SELATAN
Oleh :
A. Muhammad Ishak Yusma
(Perencana Muda)
PENDAHULUAN
Indonesia yang merupakan sebuah negara kepulauan terdiri dari gugusan pulau
yang membentang seluas 8.300.000 km2. Dengan jumlah pulau sekitar 17.504 dan
yang sudah dibakukan dan disubmisi ke PBB adalah sejumlah 16.056 pulau. Total
Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia adalah 3.110.000
km2 dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. Pantai menjadi batas antara
daratan dan perairan, dengan berbagai dinamika yang timbul akibat pengaruh
dari darat maupun laut. Kawasan pantai sangat intensif dimanfaatkan oleh
manusia, seperti pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan,
perkebunan, pertambakan, pertanian, perikanan tangkap, pariwisata, dan
sebagainya. Sehingga dapat meningkatkan kebutuhan akan lahan dan
pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut.
PENYEBAB ABRASI
Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab terjadinya abrasi. Fakor tersebut bisa
dibedakan menjadi dua yaitu factor alam dan factor manusia. Faktor alam yang
dapat menyebabkan terjadinya abrasi antara lain seperti pasang surut air laut,
angin di atas lautan, gelombang laut serta arus laut yang sifatnya merusak.
Tentunya faktor alam yang menyebabkan abrasi ini tidak dapat dihindari karena
laut memiliki siklusnya tersendiri. Karena pada suatu periode tertentu angin akan
bertiup sangat kencang sehingga menghasilkan gelombang dan arus laut yang
besar pula yang dapat menyebabkan pengikisan pantai. Ditambah dengan
terjadinya fenomena perubahan iklim seperti gelombang dan ombak tinggi.
Pemanasan global juga menjadi salah satu pemicu abrasi pantai. Dampak
aktivitas kendaraan bermotor atau dari pabrik-pabrik industri serta pembakaran
hutan yang menimbulkan asap yang menghasilkan zat karbon dioksida tersebut
akan menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan oleh bumi.
Akibatnya panas tersebut akan terperangkap di lapisan atmosfer yang dapat
menyebabkan suhu di bumi meningkat. Apabila ada kenaikan suhu di bumi,
maka es di Kutub akan mencair dan permukaan air laut akan mengalami
peningkatan yang dapat mempengaruhi wilayah pantai yang rendah.
Beberapa perilaku manusia juga ikut menjadi penyebab terjadinya abrasi pantai.
Salah satunya adalah terjadinya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh
manusia terhadap kekayaan sumber daya laut dan pesisir seperti ikan,
mangrove, terumbu karang dan biota lainnya. Kegiatan penambangan pasir
yang dilakukan oleh manusia secara besar-besaran juga menjadi faktor
penyebab abrasi pantai. Hal itu berpengaruh secara langsung terhadap
kecepatan dan arah air laut saat menghantam daerah pantai. Karena jika tidak
membawa pasir maka kekuatan untuk menghantam pantai semakin besar.
DAMPAK ABRASI
Guna mengatasi abrasi beberapa solusi yang bisa diambil diantaranya adalah
menanam kembali pohon bakau. Pohon bakau merupakan jenis pepohonan
yang akarnya dapat menjulur ke dalam air pantai. Biasanya pohon bakau
ditanam sejajar garis pantai untuk sekaligus membatasi daerah air dengan
daerah pantai yang berpasir. Akar pohon bakau yang kuat akan menahan
gelombang dan arus laut yang mengarah ke pantai agar tidak menghancurkan
bebatuan dan tanah di daerah pantai.
Penanaman Mangrove di wilayah pesisir pantai
Hal lain yang bisa dilakukan adalah Memelihara kondisi terumbu karang. Seperti
kita ketahui bahwa terumbu karang memiliki fungsi sebagai pemecah
gelombang. Dengan begitu, apabila ekosistem terumbu karang diperbaiki maka
dapat meminimalisir terjadinya abrasi. Beberapa lokasi pantai di kabupaten
takalar perlu dilakukan program transplantasi karang guna mengurangi dampak
ombak dan mengembalikan fungsi biologis terumbu karang yakni sebagai
daerah perkembangbiakan sejumlah jenis ikan. Hal lain yang bisa ditempuh guna
mengatasi abrasi adalah mencegah penambangan pasir. Hal ini merupakan
tugas dan tanggungjawab pemerintah daerah dan pusat yang harus tegas
melarang kegiatan penambangan pasir di daerahdaerah tertentu, yaitu melalui
peraturan pemerintah. Pencegahan abrasi dapat dilakukan bila persedian pasir
di lautan masih memadai sehingga gelombang air tidak menyentuh garis pantai.
Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2010 tentang
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisirdan Pulau-pulau Kecil telah memberikan
arahan dalam upaya upaya dalam mitigasi bencana yang dituangkan dalam
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.
REFERENSI
Eka, W.S. & Sakka, S.A., 2013. Analisis Kerentanan Pantai Di Kabupaten Takalar. Jurnal
Penelitian Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas MIPA. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Fajriyati, et al., 2021. Perubahan Garis Pantai pada Musim Timur dan Barat kaitannya
dengan Karakteristik Gelombang di Pesisir Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan
Jurnal Kelautan Tropis November 2021 Vol. 24(3):302-310. Makassar
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211207202723-20-731146/abrasi-di-takalar-
sulsel-57kepala-keluarga-mengungsi.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220923185153-20-851920/dampak-abrasi-
di-takalarmakam-keluarga-raja-gowa-terancam-hilang
https://makassar.tribunnews.com/2022/09/23/abrasi-di-bibir-pantai-desa-
punaga-takalarmakin-parah-tulang-tulang-manusia-berserakan
https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4309-abrasi