Anda di halaman 1dari 3

Rintik air yang jatuh mulai membasahi bumi, udara

yang sebelumnya panas dan pengap secara perlahan


mulai terasa segar. Hujan di sore hari tidaklah buruk
karena adanya pemandangan langit di ufuk barat
masih terbias cahaya mentari yang menjingga walau
samar.

Aku masih berdiri di balkon sembari memainkan


rintik air yang jatuh perlahan dan semakin deras. Bias
jingga yang sebelumnya kupandang sekarang telah
tergantikan dengan gelapnya awan hujan. Lampu -
lampu jalan mulai menyala dengan sendirinya
menandakan hari menjelang petang.

Beralih dari balkon aku memilih untuk masuk ke


dalam kamar dan melaju ke kamar mandi untuk
membersihkan diri. Tidak membutuhkan waktu lama
untuk mandi dan merapikan penampilanku yang
kusut karena lelah bekerja seharian. Dengan
menggunakan dress rumahan model one piece aku
memilih untuk keluar kamar.

Sembari menuruni anak tangga mataku bertatapan


dengan mata teduh milik mama yang menatapku dari
ruang makan.

"Baru saja mau mama panggil untuk makan malam,


sudah turun aja kamu". Ujar mama sembari duduk di
kursi samping kanan papa.

1
Kami hanya tinggal bertiga dirumah ini. Rumah
mungil berlantai dua di kawasan kompleks dandelion
ini adalah hasil kerja keras papa dan mama.

"Nin, mama mau nanya sesuatu boleh" tanya mama


menoleh padaku sambil mencuci perlengkapan bekas
makan.

"Nanya apa ma? Biasa juga langsung bilang tanpa


harus izin dulu". Tanganku sibuk membilas dan
meniriskan perlengkapan makan.

"Kamu sudah punya gandengan belum?". Mama


membilas dan mengeringkan tangannya lalu duduk di
kursi bar samping dapur.

Aku memilih duduk disamping mama, "Gandengan?


Banyak sih mah". Kalau cuma gandengan atau teman
jalan aku punya banyak nggak usah ditanya lagi.

"Maksud mama tuh pacar atau kekasih atau calon


mungkin? Masa kamu kalah sama anak tetangga dan
adik sepupumu. Tante kamu sering nanyain tentang
kamu".

Aku menghela nafas pelan, "Jadi mama nanya kayak


gini karena tante Nita mulai kepo dengan Anin?
Cuekin aja kenapa sih mah nggak usah ditanggapin".

Terkadang aku merasa risih dengan keluarga dari


pihak mama yang sering kepo dengan kehidupan

2
keluargaku. Berbanding terbalik dengan keluarga
papa yang adem ayem dan nggak neko-neko.

"Bukan gitu, tadi tante kamu kesini katanya ngasih


tahu mama kalau minggu depan si Vera mau dilamar.
Habis itu ngobrol sana sini segala macam terus tiba-
tiba nanya tentang kamu.".

Aku paham itu hanya alibi mama yang sudah ngebet


pengen punya mantu karena beberapa teman
sebayaku dan adik sepupu perempuan ku rata-rata
sudah menikah.

"Maaf ma, Anin belum ada gandengan atau apalah


yang mama tanyain tadi. Masih mau fokus sama
butik dan pembukaan cafe yang rencananya akan
opening bulan depan". Aku menyesal
mengatakannya karena setelah mendengar hal ini
mama langsung pamit ke kamar. Tapi planning bisnis
cafe ini adalah salah satu bidang usaha yang akan
coba aku jalankan karena melihat peluang yang
cukup besar selain dari segi ekonomi juga mampu
menyediakan beberapa lowongan kerja.

Anda mungkin juga menyukai