Anda di halaman 1dari 2

Perusahaan memperoleh pinjaman Rp 781,68 miliar.

Namun utang yang ditarik


dari pemerintah (dana talangan) sebesar Rp 773,8 miliar.

Perjanjian pinjaman tersebut memiliki tenor 4 tahun dengan suku bunga 4,8%.
Sedangkan denda yang disepakati adalah 1/1.000 per hari dari nilai pinjaman.

Kala perjanjian disepakati, Lapindo akan mencicil empat kali sehingga tidak perlu
membayar denda. Atau Lunas pada 2019 lalu.

Nyatanya, semenjak uang negara dicairkan melalui perjanjian


PRJ-16/MK.01/2015 mengenai Pemberian Pinjaman Dana Antisipasi untuk
Melunasi Pembelian Tanah dan Bangunan Warga Korban Luapan Lumpur
Sidoarjo dalam Peta Area Terdampak 22 Maret 2007.

Namun hingga kini, PT Lapindo hanya membayar utang dana talangan


pemerintah sebesar Rp 5 miliar dari total utang Rp 773,8 miliar.

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mencatat Lapindo Brantas Inc dan PT


Minarak Lapindo Jaya harus mengembalikan uang negara sebesar Rp 1,91 triliun.

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama 12 tahun sejak 2006 hingga 2017, Pemerintah


telah menggelontorkan dana Rp 11,27 triliun untuk penanggulangan bencana lumpur
Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) Jarot Widyoko mengungkapkan hal itu dalam Rapat
Dengar Pendapat (RDP) Komisi V DPR RI, Rabu (09/06/2021).
Jarot menjelaskan, total belasan triliunan rupiah tersebut diambil dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dia merinci, tahun 2006 dana APBN yang disalurkan senilai Rp 5,3 miliar. Setahun
kemudian dana yang dikucurkan Rp 500 miliar. 

Berturut-turut tahun 2008 sebesar Rp 1,1 triliun, tahun 2009 sebesar Rp 1,12 triliun,
tahun 2010 senilai Rp 1,21 triliun, tahun 2011 sejumlah Rp 1,28 triliun.

Selanjutnya tahun 2012 senilai Rp 1,53 triliun, tahun 2013 sebesar Rp 2,05 triliun,
tahun 2014 sejumlah Rp Rp 735 miliar, tahun 2015 sebesar Rp 843 miliar, dan tahun
2016 senilai Rp 458 miliar.
"Terakhir tahun 2017 sebesar Rp 448 miliar," imbuh Jarot.
Namun, jumlah tersebut masih belum dapat menuntaskan penanganan ganti rugi.
Hal ini karena masih ada warga dan pengusaha yang belum mendapatkan ganti rugi.
Menurut Jarot, Pemerintah masih membutuhkan dana senilai Rp 1,5 triliun lagi untuk
benar-benar dapat menyelesaikan bencana Lumpur Lapindo.
Jarot menerangkan, kebutuhan anggaran tersebut adalah untuk penyelesaian
masalah sosial di dalam maupun di luar Peta Area Terdampak (PAT).
"Hingga saat ini di dalam PAT terdapat sebanyak 288 berkas milik warga
senilai Rp 54 miliar dan 30 berkas pengusaha senilai Rp 701 miliar," kata Jarot.
Sementara di luar PAT terdapat 753 bidang milik warga serta fasilitas umum,
fasilitas sosial, TKD dan wakaf senilai Rp 805,82 miliar.
Jadi rinciannya lengkapnya sebesar Rp 755 miliar untuk yang di dalam PAT dan
805,82 miliar untuk yang di luar PAT.

Anda mungkin juga menyukai