Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM II

Supervisor Kampus:

Drs. Almisar Hamid, M.Si

Disusun Oleh:

Maulana Arief Farhan (2019110101)

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

0
LEMBAR PEGESAHAN

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
kepada kita rahmat serta hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktikum II dengan
baik. Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan praktikum II bagi para
mahasiswa/i dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Prodi Kesejahteraan Sosial Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Praktikum II merupakan mata kuliah wajib bagi Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan
Sosial, yang bertujuan untuk memampukan mahasiswa/i mengimplementasikan ilmu keterampilan
sosial yang telah di pelajari. Praktikum II ini banyak memberikan pengalaman kepada praktikan dan
menjadi salah satu media pembelajaran sebelum terjun ke dunia kerja. Praktikan juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Almisar Hamid, M. Si, selaku supervisor kampus yang telah membimbing praktikan
selama berjalannya praktikum II.
2. Ibu Stella Hayuning A, SE, selaku supervisor lembaga yang telah membimbing praktikan
selama berjalannya masa praktikum II.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu mensupport dan saling menguatkan satu sama
lain. Semoga dengan adanya praktikum II, praktikan mampu mengimplementasikan seluruh
ilmu keterampilannya sebagai media pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengalaman
praktikan.

Semoga dengan adanya praktikum II, praktikan mampu mengimplementasikan seluruh ilmu
keterampilannya sebagai media pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengalaman
praktikan.

Tangerang Selatan, 24 Desember 2022

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................................0
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................4
A. Pengertian ..............................................................................................................................4
B. Latar Belakang dan Pemilihan Kasus ....................................................................................5
C. Tujuan ....................................................................................................................................7
D. Manfaat ..................................................................................................................................8
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................................................8
BAB II LANDASAN PRAKTIK ...................................................................................................9
A. Teori Intervensi Sosial (Social Intervention Theory).............................................................9
B. Teori Kontrol Diri dan Keberfungsian Sosial ......................................................................11
BAB III KONDISI WILAYAH PRAKTIKUM ..........................................................................14
A. Sejarah Singkat Lokasi Praktikum .......................................................................................14
B. Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya ...............................................................................14
C. Denah/Lokasi Praktikum .....................................................................................................15
BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM ..................................................................................17
A. Engagement..........................................................................................................................17
B. Assessment...........................................................................................................................17
C. Perencanaan Intervensi ........................................................................................................19
D. Intervensi..............................................................................................................................19
E. Monitoring dan Evaluasi ......................................................................................................21
F. Terminasi .............................................................................................................................21
BAB V PENUTUP..........................................................................................................................23
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................23
B. Rekomendasi ........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................24
LAMPIRAN....................................................................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Muhammadiyah Jakarta merupakan program studi yang bertujuan untuk
menghasilkan seorang pekerja sosial professional yang dapat memperbaiki dan meningkatkan
fungsi sosial individu, keluarga dan masyarakat. Seorang pekerja sosial professional berbeda
jauh dengan relawan sosial atau tenaga kesejahteraan sosial, yang setiap orang bisa menjadi
relawan dan tenaga kesejahteraan sosial tanpa pendidikan khusus. Sementara pekerja sosial
profesional harus menempuh pendidikan pekerjaan sosial di mana di dalam pendidikan ini akan
diajarkan teori dan praktik pekerjaan sosial serta etika pekerja sosial secara integral. Hal inilah
yang mencirikan bahwa pekerja sosial professional senantiasa bekerja berdasarkan
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan nilai (values).

Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang ilmu kesejahteraan


sosial/pekerjaan sosial yang berisi tentang intervensi sosial baik bersifat mikro, mezzo dan
makro dengan berpegang teguh kepada prinsip pekerjaan sosial. Pengetahuan ini dapat
diperoleh di bangku kuliah melalui pembelajaran di dalam kelas secara regular. Sedangkan
praktek dari pengetahuan atau penerapan teori pekerjaan sosial dilakukan melalui kegiatan yang
disebut praktikum. Praktikum ini dilakukan untuk mempraktekkan ilmu atau teori pekerjaan
sosial sehingga mahasiswa memiliki kemampuan atau keterampilan dalam memberikan
intervensi sosial secara professional.

Keterampilan sebagai pekerja sosial tidaklah mudah dikuasai tanpa adanya banyak
latihan. Latihan yang sering akan meningkatkan keterampilan mahasiswa untuk menjadi lebih
baik dan sempurna dalam melakukan intervensi. Hal ini juga sesuai dengan idiom practice
makes perfect. Oleh karena itu menjadi signfikan untuk mengadakan praktikum sebagai wahana
untuk menciptakan pekerja sosial yang professional.

Praktik pekerjaan sosial (praktikum) II diartikan sebagai aktivitas keahlian pekerja sosial
dalam bekerja bersama masyarakat, organisasi dan/atau upaya untuk mengubah peraturan dan
kebijakan-kebijakan kesejahteraan sosial melalui aktivitas-aktivitas yang kolektif/terorganisasi.
Adapun penjabaran sasaran praktikum II adalah sebagai berikut:

4
1. Masyarakat: didefinsikan terdiri dari sekumpulan manusia yang berinteraksi dan
merupakan kesatuan social. Praktikan dapat mengambil masyarakat sebagai sasaran
praktikumnya misalnya dengan memperhatikan permasalahan yang dialami oleh mereka
dan membutuhkan solusi melalui intervensi yang mungkin dilaksanakan dalam kurun
waktu praktikum yang telah ditentukan.
2. Organisasi: umumnya definisi organisasi adalah sebuah tempat untuk berkelompok atau
berkumpulnya orang-orang guna melakukan kerjasama secara rasional dan terarah dalam
mencapai tujuan organisasi. Praktikan dapat menelaah masalah yang dimiliki organisasi
seperti dalam aspek manajemen, program organisasi maupun pelaksanaan yang
membutuhkan intervensi agar organisasi dapat mencapai tujuan mereka secara spesifik.
3. Peraturan dan Kebijakan: Praktikan dapat menelaah dan mendorong perubahan peraturan
atau kebijakan dalam konteks yang lebih kecil melalui pendekatan advokasi yang
mungkin dilakukan sesuai dengan kurun waktu praktikum berlangsung.
Metode yang digunakan dalam praktikum II adalah praktik pekerjaan sosial komunitas
(social work macro practice atau community work). Ada tiga model klasik yang menjadi acuan
praktik pekerjaan sosial dengan komunitas (praktik pekerjaan sosial makro) yaitu
pengembangan lokal (locality development) atau pengembangan masyarakat (community
development), perencanaan sosial (social planning) atau pelayanan masyarakat (community
services), dan aksi sosial (social action) atau aksi masyarakat (community action). Penerapan
model pendekatan didasarkan pada pelibatan masyarakat secara aktif, pertimbangan-
pertimbangan terhadap kenyataan yang berlangsung dihadapkan dengan kebutuhan nyata
masyarakat, aset komunitas serta resiko yang harus diambil dari penerapannya.

B. Latar Belakang dan Pemilihan Kasus


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimulai dari media elektronik,
munculnya internet sebagai media elektronik di era modern ini berfungsi memudahkan individu
dengan individu lain sebagai alat perantara dalam melakukan interaksi. Pada masa transformasi
digital saat ini, banyak kasus dan permasalahan yang terjadi di masyarakat karena dipengaruhi
oleh gadget khususnya game online yang saat ini banyak diminati setiap kalangan.

Permainan secara daring menjadi aktivitas menyenangkan dalam beberapa tahun ini,
terutama karena perkembangan internet yang pesat dan banyaknya orang untuk berpartisipasi
yang melibatkan kerjasama. Game online dapat memberikan dampak positif antara lain
meningkatkan sistem motorik, misalnya remaja yang bermain game online dapat meningkatkan

5
konsentrasi bermain. Sedangkan dampak negatifnya, remaja akan mudah melupakan skala
prioritas dalam aktivitas keseharianya, misalnya bisa menimbulkan rasa malas dan kecanduan.
Kecanduan adalah bentuk perilaku yang didorong oleh rasa ketergantungan yang tinggi pada
hal yang disenanginya, sehingga seseorang dapat dikatakan kecanduan jika melakukan kegiatan
yang dilakukan secara berulang.

Pekerja sosial profesional merupakan salah satu profesi yang sangat dibutuhkan untuk
menyejahterakan masyarakat. Pekerja sosial merupakan profesi yang mengarah kepada
pekerjaan yang bertujuan membantu individu, kelompok, dan masyarakat yang mengalami
hambatan dalam menjalankan peran di lingkungan masyarakat ataupun memiliki permasalahan
dalam keberfungsian sosialnya. Dalam menjalankan tugasnya peran pekerja sosial dapat
membantu proses pembangunan dan pengembangan terhadap individu salah satunya dalam
menyejahterakan setiap masyarakat.

Dalam penerapannya pada praktikum kali ini, kami melihat sebuah fenomena
berdasarkan hasil observasi kelompok terhadap para remaja yang mengalami kecanduan game
online di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger, yang menjadi daya tarik dalam
pemilihan kasus pada praktikum ini ialah hampir seluruh anak di PSAA Putra Utama 3 ini
kecanduan bermain gawai terutama game online. Adanya fenomena kecanduan game online
tersebut mengakibatkan sebagian remaja di panti ini mengalami kesulitan untuk berinteraksi
dan menjalin hubungan positif dengan orang lain, bahkan menghambat perkembangan
emosional, perilaku berlebihan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa awal dewasa. Oleh karena itu,
dibutuhkannya penerapan perilaku positif melalui kontrol diri pada setiap remaja dengan dan
juga pengembalian fungsi sosial remaja tersebut untuk mengubah pola pikir dan perilaku
kecanduan game online menjadi berkurang dan menjadi lebih baik sebagaimana remaja yang
positif dan ideal. Dengan memberikan arahan melalui forum group discussion (fgd) untuk
membantu membentuk skala prioritasnya dalam mempersiapkan karir atau jenjang pendidikan
berikutnya bagi remaja yang berada di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger.

Adapun kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan bertambahnya usia.


Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang
diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai
dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam seperti hukuman

6
yang dialami ketika anak-anak. Konsep keberfungsian sosial pada intinya merujuk pada
kapabilitas para remaja dalam menjalankan peran sosial di lingkungannya. Membantu mereka
mengatasi masalah yang ada atau potensial dalam keberfungsian sosial dengan melakukan
perubahan individu maupun kolektif.

Dalam pemilihan fokus pada praktikum ini, kami dibantu dengan Pembina atau pengasuh
anak-anak di lapangan untuk memperoleh urgensi terkait hal yang menjadi permasalahan
penting terutama para remaja yang berada di sekitar lingkungan Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3, Ceger. Yaitu banyak remaja usia 17 tahun hingga 20 tahun yang menggunakan game
online sebagai sara penghibur diri dari penatnya tugas. Namun, ketidakseimbangan antara
bermain game dan mengerjakan tanggung jawab sebagai pelajar tersebut yang membuat para
remaja panti ini yang sulit memahami pelajaran, sehingga tidak sedikit yang berdampak pada
nilai akademisnya. Padahal jika ditinjau dari segi prestasi yang ada, kami melihat berbagai
potensi dari bidang non akademis seperti atlet silat, atlet renang, atlet lari jarak jauh, dan juga
bidang prestasi lain yang sesuai dengan minat kejuruan para remaja panti tersebut.

Sehingga dalam tinjauan pemilihan kasus yang ada kami memlih target sasaran kepada
anak-anak Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger dengan rentang usia kelas 11 dan
kelas 12 Sekolah Menengah Atas maupun Sekolah Menengah Kejuruan dalam menganggulangi
permasalahan kecanduan game online, sekaligus memberikan arahan dan juga diskusi seputar
persiapan mereka dalam menghadapi kelulusan dan persiapan kejuruan (bekerja) setelahnya.

C. Tujuan
1. Mempraktikkan teori atau konsep pengetahuan tentang pekerjaan sosial
yang telah dipelajari.
2. Meningkatkan kemauan mahasiswa dalam keterampilan-keterampilan
sesuai dengan keahlian pekerjaan sosial.
3. Memperdalam dan memperluas pengetahuan dan juga pengalaman tentang
kinerja dilapangan.
4. Mengaplikasikan teori-teori yang dan metode yang didapatkan selama masa
perkuliahan.
5. Praktikan dapat melakukan assesmen masalah yang terdapat di lembaga dan
memberikan serta melakukan pemecahan masalahnya.

7
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Praktikum ini di harapkan mampu memberikan pengalaman serta menambah wawasan dan
pengetahuan bagi peneliti, tentang bidang kajian yang sama. Praktikum ini di harapkan juga
dapat memberikan penyelesaian dari kasus yang berkaitan dengan kecanduan game online
pada remaja, menggunakan kajian teori yang ada pada praktik pekerja sosial.

2. Manfaat Praktikum
a. Praktikkan dapat mengetahui proses dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang
dialami oleh para remaja yang kecanduan game online dan juga memberikan kontribusi
kepada warga binaan sosial di panti terkait pentingnya membentuk perilaku dan
lingkungan yang positif pada remaja, sehingga dapat mengatur skala prioritas dalam
memilih masa depan yang baik.
b. Praktikkan juga dapat lebih memahami dan mengetahui proses dalam menangani
sebuah permasalahan sosial terutama dalam kasus remaja yang mengalami kecanduan
game online.
c. Praktikan dapat mengembangkan ilmu dan keterampilan yang telah didapat selama
masa perkuliahan secara langsung di lokasi praktikum sesuai dengan yang cara main di
lembaga.
d. Meningkatkan kemampuan praktikan dalam mengaplikasikan pengetahuan, nilai, etika,
serta keterampilan praktik pekerja sosial.

E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum II dilaksanakan kurang lebih 2 bulan terhitung dari 07 November 2022 sampai
14 Januari 2023 dilakukan secara hybrid, daring pada pembekalan praktikum dan luring untuk
pelaksanaan praktikum. Praktikum ini dilaksanakan selama dua kali dalam seminggu yang
bertempat di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger – Jakarta Timur yang beralamat
di Jl. Bina Marga No.57 Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur.

8
BAB II
LANDASAN PRAKTIK

A. Teori Intervensi Sosial (Social Intervention Theory)


Istilah intervensi mulai muncul dalam literatur pekerjaan sosial pada akhir tahun 1950-an
dan awal 1960-an. Pada permulaan nampaknya terdapat sedikit penjelasan arti istilah tersebut.
Istilah ini sedang digunakan untuk menggantikan istilah treatment (perlakuan) sebagaimana
yang digunakan dalam gambaran “studi, diagnosa, dan perlakuan” dari proses pekerjaan sosial.
Biasanya penggunaan intervensi disertai oleh istilah assesment untuk menggantikan kata yang
lebih tradisional, yaitu diagnosa.

Intervensi sendiri merpakan adalah aktivitas untuk melaksanakan rencana pengasuhan


dengan memberikan pelayanan terhadap anak dalam keluarga maupun di lingkungan lembaga
kesejahteraan sosial anak atau remaja. Intervensi merupakan suatu proses refungsional dan
pengembangan yang memungkinan penyandang masalah melaksanakan fungsi sosialnya dalam
kehidupan masyarakat. (Keputusan Menteri Sosial RI No. 07/HUK/KBP/II/1984). Sosial
berarti segala sesuatu mengenai masyarakat yang peduli terhadap kepentingan umum. Metode
intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki keberfungsian
sosial dari kelompok sasaran perubahan dalam hal ini, individu, keluarga, dan kelompok.

Intervensi sosial dapat diartikan sebagai sebagai cara atau strategi memberikan bantuan
kepada masyarakat (individu, Kelompok, komunitas). Intervensi sosial merupakan metode
yang digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan ssosial dan kesejaahteraan
sosial. Pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial adalah dua bidang yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosial.

Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok,


maupun komunitasdikatakan 'perubahan terencana' agar upaya bantuan yang diberikan dapat
dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu
upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari keelompok sasaran perubahan, dalam hal
ini, individu, keluarga, dan kelompok. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi di mana
seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran
yang dimilikinya.

Sedangkan menurut Isbandi Rukminto Adi intervensi sosial adalah perubahan yang
terencana yang dilakukan oleh pelaku perubahan (change agent) terhadap berbagai sasaran

9
perubahan (target of change) yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok kecil (level
mikro), komunitas dan organisasi (level mezzo) dan masyarakat yang lebih luas, baik di tingkat
kabupaten/kota, provinsi, negara, maupun tingkat global (level makro).

Menurut Pincus dan Minahan, intervensi sosial meliputi tahapan sebagai berikut:

a) Penggalian Masalah, merupakan tahap di mana pekerja sosial mendalami situasi dan
masalah klien atau sasaran perubahan Tujuan dari tahap penggalian masalah adalah
membantu pekerja sosial dalam memahami, mengidentifikasi, dan menganalisis faktor-
faktor relevan terkait situasi dan masalah yang bersangkutan Berdasarkan hasil
penggalian masalah tersebut, pekerja sosial dapat memutuskan masalah apa yang akan ia
selesaikan, tujuan dari upaya perubahan, dan cara mencapai tujuan Penggalian masalah
terdiri dari beberapa konten, di antaranya: - Identifikasi dan penentuan masalah - Analisis
dinamika situasi sosial - Menentukan tujuan dan target - Menentukan tugas dan strategi -
Stabilisasi upaya perubahan.
b) Pengumpulan Data, merupakan tahap di mana pekerja sosial mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan terkait masalah yang akan diselesaikan. Dalam melakukan
pengumpulan data, terdapat tiga cara yang dapat digunakan, yaitu: pertanyaan, observasi,
dan penggunaan data tertulis.
c) Melakukan Kontak Awal.
d) Negosiasi Kontrak, merupakan tahap di mana pekerja sosial menyempurnakan tujuan
melalui kontrak pelibatan klien atau sasaran perubahan dalam upaya perubahan.
e) Membentuk Sistem Aksi, merupakan tahap di mana pekerja sosial menentukan sistem
aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.
f) Menjaga dan Mengkoordinasikan Sistem Aksi, merupakan tahap di mana pekerja sosial
melibatkan pihak-pihak yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan perubahan.
g) Memberikan Pengaruh
h) Terminasi.

Tujuan utama dari metode intervensi sosial adalah memperbaiki fungsi sosial orang
(individu, kelompok, masyarakat) yang merupakan sasaran perubahan. Ketika fungsi sosial
seseorang berfungsi dengan baik, diasumsikan bahwa kondisi sejahtera akan semakin mudah
dicapai. Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara harapan dan kenyataan tidak
terlalu lebar. Melalui intervensi sosial, hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran
perubahan akan diatasi.
10
Adapun dalam pelaksanaannya dalam dunia pekerja sosial, intervensi dapat dibagi
menjadi tiga level yaitu:

a. Intervensi mikro adalah keahlian pekerja sosial untuk mengatasi masalah yang dihadapi
individu dan keluarga. Masalah sosial yang ditangani umumnya berkenaan dengan problema
psiologis, seperti stres dan depresi, hambatan dengan relasi, penyesuaian diri, kurang
percaya diri, keterasingan (kesepian). Metode utama yang biasa diterapkan oleh pekerja
sosial dalam setting ini adalah terapi perseorangan (casework).
b. Intervensi mezzo dalam hal ini keahlian pekerja sosial adalah untuk mengatasi masalah yang
dihadapi kelompok dan organisasi. Metode utama yang biasa diterapkan oleh pekerja sosial
dalam setting mezzo ini adalah terapi kelompok (groupwork).
c. Intervensi makro adalah keahlian pekerja sosial untuk mengatasi masalah yang dihadapi
komunitas, masyarakat dan lingkungannya (sistem sosialnya), seperti kemiskinan,
ketelantaran, ketidakadilan sosial dan eksploitasi sosial. Adapun tiga metode utama dalam
pendekatan makro adalah pengembangan masyarakat (comunity development), manajemen
pelayanan kemanusiaan (human service management) dan analisis kebijakan sosial (social
policy analysis).

Dan pada uraian teori intervensi sosial diatas, fokus utama dalam praktikum II ini
adalah terhadap intervensi sosial makro, yang dimana kelompok praktikan akan melihat sebuah
fenomena yang penting, sehingga nantinya kelompok praktikan dapat memberikan solusi atau
membuat suatu program perencaan untuk membantu mengatasi permasalahan sosial yang ada
pada lingkungan Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger.

B. Teori Kontrol Diri dan Keberfungsian Sosial


a. Teori Kontrol Diri (Self Control Theory)
Kontrol diri juga diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing,
mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa kearah konsekuensi
positif. Kontrol diri diperlukan guna membantu individu dalam mengatasi kemampuannya
yang terbatas dan mengatasi berbagai hal merugikan yang mungkin terjadi yang berasal dari
luar. Seperti halnya kecanduan game online, setiap individu dalam diri masing-masing
harus menerapkan kontrol diri, agar tidak larut dalam penggunaan gadget yang terus
menerus.
Menurut Chaplin (dalam Adeonalia, 2002: 36) kontrol diri adalah kemampuan untuk
membimbing tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-
11
impuls atau tingkah laku impulsif. Dalam hal ini tingkah laku yang implusif yang menjadi
kebiasaan buruk para remaja yang kecanduan game online tersebut harus mulai dibentuk
sedini mungkin. Melalui rangkaian program dan juga sosialisasi dampak buruk game
online.
Synder dan Gangestad (dalam Ghufron & Risnawita, 2011: 22) mengatakan bahwa
konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan
antara pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang
sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif. Ketika
berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan berusaha menampilkan perilaku yang
dianggap paling tepat bagi dirinya, yaitu perilaku yang dapat menyelamatkan interaksi-
interaksi dari akibat negatif yang disebabkan karena respon yang dilakukannya.
Anak-anak atau remaja yang kecanduan game online tersebut cenderung pasif dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dikarenakan terlalu asik dalam bermain dengan
indikasi bahwa bermain game dapat menghibur diri, namun dapat menimbulkan lupa dalam
kewajiban atau tanggung jawab kedepannya sebagai pelajar. Kontrol diri bisa membuat
seseorang menyembunyikan perilaku yang tidak sesuai dan menunjukkan perilaku yang
selaras dengan tuntutan lingkungannya agar tidak menimbulkan perilaku yang maladaptif
dan merugikan serta meresahkan bagi dirinya sendiri maupun lingkungannya.
Kontrol diri seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungannya, terutama lingkungan
keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam
arti kondisinya diwarnai dengan hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling
menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung memiliki kontrol diri
yang baik. (Sahrul dan Suwari; 2022)
Jadi dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam
menghadapi stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari
akibat yang tidak diinginkan. Kontrol diri juga dapat diartikan sebagai suatu aktivitas
pengendalian tingkah laku. Individu memiliki pertimbangan-pertimbangan ketika
berperilaku. Semakin tinggi kontrol diri seseorang, maka semakin tinggi pengendalian diri
individu terhadap tingkah lakunya.
b. Teori Keberfungsian Sosial (Social Function Theory)
Keberfungsian sosial tidak lepas dari soal peranan sosial dan status sosial. menurut
Achlis (1992) adalah sebagai berikut: Keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang
12
dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu
berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai
kebutuhan hidupnya. Hal ini menjadi penting dalam memulihkan kembali keberfungsian
sosial para remaja yang kecanduan game online untuk dapat memikirkan kepentingan
utamanya dalam beljar dan bekal keterampilan nantinya.
Moreles dan Sheafor (1999), sebagaimana dikutip oleh Adi Fahrudin, mengatakan
bahwa keberfungsian sosial adalah konsep yang membantu karena mempertimbangkan
karakteristik lingkungan orang dan kekuatan dari lingkungan. Ini menunjukkan bahwa
seseorang membawa kepada situasi serangkaian perilaku, kebutuhan, dan kepercayaanyang
merupakan hasil dari pengalaman uniknya sejak lahir. Dalam hal ini kita menganalisis
berbagai macam faktor, terutama faktor lingkungan dan juga pergaulan antar teman sebaya
pada lokasi praktik tersebut.
Konsep keberfungsian sosial mencakup empat tingkatan, yakni tingkatan individu,
kelompok, organisasi, dan masyarakat. Bila perempuan rentan dipandang sebagai individu
yang mengalami masalah dalam interaksi sosialnya, maka karakteristik keberfungsian
sosialnya akan berkisar pada masalah:
a) Kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial dalam kehidupan.
b) Kemampuan menjalin relasi positif dengan orang lain.
c) Kemampuan dalam menghargai diri sendiri.

Hakikatnya setiap peran manusia akan menghadirkan status, dan masing-masing


status menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sendiri. Andaikan kita sebagai
seorang manusia tidak mampu melaksanakan peranan-peranan sosial tersebut, itulah yang
dinamakan dengan ketidakberfungsian sosial. Hal itu sama jika memang kita sudah
terindikasi kecanduan dalam bermain game online, dan dampak negatif yang
ditimbulkankannya dapat membuat individu menjadi tidak berfungsi secara sosial dengan
baik dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, keberfungsian sosial secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi
sosialnya atau kapasitas seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai
dengan status sosialnya.

13
BAB III
KONDISI WILAYAH PRAKTIKUM

A. Sejarah Singkat Lokasi Praktikum


Menurut Peraturan Gubernur No.364 Tahun 2016, Panti Sosial Asuhan Anak Putra
Utama 3 merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan sosial berupa perawatan,
pengasuhan, dan pembinaan bagi anak-anak yang mengalami masalah sosial. Panti sosial ini
dipimpin oleh kepala panti, kemudian satuan unit lainnya seperti kepala sub bagian tata usaha,
kasatpel pelayanan sosial, sub kelompok jabatan fungsional, kasatpel pembinaan sosial dan
pekerja sosial terkait, Aparatur Sipil Negara, serta penanggung jawab lapangan yang memiliki
tugas dan fungsi yang berbeda peranannya dalam panti tersebut.

Saat ini, Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger-Jakarta Timur, memberikan
fasilitas kepada 83 orang anak asuh dengan jenjang Pendidikan Sekolah yang berbeda, yaitu
Sekolah Menengah Pertama sebanyak 38 orang anak dan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
sebanyak 52 orang anak.

Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, memiliki visi untuk mewujudkan kehidupan
anak asuh PSAA Putra Utama 3 yang mandiri, berakhlak dan berprestasi. Adapula Misi dari
Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 yang pertama adalah menyelenggarakan pelayanan
dan rehabilitasi sosial terhadap Warga Binaan Sosial, yang kedua pemenuhan pendidikan
formal/non-formal WBS Tingkat SMP dan SMA / Sederajat, yang ketiga melakukan
pembinaan fisik, mental spiritual, sosial, kesenian & kemandirian, yang keempat memberikan
perlindungan dan bantuan sosial, yang kelima menggali dan mengembangkan potensi yang
dimiliki WBS untuk menjadi berprestasi,dan yang keenam memberikan pelayanan kepada anak
di luar panti untuk mengikuti kegiatan yang ada di dalam panti bersama WBS.

B. Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya


1. Keadaan Sosial
Keadaan sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger cukup baik dan menarik
untuk dijadikan lokasi praktik dan penelitian. Dikarenakan terdapat aspek sosial yang
cukup baik dalam pembentukan karakter anak asuh yang menekankan pada hobi atau
minat anak asuh tersebut. Sehingga lingkungan panti cukup memberikan fasilitas dalam
menunjang kegiatan non akademik anak asuh tersebut. Dan juga terdapat kegiatan sosial

14
lainnya yang membantu anak asuh dalam menunjang aspek Pendidikan atau akademik
yaitu memberikan fasilitas pendukung seperti bimbel atau kelas tamabahan diluar
sekolah. Secara keseluruhan untuk aspek sosial Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3
Ceger menekankan pada interaksi sosial baik secara internal maupun eksternal teman
sebaga melalui kegiatan-kegiatan yang diberikan. Namn, disisi lain kendala sebagian
anak dalam prosesinteraksi sosial secara lansgung cukup terhambat, akibat terlalu aktif
dengan gadget yang digunakannya untuk bermain game online. Sehingga pada aspek
interaksi sosial individu menjadi hal yang harus segera ditangani.
2. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger cukup baik, karena
panti tersebut dibawah naungan Dinas Sosial DKI Jakarta, dan merupakan Unit
Pelaksanaan Teknis, sehingga setiap kebutuhan bulan sudah terdapat jadwal untuk
penyalurah bantuan rutin bagi anak asuh yang terdaftar pada Panti Sosial Asuhan Anak
Putra Utama 3 Ceger ini. Dan adanya dukungan internal panti bagi anak asuh yang
mempunyai bakat dalam kejuruan atau mengikuti lomba, menjadi salah satu aktivitas
yang dapat menambah pemasukan individu anak asuh tersebut. Serta dukungan dari pihak
eksternal atau sponsor seperti CSR (Coorporate Social Responsibility) Lenovo yang
memberikan pelatihan dan fasilitas oenunjang lainnya.
3. Keadaan Budaya
Keadaan budaya Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Ceger, lebih menekankan pada
kebudayaan berbasis islami dengan adanya kegiatan hadroh sebagai salah satu seni musik
dalam kebudayaan Islam. Dengan tujuan agar anak asuh tetap memiliki landasan dalam
keagamaannya. Dan juga kebudayaan lain yang difasilitasi oleh Panti Sosial Asuhan
Anak Putra Utama 3 Ceger ini adalah alat musik tradisional Angklung sebagai kesenian
musik Jawa Barat. Dalam pengenalan aspek kebudayaan pada panti cukup sesuai untuk
mengetahui minat dan bakat anak asuh, serta belajar dan menanamkan nilai spiritual
keagamaan juga.

C. Denah/Lokasi Praktikum
Lokasi Praktikum: Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger – Jakarta Timur yang
beralamat di Jl. Bina Marga No.57 Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur.

15
Gambar 3.1 Lokasi Praktikum
Sumber: Google Maps

16
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. Engagement
Dalam menjalankan tugas praktik pekerja sosial, terdapat beberapa tahapan untuk
melakukan proses pertolongan kepada masyarakat atau lembaga. Pada proses tahapan awal
yang dilakukan pekerja sosial dalam menangani permasalahan lembaga atau masyarakat
terdapat beberapa awalan seperti engagement dan intake. Yaitu Kelompok Praktik mulai
melakukan pendekatan diri kepada supervisor lembaga, memulai dengan kontak awal
(memperkenalkan diri), dan juga menjelaskan jenis program atau kegiatan yang nantinya akan
diberikan kepada target sasaran.

Sebelumnya kelompok praktikum kami memilih lokasi praktik di Panti Sosial Asuhan
Putra Utama 3, Tebet-Jakarta Selatan, karena ingin menjangkau dan melihat fenomena yang
menarik dikalangan anak-anak dan remaja panti sosial di bawah naungan Dinas Sosial DKI
Jakarta. Kelompok Praktikan sempat mengalami kendala pemindahan lokasi panti oleh
supervisi lembaga itu sendiri yang awal mulanya berada di Tebet (untuk anak asuh perempuan),
menjadi di daerah Ceger (untuk anak asuh laki-laki).

Dengan kesepakatan dan juga perizinan lanjutan, kami melanjutkan kegiatan praktikum
di panti Ceger (untuk anak asuh laki-laki) pada tanggal 14 November 2022, di hari yang sama
setelah pertemuan dengan supervisi lembaga panti yang berada di Tebet. Dengan izin dan juga
koordinasi dengan kasatpel pembinaan sosial Panti Sosial Asuhan Putra Utama 3, Ceger-Jakarta
Timur.

Setelah itu, jelang beberapa hari setelah mendapat persetujuan dan kesepakatan baik
secara daring ataupun luring dengan pembina panti, diakhiri dengan melakukan kontrak dengan
supervisi lembaga untuk melakukan kegiatan praktik dari tahap asesmen hingga akhir
penyelesaiannya. Dan juga menanyakan ketersediaan untuk sama-sama menyepakati kontrak
terkait pelaksanaan program yang akan diberikan kepada anak asuh. Target sasaran kepada anak
asuh Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger-Jakarta Timur dengan jenjang Pendidikan
Sekolah Menengah Atas/Kejuruan kelas 11 dan kelas 12.

B. Assessment

Pada tahap ini yaitu tahap awal adalah mendata identitas jumlah anak asuh PSAA
Ceger guna mengetahui latar belakang jenjang Pendidikan anak asuh. Kemudian kelompok
17
praktikan menggali informasi kepada pembina atau informan kunci terkit beberapa
permasalahannya dan informan baik supervisor lembaga ataupun kasatpel pembinaan
sosial akan menceritakan hambatan atau urgensi lainnya yang menjadi fokus masalah
terutama terhadap anak asuh itu sendiri. Adapun data yang kami dapat sebagai beritkut:

Jenjang Sekolah Anak Dalam Anak Luar


Panti Ceger Panti Ceger

SMP kelas 7 11 anak -

SMP kelas 8 12 anak 1 anak

SMP kelas 9 14 anak -

SMA/K kelas 10 28 anak 2 anak

SMA/K kelas 11 13 anak 4 anak

SMA/K kelas 12 5 anak -

TOTAL 83 anak 7 anak


Tabel 4.1 Data Anak PSAA PU 3, Ceger

Dari proses assessment yang dilakukan dapat membantu kelompok praktikkan untuk
melakukan tahap selanjutnya. Assessment yang dilakukan kelompok praktikkan mengacu pada
beberapa aspek sosial dan keadaan lingkungan sekitar panti yaitu,

1. Sosial
Aspek sosial sebagian anak asuh cukup baik dengan pembentukan karakter individu melalui
kegiatan akademik maupun non akademik yang disediakan panti itu sendiri. Namun dalam
beberapa kasus anak yang memang lebih aktif dengan gadget menjadi perhatian khusus bagi
kelompok praktikan saya, apalagi terhadap anak-anak yang sebentar lagi akan menghadapi
kelulusan masuk perguruan tinggi ataupun bidang kerja atau kejuruan.
2. Lingkungan
Keadaan lingkungan sekitar Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3, Ceger-Jakarta Timur,
terbilang cukup menjadi perhatian kami praktikan dalam menjalankan program. Terutama
pada Sebagian anak yang memang acuh terhadap nilai akademiknya, tidak sedikit yang
bermain game online secara bersama dalam lingkup panti tersebut. Dan tidak sedikit juga
yang mengeluarkan kata-kata yang kotor hanya karena bermain game online tersebut.
3. Keinginan
18
Setelah kelompok praktikan berbicara dan berbincang mengenai keadaan dan aktivitas yang
dijalankan anak panti tersebut. Kami mendapati sebuah keinginana atau harapan dari
sebagian kecil remaja panti tersebut perihal keinginan dan cita-citanya untuk melanjutkan
ke jenjang perguruan tinggi, dan ada beberapa anak yang menanyakan perihal informasi
mengenai profesi atau kejuruan yang diminati. Dalam hal ini, kelompok praktikan juga
memberikan beberapa pertanyaan melalui google formulir untuk melihat keinginan dan hal
yang menjadi daya tarik mereka.
4. Kebutuhan
Dari Sebagian isi kuesioner yang sudah di sebar melalui google formulir kelompok praktikan
kami dapat melihat suatu kebutuhan yang mungkin secara utuh belum mereka dapatkan
dalam pemberian informasi mengenai aplikasi belajar try out untuk persiapan menghadapi
UTBK, infomasi mengenai perguruan tinggi, informasi mengenai pentingnya pengalaman
kerja bagi kejuruan, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan masa depan mereka.

C. Perencanaan Intervensi
Dalam tahap perencanaan intervensi, supervisor lembaga dan juga kelompok praktikan
mendiskusikan beberapa rencana program atau sosialisasi yang nantinya akan bermanfaat untuk
membantu mengatasi permasalahan yang ada pada target sasaran. Pada tahap ini, kelompok
praktikan memfokuskan target sasaran dalam hal

1) Menyadarkan anak asuh terutama remaja panti tersebut akan permasalahan utamanya
dalam hal kecanduan game online.
2) Membantu merubah kebiasaan buruk anak asuh terutama remaja yang akan
mempersiapkan kelulusan atau kejuruannya untuk dapat lebih aktif dan produktif dalam
belajar dan foks meraih cita-citanya.
3) Mengupayakan dirinya untuk lebih aktif dalam bersosialisasi interaksi dengan sesama.
4) Mengurangi penggunaan gadget untuk bermain game. Dan memberbanyak informasi
seputar minatnya.
5) Memperhatikan kesehatan dan nilai akademik di sekolah. Dengan membuka ruang
diskusi untuk bertanya atau berbagi pengalaman.

D. Intervensi
Dalam pelaksanaan intervensinya, kelompok praktikan memilih program yang relevan
terkait permasalahan kecanduan game online tersebut yaitu melalui sosialisasi atau penyuluhan
terkait dampak buruk bermain game online dan forum group discussion (fgd) terkait
19
pengalaman selama kuliah ataupun kejuruan lainnya. Dengan beberapa rangkaian kegiatan
yaitu:

1. Sosialisasi dampak buruk bermain game online


Sosialisasi merupakan bagian dari penyuluhan untuk mengetahui dampak buruk baik secara
ketergantungan maupun jangka Panjang nantinya yang tidak hanya mengambat aktivitas
akademik di lingkungan sekolah, tapi juga dapat merusak kesehatannya. Karena permainan
yang sudah dianggap seperti kebiasaan akan menimbulkan adiksi, bahkan sapat sampai
merusak saraf pada otak manusia. Melalui penyampaian menggunakan power point dan
projector.
2. Diskusi Kelompok/Konseling Kelompok
Dan yang terakhir adalah diskusi kelompok, diskusi kelompok dengan anak-anak panti
tersebut menerapkan forum group discussion untuk saling bertukar pengalaman maupun
pengetahuan yang dimiliki selama berkuliah atau kegiatan organisasi lainnya. Bimbingan
sosial kelompok adalah suatu pelayanan kepada kelompok yang tujuan utamanya untuk
membantu anggota kelompok mempengaruhi fungsi sosial, pertumbuhan atau perubahan
anggota kelompok. Jadi bimbingan sosial kelompok digunakan untuk membantu individu
dalam mengembangkan atau menyesuaikan diri dengan kelompok/lingkungan sosialnya
dengan kondisi tertentu atau membantu kelompok mencapai tujuannya.
3. Memberikan penguatan positif
Memberikan materi mengenai dampak buruk bermain game online tersebut, berupa
pemberian penguatan positif bagi anak remaja panti yang secara mental masih belum stabil
dalam mengutarakan emosinya. Penguatan positif juga didasari pada pemberian dukungan
secara langsung kepada anak asuh tersebut untuk tidak patah semangat dan juga berani
mencoba dalam setiap hal yang baik dan positif untuk masa depannya. Kelompok praktikan
menggunakan teknik penguatan positif sebagai media untuk meningkatkan kemampuan
interaksi sosial anak remaja panti tersebut.
Putranto, A.K. (2016) menjelaskan positive reinforcement adalah memberikan konsekuensi
yang menyenangkan saat suatu perilaku yang diharapkan muncul dengan tujuan agar
perilaku tersebut dilakukan lagi. Contoh positive reinforcement ialah pujian atau pemberian
hadiah. Di sela-sela materi dan penguatan positif yang diberikan, kelompok praktikan
memberikan hadiah berupa snack kepada anak asuh yang mengikuti program kegiatan
sampai habis dan yang aktif dalam bertanya.

20
Dalam artian penguatan positif adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan
memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul.
Dengan memberikan penguatan positif, maka perilaku yang diinginkan itu akan
ditingkatkan atau diteruskan. Tujuan dari penguatan positif yang dikemukakan oleh Gelgel,
Nengah (2002), yang pertama yaitu: meningkatkan motivasi, yang kedua merangsang
berpikir yang baik, ketiga menimbulkan perhatian, keempat yaitu menumbuhkan
kemampuan berinisiatif, dan yang kelima yaitu mengendalikan serta merubah sifat negatif.
Pada kelima aspek itu diharapakan dapat membuka insight atau wawasan baru kepada anak
remaja tersebut terkait cita-cita atau masa depannya nanti.

Di akhir acara penyuluhan atau sosialisasi tersebut, kelompok praktikan juga mengadakan post
test kepada masing-masing individu yang telah mengikuti program kegiatan yang diberikan.
Dengan menggambarkan apa yang terlintas dibenak masing-masing setelah mengikuti
penyuluhan ini, dan juga memberikan narasi atau makna terhadap apa yang digambarkannya.
Hal itu mendukung pemikiran positif serta keinginan atau cita-citanya tersebut.

E. Monitoring dan Evaluasi


Pada tahap ini merupakan kegiatan dimana kelompok praktikkan melakukan kontroling
kepada target sasaran praktikum, terkait beberapa proses intervensi yang dinilai sudah berjalan
efektif atau belum terhadap target sasaran yaitu siswa kelas 11 dan kelas 12 baik jenjang
Sekolah Menengah Atas/Kejuruan. Terdapat beberapa capaian atas pelaksanaan intervensi yang
dilakukan kepada target sasaran tetsebut, antara lain adalah para siswa secara langsung
mendapatkan informasi terkait bahaya bermain game untuk kesehatannya, siswa/target sasaran
mendapatkan informasi mengenai persiapan menghadapi UTBK. Dan target sasaran dapat
mengetahui berbagai macam info terkait pekerjaan dan juga minat bakatnya agar memudahkan
siswa tersebut untuk mendapat pekerjaan melalui kejuruan atau sertifikasi kompetensi yang
dimiliki.

F. Terminasi
Pada tahap ini merupakan tahap akhir atau pemutusan kontrak dengan klien yang
dilakukan secara langsung dengan mengadakan perlombaan untuk anak asuh PSAA Putra
Utama 3, Ceger. Lomba yang diadakan ialah, lomba futsal, lomba makan oreo di muka,
lomba estafet sarung, dan lomba lembar balon sarung. Lomba ini diikuti oleh 25 anak asuh
di PSAA Putra Utama 3, Ceger. Selain itu untuk pemutusan kontrak dengan lembaga kami
memberikan pelaporan atas apa saja yang sudah kami lakukan dan apa yang telah
21
dihasilkan selain itu juga memberikan bingkisan kepada lembaga sebagai ucapan terima
kasih karena telah menerima kami dengan baik selama melaksanakan praktikum II di
PSAA Putra Utama 3, Ceger.

22
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Praktikum II merupakan aktivitas keahlian pekerja sosial dalam bekerja bersama
masyarakat, organisasi dan/atau upaya untuk mengubah peraturan dan kebijakan-kebijakan
kesejahteraan sosial melalui aktivitas-aktivitas yang kolektif/terorganisir. Praktikum II kali ini
bertempat di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 3, Ceger-Jakarta Timur. PSAA
Putra Utama 3, Ceger memiliki 90 anak asuh berjenis kelamin laki-laki yang bertempat tinggal
di dalam panti maupun di luar panti. Anak asuh di PSAA Putra Utama3, Ceger ini memiliki
rentang usia dari SMP sampai SMA/K yang mana mereka bersekolah di sekitar PSAA Putra
Utama 3.
Berdasar pada hasil asesmen hampir seluruh anak di PSAA Putra Utama 3, Ceger ini
memiliki permasalahan yaitu kecanduan gadget terutama kecanduan bermain game online. Dan
yang menjadi sasaran kami ialah anak asuh dengan jenjang pendidikan kelas 11 & 12 SMA/K.
Adapun hal-hal yang kami fokuskan dalam intervensi untuk anak asuh ialah menyadarkan anak
asuh dalam hal kecanduan game online, membantu merubah kebiasaan buruk anak asuh agar
mereka mempersiapkan kelulusan atau kejuruannya untuk dapat lebih aktif dan produktif dalam
belajar dan foks meraih cita-citanya, mengupayakan dirinya untuk lebih aktif dalam
bersosialisasi interaksi dengan sesama, mengurangi penggunaan gadget untuk bermain game
dan memberbanyak informasi seputar minatnya, memperhatikan kesehatan dan nilai akademik
di sekolah dengan membuka ruang diskusi untuk bertanya atau berbagi pengalaman. Dan
intervensi yang akhirnya kami lakukan ialah dengan memberikan penyuluhan terkait bahaya
game online dan memberikan penguatan serta informasi mengenai jenjang perkuliahan dan
kejuruan.
B. Rekomendasi
1. Untuk Lembaga
Rekomendasi untuk lembaga mungkin dapat memberikan atau membuat kegiatan-kegiatan
yang dapat merangsang anak asuh untuk lebih produktif lagi sesuai dengan bidang ataupun
minat yang mereka miliki.
2. Untuk Kampus
Rekomendasi untuk kampus mungkin dapat mencoba membuat praktikum II selanjutnya
tidak hanya di lembaga-lembaga naungan dinas sosial ataupun kementrian sosial, praktikum
II mungkin juga dapat dilakukan di lingkungan masyarakat sekitar.
23
DAFTAR PUSTAKA

Faqih Purnomosidi, A. A. (2021). Kesehatan Mental Pada Pecandu Game Online di Desa Kwangen
Gemolong. Jurnal Taenta Vol. X No. 2 Agustus.

Galih Vian Suwari, M. S. (2021). Kontrol Diri Terhadap Perilaku Adiksi Remaja Pengguna Game
Online. KHIDMAT SOSIAL: Journal of Social Work and Social Service, 123-134.

Karina Kandhi Krisnawardhani, I. N. (2020). Teknik Penguatan Positif sebagai Media untuk
Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial pada Remaja dengan Skizofrenia Hebefrenik.
Proceedings of The ICECRS (Educational and Psychological Conference in the 4.0 era
Articles Vol.8 2020).

MZ, H. F. (2015). Diambil kembali dari BAB II Kajian Teori: http://etheses.uin-


malang.ac.id/762/6/10410085%20%20Bab%202.pdf

Nuriman, S. K. (2022). Dampak Program Life Skills Bagi Peningkatan Keberfungsian Sosial Anak
di Lembaga Kesejahteraan Sosial Yayasan Al Kamilah Kota Depok. Jakarta: 123dok.

PEKERJA SOSIAL TUBAN. (2011, April 9). Metode Pekerjaan Sosial. Diambil kembali dari
https://pekerjasosialtuban.wordpress.com/tag/metode-pekerjaan-sosial/

Putra, F. (2016). Diambil kembali dari http://repository.unpas.ac.id/56514/2/BAB%20I.pdf

Saputra, R. A. (2022). Interaksi Sosial Pada Remaja Kecanduan Game Online di Desa Singosaren.

Septiyan, F. (2014). Metode Intervensi Sosial Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Panti Sosial
Asuhan Anak Yogyakarta, Unit Bimomartani. Yogyakarta: Digital Library UIN Sunan
Kalijaga.

Syaukani, A. S. (2022, Januari 2022). Keberfungsian Sosial: Kunci Utama Profesi Pekerjaan Sosial.
Diambil kembali dari Bakti Nusa: https://www.baktinusa.id/keberfungsian-sosial/

24
LAMPIRAN
Lampiran 1
DAFTAR HADIR PRAKTIKUM

25
26
27
28
29
30
Lampiran Foto

31
32

Anda mungkin juga menyukai