Anda di halaman 1dari 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya

kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan

judul “Pengaruh Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung Terhadap

Keputusan Berkunjung Ulang Pada Objek Wisata Tangkuban Perahu”.

Seminar Usulan Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat memenuhi mata

kuliah Seminar Pemasaran.

Saya menyadari ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan

saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya seminar

usulan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi bidang pendidikan dan

penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Bandung, 27 Oktober 2019

Tyara Artha

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah.............................................3
1.2.1 Identifikasi Masalah...............................................................................3
1.2.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS.....8
2.1 Kajian Pustaka...........................................................................................8
2.1.1 Citra Destinasi.......................................................................................8
2.1.2 Pembentukan Citra Destinasi...............................................................10
2.1.4 Dimensi Citra Destinasi Pariwisata.....................................................12
2.1.5 Pengalaman pengunjung......................................................................13
2.1.6 Niat Berkunjung Ulang........................................................................16
2.1.7 Indikator Niat Berkunjung Ulang........................................................19
2.1.8 Penelitian Terdahulu............................................................................20
2.2 Kerangka Pemikiran................................................................................23
2.3 Hipotesis..................................................................................................24
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................25

ii
3.1 Desain Penelitian.....................................................................................25
3.2 Waktu Penelitian.....................................................................................25
3.4 Populasi dan Sampel...............................................................................27
3.4 Operasionalisasi Variabel........................................................................29
3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Table Uraian Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 20

3.1 Operasional Variabel 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Uraian Halaman

1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara Yang 2


Berkunjung Ke Jawa Barat

2.1 Kerangka Pemikiran 23

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan sektor yang dapat membantu

mendukung perkembangan perekonomian. Pariwisata juga berperan sebagai

pengembangan sosial budaya dan mempromosikan citra bangsa di luar

negeri. Sektor pariwisata Indonesia sebagai negara dengan beraneka

keindahan alam dan budaya yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan ras dan

suku bangsa itu, sesungguhnya memiliki potensi wisata alam yang besar. Sektor

ini diharapkan menjadi penghasilan devisa terbesar. Potensi dan sumber daya

alam yang ada dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik dan

telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi suatu obyek wisata.

Mengingat daya tarik utama wisatawan yang berkunjung ke Indonesia

adalah keindahan alam dan berbagai seni budaya lokal.

Salah satu dari sumber daya pariwisata adalah sumber daya alam.

Menurut Pitana (2009: 69-70), elemen dari sumber daya, misalnya air,

pepohonan, udara, hamparan pegunungan, pantai, bentang alam, dan

sebagainya, tidak akan menjadi sumber daya yang berguna bagi pariwisata

kecuali semua elemen tersebut dapat memuaskan dan memahami kebutuhan

manusia. Oleh karenanya, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk

mengubahnya agar menjadi manfaat

1
Gambar 1.1
Perkembangan Wisatawan Mancanegara Yang Berkunjung Ke Jawa Barat

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat jumlah kunjungan

wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Barat mengalami penurunan

misalnya pada Bulan Desember 2018 sebesar 17.375 menurun menjadi 12.529

pada Bulan Januari 2019 dan penurunan terbesar terjadi pada Bulan Mei 2019

sebesar 8.168 orang hal ini tentu akan mempengaruhi pendapatan asli daerah

Jawa Barat.

Salah satu penyebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar

pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat

khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya. Hal ini sangat

berbeda dari jenis pariwisata tradisional karena calon wisatawan memilih

sebuah destinasi wisata tertentu sehingga mereka dapat mengikuti minat

khusus dan spesifik yang diminati (Pitana, 2009: 76).

2
Menurut I Gede Pitamanadan I Ketut Surya Diarta (2009: 75),

selama wisatawan berada didaerah tujuan wisata (destinasi wisata), mereka

memerlukan pelayanan akomodasi dan transportasi untuk

menjelajahidestinasi tersebut, makanan, toko, suvenir, dan sesuatu yang

dilakukan dan yang akan dilihatnya. Kepuasan wisatawan sebagai pembeli

atau penikmat jasa dapat diukur melalui penilaian keseluruhan wisata.

Penilaian tersebut berkaitan dengan kualitas dari destinasi pariwisata yang

didapatkan wisatawan. Destinasi pariwisata yang baik, tentunya dapat

membuat wisatawan merasa puas dan kemudian dapat membuat wisatawan

berkunjung kembali.

Salah satunya adalah kunjungan ke wilayah Tangkuban Perahu yang

berada didaerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Wisata ini menjadi salah

satu objek wisata menarik bagi kalangan wisatawan mancanegara dan wisatawan

lokal. Karena saat ini wisata semakin banyak namun kawasan Tangkuban Perahu

masih cukup menjadi wisata alam gunung yang dapat dijangkau oleh khalayak,

selain menjual panorama juga disana banyak “spot” menarik untuk foto. Dari

pengalaman pengunjung yang berkunjung rupanya mereka tidak cukup 1 kali

untuk mengunjungi kawasan tersebut. Maka dari itu penulis mengambil judul

“Pengaruh Destination Image dan Costumer Experience Terhadap Revisit

intention”

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

3
1.2.1 Identifikasi Masalah

Pasca erupsi terjadi di Gunung Tangkuban Perahu bulan Juli lalu

menjadikan wisata-wisata didaerah Lembang, Bandung mengenai dampak buruk

oleh karena bencana tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada pengunjung yang

ingin mendatangi wisata-wisata diwilayah sekitar Lembang. Penurunan terjadi

secara signifikan semenjak di tutupnya wisata Tangkuban Perahu ini. Tercatat

penurunan sekitar 90% dari biasanya. Wisatawan yang datang rata-rata 200 orang

setiap harinya bahkan mencapai 1000 pada akhir pecan. Namun semenjak erupsi

terjadi hanya sekitar 100 pengunjung yang datang, hal itu didasarkan karena

mereka khawatir akan terjadinya erupsi susulan. Selain itu wisata Tangkuban

Perahu ditutup total karena hampir seluruhnya tertutup oleh abu vulkanik dan

mempengaruhi pemandangan sekitar. Hal-hal tersebut menyebabkan pengunjung

yang biasa berlibur setiap akhir pecan ke Tangkuban Perahu berpikir ulang untuk

mengunjungi wisata tersebut. Sementara itu, Administratur Perhutani Kawasan

Pemangku Hutan (KPH) Bandung Utara, Komarudin mengaku wisatawan yang

datang ke objek wisata di lahan Perhutani mengalami penurunan drastis. Selain

Terminal Wisata Grafika Cikole, tempat wisata di lahan Perhutani lainnya ialah

Orchid Forest, Wisata Hutan Pinus Pal 16, dan Cikole Jayagiri Resort mengalami

penurunan kunjungan wisatawan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang penelitian di atas maka penulis mendapatkan rumusan

masalah sebagai berikut:

4
1. Bagaimana Citra Destinasi Objek Wisata Tangkuban Perahu

2. Bagaimana Pengalaman Pengunjung Objek Wisata Tangkuban Perahu

3. Bagaimana Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

4. Seberapa besar pengaruh Citra Destinasi terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke

Objek Wisata Tangkuban Perahu

5. Seberapa besar Pengaruh Pengalaman Pengunjung terhadap Niat Kunjungan

Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

6. Seberapa besar pengaruh Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung terhadap

Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Citra Destinasi Objek Wisata Tangkuban

Perahu

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengalaman Pengunjung Objek Wisata

Tangkuban Perahu

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata

Tangkuban Perahu

4. Untuk Mengetahui Seberapa besar pengaruh Citra Destinasi terhadap Niat

Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

5. Untuk Mengetahui Seberapa besar Pengaruh Pengalaman Pengunjung

terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

6. Untuk Mengetahui Seberapa besar pengaruh Citra Destinasi dan

Pengalaman Pengunjung terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke Objek

5
Wisata Tangkuban Perahu.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan dalam pengembangan

media mempelajari atau penerapan media membelajaran secara lebih

lanjut. Selain itu juga menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan

ilmiah dalam bidang pendidikan di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

A. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi Unikom untuk memahami Citra Destinasi dan

Pengalaman Pengunjung terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke

Objek Wisata Tangkuban Perahu

B. Bagi Penulis

1. Sebagai suatu studi aplikasi dari ilmu teoritis yang diterima di

kampus dan menerapkannya dalam kehidupan yang lebih nyata

serta sebagai sarana evaluasi untuk mengukur keahlian diri

dalam bidang pemasaran.

2. Memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat

mengaplikasikan pelajaran yang sudah diberikan selama

perkuliahan serta mempelajari bagaimana cara menganalisis

6
dan mengolah data.

C. Bagi Pembaca

1. Sebagai salah satu masukan bagi ilmu pengetahuan, terutama

dalam bidang ilmu manajemen pemasaran.

2. Menambah wawasan bagi pembaca Citra Destinasi dan

Pengalaman Pengunjung terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke

Objek Wisata Tangkuban Perahu.

3. Sebagai bahan untuk pembaca yang ingin melakukan penelitian

yang sama atau penelitian lanjutan mengenai Citra Destinasi

dan Pengalaman Pengunjung terhadap Niat Kunjungan

Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekitar Bandung dan Daerah Wisata

Tangkuban Perahu. Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober akhir.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Citra Destinasi


Citra atau image dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati

diri perusahaan atau asosiasi (Arafat, 2006:27). Selain itu, menurut Kotler dan

Keller (2009:406) citra adalah sejumlah keyakinan, ide dan kesan yang dipegang

oleh seseorang tentang sebuah objek. Sedangkan citra yang terdapat pada suatu

destinasi wisata dikenal dengan istilah destination image (citra destinasi).

Oleh karena itu, Lawson and Bovy dalam Lopes (2011:307)

mendefinisikan bahwa “destination image is a concept as the expression of all

objectivesknowledge, prejudices, imagination and emotional thoughts of an

individual orgroup about a particular location”, yang artinya adalah citra

destinasi merupakan pengetahuan objektif, prasangka, imajinasi dan pikiran

emosional individu maupun kelompok terhadap lokasi tertentu

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kotler

(2005:24) bahwa citra destinasi adalah keyakinan dan kesan yang dipegang

seseorang tentang sebuah tempat. Kemudian dijelaskan pula oleh Tasci dan

Kozak (2006:304), citra destinasi adalah persepsi individu terhadap karakteristik

destinasi yangdapat dipengaruhi oleh informasi promosi, media massa serta

banyak faktor lainnya. Begitupun menurut Coshall (2002:89) yang menyatakan

bahwa citradestinasi merupakan kesan wisatawan secara umum terhadap suatu

8
destinasi wisata.

Citra dari suatu destinasi merupakan bagian penting untuk dijual pada

pemangku kepentingan termasuk wisatawan. Fakeye dan Crompton dalam Chen

(2007:1116) menyatakan bahwa citra destinasi merupakan gambaran, pikiran,

kepercayaan,perasaan dan persepsi terhadap suatu destinasi. Selain itu, menurut

Echtner dan Ritchie (2003:35), citra destinasi adalah persepsi dari wisatawan

potensial terhadap suatu destinasi. Masih menurut Echtner dan Ritchie (2003:35),

citra destinasi adalah persepsi terhadap kombinasi kompleks dari berbagai produk

dan atribut yang terkait.

Citra destinasi dibentuk dari primary image dan secondary image, yaitu

bahwa primary image berasal dari setelah wisawatan berkunjung ke destinasi

tersebut dan persepsi dibangun kembali melalui pengalaman ketika berada di

suatu destinasi (Phelps, 1986:37). Selain itu, secondary image menurut Gunn dan

Mercer dalam Khairani (2009:17), dibangun sebelum berkunjung ke suatu

destinasi, yaitu:

1. Organic atau informal image berasal dari sumber informasi secara umum

seperti pengalaman pribadi, pendapat teman atau word of mouth reports, media

massa, dan informasi lainnya. Sumber informasi ini tidak dapat dikontrol oleh

pemasar (pengelola destinasi terkait).

2. Induced atau formal image yang dirancang oleh pemasar dari suatu destinasi

yang bertujuan membentuk citra sesuai dengan harapan pemasar. Bentuk dari

sumber informasi tersebut adalah berbagai iklan, kegiatan, festival dan fenomena

alam yang diperkenalkan oleh pemasar untuk menarik wisatawan agar datang ke

9
destinasi tersebut.

Citra (image) adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau

produknya. Perlu dibedakan antara identitas dengan citra, identitas adalah

berbagai cara yang diarahkan perusahaan untuk mengidentifikasi dirinya atau

memposisikan produknya. Perusahaan merancang suatu identitas atau penetapan

posisi (positioning) untuk membentuk citra masyarakat, tetapifaktor-faktor lain

mungkin mempengaruhi citra yang diterima tiap orang. Citra yang efektif

melakukan tiga hal untuk suatu produk. Pertama, menyampaikan satu pesan

tunggal yang memantapkan karakter produk atau usulan nilai. Kedua,

menyampaikan pesan ini dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikelirukan

dengan pesan serupa dari para pesaing. Ketiga, mengirimkan kekuatan emosional

sehingga membangkitkan hati maupun pikiran pembeli. Membangkitkan citra

yang kuat membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Citra tidak dapat ditanamkan

dalam pikiran masyarakat dalam semalam atau disebarkan dalam satu jam saja.

. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa

pengertian citra destinasi adalah sejumlah gambaran, kepercayaan, persepsi dan

pikiran dari wisatawan terhadap suatu destinasi yang melibatkan berbagai produk

dan atribut wisata destinasi terkait.

2.1.2 Pembentukan Citra Destinasi

Pembentukan citra destinasi wisata menurut Chen (2007:115) mempelajari

pengaruh persepsi pada pengunjung yang berkaitan dengan tujuan tertentu dan

pengelompokkan citra ke dalam empat (4) tahap pembentukan:

10
1) Vague and realistic image, berasal dari iklan dan penyebaran word of

mouth.Hal ini dibentuk sebelum wisatawan melakukan perjalanan. Jadi citra

tersebut belum diketahui kebenarannya.

2) Distortion of image, pada tahap ini wisatawan telah memutuskan untuk

melakukan perjalanan, maka citra terhadap suatu destinasi mulai nampak

kebenarannya.

3) Improved image, pada tahap ini wisatawan telah memiliki pengalaman atas

perjalanan wisatanya, sehingga citra yang samar dan tidak terbukti

kebenarannya dibuang dan memperkuat citra yang terbukti benar.

4) Resulting image, tahap terakhir mengacu pada memori baru atas pengalaman

wisatanya yang menyebabkan apakah ada penyesalan atau kesenangan

terhadap destinasi yang telah dikunjungi. Hal ini akan mempengaruhi

selanjutnya pada destinasi yang sama.

` Suatu citra tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan dengan persepsi

seseorang terhadap suatu objek. Echtner dan Ritchie (2003:38) menyatakan

bahwa proses pembentukan citra destinasi terdapat dua hal penting yaitu pertama

seseorang dapat memiliki citra destinasi walaupun belum pernah mengunjungi

objek tersebut karena destinasi tersebut sudah terkenal melalui berbagai media

informasi yang diterimanya. Kedua mengalami perubahan pada citra destinasi

sebelumnya dan setelah seseorang melakukan kunjungan ke suatu destinasi

2.1.3 Kategori Citra Destinasi Pariwisata

Destinasi pariwisata digolongkan menjadi enam kategori yakni; 1)

Destinasi sumber daya alam, seperti iklim, pantai, hutan. 2) Destinasi sumber

11
daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal. 3)

Fasilitas rekreasi, seperti taman hiburan. 4) Event, seperti pesta Kesenian Bali,

pesta Danau Toba, pasar malam. 5) Aktivitas spesifik, seperti kasino di Genting

High Land Malaysia, wisata belanja di Hongkong. 6) Daya tarik psikologis,

seperti petualangan, perjalanan romantis, dan keterpencilan (Pitana, 2009; 126).

2.1.4 Dimensi Citra Destinasi Pariwisata

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel citra destinasi ada

sembilan indikator, yaitu lingkungan, wisata alam, acara dan hiburan, atraksi

bersejarah/budaya, infrastruktur, aksesibilitas, relaksasi, kegiatan luar ruangan,

serta harga dan nilai.

1. Lingkungan, yaitu keadaan lingkungan di dalam maupun di sekitar objek

wisata. Hal ini meliputi kemanan lokasi wisata, kebersihan, keramahtamahan

warga, dan ketenangan suasana.

2. Wisata alam, merupakan keadaan wisata alam atau keindahan pemandangan di

objek wisata

3. Acara dan hiburan, yaitu ragam acara dan hiburan yang disajikan di lokasi

objek wisata

4. Atraksi bersejarah/budaya, yaitu keadaan kebudayaan lokal yang menjadi ciri

khas dari objek wisata

5. Infrastruktur, yaitu fasilitas pendukung yang ada di dalam dan sekitar objek

wisata

6. Aksesibilitas, yaitu kelancaran atau kemudahan akses untuk mencapai lokasi

12
objek wisata

7. Relaksasi, yaitu kondisi atau keadaan dimana objek wisata dapat membatu

pengunjungnya untuk menenangkan pikiran serta menyegarkan tubuhnya.

8. Kegiatan luar ruangan, yaitu kegiatan yang bisa dilakukan pengunjung di alam

terbuka di dalam dan sekitar objek wisata

9. Harga dan nilai, yaitu segala biaya yang dikeluarkan pengunjung/wisatawan

selama berada di objek wisata.

Kesembilan indikator tersebut dikaitkan dengan gambaran wisatawan tentang

destinasi wisata tujuan yang didapatkan dari internet.

Terdapat tiga dimensi dari citra destinasi menurut Hailin Qu et.al., (2011:470)

yaitu sebagai berikut:

1. Cognitive destination image (citra destinasi kognitif), terdiri dari kualitas

pengalaman yang didapat oleh para wisatawan, atraksi wisata yang ada di

suatu destinasi, lingkungan dan infrastruktur di lingkungan tersebut, hiburan

dan tradisi budaya dari destinasi tersebut.

2. Unique image (citra destinasi yang unik), terdiri dari lingkungan alam,

kemenarikan suatu destinasi dan atraksi lokal yang ada di destinasi tersebut.

3. Affective destination image (citra destinasi afektif), terdiri dari perasaan yang

menyenangkan, membangkitkan, santai dan menarik ketika di suatu destinasi

2.1.5 Pengalaman pengunjung

Quan dan Wang dalam Xu (2010) menyatakan bahwa experiencedapat

dijelaskan melalui pendekatan sosial dan manajemen. Pendekatan sosial

digunakan untuk menjelaskan kebutuhan emosional dan psikologi individu.

13
Adapun pada pendekatan manajemen, khususnya pemasaran,

experiencedigunakan dalam mengkonseptualisasikan layanan bagi wisatawan

(Jing Xu & Andrew Chan, 2010). Karena nya, konsep experience

qualityseringkali disandingkan dengan pengukuran service quality(Chen &

Chen, 2010). Pada service qualitypengukuran layanan dikaitkan dengan

performa dari masing-masing atribut, sedangkan experience qualitymerujuk

pada penilaian psikologis yang dihasilkan dari keikutsertaaan wisatawan

dalam kegiatan pariwisata (Chen & Chen, 2010). Karena nya keterlibatan faktor

psikologis berupa emosi dan perasaan membuat ruang lingkup experience

qualitymenjadi lebih luas (Deshwal, 2016). Selain itu, dalam konsep experience,

pengalaman yang dirasakan turis sebagai konsumen tidak hanya terjadi ketika

wisatawan tersebut mengkonsumsi layanan itu sendiri, tapi juga ketika

berkomunikasi dan berinteraksi dengan penyedia jasa (H. S. Kim & Choi, 2016).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa experience qualitymerupakan penilaian

menyeluruh suatu atraksi dari perspektif wisatawan yang secara

langsung berpartisipasi dalam aktivitas wisata. Adapun urutan kualitas

pengalaman yang dirasakan oleh wisatawan adalah seperti gambar dibawah ini:

Berdasarkan penjelasan Nowacki (2013), diketahui bahwa kualitas

pengalaman dari suatu atraksi wisata bergantung pada jumlah hambatan

ataupun kesulitan yang dirasakan dalam situasi tertentu. Ketika tingkat

kesulitan suatu atraksi relatif kecil, wisatawan akan merasa bosan.

Semakin tinggi tingkat kesulitannya, rasa bosan wisatawan akan mereda dan

pengalaman terasa semakin menyenangkan dan menarik. Namun, ketika

14
resistensi yang dirasakan wisatawan menjadi sangat kuat, emosi yang

dominan mucul adalah perasaan jengkel dan frustasi. Oleh karena itu,

atraksi wisata perlu dikonsepkan sebaik mungkin agar tidak sampai

menimbulkan kebosanan maupun rasa frustasi sehingga pengalaman yang

menyenangkan dapat dirasakan oleh wisatawan.

2.1.5.1 Pengalaman Pengunjung

Berbagai dimensi untuk mengukur experience quality telah banyak

dikembangkan. Pine dan Gilmore dalam Ali (2015) memperkenalkan skala

pengukuran 4E (education, escapism, esthetics, dan entertainment) dalam

mengukur experience pada industri akomodasi. Pada konteks pariwisata,

penelitian Xu dan Chan (2010)terhadap wisatawan yang berkunjung ke China

menggunakan empat dimensi pula, yaitu: recognitiondan escape, peace of

minddan relaxation, involvement,serta hedonics. Adapun Chen dan Chen

(2010)dalam penelitiannya terkait dengan heritage tourism menginformasikan

dua jenis pengukuran experience quality. Pertama, dimensi yang digunakan

Otto dan Ritchie, terdiri dari:

1. Hedonics, dikaitkan dengan respons afektif seperti kegembiraan,

kenikmatan, dan daya ingat;

2. Peace of mind, berfokus pada pentingnya keselamatan fisik dan

kenyamanan psikologis;

3. Involvement, mengacu pada keterlibatan turis dalam memilih dan

mengontrol kegiatan serta ikut bekerjasama dalam jalannya wisata;

4. Recognition, terkait dengan perasaan “penting” dan percaya diri.

15
Selanjutnya, Chen dan Chen juga menggunakan dimensi

yang dikembangkan oleh Kao, yaitu:

1. Immersion, diartikan sebagai keterlibatan konsumen selama

mengkonsumsi layanan, yang menyebabkan mereka melupakan waktu

dan fokus terhadap wisata yang dilakukannya;

2. Surprise, mengacu pada kesegaran atau sesuatu yang baru, keistimewaan,

atau keunikan;

3. Participation, berkaitan dengan interaksi antara wisatawan dengan

layanan;

4. Fun, berkaitan dengan kebahagiaan dan kenikmatan yang

dirasakan wisatawan

Penelitian yang dilakukan oleh Pine dan Gilmore, Xu dan Chan,

maupun Chen dan Chen menggunakan dimensi yang berbeda, namun dari

sisi pengertian relatif sama. Dari seluruh penelitan tersebut, penilaian

terhadap partisipasi wisatawan merupakan faktor utama

2.1.6 Niat Berkunjung Ulang

Dalam hal ini teori minat berkunjung ulang diambil dari teori minat beli

ulang terhadap suatu produk, sehingga dalam beberapa kategori minat berkunjung

dapat diaplikasikan terhadap minat beli. Minat adalah dorongan untuk memotivasi

seseorang melakukan tindakan (Setyo Putra, 2015: 3).

Menurut Petrick, Morais dan Norman (2011: 42), keinginan untuk

melakukan perjalanan di masa depan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap

16
pengalaman masa lalunya. Sementara teori reasoned action dan planned behavior

merupakan model yang paling sering digunakan untuk memprediksi perilaku

sejak awal 1980, hasil yang konsisten menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif

dan kontrol menjelaskan variasi keinginan kunjungan di masa depan.

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku

dalam sikap mengkonsumsi. Monroe dan Grewal dalam Sulistyari (2012:19)

menyatakan bahwa minat beli (willingness to buy) didefinisikan sebagai

kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk. Minat beli

merupakan perilaku konsumen yang menunjukkan sejauh mana komitmennya

untuk melakukan pembelian. Minat beli berbeda dengan niat beli, niat beli adalah

suatu tindak lanjut dari minat beli konsumen dimana keyakinan untuk

memutuskan akan membeli sudah dalam persentase yang besar

Pengertian revisit intention menurut Ryan 2002; wiliam &bawel 2003; Chen &

Tsai 2007, dalam Som et al 2012 yang dikutip Tri Yusniar Dini (2014) adalah :

“Evaluasi yang dilakukan mengenai pengalaman perjalanan atau nilai yang


dirasakan dan kepuasan pengunjung secara keleseluruhan mempengaruhi
perilaku masa depan dalam pertimbangan keinginan untuk kembali ke
tujuan yang sama dan kesediannya untuk merekomendasikan hal ini
kepada orang lain”.

Penelitian di bidang pariwisata menunjukkan bahwa pengalaman perjalanan

masa lalu ke tujuan tertentu meningkatkan niat untuk melakukan perjalanan ke

sana lagi (Mazursky 1989; Perdue 1985; Sonmez dan Graefe 1998). Alasan yang

mendasari di balik hubungan ini adalah bahwa setelah tujuan telah dikunjungi,

wisatawan lebih mungkin untuk memahami destinasi pariwisata dengan resiko

kecil dan merasa lebih aman dalam memilih itu di masa depan (Sonmez dan

17
Graefe 1998).

Faktor yang paling umum memprediksi mengapa wisatawan mengulangi

pengalaman liburan adalah pengalaman masa lalu yang baik dengan resiko yang

kecil (Petrick, Morais dan Norman, 2011: 42). Konsumen atau pelanggan yang

puas akan melakukan kunjungan ulang pada waktu yang akan datang dan

memberitahukan kepada orang lain atas jasa yang dirasakan (Fornell dalam

Nuraeni, 2014: 4).

Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku

konsumen selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas, ia akan menunjukkan

kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali merek tersebut.

Pelanggan yang puas tersebut juga cenderung akan menceritakan hal-hal yang

baik tentang merek tersebut kepada orang lain. Para pelanggan yang tidak puas

mungkin akan mengembalikan produk tersebut. Mereka mungkin akan

mengambil tindakan publik seperti mengajukan keluhan ke perusahaan tersebut,

pergi ke pengacara, atau ke kelompok-kelompok lain (Kotler, 2016: 229).

Menurut Nuraeni (2014: 4), proses informasi dan komponen kepuasan

secara bersama-sama akan menjadi elemen yang penting dalam siklus pembelian

ulang.

Sedangkan menurut Petrick, Morais dan Norman (2011: 42), dari sudut

pandang manajerial, pengukuran sikap, norma dan control bisa menjadi sangat

sulit dan mahal, sementara pengukuran perilaku masa lalu dapat dicapai dengan

pencatatan yang sederhana. Selanjutnya, perilaku masa lalu dari sikap, norma dan

kontrol dapatdirasakan. Pada dasarnya minat berkunjung ulang adalah perasaan

18
ingin wilayah mengunjungi suatu tempat atau wilayah yang menarik untuk

dikunjungi.

Salah satu kunci untuk mempertahankan pengunjung adalah dengan

memberikan kepuasan. Sebuah perusahaan dikatakan bijaksana kalau mengukur

kepuasan pelanggannya secara teratur. Sejumlah metode diadakan untuk

mengukur kepuasan pelanggan secara langsung. Para responden juga dapat diberi

pertanyaan tambahan untuk mengukur maksud pembelian ulang dan

memungkinkan merekomendasikan perusahaan dan merek kepada orang lain

(Kotler, 2016: 179).

Dalam kaitannya dengan minat berkunjung ulang, minat merupakan

pelanggan potensial yang mempunyai arti pelanggan yang pernah datang kembali

dan menggunakan jasa kembali

2.1.7 Indikator Niat Berkunjung Ulang

Menurut (Ajzen and Fishbein dalam Petrick, Morais dan Norman, 2011:

42) dapat diukur dari:

1. Mengunjungi kembali dilain waktu

2. Merekomendasikan teman, kerabat dan saudara

3. Mengajak teman, kerabat, dan saudara untuk berkunjung

Menurut Parasuraman, Zeitami dan Berry dalam penelitian yang dilakukan

oleh Fue Zeng, Zuohao Hu, Rong Chen dan Zhilin Yang (2009), bahwa Behavior

Intention dibagi menjadi tiga indikator utama, yaitu :

1. Recommendation

19
Suatu niat berprilaku yang mendorong wisatawan untuk merekomendasikan

daya tarik wisata tersebut baik secara langsung atau tidak langsung kepada

masyarakat luas.

2. Repurchase Intention

Suatu niat berprilaku yang mendorong wisatawan untuk melakukan kunjungan

ulang ke suatu destinasi wisata dalam kurun waktu tertentu.

3. Pay More

Suatu niat berprilaku yang mendorong wisatawan untuk mengunjungi kembali

destinasi wisata walaupun harga yang ditawarkan terbilang cukup mahal,

wisatawan berani untuk membayar lebih untuk menikmati daya tarik wisata

tersebu.t

Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini penulis mengambil

indikator dari penelitian yang dilakukan oleh Fue Zeng, Zuohao Hu, Rong Chen

dan Zhilin Yang (2009)

2.1.8 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Judul, Hasil Peneliti Persamaan Perbedaan


Peneliti dan
Tahun
1 Sri Astuti (2014) Dari penelitian ini Variabel Lokus
Roles of ditarik kesimpulan Destinasi penelitian,
Motivation and bahwa variabel Wisata dan Niat waktu
Destination Image Motivation and berkunjung penelitian,
in Predicting Destination Image kembali variable
Tourist Revisit mempunyai independent

20
Intention: A Case pengaruh positif
of Bandung – terhadap Revisit motivasi
Indonesia Intention Bandung
Setyo Ferry
(2016) Dari penelitian ini
ditarik kesimpulan Lokus
“The Influence Of bahwa variabel Variabel penelitian,
Destination Image Satisfaction and Destinasi waktu
2 And Tourist Destination Image Wisata dan Niat penelitian,
Satisfaction mempunyai berkunjung variable
Toward Revisit pengaruh positif kembali independent
Intention Of Setu terhadap Revisit kepuasan
Babakan Betawi Intention Bandung
Cultural Village
Sukmadi (2017)
Analisis Faktor- Lokus
Faktor Yang Terdapat pengaruh penelitian,
Mempengaruhi positif dan waktu
Variabel
Minat signifikan antara penelitian,
Pengalaman
kepuasan variable
3 Berkunjung dan Niat
konsumen dan independent
Kembali Ke Pekan pengalaman berkunjung
kepuasan,
Raya Indonesia: kembali
terhadap intervening
Peran Moderasi kunjungan kembali kesadaran
Dari Kesadaran merek
Merek
4 Bellinda (2014) Hasil penelitian Variabel Citra Lokus
menunjukkan wisata dan Niat penelitian,
Analisis Faktor- bahwa variabel berkunjung waktu
Faktor Yang yang berpengaruh kembali penelitian,
Mempengaruhi signifikan terhadap variable
Minat Kunjung variabel independent
kualitas
Ulang Wisatawan minat kunjung pelayanan
Museum ulang adalah
variabel promosi,
Ranggawarsita variabel kualitas
Semarang pelayanan dan
variabel daya
tarik wisata.
Kemudian,
variabel yang
berpengaruh

21
signifikan terhadap
variabel citra
wisata
adalah variabel
promosi dan
variabel kualitas
pelayanan. dan
variabel yang
berpengaruh
terhadap daya tarik
wisata adalah
variabel kualitas
pelayanan
5 Arlen Makalev Hasil penelitian Variabel Citra Lokus
(2019) menunjukkan wisata dan Niat penelitian,
secara simultan berkunjung waktu
Analisis Faktor- promosi, harga, kembali penelitian,
Faktor Yang citra wisata dan variable
Mempengaruhi bukti fisik independent
Revisit Intention berpengaruh promosi,
(Minat Kunjung secara positif dan harga, bukti
Ulang) Wisatawan signifikan terhadap fisik
Pada Objek minat kunjung
Wisata Alam Batu ulang, sedangkan
Angus Di Bitung secara parsial
hanya promosi
yang berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
minat kunjung
ulang wisatawan
pada objek Wisata
Alam Batu Angus
Di Bitung. Bagi
pihak Resort
Taman Wisata
Alam Batu Angus
Bitung, sebaiknya
memperhatikan
kebutuhan
pengunjung
sehingga
pengunjung yang
datang akan

22
merasakan puas
dan akan
meningkatkan
minat kunjung
ulang wisatawan
Citra destinasi dan
pengalaman
pengunjung secara
Rompas (2019) bersama-sama
mempengaruhi
Pengaruh Citra niat kunjungan Variabel Citra
Destinasi Dan kembali sementara wisata,
Lokus
Pengalaman secara terpisah, pengalaman
penelitian,
6 Pengunjung citra destinasi berkunjung dan
waktu
mempengaruhi Niat
Terhadap Niat penelitian,
niat kunjungan berkunjung
Kunjungan kembali dan kembali
Kembali Ke Kai’ pengalaman
Santi Garden pengunjung tidak
mempengaruhi
niat kunjungan
kembali

2.2 Kerangka Pemikiran

Pengalaman konsumsi yang semakin sering yang ditunjukkan oleh lebih

seringnya wisatawan mengunjungi suatu obyek wisata akan berdampak pada

perbedaan penilaian wisatawan pada suatu obyek wisata. Wisatawan yang lebih

sering berkunjung akan memiliki penialian yang lebih baik pada citra maupun niat

untuk berkunjung kembali dan niat untuk merekomendasikan. Hal ini karena citra

yang baik dari suatu obyek wisata akan memberikan stimuli pada lebih tingginya

niat untuk berkunjung kembali dan niat untuk merekomendasikan.

Citra Destinasi
• citra destinasi kognitif
• citra destinasi yang unik
• citra destinasi afektif Niat Kunjungan Kembali
(Hailin Qu et.al., (2011:470))

23
Merekomendasikan
Melakukan kunjungan ulang dalam
Pengalaman Pengunjung waktu tertentu
•Keterlibatan konsumen
•Kesegaran Mendorong berkunjung kembali
•Interaksi
walaupun harga mahal
Kebahagiaan
(Chen dan Chen, 2010) (Zhilin Yang (2009),)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka penulis mengajukan

suatu hipotesis sesuai dengan objek penelitian yaitu :

H1 : Terdapat Pengaruh Citra Destinasi Terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke

Objek Wisata Tangkuban Perahu.

H2 : Terdapat Pengaruh Pengalaman Pengunjung Terhadap Niat Kunjungan

Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu

H3 : Terdapat Pengaruh Citra Destinasi Dan Pengalaman Pengunjung

Terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban perahu

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana struktur, dan strategi. Sebagai rencana

dan struktur, desain penelitian merupakan perencanaan penelitian, yaitu

penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari

perumusan masalah, tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan

hipotesis sampai rancangan analisis data, yang dituangkan secara tertulis ke dalam

bentuk usulan atau proposal penelitian Sugiyono (2013 : 6).

Sebagai strategi, desain penelitian merupakan penjelasan rinci tentang apa yang

akan dilakukan peneliti dalam rangka pelaksanaan penelitian. Adapun desain

penelitian yang digunakan penulis adalah desain penelitian kausal karena metode

penelitian yang digunakan menjelaskan hubungan yang bersifat sebab akibat, jadi

ada variable independen (yang bersifat mempengaruhi) dan dependen

(dipengaruhi).

3.2 Waktu Penelitian

Berdasarkan variabel penelitian tersebut, maka akan dianalisis mengenai

seberapa besar Pengaruh Citra Destinasi Dan Pengalaman Pengunjung Terhadap

Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu, Adapun lama

penelitian direncanakan 1 (bulan) yaitu dari bulan Oktober 2019.

25
3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian dalam setiap riset ilmiah mutlak diperlukan, karena

merupakan cara untuk mengumpulkan data yang digunakan untuk menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti maka

jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan asosiatif. "Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran dari variabel

penelitian" (Sugiyono 2013:53). Sedangkan penelitian asosiatif adalah : Suatu

pertanyaan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel

atau lebih Sugiyono (2013:55).

Melalui penelitian deskriptif ini, maka dapat diperoleh gambaran mengenai

Pengaruh Citra Destinasi Dan Pengalaman Pengunjung Terhadap Niat Kunjungan

Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu. Sedangkan jenis penelitian

verifikatif menguji kebenaran suatu hipotesis yang dilakukan melalui

pengumpulan data di lapangan. Sifat veritikatif pada dasarnya ingin menguji

kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di

lapangan, dimana dalam penelitian ini penelitian verifikatif bertujuan untuk

mengetahui hubungan Pengaruh Citra Destinasi Dan Pengalaman Pengunjung

Terhadap Niat Kunjungan Kembali Ke Objek Wisata Tangkuban Perahu.

Berdasarkan jenis penelitiannya, maka metode penelitian yang digunakan adalah

metode survei explanatory, yaitu penelitian survei yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Penelitian ini mengambil

sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan

26
data yang pokok atau utama. Sedangkan menurut Kerlinger dalam Sugiyono

(2013:7):

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar

maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sample yang

diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif,

distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2013: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

dari objek dan subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Menurut data yang diperoleh dari rekapitulasi jumlah pengunjung objek wisata

gunung Tangkuban Perahu pada bulan September adalah 167 orang.

3.4.2 Sampel

`Sampel merupakan sebagian populasi yang dianggap representative yang diambil

dengan teknik tertentu. Penarikan sampel perlu dilakukan mengingat jumlah

populasi yang terlalu besar. Keabsahan sampel terletak pada sifat dan

karakteristiknya, bukan pada besar atau banyaknya modifikasi populasi. Sampel

adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono

2013:56), sedangkan menurut Suharsimi (2013), "sampel adalah sebagian atau

27
wakil populasi yang diteliti". Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini

adalah pengunjung objek wisata gunung Tangkuban Perahu.

Teknik penarikan sampel yang dilakukan adalah probability sampling, setiap

unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena

sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas

lazim juga disebut sebagai sampel random.

3.4.3 Teknik Penarikan Sampel

Dengan jumlah populasi yang besar, dalam suatu penelitian tidak mungkin

semua populasi dapat diteliti, hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya

karena biaya, tenaga dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu penelitian ini akan

mengambil sebagian objek populasi yang telah ditentukan.

Dalam menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini digunakan rumus dari

Rumus Slovin yaitu sebagai berikut:

n = -----------

1 + Ne2

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat ditolerir.

(e = 0.05)

Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut :

28
167

n = -------------------

1 + (167 . 0.052)

n = 117 orang

3.4 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian, terdiri dari variabel X sebagai

variabel bebas atau variabel yang tidak tergantung pada variabel lain dan variabel

Y sebagai variabel terikat atau variabel yang tergantung pada variabel lain

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Indikator
Konsep Variabel Dimensi Skala
Variabel

 Kualitas
pengalaman
wisatawan
• citra destinasi  Atraksi Wisata
kognitif  Lingkungan
 Infratruktur
citra destinasi
 Hiburan
Citra Destinasi merupakan pengetahuan
 Budaya
(X1) objektif, prasangka,
Ordinal

imajinasi dan pikiran


emosional individu
maupun kelompok
terhadap lokasi tertentu
(Lopes,2011:307)  Lingkungan
• citra destinasi alam
yang unik  Kemenarikan
 Atraksi lokal

29
 perasaan yang
menyenangkan
 membangkitka
• citra destinasi n
afektif  santai
 menarik ketika
di suatu
destinasi

• Keterlibatan  melupakan
konsumen waktu
Merujuk pada  fokus terhadap
penilaian psikologis wisata
yang dihasilkan dari • Kesegaran  Keistimewaan
Pengalaman
keikutsertaaan  Keunikan
Berkunjung
wisatawan dalam
(X2) • Interaksi  Interaksi antara
kegiatan pariwisata
wisatawan dan
(Chen & Chen, 2010).
layanan
 Kebahagiaan  Kebahagiaan
 Kenikmatan
 Mengunjungi niat berprilaku
kembali dilain yang mendorong
waktu wisatawan untuk
melakukan
kunjungan ulang
 Merekomenda merekomendasika
sikan teman, n daya tarik wisata
Keinginan untuk kerabat dan tersebut baik
melakukan perjalanan di saudara secara langsung
masa depan dipengaruhi atau tidak
oleh sikap mereka langsung kepada
terhadap pengalaman masyarakat luas.
Niat Berkunjung masa lalunya (Petrick,  Mengajak
Ulang Morais dan Norman teman,
(Y) kerabat, dan mendorong
(2011: 42)
saudara untuk wisatawan untuk
berkunjung mengunjungi
kembali destinasi
wisata walaupun
harga yang
ditawarkan
terbilang cukup
mahal

30
3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :

1. Interview (Wawancara)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2016:137).

Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan, dan merupakan

cara memperoleh data yang bersifat langsung. Wawancara dapat dilakukan

melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

Interview (wawancara) digunakan oleh penulis kepada konsumen, dalam

rangka mengambil informasi yang dibutuhkan untuk kebutuhan penelitian.

2. Angket/Kuesioner

Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada orang lain

yang dijadikan responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2016:142). Pada

penelitian ini kuesioner diberikan kepada pengunjung wisata tangkuban perahu

sebagai pengguna jasa dalam bentuk pertanyaan.

3. Observasi

Observasi merupakan suatu hal yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

bebagai bioogis dan psikologis. Dua yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 145:2016) Mengobservasi dapat dilakukan

31
melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang

dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung.

3.6 Intrumen Penelitian

3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid

mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya, instrumen yang kurang berarti

memiliki validitas rendah Suharsimi (2013). Rumus yang digunakan adalah

korelasi product moment sebagai berikut :

N ∑ XY – ( ∑ X) ( ∑ Y)
R xy = ===========================
√{N ∑ X2 – (∑ X)2} {N ∑ Y2 – (∑ Y)2}

Dengan pengertian :

r xy = Koefisien korelasi

N = jumlah responden

X = Skor item

Y = Skor total

Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan taraf r pada taraf nyata yaitu

5%. Kriteria kelayakannya adalah sebagai berikut :

Jika r xy > r tab valid

Jika r xy < r tab tidak valid

32
3.6.2 Uji Reliabilitas

Setelah menguji validitas kuesioner, langkah selanjutnya uji reliabilitas.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data tersebut

menunjukkan tingkat ketetapan, tingkat keakuratan, kestabilan atau konsistensi

dalam mengungkap gejala tertentu dari sekelompok individu walaupun

dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Dengan memperoleh nilai r dari uji

validitas (menunjukkan hasil indeks korelasi), maka akan diketahui ada atau

tidaknya hubungan antara dua belah instrumen. Uji menguji reliabilitas dalam

penelitian ini digunakan teknik dengan rumus alpha seperti yang dikemukaikan

oleh Suharsimi (2013) sebagai berikut :

α hit = ___n____ ∑σ2i


n–1 σ 2i

Dimana :

α hit = reliabilitas yang dicari

∑σ2i = jumlah varians skor tiap-tiap item

σ 2i = varians total

Adapun rumus variansnya Suharsimi (2013:107) adalah:

∑ X 2 – ( ∑ X )2
σ2 = N
N

Dimana :

σ = varians

∑X = Jumlah skor

N = Jumlah responden

33
Hasil perhitungan diatas kemudian dibandingkan dengan α tab dimana

tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = n-2. Kriteria pengujiannya

adalah sebagai berikut :

Jika, α hit > α tab reliable

Jika, α hit < α tab reliable

3.7 Teknik Analisis Data

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

Setelah dilakukan pengumpulan data secara lengkap, tahap selanjutnya yaitu

melakukan analisa data. Menurut Sugiyono (2016: 147), menyebutkan bahwa:

“Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh dari responden atau

sumber data lain terkumpul”.

Dalam upaya menjawab permasalahan dalam penelitian ini maka

digunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression). Analisis regresi

pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat)

dengan satu atau lebih variabel independen (variabel bebas), dengan tujuan untuk

mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai-nilai variabel

dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali,2005).

34
Untuk regresi yang variabel independennya terdiri dari dua atau lebih

regresinya disebut regresi berganda. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti

menggunakan analisis linier berganda, karena terdapat 2 variabel independen.

Berdasarkan tujuan penelitian ini, maka variabel yang dianalisis adalah

variabel independen yaitu Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung.

Sedangkan variabel dependen adalah Niat Kunjungan Kembali. Pesamaan regresi

berganda 2 variabel bebas dirumuskan sebagai berikut

Y = a + b1 X1 + b2 X2

Dimana :
Y = Niat Kunjungan Kembali

a = constanta

bX1 = Citra Destinasi

bX2 = Pengalaman Pengunjung

3.7.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Gujarati (2013 : 81) : “Koefisien determinasi atau koefisien R2

merupakan suatu bilangan yang dinyatakan dalam bentuk persen, yang

menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependennya”

Koefisien determinasi dimaksudkan untuk menghitung besarnya pengaruh

variabel (X) yaitu Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung terhadap variabel

(Y) yaitu Niat Kunjungan Kembali.

Nilai koefisien determinasi dihitung dengan rumus :

Kd=r s ×100 %
2

35
Kd = koefisien determinasi
r s = nilai koefisien korelasi

Nilai Kd di atas menunjukan berapa besar persen suatu variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat.

Koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur kebenaran hubungan

dari model yang dipakai yaitu angka yang menunjukkan besarnya kemampuan

varians / penyebaran dari variabel independen yang menerangkan variabel

dependen. Besarnya nilai R2 adalah 0 ≤ R2 ≤ 1, dimana semakin mendekati 1

berarti model tersebut dapat dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antar

variabel independen dengan variabel dependen, demikian sebaliknya.

3.7.2 Uji t – statistik

Menurut Gujarati (2013 : 129) :

“Uji t-statistik digunakan untuk menguji pengaruh parsial dari variabel-

variabel independen terhadap variabel dependennya, atau pengujian ini

dilakukan untuk menguji tingkat signifikasi setiap variabel bebas

(independent) dalam mempengaruhi variabel tak bebas (dependent).

Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas tersebut dilakukan

uji t dua arah (two tail test).”

Hipotesis dari uji ini adalah :

H0 : β = 0, Variabel bebas tidak mempengaruhi varibel tidak bebasnya.

H1 : β ≠ 0, Variable bebas mempengaruhi variabel tidak bebasnya.

36
Kriteria Pengujian :

a. Jika : (t-tabel) ≤ (t-stat)≤(t-tabel), maka hipotesis nol tidak ditolak

b. Jika : (t-stat) < -(t-tabel) atau t-stat > t-tabel, maka hipotesis nol tidak

ditolak

H0 tidak ditolak jika –t-tabel ≤ t- hitung ≤ t-tabel, artinya pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependennya adalah tidak signifikan. Tolak

H0 jika t-hitung < -t-tabel atau t hitung > t-tabel, artinya pengaruh variabel

independent terhadap variabel dependentnya adalah signifikan.

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka

dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

a) Hipotesis parsial antara variabel bebas kompensasi langsung terhadap

disiplin kerja merupakan variabel terikat.

 H0 : β1 = 0 : Citra Destinasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap Niat

Kunjungan Kembali

 Ha : β1 ≠ 0 : Citra Destinasi berpengaruh terhadap Niat Kunjungan

Kembali

 Hipotesis parsial antara variabel bebas Pengalaman Pengunjung terhadap

Niat Kunjungan Kembali yang merupakan variabel terikat.

 H0 : β2 = 0 Pengalaman Pengunjung tidak berpengaruh terhadap Niat

Kunjungan Kembali

 Ha : β2 ≠ 0 : Pengalaman Pengunjung berpengaruh terhadap Niat

Kunjungan Kembali

3.7.3 Uji F - statistik

37
Menurut Gujarati (2003:257) :

“ Uji F- Statistik digunakan untuk mengukur goodness of fit dari

persamaan regresi atau untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang

terdapat dalam persamaan secara simultan mempengaruhi variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan nilai F- statistik dengan

nilai F-tabel dengan tingkat signifikasi tertentu.

Uji F-statistik ini merupakan uji signifikasi satu arah (one tail significance).”

Hipotesis dari uji ini adalah :

 H0 : β0 = β1 = β2 = 0, semua variabel bebas secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat.

 H0 : β0 ≠ β1 ≠ β2 ≠ 0, semua variabel bebas secara simultan mempengaruhi

variabel terikat.

Kriteria Pengujian

 H0 tidak ditolak jika F-stat < F tabel

 H0 ditolak jika F-stat > F-tabel

Dengan demikian hasil uji F yang signifikan akan menunjukkan bahwa

variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebasnya.

Jadi Uji F-statistik untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap

variabel tak bebas secara keseluruhan. Berdasarkan identifikasi masalah yang

dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan

hippotesis simultan antara variabel bebas Citra Destinasi dan Pengalaman

Pengunjung terhadap Niat Kunjungan Kembali yang merupakan variabel terikat.

38
 H0 : β1 = β2 = 0 : Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung tidak

berpengaruh secara simultan terhadap Niat Kunjungan Kembali.

 Ha : β1 ≠ 0 : Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung berpengaruh

secara simultan terhadap Niat Kunjungan Kembali

Ditentukan dengan 10% dari derajat bebas (dk) = n – (k-1), untuk

menentukan Ftabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.

Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena dinilai cukup

untuk mewakili hubungan variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi

yang umum digunakan dalam suatu penelitian

39
DAFTAR PUSTAKA

1. F.Rompas., D.P.E.Saerang., F.J.Tumewu. 2019. INFLUENCE OF


DESTINATION IMAGE AND CUSTOMER EXPERIENCE TO REVISIT
INTENTION AT KAI’ SANTI GARDEN. Manado. Jurnal EMBA Vol.7
No.4 Juli 2019, Hal. 4561-4570 ISSN 2303-1174.
2. Sri Astuti Pratminingsih, Christina Lipuringtyas Rudatin, and Tetty
Rimenta. 2014. Roles of Motivation and Destination Image in Predicting
Tourist Revisit Intention: A Case of Bandung – Indonesia. Jakarta.
International Journal of Innovation, Management and Technology, Vol. 5,
No. 1. DOI: 10.7763/IJIMT.2014.V5.479
3. Setyo Ferry Wibowo, Adnan Sazali, Agung Kresnamurti Rivai P. 2016.
THE INFLUENCE OF DESTINATION IMAGE AND TOURIST
SATISFACTION TOWARD REVISIT INTENTION OF SETU BABAKAN
BETAWI CULTURAL VILLAGE. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia
(JRMSI) | Vol 7, No. 1, 2016
4. Savas Artuger, Burcin Cevdet Cetinsoz. 2017. The Impact of Destination
Image and the Intention to Revisit: A Study Regarding Arab Tourists.
European Scientific Journal February 2017 edition vol.13, No.5 ISSN:
1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431
5. Saba Fatma. 2014. Antecedents and Consequences of Customer
Experience Management- A Literature Review and Research Agenda.
International Journal of Business and Commerce Vol. 3, No.6: Feb
2014[32-49] (ISSN: 2225-2436)
6. Sarunya Lertputtarak. 2012. The Relationship between Destination Image,
Food Image, and Revisiting Pattaya, Thailand. nternational Journal of
Business and Management Vol. 7, No. 5; March 2012. ISSN 1833-
3850 E-ISSN 1833-8119. URL: http://dx.doi.org/10.5539/ijbm.v7n5p111
7. Pablo Díaz-Rodríguez Agustín Santana-Talavera* Alberto Jonay
Rodríguez-Darias. 2013. Destination image, image at destination.
Methodological aspects. Vol. 11 Nº 3. Special Issue. págs. 83-95. 2013.
ISSN 1695-7121
8. Wei-Li Hunga, Yi-Ju Leeb & Po-Hsuan Huangc. 2014. Creative
experiences, memorability and revisit intention in creative tourism.
Current Issues in Tourism, 2014
http://dx.doi.org/10.1080/13683500.2013.877422
9. Ronald Sukwadi*, M.M. Wahyuni Inderawati, Jane Stephanie. 2017.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT
BERKUNJUNG KEMBALI KE PEKAN RAYA INDONESIA: PERAN
MODERASI DARI KESADARAN MEREK. ISBN 978-602-99334-7-5
10. Dani Dagustani, Dwi Kartini, Yevis Marty Oesman, Umi Kaltum. 2018.
Destination Image of Tourist: Effect of Travel Motivation and Memorable
Tourism Experience. Etikonomi Volume 17 (2), 2018: 307 - 318 P-ISSN:
1412-8969; E-ISSN: 2461-0771
11. A.J.L.Makalew.,L.Mananeke.,D.Ch.A.Linting. 2019. ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REVISIT INTENTION
(MINAT KUNJUNG ULANG) WISATAWAN PADA OBJEK WISATA
ALAM BATU ANGUS DI BITUNG. Jurnal EMBA Vol.7 No.3 Juli 2019,
Hal. 2631 – 2640. ISSN 2303-1174
12. Asya Hanif Andriani Kusumawati M. Kholid Mawardi. 2016.
PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP KEPUASAN
WISATAWAN SERTA DAMPAKNYA TERHADAP LOYALITAS
WISATAWAN (Studi pada Wisatawan Nusantara yang Berkunjung ke
Kota Batu). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 38 No. 1 September
2016
13. Fitrotud Diniyah, Lisa B. Gesa, Khoirulla. 2016. PENGARUH DAYA
TARIK WISATA TERHADAP MINAT KUNJUNGAN ULANG
WISATAWAN.
14. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet.
15. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller, 2011. Manajemen Pemasaran, Edisi
13. Jilid 1 dan 2, Alih Bahasa : Bob Sabran, Erlangga, Jakarta.
16. Christian Homburg. 2017. Customer experience management: toward
implementing an evolving marketing concept. Journal of the Academy of
Marketing Science May 2017, Volume 45, Issue 3, pp 377–401
17. Yuniawati, Y., and Ajeng, D. I. F. 2016. Pengaruh Customer Experience
Terhadap Revisit Intention di Taman Wisata Alam Tangkuban Perahu.
Manajemen Pemasaran Pariwisata, FPIPS UPI. Tourism and Hospitality
Essentials (THE) Journal, Vol.VI No.1. 2016- 983
18. Hung, W. L, Yi-Ju, L and Po-Hsuan, H. 2014. Creative Experiences,
Memorability and Revisit Intention in Creative Tourism. Journal of
Current Issues in Tourism.
http://dx.doi.org/10.1080/13683500.2013.877422. Accessed on April 5th
2019
19. Ahmad Ab. 2018. PENGARUH CITRA DESTINASI TERHADAP
INTENSI WISATAWAN BERKUNJUNG KEMBALI DI DESTINASI
SULAWESI SELATAN TAHUN 2014. Vol. 20, No. 3, Nopember 2018:
207 – 214 Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora ISSN
1411 - 0903 : eISSN: 2443-2660
20. Kirstin Hallmann, Anita Zehrer and Sabine Müller. 2015. Perceived
Destination Image: An Image Model for a Winter Sports Destination and
Its Effect on Intention to Revisit. Vol. 54(1) 94–106.
21. REPUBLIKA.CO.ID (2019 11 Agustus) “Wisatawan Turun Drastis Sejak
Tangkuban Perahu Erupsi” di akses pada 26 Oktober 2019 dari
https://nasional.republika.co.id/berita/pw1ujm382/wisatawan-turun-
drastis-sejak-tangkuban-perahu-erupsi
22. BBC.com (2019, 2 Agustus) “angkuban Parahu kembali erupsi, statusnya
dinaikkan menjadi waspada” di akses pada 26 Oktober 2019 dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49202107
LAMPIRAN

KUESIONER PENELITIAN

Dengan Hormat, kepada Responden

Sehubungan dengan Seminar Proposal yang sedang saya lakukan di

jurusan Manajemen, maka saya melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Citra Destinasi dan Pengalaman Pengunjung terhadap Keputusan

Berkunjung Ulang Pada Objek Wisata Tangkuban Perahu”. Salah satu cara

untuk mendapat data pada penelitian saya adalah dengan mengetahui pendapat

para pengunjung melalui penyebaran kuisioner kepada para responden. Untuk itu,

besar harapan saya kepada Bapak/Ibu/Kakak untuk mengisi kuisioner kepada para

responden ini dengan baik dan jujur. Semua keterangan dan jawaban

Bapak/Ibu/Kakak bersifat rahasia dan tidak diketahui oleh siapapun kecuali

peneliti sendiri.

Atas ketersediaan dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,
Tyara Artha

DATA RESPONDEN

Nama :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Umur : ≤ 20 tahun > 40 tahun-50

tahun

> 20 tahun-30tahun ≥ 50 tahun

> 30tahun-40tahun

Asal Responden : Dalam Kota Luar Kota

Jumlah Berkunjung : 1 kali 2 kali

3 kali 4 kali

≥ 4 kali

*isi dengan diberi tanda (X) untuk jawaban.


KUESIONER SURVEY AWAL

Responden cukup menjawab sesuai dengan jawaban yang

mewakili, hanya ada 2 pilihan YA dan TIDAK

Keputusan niat kunjungan kembali ke objek wisata tangkuban

perahu

Dengan dimensi : Inten to recommend inten to revisit

1. Saya berkeinginan untuk merekomendasikan ke objek wisata

gunung tangkuban perahu

a. YA

b. TIDAK

2. Saya berkeinginan untuk berkunjung kembali ke objek wisata

gunung tangkuban perahu

a. YA

b. TIDAK
Citra Destinasi Objek Wisata Gunung Tangkuban Perahu

1. Saya merasa nyaman dengan fasilitas dan wahana yang ada

di objek wisata gunung tangkuban perahu

a. YA

b. TIDAK

2. Wisata gunung tangkuban parahu menjadi sarana bagi saya

untuk berkumpul bersama orang-orang terdekat di sela-sela

kesibukan saya

a. YA

b. TIDAK

Pengalaman berkunjung ke Objek WIsata Gunung Tangkuban

Perahu

1. Pemandangan wisata gunung tangkuban perahu sangat indah

a. YA

b. TIDAK

2. Fasilitas dan wahana edukatif di wisata gunung tangkuban

perahu dijamin keamanannya

a. YA

b. TIDAK

Anda mungkin juga menyukai