Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-nya


sehingga alhamdulillah atas nikmatnyalah yang telah memberikan kami
kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang kami
kumpulan baik dari media internet maupun media cetak yang kami dapat, dan
mengambil rumus dan teori yang diambil terdapat dalam makalah ini berdasarkan
materi yang kami ambil dari sumber-sumber yang kami kumpulkan dengan segala
keterbatasan kami sebagai pihak yang masih banyak membutuhkan
pembelajaran–pembelajaran yang bersifat edukatif.
Harapan kami, makalah dapat memberi tuntunan konsep yang praktis bagi
mereka, baik praktisi maupun teman-teman mahasiswa dalam memahami tentang
besaran dan satuan. untuk itu kami bisa mengembangkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca.

Bogor, 24 November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .....................................................................................1


Daftar Isi ...............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan..................................................................3
1.2 Dasar Teori............................................................................
BAB II ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat........................................................................................5
2.2 Bahan.....................................................................................
BAB III METODE PERCOBAAN......................................................6
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNAGAN
1.1 Data Pengamatan dan Perhitungan........................................7
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................11
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


 Mengamati dan memahami peristiwa resonasi dari gelombang suara
 Menentukan kecepatan merambat gelombang suara di udara
 Menentukan frekuensi dari suatu garputala

1.2 Teori Dasar


Resonansi adalah peristiwa bergetarnya suatu benda karena ada benda lain
yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat
dari frekuensi tersebut. Resonansi berfungsi untuk mengukur kecepatan
perambatan bunyi di udara. Peristiwa ini dapat diamati dengan menggunakan
kolom udara.
Contoh dari peristiwa resonansi yang di dalam kehidupan sehari-hari :
sebuah gelas didekatkan dan dibangkitkan suatu nada (frekuensi) yang besarnya
sama dengan frekuensi alam gelas tersebut maka gelas itu akan bergetar
(berbunyi) kencang dan getar gelas akan semakin keras sehingga gelas dapat
pecah.
Gelombang yang terbentuk dari kolom udara yaitu merupakan gelombang
unyi berdiri. Peristiwa resonansi terjadi pada saat frekuensi sumber nilainya sama
dengan frekuensi gelombang bunyi pada kolom udara yang ditandai dengan
terdengarnya bunyi yang paling nyaring atau keras (amplitudo maksimum).
Pada keadaan resonansi itu terdapat hubungan :
L = (2n+1)λ/4 n = 0,1,2,3, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Keterangan :
L = panjang kolom udara saat resonansi.
λ = panjang gelombang bunyi.
l = v/f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2)
Keterangan :
v = kecepatan bunyi di udara.
f = frekuensi sumber bunyi.
Sebetulnya letak perut gelombang terluar pada saat
resonansi berada sedikit diatas mulut tabung sekitar 0,3
kali diameter tabung. Karena itu untuk menentukan
panjang gelombang bunyi dipakai metoda selisih posisi
resonansi berurutan DL :
DL = l/2 .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)
Jika digunakan pada posisi resonansi kedua dan
ketiga, diperoleh :
DL = L3-L2 = l/2
Bila panjang kolom udara dalam tabung tidak
diubah, maka hanya frekuensi-frekuensi tertentu yang menghasilkan resonansi.
Persamaannya mirip dengan persamaan (1) di atas :
L = (2n+1) lm /4 m = 0,1,2,3, . . . . . . . . . . . (4)
Keterangan :
lm : panjang gelombang resonansi.
Resonansi nada dasar terjadi dengan m = 0, sedangkan m = 1,2, ..
menghasilkan resonansi nada atas pertama, kedua, dst. Dalam hal ini resonansi
yang terjadi sama dengan resonansi pada pipa organa tertutup.
Contoh peristiwa resonansi lainnya ialah bila suatu garpu tala ( sumber getar
) digetarkan di dekat suatu kolom udara yang salah satu ujungnya tertutup
sedangkan ujung yang lain terbuka akan terjadi resonansi.
L = ( 2n + 1 ) / 4f l
Dimana  = V / f , maka : L = ( 2n + 1 ) / 4f
Keterangan :
L = panjang kolom udara
n = bilangan resonansi ( 0,1,2,3,……….)
f = frekuensi garpu tala
 = panjang gelombang
V = kecepatan suara di udara

BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
 Tabung resonasi beserta reservoirnya
 Jangka sorong
 Pemukul garputala
 Garputala

2.2 Bahan
 Air
BAB III
METODE PERCOBAAN

1. Diukur diameter tabung resonasi dengan jangka sorong


2. Diisi dengan air sampai mendekati permukaan mulut tabung resonasi
3. Diambil garputala yang diketahui frekuensinya (979 Hz) lalu dipukulkan
dan didekatkan pada mulut tabung resonasi
4. Diturunkan penampang air hingga terdengar pergeseran bunyi
5. Diukur panjang antara ujung pipa atas dan tinggi permukaan
6. Dicatatlah kedudukan permukaan air,
7. Diturunkan lagi permukaan air sampai terjadi resonansi ordo kedua, lalu
dicatat kedudukan ordo kedua.
8. Diulangi percobaan nomor 3 sampai 7 sebanyak 2 kali, kemudian hitung
frekuensi (k), kecepatan (v), dan faktor koreksi (e)
BAB IV
DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan


Berdasarkan pengamatan dan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
dilaporkan hasilnya sebagai berikut :
Keadaan Ruangan P (cm)Hg T(°C) C(%)

Sebelum Percobaan 76,7 26,1 70,5


Sesudah Percobaan 75,6 27 66,5

Tabel I
No D (m) r (m) e
1. 0,037 0,0185 0,0111
2. 0,037 0,0185 0,0111
x 0,037 0,0185 0,0111
∆x 0 0 0

Tabel II
No L0 (m) L1 (m) V (m/s) f (Hz) e
1. 0,1 m 0,2 m 26,433 m/s 979 Hz -0,05
2. 0,07 m 0,24 m 26,433 m/s 979 Hz 0,015
x 0,085 m 0,22 m 26,433 m/s 979 Hz -0,0175
∆x 0,015 m 0,02 m 26,433 m/s 0 Hz 0,0325

Tabel III
No L0 (m) L1 (m) V (m/s) f (Hz) e
1. 0,1 m 0,06 m 26,433 m/s 979 Hz -0,15

2. 0,22 m 0,28 m 332,86 m/s 979 -0,19

x 0,16 m 0,17 m 176,22 m/s 979 Hz -0,17


∆x 0,06 m 0,11 m 111,62 m/s 275,33 Hz 0,02
4.2 Perhitungan
Tabel I
1. Perhitungan r
D
r =
2
0,037 0,037
r1 = = 0,0185 r2 = = 0,0185
2 2

2. Perhitungan e
e = 0,6 x jari-jari (r) e = 0,6 x jari-jari (r)
e1 = 0,6 x 0,0185 e2 = 0,6 x 0,0185
= 0,0111 = 0,0111

Tabel II
1. Perhitungan v
v = (L1 – L0) x 2f v = (L1 – L0) x 2f
v1 = (0,2 – 0,1) x 2 . 979 v2 = (0,24 – 0,07) x 2 . 979
= 0,1 x 1958 = 0,17 x 1958
= 195,8 m/s = 332,86 m/s

2. Perhitungan e
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,2−3. 0,1 0,2−3. 0,1
e1 = e2 =
2 2
−0,1 −0,1
= =
2 2
= -0,05 = 0,015
3. Perhitungan ∆x

∆x =

Σ( x−xi)2
N ( N −1)


2 2
(0,085−0,1) +(0,085−0,07)
∆x (L0) =
2(2−1)

=
√ ( 0,000225 )+ ( 0,000225 )
2

=
√ 0,000450
2
= √ 0,000225
= 0,015


2
Σ( x−xi )
∆x =
N ( N −1)


2 2
(0,22−0,2) +( 0,22−0,24)
∆x (L1) =
2(2−1)

=
√ ( 0,0004 ) + ( 0,0004 )
2

=
√ 0,0008
2
= √ 0,0004
= 0,02


2
Σ( x−xi)
∆x =
N ( N −1)


2 2
(176,22−195,8) +(176,22−332,86)
∆x (v) =
2(2−1)

=
√ ( 383,37 )+ ( 24536,08 )
2
=
√ 24919,45
2
= √ 12459,72
= 111,62


2
Σ( x−xi )
∆x =
N ( N −1)


2 2
((−0,0175)−(−0,05)) +((−0,0175)−0,015)
∆x (e) =
2(2−1)

=
√ ( 0,00105625 )+ ( 0,00105625 )
2

=
√ 0,0021125
2
= √ 0,00105625
= 0,0325

Tabel III
1. Perhitungan f
v v
f= f=
2( L1−Lo) 2( L1−Lo)
26,433 26,433
f1 = f2 =
2 ( 0,06−0,1 ) 2 ( 0,28−0,22 )
26,433 26,433
= =
2 (−0,04 ) 2 ( 0,06 )
26,433 26,433
= =
−0,08 0,12
= -330,41 Hz = 220,27 Hz

2. Perhitungan e
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,06−3. 0,1 0,28−3. 0,22
e1 = e2 =
2 2
−0,03 −0,38
= =
2 2
= - 0,15 = - 0,19

3. Perhitungan ∆x


2
Σ( x−xi)
∆x =
N ( N −1)

∆x (L0) =
√ (0,16−0,1)2 +(0,16−0,22)2
2(2−1)

=
√ ( 0,0036 ) + ( 0,0036 )
2

=
√ 0,0072
2
= √ 0,0036
= 0,06


2
Σ( x−xi )
∆x =
N ( N −1)


2 2
(0,17−0,06) +(0,17−0,28)
∆x (L1) =
2(2−1)

=
√ ( 0,0121 ) + ( 0,0121 )
2

=
√ 0,0242
2
= √ 0,0121
= 0,11


2
Σ( x−xi)
∆x =
N ( N −1)

2 2
((−55,07)−(−330,41)) +(−55,07−220,27)
∆x (f) =
2(2−1)

=
√ ( 75812,11 ) + ( 75812,11 )
2

=
√ 151624,22
2
= √ 75812,11
= 275,33


2
Σ( x−xi)
∆x =
N ( N −1)


2
((−0,17)−(−0,15))2 +((−0,17 )−(−0,19 ))
∆x (e) =
2(2−1)

(
√ ) (
= −0,0004 + −0,0004
)
2

=
√ −0,0008
2
= √−0,0004
= -0,02
BAB V
PEMBAHASAN

Tabel I
Cara ditemukannya jari-jari (r) pada Tabel I dapat dirumuskan :

D Keterangan : r = jari jari (m)


r =
2 D = diameter (m)
Pada percobaan pertama, hasil perhitungan r = 0,0185 m, Dan percobaan
kedua hasil perhitungan r = 0,0185 m.
Setelah dilakukan perhitungan (r), selanjutnya adalah melakukan
perhitungan pada faktor koreksi (e), rumusnya yaitu :
Keterangan : e = Faktor koreksi
e = 0,6 x r
r = jari jari (m)
Pada percobaan pertama, hasil perhitungan e = 0,0111, Dan percobaan
kedua hasil perhitungan e = 0,0111.

Tabel II
Cara ditemukannya kecepatan (v) pada Tabel II dapat dirumuskan :
Keterangan : v = kecepatan (m/s)
v = (L1 – L0) x 2f
L1 = panjang resonasi kedua
L0 = panjang resonasi pertama
Pada percobaan pertama, hasil perhitungan v = 195,8 m/s, Dan percobaan
kedua hasil perhitungan v = 332,86 m/s.
Setelah dilakukan perhitungan (v), selanjutnya adalah melakukan
perhitungan pada (e), rumusnya yaitu :

e = Keterangan : e = faktor koreksi

L1−3 L 0 L1 = panjang resonasi kedua


2 L0 = panjang resonasi pertama
Pada percobaan pertama, hasil perhitungan e = -0,05, Dan percobaan
kedua hasil perhitungan e = 0,015.
Dan untuk mencari ketidakpastian (∆x) dapat dirumuskan :


2 Keterangan : ∆x = ketidakpastian
Σ( x−xi)
∆x =
N ( N −1) x = nilai rata rata
xi = nilai pada data 1 & 2
N = jumlah data
Hasil perhitungan ∆x (L0) = 0,015 m, pada hasil perhitungan ∆x (L 1) =
0,02 m, hasil perhitungan pada ∆x(v) = 111,62 m/s, dan hasil perhitungan pada
∆x(e) = 0,0325.

Tabel III
Cara ditemukannya frekuensi (f) pada Tabel III dapat dirumuskan :
Keterangan : f = frekuensi (Hz)
f=
v v = kecepatan
2( L1−Lo) L1 = panjang resonasi kedua
L0 = panjang resonasi pertama
Pada percobaan pertama, hasil perhitungan f = -330,41 Hz, Dan percobaan
kedua hasil perhitungan f = 220,27 Hz
Setelah dilakukan perhitungan (f), selanjutnya adalah melakukan
perhitungan pada (e), rumusnya yaitu :
Keterangan : e = faktor koreksi
e =
L1−3 L 0 L1 = panjang resonasi kedua
2 L0 = panjang resonasi pertama
Pada percobaan pertama, hasil perhitungan e = 0,15, Dan percobaan kedua
hasil perhitungan e = 0,19.
Dan untuk mencari ketidakpastian (∆x) dapat dirumuskan :


Keterangan : ∆x = ketidakpastian
Σ( x−xi)2
∆x =
N ( N −1) x = nilai rata rata
xi = nilai pada data 1 & 2
N = jumlah data
Hasil perhitungan ∆x (L0) = 0,06 m, pada hasil perhitungan ∆x (L 1) = 0,11
m, hasil perhitungan pada ∆x(f) = 275,33 Hz, dan hasil perhitungan pada ∆x(e) =
0,02
BAB VI
KESIMPULAN

Dari percobaan, pengamatan dan perhitungan yang telah di lakukan, maka


dapat di kesimpulan :
 Peristiwa resonansi dapat diamati dengan menggunakan kolom udara yang
terisi dengan air dan peristiwa resonansi ditandai dengan bunyi
(dengungan) yang paling keras.
 Resonansi terjadi saat frekuensi garputala sama dengan frekuensi
gelombang bunyi pada kolom udara. Semakin besar frekuensi, maka
panjang gelombang yang dihasilkan akan semakin kecil.
 Cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh ketinggian kolom udara pada tabung
dan frekuensi gelombang bunyi.
 Semakin besar panjang ruang pada tabung, atau semakin kecil volume air
di dalamnya, maka akan semakin besar frekuensi bunyi yang akan
dihasilkan, begitu sebaliknya, semakin kecil panjang ruang pada tabung,
atau semakin besarnya volume air di dalamnya, maka frekuensi yang
dihasilkan akan semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Alonso, Marcello dan Edward J. Finn. 1980. Dasar-Dasar Fisika Universitas.


Jakarta: Erlangga
Dr.G.C.Gerrits dan Ir. Soemani.S.Soerjohoedojo. 1953. Buku Peladjaran Ilmu
Alam jilid. Jakarta : J.B.Wolters.
Giancoli, Douglas C., 2001, Fisika Jilid I (terjemahan), Jakarta : Penerbit
Erlangga
Halliday, David & Robert Resnick. 1985. Fisika. Erlangga. Jakarta
Tipler, Paul A. 1991. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga. Jakarta
LAMPIRAN

Tugas Akhir
1. Hitunglah diameter tabung beserta ketidakpastiannya.
2. Hitunglah faktor koreksi dari e dari hitungan no. 1.
3. Hitunglah v dengan menggunakan rumus

R = 8,314 J/mol K

M = 29 kg/mol
Carilah satuan-satuannya di text book fisika yang ada, sesuaikan dengan
satuan internasional (SI).
4. Hitung harga v dengan menggunakan rumus :

5. Dari data garputala yang diketahui frekuensinya hitung harga v dan e


6. Bandingkan hasil dari no. 3, 4 dan 5.
7. Dari data garputala yang lain hitunglah f dan e untuk masing-masing
garputala. Gunakan harga v dari hasil perhitungan no. 5

8. Gambarkan grafik antar L0 dan


(L0 adalah panjang tabung pada resonansi pertama untuk masing-masing
garputala)
9. Hitunglah v dan e dari grafik no. 8 tersebut.
JAWABAN
1. Diameter tabung beserta ketidakpastian
Data D
1 0,037
2 0,037
x 0,037

Rata – rata pada diameter (D)


0,037+0,037
x=
2
0,074
=
2
= 0,037

Ketidakpastian pada diameter (D)


2
Σ (x−xi)
∆x =
N ( N −1)


2 2
(0,037−0,037) +(0,037−0,037)
=
2(2−1)

=
√ 0+0
2
= √0
=0

2. Tabel I
e = 0,6 x r (jari-jari)
= 0,6 x 0,0185
= 0,0111
Tabel II Tabel III
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,2−3. 0,1 0,06−3. 0,1
e= e=
2 2
−0,1 −0,03
= =
2 2
= -0,05 = - 0,15

3. Dik :    R = 8,314 J/mol K                                           


M = 29 kg/mol
∂  = 1,4
Dit : v..... ?
Jawab :

v= ( )
∂ RT 1
M 2

=( )2
1,4 X 8,314 X 0,00106 1
29

=(
29 ) 2
0,0123 1

= 2,119 m/s

4. Dit : v.......?
t℃ 1
v = 311 ( I = ) m/det
273 2
26,1 1
v = 311 ( I = ) m/det
273 2
v = 14,866 m/det

5. Perhitungan v
v = (L1 – L0) x 2f v = (L1 – L0) x 2f
v1 = (0,2 – 0,1) x 2 . 979 v2 = (0,24 – 0,07) x 2 . 979
= 0,1 x 1958 = 0,17 x 1958
= 195,8 m/s = 332,86 m/s

Perhitungan e
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,2−3. 0,1 0,2−3. 0,1
e1 = e2 =
2 2
−0,1 −0,1
= =
2 2
= -0,05 = 0,015
6. Pada percobaan garputala 1 & 2 terjadi perbedaan frekuensi karena
berbedanya L0 dan L1. Yang menyebabkan frekuensi tersebut masing-masing
berbedan.

7. Perhitungan f
v v
f= f=
2( L1−Lo) 2( L1−Lo)
195,8 332,86
f1 = f2 =
2 ( 0,06−0,1 ) 2 ( 0,28−0,22 )
195,8 332,86
= =
2 (−0,04 ) 2 ( 0,06 )
195,8 332,86
= =
−0,08 0,12
= -2447,5 Hz = 2773,83 Hz

Perhitungan e
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,06−3. 0,1 0,28−3. 0,22
e1 = e2 =
2 2
−0,03 −0,38
= =
2 2
= 0,15 = 0,19

1
8. Grafik L0 dengan
f
 Garputala I
L0

1
f

 Garputala II
L0

1
f

9. Tabel II
Perhitungan v
v v
(v1) L1 – L0 = (v2) L1 – L0 =
2f 2f
v v
0,2 – 0,1 = 0,24 – 0,7 =
2. 979 2. 979
v v
0,1 = 0,17 =
1958 1958
v1 = 195,8 v1 = 1370,6
Perhitungan e
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,2−3. 0,1 0,2−3. 0,1
e1 = e2 =
2 2
−0,1 −0,1
= =
2 2
= -0,05 = 0,015
Tabel III
Perhitungan v
v v
(v1) L1 – L0 = (v2) L1 – L0 =
2f 2f
v
0,06 – 0,1 = 0,28 – 0,22 =
2.−330,41
v
2. 220,27
v v
-0,04 = 0,6 =
−660,82 440,54
v1 = 26,432 v1 = 264,324

Perhitungan e
L1−3 L 0 L1−3 L 0
e = e =
2 2
0,06−3. 0,1 0,28−3. 0,22
e1 = e2 =
2 2
−0,03 −0,38
= =
2 2
= 0,15 = - 0,19

Anda mungkin juga menyukai