Fleksibilitas (kelentukan) sering juga dikenal dengan istilah kelenturan
(suppleness) atau mobilitas sendi (joint mobility). Fleksibilitas menurut American Council on Exercise dalam http://www.acefitness.org/ didefinisikan sebagai ruang gerak suatu sendi atau kelompok sendi tertentu atau tingkat perluasan jaringan yang dimiliki kelompok otot. Menurut Bompa (2006) dalam buku The physiology of training menyebutkan bahwa fleksibilitas merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendi dengan leluasa pada seluruh ruang geraknya. Ini menunjukkan bahwa setiap sendi atau kelompok sendi dalam tubuh memiliki tingkat ruang gerak yang berbeda atau kelentukan yang berbeda. De Vries dalam Fox, dkk (1988) membagi fleksibilitas atas fleksibilitas statik dan fleksibilitas dinamis. Fleksibilitas statik adalah ruang gerak pada suatu sendi, sedang fleksibilitas dinamis adalah perlawanan/tahanan dari suatu sendi terhadap gerakan, dengan kata lain kekuatan yang melawan gerakan melebihi ruang gerak dibanding ruang gerak itu sendiri. Fleksibiltas juga dapat dideskripsikan sebagai kemampuan suatu sendi dan otot disekitarnya untuk bergerak pada ruang gerak tertentu dengan mudah dan tanpa rasa nyeri. Thomas Kurz (2003) dalam buku Stretching scientifically: a guide to flexibility training membagi fleksibiltas atas enam jenis, yaitu (1) fleksibilitas dinamis aktif (2) fleksibilitas dinamis pasif di bawah ambang nyeri (3) fleksibilitas dinamis pasif di atas ambang nyeri sampai toleransi nyeri (4) fleksibilitas statis aktif (5) fleksibilitas statis pasif di bawah ambang nyeri (6) fleksibitas statis pasif sampai pada toleransi nyeri. Secara praktis dari 6 jenis ini biasanya dikelompokkan dalam 3 jenis yang dikembangkan, yakni dinamis-aktif, statis-aktif, dan statis- pasif. Fleksibiltas dinamis-aktif adalah kemampuan untuk melakukan berbagai gerakan dinamis secara optimal dalam ruang gerak suatu sendi. Fleksibilitas statis-aktif adalah kemampuan untuk menyangga dan mempertahankan posisi yang luas hanya menggunakan tegangan agonis dan sinergis sementara antagonisnya diregang. Fleksibilitas statis-pasif adalah kemampuan untuk menyangga dan mempertahankan posisi yang luas dengan menggunakan berat badan (split) atau menggunakan kekuatan yang tidak datang dari anggota tubuh yang diregang seperti mengangkat dan menahan tungkai dengan lengan.
(a) (b) (c)
Gambar 1. (a) contoh gerakan dinamis-aktif
(b) contoh gerakan statis-aktif ( c) contoh gerakan statis-pasif Ada beberapa faktor yang mempengaruhi fleksibilitas seperti struktur tulang, otot, ligamen dan struktur lainnya yang berhubungan dengan kapsul sendi, tendon dan jaringan ikat lainnya, serta kulit. Dari sini dapat dilihat bahwa fleksibilitas dapat mempengaruhi komponen biomotor lainnya terutama dalam proses perlatihannya. Fleksibilitas tidak hanya mempengaruhi kemampuan fisik, akan tetapi juga berpengaruh pada latihan teknik. Efektivitas dan efisiensi gerakan teknik dapat dipengaruhi oleh kemampuan fleksibilitas. Atlet yang memiliki kemampuan fleksibilitas yang baik akan dapat bergerak secara lebih efisien dan dapat mengurangi bahkan menghindari resiko cidera baik pada waktu latihan maupun selama pertandingan. Hal ini ditunjang oleh prinsip pelatihan fleksibilitas (Frank S. Pyke: 1991) dalam buku Better coaching: advance coach manual yang diklasifikasikan dalam gerakan angular, yaitu fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi. Berdasarkan beberapa pendapat para pakar, fleksibiltas dapat dikembangkan melalui pelatihan (metode) peregangan (stretching). Dalam buku The physiological basis of physical education and athletics (Fox, dkk:1988) menyebutkan metode pelatihan peregangan terdiri dari peregangan statis, dinamis (balistik), dan kontaks-relaks (PNF). Sementara Thomas Kurz (2003) menyebutkan bahwa peregangan dapat dilakukan dengan cara peregangan dinamis, peregangan statis-aktif, dan untuk fleksibilitas statis- pasif dapat dilakukan dengan peregangan relaks dan peregangan isometrik. Peregangan statis melibatkan peregangan tanpa gerakan yang diayun-ayun kemudian dilanjutkan dengan menahan pada posisi akhir peregangan dalam waktu tertentu. Adapun peregangan dinamis (balistik) melibatkan gerakan aktif (diayun-ayun) sehingga pada akhir peregangan tidak ada gerakan menahan peregangan. Sedang peregangan kontraks-relaks (PNF = proprioceptive neuromuscular facilitation) melibatkan peregangan dengan gerakan terbatas, yakni melakukan kontraksi statis melawan tahanan untuk beberapa detik kemudian relaksasi dan dilanjutkan peregangan lagi. Direkomendasikan untuk menggunakan peregangan statis dengan pertimbangan bahwa peregangan statis lebih kecil resiko kerusakan jaringan, hanya sedikit memerlukan energi, dan mencegah kekakuan otot. Namun demikian, metode terbaik untuk mengembangkan dan memperbaiki kemampuan fleksibilitas adalah dengan cara peregangan kontaks-relaks. Latihan peregangan dapat dilakukan dengan frekuensi 2 sampai 5 hari per minggu, selama 15 sampai 60 menit setiap harinya. Contoh pengembangan latihan fleksibilitas untuk beberapa cabang olahraga seperti berikut: 1. Atlet senam menggunakan metode latihan peregangan dinamis, statis- aktif, relaks 2. Atlet cabang olahraga karate, taekwondo (kombat) menggunakan metode latihan peregangan dinamis, isometrik, dan relaks 3. Atlet renang dan atletik menggunakan metode latihan peregangan dinamis, isometrik, dan relaks 4. Atlet gulat, judo dan sejenisnya dapat menggunakan metode latihan peregangan isometrik, relaks, dan dinamis. Mengingat peran pentingnya fleksibilitas dalam kinerja atlet, maka dalam program tahunan (periodisasi), fleksibilitas diberikan mulai fase persiapan, kompetisi, dan transisi. Oleh karena itu, fleksibilitas hendaknya dilakukan dalam setiap kali perlatihan (sesi latihan). Fleksibilitas dapat dilakukan pada waktu pemanasan, inti, dan pendinginan baik dalam proses perlatihan maupun kompetisi.