Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sindy Rampa Panggalo

Stambuk : 2181.3714

Matakuliah : Konseling Pastoral

Tugas : Proyek Khusus

Di jemaat saya berdomisili ada satu pemuda yang setiap malam katanya suka sekali nonton video
porno. Orang tuanya perna mendapatkan dia dalam kamar sedang asik nonton video porno.
Pemuda ini adalah seorang perempuan dan dia berumur 16 tahun. Dia dari latar belakang
keluarga yang berada, ibunya seorang PNS dan ayahnya seorang petani.

Menurut saya masalah yang dialami oleh pemuda ini memerlukan waktu yang panjang,
kesabaran dan doa serta peranan Roh Kudus dalam menjamah dan memulihkan pemuda ini,
karena masalah yang dia alami sekarang bisa jadi karena ada sesuatu yang terjadi ketika dia
masih kecil. Apakah itu dia perna melihat orang tuanya melakukan hubungan seksual atau
ayahnya yang perna melakukan pelecehan kepadanya dan dia tidak bisa bertindak apa-apa karena
ayahnya marah ketika pemudi ini melawan atau karena pergaulananya yang tidak baik. Jadi
konselor membutuhkan waktu yang panjang untuk menyembuhkan pemudi ini, karena banyak
faktor yang mempengaruhinya, mungkin pada masa kecilnya tersimpan dalam otak paling
kecilnya di bagian belakang, dimana otak ini sampai manusia besar akan terus tersimpan tidak
mudah untuk melupakan masa itu dan tentu berjangka panjang. Jadi seorang pemuda ketika
mengalami masalah seperti ini, kita tidak sepenuhnya menyalahkan dia karena bisa jadi ada
sesuatu yang terjadi pada dirinya ketika masih kecil atau ada sesuatu berbau porno yang dia liat
ketika masih kecil sehingga ketika dia sudah besar dia beralih ke video porno, dimana video
porno di zaman sekarang tanpa di cari di situs web,dengan sendirinya muncul di layar HP ketika
kita mencari sesuatu.

Di zaman sekarang mungkin bisa dikatakan 1 dari 10 pemuda Kristen yang tidak perna melihat
video porno, 9 diantaranya itu semua pasti perna melihat video porno dan tidak menutup
kemungkinan dari 9 orang itu ada yang kecanduan melihat video porno. Apakah itu dengan latar
belakang didikan keluarga yang salah atau karena dia yang salah pergaulan. Jadi di jemaat nanti
saya sangat tertarik untuk membuat suatu ruangan di dekat Gereja, apakah itu di konsistori, saya
membuat ruangan kecil atau di pastori tempat saya stay 24 jam. Karena di jemaat saya sendiri
tidak ada ruang tempat untuk melakukan konseling pastoral, jadi jemaat juga tidak ada pemikiran
dan niat untuk datang sharing kepada pendeta karena wadah yang tidak ada. Di jemaat nanti,
ketika sudah ada tempat yang saya buat dan ada konseli yang datang kepada saya dengan
masalah seperti diatas, hal yang saya lakukan pertama yaitu, menyediakan formulir pendataan
konseli, kemudian menyusun jadwal dengan konseli, lalu kemudian menyusun materi-materi
yang akan saya berikan kepada konseli.
Kemudian cara dan teknik saya dalam menghadapi masalah konseli ini yaitu:

Pertama, saya membiarkan dia bercerita tentang masalah yang dia alami. Memberikan dia
kebebasan penuh untuk bercerita karena saya masih berada di fase pendengar, agar konseli
merasakan bahwa dia sedang di dengarkan.

Ketiga, ketika konseli sudah menceritakan sebagian dari masalahnya, karena tentu cerita pertama
konseli kepada konselor masih bisa dikatakan garis besarnya saja belum masuk kedalam akar-
akarnya, karena itu saya membuat atau mengajak pemudi ini untuk meningkatkan keberaniannya
untuk mengungkapkan kenapa bisa dia sering nonton video porno.

Keempat, ketika konseli sudah menceritakan masalahnya, saya berusaha untuk membawah
konseli lebih fokus ada masalah paling utama mengapa ia nonton video porno.

Kelima, saya memberikan konseli tantangan. Sebelum saya memberikan dia tantangan saya
terlebih dahulu menjelaskan kepada konseli dampak positif ketika berhasil berhenti nonton
video porno dan dampa negatif ketika dia tidak bisa berusaha untuk berhenti nonto video porno.
Karena saya memberikan dia tantangan, jadi saya berikan waktu 3 hari apakah bisa berhenti
nonton video porno di malam hari atau tidak bisa sama sekali.

Ketika saya selesai menjelaskan kepada konseli dampak negatif ketika dia masih nyaman nonton
video porno dan dampak positif ketika dia berusaha meninggalkan perilakunya itu, pertemuan
pertama dalam konseling pastoral saya berhentikna untuk sementara waktu. Saya menyusun
jadwal kembali 3 hari kedepan untuk bertemu agar saya bisa tahu apakah latar belakang dia
nonton video porno itu sudah sangat membekas dalam otak kecilnya dan memerlukan waktu
yang panjang untuk menyelesaikan atau masih bisa diperbaiki dalam jangka waktu yang pendek.
Jadi bisa dikatakan 3 hari ini tempat saya untu terus memantaunya dari jauh. Saya tentu tidak
akan meninggalkannya, selama 3 hari itu saya akan terus membimbingnya lewat telfon setiap
hari di malam hari, karena dimalam hari dia nonton video itu. Ketika saya telfon dan dia
bercerita ingin sekali menontonnya tetapi dia berusaha menahan diri, maka saya mengajak dia
untuk nonton hal-hal yang lucu menurut dia, atau saya mengajak dia untuk nonton video
motivasi atau pengharapan. Sehabis saya menelfon konseli, saya membagikan dia link vidio yang
dapat mengalihkan pikirannya untuk tidak melihat video porno, bahkan link yang saya bagikan
bisa membuat dia untuk terus berusaha hidup baru dan bertumbuh.

Setelah 3 hari, kami kembali bertemu bersama,langkah selanjutnya yang saya ambil yaitu:

Pertama, saya mengajak konseli untuk mengevaluasi tantangan yang saya berikan kepadanya,
apakah perna dia nonton video porno selama 3 hari itu atau sudah berhasil untuk tidak nonton
video porno. Apakah tantangan yang saya berikan tidak membuat masalah baru bagi dia.

Kedua, dari jawaban yang diberikan konseli saya dapat menafsirkan bahwa konseli masih
membutuhkan konseling pastoral, karena itu saya mulai mengajaknya untuk menciptakan
komunikasi yang sehat, karena pikiran konseli sekarang masih sangat tidak stabil dan pikirannya
hanya video porno yang semalam dia nonton.

Ketiga, setelah saya menciptakan komunikasi yang sehat, otaknya juga pelan-pelan mulai
berfikir sehat. Sehingga mempermudah saya untuk menjelaskan dampak positif lebih dalam
karena pikiran konseli sekarang sudah mulai sehat. Saya kembali memberikan dia tantangan 5
hari apakah bisa berhenti nonton video porno atau tidak. Saya memberikan waktu lebih lama
agar pelan-pelan dia terbiasa tidak nonton video porno, tentu dengan pantau saya setiap malam.
Ketika saya menelfon, sepertinya dia sudah bisa sedikit demi sedikit untuk menahan dirinya
tidak nonton video porno. Dalam waktu 5 hari itu saya tetap melaksanakan konseling pastoral
lewat telfon dengan mengajak dia untuk kembali kepada masa lalunya, karena tentu ada masa
lalu yang salah sehingga setiap malam pemudi ini nonton video porno.

Lima hari kemudian kami kembali bertemu. Setelah dua kali melakukan tantangan itu, saya
berfikir sepertinya ada perubahan dalam diri konseli, dan mungkin saja dia sudah menemukan
latar belakang mengapa dia bisa nonton video porno. Sehingga saya kembali mengajak dia untuk
bercerita, apakah dia sudah menemukan latar belakang mengapa dia bisa nonton video porno
setiap malam. Tantangan yang saya berikan itu, dia lakukan semua, sehingga dia mulai sadar
ternyata dia nonton video porno setiap malam karena di masa kecilnya dulu, dia melihat kedua
orang tuanya melakukan hubungan seksual, dan juga ayahnya yang selalu memegang Sex
pemudi ini di malam hari sebelum tidur.

Ketika konseli selesai menceritakan hal itu, maka dengan melihat perubahan konseli yang dalam
waktu 5 hari sudah berhasil tidak melihat video porno, saya membantunya untuk terus bertahan
dalam situasi barunya ini dan terus membantunya untuk menghilangkan gejala yang dia alami.

Kemudian saya memberikan lagi dia tantangan 7 hari tidak nonton video porno apakah bisa atau
tidak. Selama 7 hari itu saya rutin menelfonnya untuk memastikan apa yang dia lakukan di
malam hari.

Jadi bentuk konseling yang saya berikan ini adalah bentuk konseling memberikan tantangan,
karena menurut saya, tugas konselor dalam kasus ini bukan hanya sebagai pendengar, mencari
latar belakangnya, mengarahkan konseli dll itu sudah cukup. Tetapi memberikan tantangan juga
sangat perlu karena kami bertemu tidak mungkin sampai malam, jadi di malam hari saya tetap
melakukan konseling pastoral dengan menelfonnya dan memantaunya apakah tantangan yang
saya berikan itu diindahkan dalam artian dia tidak nonton video porno dan terus berfikir dampak
positifnya atau dia malah terus berada di fase setiap malam nonton video porno dan menerima
segala dampak negatifnya.

Sehingga saya selaku konselor, masuk di tahap menyimpulkan masalah konseli dan melakukan
review agar konseli lebih paham dan mengerti proses-proses yang dilakukan dari awal sampai
pada penyimpulan.
Dari teknik atau cara konseling yang saya tawarkan di atas tentu memiliki kelebihan,
yaitu meskipun di batasi dengan malam karena konselor mengalami masalah itu hanya pada
malam hari, tetapi konseling pastoral masih bisa dijalankan meskipun hanya lewat telfon.
Kemudian dari teknik tantangan yang saya berikan, itu membuat konseli bukan hanya diberikan
teori tetapi juga praktik, jadi sehabis konselor memberikan teori, langsung di praktikkan lewat
tantangan yang konselor berikan.

Dari kelebihan tentu ada kekurangan, kekurangan dari teknik ini yaitu, ketika saya
memberikan tantangan bisa jadi tantangan itu tidak diindahkan karena dia merasa bosan karena
tidak bertatap muka dan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada saat itu. Jadi bisa jadi dia
tidak melakukan apa yang dia ucapkan karena saya yang memantaunya hanya lewat telfon tidak
secara tatap muka. Dan juga dari teknik pemberian tantangan ini, bisa membuat konseli malah
merasa menyerah, merasa berat dan pada akhirnya hasil dari konseling pastoral tidak
menghasilkan hasil yang baik, malah menambah masalah konseli.

Usulan yang baik agar konseling ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan hasil
yang lebih maksimal lagi maka selain menelfon konseli di malam hari, teknik ini bisa juga
dilakukan dengan video call agar konseli tidak merasa jenuh hanya mendengar suara. Dari
tantangan yang diberikan oleh konselor, konselor juga harus jelih melihat mood atau suasana hati
dari konseli, ketika konseli mulai bertindak aneh dan merasa masalahnya tambah berat maka
konselor bisa meringankan tantangan kepada konseli atau lebih dominan memberikan arahkan
ketika konseli sudah mulai jenuh dengan tantangan. Kemudian ada baiknya konselor merujuk
konseli ke konselor yang agak dekat rumahnya atau merujuk konseli ke profesi lain yang bisa
menangani konseli ini, supaya di malam hari ada yang menemani dia dan terus memantaunya,
sehingga dia benar-benar bisa menyelesaikan masalahnya dan bertumbuh menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai