Chairurrahmah (2013320029)
Kelas : Akuntansi A
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JL. KH Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, JakartaSelatan
Telp. (021) 7492862 Fax (021) 7430756 Email: info@umj.ac.id
LATAR BELAKANG
Kemajuan ekonomi disuatu negara sudah seharusnya tidak hanya berkutik begitu
saja dengan angka-angka dan pertumbuhan dikota-kota besar tapi juga kemandirian
masyarakatnya. Kemandirian masyarakat disuatu negara dapat tercermin dari bagaimana
masyarakat tidak begitu bergantung pekerjaannya dengan pihak lain, tetapi justru dapat
membuat usaha sendiri dan membuka lapangan kerja.
Usaha mikro merupakan salah satu cerminan dari masyarakat yang mandiri.
Kemajuan usaha mikro tidak hanya disertai dengan kemauan masyarakatnya, tetapi juga
didukung dengan perlindungan dan fasilitas dari pemerintah seperti permodalan, perizinan,
pengembangan, dsb. Usaha mikro disebuah negara tidak boleh disepelekan begitu saja,
maju dan berkembangnya usaha mikro ini dapat membuat perekonomian negara Indonesia
bisa semakin maju dan kokoh.
APA ITU USAHA MIKRO?
Dalam makalah ini, kami hanya membahas mengenai usaha mikro saja dengan
alasan sesuai dengan hasil penelitian kelompok kami dan agar lebih fokus membahas
materi yang lebih sesuai dengan bidang usaha yang telah diteliti.
Secara umum, UMKM memiliki controlling yang rendah dengan manajemen yang
masih sederhana, belum memiliki status badan hukum yang jelas, dan memiliki akses yang
sempit ke lembaga keuangan terkait dengan peminjaman modal.
Atas karakteristik yang unik dan positif tersebut, sudah seharusnya pihak
perbankan dapat melirik usaha mikro. Dan tidak menyepelekan usaha mikro dalam hal
pemberian kredit.
HASIL PENELITIAN
Kami melakukan penelitian terhadap usaha kecil yaitu, tukang bakso. Berikut hasil
penelitian kami.
Pakde Paijo dan Bude Susila Ningsih mengawali usaha baksonya dengan berjualan
keliling sejak tahun 1997an, memulai usaha dengan niat, merasa bisa dan mudah membuat
bakso, serta tekad demi menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya menjadi niat mulia
yang sederhana dari mereka. Tidak mudah menyerah dan didukung dengan rasa baksonya
yang khas akhirnya membuat mereka bisa dibilang sukses dengan usaha mikronya
tersebut, hingga pada tahun 2000an mereka menyewa sebuah kios kecil dipinggir jalan
dekat Fed-ex(Gang Subur) dan diberi nama “Bakso Pak Kumis”. Bermodal uang Rp.
150.000 dizaman dulu, usaha pakde dan bukde terus berkembang hingga sekarang. Dahulu
mereka sempet memiliki beberapa cabang yang terletak di Cidodol, Cireunde, Pondok
Pinang, dan Gang Subur. Namun karena sulitnya mencari tenaga kerja yang terampil dan
dapat meracik bakso dengan rasa yang pas, membuat mereka harus menutup beberapa
cabang tersebut dan kini bertahan dengan dua cabang yaitu Pondok Pinang, dan Gang
Subur.
Bakso Pak Kumis terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Dimulai dengan
gerobak keliling hingga akhirnya menyewa kios pertamanya didaerah Pondok Pinang. Dari
harga Rp. 3.000 dan menu yang hanya bakso saja, kini usaha tersebut sudah memiliki
variasi minuman dan makanan dengan harga bakso sekarang seharga Rp. 12.000.Disetiap
cabang usaha baksonya, bude memiliki tiga orang karyawan. Untuk urusan gaji
pegawainya, setiap pegawai diberikan gaji sebesar Rp. 500.000. Dan para pegawainya
direkrut dari luar dan bukan merupakan keluarga atau tidak memiliki hubungan keluarga
dengan pemilik usaha.
Dalam hal perizinan usaha, usaha bakso ini dalam pendiriannya disuatu kios
yang disewa hanya dengan meminta izin dari pihak RT/ RW setempat.
Dalam omzet usaha dan beban-beban yang dikeluarkan, omzet usaha bakso ini
cukup menggiurkan. Dalam satu toko berikut penjelasannya:
Dengan modal dahulu sebesar Rp. 150.000, kini usaha tersebut dapat menghasilkan omzet
hingga± Rp. 30jt setiap bulannya. Dari omzet bulanan tersebut, setiap berbelanja bude
biasanya menghabiskan ±Rp. 1,5jt, belanja tersebut sudah secara keseluruhan dan biasanya
tidak untuk kebutuhan 1 hari saja karena bakso yang telah dibuatnya dapat disimpan
didalam kulkas hingga beberapa hari kedepan. Dalam wawancara kami, beliau juga
menjelaskan setiap harinya bisa menghasilkan keuntungan bersih ± Rp. 500.000. Dalam
sehari, warung bakso tersebut bisa menjual hingga 150 mangkok bakso (normal), dan
untuk hari-hari khusus seperti weekend dan lebaran bisa menghabiskan 200 mangkok
bakso bahkan lebih (± 20 kg daging/hari).
Setiap bulannya, pakde dan bude mengeluarkan beban-beban berupa biaya sewa
tempat sebesar Rp. 20jt/ tahun, biaya listrik dan air Rp. 400.000/ bulan, dsb.
Dari segi pemberian kredit. Bude mengakui dalam wawancara, usahanya belum
pernah mencoba ataupun diberikan pinjaman dari lembaga keuangan/ perbankan.
Alasannya cukup simpel, karena memang usaha mikro ini cukup sulit untuk urusan
peminjaman dana usaha ke perbankan dengan latar keuangan yang tidak ada pencatatan
secara “rapih” nya. Namun, ia tidak pernah khawatir karena baginya hal itu tidak terlalu
menyulitkan. Baginya, yang selama ini mengganggu usaha baksonya adalah issue
mengenai daging celeng yang merebak dipasaran. Menurut beliau, issue tersebut sangat
mengganggu para pedagang bakso yang jujur seperti mereka dan membuat usahanya
menjadi sepeti seketika. Bahkan, untuk urusan naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan
harga daging tidak begitu mengganggu usahanya, untuknya hal itu normal-normal saja
selama baksonya berkualitas ia yakin tidak akan kehilangan pelanggan.
Dari segi pembukuan. Pemilik Warung Bakso Pak Kumis dalam wawancaranya
dengan kami mengakui bahwa mereka selama ini tidak melakukan pencatatan mengenai
berapa modal, berapa omzet, berapa untung bersih, dan lain sebagainya. Semuanya hanya
mereka ingat saja dengan naluri “dagang” yang mereka miliki. Bagi pakde dan bude, yang
penting usahanya bisa membuat keempat anak-anaknya bersekolah hingga jenjang yang
tertinggi. Merekapun tidak melakukan pemisahan antara harta pribadi dan usaha. Selama
ini mereka berpikir hal tersebut tidak terlalu penting, yang penting usaha laris dan besok
bisa berjualan kembali. Namun biarpun begitu, mereka mengakui memang sudah ada niat
untuk melakukan sistem pembukuan dan baru saja akan mereka mulai. Karena lama
kelamaan mereka pun menyadari bahwa hal tersebut cukup penting jika usahanya ingin
semakin besar.
“Hasil” Yang Didapat Pakde Dan Bude Dari Warung Bakso Pak Kumis
Usaha bakso ini membuat pakde dan bude dapat menyekolahkan keempat anak-
anaknya hingga jenjang yang tinggi. Dapat dilihat dari:
Anak pertamanya (Syafitri), merupakan lulusan S1 dari Universitas Muhammadiyah
Solo.
Anak kedua (Putra), merupakan lulusan Sekolah Pelayaran.
Anak ketiga (Astri), masih menjalani kuliah di Universitas Muhammadiyah Solo.
Anak keempat (Bagas), masih menjalani pendidikan di Pondok Pesantren Solo.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai pelaku usaha dalam memulai usaha apapun baik mikro, kecil, dan
menengah hal yang penting adalah menjaga kualitas dan hubungan dengan konsumen.
Tanpa kedua hal tersebut, bagi usaha mikro akan sangat sulit menjaga usaha yang telah
dibangun. Bagaimanapun juga, usaha mikro memilliki celah disana-sini yang cukup
mengganggu kelancaran usaha tersebut. Dari sisi permodalan, usaha mikro masih kecil
peluangnya bahkan hampir tidak ada untuk bisa mendapatkan pinjaman dari pihak
perbankan. Dari sisi keuangan dan pencatatannya, usaha mikro memiliki kelemahan yang
cukup signifikan dan berpengaruh karena usaha ini tidak memiliki pencatatan yang jelas
soal berapa modal, laba, beban yang dibayarkan, dan juga mana harta pribadi dan harta
usaha. Dari sisi pemerintah, pemerintah masih setengah hati dalam menunjang dan
melindungi usaha mikro ini. Undang-undang yang dibuat pemerintah pun tidak begitu
melindungi ruang gerak usaha mikro dalam persaingannya menghadapi usaha-usaha besar.
Walaupun tumbuh, namun geraknya cukup perlahan. Dan terakhir, pemerintah pun
sepertinya memiliki kesulitan dalam memberikan penyuluhan kepada para pelaku usaha
mikro karena, bagi para pelaku usaha mikro dengan latar belakang pendidikan yang relatif
rendah mereka terkadang tidak begitu “mendengarkan” akan penyuluhan yang diberikan,
mereka biasanya akan mulai memikirkan apabila usahanya mulai bertumbuh besar.
Saran
Pemerintah
Pemerintah harus lebih membuka peluang bagi para usaha mikro untuk bisa mendapat
bantuan permodalan dari berbagai pihak.
Pemerintah harus mengatur secara khusus mengenai pentingnya peran usaha mikro
dalam menopang perekonomian Indonesia, agar usaha mikro bisa lebih dihargai.
Pemerintah harus bisa lebih melindungi posisi usaha mikro dalam pasar terhadap
usaha-usaha besar yang ada disekitarnya.
Mahasiswa
Mahasiswa selaku para pemuda yang dipandang oleh masyarakat sebagai “orang
terdidik” akan lebih baik jika tidak hanya mencari keilmuan di kampusnya, tetapi juga
dapat melakukan pengabdian dimasyarakat. Hal ini akan menunjukan bagaimana
mahasiswa pun peduli terhadap masyarakat khususnya lingkungan sekitar. Tidak perlu
terlalu sulit dalam pengabdiannya di masyarakat, dalam konteks UMKM mahasiswa
bisa mengaplikasikan apa yang telah dipelajari dibangku kuliah untuk dibagikan
ilmunya kepada masyarakat dengan cara mengadakan penyuluhan mengenai
pentingnya pembukuan dalam dunia usaha sekalipun lingkup usahanya sangat kecil.
Hal lain yang juga dapat dilakukan oleh mahasiswa adalah turut serta dalam
pengembangan dunia UMKM dengan membuka usaha kecil sebagai tambahan uang
saku. Dengan begitu, mahasiswa tidak hanya belajar teoritis di kampus dan
membagikan kepada para pelaku UMKM, tetapi juga dapat ikut merasakan bagaimana
menjadi pelaku UMKM yang sebenarnya. Jadi, mahasiswa bisa mandiri. Saat lulus
kuliah tidak hanya terpaku untuk melamar pekerjaan tapi juga membuat pekerjaan
yang otomatis akan banyak membuka banyak lapangan kerja.
REFERENSI
Kami sedang melakukan wawancara dengan pemilik “Warung Bakso Pak Kumis” (Bude)
(2)
Berfoto dengan pemilik “Warung Bakso Pak Kumis”
Dari kanan ke kiri:
(atas) Dewi Ratna, Bude --, Pakde ---, Melia Agustina ---
(bawah) Annisa Nur Fitriyah, Chairurrahmah