Update WPRO tanggal 18 Agustus 2017). adalah nihil.

3 H7N9
Kumulatif kasus flu burung A(H7N9) sejak Kasus konfirmasi
tahun 2013 sampai 9 September 2017 Kumulatif kasus sejak
dilaporkan sebanyak 1.562 kasus konfirmasi tahun 2013 sampai
dengan 607 kematian (Event Update WHO saat ini adalah nihil.
tanggal 9 September 2017).
4 H9N2
Kumulatif kasus flu burung A(H9N2) pada
tahun 2017 sebanyak 3 kasus . Kasus
terakhir dilaporkan pada 30 Juni 2017 di
China (WHO event update 9 Agustus 2017).
AVIAN FLU (H5N1) di INDONESIA

• FB pada manusia pertama dilaporkan pada Juni 2005


• Kumulatif Kasus FB sejak Juni 2005 – Agustus 2017:
 200 kasus konfirmasi; meninggal 168 (CFR= 84%)
 Tersebar di 15 Provinsi dan 58 Kab/Kota
 Terdapat 17 klaster keluarga
Mg Ke 36 : 1 kasus positif di Bali (kasus ke 200)
SITUASI FLU BURUNG PADA MANUSIA DI INDONESIA
TAHUN 2005 – September 2017
SENTINEL SURVEILANS
INFLUENZA

1. SURVEILANS ISPA BERAT INDONESIA (SIBI) DI 6


RUMAH SAKIT.
 Sampel sentinel influenza (diambil dari kasus ispa berat)
dimaksudkan untuk memantau sub-tipe virus influenza dan
mendeteksi kemungkinan subtipe virus influenza yang
berisiko menimbulkan pandemi
2. SURVEILANS INFLUENZA LIKE ILLNESS (ILI) DI 27
PUSKESMAS di 26 Provinsi
Sampel sentinel influenza like illness dimaksudkan untuk
memantau sub-tipe virus influenza dan mendeteksi
kemungkinan subtipe virus influenza yang berisiko
menimbulkan pandemi
SURVEILANS ISPA BERAT INDONESIA
(SIBI)

Definisi Operasional ISPA BERAT/SARI

Infeksi akut saluran pernapasan dengan gejala sebagai


berikut:
 Riwayat demam atau demam ≥ 38 °C DAN
 Batuk dan tidak lebih dari 10 hari sejak timbul gejala
DAN
 Memerlukan perawatan rumah sakit dan
LOKASI RUMAH SAKIT
SURVEILANS SENTINEL
INFLUENZA

SENTINEL INFLUENZA (DIAMBIL DARI KASUS ISPA BERAT)


DIMAKSUDKAN UNTUK MEMANTAU SUB-TIPE VIRUS INFLUENZA
DAN MENDETEKSI KEMUNGKINAN SUBTIPE VIRUS INFLUENZA
YANG BERISIKO MENIMBULKAN PANDEMI
Total Rawat Inap dan Proporsi ISPA Berat Berdasarkan Minggu Epidemiologi,
Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI): Mei 2013 - September 2017

2,000 20%

Total rawat inap % ISPA Berat


1,800 18%
Total Rawat Inap

1,600 16%

1,400 14%

% ISPA Berat dari Total Rawat Inap


1,200 12%

1,000 10%

800 8%

600 6%

400 4%

200 2%

0 0%

Minggu Epidemiologi

Dari total 320.425 pasien rawat inap, 3.619 (1,1%) teridentifikasi sebagai
kasus ISPA Berat.
Jumlah spesimen diperiksa Proporsi Positif Influenza, Surveilans ISPA Berat Indonesia (SIBI):
Mei 2013 - September 2017
100 100%

% Positif Influenza
Jumlah spesimen diperiksa
90 90%
% Influenza Positif
80 80%

70 70%

60 60%

50 50%

40 40%

30 30%

20 20%

10 10%

0 0%

Minggu Epidemiologi

Dari total 3.359 spesimen ISPA Berat yang diperiksa, 408 (12%)
diantaranya positif influenza.
Jumlah Kasus ISPA Berat Positif Influenza Berdasarkan Tipe dan Subtipe Virus, Surveilans
ISPA Berat Indonesia (SIBI): Mei 2013 - September 2017
15

13
-- A (H1N1)pdm09
11 -- A(H3N2)
-- B
9

-1

Jenis virus influenza yang teridentifikasi adalah influenza


B, A(H1N1)pdm09, dan A(H3N2).
HASIL SURVEILANS SENTINEL INFLUENZA
DI 6 RUMAH SAKIT SURVEILANS SENTINEL DI 6 PROVINSI
MEI 2013 - SEPTEMBER 2017

Dari total 320.425 pasien rawat inap, 3.619 (1,1%)


teridentifikasi sebagai kasus ISPA Berat.
Dari total 3.359 spesimen ISPA Berat yang diperiksa, 408
(12%) diantaranya Positif Influenza.
Jenis virus influenza yang teridentifikasi adalah
Influenza B, A(H1N1)pdm09, A(H3N2)
Kasus ISPA Berat banyak ditemukan pada kelompok umur 1 – 4 tahun
(36,2%), < 1 tahun (29,1%), dan 5 – 14 tahun (17%). Kasus influenza
banyak diidentifikasi pada kelompok umur 1- 4 tahun (40,9%).
KASUS PNEUMONIA PER SITE SENTINEL 2013-2018
350 35

300 30

250 25

200 20

150 15

100 10

50 5

0 0
Wonosari Kanujoso Bitung Deli NTB Haulussy
Serdang

Pneumonia % dari ISPA Berat 66


HASIL PEMERIKSAAN PNEUMONIA DENGAN MENGGUNAKAN RDT UAg
TAHUN 2016-2017
300 120.00

250 100.00

200 80.00

150 60.00

100 40.00

50 20.00

0 0.00
Kanujoso Haulussy Gunung kidul Bitung Deliserdang NTB INA

Di periksa Positif %
67
KASUS PNEUMONIA SEMUA KELOMPOK UMUR DI INDONESIA TAHUN
2018
120,000

100,000

80,000

60,000

40,000

20,000

-
ar t el ut el l li ar ut
b Jk e ng ten u ng l s m ia
u
b TT se Ba b al ua ta
ra ng
Ja K I t n p Su Su
R Ba N um ul M Pa
p
al al
te
D Ja Ba am S S K K
L
68
Surveilans Influenza Like Illness (ILI)

Definisi Operasional :
Demam >= 38oC dan Batuk Onset demam tidak lebih dari 10
hari

Puskesmas merekrut pasien ILI setiap hari dari senin sampai


jumat.
Contoh : Setiap hari Rabu sampel dikirim ke Lab Regional
Sampel hari Kamis-Jumat disimpan di lemari pendingin dan
dikirimkan pada hari Rabu minggu berikutnya
Lokasi Puskesmas Sentinel Surveilans
Influenza Like Illness

27 Puskesmas – 27 Provinsi
Puskesmas

SENTINEL INFLUENZA LIKE ILLNESS DIMAKSUDKAN UNTUK


MEMANTAU SUB-TIPE VIRUS INFLUENZA DAN MENDETEKSI
KEMUNGKINAN SUBTIPE VIRUS INFLUENZA YANG BERISIKO
MENIMBULKAN PANDEMI
IW
“Jauh lebih sulit untuk membuat
orang sehat dari pada membuat
mereka sakit.” 
– DeForest Clinton Jarvis

72

Anda mungkin juga menyukai