Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH REVIEW JURNAL

Praktik Finansial Teknologi Ilegal Dalam Bentuk Pinjaman Online Di Tinjau Dari
Etika Bisnis
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis)

Dosen Pengampu:
Nadia Tiara Putri, S.Si., M.B.A
Disusun oleh:
Kelas E&F Kelompok 7 :
1) Aqbar Rizkilillah (22220063)
2) Juli Firmanto (22220160)
3) Silvi Dwi Nurlita (22220310)
4) Chindy Wahyu Claudya (22220083)
5) Rizky Nanda Pratama (22220289)
6) Natasyalintang A. (22220226)
7) Rika Fitriani (22220278)
8) DestoFitrian (22220008)
9) Siti Munawaroh (22220314)
10) Anisa Nur Ashifa (22220003)
11) Siti Nurhasanah (22220316)
12) Silvalia Agustin (22220308)
13) Sista Julianti (22220312)
14) Dewi Anggun Ningtyas (22220102)
15) Melsin Regi Pratiwi (22220197)
16) Rifqi Agung Nugraha (22220276)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat disusun samapi dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penu;isan sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa dibaca dan
dipraktekan dalam kehiduapan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun masih
merasa banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini , karna keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 15 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI……………………………..……………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1.LATAR BELAKANG………………………………………………………1
1.2.RUMUSAN MASALAH...............................................................................1
1.3.TUJUAN PEMBAHASAN…………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………2
2.1.Perlunya Menanggulangi Pinjaman Online Ilegal Dalam Dunia
Bisnis…………………………………………………………………..…………..2

2.2. Praktik Finansial Teknologi Ilegal Dilihat Dari Prespektif Etika


Bisnis…………...………………………………………………………………….3

BAB III PENUTUP……………………………………………………………....4

3.1. KESIMPULAN…………………………..……………………………......4

3.2. SARAN ………………………………………..………………………….5

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..……………..6

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sejak Januari 2018 hingga April 2019, Satuan Tugas Waspada Invenstasi
OJK telah memblokir 947 entitas tekfin berjenis pinjaman antar pihak (peer
to peer lending) tak berizin. Perusahaan tersebut dikatakan ilegal karena
tidak sesuai dengan Peraturan OJK Nomor77/POJK.01/2016 tentang
Layanan Umum Pinjam-Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi.
Regulasi tersebut mengatur,perusahaan tekfin wajib mengajukan izin
kepada. OJK untuk menjalankan usahanya. Syarat yang harus dipenuhi
adalah akta pendirian badan hukum, daftar kepemilikan, data pemegang
saham, dan data direksi dan komisaris (Widi, 2019).
Meskipun sudah dilakukan upaya untuk pemblokiraan bahkan hampir
diangka seribu tekfin ilegal, akan tetapi masih ditemukan banyak aplikasi
tekfin ilegal yang tetap beroperasi. Tekfin ilegal jenis pinjaman antar pihak
melalui daring itu gencar menawarkan pinjaman melalui pesan singkat,
iklan internet, dan menawarkan dengan iming-iming syarat kredit yang
mudah dengan mencantumkan alamat tautan aplikasi.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud Finansial Teknologi?
2. Apa saja ciri - ciri pinjaman online ilegal?
3. Apa saja dampak negative dalam penggunaan pinjaman online?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


1. Ingin mengetahui apa itu finansial teknologi
2. Ingin mengetahui ciri - ciri pinjaman online ilegal
3. Ingin mengetahui dampak negative dalam penggunaan pinjaman online

1
BAB II
PEMBAHAHASAN

2.1.Perlunya Menanggulangi Pinjaman Online Ilegal Dalam Dunia Bisnis

Penggunaan jasa pinjaman online atau (P2P Lending) semakin marak saat ini.
Kemudahan dalammeminjam dana menjadi salah satu kelebihan layanan jasa
keuangan ini dibandingkan perbankan. Dalam hitungan hari, pinjaman dapat
langsung dicairkan tanpa perlu repot-repot mendatangi bank.

Pelanggaraan yang terjadi pada konsumen peminjam atas penyalahgunaan


data pribadi pada jaringan seluler oleh peerusahan penyedia platform diantarnaya
penagihan intimidatif , penyebaran data pribadi pada kontak yang ada di nomer
milik konsumen hingga pelecehan seksual. Ragam dugaan pelanggaran tersebut
salah satunya bersumber dari hasil laporan pengaduan masyarakat yang diterima
Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta sejak tahun lalu.LBH Jakarta mencatat
sebanyak 14 pelanggaran hukum dan hak asasi manusia yang dialami oleh korban
aplikasi pinjaman online. Pelanggaran-pelanggaran tersebut sebagai berikut
(Rizki, 2019):
 Bunga yang sangat tinggi dan tanpa batasan.
 Penagihan yang tidak hfanya dilakukan pada peminjam atau kontak
darurat yang disertakan oleh peminjam.
 Ancaman, fitnah, penipuan dan pelecehan seksual.
 Penyebaran data pribadi.
 Penyebaran foto dan informasi pinjaman ke kontak yang ada pada gawai
peminjam.
 Pengambilan hampir seluruh akses terhadap gawai peminjam.
 Kontak dan lokasi kantor penyelenggara aplikasi pinjaman online yang
tidak jelas.
 Biaya admin yang tidak jelas.
 Aplikasi berganti nama tanpa pemberitahuan kepada peminjam, sedangkan
bunga pinjaman terus berkembang.
Adanya perusahaan bisnis pinjaman online atau (P2P Lending) ilegal tentunya
memiliki dampak negatif, diatara dampak tersebut yaitu:
1. bisnis pinjaman online atau (P2P Lending) ilegal dapat dijadikan sebagai
sarana untuk melakukan tindak pidana pencucian uang atau pendanaan
terorisme.
2. Penyalahgunaan datadan informasi pengguna layanan atau konsumen
dalam hal ini masyarakat. Masyarakat tidak menyadari bahwa perusahaan
bisnis finansial teknologi juga mencatat berbagai data pribadi yang
termuat dalam smartphone yang dimilikinya pada saat mendaftar.
3. kehilangan potensi penerimaan pajak. Tentunya potensi pajak dari bisnis
finansial teknologi ilegal sangat besar mengingat jumlahnya yang lebih
banyak dibandingkan dengan yang terdaftar di OJK.

2
Bisnis pinjaman online atau (P2P Lending) merupakan salah satu wujud
perkembangan dalam dunia bisnis. Perkembangan bisnis yang tumbuh dengan
pesat menjadi tantangan bagi para pelaku usaha untuk tetap mempertahankan
kelangsungan kegiatan bisnisnya (Fauzan, & Nuryana, 2014). Pada kegiatan
bisnis hendaknya dilakukan secara jujur dan menjunnjung tinggi prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan suatu prinsip etika bisnis. Kini kejujuran merupakan suatu
jaminan dan dasar bagi kegiatan bisnis (Pambudi, 2018).

Berbicara tentang etika tentu tidak lepas dari pandangan orang tentang
perilaku. Perilaku dapat dinilai baik atau tidak baik, khususnya dalam
hubungannya dengan manusia, sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang diyakini
dan berkembang di lingkungannya (Prihatini, 2011). Terdapat banyak kepentingan
yang memerlukan pemahaman dan kesepakatan secara komprehensif dalam
melihat aspek hukum dan etika bisnis apabila dikaitkan dengan praktik bisnis
fintech pinjaman online (Wijiharjono, 2012). Pada kegiatan bisnis pinjaman
online atau (P2P Lending) pun demikian mengingat adanya suatu kesepakatan
pada awal kegiatan peminjaman dana secara online sehingga harus
mengedepankan prinsip kejujuaran sebagaimana dalam perspektif etika bisnis.

2.2. Praktik Finansial Teknologi Ilegal Dilihat Dari Prespektif Etika Bisnis
Finasial teknologi merupakan bagian dari penerapan teknologi informasi di bidang
keuangan. Meskipun tidak terdapat definisi yang baku, pada dasarnya fintech adalah
sebuah segmen dari dunia start-up yang memiliki fokus untuk memaksimalkan
penggunaan teknologi guna mengubah, mempercepat atau mempertajam berbagai aspek
dari layanan keuangan yang tersedia saat ini. Penyelenggaraan Teknologi Finansial
dikategorikan ke dalam: sistem pembayaran; pendukung pasar; manajemen investasi dan
manajemen risiko; pinjaman, pembiayaan, dan penyediaan modal; dan jasa finansial
lainnya (Yuking, 2018).

Kemunculan perusahaan - perusahaan keuangan dalam bidang layanan pinjam


meminjamuang berbasis teknologi informasi yang semakin mendapatkan perhatian publik
dan regulator yakni Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia. Hal tersebut
tertuang dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.01/2016 tentang
Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Dalam POJK tersebut
mengatur tentang layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi.
Perusahaan-perusahaan rintisan (startup) yang bermunculan di Indonesia memiliki
karateristis tersendiri dalam menjalan jenis bisnis yang dijalankan yang berbasis
Financial Technology (Dunia Fintech, 2017) salah satunya dengan sistem pinjaman
online yaitu Peer to Peer Lending (P2P).

Sayangnya, perkembangan platform jasa keuangan dengan bisnis pinjaman online


(P2P Lending) juga lekat dengan stigma negatif dari masyakarat khususnya dalam
penagihan. Publik sering mengeluhkan mekanisme penagihan perusahaan pinjaman
online (P2P Lending) secara intimidatif hingga mengandung pelecehan seksual. Salah
satu ancaman yang dilakukan perusahaan pinjaman online (P2P Lending) dalam
penagihan tersebut berupa laporan kepada kepolisian untuk dikenakan sanksi misalnya
yaitu apabila pihak peminjam,tidak membayar maka akan dianggap lalai bahkan
mengarah pada penipuan sehingga dapat di proses hukum untuk mendapatkan ancaman
pidana.

3
4
BAB III

PENUTUP
3.1.KESIMPULAN

Perusahaan fintech P2P lending illegal atau Pinjaman Online Ilegal dikenal
juga dimasyarakat sebagai pinjol. Pinjaman Online illegal merupakan
penyelenggara lembaga jasa keuangan lainnya yang bergerak dilayanan
peminjaman dana dan tidak mengajukan pendaftaraan dan perizinan ke OJK
sesuai Pasal 7 peraturan OJK No. 77/PJOK.01/2016 tentang layanan pinjam
meminjam uang berbasis teknologi informasi atau disingkat dengan PJOK
LPMUBTI.
P2P online (Peer To Peer) Lending merupakan bentuk perkembangan baru
dalam dunia bisnis. Masyarakat dengan mudah mendapatkan dana hanya dengan
memberikan data pribadinya. Kemudahan yang diberikan tidak menuntut
kemungkinan akan munculnya resiko yang akan terjadi kepada penggunanya.
Seperti Kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh pinjol ilegal di antaranya adalah
bunga pinjaman yang sangat tinggi, penagihan kasar kepada penerima pinjaman,
waktu jatuh tempo pembayaran pinjaman yang tidak sesuai dengan perjanjian di
awal, serta akses terhadap data pribadi. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan etika
dalam berbisnis mengingat kegiatan bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
hanya mengutamakan keuntungkan, tetapi bisnis yang baik itu adalah yang baik
secara moral.
3.2. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki pengetahuan sertawawasan luas,
sebaiknya dalam mengambil sebuah keputusan lebih dipikirkan secara matang
baik dan buruknya terlebih dahulu. Jangan mudah terpengaruh akan
kemungkinan-kemungkinan menarik yang mungkin didapatkan karena segala
kemungkinan belum ada yang pasti terlebih terhadap sesuatu yang besifat
menyimpang serta melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
2. Bagi Orang Tua
Seyogyanya sebagai orang tua yang memiliki kewajiban untuk mengawasi anak
agar dapat tumbuh menjadi manusia yang baik serta bermanfaat bagi Bangsa dan
Negara, sebaiknya dalam melakukan pengawasan dan kontrol dapat lebih
ditingkatkan lagi. Meskipun terkendala jarak, tetapi semua itu dapat diminimalisir
dengan kemajuan teknologi. Komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak
serta nasihat yang diberikan oleh orang tua akan mempengaruhi kepribadian
seorang anak. Kontrol sosial yang ketat namun tidak membuat anak merasa
tertekan akan memperkecil kemungkinan seorang anak untuk melakukan sebuah
penyimpangan.

5
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat sebagai tempat terjadinya segala proses dalam kehidupan seharusnya
harus mampu memberikan kontrol dan pengawasan terhadap manusia lain sebagai
sesama anggota dalam masyarakat. Ketika pengawasan dan kontrol sosial
diterapkan dan diawasi dengan ketat oleh masyarakat sekitar terhadap nilai dan
norma yang baik, maka kemungkinan untuk dapat terjadinya sebuah
penyimpangan dapat sedikit diminimalisi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Widi, H. (2019, Juni 17). Jerat Massal Tekfin Ilegal, Harian Kompas.
Haryono, A. (2018). Urgensi Etika Bisnis Dalam Mengakomodir Ketertiban
Pemasaran Perusahaan Periklanan (Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2002 Tentang Penyiaran). Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTIE, Vol. 11,
(No. 1), p. 5.
Yuking, A. (2018). Urgensi Peraturan Perlindungan Data Pribadi Dalam Era
Bisnis Fintech. Jurnal Hukum & Pasar Modal, Vol. VIII. Ed. 16/2018, p.2
Dunia Fintech. (2017). Apa itu Tekfin dan Jenis Starup di Indonesia?. Retrieved
from https://www.duniafintech.com/pengertian-danjenis-startup-fintech-di-
indonesia/
Rizki, M. (2019). Permasalahan tekfin ini bahkan merenggut nyawa nasabah yang
memilih bunuh diri akibat depresi karena penagihan pinjaman. Berbagai bentuk
pelanggaran tekfinini dapat dijerat secara pidana. Retrieved
fromhttps://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5 c6cacf0c858c/pasal-pasal-
pidana-yang-bisajerat-perusahaan-fintech-ilegal/2019

Anda mungkin juga menyukai