Anda di halaman 1dari 1

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT

Upaya-upaya pengendalian faktor risiko di atas, telah dilaksanakan oleh berbagai


unit terkait baik di pusat maupun daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Namun demikian, pada pelaksanaan kegiatan pengendalian faktor risiko ke depan,
Subdit ISPA akan memfokuskan kegiatannya pada penanganan gangguan perna-
fasan akibat kabut asap.

Kabut asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan dan lahan mengandung material
yang dapat berdampak negative bagi kesehatan. Dampak tersebut bisa berupa iritasi
mata, iritasi kulit, iritasi dan peradangan saluran pernapasan yang bisa berlanjut menjadi
infeksi saluran pernapasan, dan lain-lain. Jika kita mengerti cara melindungi diri dan
melakukannya dengan baik, maka dampak negatif tersebut dapat dikurangi. Semua
orang berisiko terkena dampak kabut asap dan harus melakukan upaya pencegahan.
Bayi, Balita, ibu hamil, orang lanjut usia, orang dengan penyakit kronis seperti penyakit
paru kronik, jantung, asma mempunyai risiko lebih besar terkena
sehingga harus lebih berhati-hati.

Pada saat kejadian kebakaran hutan subdit ISPA melakukan surveilans kasus ISPA
untuk melihat kecenderungan kasus akibat asap.

C. CAPAIAN HASIL KEGIATAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ISPA


PERIODE 2010-2014
1. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
Salah satu indikator kunci dalam program P2-ISPA adalah cakupan penemuan
pneumonia balita. Sejak tahun 2000, angka cakupan penemuan pneumonia Balita
berkisar antara 20%-36%. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional
yaitu periode 2000-2004 sebesar 86%, sedangkan periode 2005-2009 adalah dalam
kisaran 46%-86%. Sementara itu, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6
cakupan penemuan pneumonia balita cenderung tidak berubah periode 2011-2014.
Peningkatan terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 63,45%.

Anda mungkin juga menyukai