Anda di halaman 1dari 6

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mampu menjadi solusi di tengah-tengah badai

gelombang IT yang begitu dahsyat. Ada 18 (delapan belas) pendidikan karakter yang
merupakan indikator dari sebuah pendidikan yang berkah. Pertama adalah religius, yang
menghubungkan kita dengan Allah SWT, dan memanusiakan manusia. Kedua  adalah jujur, hal
yang berat dan pahit, serta butuh pembiasaan untuk pembudayaan. Ketiga adalah Toleransi,
dimana hal ini wajib ada dalam keberagaman Indonesia. Keempat adalah disiplin, selalu komit
dengan yang telah ditetapkan. Kelima adalah Kerja keras, karena tidak ada saat ini yang dapat
kita raih dengan cuma-cuma. Keenam adalah kreatif, mampu menciptakan ide dalam setiap
masalah yang dihadapi. Ketujuh adalah mandiri, mampu menyelesaikan masalah. Kedelapan
adalah demokratis, mampu menampung setiap masukan yang diberikan. Kesembilan adalah
rasa ingin tahu yang membuat kita selalu belajar. Kesepuluh adalah semangat kebangsaan,
rasa memiliki dan memajukan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesebelas
adalah cinta tanah air. Kedua belas adalah menghargai prestasi. Ketiga belas adalah
bersahabat dan komunikatif. Keempat belas adalah cinta damai. Kelima belas adalah gemar
membaca. Dari membaca dan menulis, maka lahirlah peradaban. Dari peradaban yang
mengamalkan Al-Qur'an dan Sunnah, lahirlah bangsa emas, bangsa yang unggul, bangsa yang
jaya dan dilirik oleh bangsa yang lain. Keenam belas adalah peduli lingkungan. Ketujuh belas
adalah peduli sosial. Dan yang terakhir adalah tanggung jawab. Apabila kedelapan belas diatas
telah terpenuhi, maka pendidikan karakter yang telah Bapak Ibu terapkan telah sukses dan
melahirkan generasi milenial yang berkarakter dan berkepribadian yang luar biasa.

Moderasi beragama merupakan bagian dari pendidikan berkarakter. Moderasi berarti


memoderatkan cara pandang orang beragama. Makanya dalam beragama ada 2 (dua) kutub.
Kutub paling kanan jatuh menjadi radikalisme. Ini adalah pendidikan yang mengutamakan
tekstual, tanpa mau menyelami kontekstual suatu ilmu pendidikan agama yang dipelajari.
Orang yang berada pada kutub ini tidak akan saling menghargai, menghormati,dan
menganggap dirinyalah yang paling benar dan menyalahkan orang yang bersebrengan
dengannya. Sedangkan Kutub paling kiri namanya liberal. Orang berada pada kelompok ini
lebih mengedepankan akal tanpa menjadikan Al Quran dan Sunnah sebagai pedoman.

"Saya berharap hal ini dapat dikembangkan dalam kegiatan ini dan menjadi bahan dalam
memantapkan pendidikan karakter dan moderasi beragama di madarasah" tutup H. Hendri.

Dalam laporannya, H. Syamsul Arifin menyampaikan bahwa kegiatan ini dibebankan pada DIPA
Bidang Pendidikan Madrasah, dan kegiatan ini akan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari, 26 s.d
28 Desember 2019. "Semoga seluruh peserta dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik dan
dapat menjadi pemantapan dalam pendidikan karakter dan moderasi beragama" tambah H.
Syamsul Arifin.(rhama)
Pernahkah Sobat bertanya bagaimana kabar pendidikan karakter hari ini?

Agaknya kabar pendidikan karakter di Bumi Pertiwi sedang tidak baik-baik saja ya Sobat. Di
masa ini, terutama setelah diguncang pandemi, wajah Indonesia semakin tampak tabiatnya.

Tidak jarang kita temui cacian-makian di media sosial, kemudian video-video kurang pantas
yang viral dan hanya mementingkan jumlah likes, subscribers, hingga followers.

Hal tersebut kiranya sudah cukup mewakili betapa mulai ambruknya karakter anak bangsa.
Maka dari itulah, diperlukan adanya penguatan melalui pendidikan agar karakter generasi muda
tidak terus-menerus terjerembab dalam degradasi.

Nah berikut ada contoh teks pidato tentang pendidikan karakter yang singkat dan bikin
semangat untuk mewujudkan generasi super.

ad

Mari disimak ya:

Pidato: Pendidikan Karakter untuk Generasi Super


Teks Pidato tentang Pendidikan Karakter yang Singkat. Dok. GuruPenyemangat.com

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Selamat pagi hadirin sekalian yang berbahagia


Bapak dan Ibu yang saya hormati
dan para generasi muda yang saya banggakan

Sebagai pembuka kegiatan hari ini, marilah kita terlebih dahulu mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas segala berkat nikmat yang telah diberikan pada kehidupan seluruh umat
manusia di muka bumi. 

Shalawat dan salam juga mari kita limpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan menuju kebenaran dan kebaikan yang diridhoi Allah sehingga kita semua
bisa hadir dalam kesempatan berbahagia ini untuk mendukung acara yang mengusung tema
“Pendidikan Karakter untuk Generasi Super”

Kita sebagai seorang anak muda memang menjadi harapan besar bagi orang tua bahkan
negara untuk dapat meraih cita-cita dan menyongsong masa depan gemilang agar mampu
membangun generasi penerus bangsa yang menggantikan para pendahulu karena kemajuan
suatu negara ditentukan oleh kualitas anak muda sebagai tunas bangsa.

Namun, ironisnya berdasarkan laporan Kasus Pengaduan Anak Indonesia sejak tahun 2011
tercatat bahwa KPAI telah menerima 42.565 kasus pengaduan anak dalam 10 tahun terakhir
dan paling banyak berasal dari kelompok anak berhadapan dengan hukum (ABH), yakni 13.071
kasus yang didominasi anak divonis sebagai pelaku kekerasan fisik dan seksual.

ad

Mengacu pada UU No. 11 Tahun 2012 yang tertuang pada pasal 1 menyebutkan bahwa anak
berhadapan dengan hukum (ABH) adalah anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum
berumur 18 tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Sangat disayangkan, inilah potret
buram generasi muda saat ini yang perlu kita perhatikan bersama.

Para hadirin sekalian yang berbahagia,


Kita juga tak jarang melihat di berbagai portal media yang menyiarkan jika dari kalangan anak
muda tega melakukan aksi kriminal yang mengindikasikan bahwa kondisi generasi muda saat
ini sangat perlu penguatan pendidikan karakter.

Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama mengoptimalkan nilai-nilai pendidikan karakter yang
mampu menjamin pencegahan, perlindungan, pemulihan, dan penuntutan anak dari segala
bentuk tindak kejahatan.

Kita bisa bersandar pada regulasi dan edukasi yang melibatkan peran sekolah, keluarga,
masyarakat, media, dan lembaga terkait dalam upaya menciptakan generasi muda dengan
kepribadian dan karakter.

Mengapa begitu? Karena di sanalah ada harapan yang tercermin pada cita-cita bangsa dan
negara demi peradaban Indonesia yang lebih baik.

Para anak muda yang saya banggakan;

Pendidikan karakter sejatinya dapat diimplementasikan melalui pendekatan formal maupun non
formal dengan aktif mengikutsertakan generasi muda dalam kegiatan positif yang membentuk
karakternya. 

Tokoh besar di dunia pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara bahkan pernah berkata
bahwa memiliki karakter dengan adanya budi pekerti, maka tiap-tiap manusia berdiri sebagai
manusia merdeka yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri.

Dari kata-kata ini kita belajar menguasai pola pikir dan pola perilaku diri agar tidak terjerumus
dalam tindak kriminal. Inilah manusia beradab dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya.

Para anak muda yang saya banggakan;

Lebih daripada itu, yang perlu kita luruskan pada hari ini ialah karakter bagi generasi super itu
tidaklah bisa dipandang hanya dari rangking, nilai, atau bahkan IPK.

Terang saja, nilai yang berbentuk angka maupun huruf itu adalah faktor nomor 30 yang
memengaruhi kesuksesan seseorang menurut riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley.

Lalu, apa lima faktor utama yang menjadi dasar bagi supernya suatu generasi?

Lima faktor tersebut adalah kejujuran (being honest with all people), disiplin (being well-
disciplined), pergaulan (getting along with people), kerja keras (working harder than most
people), dan kepribadian kompetitif (having a very competitive spirit/personality).

Tertanya kelima faktor yang saya sebutkan tadi semuanya adalah bagian dari karakter, kan?
Itulah alasan mengapa pendidikan karakter begitu penting untuk mewujudkan generasi yang
super.

Para anak muda yang saya banggakan;

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, marilah kita kuatkan karakter dan mantapkan kepribadian
supaya bisa menjadi pribadi yang berguna terutama bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat,
nusa dan bangsa.

Demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini.
Mohon maaf atas segala salah ucapan dan tindakan, dan tetap semangat membangun generasi
super dengan pendidikan karakter.

Saya akhiri;
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Generasi muda merupakan aset bangsa yang memerlukan pengembangan yang dapat
dilakukan melalui pendidikan. Sehingga pendidikan juga menjadi sebuah pondasi serta memiliki
fungsi dalam mengembangkan dan membentuk karakter seorang anak atau generasi muda
Indonesia. Menurut Brahman (2014: 43) pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang
menyeluruh yaitu pendidikan yang memajukan kecerdasan intelektual dan juga pendidikan yang
meluhurkan budi pekerti.

Dalam beberapa waktu terakhir sering sekali terjadi sikap-sikap intoleran yang dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengatas namakan agama, seperti yang
baru saja terjadi di gunung semeru jawa timur dimana ada oknum yang dengan sengaja
menendang sesajen yang dihaturkan oleh umat sekitar sebagai sebuah penghormatan kepada
gunung semeru, bukan hanya itu oknum tesebut juga mengeluarkan kata kata yang
menyinggung umat lain.

Hal itu menyebabkan ketidaknyamanan beberapa pihak sehingga mengancam kesatuan dan
persatuan bangsa Indonesia. Zubaedi (2011:1) menyatakan penguatan Pendidikan karakter
dalam konteks sekarang sangat relevan dalam mengatasi krisis moral yang sering terjadi di
negara kita. Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi Krisis yang nyata dan mengkhawatirkan
dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Oleh
sebab itu peranan pendidikan sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas generasi muda
Indonesia tidak hanya dalam kecerdasan saja tetapi juga wataknya. Sehingga pemberian
pendidikan kepada peserta didik sebagai upaya pengembangan generasi bangsa untuk
memajukan bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional. Dengan demikian pendidikan
sebagai kebutuhan yang sangat penting, mengingat fenomena degradasi moral yang saat ini
banyak terjadi. Sehingga pendidikan diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai karakter pada
anak sebagai upaya dalam membentuk generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia.

Membentuk karakter peserta didik dapat dilakukan guna mengatasi degradasi moral tersebut
melalui penguatan pendidikan agama. Karena pendidikan agama mampu mendorong
terbentuknya karakter siswa dalam proses pendidikan. Sehingga dengan adanya fenomena
seperti ini, pemerintah pun kembali menekankan bahwa sikap sebagai hal utama dalam tujuan
pendidikan.

Setiap sekolah seharusnya menerapkan ajaran agama dengan baik bukan hanya mentransfer
ilmu melainkan bagaimana ilmu tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat,
sehingga akan menumbuhkan karekter yang religius. Untuk menerapkan pendidikan karakter
yang dilakukan sebagai upaya penguatan pendidikan agama pada peserta didik. Proses
pelaksanaan penguatan pendidikan agama di sekolah tentunya tidaklah mudah, banyak
persoalan dan kendala yang dihadapi untuk menerapkannya di lingkungan sekolah. Sehingga
diperlukan adanya dukungan dari semua pihak mulai dari lingkungan keluarga sampai dengan
pemerintah. Semoga dengan adanya Pendidikan Agama yang baik dapat menumbuhkan sikap
religius sehingga dapat menumbuhkan karakter moderasi beragama guna mencapai bangsa
Indonesia yang aman dan damai.

BHINNEKA TUNGGAL IKA

Berbeda-Beda Tetapi Pada Hakikatnya BANGSA INDONESIA Tetap Satu Kesatuan.

    
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 
 
Puji syukur kita selalu panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat serta karunia-Nya
kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat, tanpa suatu kekurangan apapun. Tak lupa pula kita panjatkan
rasa syukur karena atas hidayah-Nya yang tercurah untuk kita semua sehingga dalam kesempatan kali ini kita
bisa berkumpul dalam acara Hari Pendidikan Nasional dan saya juga dapat menyampaikan hal ini didepan anda
semua.
 
Bapak dan Ibu yang terhormat, 
Dalam upaya untuk merealisasikan pendidikan karakter yang akan berlangsung secara nyata bukan hanya untuk
wacana semata, dibutuhkan tiga komponen pendukung yaitu keluarga, tenaga pendidik yang ada di sekolah, serta
masyarakat di dalam lingkungan tempat anak tersebut tinggal. 
 
Hadirin yang saya hormati, 
Adapun cara supaya berhasil mengaplikasikan pendidikan karakter yang ada di sekolah adalah dari tenaga
pendidik yang bisa menjadi teladan baik untuk anak-anak atau siswa dan pengajaran dari keagamaan dan
kewarganegaraan yang sangat penting diajarkan dengan metode dua arah. Melibatkan anak-anak di setiap
pembelajaran tersebut, baik itu yang bertanya atau yang menyatakan pengalaman empiric.
 
Salah satu hal bermanfaat yang  bisa membentuk mental pada usia remaja adalah dengan mengikuti berbagai
kegiatan pendidikan karakter, dimana pada pendidikan karakter bisa membentuk remaja punya keahlian khusus
dan bakat-bakat yang melekat dalam diri mereka sehingga nantinya ketika dewasa mereka akan mempunyai
keahlian atau pun karakter yang bermanfaat untuk orang lain. 
 
Hadirin yang saya hormati, 
Maka dari itu ayo kita sama-sama menyelamatkan generasi para penerus bangsa yang berada di titik kehancuran
ini. Jangan sampai bangsa kita ini dipenuhi oleh pemuda-pemudi yang tidak mementingkan moral dan karakter
yang baik. Bahkan bisa sama sekali tidak memiliki kedua hal itu. Oleh karena itu, kita harus selalu bertindak
secara cepat dengan membantu mereka untuk menemukan jati diri mereka dengan cara memberikan pembelajaran
pada pendidikan karakter. 
 
Demikian pidato yang telah saya sampaikan, semoga bisa bermanfaat dan bisa diimplementasikan dalam
kehidupan.
 
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.***
Penanaman pendidikan karakter moderasi beragama sejak dini
Pendidikan karakter sangatlah penting, adanya intoleransi dan doktrin tentang keagamaan seperti
contohnya adalah adanya pengetahuan dan wawasan tentang keagamaan yang diselipkan melalui
dunia pendidikan sehingga dapat merubah atau meracuni generasi milenial dalam artian menolak
hormat bendera atau tidak mau menerima pancasila. Itulah mengapa pendidikan karakter sangat
penting untuk ditanamkan sejak usia dini.
Dalam hal karakter anak sejak usia dini masih sangat jauh dari kata sempurna karena selama ini anak
usia dini hanya tertuntut oleh sebuah peraturan yang kaku dengan adanya kurikulum sehingga anak
tersebut harus menjalankan sebuah tugas atau tuntutan untuk terus mempelajari pelajaran atau materi
yang ada di buku, harus mengerjakan PR yang menumpuk, dan bahkan untuk persoalan tentang nilai
pun hanya dinilai berdasarkan bagaimana cara menjawab soal dengan baik dan bagus.
Moderasi beragama pada setiap agamanya yang memeluk selalu mengajarkan berbagai hal tentang
sikap kasih sayang, sikap cinta damai, sikap gotong royong, rasa peduli satu dengan yang lainnya serta
saling menghargai dan menghormati kepada orang yang berbeda aqidah atau keyakinan yang
merupakan suatu pengajaran tentang akhlak dan budi pekerti yang bisa dilakukan dan diterapkan
sebagai sebuah pembelajaran dimulai sejak dini.
Siswa menjadi suatu kelompok yang sangat rawan untuk mudah terseret oleh arus radikalisme dan
intoleransi keagamaan. Usia yang masih muda dan memiliki tingkat kelabilan yang tinggi tetapi memiliki
semangat yang menyala-nyala. Merekalah yang selalu menjadi sasaran dari kelompok radikal agama
sehingga mudah untuk disusupi tentang ajaran agama yang mendakwahkan pemahaman keagamaan
yang kaku dan cenderung dangkal. Maka, perlu suatu strategi untuk menanamkan pendidikan karakter
moderasi beragama mulai sejak dini dengan cara memanfaatkan kegiatan belajar mengajar pendidikan
keagamaan.
Pendidikan karakter memang harus ditanamkan sejak dini sehingga dari sejak dini sudah dibekali agar
tidak mudah terpengaruh oleh kelompok-kelompok radikal dan dapat memberikan pendidikan karakter
kepada siswa dalam masa pertumbuhannya sejak dini yang nantinya akan mudah menyerap berbagai
pembelajaran yang diterimanya terutama pembelajaran di sekolah. Sekolah sangat membawa pengaruh
terhadap kehidupan siswa di masa dewasa nanti dalam bersosial, keagamaan, dan kebangsaannya
ketika dewasa.
Adapun cara untuk menanamkan pendidikan karakter moderasi beragama sejak usia dini ketika di
sekolah yaitu bisa dengan cara menyediakan buku pembelajaran dengan tampilan model komik yang
menceritakan bagaimana dalam bertoleransi dengan sesama dalam sebuah perbedaan dan pengenalan
berbagai agama yang dianut, dengan begitu membuat siswa tidak jenuh dan bosan untuk membacanya.
Hal ini membantu untuk mempermudah dalam hal memberikan pelajaran dan membentuk karakter
siswa sejak usia dini dengan baik.
Dengan memberikan ilmu dalam menanamkan pendidikan karakter moderasi beragama dari sejak usia
dini ini memiliki tujuan agar membentuk generasi bangsa yang moderat dan tidak mudah terpengaruh
oleh berita-berita dari dunia maya tentang moderasi beragama yang semakin merajalela. Banyaknya
cara untuk menanamkan pendidikan karakter moderasi beragama sejak usia dini yaitu dengan cara
memanfaatkan media sosial dengan sebaik-baiknya dalam melakukan penyebaran tentang moderasi
beragama.
Membangun karakter anak sejak usia dini memang sangat dibutuhkan karena generasi bamgsa yang
akan mendatang adalah generasi yang akan menjadi tumpuan harapan pada bangsa ini. Oleh karena
itu, penanaman pendidikan karakter sejak dini sangat efektif sebagai tindakan yang bersifat prefentif
dalam menghadapi ancaman radikalisme dan intoleransi keagamaan yang akan mengakibatkan
kerusuhan-kerusuhan yang dibuat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
 

Penulis : Wahyu Indahsari kkn Bramanty IPMAFA

Tags: berita pat

Anda mungkin juga menyukai