Anda di halaman 1dari 3

PENYAKIT DIFTERI

1. Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarang ini penyakit difteri mudah kita temui pada masyarakat
luas. Sedikitnya 19,37% dari penyakit ini mengalami kematian. Hal ini disebabkan
karena ketidaktahuan masyarakat terhadap ke-4 penyakit ini yang diantaranya
mempunyai faktor penyebab seperti kurangnya sosialisasi terhadap penyakit difteri,
gaya hidup masyarakat yang kurang sehat serta keenganan masyarakat untuk bertanya
mencari informasi pada tempat-tempat pelayanan kesehatan. Penyakit difteri
merupakan penyakit berbahaya yang sukar untuk disembuhkan karena umumnya
penyakit ini merusak organ-organ pada tubuh manusia.

A. Pengertian Difteri

Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang banyak


dialami oleh anak-anak. Penyakit ini mudah menular dan menyerang teruata daerah
saluran pernafasan bagaian atas. Penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber
dari Corynebacterium diptheriae. Penyakit ini menyerang bagian atas mukosa saluran
pernapasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit tekak
dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang menutupi tonsil
serta bagian saluran pernapasan.

Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pda faktor-faktor
alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan dari
kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri. Tingkat
kematian akibat difteri paling tinggi dikalangan bayi dan orang tua dan kematian
biasanya terjadi dalam tiga hingga empat hari. Perawatan bagi penyakit ini termasuk
antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Umumnya difteri dapat
dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak
mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.

B. Penemu Difteri

Adalah Emil Von Behring (1854-1817) seorang Dokter berkebangsaan Jerman


peraih nobel kesehatan dan kedokteran pada tahun 1901 yang menemukan penyakit
difteri yang banyak menalan korban jiwa diJerman, terutama anak-anak.
Emil Von Behring belajar ilmu kedokteran di Royal Medical-Surgical
Friedrich-Wilhelm-Institute pada tahun 1874 dan lulus pada tahun 1978. Selain
menemukan penyakit difteri Emil pun menemukan serum yang bisa menguatkan tubuh
dari penyakit diferi. Saat itu Emil menjadi asisten Robert Koch di Universitas Berlin
pada tahun 1888. Emil mencoba berbagai senyawa golongan antiseptik seperti
iodoform, merkuri dan asetilen untuk membunuh bakteri penyebab difteri.

Emil berhasil menemukan serum difteri dengan membuat kultur bakteri difteri
dengan iodine triklorida. Kultur ini kemudian di suntikan ke babi guinea. Hasilnya
babi guinena tersebut menjadi kebal terhadap difteri. Serum darah dari babi guinea
tersebut disuntikan kembali kepada babi guinea yang kedua dan hasilnya babi guinea
kedua itu pun kebal terhadap difteri. Atas penemuannya ini Emil kemudian dikenal
sebagai pelopor/penemu terapi serum.

C. Penyebab Difteri

Penyakit difteri adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium Diphteriae, suatu bakteri yang tidak bergerak dan tidak membentuk
spora. Gejala difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil
kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih
keabu-abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai
tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga
menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena
menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf

Penyakit difteri disebabkan karena disebarkan orang melalui pernapasan,


terutama droplet tenggorokan yang disebabkan batuk dan bersin. Difteri pun bisa
tersebar melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman kepadaorang lain
yang sehat. Selain itu penyakit ini juga bisa ditulrkan melalui benda atau makanan.

D. Bahaya Difteri

Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. penyakit ini
menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyerang anak-anak yang belum di
imunisasi. Pada tahun 2000, diseluruh Negara dilaporkan ada 30.000 kasus dan 3000
diantaranya meninggal karena penyakit ini.

Di negara berkembang difteri acap menjadi penyebab kematian pada anak-


anak. Untungnya dekade terakhir telah dikembangkan vaksin difteri (DPT) yang
menjadi imunisasi wajib pada anak. Sayangnya kekebalan hanya diperoleh selama 10
tahun setelah imunisasi, sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster
setiap 10 tahun sekali. Penderita difteri sebaiknya dirawat dirumah sakit, diunit
perawatan intensif. Ia akan diberi suntikan antitoksin dan mendapatkan pemantauan
ketat terhadap sistem pernapasan dan jantung. Untuk melenyapkan bakteri diberikn
antibiotik. Pemulihan difteri yang berat akan berlangsung perlahan. Biasanya anak
tidak boleh terlalu banyak bergerak, karena kelelahan bisa melukai jantung yang
meradang.

Anda mungkin juga menyukai