Anda di halaman 1dari 15

HASIL PENELITIAN USAHA KECIL

“WARUNG BAKSO PAK KUMIS”

Nama : Annisa Nur Fitriyah (2013320042)

Chairurrahmah (2013320029)

Dewi Ratna (2013320037)

Melia Agustina (2013320019)

Kelas : Akuntansi A

Mata Kuliah : Akuntansi UKM dan Koperasi

Nama Dosen :Sulhendri, S.E., Ak., M.M

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JL. KH Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, JakartaSelatan
Telp. (021) 7492862 Fax (021) 7430756 Email: info@umj.ac.id
LATAR BELAKANG

Kemajuan ekonomi disuatu negara sudah seharusnya tidak hanya berkutik begitu
saja dengan angka-angka dan pertumbuhan dikota-kota besar tapi juga kemandirian
masyarakatnya. Kemandirian masyarakat disuatu negara dapat tercermin dari bagaimana
masyarakat tidak begitu bergantung pekerjaannya dengan pihak lain, tetapi justru dapat
membuat usaha sendiri dan membuka lapangan kerja.

Usaha mikro merupakan salah satu cerminan dari masyarakat yang mandiri.
Kemajuan usaha mikro tidak hanya disertai dengan kemauan masyarakatnya, tetapi juga
didukung dengan perlindungan dan fasilitas dari pemerintah seperti permodalan, perizinan,
pengembangan, dsb. Usaha mikro disebuah negara tidak boleh disepelekan begitu saja,
maju dan berkembangnya usaha mikro ini dapat membuat perekonomian negara Indonesia
bisa semakin maju dan kokoh.
APA ITU USAHA MIKRO?

Dalam makalah ini, kami hanya membahas mengenai usaha mikro saja dengan
alasan sesuai dengan hasil penelitian kelompok kami dan agar lebih fokus membahas
materi yang lebih sesuai dengan bidang usaha yang telah diteliti.

Berikut merupakan definisi usaha mikro dari beberapa sumber:

Menurut Undang – Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM:


Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro, memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000
(tiga ratus juta rupiah).

Menurut World Bank:


Micro enterprise (usaha mikro) adalah usaha yang memiliki jumlah karyawan kurang
dari 10 orang dengan pendapatan setahun dan memiliki jumlah aset yang kedua-
duanya tidak melebihi $ 100.000.

Menurut Europa Commision:


Micro – sized enterprise (usaha mikro) adalah usaha dengan pendapatan setahun yang
tidak melebihi $ 2juta, jumlah aset kurang dari $ 2juta, dan memiliki jumlah karyawan
kurang dari 10 orang.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha mikro


merupakan usaha yang datang dari rakyat dengan jumlah karyawan, aset, serta
pendapatan tahunan cukup kecil. Lalu bagaimana dengan karakteristiknya?

Secara umum, UMKM memiliki controlling yang rendah dengan manajemen yang
masih sederhana, belum memiliki status badan hukum yang jelas, dan memiliki akses yang
sempit ke lembaga keuangan terkait dengan peminjaman modal.

Secara khusus saha mikro sendiri memiliki karakterisitik sebagai berikut:


a. Jenis usahanya tidak selalu tetap/ dapat berganti sewaktu-waktu
b. Tempat usahanya tidak selalu menetap
c. Belum memiliki administrasi keuangan, sekalipun pencatatan/ pembukuan yang
sederhana.
d. Tidak memisahkan antara harta pribadi dan harta usaha
e. Pelaku usahanya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai
f. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah
g. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga
non bank
h. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP

Berdasarkan karakteristik usaha mikro yaitu belum memiliki akses ke perbankan,


hal ini cukup mengecewakan. Karena bisa dibilang, usaha mikro mikro mempunyai
potensi untuk dapat “dilirik” oleh perbankan dalam hal pemberian pinjaman. Hal ini
tercermin dari bagaimana karakteristik positif dan unik yang hanya dimiliki usaha mikro,
yaitu:
 Memiliki perputaran usaha (turn over) cukup tinggi.
 Memiliki kemampuan tetap bisa bertahan walau dalam situasi krisis ekonomi
sekalipun
 Pada umumnya memiliki karakter jujur, ulet, lugu, dan dapat menerima bimbingan
asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Atas karakteristik yang unik dan positif tersebut, sudah seharusnya pihak
perbankan dapat melirik usaha mikro. Dan tidak menyepelekan usaha mikro dalam hal
pemberian kredit.
HASIL PENELITIAN

Kami melakukan penelitian terhadap usaha kecil yaitu, tukang bakso. Berikut hasil
penelitian kami.

Pakde Paijo dan Bude Susila Ningsih mengawali usaha baksonya dengan berjualan
keliling sejak tahun 1997an, memulai usaha dengan niat, merasa bisa dan mudah membuat
bakso, serta tekad demi menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya menjadi niat mulia
yang sederhana dari mereka. Tidak mudah menyerah dan didukung dengan rasa baksonya
yang khas akhirnya membuat mereka bisa dibilang sukses dengan usaha mikronya
tersebut, hingga pada tahun 2000an mereka menyewa sebuah kios kecil dipinggir jalan
dekat Fed-ex(Gang Subur) dan diberi nama “Bakso Pak Kumis”. Bermodal uang Rp.
150.000 dizaman dulu, usaha pakde dan bukde terus berkembang hingga sekarang. Dahulu
mereka sempet memiliki beberapa cabang yang terletak di Cidodol, Cireunde, Pondok
Pinang, dan Gang Subur. Namun karena sulitnya mencari tenaga kerja yang terampil dan
dapat meracik bakso dengan rasa yang pas, membuat mereka harus menutup beberapa
cabang tersebut dan kini bertahan dengan dua cabang yaitu Pondok Pinang, dan Gang
Subur.

Bakso Pak Kumis terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Dimulai dengan
gerobak keliling hingga akhirnya menyewa kios pertamanya didaerah Pondok Pinang. Dari
harga Rp. 3.000 dan menu yang hanya bakso saja, kini usaha tersebut sudah memiliki
variasi minuman dan makanan dengan harga bakso sekarang seharga Rp. 12.000.Disetiap
cabang usaha baksonya, bude memiliki tiga orang karyawan. Untuk urusan gaji
pegawainya, setiap pegawai diberikan gaji sebesar Rp. 500.000. Dan para pegawainya
direkrut dari luar dan bukan merupakan keluarga atau tidak memiliki hubungan keluarga
dengan pemilik usaha.

Dalam hal perizinan usaha, usaha bakso ini dalam pendiriannya disuatu kios
yang disewa hanya dengan meminta izin dari pihak RT/ RW setempat.

Dalam omzet usaha dan beban-beban yang dikeluarkan, omzet usaha bakso ini
cukup menggiurkan. Dalam satu toko berikut penjelasannya:
Dengan modal dahulu sebesar Rp. 150.000, kini usaha tersebut dapat menghasilkan omzet
hingga± Rp. 30jt setiap bulannya. Dari omzet bulanan tersebut, setiap berbelanja bude
biasanya menghabiskan ±Rp. 1,5jt, belanja tersebut sudah secara keseluruhan dan biasanya
tidak untuk kebutuhan 1 hari saja karena bakso yang telah dibuatnya dapat disimpan
didalam kulkas hingga beberapa hari kedepan. Dalam wawancara kami, beliau juga
menjelaskan setiap harinya bisa menghasilkan keuntungan bersih ± Rp. 500.000. Dalam
sehari, warung bakso tersebut bisa menjual hingga 150 mangkok bakso (normal), dan
untuk hari-hari khusus seperti weekend dan lebaran bisa menghabiskan 200 mangkok
bakso bahkan lebih (± 20 kg daging/hari).

Setiap bulannya, pakde dan bude mengeluarkan beban-beban berupa biaya sewa
tempat sebesar Rp. 20jt/ tahun, biaya listrik dan air Rp. 400.000/ bulan, dsb.

Dari segi pemberian kredit. Bude mengakui dalam wawancara, usahanya belum
pernah mencoba ataupun diberikan pinjaman dari lembaga keuangan/ perbankan.
Alasannya cukup simpel, karena memang usaha mikro ini cukup sulit untuk urusan
peminjaman dana usaha ke perbankan dengan latar keuangan yang tidak ada pencatatan
secara “rapih” nya. Namun, ia tidak pernah khawatir karena baginya hal itu tidak terlalu
menyulitkan. Baginya, yang selama ini mengganggu usaha baksonya adalah issue
mengenai daging celeng yang merebak dipasaran. Menurut beliau, issue tersebut sangat
mengganggu para pedagang bakso yang jujur seperti mereka dan membuat usahanya
menjadi sepeti seketika. Bahkan, untuk urusan naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan
harga daging tidak begitu mengganggu usahanya, untuknya hal itu normal-normal saja
selama baksonya berkualitas ia yakin tidak akan kehilangan pelanggan.

Dalam hal sponsor (bantuan). Dalam wawancaranya bude mengakui cukup


terbantu dengan adanya Kementerian Koperasi dan UKM. Karena mereka bisa mendapat
bantuan dari pihak sponsor seperti Teh Botol Sosro, dan mereka bisa mendapat bantuan
berupa kulkas, taplak meja, dsb. Mereka juga cukup terbantu dengan adanya penyuluhan
dan seminar yang diadakan olehDinas Sosial Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan
pihak Sosro di Taman Mini Indonesia Indah dengan mengundang dan memberikan
bantuan kepada para tukang bakso se-DKI.

Dari segi pembukuan. Pemilik Warung Bakso Pak Kumis dalam wawancaranya
dengan kami mengakui bahwa mereka selama ini tidak melakukan pencatatan mengenai
berapa modal, berapa omzet, berapa untung bersih, dan lain sebagainya. Semuanya hanya
mereka ingat saja dengan naluri “dagang” yang mereka miliki. Bagi pakde dan bude, yang
penting usahanya bisa membuat keempat anak-anaknya bersekolah hingga jenjang yang
tertinggi. Merekapun tidak melakukan pemisahan antara harta pribadi dan usaha. Selama
ini mereka berpikir hal tersebut tidak terlalu penting, yang penting usaha laris dan besok
bisa berjualan kembali. Namun biarpun begitu, mereka mengakui memang sudah ada niat
untuk melakukan sistem pembukuan dan baru saja akan mereka mulai. Karena lama
kelamaan mereka pun menyadari bahwa hal tersebut cukup penting jika usahanya ingin
semakin besar.

Diakhir wawancara, bude mengutarakan tips dan harapannya dalam menjalankan


usaha mikro ini.
Tips usaha menurut budeSusila, yaitu:
 Mengutamakan kualitas produk dan kebersihannya.
 Mengutamakan keramahan pada para konsumen.
 Menjaga kekhasan dan cita rasa produk yang dijual.
 Harga tidak terlalu masalah asal masuk akal dan sesuai dengan kualitas dan rasa.

Harapan bude untuk usaha Warung Bakso Pak Kumis, yaitu:


 Pemerintah dapat membuat harga-harga dipasaran cukup stabil dan murah agar
keuntungan yang diperoleh bisa semakin besar.
 Pakde dan bude berharap usahanya ini bisa memiliki kios sendiri tanpa perlu
menyewa.
 Pakde dan bude berharap usahanya kini nantinya bisa menjadi usaha restaurant yang
besar.

“Hasil” Yang Didapat Pakde Dan Bude Dari Warung Bakso Pak Kumis

Usaha bakso ini membuat pakde dan bude dapat menyekolahkan keempat anak-
anaknya hingga jenjang yang tinggi. Dapat dilihat dari:
 Anak pertamanya (Syafitri), merupakan lulusan S1 dari Universitas Muhammadiyah
Solo.
 Anak kedua (Putra), merupakan lulusan Sekolah Pelayaran.
 Anak ketiga (Astri), masih menjalani kuliah di Universitas Muhammadiyah Solo.
 Anak keempat (Bagas), masih menjalani pendidikan di Pondok Pesantren Solo.
PENUTUP

Kesimpulan

Sebagai pelaku usaha dalam memulai usaha apapun baik mikro, kecil, dan
menengah hal yang penting adalah menjaga kualitas dan hubungan dengan konsumen.
Tanpa kedua hal tersebut, bagi usaha mikro akan sangat sulit menjaga usaha yang telah
dibangun. Bagaimanapun juga, usaha mikro memilliki celah disana-sini yang cukup
mengganggu kelancaran usaha tersebut. Dari sisi permodalan, usaha mikro masih kecil
peluangnya bahkan hampir tidak ada untuk bisa mendapatkan pinjaman dari pihak
perbankan. Dari sisi keuangan dan pencatatannya, usaha mikro memiliki kelemahan yang
cukup signifikan dan berpengaruh karena usaha ini tidak memiliki pencatatan yang jelas
soal berapa modal, laba, beban yang dibayarkan, dan juga mana harta pribadi dan harta
usaha. Dari sisi pemerintah, pemerintah masih setengah hati dalam menunjang dan
melindungi usaha mikro ini. Undang-undang yang dibuat pemerintah pun tidak begitu
melindungi ruang gerak usaha mikro dalam persaingannya menghadapi usaha-usaha besar.
Walaupun tumbuh, namun geraknya cukup perlahan. Dan terakhir, pemerintah pun
sepertinya memiliki kesulitan dalam memberikan penyuluhan kepada para pelaku usaha
mikro karena, bagi para pelaku usaha mikro dengan latar belakang pendidikan yang relatif
rendah mereka terkadang tidak begitu “mendengarkan” akan penyuluhan yang diberikan,
mereka biasanya akan mulai memikirkan apabila usahanya mulai bertumbuh besar.

Walaupun usaha mikro memiliki celah disana-sini, tetapi dalam fungsinya


menopang perekonomian Indonesia usaha ini tidak boleh dianggap remeh. Dengan
bertumbuhnya usaha mikro disertai dengan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah,
masyarakat Indonesia akan terlihat lebih mandiri dan percaya diri untuk memulai sebuah
usaha.

Usaha Mikro merupakan modal utama dalam membangun perekonomian yang


maju disuatu negara. Usaha Mikro tidak boleh disepelekan begitu saja dengan tidak
memerhatikannya dan memfasilitasinya dengan baik. Akan menjadi hal yang percuma jika
pemerintah hanya mengejar angka-angka “ekonomi” dan membuat mimpi-mimpi untuk
menjadi negara maju jika pemerintah sendiri tidak begitu peduli dengan usaha mikro yang
dibangun oleh masyarakatnya sendiri.
Dalam mimpinya menjadi negara maju, pemerintah perlu lebih mementingkan
usaha mikro yang dibangun oleh masyarakat. Tidak hanya ditunjukan dengan adanya
kementrian UMKM yang bisa dibilang mencerminkan kepedulian pemerintah, tapi juga
bagaimana tindakan dari pemerintah itu sendiri terkait dengan undang-undang,
permodalan, dan pembinaan bagi para pelaku usaha mikro.

Saran

Pemerintah
 Pemerintah harus lebih membuka peluang bagi para usaha mikro untuk bisa mendapat
bantuan permodalan dari berbagai pihak.
 Pemerintah harus mengatur secara khusus mengenai pentingnya peran usaha mikro
dalam menopang perekonomian Indonesia, agar usaha mikro bisa lebih dihargai.
 Pemerintah harus bisa lebih melindungi posisi usaha mikro dalam pasar terhadap
usaha-usaha besar yang ada disekitarnya.

Pelaku Usaha Mikro


 Sebaiknya pelaku usaha tidak menganggap remeh pentingnya peran pembukuan dalam
mengetahui modal pasti, laba pasti, dan beban pasti dalam perjalanan usahanya.
 Sebaiknya pelaku usaha melakukan pemisahan antara harta pribadi dan harta usaha,
untuk memudahkan pelaku itu sendiri dalam mengetahui secara pasi mana yang
merupakan keuntungan hasil usahanya dan mana yang merupakan harta pribadi.
 Pelaku usaha sebaiknya tidak memiliki mainset “yang penting untung, besok bisa
berjualan kembali, dan kebutuhan hidup yang terpenuhi”. Pelaku usaha harusnya juga
dapat mengetahui dengan pasti pencapaiannya dan membuat sebuah target agar
usahanya dapat terus berkembang.

Mahasiswa
 Mahasiswa selaku para pemuda yang dipandang oleh masyarakat sebagai “orang
terdidik” akan lebih baik jika tidak hanya mencari keilmuan di kampusnya, tetapi juga
dapat melakukan pengabdian dimasyarakat. Hal ini akan menunjukan bagaimana
mahasiswa pun peduli terhadap masyarakat khususnya lingkungan sekitar. Tidak perlu
terlalu sulit dalam pengabdiannya di masyarakat, dalam konteks UMKM mahasiswa
bisa mengaplikasikan apa yang telah dipelajari dibangku kuliah untuk dibagikan
ilmunya kepada masyarakat dengan cara mengadakan penyuluhan mengenai
pentingnya pembukuan dalam dunia usaha sekalipun lingkup usahanya sangat kecil.
Hal lain yang juga dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah turut serta dalam
pengembangan dunia UMKM dengan membuka usaha kecil sebagai tambahan uang
saku. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya belajar teoritis di kampus dan
membagikan kepada para pelaku UMKM, tetapi juga dapat ikut merasakan bagaimana
menjadi pelaku UMKM yang sebenarnya. Jadi, mahasiswa bisa mandiri. Saat lulus
kuliah tidak hanya terpaku untuk melamar pekerjaan tapi juga membuat pekerjaan
yang otomatis akan banyak membuka banyak lapangan kerja.
REFERENSI

Wawancara dengan pemilik “Warung Bakso Pak Kumis”.

Catatan mata kuliah Akuntansi UKM dan Koperasi.


DOKUMENTASI

“Warung Bakso Pak Kumis”

Bakso urat khas “Warung Bakso Pak Kumis”, ueenak!


Kami sedang melakukan wawancara dengan pemilik “Warung Bakso Pak Kumis” (Bude)
(1)

Kami sedang melakukan wawancara dengan pemilik “Warung Bakso Pak Kumis” (Bude)

(2)
Berfoto dengan pemilik “Warung Bakso Pak Kumis”
Dari kanan ke kiri:
(atas) Dewi Ratna, Bude --, Pakde ---, Melia Agustina ---
(bawah) Annisa Nur Fitriyah, Chairurrahmah

Anda mungkin juga menyukai