PADA CIDERA
SARAF
KELOMPOK 8 - DIV B
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2022
Disusun Oleh :
A. Materi
Pembelajaran 1
Definisi Sistem Saraf
Persarafan Pada Lengan dan Tangan
Mekanisme Cedera Saraf
Klasifikasi Cedera Saraf
Respon Saraf Terhadap Injury
Assessment Terkait Cedera Saraf
B. Materi
Pembelajaran 2
Plexus Brachialis :
1. Saraf Radialis
2. Saraf Medianus
3. Saraf Ulnaris
C. Materi
Pembelajaran 3
1. Saraf Aksila
2. Muskulokutaneus
3. Median
4. Radial
5. Ulnaris
Mekanisme Sistem Saraf
1. Neuropraksia
Merupakan lesi saraf yang paling ringan, terjadi karena
demielinasi fokal dengan akson yang masih utuh sehingga
tidak terjadi degenerasi wallerian. Ini adalah jenis jejas yang
paling ringan, dengan tingkat kesembuhan sempurna. Pada
kasus ini struktur dari jaringan saraf tetap utuh, namun terjadi
gangguan dalam konduksi impuls ke serat-serat saraf. Hal ini
lebih sering terjadi pada kondisi kompresi atau adanya
hambatan pada asupan aliran darah (iskemik). Hilangnya
fungsi akan kembali normal dalam beberapa jam sampai
beberapa bulan (rata-rata adalah 6-8 minggu). Untuk alasan
yang tidak diketahui, serat motorik lebih rentan terhadap jenis
cedera ini daripada serat sensorik atau simpatik. Kerentanan
modalitas secara berurutan adalah: motorik, proprioseptif,
sentuhan, sensasi suhu, sensasi nyeri, dan fungsi simpatik.
Klasifikasi Cedera Saraf
2. Aksonotmesis
Terjadi akibat adanya trauma yang lebih berat atau kompresi
saraf, lesi yang mengenai selubung mielin dan akson. Ini
adalah jejas pada jaringan saraf dengan tingkat keparahan
lebih tinggi, ditemukannya kerusakan pada neuronal axon,
tapi selubung myelin tetap utuh. Kerusakan saraf seperti ini
dapat menyebabkan paralisis pada saraf motorik, sensorik
dan autonom. Jenis ini lebih sering ditemukan pada crush
injury. Jika gaya yang menyebabkan kerusakan pada saraf
tersebut diangkat pada waktu yang tepat, axon akan
melakukan regenerasi, yang akan berlanjut pada
penyembuhan. Secara elektris, saraf menunjukkan degenerasi
yang cepat dan komplit. Regenerasi dari motor end plate
akan terjadi selama tubulus endoneural tetap intak.
3. Neurotmesis
Neurotmesis merupakan cedera saraf yang paling berat yang
akan mengenai meilin, akson dan lapisan penyangga.
Terjadinya kerusakan endoneural tube sehingga pada
regenerasi akson re-inervasi sensorik dan motorik tidak sesuai
dengan target aslinya. Tingkatan ini merupakan yang paling
parah dari cedera saraf yang melibatkan hilangnya
kontinuitas badan sel saraf. Saraf yang putus mungkin tetap
terpisah, atau mungkin bergabung dengan jaringan parut
yang terdiri dari fibroblast, sel Schwann, dan regenerasi
akson.
Sunderland telah memperluas klasifikasi ini untuk
membedakan tingkat kerusakan pada jaringan ikat.
Dalam skema klasifikasinya, grade I dan V berhubungan
dengan Neuroproxia dan Neurotmesis. Namun, pada
grade II-IV adalah segala bentuk Axonotmesis dengan
meningkatnya jumlah kerusakan jaringan ikat. Pada
grade II kerusakan akson diamati tanpa adanya
kerusakan pada jaringan ikat. Grade III melibatkan
kerusakan pada endoneurium dan grade IV meliputi
kerusakan perineurium. Kemudian sebuah lesi grade VI
diperkenalkan oleh McKennon dan Dellon untuk
menunjukan kombinasi cedera grade III-V di sepanjang
saraf yang rusak.
Menurut Sunderland (1951), cedera saraf secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi lima derajat,
yaitu: (1) Cedera derajat pertama disebut juga
neurapaxia, (2) Cedera derajat kedua disebut juga
axonotmesis, (3) Cedera derajat tiga melibatkan
kerusakan myelin, akson, dan endoneurim. Semakin
besar kerusakan saraf, maka penyembuhan yang
terjadi akan semakin lama, (4) Cedera derajat empat
melibatkan kerusakan myelin, akson, endoneurium,
dan perineurium. Cedera ini bersifat permanen dan
penyembuhan secara spontan sangat jarang, dan (5)
Cedera derajat lima disebut juga neurotmesis, yaitu
saraf yang terpotong atau terputus.
Respon Saraf Terhadap Injury
Degenerasi Wallerian
Tinel Test
s s e s m e n t
A
Phalen's Test
Froment Test
s s e s m e n t
A
Jeane's Sign
B. Materi Pembelajaran 2
PLEXUS BRACHIALIS
Plexus brachialis C5-C8 dan T1. Ada perbedaan antara bagian yang
terletak di atas clavicula (pars supraclavicularis) dan bagian yang terletak
di bawawh clavicula (pars infraclavicularis). Rami anterior dari nervus
spinalis berjalan di antara celah yang terdapat di musculus scalenus
menuju trigonum cervicalis posterior, rami anterior akan membentuk tiga
truncus primer di atas clavicula, yaitu : truncus superior, truncus medialis,
dan trancus inferior. Saraf-saraf ini membentuk pars supraclavicularis
(Kahle and Frotscher, 2003). Plexus brachialis terbagi menjadi 5 bagian,
yaitu :
Radix atau roots
Truncus atau trunks
Divisi
Cord atau Fassiculus
n. Terminalis
Dari lima bagian di atas, pada bagian akhir dari plexus brachialis disebut
dengan saraf terminal / n. terminalis, dari sana akan keluar beberapa
saraf. Fasiculus posterior atau posterior cord akan keluar saraf axilaris
dan saraf radialis. Dari Fasiculus lateralis atau lateral cord akan keluar
saraf musculocuneus. Dan dari fassiculus medial atau medial cord akan
keluar saraf ulnaris dan saraf cutaneus.
1. Saraf Radialis
a. Definisi
Manifestasi Klinis
Sindrom Warternbeg
Gambaran Splint
c. Letak Lesi
PRONATOR SYNDROME
Pronator syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh terjepitnya
saraf median di siku. Saraf median adalah salah satu dari tiga saraf yang
memasok fungsi sensorik dan motorik ke ekstremitas atas. Pada Pronator
Syndrome, kompresi saraf terjadi di siku. Jebakan dan kompresi saraf median
terjadi akibat pembengkakan dan pembengkakan struktur yang mengelilingi saraf
median saat melewati siku. Faktor risiko terjadinya Pronator Syndrome antara lain
hipotiroidisme, diabetes, dan aktivitas yang membutuhkan pronasi lengan bawah,
yaitu tindakan memutar lengan bawah dari posisi telapak tangan ke atas ke
posisi telapak tangan ke bawah seperti makan dan minum. Untuk mendiagnosia
kondisi ini bisa dilakukan compression test, forearm resisted pronation test, dan
middle finger flexor superficialis test
Aplikasi Splint pada Lesi Saraf Medianus
B. Ape Hand
C. Pronator Syndrome
3. Saraf Ulnaris
PROBLEM OT
Penderita Cubital tunnel Syndrom akan mengalami
problem pada aktivitas ADL, Work dan Leisure yang
melibatkan gerakan fleksi, ekstensi siku, mcp jari 4 dan
5. Misal pada aktifitas mengetik, merias diri, menjemur
DEFORMITAS PADA SARAF ULNARIS
2. Claw Hand
PROBLEM OT
Penderita Claw Hand akan
mengalami problem pada aktivitas
IADL dan ADL yang melibatkan
gerakan menggenggam misal
pada aktifitas makan makan,
minum, sikat gigi, berkendara, dan Contoh alat bantu
lain-lain untuk pasien
Tes khusus yang dapat digunakan untuk pemeriksaan
kelumpuhan saraf ulnaris, diantaranya :
FROMENT TEST
JEANNE SIGN
WASTENBERG SIGN
C. MATERI PEMBELAJARAN 3
EVALUASI PEMERIKSAAN
CEDERA SARAF
Fase Akut
Awal post injury dan post surgery : dilakukan
imobilisasi/splinting yang bertujuan untuk
meminimalkan tension pada area yang mulai
membaik serta melindungi saraf dari kerusakan.
Selama imobilisasi terapis melakukan monitoring
pada sendi yang tidak digerakkan dan exercise
untuk mempertahankan LGS.
PEMERIKSAAN
- Sensibilitas/sensori
- Pemeriksaan fungsional
- Pemeriksaan KO, LGS, ROM
EVALUASI PEMERIKSAAN
CEDERA SARAF
Fase Recovery
Motor retraining: Sebaiknya dimulai sedini
mungkin bila otot sudah diinervasi kembali dan
sebelum reinervasi terjadi dengan latihan:
a. Passive range of
motion (PROM):
b. Hindari Kelelahan
Sensory Reeducation:
Kombinasi Teknik yang membantu
pasien dengan impairmen sensori
belajar untuk reinterpretasi
sensasi (Dellon, 1997)
K E R A N G K A A C U A N