Anda di halaman 1dari 83

Prajurit-Prajurit CINTA |1

Prajurit-Prajurit CINTA |2

NAMBYA SOHIBA
(Penulis Buku “Keajaiban Terima Kasih”)

Prajurit-Prajurit

CINTA
Kisah-kisah Inspiratif
Para Pejuang Kesejatian Cinta

“Pada jalan cinta, kita ini bukan pakar,


bukan juga pemilik kehidupan kita.
Kita hanya sebuah kuas dalam
genggaman Master Pelukis”
[ JALALUDDIN RUMI ]
Prajurit-Prajurit CINTA |3

Prajurit-Prajurit

CINTA
Cetakan E-Book, Juli 2018
Diterbitkan oleh : AZMA PUSTAKA
Copyright BK-987-QS.KA-405-QS

PENULIS :
Alfaqir, Nanang Abdulmalik
(Nambya Sohiba)
FB : Nanang Abdulmalik

SETTING dan LAYOUT :


Saung Padi Art

COVER :
Dankcore Art

BUKU INI ADALAH WAKAF


Untuk Mengenang Wafatnya Ibunda Penulis :
Hj.Hamidah, S.Ag – Sang Prajurit Cinta

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG


(UU RI Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta)
Prajurit-Prajurit CINTA |4

DAFTAR ISI

Daftar Isi ……………………………………………………... 4


Pengantar ……………………………………………………... 5

Prajurit Cinta #1: .................................. 8


Prajurit Cinta #2: .................................. 13
Prajurit Cinta #3: .................................. 20
Prajurit Cinta #4: .................................. 22
Prajurit Cinta #5: .................................. 26
Prajurit Cinta #6: .................................. 32
Prajurit Cinta #7: .................................. 36
Prajurit Cinta #8: .................................. 39
Prajurit Cinta #9: .................................. 42
Prajurit Cinta #10: .................................. 46
Prajurit Cinta #11: .................................. 50
Prajurit Cinta #12: .................................. 57
Prajurit Cinta #13: .................................. 60
Prajurit Cinta #14: .................................. 65
Prajurit Cinta #15: .................................. 70
Prajurit Cinta #16: .................................. 72
Prajurit Cinta #17: .................................. 75
Prajurit Cinta #18: .................................. 79
Prajurit Cinta #19: .................................. 81

Daftar Pustaka …..………………………………………... 83


Prajurit-Prajurit CINTA |5

PENGANTAR
Segala Puji milik Alloh Azza Wa Jalla. Yang mengajari
manusia dengan perantara Qalam. Sholawat dan salam
semoga selalu tercurah, kepada Sang Uswah Hasanah,
Nabi Muhammad Shollalohu „alaihi Wasallam. Beserta
para keluarganya, sahabatnya, dan umatnya, yang
kukuh dalam sunnah beliau hingga akhir zaman. Amin.

Pembaca yang budiman, sungguh sebuah kebahagiaan


buku ini dapat hadir dihadapan Anda. Karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pembaca sekalian. Karena telah memilih buku ini menjadi
salahsatu bahan bacaan.
Buku ini berjudul PRAJURIT-PRAJURIT CINTA. Sebuah
buku yang disusun untuk berbagi inspirasi tentang hakikat
kesejatian cinta. Buku ini terdiri dari 19 (Sembilan belas)
bagian. Dan pada tiap bagiannya, dibahas tentang kisah-
kisah nyata ketulusan cinta, yang menjadi jembatan bagi
kebaikan dan kebahagiaan. Semoga melalui pembahasan
yang ada didalam buku ini, dapat menginspirasi kita
tentang keindahan dan kesejatian cinta bagi hidup dan
kehidupan. Amin.
Selanjutnya, sebagai bentuk rasa syukur, penulis pun
menghaturkan Hatursembah Nuhun yang tidak terhingga
kepada ALLOH AZZA WA JALLA, atas terselesaikannya
buku ini. Tidak lupa ucapan terima kasih yang setulusnya
penulis sampaikan pula kepada semua pihak yang telah
menyokong penyelesaian buku ini. Terutama kepada :
Prajurit-Prajurit CINTA |6

 Syaikh Mursyidku : Asy-Syaikh Muhammad Abdul Gaos


Saefulloh Maslul Al-Quthb Qs, yang selalu membimbing
penulis untuk terus beristiqomah didalam visi “ILAHI
ANTA MAQSHUDY WA RIDHOKA MATHLUBY A’TINY
MAHABBATAKA WA MA’RIFATAK”.
 Orangtuaku terkasih : K.H. Yayat Soleh Hidayat dan Hj.
Hamidah, S.Ag serta Bapak Mahmud Suwandana dan
Ibu Tini Tresna Budiarti, yang selalu mendoakan penulis
dan keluarga agar selalu ada dalam kebaikan dan
kebahagiaan dunia-akhirat.
 Keluargaku tercinta : Bidadari hatiku Sarah Nur Azizah
beserta buah cinta kami Abdul Qohar Syawal dan Abu
Abbas Almursi.
 Orang-orang terdekatku, A‟Asep Saepudin Zuhri, S.Pd
A‟Dikdik Muh.Sidik Nugraha, SP, dan Cucu Leny N, S.Pd
beserta keluarga kami semuanya.
 Semua guru dan pembimbingku. Khususnya kepada :
Ust.Drs.Ramli A.Rahman, M.Pd, K.H.Ali Asyiq Masruuri,
K.H.Nurdin Nuur Arifin, K.H.Slamet Azis Zein, serta
Ust.Abdul Jamil Al-Birbisy, yang telah menularkan
khazanah ilmunya kepada penulis.
 Semua yang ikut berjasa dalam tercapainya penerbitan
buku ini. Bilkhusus A‟Dankcore SM38 dan A‟Haji Dudy
AS Al-Fatah Jasning.
 Semua rekan, karib, kerabat, dan sahabatku sejak kecil
hingga saat ini. Khususnya pada My Brother Wandy Abi
Azka, Mas Widyo Mangkoto al-Jambarosy, Bang Quary
Iskandar, Ajengan Aep Saepudin, Kyai Dr.Faizal Fazrie,
Mang Ibing (Ust.Heri Sambas), H.Asep Permana, Herlan
Maulana (A‟Eey), Ust.Azay (Abdurohman Sholehudin),
Ust.Maman, Ust.Ade Niti, A‟Haji Arif Jeder 38, Ki
Umbul Jati, A‟Aska Sukandar, Ust.Juandi, Kang Sutia,
A‟Jajang, A‟Agus Garda PKJ38, Mas Agus Sukarasa, Teh
Prajurit-Prajurit CINTA |7

Novie, Pak Ayi Witona, Tim JKT45 Cisarua, A‟Ade FA


Bandung, para ikhwan FA Bandung, Paska dan Yonif 312
Kala Hitam Subang, serta serta seluruh Ikhwan/Akhwat
TQN Suryalaya dimanapun adanya, yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.

Semoga Alloh Ta‟ala memberikan balasan dan pahala


yang terbaik dan terindah kepada semuanya. Baik yang
disebutkan namanya maupun yang tidak. Amin Ya Alloh
Ya Robbal „Alamin.
Terakhir, penulis menghaturkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kesalahan
yang terdapat di dalam buku ini. Setiap saran dan
masukan, adalah hadiah yang sangat berharga bagi
perbaikan buku ini di kemudian hari.

Bandung, Agustus 2015

Nambya Sohiba
Prajurit-Prajurit CINTA |8

Prajurit Cinta #1:


Pejuang Ketegaran

Syahdan, di satu tempat menikah seorang lelaki dan


perempuan. Seiring waktu berjalan, pernikahan mereka
telah beranjak empat tahun, namun pasangan suami istri
itu belum juga dikaruniai seorang anak.
Mulailah kanan kiri berbisik-bisik, “kok belum punya
anak juga ya, masalahnya itu di siapa ya? Suaminya atau
istrinya?”. Rumor sedikit demi sedikit merebak. Dan dari
berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.
Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi
ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan
pemeriksaaan.
Hasil lab menyatakan bahwa sang istri adalah
seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak
ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang
istri untuk sembuh dalam arti tidak peluang baginya
untuk hamil dan mempunyai anak.
Melihat hasil seperti itu, sang suami mengucapkan:
inna lillahi wa inna ilaihi raji‟un, lalu disambungnya
dengan ucapan : Alhamdulillah.
Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter
dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak
memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri
menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari
kaum laki-laki.
Prajurit-Prajurit CINTA |9

Sang suami berkata kepada sang dokter : “Saya


akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan
tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya
bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak
ada masalah apa-apa”.
Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-
heran. Akan tetapi sang suami terus memaksa sang
dokter. Akhirnya sang dokter setuju untuk mengatakan
kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya
keturunan ada pada diri sang suami dan bukan ada pada
sang istri.
Sang suami memanggil sang istri yang telah lama
menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan
kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang
dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu
membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata :
“Oh, kamu –wahai fulan- yang mandul, sementara istrimu
tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk
bisa sembuh”.
Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami
berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji‟un, dan terlihat
pada raut wajahnya wajah seseorang yang menyerah
kepada qadha dan qadar Alloh Ta‟ala.
Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya,
dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita
tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan
sanak saudara.
Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan
sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 10

detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri


berkata kepada suaminya: “Wahai fulan, saya telah
bersabar selama sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan
untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan
selama ini semua orang berkata betapa baik dan shalihah-
nya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya
selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari
suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan. Namun,
sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya
ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya
bisa menikah lagi dan mempunyai keturunan, sehingga
saya mempunyai anak, menimangnya dan mengasuhnya.
Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang
suami berkata: “istriku, ini cobaan dari Alloh, kita mesti
bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”.
Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah
di hadapannya.
Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan
kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun,
tidak lebih”. Sang suami setuju, dan dalam dirinya,
dipenuhi harapan besar, semoga Alloh memberi jalan
keluar yang terbaik bagi keduanya.
Beberapa hari kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh
sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri
mengalami gagal ginjal. Mendengar keterangan tersebut,
jatuhlah psikologis sang istri dan mulailah memuncak
emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-
gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan
jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 11

tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya


anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan
… saya kan …”. Sang istri terus mengeluh ditengah
perawatan bed rest di rumah sakit.
Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata:
“Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap
semoga engkau baik-baik saja”. “Haah, pergi?”. Kata sang
istri. “Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian
mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.
Sehari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke
tempat pembaringan sang istri. Maka disepakatilah bahwa
besok akan dilakukan operasi transplantasi ginjal dari
sang donatur.
Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia
berkata dalam dirinya: “Suami macam apa dia itu,
istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku
terkapar dalam ruang bedah operasi”.
Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu
pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya
tanda-tanda orang yang kelelahan.
Ketahuilah bahwa sang donatur itu bukanlah orang
lain, melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah
menghibahkan sebelah ginjalnya demi sang istri! Sang
suami, dengan kecintaannya yang tulus pada istrinya, ia
merelakan dirinya sebagai tebusan, dengan tanpa
sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain
hanya dokter yang dipesannya agar menutup rapat
rahasia tersebut.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 12

Dan Subhanalloh, setelah sembilan (9) bulan dari


operasi itu, sang istri pun dianugerahi rezeki melahirkan
anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga
besar dan para tetangga.
Suasana rumah tangga kembali normal, dan sang
suami telah menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di sebuah
fakultas syari‟ah dan telah bekerja sebagai seorang
panitera di sebuah pengadilan di Jeddah. Ia pun telah
menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an dan mendapatkan sanad
dengan riwayat Hafs, dari „Ashim.
Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh,
dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja,
buku harian yang selama ini ia sembunyikan. Dan tanpa
sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut,
membuka-bukanya dan membacanya.
Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan
rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis
meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon
suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali
mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami
hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan
menangis pula.
Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan,
sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada
keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya,
tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 13

Prajurit Cinta #2:


Pejuang Kesabaran

Kisah Nyata tentang Kesabaran Seorang Ibu Terhadap


Anaknya - Prof.DR.Khalid Aljubair, Penasehat Spesialis
Bedah Jantung dan Koroner di rumah sakit al-Malik Khalid
di Riyadh mengisahkan sebuah kisah pada sebuah seminar
dengan tajuk Asbab Manshiyah (Sebab-sebab yang
terlupakan). Mari sejenak kita merenung bersama, karena
dalam kisah tersebut ada nasihat dan pelajaran yang
sangat berharga bagi kita. Sang dokter berkata:
Pada suatu hari –hari selasa- aku melakukan operasi
pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu,
anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar
dan sehat. Pada hari kamis pukul 11.15 –aku tidak
melupakan waktu ini karena pentingnya kejadian
tersebut- tiba-tiba salah seorang perawat mengabariku
bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti
bekerja. Maka akupun pergi dengan cepat kepada anak
tersebut, kemudian aku melakukan proses kejut jantung
yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya
tidak berfungsi, namun setelah itu Alloh menentukan agar
jantungnya kembali berfungsi.
Kamipun memuji Alloh Ta‟ala. Kemudian aku pergi
untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya,
sebagaimana anda ketahui betapa sulit mengabarkan
keadaan kepada keluarganya jika ternyata keadaannya
buruk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 14

seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan.


Akupun bertanya tentang ayah si anak, tapi aku tidak
mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku
katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung
putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang
ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui
penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.” Coba tebak,
kira-kira apa jawaban ibu tersebut? Apakah dia berteriak?
Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah
penyebabnya!” Dia tidak berbicara apapun dari semua itu
bahkan dia berkata: “Alhamdulillah” Kemudian dia
meninggalkanku dan pergi.
Sepuluh hari berlalu, mulailah sang anak bergerak-
gerak. Kamipun memuji Alloh serta menyampaikan kabar
gembira sebuah kebaikan yaitu bahwa keadaan otaknya
telah berfungsi. Pada hari ke-12, jantungnya kembali
berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut.
Kami pun melakukan proses kejut jantung selama 45
menit, dan jantungnya tidak bergerak. Dan akupun
mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada
harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, Ya
Alloh… jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka
sembuhkanlah dia wahai Robb”. Maka dengan memuji
Alloh, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah
itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan
ketentuan Alloh, spesialis THT berhasil menghentikan
pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi.
Berlalulah sekarang 3,5 bulan, dan anak tersebut
dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 15

kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pem-


bengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang
aku belum pernah melihat yang semisalnya. Maka kami
katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan
meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung
yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat
dengan adanya semacam pembengkakan dikepalanya.
Maka sang ibu berkata: “Alhamdulillah”. Kemudian ia
meninggalkanku dan pergi.
Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah
keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat
syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak.
Tiga minggu kemudian, dengan karunia Alloh Ta‟ala , dia
tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi
dia belum bergerak.
Dua minggu kemudian darahnya terkena racun aneh
yang menjadikan suhunya 41,2⁰C, maka kukatakan
kepada sang ibu: “Sesungguhnya otak putra ibu berada
dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan
sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan
keyakinan: “Alhamdulillah, Ya Alloh ya Robb, jika dalam
kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia
wahai Robb!”. Setelah aku kabarkan kepada ibu anak
tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas
ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring
di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba-tiba ibu
pasien no.6 tersebut menangis histeris seraya berkata:
“Wahai dokter, kemarilah! Wahai dokter, suhu badannya
37,6⁰C, dia akan mati, dia akan mati.” Maka kukatakan
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 16

kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang


terbaring di ranjang nomor 5, suhu badannya 41⁰C lebih
tetapi ia bersabar dan memuji Alloh .” Ibu pasien no.6 itu
menjawab, “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar!”
Maka aku mengingat sebuah hadits Rosululloh Shollalohu
Alaihi Wa Sallam yang indah lagi agung: “Fathuba lil
Ghuraba (Beruntunglah orang-orang yang asing)”.
Sebuah kalimat yang terdiri dari 2 kata, akan tetapi
keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun
bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam
hidupku orang sabar seperti ibu pasien No.5 ini kecuali
hanya dua orang saja.
Selang beberapa waktu setelah itu anak tersebut
mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang
ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat”
Maka dia menjawab lagi dengan sabar dan bertawakkal
kepada Alloh, “Alhamdulillah!” seraya meninggalkanku
seperti biasa dan pergi.
Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan
keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari
keracunan. Kemudian saat memasuki pada bulan kelima,
dia terserang penyakit aneh yang aku belum pernah
melihatnya seumur hidupku, radang ganas pada selaput
pembungkus jantung di sekitar dada yang mencangkup
tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya.
Dimana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya
dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan
terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan
melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 17

Saat kondisi anak tersebut sampai pada tingkatan ini


aku berkata kepada sang ibu : “Sudah yang ini rasanya tak
mungkin bisa disembuhkan lagi. Keadaanya semakin
gawat”. Tetapi dia dia tetap berkata “Alhamdulillah”
sebagaimana kebiasaannya saat aku memberitahu akan
keadaan anaknya.
Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar
dari ruang operasi dalam keadaan tidak bisa berbicara,
melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara
dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi
anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan
anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat
bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan
mengharap pahala.
Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu?
Sebelum kukabarkan kepada anda, Apakah anda kira dari
keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala
macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa
penyakit yang aneh dan kompleks? Menurut anda kira-kira
apa yang dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap
sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur
itu? Kondisi yang dia tidak punya kuasa apa-apa kecuali
hanya berdoa dan merendahkan diri kepada Alloh?
Tahukah anda apa yang tejadi pada anak yang
mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut
di hadapan anda 2,5 bulan kemudian? Kini anak tersebut
telah sembuh sempurna dengan rahmat Alloh Ta’ala
sebagai balasan bagi sang ibu yang shalihah tersebut.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 18

Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat


menyalip ibunya dengan kedua kakinya seakan-akan tidak
ada sesuatu apapun yang pernah menimpanya. Dia telah
kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan
sehat wal‟afiat.
Kisah ini tidaklah berhenti sampai disini, apa yang
membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku
menangis adalah apa yang terjadi kemudian:
Satu setengah tahun setelah anak tersebut keluar
dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi
mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki
beserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda.
Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia
menjawab: “Tidak mengenal mereka.” Akupun pergi
untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan
ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5
tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan
tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka
seorang bayi berumur 4 bulan.
Aku menyambut mereka dan bertanya kepada sang
ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong
oleh ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun
melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia
berkata: “Ini adalah anak yang kedua, sedang anak
pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah
anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun
mandul. Setelah kami diberi rezeki dengannya, dia
tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui
sendiri”.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 19

Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku


penuh dengan airmata. Tanpa sadar aku menyeret laki-
laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan
ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya.
Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu
bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang
baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya
bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan
keimanan terhadap Alloh Tabaraka wa Ta‟ala.”
Tahukah anda apa yang dia katakan? Diamlah
bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada
anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda
bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita
muslimah yang seperti dia. Sang suami berkata: “Aku
menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak masa
itu dia tidak pernah meninggalkan shalat malam kecuali
dengan udzur syari. Aku tidak pernah menyaksikannya
berghibah (menggunjing/gosip), namimah (adu domba),
tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku
pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku,
mendoakanku, menyambutku, serta melakukan tugas-
tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab,
akhlak dan kasih sayang. Wahai dokter, dengan segenap
akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku
tidak mampu membuka satu mataku terhadapnya karena
malu”.
Setelah itu kukatakan kepadanya: “Siapapun suami
yang memiliki istri berhati mulia sepertinya, pasti akan
berlaku seperti itu”. Subhanalloh [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 20

Prajurit Cinta #3:


Pejuang Pengertian

Alkisah, ada sepasang suami isteri, dimana sang


isteri merupakan wanita yang sangat amat cantik tanpa
cacat sedikit pun. Si suami begitu sangat mencintainya,
begitu pun juga isterinya.
Pada suatu hari, di tempat mereka tinggal sedang
marak tersebar penyakit kulit yang akibatnya merusak
keindahan kulit dan sang isteri merasa dirinya tertular.
Wajahnya pun mulai hancur digerogori oleh penyakit itu.
Ketika itu sang suami sedang berada diluar dan belum
mengetahui bahwa isterinya terserang penyakit tersebut.
Dalam perjalanan pulang, sang suami mengalami
kecelakaan yang akibatnya suaminya menjadi buta.
Dari hari ke hari…
Sang isteri yang pada mulanya bidadari berubah
menjadi wanita yang amat jelek dan menyeramkan
namun sang suami tidak dapat melihat dan kehidupan
mereka pun berjalan seperti biasa, penuh kasih sayang
dan cinta awal mereka menikah.
Berjalan 40 tahun, sang isteri meninggal, sang suami
sangat bersedih dan merasa kehilangan sekali.
Setelah pemakaman, sang suami merupakan orang
terakhir yang keluar dari pemakaman sang isteri.
Ketika berjalan, datanglah seorang menyapa, “Pak,
bapak mau kemana?”
Jawab sang suami,”Saya mau pulang”
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 21

Mendengar jawaban tersebut, orang itu bersedih


dengan keadaan sang suami yang buta dan hidup sendiri.
Lalu orang tersebut berkata,”Bukankah bapak buta
dan selalu bergandengan tangan dengan isteri bapak?
Bagaimana sekarang bapak mau pulang sendiri?”
Jawab sang suami, “Sebenarnya saya itu tidak buta,
selama 40 thn saya hanya berpura-pura buta agar isteri
saya tidak jadi minder atau rendah diri, kalau saya
mengetahui bahwa dia mengalami sakit dan wajahnya
berubah menjadi menakutkan”.
Subhanalloh, dahsyatnya cinta! [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 22

Prajurit Cinta #4:


Pejuang Kesetiaan

Pak Suyatno. Dilihat dari usianya, beliau sudah tidak


muda lagi. Sebagai suami berusia 58 tahun, kesehariannya
diisi dengan merawat istrinya yang sakit, yang juga sudah
tua. Mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun. Mereka
dikarunia 4 orang anak.
Disinilah awal cobaan menerpa. Setelah istrinya
melahirkan anak keempat, tiba-tiba kakinya lumpuh dan
tidak bisa lagi digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun.
Menginjak tahun ke tiga, seluruh tubuhnya menjadi lemah
bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnya pun sudah tidak
bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan
kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke tempat
tidur. Dan sebelum berangkat kerja, dia letakkan istrinya
didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau
istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum.
Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu
jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk
menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang
memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas
waktu maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil
menceritakan apa-apa saja yang dialaminya seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 23

menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia


selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25
tahun. Dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil
membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak-anak
mereka sudah dewasa. Hanya anak bungsunya yang masih
meniti pendidikan. Kuliah di sebuah perguruan tinggi.
Pada suatu hari, ke empat anak Suyatno berkumpul
dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya.
Karena setelah anak mereka menikah, sudah tinggal
dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno
memutuskan ibu mereka dia yang merawat. Yang dia
inginkan hanya satu : semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak sulung
Suyatno berkata, “Pak kami ingin sekali merawat ibu,
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu, tidak
ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak, bahkan
bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.
Dengan airmata berlinang anak itu melanjutkan kata-
katanya, “Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi, kami rasa ibupun pasti akan
mengijinkannya. Kapan bapak menikmati masa tua bapak,
dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega
melihat bapak. Kami janji kami akan merawat ibu sebaik-
baik secara bergantian”.
Pak Suyatno memberikan jawaban yang sama sekali
tidak diduga anak-anaknya, “Anak-anakku, jikalau saja
perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu,
mungkin bapak akan menikah. Tapi ketahuilah dengan
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 24

adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih dari cukup,


dia telah melahirkan kalian”. Sejenak kerongkongannya
tersekat ia melanjutkan, “Kalian yang selalu kurindukan
hadir didunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun
dapat dihargai dengan apapun.”
“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan
keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak
bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan
ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan
bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh
orang lain? Bagaimana dengan ibumu yang masih sakit”.
Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno.
Merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk
mata ibu Suyatno. Dengan pilu, ditatapnya mata suami
yang sangat dicintainya itu.
Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah
satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan
merekapun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno,
kenapa ia mampu bertahan selama 25 tahun merawat
Istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu
yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuan pun
tidak sanggup menahan haru. Disitulah Pak Suyatno
bercerita, “Jika manusia di dunia ini mengagungkan
sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau
memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian)
itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun
dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 25

dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya


4 orang anak yang lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena
berkorban untuk cinta kita bersama. Dan itu merupakan
ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu
saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 26

Prajurit Cinta #5:


Pejuang Pengorbanan

Di suatu siang hari terlihat seorang nenek berulang


kali menekan tombol sebuah Rice Cooker, tetapi tetap
saja tak mau menyala. Lalu nenek ini berjalan tergopoh-
gopoh dari dapur ke kamarnya. Di dalam kamar, nenek
langsung merapikan rambutnya yang sudah memutih dan
mengganti baju.
Setelah semua kancing bajunya terpasang semua, si
nenek kembali membukanya lagi. Ternyata kancing
bajunya tidak terpasang sesuai urutan, sehingga
terkadang sisi baju yang sebelah kiri menjadi lebih tinggi
dari yang kanan. Atau kancing yang sebelah kanan
melampaui 2 urutan dari yang sebelah kiri. Nenek bahkan
harus mengulanginya beberapa kali sampai berkeringat,
baru akhirnya semua bisa terkancing dengan rapi sesuai
urutannya. Setelah itu nenek berjalan keluar dari kamar.
Saat nenek tersebut melintasi ruang tamu, cucu
perempuannya yang berumur 16 tahun sedang menonton
TV. Terheran melihat neneknya berpakaian rapi, lalu
bertanya, “Nenek mau kemana, bukannya tadi nenek mau
memasak di dapur?” Nenek kemudian menjelaskan kalau
ia tadinya memang mau memasak, tapi entah kenapa rice
cooker-nya tidak mau menyala, dan sekarang nenek mau
keluar sebentar membeli makanan. Dengan wajah
cemberut, cucunya meminta agar nenek cepat pulang
karena ia sudah mulai lapar.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 27

“Iya, nenek akan cepat pulang. Kamu tunggu nenek


sebentar ya!”, kata neneknya dengan tersenyum, supaya
wajah cucunya tidak merengut lagi.
Nenek pun berjalan keluar rumah, menunggu bus
yang lewat, lalu naik bus ke pusat penjualan makanan.
Beberapa saat setelah nenek keluar rumah, cucunya
berjalan ke dapur mencari cemilan untuk sekedar
mengganjal perut. Tak sengaja ia melihat colokan
(steker) rice cooker yang belum dicolok. Cucunya pun
tersenyum geli melihat sikap pelupa neneknya seperti
orang yang sudah pikun aja.
Sesampai di pusat penjualan makanan, si nenek
membeli nasi ayam kesukaan cucunya. Setelah selesai
membayar dan hendak pulang, langkah nenek tiba-tiba
terhenti persis di pintu keluar. Kepalanya menoleh ke kiri
dan ke kanan, bola matanya membesar, raut mukanya
berubah tampak kebingungan. Semua bangunan dan
jalanan yang ada didepannya terlihat berbeda dan asing.
Nenek terdiam membisu sejenak. Dan akhirnya menyadari
kalau ia lupa arah jalan pulang ke rumah.
Lantas dengan sigap, nenek melambaikan tangannya
sambil berjalan menghampiri seorang pemuda yang
melintas di depannya. Meminta bantuan kepada pemuda
itu agar mau membawanya pulang. “Nak..nak.. tolong
antarkan nenek pulang…” kata nenek. “Maaf, nek. Saya
sedang terburu-buru.” Tolak pemuda tadi.
Kemudian nenek menghampiri seorang wanita paruh
baya. Sama dengan pemuda tadi, wanita ini juga tidak
bisa mengantarkan nenek pulang karena akan menjemput
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 28

anak-anaknya. Nenek tidak berputus asa. Kali ini dengan


gesit ia berjalan ke arah seorang bapak-bapak untuk
meminta tolong. “Pak, pak… tolong antarkan saya pulang.
Cucu saya sedang menunggu saya pulang membawa
makanan. Dia pasti sudah lapar sekarang.” kata nenek
dengan wajah terlihat sedih.
“Rumah nenek di mana, mari saya antar.” jawab
bapak itu. “Emm…mmh…saya…saya tidak ingat dimana.”
kata nenek dengan terbata-bata. “Tapi tolong antarkan
saya pulang, pak. Pokoknya antarkan saja saya pulang.”
nenek tetap memohon. Bapak ini juga tidak bisa
menolong karena nenek sudah pikun dan sama sekali
tidak ingat dimana rumahnya. Mata nenek tampak
berkaca-kaca, air matanya hampir jatuh membasahi pipi.
Berulang kali nenek terus meminta tolong kepada
setiap orang yang ditemuinya untuk diantarkan pulang.
Ada yang menolak dan ada juga yang bersedia
membantu…namun siapa pun yang mau menolong tetap
saja tidak bisa mengantarkan nenk. Wajah nenek tampak
sangat sedih. Tanpa disadari air mata nenek mengalir di
pipinya. Teringat cucunya menahan lapar, sedang
menunggunya pulang membawa makanan.
Nenek tetap terus berjalan sambil meminta tolong,
dan sesekali mencoba mencari jalan pulang sendiri.
Tanpa berhenti untuk beristirahat. Rambut putihnya yang
tadinya tersisir rapi dan diikat ke belakang, sekarang
mulai berantakan dan tidak karuan. Kedua tangannya
terus mendekap nasi ayam yang dibelinya tadi siang agar
tetap hangat. Seluruh wajah dan bajunya telah basah
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 29

oleh keringat. Langkahnya juga sudah mulai melambat


karena kakinya terasa sakit dan kelelahan.
Hingga hari mulai gelap, nenek masih saja terus
berjalan, berusaha bisa sampai ke rumah meskipun dari
wajahnya terlihat jelas sekali, kalau nenek sudah sangat
kelelahan.
Pada waktu yang bersamaan, di rumah nenek,
sepasang suami istri baru pulang. Mereka adalah orang
tua dari cucu nenek. Si ibu melihat anaknya yang sedang
ngemil, sambil menonton TV. Lalu bertanya, “kok kamu
ngemil, apa nenek belum selesai masak?” Putrinya
menjelaskan, kalau nenek tidak jadi masak hari ini dan
sudah sejak tadi siang pergi ke pusat penjualan makanan
tapi masih belum pulang sampai sekarang.
“Apa! Nenek belum pulang dari tadi siang?!” kata
ayahnya dengan wajah terkejut bercampur khawatir.
Belum sempat anaknya berkata apapun, kedua suami istri
ini langsung pergi lagi. Bermaksud mencari nenek!
Anaknya kaget melihat kedua orang tuanya tiba-tiba
menjadi panik dan langsung pergi lagi. Setelah beberapa
saat dia baru sadar, kalau nenek bukan pelupa, tapi
sudah pikun, dan nenek pasti sedang tersesat sekarang.
Segera, dia pun mengikuti kedua orang tuanya pergi
mencari nenek.
Ketiganya berkeliling di tengah keramaian kota,
berusaha menemukan nenek. Dan kemudian, kedua suami
istri ini mendengar bunyi klakson mobil bersahut-sahutan.
Keduanya segera berlari ke arah bunyi klakson tersebut.
Sesampainya di sana mereka melihat nenek berdiri
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 30

terbengong di tengah jalan menghalangi laju mobil-mobil.


Lalu keduanya menarik tangan nenek dan menuntunnya
ke tepi jalan. “Apa yang Ibu lakukan di tengah jalan
seperti ini. Ibu membuat kita jadi tontonan semua
orang…” bentak putranya.
“Pak, pak…tolong antarkan saya pulang, cucu saya
sekarang pasti sudah sangat lapar. Kasihan cucu saya, dia
belum makan dari siang. Tolong pak…” karena dibentak,
nenek semakin linglung dan tidak ingat dengan putra
maupun menantunya sendiri. “Bu! Saya ini anakmu
sendiri!” teriak putranya lagi. Kemudian nenek berpaling
ke arah menantunya, “Nyonya, tolong antarkan saya
pulang, cucu saya sedang menunggu saya pulang bawa
makanan.” nenek memelas sambil menangis.
Mendengar nenek memelas seperti itu ditambah
dengan melihat kondisi tubuh nenek yang sedemikian
lelahnya. Hati keduanya terasa sangat pilu sekali. Tak
kuasa menahan air mata, menantunya menjadi ikut
menangis. Menangis dengan teramat sedih. Menyadari
betapa besarnya cinta dan kasih sayang nenek kepada
cucunya, yang tak lain adalah putri mereka sendiri.
Tiba-tiba, dari kejauhan, sayup-sayup terdengar
suara cucunya memanggil, “Nenek, nenek…” Nenek
menoleh ke belakang, mencari asal suara cucunya.
Ternyata benar, cucunya berada tidak jauh dari sana.
Dibalik keremangan lampu jalan, cucunya berlari ke arah
nenek. Senang melihat cucunya berada di sana, nenek
pun berjalan ke arah cucunya dengan tertatih-tatih.
Walaupun terlihat nenek tersenyum sangat senang,
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 31

namun masih tampak sangat jelas kecapekan dibalik


senyumannya itu.
Cucunya langsung memeluk nenek. “Nenek maafkan
saya, nenek tidak apa-apa?” kata cucunya dengan
meneteskan air mata. “Iya, nenek tidak apa-apa. Ini
nenek sudah belikan nasi ayam kesukaan kamu, ayo
makan. Kamu pasti sudah lapar sekali. Kasihan cucu
nenek harus kelaparan sampai malam.” kata nenek sambil
membuka bungkus nasi lalu disuapkan ke mulut cucunya.
Cucunya terus menangis. “Nenek, maafkan saya, maafkan
saya, nek…” cucunya terus berulang-ulang meminta maaf
sambil menangis.
“Tolong maafkan nenek ya, kamu jadi harus
kelaparan menunggu nenek terlalu lama” mendengar
nenek berkata demikian, dan melihat kondisi nenek yang
begitu kesakitan juga kelelahan. Air mata cucunya
semakin deras mengalir. Putra dan menantu nenek yang
melihat kejadian ini, juga menitikkan airmata.
Lalu keduanya berjalan mendekati nenek dan
memeluk nenek dari belakang. “Ibu, kami semua sangat
mencintaimu.” Sebuah kisah yang menyentuh hati.[ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 32

Prajurit Cinta #6:


Penghancur Kebencian

Inilah kisah tentang dahsyatnya cinta yang memupus


kebencian : Semuanya berawal dari sebuah rumah mewah
di pinggiran desa, yang mana hiduplah disana sepasang
suami istri, sebut saja Pak Andre dan Bu Rina.
Pak Andre adalah anak tunggal keturunan orang
terpandang di desa itu, sedangkan Bu Rina adalah anak
orang biasa. Namun demikian kedua orang tua Pak Andre,
sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena
selain rajin, patuh dan taat beribadah, Bu Rina juga
sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Mereka
semua menjadi salah satu korban gempa beberapa tahun
yang lalu.
Sekilas orang memandang, mereka adalah pasangan
yang sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu
bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk
mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini.
Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia
pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang
anakpun. Akibatnya Pak Andre putus asa hingga walau
masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang
istri, yang dianggapnya tidak mampu memberikan
keturunan sebagai penerus generasi.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 33

Setelah melalui perdebatan sengit, dengan sangat


sedih dan duka yang mendalam, akhirnya Bu Rina pun
menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.
Sambil menahan perasaan yang tidak menentu,
suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian
tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun
menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya
keputusan Pak Andre sudah bulat. Dia tetap akan
menceraikan Bu Rina.
Setelah berdebat cukup lama dan alot, akhirnya
dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui
perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar
perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta
yang sama besar seperti besarnya pesta saat mereka
menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua
orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.
Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan.
Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yang
sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yang hadir.
Pak Andre nampak tertekan, stres dan terus menenggak
minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan.
Sementara Bu Rina tampak terus melamun dan sesekali
mengusap air mata nelangsa di pipinya. Di sela mabuknya
itu tiba-tiba Pak Andre berdiri tegap dan berkata lantang,
“Istriku, saat kamu pergi nanti… ambil saja dan
bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu
yang kamu suka dan kamu sayangi selama ini..!”
Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia
semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 34

Keesokan harinya, seusai pesta, Pak Andre terbangun


dengan kepala yang masih berdenyut-denyut berat. Dia
merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak
yang dikenalnya kecuali satu. Rina istrinya, yang masih
sangat ia cintai, sosok yang selama bertahun-tahun ini
menemani hidupnya. Maka, dia pun lalu bertanya,“Ada
dimakah aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah
aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan…”
Bu Rina pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan
dengan mata berkaca dia menjawab,
“Suamiku… ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan
mereka itu para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan
semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yang
aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia
ini tidak ada satu barangpun yang berharga dan aku
cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah
kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi. Ingat,
kamu sudah berjanji dalam pesta itu..!”
Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak
dan sesaat tersadar, Pak Andre pun lalu bangun dan
kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil
terdiam. Bu Rina pun hanya bisa pasrah tanpa mampu
membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap
lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.
“Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak
menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu
buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan
berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 35

membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan


apapun…”
Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan
dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya
masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi)
berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal
memisahkannya. Yup… till death do apart..! [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 36

Prajurit Cinta #7:


Penghancur Kesombongan

Inilah kisah inspiratif tentang daya cinta yang


meluluhkan kesombongan : Pada suatu hari, seorang Ayah
pulang dari bekerja pukul 21.00 malam. Seperti hari-hari
sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya.
Sesampainya di rumah ia mendapati anaknya yang berusia
8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di
depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama.
“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya.
Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja,
dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke
kantor di pagi hari.
“Aku menunggu Papa pulang, karena aku mau tanya
berapa sih gaji Papa?”, kata sang anak.
“Lho, tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu
mau minta uang lagi ya?”, jawab sang ayah.
“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…” kata
anaknya.
“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa
bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. Setiap
bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa
satu bulan berapa, hayo?!”, tanya sang ayah.
Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja
belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan
mengambil minuman.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 37

Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian,


sang anak mengikutinya.
“Jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk
10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!”
Tapi sang anak tidak mau beranjak. “Papa, aku boleh
pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-
malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu
tidur”
“Tapi papa..”
“Sudah, sekarang tidur” suara sang Ayah mulai
meninggi.
Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya.
Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama
kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu
sedang terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.
Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata
“Maafin Papa ya! Kenapa kamu minta uang malam-malam
begini.. Besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000,
lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli
mainan khan?”
“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku
kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang
jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” tanya sang Papa.
“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. Aku
mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku
mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 38

berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka


tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. Tadi Papa
bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. Karena
uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup,
aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa” Sang Papa cuma
terdiam.
Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak
kecil itu sambil menangis. Mendengar perkataan anaknya,
sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh,
kehilangan kata-kata dan menangis..
Ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya
itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..
“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa
Papa bekerja keras. Maafkan Papa anakku”, kata sang
Papa ditengah tangisnya. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 39

Prajurit Cinta #8:


Penghancur Kebodohan

Inilah kisah nyata tentang energi cinta yang


menghilangkan kebodohan dan mencerahkan kehidupan :
Keterbatasan fisik karena tubuhnya yang lumpuh tidak
menjadi penghalang untuk Een Sukaesih seorang guru asal
Sumedang, Jawa Barat ini untuk mengajar meski dari atas
tempat tidur. Hampir 26 tahun sudah Een mengabdikan
hidupnya untuk mengajar, menyemai ilmu dan kasih
sayang untuk siswanya yang datang silih berganti
kerumahnya. “Mulai dari 1986, saya sudah terbaring di
tempat tidur ini sambil mengajar.
Hal ini terjadi diakibatkan penyakit rematoid artifis
yang terjadi 26 tahun yang lalu,” kata Een saat ditemui
wartawan dirumahnya. Dedikasi dan pengabdian Een
Sukaesih kemarin (23/5) menghantarkannya ke Jakarta
untuk menerima penghargaan khusus Special
Achievement Liputan6 Award untuk kategori Inovasi,
Kemanusian, Pendidikan, Pemberdayaan Masyarakat dan
Lingkungan.
Penghargaan secara khusus diserahkan langsung oleh
mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla yang juga menjadi
dewan juru kepada ibu Een Sukaesih.
Mencari kediaman Een Sukaesih di Dusun Batukarut,
RT01 RW06, Desa Cibereum Wetan, Cimalaka, Sumedang,
Jawa Barat tak terlalu sulit. Warga mengenal baik sosok
Ibu Guru istimewa ini. Ya, karena ia seorang luar biasa,
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 40

Umumnya orang memberi di saat lapang, tetapi Een


berbeda. Dalam keterbatasannya, ia membantu
menyiapkan masa depan orang lain dengan cara membagi
ilmu dan kasih sayang, serta menjadi sahabat bagi anak
didiknya.
Kelumpuhan yang dialami Een berawal sejak Een
kelas 3 SPG (Sekolah Pendidikan Guru waktu itu). Een
kerap kali merasakan sendi-sendi tangannya ngilu. Dari
hasil tes laboratorium 5 April 1982 dokter menyatakan
Een menderita Rheumathoid Artitis. Belum ada obatnya.
Hancur hati perempuan muda itu, dan mengucapkan
selamat tinggal kepada cita-citanya menjadi guru.
Gurunya yang tahu akan potensi Een tidak membiarkan
siswa kesayangannya ini patah semangat. Ia sampai
menahan ijazah Een demi memaksanya untuk ikut tes ke
perguruan tinggi. Benar saja, Een lulus tes penyaringan
dan diterima di Program Diploma 3 Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan di IKIP Bandung.
Pada 1985 Een lulus dengan nilai cukup baik, dan
diangkat jadi guru di SMA Sindang Laut, Cirebon, Jawa
Barat. Sebulan di sana, sebelum sempat prajabatan, Een
sudah tak kuasa menahan sakit. Een pun pulang ke
Sumedang. Sejak saat itu Een Sukaesih menjadi lumpuh
total. Meski begitu, Een tetap berusaha ikhlas menerima
penyakitnya dan kondisinya. Ia terus berdoa memohon
kesembuhan dari-Nya. Ia putar otak untuk mengisi
waktunya yang hening dengan sesuatu yang bermanfaat.
Doanya pun terjawab. Dari mengajar anak kerabat
dan keponakannya membuatkan pekerjaan rumah, kini
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 41

anak-anak tetangga berjumlah puluhan orang menjadi


muridnya. Tanpa memungut bayaran alias gratis. Untuk
dedikasinya pada pendidikan, Een beroleh sejumlah
penghargaan, di antaranya Dompet Dhuafa Award 2010,
lalu Education Award dari Bank Syariah Mandiri (BSM),
lalu dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung,
Kartini Award 2012 dan Tupperware She Can! untuk karya
inspiratifnya. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 42

Prajurit Cinta #9:


Penghancur Keburukan

Moore adalah seorang dokter terkenal dan dihormati,


melalui tangannya sudah tak terhitung nyawa yang
diselamatkan, dia tinggal disebuah kota tua di Prancis. 20
tahun yang lalu dia adalah seorang narapidana,
kekasihnya mengkhianati dia lari kepelukan lelaki lain,
karena emosinya dia melukai lelaki tersebut, maka dia
dari seorang mahasiswa di universitas terkenal menjadi
seorang narapidana, dia dipenjara selama 3 tahun.
Setelah dia keluar dari penjara, kekasihnya telah
menikah dengan orang lain, karena statusnya sebagai
bekas narapidana menyebabkannya ketika melamar
pekerjaan menjadi bahan ejekan dan penghinaan.
Dalam keadaan sakit hati, Moore memutuskan akan
menjadi perampok. Dia telah mengincar di bagian selatan
kota ada sebuah rumah yang akan menjadi sasarannya,
para orang dewasa dirumah tersebut semuanya pergi
bekerja sampai malam baru pulang kerumah, didalam
rumah hanya ada seorang anak kecil buta yang tinggal
sendirian.
Dia pergi kerumah tersebut mencongkel pintu utama
membawa sebuah pisau belati, masuk kedalam rumah,
sebuah suara lembut bertanya, “Siapa itu?” Moore
sembarangan menjawab, “Saya adalah teman papamu,
dia memberikan kunci rumah kepadaku.”
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 43

Anak kecil ini sangat gembira, tanpa curiga berkata,


“Selamat datang, namaku Kay, tetapi papaku malam baru
sampai ke rumah, paman apakah engkau mau bermain
sebentar dengan saya?” Dia memandang dengan mata
yang besar dan terang tetapi tidak melihat apapun,
dengan wajah penuh harapan, di bawah tatapan
memohon yang tulus, Moore lupa kepada tujuannya,
langsung menyetujui.
Yang membuat dia sangat terheran-heran adalah
anak yang berumur 8 tahun dan buta ini dapat bermain
piano dengan lancar, lagu-lagu yang dimainkannya sangat
indah dan gembira, walaupun bagi seorang anak normal
harus melakukan upaya besar sampai ke tingkat seperti
anak buta ini.
Setelah selesai bermain piano anak ini melukis
sebuah lukisan yang dapat dirasakan didalam dunia anak
buta ini, seperti matahari, bunga, ayah-ibu, teman-
teman, dunia anak buta ini rupanya tidak kosong,
walaupun lukisannya kelihatannya sangat canggung, yang
bulat dan persegi tidak dapat dibedakan, tetapi dia
melukis dengan sangat serius dan tulus.
“Paman, apakah matahari seperti ini?” Moore tiba-
tiba merasa sangat terharu, lalu dia melukis di telapak
tangan anak ini beberapa bulatan, “Matahari bentuknya
bulat dan terang, dan warnanya keemasan.”
“Paman, apa warna keemasan itu?” dia
mendongakkan wajahnya yang mungil bertanya, Moore
terdiam sejenak, lalu membawanya ketempat terik
matahari, “Emas adalah sebuah warna yang sangat
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 44

vitalitas, bisa membuat orang merasa hangat, sama


seperti kita memakan roti yang bisa memberi kita
kekuatan.”
Anak buta ini dengan gembira dengan tangannya
meraba ke empat penjuru, “Paman, saya sudah
merasakan, sangat hangat, dia pasti akan sama dengan
warna senyuman paman.” Moore dengan penuh sabar
menjelaskan kepadanya berbagai warna dan bentuk
barang, dia sengaja menggambarkan dengan hidup,
sehingga anak yang penuh imajinatif ini mudah mengerti.
Anak buta ini mendengar ceritanya dengan sangat serius,
walaupun dia buta, tetapi rasa sentuh dan pendengaran
anak ini lebih tajam dan kuat daripada anak normal,
tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat.
Akhirnya, Moore teringat tujuan kedatangannya,
tetapi Moore tidak mungkin lagi merampok. Hanya karena
kecaman dan ejekan dari masyarakat dia akan melakukan
kejahatan lagi, berdiri di hadapan Kay dia merasa sangat
malu, lalu dia menulis sebuah catatan untuk orang tua
Kay, “Tuan dan nyonya yang terhormat, maafkan saya
mencongkel pintu rumah kalian, kalian adalah orang tua
yang hebat, dapat mendidik anak yang demikian baik,
walaupun matanya buta, tetapi hatinya sangat terang, dia
mengajarkan kepada saya banyak hal, dan membuka
pintu hati saya.”
Tiga tahun kemudian, Moore menyelesaikan
kuliahnya di universitas kedokteran, dan memulai
karirnya sebagai seorang dokter. Enam tahun kemudian,
dia dan rekan-rekannya mengoperasi mata Kay, sehingga
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 45

Kay bisa melihat keindahan dunia ini, kemudian Kay


menjadi seorang pianis terkenal, yang mengadakan
konser ke seluruh dunia, setiap mengadakan konser,
Moore akan berusaha menghadirinya, duduk disebuah
sudut yang tidak mencolok, mendengarkan music indah
menyirami jiwanya yang dimainkan oleh seorang pianis
yang dulunya buta. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 46

Prajurit Cinta #10:


Penghancur Kepalsuan

Inilah kisah nyata tentang kekuatan cinta yang


menghancurkan kepalsuan : Kisah ini terjadi di sebuah
kota kecil di taiwan, dan sempat di muat di berbagai
media. Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup hanya
bersama ibunya ( nama tidak disebutkan). Dia pemuda
yang cerdas, ulet, rajin dan cukup cool.
Setidaknya itu pendapat perempuan-perempuan yang
mengenalnya. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan
bekerja disebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromo-
sikan ke posisi Manager. Gajinya pun lumayan.
Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.
Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang
sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang
bergaul dengan dia, terutama dari kalangan wanita-
wanita single. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia
bekerja juga menaruh perhatian khusus padanya.
Di rumahnya, ada seorang wanita tua yang
tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan
kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering.
Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan
belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya
juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini benar-benar
terlihat menakutkan.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 47

Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari


kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua
ini tidak lain adalah Ibu kandung dari pemuda tersebut.
Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan
pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang
sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-
mencuci, dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian
yang besar kepada anak satu-satunya tersebut.
Namun pemuda tersebut adalah seorang pemuda
normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang
cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk
mengakuinya.
Setiap kali ada teman atau kolega bisnis yang
bertanya siapa wanita cacat di rumahnya, pemuda
tersebut selalu menjawab "wanita itu adalah pembantu
yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. Dia tidak
punya saudara, jadi saya tampung, kasihan."
Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang
Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam
dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin
jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk
menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian terlihat.
Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun
dari ranjang. Sang pemuda tersebut mulai kerepotan
mengurusi rumahnya. Mulai dari menyapu, mengepel,
cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari
yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus
menyiapkan obat-obatan untuk sang Ibu sebelum dan
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 48

setelah pulang kerja (Catatan : di Taiwan sulit sekali cari


pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat
pemuda tersebut menjadi BT (bad temper) dan uring-
uringan di rumah.
Hingga kemudian datanglah cahaya cinta kepada
pemuda tersebut. Pada satu waktu, ia mencari sesuatu
dan mengacak-acak lemari Ibunya, pemuda tersebut
melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah
foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan
seperti dugaan pemuda tersebut.
Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita
cantik. Potongan koran usang tersebut memberitakan
tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah
menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan
memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya
dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah
mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar
cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka
sedikitpun.
Walau sudah usang, pemuda tersebut sudah cukup
dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam
foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam
potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandungnya sendiri.
Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.
Spontan air mata pemuda tersebut menetes keluar tanpa
bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran
usang tersebut, pemuda itu langsung bersujud disamping
ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis
ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 49

selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan


ketulusan hati anaknya. sambil berkata "Yang sudah-
sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi".
Setelah sembuh, pemuda tersebut bahkan berani
membawa Ibunya belanja ke Supermarket. Walau menjadi
pusat perhatian banyak orang, pemuda tersebut tetap
cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian
kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam
media cetak dan elektronik. Subhanalloh. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 50

Prajurit Cinta #11:


Penghancur Kesenjangan

Inilah kisah nyata tentang kekuatan cinta sebagai


penghapus kesenjangan : BAI FANG LI adalah seorang
tukang becak. Seluruh hidupnya dihabiskankan di atas
sadel becaknya, mengayuh dan mengayuh untuk memberi
jasanya kepada orang yang naik becaknya. Mengantarkan
kemana saja pelanggannya menginginkannya, dengan
imbalan uang sekedarnya.
Tubuhnya tidaklah perkasa. Perawakannya malah
tergolong kecil untuk ukuran becaknya atau orang-orang
yang menggunakan jasanya. Tetapi semangatnya luar
biasa untuk bekerja. Mulai jam enam pagi setelah
melakukan rutinitasnya untuk bersekutu dengan Tuhan.
Dia melalang dijalanan, di atas becaknya untuk
mengantar para pelanggannya. Dan ia akan mengakhiri
kerja kerasnya setelah jam delapan malam.
Para pelanggannya sangat menyukai Bai Fang Li,
karena ia pribadi yang ramah dan senyum tak pernah
lekang dari wajahnya. Dan ia tak pernah mematok berapa
orang harus membayar jasanya. Namun karena kebaikan
hatinya itu, banyak orang yang menggunakan jasanya
membayar lebih. Mungkin karena tidak tega, melihat
bagaimana tubuh yang kecil malah tergolong ringkih itu
dengan nafas yang ngos-ngosan (apalagi kalau jalanan
mulai menanjak) dan keringat bercucuran berusaha
mengayuh becak tuanya.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 51

Bai Fang Li tinggal disebuah gubuk reot yang nyaris


sudah mau rubuh, di daerah yang tergolong kumuh,
bersama dengan banyak tukang becak, para penjual
asongan dan pemulung lainnya. Gubuk itupun bukan
miliknya, karena ia menyewanya secara harian.
Perlengkapan di gubuk itu sangat sederhana. Hanya ada
sebuah tikar tua yang telah robek-robek dipojok-
pojoknya, tempat dimana ia biasa merebahkan tubuh
penatnya setelah sepanjang hari mengayuh becak.
Gubuk itu hanya merupakan satu ruang kecil dimana
ia biasa merebahkan tubuhnya beristirahat, diruang itu
juga ia menerima tamu yang butuh bantuannya, diruang
itu juga ada sebuah kotak dari kardus yang berisi
beberapa baju tua miliknya dan sebuah selimut tipis tua
yang telah bertambal-tambal.
Ada sebuah piring seng comel yang mungkin
diambilnya dari tempat sampah dimana biasa ia makan,
ada sebuah tempat minum dari kaleng. Di pojok ruangan
tergantung sebuah lampu templok minyak tanah, lampu
yang biasa dinyalakan untuk menerangi kegelapan di
gubuk tua itu bila malam telah menjelang.
Bai Fang Li tinggal sendirian di gubuknya. Dan orang
hanya tahu bahwa ia seorang pendatang. Tak ada yang
tahu apakah ia mempunyai sanak saudara sedarah. Tapi
nampaknya ia tak pernah merasa sendirian, banyak orang
yang suka padanya, karena sifatnya yang murah hati dan
suka menolong.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 52

Tangannya sangat ringan untuk menolong orang yang


membutuhkan bantuannya, dan itu dilakukannya dengan
sukacita tanpa mengharapkan pujian atau balasan.
Dari penghasilan yang diperolehnya selama seharian
mengayuh becaknya, sebenarnya ia bisa mendapatkan
makanan dan minuman yang layak untuk dirinya dan
membeli pakaian yang cukup bagus untuk menggantikan
baju tuanya yang hanya sepasang dan sepatu bututnya
yang sudah tak layak dipakai karena telah robek. Namun
dia tidak melakukannya, karena semua uang hasil
penghasilannya disumbangkannya kepada sebuah Yayasan
sederhana yang biasa mengurusi dan menyantuni sekitar
300 anak-anak yatim piatu miskin di Tianjin. Yayasan
yang juga mendidik anak-anak yatim piatu melalui
sekolah yang ada.
Hatinya sangat tersentuh ketika suatu ketika ia baru
beristirahat setelah mengantar seorang pelanggannya. Ia
menyaksikan seorang anak lelaki kurus berusia sekitar 6
tahun yang yang tengah menawarkan jasa untuk
mengangkat barang seorang ibu yang baru berbelanja.
Tubuh kecil itu nampak sempoyongan mengendong beban
berat dipundaknya, namun terus dengan semangat
melakukan tugasnya. Dan dengan kegembiraan yang
sangat jelas terpancar dimukanya, ia menyambut upah
beberapa uang recehan yang diberikan oleh ibu itu, dan
dengan wajah menengadah ke langit bocah itu berguman,
mungkin ia mengucapkan syukur pada Tuhan untuk rezeki
yang diperolehnya hari itu.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 53

Beberapa kali ia perhatikan anak lelaki kecil itu


menolong ibu-ibu yang berbelanja, dan menerima upah
uang recehan. Kemudian ia lihat anak itu beranjak
ketempat sampah, mengais-ngais sampah, dan waktu
menemukan sepotong roti kecil yang kotor, ia bersihkan
kotoran itu, dan memasukkan roti itu kemulutnya,
menikmatinya dengan nikmat seolah itu makanan dari
surga.
Hati Bai Fang Li tercekat melihat itu, ia hampiri anak
lelaki itu, dan berbagi makanannya dengan anak lelaki
itu. Ia heran, mengapa anak itu tak membeli makanan
untuk dirinya, padahal uang yang diperolehnya cukup
banyak, dan tak akan habis bila hanya untuk sekedar
membeli makanan sederhana.
“Uang yang saya dapat untuk makan adik-adik
saya….” jawab anak itu.
“Orang tuamu dimana…?” tanya Bai Fang Li.
“Saya tidak tahu…., ayah ibu saya pemulung…. Tapi
sejak sebulan lalu setelah mereka pergi memulung,
mereka tidak pernah pulang lagi. Saya harus bekerja
untuk mencari makan untuk saya dan dua adik saya yang
masih kecil…” sahut anak itu.
Bai Fang Li minta anak itu mengantarnya melihat ke
dua adik anak lelaki bernama Wang Ming itu. Hati Bai
Fang Li semakin merintih melihat kedua adik Wang Fing,
dua anak perempuan kurus berumur 5 tahun dan 4 tahun.
Kedua anak perempuan itu nampak menyedihkan sekali,
kurus, kotor dengan pakaian yang compang camping.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 54

Bai Fang Li tidak menyalahkan kalau tetangga ketiga


anak itu tidak terlalu perduli dengan situasi dan keadaan
ketiga anak kecil yang tidak berdaya itu, karena memang
mereka juga terbelit dalam kemiskinan yang sangat
parah, jangankan untuk mengurus orang lain, mengurus
diri mereka sendiri dan keluarga mereka saja mereka
kesulitan.
Bai Fang Li kemudian membawa ke tiga anak itu ke
Yayasan yang biasa menampung anak yatim piatu miskin
di Tianjin. Pada pengurus yayasan itu Bai Fang Li
mengatakan bahwa ia setiap hari akan mengantarkan
semua penghasilannya untuk membantu anak-anak miskin
itu agar mereka mendapatkan makanan dan minuman
yang layak dan mendapatkan perawatan dan pendidikan
yang layak.
Sejak saat itulah Bai Fang Li menghabiskan waktunya
dengan mengayuh becaknya mulai jam 6 pagi sampai jam
delapan malam dengan penuh semangat untuk
mendapatkan uang. Dan seluruh uang penghasilannya
setelah dipotong sewa gubuknya dan pembeli dua potong
kue kismis untuk makan siangnya dan sepotong kecil
daging dan sebutir telur untuk makan malamnya,
seluruhnya ia sumbangkan ke Yayasan yatim piatu itu.
Untuk sahabat-sahabat kecilnya yang kekurangan.
Ia merasa sangat bahagia sekali melakukan semua
itu, ditengah kesederhanaan dan keterbatasan dirinya.
Merupakan kemewahan luar biasa bila ia beruntung
mendapatkan pakaian rombeng yang masih cukup layak
untuk dikenakan di tempat pembuangan sampah. Hanya
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 55

perlu menjahit sedikit yang tergoyak dengan kain yang


berbeda warna. Mhmmm… tapi masih cukup bagus…
gumannya senang.
Bai Fang Li mengayuh becak tuanya selama 365 hari
setahun, tanpa perduli dengan cuaca yang silih berganti,
ditengah badai salju turun yang membekukan tubuhnya
atau dalam panas matahari yang sangat menyengat
membakar tubuh kurusnya.
“Tidak apa-apa saya menderita, yang penting biarlah
anak-anak yang miskin itu dapat makanan yang layak dan
dapat bersekolah. Dan saya bahagia melakukan semua
ini…,” katanya bila orang-orang menanyakan mengapa ia
mau berkorban demikian besar untuk orang lain tanpa
perduli dengan dirinya sendiri.
Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi
tahun, sehingga hampir 20 tahun Bai Fang Li menggenjot
becaknya demi memperoleh uang untuk menambah
donasinya pada yayasan yatim piatu di Tianjin itu. Saat
berusia 90 tahun, dia mengantarkan tabungan terakhirnya
sebesar RMB 500 (sekitar 650 ribu rupiah) yang
disimpannya dengan rapih dalam suatu kotak dan
menyerahkannnya ke sekolah Yao Hua.
Bai Fang Li berkata, “Saya sudah tidak dapat
mengayuh becak lagi. Saya tidak dapat menyumbang lagi.
Ini mungkin uang terakhir yang dapat saya sumbangkan”,
katanya dengan sendu. Semua guru di sekolah itu pun
menangis.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 56

Bai Fang Li wafat pada usia 93 tahun didalam


kesederhanaan hidup. Sekalipun begitu, dia telah
menyumbangkan disepanjang hidupnya uang sebesar RMB
350.000 ( setara 470 juta rupiah) yang dia berikan kepada
Yayasan yatim piatu dan sekolah-sekolah di Tianjin untuk
menolong kurang lebih 300 anak-anak miskin. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 57

Prajurit Cinta #12:


Penghancur Kezaliman

Cerita ini adalah kisah nyata tentang Syekh Abdul


Qodir Jailani Qs semasa kecil. Ketika masih kecil ia sudah
yatim, ibunya hidup menjanda dan dalam kesederhanaan.
Syekh Abdul Qodir sangat menyukai ilmu agama. Karena
selalu haus akan ilmu dengan rasa ingin tahu yang
mendalam, akhirnya ia meninggalkan kampungnya.
Syekh Abdul Qodir pergi ke ibukota yaitu Baghdad. Ia
menganggap di Baghdad inilah ia bisa menyerap ilmu
sebanyak banyaknya. Memang masih terlalu kecil usianya
kira kira belasan tahun. Tapi tekadnya yang bulat, telah
menguatkan hati sang ibu.
Waktu itu Syekh Abdul Qodir dititipkan bersama
kafilah pedagang yang juga akan ke Baghdad. Menjelang
keberangkatannya, ia dibekali ibunya 80 keping emas.
Karena takut diperjalanan nanti bekal itu hilang atau di
minta penjahat, maka oleh ibunya dijahitkan pada pada
bagian bawah mantelnya. Uang yang diberikan kepada
Syekh Abdul Qodir ini adalah warisan yang tersisa dari
almarhum ayahnya.
Menjelang berangkat, Syekh Abdul Qodir mendapat
pesan dari ibunya, "Wahai anakku, aku berpesan
kepadamu janganlah engkau berdusta, jangan berbohong
dalam segala keadaan, jujurlah terhadap siapapun juga".
Syekh Abdul Qodir berkata, "baik dan insya Alloh pesan
ibunda akan kulaksanakan.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 58

Berangkatlah Syekh Abdul Qodir muda bersama para


pedagang lainnya. Akhirnya sampailah mereka di daerah
Hamadan, saat itu kereta kuda yang di tumpangi Syekh
Abdul Qodir dan para pedagang diberhentikan sekawanan
perampok.
Para perampok menggeledah menjarah barang-
barang para pedagang, mengambil barang-barang yang
ada. Hanya Syekh Abdul Qodir saja yang tidak di geledah,
mungkin karena dianggap anak kecil lagi pula pakaiannya
compang-camping. Tidak mungkin mempunyai harta atau
barang berharga pikir perampok itu.
Selagi ia memperhatikan para perampok beraksi,
ternyata Syekh Abdul Qodir pun diperhatikan oleh salah
satu kawanan perampok itu.
Lalu perampok itu menghampiri Syekh Abdul Qodir
dan bertanya padanya, "Hei anak kecil siapa namamu?"
"Namaku Abdul Qodir", jawabnya.
"Adakah engkau membawa atau mempunyai uang?"
Syekh Abdul Qodir menjawab "Ya,aku memiliki 80 keping
emas"
"Coba tunjukan padaku mana uang yang kau
maksudkan itu?"
"Disini, oleh ibuku dijahit dibawah mantelku", jawab
Syekh Abdul Qodir dengan jujur sambil menunjukan uang
yang disimpan dijahitan ibunya.
Perampok itu tercengang dan terperanjat manakala
mendengar dan memperhatikan ulah Syekh Abdul Qodir
kecil. Betapa anak ini jujur sekali,sampai sampai ia tak
brdusta sedikitpun walau uangnya telah disimpan ibunya
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 59

dijahitan mantelnya.perampok itu sangat terharu akan


kepolosan dan kejujuranya.
Syekh Abdul Qodir kemudian dibawa dan dihadapkan
ke pemimpin perampok itu. Oleh pimpinan perampok itu
ditanyai dan Syekh Abdul Qodir menjawabnya dengan
jawaban serupa. Semua perampok yang ada merasa
kagum padanya. Hati pemimpin perampok bergetar dan
tersentuh hatinya.
“Cobalah nak kau ceritakan bagaimana hingga kau
bisa jujur seperti ini? Padahal kami ingin merampas
uangmu itu”, kata pemimpin perampok itu.
Syekh Abdul Qodir Jailani Qs menjawab, “Menjelang
keberangkatanku, ibuku memberi 80 keping emas, uang
itu adalah warisan dari ayahku. Oleh ibuku menjahit di
mantelku untuk menyimpan uang itu agar tak di ambil
perampok atau hilang karena jatuh. Lalu ibuku berpesan
agar aku selalu jujur dan tak berdusta walau dalam setiap
keadaan. Makanya ketika kalian bertanya, aku tak berani
merahasiakan semua milikku. Termasuk yang disimpan
dengan rapi tersembunyi oleh ibuku.
Mendengar perkataan Syekh Abdul Qodir, pimpinan
perampok itu semakin terharu hatinya. Air matanya pun
jatuh. Ia menangis dan dengan tiada malu ia berlutut
dibawah kaki Syekh Abdul Qodir Jailani Qs. Ia dan anak
buahnya akhirnya sadar bahwa kejujuran adalah suatu
yang tak ternilai harganya, betapa sangat mahal.
Mereka kemudian insyaf dan konon para perampok
itulah yang menjadi murid pertama kalinya Syekh Syekh
Abdul Qodir Jailani Qs. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 60

Prajurit Cinta #13:


Penghancur Kelemahan

Inilah kisah nyata inspiratif, tentang cinta yang


menguatkan : Endang Setyadi Sang Ibu yang luar biasa.
Barangkali, jika Nancy Matthews Elliott menerima saja
pernyataan guru anaknya yang mengatakan si anak
berotak udang, mungkin hari ini tak kan ada lampu pijar
yang menerangi dunia. Memang, dalam sejarah terungkap
bahwa pencipta lampu pijar, Thomas Alfa Edison, dicap
sebagai anak yang bodoh oleh gurunya.
Saat itu, Nancy-ibunda Edison-sangat marah dan
menariknya keluar sekolah. Selanjutnya, Nancy sendiri
yang mengajar Edison.”Ibuku yang membentukku. Ia
begitu setia, memiliki keyakinan pada diriku, dan aku
merasa aku memiliki seseorang untuk kuperjuangkan
dalam hidup, seseorang yang tidak boleh kukecewakan,”
sebut Edison dalam sebuah catatan.
Ibu Edison, yang juga seorang guru, kemudian
memberikan banyak pelajaran yang ternyata diserap
dengan mudah oleh Edison. Ia juga melahap habis
beberapa buku ilmiah seperti karya dari R.G. Parker‟s
yang berjudul School of Natural Philosophy dan The
Cooper Union. Dari sanalah, ia kemudian gemar
melakukan berbagai macam percobaan yang akhirnya
mengantarkan dirinya menjadi tokoh dunia dengan seribu
lebih inovasi.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 61

Nyaris mirip dengan kisah sang ibu dalam mendorong


anaknya agar tetap jadi “orang”, Endang Setyati juga
mengalami problematika yang tak kalah peliknya-bahkan-
mungkin lebih parah. Anaknya-Habibie Afsyah-buah
cintanya dengan duda beranak tujuh, Nasori Sugiyanto,
sejak lahir mengidap penyakit langka, yang menyerang
otaknya hingga lumpuh permanen. “Sejak lahir, fungsi
syarafnya terus menurun dan bahkan diperkirakan usianya
tidak panjang,” kisah Endang tentang anaknya.
Namun, menurut perempuan berjilbab ini, “Anak
adalah amanah dari Sang Pencipta, karena itu, apa pun
kondisi anak, saya berusaha memberikan yang terbaik.”
Mendengar pernyataan itu, sang anak pun menimpali
dengan ketulusan, “Terima kasih yang terdalam untuk
Mama, yang dengan sabar dan kasih sayang merawat saya
yang memiliki keterbatasan. Saya sangat bersyukur
dilahirkan melalui rahim seorang Ibu, Endang Setyati.”
Yang istimewa dari cara Endang mendidik adalah
perlakuannya pada Habibie. Meski memiliki keterbatasan
fisik-bahkan kini hanya tinggal bisa menggerakkan satu
jari-Endang menyekolahkanya di sekolah biasa, bukan
sekolah luar biasa. Bahkan, beberapa temannya yang
tumbuh normal masih sering main ke rumah Habibie
untuk sekadar bercanda atau bermain game. “Habibie itu
meski hanya main dengan satu jari, entah bagaimana
kalau main game selalu menang dari teman-temannya,”
ungkap Endang.
“Selain hobi main game, ia juga hobi internet-an
sedari SMP. Mungkin, karena keterbatasannya itu, ia
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 62

awalnya menghabiskan banyak waktu hanya dengan main


game dan internet.”
Keprihatian Endang akan masa depan Habibie
membuatnya berpikir, “Apa ya yang bisa dilakukan
Habibie supaya besok dia tidak merepotkan orang lain
dan bisa mandiri?”
Akhirnya Endang mulai menemukan titik terang
sekitar pertengahan tahun 2006. “Saat itu ada penawaran
pelatihan internet marketing. Saya pikir, itu mungkin
tepat buat anak saya karena memang dia kan sudah sejak
lama hobinya main internet,” terang Endang.
Maka, Endang pun memasukkan Habibie untuk ikut
pelatihan internet marketing untuk belajar dari salah satu
pakar internet marketing berbasis amazon.com, Mr
Fabian Lim. Sayang, karena berbahasa Inggris-meski
dibantu dengan penerjemah-Habibie pada awalnya belum
terlalu tertarik dengan program tersebut. “Saya lantas
bilang, kalau kamu dewasa nanti, kamu tak bisa
mengandalkan orang lain terus. Kamu harus jadi orang
yang bisa mama banggakan.”
Demi masa depan anak, Endang tak ragu untuk
sedikit memaksa Habibie. Justru karena punya kelemahan
itulah, ia merasa Habibie harus didorong lebih keras.
“Waktu itu, karena pelatihan pertama, hasilnya belum
maksimal, karena memang yang diberikan hanya dasar-
dasarnya. Saya menyuruh Habibie untuk ikut kelas
lanjutannya. Mahal ndak apa-apa, yang penting ada ilmu
yang bermanfaat. Sayang, kala itu Habibie sempat
menolak,” kisah Endang.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 63

“Saya lantas tegaskan pada Habibie, kamu syaraf


boleh melemah, tapi semangat tidak boleh lemah. Mama
sudah pensiun sementara biaya internet kamu itu besar.
Kamu harus ikut pelatihan lanjutan ini, jadi kamu main
internet itu nggak sia-sia,” ujar Endang.
Akhirnya, setelah dipaksa Endang, Habibie mengikuti
Asia Internet Academy untuk memperdalam ilmu internet
marketing-nya. Ternyata, feeling Endang tepat. Hobi
Habibie akhirnya menghasilkan juga. “Setelah lebih
memahami pelatihan dari Mr Lim, Habibie waktu praktik
untuk pertama kali ia mendapat kiriman uang 120 dolar
AS. Itu senangnya bukan main. Ternyata, apa yang
dilakukannya selama ini ada hasilnya juga. Maka, sejak
itu dia makin intens main di internet marketing.
Akhirnya, di bulan Desember 2008, Habibie sudah bisa
menghasilkan uang 5986 dolar AS. Itulah yang membuat
kepercayaan dirinya makin tumbuh dan dia makin yakin
bisa menghasilkan dari bisnis online itu,” ungkap Endang
sembari menunjukkan setumpuk print-out email yang
menunjukkan penghasilan Habibie.
Dengan hasil yang diperolehnya, Endang terus
mendorong agar Habibie makin menekuni bidang
tersebut. Ia kemudian mengikutkan Habibie ke berbagai
kursus lanjutan. “Salah satunya supaya lebih paham saya
ikutkan dia ke kursus dari Pak Suwandi Chow. Ini
pelatihan train for trainers.” Selanjutnya, the rest is
history, selebihnya adalah kisah sukses Habibie yang terus
dibimbing oleh ibunya.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 64

Mutiara yang tergolek lemah tertutup pasir di lautan


itu kini mampu berkilap berkat sentuhan dan ketegasan
seorang ibu terhadap anaknya yang punya kelemahan.
Berkat kegigihan Endang menemukan “profesi” yang pas
untuk putranya, kini kelemahan itu hanya tinggal menjadi
predikat. Kerusakan syaraf yang diderita berkat dorongan
Endang, kini berubah jadi semangat menggebu untuk
meraih hasil maksimal.
“Puji syukur Alloh telah mengabulkan permintaan
saya dan memberikan kesempatan pada saya dan Habibie
bisa menikmati jerih payah dan perjuangan yang tidak
kenal menyerah. Indah akan datang pada saatnya jika
Alloh menghendaki. Dan, inilah saat-saat indah buat
saya dan Habibie, yakni bahwa takdir Alloh adalah yang
terbaik untuk kami. Harapan saya semoga ibu-ibu
termotivasi pada prestasi dan kondisi Habibie dan lebih
menyayangi putra-putrinya dan ikhlas berjuang untuk
sukses keluarganya.” Semoga! [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 65

Prajurit Cinta #14:


Pendobrak Kelapangan

Di Propinsi Zhejiang China, ada seorang anak laki-laki


yang luar biasa. Sebut saja ia Zhang Da. Perhatiannya
yang besar kepada Papanya, hidupnya yang pantang
menyerah dan mau bekerja keras, serta tindakan dan
perkataannya yang menyentuh hati membuat Zhang Da,
anak lelaki yang masih berumur 10 tahun ketika memulai
semua itu, pantas disebut sebagai anak yang luar biasa.
Saking jarangnya seorang anak yang sepertinya,
Pemerintah China pun memutuskan untuk menganugerahi
penghargaan Negara kepadanya. Zhang Da adalah salah
satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan
perbuatan yang luar biasa diantara 1,4 Milyar penduduk
China.
Tepatnya pada tanggal 27 Januari 2006 Pemerintah
China, di Propinsi Jiangxu, kota Nanjing, dengan disiarkan
secara Nasional ke seluruh pelosok negeri, memberikan
penghargaan kepada Zhang Da.
Mengikuti kisahnya di televisi, Zhang Da merupakan
sosok anak yang jarang ditemukan pada zaman seperti
ini. Jika kita melihat apa yang dilakukannya dimulai
ketika ia berumur 10 tahun dan terus dia lakukan sampai
berumur 15 tahun, maka bisa dikatakan bahwa Zhang Da
sangat pantas menerima penghargaan yang paling luar
biasa di antara 1,4 milyar penduduk China.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 66

Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi


oleh Mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita
karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan
sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang Papa yang
tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan.
Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang
waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil
tanggungjawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia
harus mencari makan untuk Papanya dan juga dirinya
sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang
pasti tidak murah untuk dia.
Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa
Zhang Da bermula. Dari sisi umur, ia masih terlalu kecil
untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit
ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang
harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah
bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan,
tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan
memikul tanggungjawab untuk meneruskan kehidupannya
dan papanya.
Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi
utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang
dikerjakannya. Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya
dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah
harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam
perjalanan dari dan ke sekolah itulah, Ia mulai makan
daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 67

Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau


rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba
makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir
oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah
jam pulang sekolah di siang hari dan juga sore hari, ia
bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah
batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan
itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk
membeli beras dan obat-obatan untuk papanya . Hidup
seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya
tetap sehat, segar dan kuat.
Zhang Da Merawat Papanya yang Sakit - Sejak umur
10 tahun, ia mulai tanggungjawab untuk merawat
papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka
dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras
dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua
dia kerjakan dengan rasa tanggungjawab dan kasih.
Semua pekerjaan ini menjadi tanggungjawabnya sehari-
hari. Zhang Da menyuntik sendiri papanya.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat
membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara
terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur sepuluh
tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui
sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar
biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster
memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik
papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil
main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 68

jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya


suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya
baru tahu hanya Zhang Da.
Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah
perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun
jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin
katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif
dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang
ada dalam hidup dan kehidupannya.
Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah
dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka
Zhang Da sudah terampil dan ahli menyuntik.
Aku Mau Mama Kembali - Ketika mata pejabat,
pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir
dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut
sedang tertuju kepada Zhang Da, Pembawa Acara (MC)
bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau
apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk
terjadi dalam hidupmu, Pokoknya apa yang kamu idam-
idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat,
pengusaha, orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada
ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui
layar televisi, mereka bisa membantumu!" Zhang Da pun
terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata
lagi padanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu".
Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan
suara bergetar iapun menjawab, "Aku hanya mau Mama
Kembali. Mama kembalilah pada kami! Sekarang aku
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 69

sudah bisa membantu Papa dan aku bisa cari makan


sendiri, Mama Kembalilah!"
Demikian Zhang Da bicara dengan suara yang keras
dan penuh harap. Sebuah kisah yang sangat menyentuh
hati. Bagaimana hati seorang anak polos, tidak ada dalam
hatinya harapan yang lain, selain kembalinya sang ibu
bersama dengannya dan ayahnya. Subhanalloh. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 70

Prajurit Cinta #15:


Pendobrak Kesadaran

Di sudut pasar Madinah Al-Munawwaroh seorang


pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang
yang mendekatinya, ia selalu berkata : "Wahai saudaraku
jangan engkau dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia
itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian
mendekatinya kalian akan dipengaruhinya."
Setiap pagi Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam
mendatangi dengan membawa makanan. Dan tanpa
berkata sepatah kata pun, beliau menyuapi makanan yang
dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu
selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang
bernama Muhammad.
Rosululloh melakukannya hingga menjelang wafat.
Setelah kewafatan beliau, tidak ada lagi orang yang
membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis
yahudi buta itu.
Suatu hari Abu Bakar Rodhiyallohu „anhu berkunjung
kerumah anaknya-Aisyah, ia bertanya kepada anaknya :
"Anakku adakah Sunnah kekasihku (Rosululloh) yang
belum aku kerjakan?"
Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya : "Wahai ayah,
engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu
sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah
saja". Jawab Abu Bakar ra : "Apakah itu?"
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 71

Kata Aisyah Rodhiyallohu „anha : "Setiap pagi


Rosululloh Shollalohu „alaihi Wasallam selalu pergi ke
ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang
pengemis Yahudi buta yang berada disana."
Keesokan harinya Abu Bakar ra pergi ke pasar dengan
membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis
itu. Abu Bakar ra mendatangi pengemis tersebut dan
memberinya makanan. Ketika ia mulai menyuapinya, si
pengemis marah sambil berteriak: "Siapakah kamu?"
Jawab Abu Bakar : "Aku orang yang biasa".
Kata pengemis: "Bukan! Engkau bukan orang yang
biasa mendatangiku. Apabila ia datang kepadaku tidak
susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini
mengunyah. Orang yang biasa yang mendatangiku itu
selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya
makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan
padaku dengan mulutnya sendiri."
Abu Bakar ra tidak tahan menahan air matanya, ia
menangis sambil berkata kepada pengemis itu: "Aku
memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku
adalah salah seorang dari sahabatnya, orang mulia itu
telah tiada. Ia adalah Muhammad Rosululloh"
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar ra,
ia pun menangis dan berkata: "Benarkah demikian?
Selama ini aku selalu menghina, memfitnahnya. Ia tidak
pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan
membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.".
Pengemis yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat
dihadapan Abu Bakar ra. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 72

Prajurit Cinta #16:


Pendobrak Kemenangan

Kisah ini terjadi di China yang mengisahkan seorang


laki-laki dan seorang wanita yang usianya lebih tua, yang
melarikan diri untuk hidup bersama dan saling mengasihi
dalam kedamaian selama setengah abad.
Laki-laki China berusia 70 tahun ini telah memahat
6.000 anak tangga dengan tangannya (hand carved) untuk
isterinya yang berusia 80 tahun, meninggal dunia di dalam
goa yang selama 50 tahun terakhir menjadi tempat
tinggalnya. 50 tahun yang lalu, laki-laki yang bernama Liu
Guojiang, saat itu masih pemuda berusia 19 tahun, jatuh
cinta pada seorang janda 29 tahun yang bernama Xu
Chaoqin.
Seperti pada kisah Romeo dan Juliet karangan
Shakespeare, teman-teman dan kerabat merekapun
mencela hubungan mereka karena perbedaan usia di
antara mereka serta kenyataan bahwa Xu sudah punya
beberapa anak. Pada waktu itu masih belum bisa diterima
dan dianggap tidak bermoral bila seorang pemuda
mencintai wanita yang lebih tua.
Untuk menghindari gosip murahan dan celaan dari
lingkungannya, pasangan ini memutuskan untuk melarikan
diri dan tinggal di sebuah goa di Desa Jiangjin, di sebelah
selatan Chong Qing. Di awal kehidupan mereka, keadaan
mereka sangat menyedihkan karena tidak memiliki apa-
apa. Tidak ada listrik atau pun makanan. Mereka harus
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 73

makan rumput-rumputan dan akar-akaran yang mereka


temukan di gunung itu. Dan Liu membuat sebuah lampu
minyak tanah untuk menerangi hidup mereka.
Xu yang selalu merasa bahwa ia telah mengikat Liu
dan berulang-kali bertanya: "Apakah kau menyesal?" Liu
selalu menjawab : "Selama kita rajin, kehidupan ini akan
menjadi lebih baik".
Setelah 2 tahun mereka tinggal di gunung itu, Liu
mulai memahat anak-anak tangga agar isterimya dapat
turun gunung dengan mudah. Dan ini berlangsung terus
selama 50 tahun.
Setengah abad kemudian, di tahun 2001, sekelompok
pengembara (adventurers) melakukan explorasi ke hutan
itu. Mereka terheran-heran menemukan pasangan usia
lanjut itu dan juga 6.000 anak tangga yang telah dibuat
Liu. Liu Ming Sheng, satu dari 7 orang anak mereka
mengatakan, "Orang tuaku sangat saling mengasihi,
mereka hidup menyendiri selama lebih dari 50 tahun dan
tak pernah berpisah sehari pun. Selama itu ayah telah
memahat 6.000 anak tangga itu untuk menyukakan hati
ibuku, walau pun ia tidak terlalu sering turun gunung."
Pasangan ini hidup dalam damai selama lebih dari 50
tahun. Suatu hari Liu yang sudah berusia 72 tahun pingsan
ketika pulang dari ladangnya.
Xu duduk dan berdoa bersama suaminya sampai Liu
akhirnya meninggal dalam pelukannya. Karena sangat
mencintai isterinya, genggaman Liu sangat sukar
dilepaskan dari tangan Xu, isterinya.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 74

"Kau telah berjanji akan menjagaku dan akan terus


bersamaku sampai aku meninggal, sekarang kau telah
mendahuluiku, bagaimana akan dapat hidup tanpamu?",
kesah hati Xu saat kehilangan suaminya.
Pada tahun 2006 kisah ini menjadi salah satu dari 10
kisah cinta yang terkenal di China, yang dikumpulkan oleh
majalah Chinese Women Weekly. Pemerintah China telah
memutuskan untuk melestarikan "anak tangga cinta" itu,
dan tempat kediaman mereka telah dijadikan museum
agar kisah cinta ini dapat hidup terus. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 75

Prajurit Cinta #17:


Pendobrak Kekuatan

Kisah ini terjadi di Beijing China, seorang gadis


bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap
teman karibnya di masa sekolah. Namun ia tidak pernah
mengungkapkannya, ia hanya selalu menyimpan di dalam
hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri.
Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya
menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih.
Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya
akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum
“Aku harap kau bahagia!”. Sepanjang hari Yo Yi Mei
bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia
selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya.
Pada tanggal 12 Juli 1994 : sahabatnya memberikan
contoh undangan pernikahannya yang akan segera dicetak
kepada Yi Mei. Ia berharap Yo Yi Mei akan datang.
Sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat
kurus dan tidak ceria bertanya kepadanya, “Apa yang
terjadi dengamu, kau ada masalah?”
Yi mei tersenyum semanis mungkin sambil
menjawab, ”Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa-
apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju
jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut…” Ia
mengomentari rencana undangan sahabatnya tesebut.
Sahabatnya tersenyum dan berkata, “Oh ya, ummm
aku akan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei,
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 76

aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada
rencana melihat lihat perabotan rumah”. Yo Yi Mei
tersenyum, melambaikan tangan, hatinya yang sakit.
Tanggal 18 Juli 1994 : Yi Mei masuk rumah sakit, ia
mengalami koma, mengidap Leukemia (kanker darah)
stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua
organnya yang berfungsi hanyalah pendengaran dan
otaknya. Organ yang lain bisa dikatakan “Mati” dan
semuanya memiliki alat bantu, hanya mukjizat yang bisa
menyembuhkannya.
Sahabatnya setiap hari menjenguk dan sering
menunggui Yi Mei, bahkan rela menunda pernikahannya.
Baginya, Yi Mei adalah sosok penting dalam hidupnya,
termasuk dalam pernikahannya. Keluaga Yi Mei sendiri
setuju memberikan “Suntik Mati” untuk Yi Mei karena tak
tahan melihat penderitaan Yi Mei.
Tanggal 10 Desember 1994 : Semua keluarga setuju
besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik mati dan
semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon
diberi kesempatan berbicara yang terakhir.
Sahabatnya itu menatap Yi Mei yang dulu selalu
bersama. Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei,
“Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang,
menangkap kupu kupu?… Kau tahu, aku tak pernah lupa
hal itu, dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita
dihukum bersama gara-gara kita datang terlambat, kita
langganan kena hukum ya? Apa kau ingat juga waktu aku
mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba
lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor?…
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 77

Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di


rumahmu?… Aku tak pernah melupakan hal itu…
“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa
tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu
yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini?…
“Mei… kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak
setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu
kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu
kenapa?… karena aku sangat mencintaimu, aku takut
mengungkapkan padamu, takut kau menolakku…
“Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku
tetap ingin kau hidup, aku ingin kau hidup, Mei
tolonglah, dengarkan aku Mei … bangunlah…!!”
Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi
Mei dan kembali berkata,
“Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan
keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total. Aku
percaya, bahkan kau tahu? aku puasa agar doaku semakin
didengar Tuhan…
“Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau
jahat…!! kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau
pergi, aku sangat mencintaimu… aku menikah hanya ingin
membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku,
sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan,
hanya itu Mei…. Seandainya saja kau bilang kau
mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku
tak peduli… tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi
dariku sebagai sahabat”
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 78

Sahabat Yi mei berbisik dengan penuh kesedihan,


“Aku sayang kamu, aku mencintaimu”. Suaranya
terdengar parau karena tangisan.
Dan apa yang terjadi? Its amazing !! “CINTA”
memang ajaib, dapat menyembuhkan segalanya.
Tujuh jam setelah itu dokter menemukan tanda
tanda kehidupan dalam diri Yi Mei, jari tangan Yi Mei bisa
bergerak, jantungnya, paru parunya, organ tubuhnya
bekerja, sungguh sebuah keajaiban !! Pihak medis
menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan
keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi… masa
koma lewat pada tanggal 11 Desember 1994.
Tanggal 14 Desember 1994 : Disaat Yi Mei bisa
membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia
memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum
akan keajaiban yang terjadi.
“Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku
terbaik”, sahabatnya memeluk erat Yi Mei.
Yi Mei tersenyum sambil berkata lirih, “Kau yang
memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku. Tahukah
kamu, aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir
aku harus berjuang untuk hidup… Lei, aku mohon jangan
tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu!...”. Lei,
sahabatnya itu, menjawab dengan penuh haru, “Aku
sangat mencintaimu juga“.
Tanggal 17 Februari 1995 Yi Mei dan Lei menikah,
hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini
memiliki satu anak laki laki yang telah berusia 14 tahun.
Kisah ini sempat menggemparkan Beijing. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 79

Prajurit Cinta #18:


Pendobrak Kebersamaan

Kisah cinta sejati seekor kadal ini merupakan sebuah


kisah nyata yang terjadi di Jepang. Rumah di Jepang
biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang
terbuat dari kayu. Ketika tembok mulai rontok, dia
menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang
kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika
dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada
disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali
dibangun. Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat
bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun?
Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa
bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan
tidak masuk akal. Orang itu lalu berpikir, bagaimana
kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa
berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada
paku itu!
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan
memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa
yang dimakannya hingga dapat bertahan.
Kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor
kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya. Orang
itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor
kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang
terperangkap itu selama 10 tahun.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 80

Sungguh ini sebuah cinta. Cinta yang indah. Cinta


dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua
ekor kadal itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta?
tentu saja sebuah keajaiban. Bayangkan, kadal itu tidak
pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memper-
hatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagai-
mana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang
begitu menganggumkan. [ ]
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 81

Prajurit Cinta #19:


Pendobrak Kebahagiaan

Ken, seorang pria berumur 62 Tahun. Pekerjaannya


bukanlah sesuatu yang biasa diinginkan dan diidamkan
oleh kebanyakan orang. Ia hanyalah seorang tukang cukur
di Waukon. Sebuah kota kecil di Kanada, yang hanya
berpenghuni sekitar 4.000 orang saja. Kehidupannya pun
biasa saja sebagaimana kebanyakan orang.
Tapi dibalik kesederhanaannya itu, ia dikenal sebagai
salahsatu tokoh bijak yang menjadi inspirasi tentang apa
dan bagaimana hakikat kebahagiaan. Sedemikian sehingga
seorang penulis ternama di Amerika memasukkannya
sebagai salahsatu narasumber yang paling mempengaruhi-
nya. Apa rahasianya? Marilah kita simak kisah singkat
kehidupannya.
Di Waukon, Ken telah 42 tahun menjadi seorang
tukang cukur. Namun di daerahnya, ia adalah satu-
satunya tukang cukur yang paling dicari. Bukan hanya
karena keterampilannya dalam mencukur yang membuat
orang-orang mencarinya. Melainkan, karena Ken menjadi
sosok yang menjadi sosok pengayom, penghibur,
pendengar, dan penasihat yang luar biasa di mata
mereka.
Ketika ada seseorang yang datang ke tempatnya
mencukur, selalu diberi pelayanan yang terbaik dan
penuh kasih. Sebagaimana seorang ayah kepada anaknya.
Atau seperti seorang sahabat dekat. Sehingga ketika
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 82

orang tersebut selesai dicukur, selalu saja ada


pencerahan yang didapatkan.
Pada suatu waktu, ia diwawancara tentang rahasia
kehidupannya yang dipandang orang-orang di sekitarnya
sebagai seorang yang bijak dan bahagia. Dengan ringkas
ia menjawab, Kalau kau mengamati cukup lama, kau
pasti mengerti apa yang membuat orang berbahagia.
Menurut pengamatanku, kalau dalam hidupmu KAU
PUNYA CINTA DAN PEKERJAAN YANG MEMBERIMU TUJUAN,
maka kau PASTI BAHAGIA”.
Disaat sang pewawancara mencoba menelisik lebih
jauh kehidupan Ken, diketahui bahwa ia dimata keluarga
dan teman-temannya, merupakan pribadi yang penuh
cinta kasih. Dan dalam menjalankan tugasnya sebagai
pemangkas rambut, ia selalu fokus pada pelayanan dan
persahabatan. Yang kesemuanya itu, telah menjadi jalan
hidupnya sejak ia masih muda sampai dengan masa
tuanya. Kehidupan dimasa kecilnya yang memprihatinkan,
telah membentuk jiwanya untuk menjadi sosok yang ingin
selalu “menjadi cinta” kepada orang-orang di sekitarnya.

CINTA, memang selalu mengajaibkan. Itulah


yang telah dirasakan Ken dan banyak orang
lainnya di dunia. Walhasil, siapapun yang ingin
merasakan kebahagiaan dan keindahan didalam
hidup dan kehidupannya, maka miliki dan jadilah
cinta. [ ] Wallohu a‟lam.
P r a j u r i t - P r a j u r i t C I N T A | 83

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :
Dr.Ibrahim Elfiky (2010). Dahsyatnya Berperasaan Positif.
Jakarta : Penerbit Zaman.
Ir.Jarot W (2006). Kisah-kisah Ciptakan Nilai. Jakarta : Happy
Holy Kids.
John Izzo, Ph.D (2009). Temukan Lima Rahasia Sebelum Mati.
Jakarta : Ufuk Press.
Qitori (Kompilator : 2013). The Great Wisdom from The Great
Thinkers. Depok : Penerbit Edelweiss.

INTERNET :
http://andriewongso.com
http://cahayaislami99.blogspot.com
http://ceritaceritainspirasi.blogspot.com
http://inspirasihidup.com
http://iphincow.com
http://siap-sekolah.com
http://titusbercerita.blogspot.com
http://www.seorangayah.wordpress.com
http://www.thecrowdvoice.com
https://id-id.facebook.com/notes/muslimah-cerdas
https://yprindonesia.wordpress.com
http://hendshendar.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai