Anda di halaman 1dari 6

ABRASI PANTAI DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN TAKALAR SULAWESI

SELATAN

Oleh :
A. Muhammad Ishak Yusma
(Perencana Muda)

PENDAHULUAN

Indonesia yang merupakan sebuah negara kepulauan terdiri dari gugusan pulau
yang membentang seluas 8.300.000 km2. Dengan jumlah pulau sekitar 17.504 dan
yang sudah dibakukan dan disubmisi ke PBB adalah sejumlah 16.056 pulau. Total
Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia adalah 3.110.000
km2 dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Pantai menjadi batas antara
daratan dan perairan, dengan berbagai dinamika yang timbul akibat pengaruh
dari darat maupun laut. Kawasan pantai sangat intensif dimanfaatkan oleh
manusia, seperti pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan,
perkebunan, pertambakan, pertanian, perikanan tangkap, pariwisata, dan
sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan kebutuhan akan lahan dan
pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut.

Kabupaten Takalar terletak di bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan. Pesisir


Kabupaten Takalar berhadapan langsung dengan Selat Makassar. Pemanfaatan
lahan di pesisir Kabupaten Takalar sebagian besar untuk pemukiman, hutan
mangrove, tambak, dan objek wisata. Wilayah Pesisir Kabupaten Takalar saat ini
mengalami kondisi yang mengkhawatirkan. Penelitian Eka dan Sakka (2013)
tentang kerentanan pantai Takalar menunjukkan bahwa 18 km dari total 56 km
panjang pantai Takalar memiliki tingkat kerentanan pesisir yang sangat tinggi dan
parameter yang paling mempengaruhi kerentanan pesisir Takalar tersebut
adalah perubahan garis pantai yang disebabkan oleh abrasi.
Peta wilayah Pesisir Kabupaten Takalar

PENYEBAB ABRASI

Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya abrasi. Fakor tersebut bisa
dibedakan menjadi dua yaitu factor alam dan factor manusia. Faktor alam yang
dapat menyebabkan terjadinya abrasi antara lain seperti pasang surut air laut,
angin di atas lautan, gelombang laut serta arus laut yang sifatnya merusak.
Tentunya faktor alam yang menyebabkan abrasi ini tidak dapat dihindari karena
laut memiliki siklusnya tersendiri. Karena pada suatu periode tertentu angin akan
bertiup sangat kencang sehingga menghasilkan gelombang dan arus laut yang
besar pula yang dapat menyebabkan pengikisan pantai. Ditambah dengan
terjadinya fenomena perubahan iklim seperti gelombang dan ombak tinggi.
Pemanasan global juga menjadi salah satu pemicu abrasi pantai. Dampak
aktivitas kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik industri serta pembakaran
hutan yang menimbulkan asap yang menghasilkan zat karbon dioksida tersebut
akan menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan oleh bumi.
Akibatnya panas tersebut akan terperangkap di lapisan atmosfer yang dapat
menyebabkan suhu di bumi meningkat. Apabila ada kenaikan suhu di bumi,
maka es di Kutub akan mencair dan permukaan air laut akan mengalami
peningkatan yang dapat mempengaruhi wilayah pantai yang rendah.
Beberapa perilaku manusia juga ikut menjadi penyebab terjadinya abrasi pantai.
Salah satunya adalah terjadinya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh
manusia terhadap kekayaan sumber daya laut dan pesisir seperti ikan,
mangrove, terumbu karang dan biota lainnya. Kegiatan penambangan pasir
yang dilakukan oleh manusia secara besar-besaran juga menjadi faktor
penyebab abrasi pantai. Hal itu berpengaruh secara langsung terhadap
kecepatan dan arah air laut saat menghantam daerah pantai. Karena jika tidak
membawa pasir maka kekuatan untuk menghantam pantai semakin besar.

DAMPAK ABRASI

Abrasi adalah prosespengikisan pantaioleh tenagagelombang laut dan arus laut


yang bersifat merusak (Ramadhan, Isa., 2013). Abrasi berdampak luas terhadap
lingkungan dan akhirnya berimbas kepada manusia. Abrasi menyebabkan
penyusutan garis pantai sehingga lahan daratan utama semakin berkurang dan
membahayakan masyarakat pesisir yang tinggal di pinggir pantai.

Dengan rusaknya hutan bakau di sepanjang pesisir pantai menyebabkan


memperbesar resikonya bencana dan berkurangnya sumber daya ikan dan
plasma nutfah karena rusaknya hutan bakau.

Abrasi pantai akibat terjangan ombak membuat puluhan keluarga di Desa


Bontokanang, Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar. Sebanyak 57
KK (kepala keluarga) mengungsi dari semua titik-titik abrasi di Takalar Sejumlah
makam keluarga Raja Gowa ke 16 Sultan Hasanuddin di Kompleks Pemakaman
Kassibumbung yang berada di Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang
juga terdampak abrasi. Kompleks pemakaman tersebut memiliki nilai historis
dimana keluarga Sultan Hasanuddin dimakamkan disitu. Lokasi kompleks makam
keluarga Raja Gowa tersebut hanya berjarak sekitar 10 meter dari bibir pantai.
Kondisi makam tersebut saat ini sangat memprihatinkan dan terancam akan
hilang. Beberapa makam umum juga terdampak oleh abrasi, dimana seringnya
ditemukan tulang belulang di pesisir pantai (TribunNews, 2022).
Abrasi yang tejadi di area pemakaman di Takalar

Abrasi pantai menghilangkan 5 sampai 7 meter jalanan yang terdampak. Jika


diperkiran dampak abrasi sepanjang bibir pantai ini kurang lebih 4 kilo meter
(CNN, 2021). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan garis
pantai di Pesisir Takalar baik pada musim timur maupun musim barat. Kejadian
abrasi lebih dominan dibandingkan akresi. Abrasi terbesar terjadi di Kecamatan
Galesong Selatan dan Mappakasungu, sedangkan akresi terbesar terjadi di
Kecamatan Sanrobone, Mappakasunggu, dan Mangarabombang. (Fajriyati,
dkk.,2021) PENANGANAN ABRASI

Guna mengatasi abrasi beberapa solusi yang bisa diambil diantaranya adalah
menanam kembali pohon bakau. Pohon bakau merupakan jenis pepohonan
yang akarnya dapat menjulur ke dalam air pantai. Biasanya pohon bakau
ditanam sejajar garis pantai untuk sekaligus membatasi daerah air dengan
daerah pantai yang berpasir. Akar pohon bakau yang kuat akan menahan
gelombang dan arus laut yang mengarah ke pantai agar tidak menghancurkan
bebatuan dan tanah di daerah pantai.
Penanaman Mangrove di wilayah pesisir pantai

Hal lain yang bisa dilakukan adalah Memelihara kondisi terumbu karang. Seperti
kita ketahui bahwa terumbu karang memiliki fungsi sebagai pemecah
gelombang. Dengan begitu, apabila ekosistem terumbu karang diperbaiki maka
dapat meminimalisir terjadinya abrasi. Beberapa lokasi pantai di kabupaten
takalar perlu dilakukan program transplantasi karang guna mengurangi dampak
ombak dan mengembalikan fungsi biologis terumbu karang yakni sebagai
daerah perkembangbiakan sejumlah jenis ikan. Hal lain yang bisa ditempuh guna
mengatasi abrasi adalah mencegah penambangan pasir. Hal ini merupakan
tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah dan pusat yang harus tegas
melarang kegiatan penambangan pasir di daerahdaerah tertentu, yaitu melalui
peraturan pemerintah. Pencegahan abrasi dapat dilakukan bila persedian pasir
di lautan masih memadai sehingga gelombang air tidak menyentuh garis pantai.
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisirdan Pulau-pulau Kecil telah memberikan
arahan dalam upaya upaya dalam mitigasi bencana yang dituangkan dalam
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
REFERENSI

Eka, W.S. & Sakka, S.A., 2013. Analisis Kerentanan Pantai Di Kabupaten Takalar. Jurnal
Penelitian Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas MIPA. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Fajriyati, et al., 2021. Perubahan Garis Pantai pada Musim Timur dan Barat kaitannya
dengan Karakteristik Gelombang di Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan
Jurnal Kelautan Tropis November 2021 Vol. 24(3):302-310. Makassar

Ramadhan, Isa.,2013. Buku Panduan pencegahan Abrasi Pantai. Jurusan Pendidikan

Geografi. Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung WEBSITE

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211207202723-20-731146/abrasi-di-takalar-
sulsel-57kepala-keluarga-mengungsi.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220923185153-20-851920/dampak-abrasi-
di-takalarmakam-keluarga-raja-gowa-terancam-hilang
https://makassar.tribunnews.com/2022/09/23/abrasi-di-bibir-pantai-desa-
punaga-takalarmakin-parah-tulang-tulang-manusia-berserakan
https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4309-abrasi

Anda mungkin juga menyukai