Anda di halaman 1dari 32

Batagak Panghulu

DI KANAGARIAN MAGEK
KABUPATEN AGAM

SARAH ALYSSA PUTRI


INFORMASI PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat


Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan paket
Informasi yang berjudul "Batagak Panghulu di Kanagarian
Magek Kabupaten Agam".

Pembuatan paket informasi ini sangat penting karena


merupakan salah satu tugas dan persyaratan kelulusan
sebagai mahasiswa yang sudah sampai pada akhir semester
pada Program Studi Diploma III Informasi, Perpustakaan,dan
Kearsipan.Pembuatan paket informasi ini berisi informasi
tentang Batagak Panghulu di Kanagarian Magek Kabupaten
Agam.

Tentunya penyusunan pembuatan paket informasi ini


tidak berhasil hanya dengan usaha penulis saja, tetapi juga
dengan bantuan dari berbagai pihak yaitu berupa
bimbingan.Maka dari itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas bimbingan ibu Desriyeni, S.Sos., M.I.Kom.
selaku pembimbing penulis dalam menulis paket informasi
ini dan kepada Bapak H. Busmar St. Kayo yang bersedia
menjadi narasumber penulis dalam pembuatan paket
informasi ini dan diharapkan paket informasi ini dapat
tersebar lebih luas dan bermanfaat oleh banyak pihak.

Penulis menyadari bahwa paket informasi ini masih


terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan paket informasi ini oleh berbagai pihak.

Padang, Oktober 2022


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I Gambaran Umum Nagari Magek..........................................1
1. Letak Nagari Magek.............................................................................2
2. Kondisi Alam Nagari Magek............................................................3
3. Sekolah dan Pasar Nagari Magek...............................................4
BAB II Batagak Panghulu di Nagari Magek....................................5
A. Hal yang harus diperhatikan Batagak Panghulu
di Nagari Magek..............................................................................................6
1. Pakaian Penghulu Nagari Magek................................................6
2. Pantangan Seorang penghulu di Nagari Magek...............9
3. Keberadaan seorang penghulu di Nagari Magek...........10
4. Sebab dilakukan batagak panghulu.........................................11
5. Macam-macam perilaku buruk penghulu.........................12
6. Tanggung jawab seorang penghulu........................................14
7. Sifat dan Hukuman seorang penghulu..................................15
8. Tugas dan Fungsi seorang Penghulu......................................16
B. Proses pelaksanaan Batagak Panghulu
di Nagari Magek............................................................................................17
1. Proses pelaksaan Batagak Panghulu Nagari Magek....18
2. Makna menyembelih kerbau......................................................22

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kantor Wali Nagari Magek..................................................1


Gambar 2. Peta Nagari Magek...................................................................2
Gambar 3. Keadaan Nagari Magek..........................................................3
Gambar 4. SMA Negeri 1 Kamang Magek..............................................4
Gambar 5. Pasar Pakan Salasa.................................................................4
Gambar 6. Destar/Saluak............................................................................6
Gambar 7. Baju Hitam Lapang...................................................................6
Gambar 8. Salempang Panghulu..............................................................6
Gambar 9. Sarawa Hitam Gadang kaki.................................................7
Gambar 10. Sisampiang...................................................................................7
Gambar 11. Cawek (Ikat pinggang)............................................................7
Gambar 12. Karih (Keris).................................................................................8
Gambar 13. Tongkek (Tongkat).....................................................................8
Gambar 14. Panghulu di Magek....................................................................9
Gambar 15. Panghulu di KAN Magek .......................................................10
Gambar 16. Acara Batagak Panghulu......................................................11
Gambar 17. Salam-salaman Batagak Panghulu................................12
Gambar 18. Penghulu keliling kampung................................................13
Gambar 19. Datuak Nagari Magek............................................................14
Gambar 20 Alek Batagak Panghulu.......................................................20
Gambar 21. Prosesi pengangkatan penghulu Nagari Magek....22
Gambar 22. Menyembelih kerbau............................................................25

iii
BAB I

Gambaran Umum
Nagari Magek Gambar 1 : Kantor Wali Nagari Magek
Sumber : Magek.home.facebook

Kanagarian Magek
adalah bahagian dari Kabupaten Agam atau
Sumatera Barat pada umumnya dan Minangkabau
pada khususnya yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu keistimewaan adat istiadat yang tak lapuk
dek hujan dan tak lakang dek paneh. Menurut
sejarah yang diterima dari orang tua, bahwa
penduduk Nagari Magek berasal dari Batipuh
Pariangan Padang Panjang, dengan melintasi
gunung Merapi turun ke Koto Gadang Pasakaan
atau Lurah Simajo Padang Magek yakni suatu
Nagari dalam Kecamatan Baso. Dari sini turun ke
Padang Rajo atau Nagari Baso, sebahagian menuju
ke Nagari Tarab dan sebahagian lagi yang terdiri
dari 7 (tujuh) suku yakni : Koto, Piliang, Jambak,
Melayu, Sikumbang, Bicu, dan Tanjung.

1
1. Letak
Gambar 2 : Peta Nagari Magek
Nagari Magek Sumber : Magek.home.facebook

Kanagarian Magek terletak di Dataran


tinggi Agam Kabupaten Agam Daerah
Tingkat I Sumatera Barat yang membujur
dari Barat Laut ke Tenggara. Nagari Magek
memiliki luas 15.60 kilometer persegi, yang
terdiri dari 16 jorong antara lain: Jorong
Koto Marapak, Koto Kaciak, Simpang
Kacang, Lutah Ateh, Lurah bawah, Pakan
Ahad, Kampuang bawah, Kampuang
Tangah, Guguak Pincuran, Jorong Gatah,
Cubadak, Ambacang, Kubang, Sawah
Ladang, Kasiak, dan Jorong Pulai. Jumlah
penduduk Nagari Magek sebanyak 4635
jiwa, yang terdiri dari 2166 laki-laki dan
2469 perempuan.

2
2 .Kondisi Alam
Gambar 3 : Keadaan Nagari Magek
Nagari Magek Sumber : Dokumentasi Pribadi

1. Bentuk Daratan
Kanagarian Magek merupakan hamparan
yang membujur dari Barat Laut ke Tenggara,
tidak ada perbukitan dan pegunungan. Luas
Nagari ini keseluruhannya kurang lebih 703 ha
sedangkan 443 ha diantara keseluruhannya
adalah luas pesawahan rakyat. Nagari ini
mempunyai ketinggian kurang lebih 950 m
dari permukaan laut yang tanahnya subur
dan sangat baik untuk pertanian.

2. Iklim
Nagari Magek beriklim sedang tidak terlu dingin
dan tidak terlalu panas, angin bertiup 1×6 bulan
dari Timur ke Barat yang membawa musim
panas 1×6 bulan berembus dari Barat ke timur
membawa musim hujan dengan curahan
sekitar 2000-3000 mm. Tanahnya subur dan
udaranya nyaman. Semua tanaman tumbuh
dengan baik seperti pisang, tanam-tanaman
tua, durian, manggis, dan kayu-kayuan lainnya.

3
3. Sekolah & Pasar
Gambar 4 : SMA Negeri 1 Kamang Magek
Nagari Magek Sumber : Infosekolah.net

Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam


terdapat sebanyak 22 Sekolah Dasar (SD)
Negeri. Jumlah SMP Negeri sebanyak 2 dan SMA
Negeri terdapat 1 di Kamang Magek Kabupaten
Agam. Di Kecamatan Kamang Magek juga
terdapat 1 puskesmas, dengan 7 Puskesmas
Pembantu (Pustu) dan 2 Puskesmas Keliling
(Puskel) serta terdapat 5 Polindes dan 56
Posyandu. Nagari Magek memiliki 25 Masjid
dengan 55 Mushala (Surau).
Pasar Tradisional yang berlokasi di Nagari
Magek, Kecamatan Kamang Magek yang
beroperasi setiap hari selasa dan jum'at.
Namun pasar ini mulai buka pukul 10.00 pagi.
Tetapi kebanyakan pembeli ramai mulai dari
setelah adzab zuhur. Pasar yang letaknya
sangat strategis dipinggir dan diperempatan
jalan raya merupakan urat nadi perekonomian
masyarakat kecamatan Kamang Magek.

4
BAB II

BATAGAK PANGHULU
DI NAGARI MAGEK
A. Hal yang harus diperhatikan dalam Batagak
Panghulu di Nagari Magek
1. Pakaian Penghulu di Nagari Magek, Kabupaten Agam

Destar/Saluak merupakan penutup


kepala yang digunakan oleh
penghulu. Saluak merupakan kain
batik yang ditata sedemikian rupa
untuk menutup kepala bagi
seorang penghulu. Saluak pada
bagian depan ditata berkerut-
kerut yang berbentuk jenjang dan
bagian atas datar, sedangkan
bagian belakang berbentuk bundar
dan melingkar di bagian belakang.

1. Destar/Saluak Sumber : Anwar, 2014

Baju hitam dan longgar adalah baju


yang digunakan seorang pangulu
pada upacara adat seperti batagak
pangulu dan lain sebagainya. Baju
ini berwarna hitam dan longgar,
berbahan beludru dan dihiasi
dengan benang emas pada bagian
pinggirnya sebagai penghias, tidak
memiliki saku, tidak memiliki krah,
tidak memiliki kancing, dan pada
bagian leher dibelah sampai dada
tanpa kancing.
2. Baju Hitam

Sumber : Anwar, 2014


Longgar

Kain sandang/ salempang,


merupakan yang kain
disandangkan kebahu kiri.
Kain ini adalah kain batik
yang pada penggunaannya
dilipat memanjang.

3. Kain

Sumber : Anwar, 2014


Salempang

6
Celana atau sarawa adalah
penutup anggota tubuh
pangulu mulai dari pinggang
hingga pergelangan kaki,
celana ini berwarna hitam
dan longgar, terbuat dari
kain berbahan beludru dan
pada bagian bawah dihiasi
dengan benang hias guna
menambah nilai keindahan
saat dipandang.

Sumber : Anwar, 2014


4. Sarawa Gadang

Sisampiang adalah kain


yang dipasang melingkar
mulai dari pinggang
sampai di atas lutut.
Sisampiang ini biasanya
berwarna merah dan
pada seluruh permukaan
kain biasanya disulam
dengan benang emas.

Sumber : Anwar, 2014

5. Sisampiang

Ikat pinggang Cawek adalah


bagian paling luar yang
terpasang setelah celana
dan sisampiang. Cawek ini
terbuat kain yang disulam
dengan benang emas, kain
ini biasanya berwarna
merah dan pada bagian
ujung memiliki jumbai
6. Cawek/Ikat

Sumber : Anwar, 2014


pinggang

7
7. Karih/Keris

Sumber : Anwar, 2014

Keris atau karih adalah sebuah senjata yang maksudkan


untuk menjaga diri dari bahaya. Keris yang menjadi
bagian penting pada pakaian pangulu diselipkan di perut
sebelah kiri, keris ini tidak ditaroh di bagian belakang
pinggang melainkan di bagian depan.

8. Tungkek/Tongkat

Sumber : Anwar, 2014

Tongkat/tungkek bagi pangulu bukanlah alat bantu untuk


berdiri atau berjalan, tongkat merupakan kelengkapan
yang menjadi bagian penting bagi seorang pangulu. Bentuk
dan ukuran tongkat tidaklah memiliki ukuran pasti,
tergantung selera pangulu mengenai ukuran dan bentuk
tongkat yang ia inginkan. Panjang tongkat berkisar antara
60-70 cm, dan pada bagian kepala ada yang polos dan ada
yang dihiasi dengan hiasan perak, hiasan emas, dan ukiran.

8
2. Pantangan Penghulu
Nagari Magek Gambar 14 : Penghulu di Magek
Sumber : Dokumentasi Pribadi

1. Marah. Penghulu harus bersifat sabar sebab dalam


kehidupan sehari-hari anak kemenakan banyak tingkahnya
yang tidak sesuai dengan ajaran adat danmoral. Dalam
menghadapi hal-hal yang tidak baik ini, seorang penghulu
harus bijaksana dan pandai membawakan diri, seperti
dikatakan juga harimau dalam paruik, kambiang juo nan
dikaluakan (harimau dalam perut, kambing juga yang
dikeluarkan). Seorang penghulu harus menjauhi sifat-sifat
yang suka menghardik, menghantam tanah, serta
menyingsingkan lengan baju karena sifat-sifat yang suka
menghardik, menghantam tanah, serta menyisingkan
lengan.
2. Berlari-lari. Walaupun bagaimanapun terburu-burunya
seorang penghulu karena sesuatu hal, penghulu dilarang
berlari-lari apalagi berlari cepat. Berlari-lari membuat
dirinya seperti anak-anak. Seorang penghulu dapat
menyuruh anak dan kemenakannya jika ada yang perlu
untuk dituruti dengan segera.
3. Menjinjing dan memikul beban. Menjijing dan memikul beban
tidak pada tempatnya bagi seorang penghulu. Jika ini terjadi
maka akan hilang wibawa penghulu tersebut karena ia
mempunyai anak dan kemenakan yang akan membantunya.
4. Memanjat-manjat. Pantangan bagi seorang penghulu
memanjat pohon apalagi pohon kelapa, wibawanya akan
hilang apabila ini dilakukan. Penghulu sebagai pemimpin
kaum harus menjaga perangai dan perilaku agar tidak
menurunkan wibawanya dihadapan anak dan kemenakan.

9
3 .Keberadaan Seorang
Penghulu di Nagari Magek
Gambar 15 : Penghulu di KAN Magek
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dalam memimpin suku terutama penghulu pucuk atau


penghulu tua, penghulu dibantu oleh empat orang pembantu,
yaitu pamungkek (penongkat), manti (menteri), malin (malim),
dan dubalang (hulubalang) (Navis,2015).
Pertama, Pamungkek (penongkat). Pamungkek (penongkat)
merupakan pembantu utama penghulu. Ia dapat mewakili
penghulu, bila penghulu berhalangan, namun dalam
Kerapatan Nagari ia mewakili selaku pendengar dan boleh
menyampaikan pendapat apabila diminta anggota
kerapatan. Ia juga menjadi calon utama pengganti penghulu
Kedua, Manti (menteri), merupakan pembantu penghulu
dalam bidang pemerintahan nagari. Manti diibaratkan
sebagai seorang menteri.
Ketiga, Malin (malim)
Keempat, Dubalang (hulubalang). Dubalang merupakan
urang bagak (pemberani) yang menjadi salah satu elemen
pada sistem adat dalam sebuah keluarga besar/kaum/klan
di bawah Datuk/Penghulu yang berfungsi sebagai pimpinan
utama dan Imam/Katib yang berfungsi di bidang keagamaan
serta Manti yang membantu Penghulu/Datuk dalam hal
pemerintahan.

10
4. Sebab dilakukan
Batagak Panghulu di
Gambar 16 : Acara Batagak Panghulu
Nagari Magek Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ada beberapa sebab diadakan upacara peresmian atau pengukuh


penghulu baru, yaitu mati batungkek budi (mati bertongkat budi),
iduik bakarilahan (hidup berkerelaan), baju salai bagi duo (baju
sehelai dibagi dua), mangambang nan talipek (mengembang yang
terlipat), gadang manyimpang (besar menyimpang), mangguntiang
siba baju (menggunting sebar baju), manurun ka nan tagantuang
(menurunkan yang tergantung), membangkik batang tarandam
(membangkit batang terendam), baju basasah (baju disasah/dicuci,
rabuak bagantiak (debu dijentik).
Mati batungkek budi (mati bertongkat budi), artinya apabila
seorang penghulu meninggal dunia pada hari itu juga dicarikan
gantinya. Penyelenggaraan penghulu baru itu tidak dilaksanakan
di tanah tasirah (perkuburan). Syarat pengangkatan penghulu
ditanah tasirah ini adalah sepakat kaum dan disetujui oleh
penghulu-penghulu suku dan nagari.
Hiduik bakarilahan (hidup berkerelaan), artinya penghulu yang
akan digantikan mengundurkan diri. Ada beberapa sebab
penghulu mengundurkan diri karena sudah tua sehingga tidak
dapat lagi menjalankan tugasnya, sakit, yang menggantikan.

11
dapat didampingi, dibimbing, dan dibekali dengan ilmu pengetahuan
sehingga kelak bisa mandiri apabila yang digantikan sudah meninggal
dunia, dan agar lebih lancar karena adanya karisma dan kewenangan
penghulu menunjuk pengganti selagi masih hidup.
Membangkik Batang Tarandam artinya pengangkatan penghulu
yang sudah puluhan tahun terendam atau tersimpan. Tersimpannya
gelar penghulu disebabkan oelh pengganti penghulu yang meninggal
tidak ada (belum ada kemenakan laki-laki bertali darah yang ada
hanya kemenakan perempuan). Penggantinya ditunggu lahir
kemenakan laki-laki yang memenuhi syarat menurut adat dan gelar
penghulu terlipat sejak lama karena pihak-pihak yang bersengketa
tidak mau damai dan tidak ada kesepakatan mencari jalan
keluarnya. Kesepakatan muncul setelah ada generasi baru dan
bentuk kesepakatan itu bisa berupa baju salai babagi duo (baju
sehelai dibagi dua) dan kembali kejalur semula

5. Macam Perilaku Buruk


Penghulu di Nagari Magek Gambar 17 : Salam-salaman batagak panghulu
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ada enam macam perangai buruk penghulu di Minangkabau, yaitu:


a) Pertama, Pangulu nan di tanjuang (penghulu yang ditanjung),
artinya penghulu yang diibaratkan tinggal ditanjung sehingga dapat
berenang ke sebelah kanan dan kiri. Situasi ini menggambarkan
seorang penghulu dengan mudah memberi alasan atau dalih apabila
ada orang tidak bisa menemuinya. Hal ini mengiaskan sikap penghulu
yang mengelak dari tanggung jawab.
b) Kedua, Pangulu ayam gadang (penghulu ayam jago), yaitu
penghulu yang diibaratkan seperti ayam jago yang berkokok merdu.
Hal ini mengiaskan sikap penghulu yang pandai berbicara, tetapi tidak
mau bekerja.

12
c) Ketiga, Pengulu balah batuang (penghulu belah bambu),
yaitu penghulu yang sikapnya seperti orang membelah
bambu yang disebelah ditekan dan sebelah ditarik. Hal ini
mengiaskan sikap penghulu yang tidak adil.
d) Keempat, Pengulu katuak-katuak (penghulu ketuk-
ketuk), yaitu penghulu yang sikapnya seperti yang berbunyi
bila diketuk. Hal ini mengiaskan penghulu yang tidak
mempunyai inisiatif.
e) Kelima, pengulu tupai tuo (penghulu tupai tua), yaitu
penghulu yang sikapnya seperti tupai tua. Hal ini mengiaskan
penghulu yang tidak mau berusaha karena takut salah,
seperti orang tidak percaya pada kemampuan dirinya
sendiri.
f) Keenam, pengulu busuak hariang (penghulu busuk
haring), yaitu penghulu yang sikapnya seperti orang yang
bau kencing. Hal ini mengiaskan penghulu yang bertingkah
laku seperti orang yang membawa keresahan kemana-
mana.

Gambar 18 : Penghulu keliling Nagari


Sumber : Dokumentasi Pribadi

13
6. Tanggung Jawab
Pimpinan Adat
Gambar 18 : Datuak Nagari Magek
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dalam masyarakat Minangkabau sejak dahulu sudah


dikenal sosok penghulu atau datuk sebagai pemimpin.
Penghulu dalam masyarakat minangkabau adalah pimpinan
kaumnya dan pemuka adaat dalam Nagari. Jabatan penghulu di
Minangkabau merupakan jabatan turun-menurun kepada
kemenakan yang segaris keturunan dipihak ibu.
Seorang penghulu di Minangkabau berkewajiban untuk
memimpin, memelihara , melindungi kaumnya sehingga anak
kemenakannya merasa aman dan tentram. Seorang datuk
atau penghulu mempunyai martabat yang tinggi dimata anak
kemenakannya dan anak kemenakan kaum lainnya. Martabat
seorang penghulu yang tinggi itu disebabkan oleh sebagaimana
ungkapan adat Minangkabau "Tumbuah dek ditanam, tinggi
dek dianjuang, gadang dek diramba". Artinya kebesaran
seorang penghulu karena dibesarkan oleh kaumnya dan
biasanya auntuk "batagak gala" (mendirikan penghulu
dilakukan berdasarkan proses adat dengan menyembelih
kerbau untuk menyematkan gelar kepada penghulu dan
diberitahukan kepada masyarakat Nagari, sehingga
kemenakan berkewajiban untuk menghormati dan mematuhi
setiap keputusan yang sudah dibuat.

14
7. Sifat & Hukuman bagi

seorang Penghulu Sumber : Magek.home.facebook

Sifat yang harus dimiliki oleh seorang penghulu yaitu :


Benar (Siddiq)
Dapat dipercaya (Amanah)
Cerdas (Fatanah)
Menyampaikan (Tablik)

Hukuman yang diberikan kepada penghulu yang melanggar


larangan-larangan adat pleh peradilan adat diantaranya
berupa :
1. memperbaiki kembali apa yang dilanggar itu disertai
dengan mengadakan perjamuan dengan memotong
ternak berkaki empat seperti kambing, sapi atau kerbau
sesuai dengan ketentuan adat nagari yang berlaku.
2. mengganti penghulu tersebut jika pelanggaran sudah
sangat berat.

15
8. Tugas & Fungsi seorang

Penghulu Sumber : AmcNewsKabupatenAgam

tugas dan fungsi dari penghulu dalam masyarakat adat


Minangkabau diantaranya sebagai berikut.
Mengendalikan sistem pemerintahan menurut kaum adat
yang
Membimbing anak-kemenakan
Mengadakan rapat dibalai adat untuk membicarakan
sekitar persoalan kehidupan masyarakat Minangkabau
Memimpin kaumnya
Menyelesaikan masalah secara adil yang terjadi dalam
kaumnya
Memelihara adat dan melestarikannya dengan cara
mengajarkan kepada kaumnya
Memelihara dan melestarikan harta pusaka untuk
menjamin kesejahteraan kaumnya.

16

B.PROSES PELAKSANAAN BATAGAK


PANGHULU DI KANAGARIAN
MAGEK
1. Proses Pelaksanaan
Batagak Panghulu di
Membangkik Batang Tarandam
Nagari Magek Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ketiga macam Pengangkatan Penghulu ini berbeda-beda


tata cara pelaksanaannya :
1. Membangkit Batang Tarandam
Jika dalam suatu persukuan berniat untuk menagakkan
pusako nan tabanam haruslah diselenggarakan :
Diadakan mufakat yang dihadiri oleh seluruh anggota
kaum yang berdunsaanak dalam satu payung yang
dihadari pula oleh anak tuo pangka tuo dari kaum
tersebut. Dalam mufakat ini diadakan undiko, dimana
diputuskan seorang calon untuk memikul gelar pusako
yang dihajati.
Setelah ada kesepakatan yang menentukan seorang
calon, maka diadakan pertemuan dengan Ninik Mamak
Nan pucuak serta Ninik Mamak Nan Bahindu dalam
persukuan tersebut. Kemudian dikemukakan rencana
kaum untuk membangkit batang terendam dengan
menunjukkan calon mohon direstui
Beberapa hari kemudian diadakan lagi pertemuan
dengan Niniak-Mamak Pucuk dan Ninik-Mamak Nan
Bahindu dengan persukuan yang berdunsanak, yaitu
Koto dengan Piliang, Jambak dengan Melayu sedangkan
persukuan lainnya hanya sendiri-sendiri saja.

18
Setelah pengesahan ini diadakan pula pertemuan dengan
menyembelih seekor kambing yang dihadari oleh Ninik-
Mamak yang Pucuak saja dari tiap-tiap persukuan. Dalam
pertemuan ini diminta persetujuan kepada Niniak Mamak
Nagari (Nan Tujuh Suku) untuk mensahkan calon yang
diunjukan oleh persukuan sekaligus menyetujui hari
perhelatan dan menyembelih kerbau
Setelah pertemuan ini, diadakan pertemuan dengan Ninik-
Mamak Satie Nan Arek Karangan Nan Taguah, kapan dan
dimana perhetelan akan dilaksanakan tanpa menyembelih
kerbau.
Diresmikanlah gelar pusaka itu kepada hadirin serentak
dengan pemberian gelar baru kepada anak kemenakan.
Sesudah itu dipersilahkan Penghulu yang baru dinobatkan,
bersalaman dengan para hadirin yang duduk, mulai dari
atas (tempat duduk Penghulu nan Pucuak), begitu pula
kemenakan yang baru diberi gelar (kaciak banamo, gadang
bagala) kok raso alah bamakan, kok rupo alah baliek, maka
selesailah pengangkatan Penghulu yang dinamakan
"membangkit batang tarandam". Dengan selesainya upacara
perhelatan membangkit batang tarandam ini, diduduak
lamo panek kok tibo, ditagak lamo paniang kok datang,
maka dikemukakanlah persembahan minta diri oleh sialek
kepada silang dan bapangka, karajo nan bapokok

Peresmian Penghulu
Sumber : Covesia.com

19
2. Hidup Bakarilahan

Sumber : Radar Pelambangan

Hidup bakarilahan ini, baru bisa dilaksanakan apabila telah


terjadi bagi seorang Ninik-Mamak yang telah tua dan dalam
hal itu beliau tidak bisa lagi memikul tugas sebagai seorang
Ninik-Mamak, seperti kata orang, bukik nan indak taturuni
lai.
Pertama dicari kata sepakat dalam kaum bahwa akan dilakukan hidup
bakarilahan, yang dipimpin langsung oleh Penghulu yang telah tua itu
dan dicari undiko (yang akan menggantikan)
Keputusan dari mufakat ini disampaikan kepada Ninik-Mamak nan
sapayung dan kepada Ninik-Mamak nan Bahindu serta Ninik-Mamaknan
batujuh dalam persukuan yang bersangkutan yang diikut sertakan
Ninik-Mamak persukuan nan badunsanak.
Kemudian disampaikan lagi keputusan tersebut kepada Ninik-Mamak
Sabuek Arek, sekaligus menyerahkan perhelatan kepada buek arek.
Selanjutnya disampaikan lagi kepada Ninik-Mamak Nagari yang diwakili
oleh Alam Nan Barajo (Wali Nagari) atau ketua Kerapatan Nagari oleh
Alam Nan Barajo (Wali Nagari) atau Ketua Kerapatan Nagari bidang Adat
dengan membawa uang sebanyak Rp.6000
Setelah ada keinginan dari Alam Nan Barajo (Wali Nagari) barulah
pelaksanaan perhelatan ditentukan.
Kepada silang nan bapangka, karajo nan bapokok, diwajibkan
menyediakan sebuah kepala kerbau dengan beras perlengkapan
secukupnya.
Tepat pada hari pelaksanaannya sesudah makan dan minum dilakukan
menyampaikan nan baragak-takana dar silang nan bapangka karajo nan
bapokok dan Silang nan bapangka, karajo nan bapokok menyatakan
pada hadirin bahwa hari ini dilaksanakan hidup bakarilahan.

20
3. Mati Batungkek Padi
Jika seorang Penghulu meninggal dunia dalam suatu
kampung (jorong) dalam lingkungan salah satu dari sidang
yang kelima dalam Nagari Magek, yang mana anak
kemenakan dari yang meninggal, wajib memberitahukan
dengan segera kepada Ninik-Mamak Nan Pucuak serta Ninik-
Mamak Nan Bahindu dalam persukuannya. Ninik-Mamak
Nan Pucuak dan Ninik-Mamak Nan Bahindu, setelah

Mati Batungkek Budi Ambacang Magek


Sumber : Youtube.com

mendapat berita ini harus segera datang dan menyuruh


anak kemenakan mengerjakan yang patut menurut adat
yang bertalian dengan kematian Penghulu itu. Memalu beduk
pada tiap-tiap sidang yang lima dalam Nagari Magek dengan
pukulan sebanyak sepuluh kali secara dua-dua dengan
jumlah dua puluh kali pukul, yang dimulai pada sidang
tempat kematian. Menegakkan marawa kecil dimuka
gerbang masuk pekarangan selama tujuh hari pertanda
kematian seorang Penghulu.
Ninik-Mamak Buek Arek Satie Nan Taguah dalam jorong
tersebut, setelah mendengar bunyi beduk kematian seorang
Penghulu, harus segera datang kerumah dimana jenazah
Penghulu itu dibujur, tanpa diundang atau di sirieh. Dalam
hal mati batungkek budi atas kesepakatan bersama, murai
indak bakicau, rantiang indak badatiak, maka Ninik-Mamak
persukuan menyerahkan kepada Ninik-Mamak Buek Arek
untuk melaksanakannya.

21
2. Makna menyembelih kerbau bagi seorang Penghulu

Menyembelih Kerbau
Sumber : Kumparan.com

Makna membantai kerbau ketika batagak gala


(meresmikan atau mendirikan sebuah gelar penghulu di
Minangkabau) hampir telah kehilangan tujuannya. Upacara
ini sering dianggap sebagai seremonial belaka. Pada akhirnya
ritual adat ini tidak membuahkan hasil yang bermanfaat.
Bak kata pepatah, “minyak habih samba ndaklamak.”
Mengapa? Karena kita kehilangan “bumbu nan sapinjik” atau
hakikat yang sebenarnya. Batagak gala selalu identik dengan
batagak penghulu dalam suatu kaum.Maka setiap kaum
akan melaksanakan acara batagak gala ini baik yang karena
sebab “patah tumbuah, maupun karena hilang baganti dan
gadang balega.” Jika membantai kerbau ini belum
dilaksanakan maka keberadaan seorang penghulu tersebut
sering dianggap belum bisa duduk sama rendah dan tegak
sama tinggi
Makna membantai kerbau adalah seluruh kaum sepakat
mengorbankan sifat “kebinatangan” yang ada pada sifat
masingmasing diri di kaum tersebut. Jadi acara membantai
seekor kerbau bukan berarti sekedar untuk makan enak
layaknya sebuah pesta. Tapi semua penuh arti. Dengan
dikorbankannya seekor kerbau tersebut maka “dipuasakan”
atau menahan kehendak sifat kebinatangan pada masing-
masing diri dalam setiap kaum dengan tujuan berdirinya
sifat penghulu pada tiap tiap diri pada seluruh kaum.

22
BAB III

PENUTUP

BAB III

A. Kesimpulan
Menurut adat Minangkabau, peresmian atau pengangkatan
seorang penghulu tidak dapat dilakukan oleh keluarga yang
bersangkutan saja. Upacara tersebut harus melibatkan KAN
(Kerapatan Adat Nagari). Peresmian haruslah berpedoman dalam
petitih adat Minang yakni Maangkek Rajo sakato alam, Maangkek
Pangulu sakato kaum. Melalui petitih tersebut, upacara adat
Batagak Panghulu harus dihadiri oleh semua pihak bahkan para
pejabat daerah setempat. Untuk mengangkat seorang penghulu
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi menurut adat : 1)
Penghulu haruslah seorang laki-laki. 2) Penghulu haruslah orang
yang baik dan berasal dari keluarga yang baik juga. 3) Telah baligh
(dewasa) dan berakal. 4) Seorang penghulu harus berilmu. 5)
Penghulu harus memiliki sifat adil dan bijaksana.
Selain itu terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam upacara Batagak Panghulu. Harus adanya musyawarah
(Barundiang) yang dilakukan oleh keluarga besar (musyawarah
paruik) dengan anak kemenakan penghulu (musyawarah
sapayuang), dan persukuan dibawah suku nan ampek
(musyawarah suku). Setelah melakukan musyawarah, maka
dilakukan prosesi adat pemasangan saluak yang diangkat oleh
seorang Datuak, pengambilan sumpah (pembai'tan) dan
penasehatan penghulu yang akan diangkat oleh Datuk, setelah itu
dilakukan prosesi berarak untuk memberitahukan kepada
masyarakat bahwa seorang datuk telah diresmikan menjabat

sebagai seorang penghulu.


B. Saran
Agar tradisi Batagak Panghulu di Nagari Magek berjalan
dengan baik, maka perlu mempertahankan cara pelaksanaan
seperti sekarang ini dan dikelola dengan baik, agar penghulu yang
belum dilewakan secepatnya dilewakan. Bagi Nagari lain di
Minangkabau yang masih menerapkan penyembelihan satu ekor
kerbau untuk satu penghulu bisa menjadi contoh pelaksanaan
Batagak Panghulu yang diadakan di Nagari Magek serta
pemerintah diharapkan ikut mendorong pelestarian budaya
tradisi Batagak Panghulu.

24

DAFTAR PUSTAKA

Amir M.S.2011. Adat Minangkabau: Poladan Tujuan Hidup Orang


Minang. Jakarta: Citra Harta Prima.

Attubani, Riwayat. 2012. Adat dan Sejarah Minangkabau. Padang:


Media Explorasi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 106 Tahun
2013 tentang Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Ja-
karta.
Graves, Elizabeth E. 2007. Asal-usl Elit Minangkabau Modern: Re-
spon terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Navis, A. A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti Pers

Penghulu, Idrus Hakimy Dt. Rajo. 1984. Pegangan Penghulu, Bundo


Kanduang, dan Pidato Adat Alua Pasambahan Adat Mina-
ngkabau. Bandung: Remaja Karya.
BIODATA PENULIS

Sarah Alyssa Putri adalah nama penulis buku


paket informasi ini. Lahir pada tanggal 15
Oktober 2000, di Jakarta Timur Kecamatan
Duren Sawit. Penulis merupakan anak ke 2 dari 2
bersaudara. Penulis pertama kali masuk
pendidikan SD Negeri 12 Petang Jakarta Timur,
lalu penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Budi
Mulia Utama Jakarta Timur. Setelah tamat di
SMP Budi Mulia Utama. Penulis melanjutkan SMA
ke SMAN 1 Tilatang Kamang, Kecamatan Tilatang
Kamang. Pada tahun 2019 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Padang
Fakultas Bahasa dan Seni, Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia
dan Daerah dengan Program Studi Informasi, Perpustakaan dan
Kearsipan. Dengan ketekunan dan motivasi yang tinggi untuk terus
belajar dan berusaha, penulis berhasil menyelesaikan pembuatan
produk paket informasi ini dengan tujuan untuk melestarikan
Budaya dan Tradisi Minangkabau. Serta memberikan pengetahuan
kepada masyarakat luas agar tradisi dan budaya tersebut akan
tetap turun-temurun dan terlestarikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-
besarnya atas terselesaikannya produk paket informasi yang
berjudul "Batagak Panghulu di Kanagarian Magek, Kabupaten Agam.

Anda mungkin juga menyukai