Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR HIGH SPEED DIESEL DAN


BIOSOLAR TERHADAP EMISI GAS BUANG

Oleh:
Hari Boedi Wahjono, API Madiun, Email: hariboedi@api.ac.id
Fadli Rozaq, API Madiun, Email: fadli@pengajar.api.ac.id

ABSTRAK

Lokomotif menggunakan motor diesel sebagai sumber tenaga penggeraknya, sehingga bahan
bakar yang digunakan untuk lokomotif ini adalah menggunakan bahan bakar solar atau minyak
solar. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui perbedaan penggunaan bahan bakar Biosolar dan
HSD terhadap emisi gas buang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang
bertujuan menguji hipotesa dari data-data yang telah dikumpulkan sesuai dengan teori dan konsep
sebelumnya. Metode pengambilan data dengan cara uji kendaraan mesin diesel dan gas analyzer
untuk mengukur opasitas. Metode analisis data yang digunakan yaitu: analisits deskripif dan uji
T-test. Hasil penelitian diketahui bahwa secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan
penggunaan bahan bakar Biosolar dan HSD terhadap emisi gas buang.
Keywords: Perbandingan, HSD dan Biosolar, Emisi Gas Buang

1. PENDAHULUAN dengan kandungan sulfur dibawah 500 ppm,


Membahas mengenai tranportasi tidak akan dan volatility yang baik. Kemampuan
jauh dari membahas mengenai kebutuhan pelumasan yang dimiliki High Speed Diesel
bahan bakar minyak. Hampir seluruh cukup bagus sehingga dapat membuat umur
transportasi yang ada saat ini membutuhkan komponen lebih bisa tahan lama.
bahan bakar minyak dalam setiap operasinya,
Mesin diesel disebut juga motor bakar atau
baik transportasi darat, laut, dan udara.
mesin pembakaran dalam karena
Kereta Api merupakan salah satu moda
pengubahan tenaga kimia bahan bakar
transportasi darat yang dalam
menjadi tenaga mekanik dilaksanakan di
pengoperasiaanya menggunakan lokomotif
dalam mesin itu sendiri. Di dalam motor
sebagai penggeraknya. Lokomotif
diesel terdapat torak yang mempergunakan
menggunakan motor diesel sebagai sumber
beberapa silinder yang di dalamnya terdapat
tenaga penggeraknya, sehingga bahan bakar
torak yang bergerak bolak-balik (translasi).
yang digunakan untuk lokomotif ini adalah
Di dalam silinder itu terjadi pembakaran
menggunakan bahan bakar solar atau minyak
antara bahan bakar solar dengan oksigen
solar.
yang berasal dari udara. Gas yang dihasilkan
Bahan bakar yang digunakan untuk oleh proses pembakaran mampu
operasional lokomotif diesel selama ini menggerakkan torak yang dihubungkan
menggunakan High Speed Diesel. dengan poros engkol oleh batang penggerak.
Penggunaan bahan bakar diesel jenis ini Gerak translasi yang terjadi pada torak
sudah sesuai dengan spesifikasi teknis dari menyebabkan gerak rotasi pada poros engkol
motor diesel yang digunakan pada lokomotif dan sebaliknya gerak rotasi tersebut
diesel Kereta Api di Indonesia. Banyak mengakibatkan gerak bolak -balik torak.
keuntungan yang bisa didapat dari Konsep pembakaran pada motor diesel
penggunaan HSD seperti miliki nilai Cetane adalah melalui proses penyalaan kompresi
Number yang tinggi, Memiliki kualitas tinggi udara pada tekanan tinggi. Pembakaran ini
47
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

dapat terjadi karena udara dikompresi pada a. Volatilitas (Penguapan)


ruangan dengan perbandingan kompresi jauh Penguapan adalah sifat kecenderungan
lebih besar daripada motor bensin, akibatnya bahan bakar untuk berubah fasa menjadi
udara akan mempunyai tekanan dan uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik
temperatur melebihi suhu dan tekanan didih yang rendah menandakan tingginya
penyalaan bahan bakar. penguapan, makin rendah suhu ini berarti
makin tinggi penguapannya.
Siklus Kerja mesin Diesel 4 langkah, pada
prinsipnya hampir sama dengan mesin Otto, b. Titik Nyala
dimana piston bergerak secara translasi dari Titik nyala adalah titik temperatur
Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati Bawah terendah dimana bahan bakar dapat
(TMB) dan sebaliknya berulang-ulang menimbulkan uap yang dapat terbakar
sebanyak 4 kali dalam satu siklus. Urutan ketika disinggungkan dengan percikan
Siklusnya sebagai berikut. atau nyala api, nilai titik nyala berbanding
terbalik dengan penguapan.
a. Langkah hisap (intake) c. Viskositas
Pada langkah ini piston atau torak Viskositas menunjukkan resistensi fluida
bergerak dari titik mati atas (TMA) ke titik terhadap aliran. Semakin tinggi viskositas
mati bawah (TMB). Katup hisap akan bahan bakar, semakin sulit bahan bakar itu
terbuka dan katup buang tertutup, karena diinjeksikan. Peningkatan viskositas juga
terjadi kevakuman pada silinder, maka berpengaruh secara langsung terhadap
udara akan terhisap dan masuk ke dalam kemampuan bahan bakar tersebut
silinder. Proses langkah hisap pada proses bercampur dengan udara.
kerja motor diesel yang dihisap hanyalah d. Kadar Sulfur
udara saja, tidak campuran udara dan Kadar sulfur dalam bahan bakar diesel
bahan bakar seperti pada motor bensin. yang berlebihan dapat menyebabkan
b. Langkah kompresi (compression) terjadinya keausan pada bagian-bagian
Semua katup tertutup dan piston bergerak mesin. Hal ini terjadi karena adanya
dari TMB ke TMA, mengkompresi udara partikel – partikel padat yang terbentuk
sehingga menaikan suhu dan tekanan. ketika terjadi pembakaran.
Injeksi bahan bakar terjadi persis sebelum e. Kadar Air
TMA dan segera sesudahnya terjadi Kandungan air yang terkandung dalam
pembakaran yang menyebabkan kenaikan bahan bakar dapat membentuk kristal
suhu dan tekanan cukup tinggi. yang dapat menyumbat aliran bahan
c. Langkah ekspansi (power) bakar.
Setelah melalui langkah kompresi, maka f. Kadar Abu
akan menuju ke langkah yang ketiga Kadar abu menyatakan banyaknya jumlah
adalah langkah ekspansi. Pada langkah logam yang terkandung dalam bahan
sebelumnya, setelah udara dikompresi dan bakar. Tingginya konsentrasi dapat
tekanannya naik. Nozzle injector akan
menyebabkan penyumbatan pada injeksi,
menyemprotkan bahan bakar ke ruang
penimbunan sisa pembakaran.
bakar dalam bentuk kabut sehingga akan
terbakar karena udara tadi suhunya sangat g. Kadar Residu Karbon
tinggi. Kadar residu karbon menunjukkan kadar
fraksi hidrokarbon yang mempunyai titik
d. Langkah buang (exhaust)
didih lebih tinggi dari bahan bakar,
Langkah ini gas hasil pembakaran akan
sehingga karbon tertinggal setelah
dibuang ke udara bebas melalui saluran
penguapan dan pembakaran bahan bakar.
udara buang (exhaust manifold).
h. Titik Tuang
Karakteristik bahan bakar diesel :
48
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

Titik tuang adalah titik temperatur ruang bakar injeksi langsung (direct injection
terendah dimana bahan bakar mulai combustion chamber) dan ruang bakar tidak
membeku dan terbentuk kristal – kristal langsung (in-direct injection combustion
parafin yang dapat menyumbat saluran chamber), saat ini ruang bakar injeksi
bahan bakar. langsung lebih banyak dipergunakan karena
proses pembakaran di dalam ruang bakar
i. Kadar Karbon
lebih optimal, Jenis ruang bakar injeksi
Kadar karbon menunjukkan banyaknya
langsung adalah mesin yang lebih efisien dan
jumlah karbon yang terdapat dalam bahan
lebih ekonomis dari pada mesin yang
bakar.
menggunakan ruang bakar tidak langsung
j. Kadar Hidrogen (pre-chamber), oleh karena itu mesin diesel
Kadar hidrogen menunjukkan banyaknya injeksi langsung lebih banyak digunakan
jumlah karbon yang terdapat dalam bahan untuk kendaraan komersial dan truk, selain
bakar. dari itu dapat menghasilkan suara dengan
k. Angka Setana tingkat kebisingan yang lebih rendah.
Angka setana menunjukkan kemampuan Pada sistem bahan bakar mesin disel,
bahan bakar untuk menyala sendiri (auto pompa pengalir menghisap bahan bakar
ignition). Semakin cepat suatu bahan dari tangki bahan bakar. Bahan bakar
bakar mesin diesel terbakar setelah disaring oleh saringan bahan bakar dan
diinjeksikan ke dalam ruang bakar, kandungan air yang terdapat pada bahan
semakin tinggi angka setana bahan bakar bakar dipisahkan oleh fuel sedimenter
tersebut. Angka setana bahan bakar adalah sebelum dialirkan ke pompa injeksi bahan
persen volume dari setana dalam bakar. Rakitan pompa injeksi terdiri dari
campuran setana dan alfa-metil-naftalen pompa injeksi, governor dan pompa
yang mempunyai mutu penyalaan yang pengalir. Dengan digerakkan oleh mesin,
sama dengan bahan bakar yang diuji. pompa injeksi menekan bahan bakar dan
Bilangan setana 48 berarti bahan bakar dialirkan ke nosel injeksi dan selanjutnya
setara dengan campuran yang terdiri atas diinjeksikan ke dalam silinder menurut
48% setana dan 52% alfa-metil-naftalen. urutan pengapian
l. Nilai Kalor Gas buang pada mesin diesel menghasilkan
Nilai kalor menunjukkan energi kalor unsur polutan berupa Nitrogen Oksida (Nox),
yang dikandung dalam setiap satuan Sulfur Osida (Sox), Particulate Matter (PM),
massa bahan bakar. Semakin tinggi nilai Karbon Monoksida (CO), dan Hidrokarbon
kalor suatu bahan bakar, semakin besar (HC), yang berpotensi mencemari
energi yang dikandung bahan bakar lingkungan sekitar dalam bentuk polusi
tersebut persatuan massa. udara. Semakin tinggi penggunaan bahan
m. Masa Jenis bakar menyebabkan gas buang yang
Masa jenis menunjukan besarnya dihasilkan juga semakin banyak.
perbandingan antara massa dari suatu Mesin diesel adalah salah satu dari motor
bahan bakar dengan volumenya. bakar yang diketahui mempunyai efisiensi
Pada mesin disel, konstruksi ruang panas (thermal efficiency) yang tinggi,
pembakaran dan cara penyemprotan bahan tangguh terhadap cuaca dan fleksibel
bakar harus sedemikian rupa sehingga terhadap jenis bahan bakar. Karena itulah
selama pembakaran terdapat gerakan dalam mesin diesel, sangat banyak dan sangat luas
keadaan terkontrol antara tetesan bahan penggunaannya terutama, yang
bakar dengan udara yang di mampatkan, hal membutuhkan kapasitas tenaga besar.
tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil Mesin diesel menghasilkan CO2 yang relatif
pembakaran yang optimal. Pada umumnya kecil dibandingkan motor bakar bensin
ada 2 macam ruang bakar motor diesel yaitu, karena efisiensi panas yang lebih besar, akan
49
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

tetapi pembakaran pada sistem mesin ini dikompresikan adalah udara murni. Dengan
menghasilkan oksida nitrogen (NOx) dan kata lain semakin kaya campuran maka
asap yang lebih buruk dari pada motor bakar semakin besar konsentrasi Nox, CO dan
yang lain. asap. Sementara itu, semakin kurus
campuran konsentrasi Nox, CO dan asap juga
Bagi makhluk hidup, NOx dapat
semakin kecil. 100% CO yang ada diudara
mengakibatkan kematian karena dapat
adalah hasil pembuangan dari mesin diesel
mengikat haemoglobin di dalam darah
sebesar 11% dan mesin bensin 89% , CO
sehingga darah tidak mendapat oksigen,
adalah Carbon Monoxida, HC (Hydro
sedangkan asap dapat menyebabkan
Carbon), NOx adalah istilah dari Oxida-
gangguan pernapasan, karena itu sangat
Oxida Nitrogen yang digabung dan dibuat
diperlukan perbaikan gas buangnya, pada
satu (NO. N02, N20).
mesin diesel konvensional hubungan NOx
Senyawa -senyawa di dalam gas buang
dan asap adalah antagonis (trade-off ), yaitu
terbentuk selama energi diproduksi untuk
sulit menekan kadar NOx dan asap sekaligus
mejalankan sarana transportasi yang ada,
dalam waktu yang bersamaan. Misalnya;
beberapa senyawa yang dinyatakan dapat
apabila periode injeksi solar dipercepat
membahayakan kesehatan adalah berbagai
(injeksi dini) pembakaran secara pre-mixed
oksida sulfur, oksida nitrogen, dan oksida
dominan, dan rasio ekuivalensi tinggi
karbon, hidrokarbon, logam berat tertentu
menyebabkan temperatur bakar mencapai
dan partikulat. Pembentukan gas buang
temperatur terbentuknya NOx, walaupun
tersebut terjadi selama pembakaran bahan
asap (smoke atausoot atau Particulate
bakar fosil bensin dan solar didalam mesin,
Matter, PM ) dapat ditekan secara signifikan,
proses ketidak sempurnaan pembakaran yang
akan tetapi kadar NOx. menjadi tinggi.
terjadi pada mesin akan menghasilkan bahan
Sebaliknya bila, periode injeksi solar
pencemar pada kadar yang tinggi, terutama
diperlambat (mendekati sekitar titik mati atas
berbagai senyawa organik dan oksida
atau Top Dead Center, TDC ) maka
nitrogen, sulfur dan karbon. Selain itu gas
pembakaran secara difusi dominan,
buang sarana transportasi langsung
menimbulkan Nox yang rendah, akan tetapi
berinteraksi dengan lingkungan dan
kadar asap tinggi.
masyarakat.
Gas buang mesin diesel sangat banyak Pada pertengahan tahun 2016 harga bahan
mengandung partikulat karena banyak bakar minyak di Indonesia mengalami
dipengaruhi oleh faktor dari bahan bakar kenaikan. Hal ini pun berimbas juga pada
yang tidak bersih. Partikulat pada gas buang kenaikan harga bahan HSD. Kenaikan harga
mesin diesel berasal dari partikel susunan HSD memicu meningkatnya biaya
bahan bakar yang masih berisikan kotoran operasional yang artinya akan berdampak
kasar (abu) dikarenakan pemrosesan bahan pada biaya pelayanan kepada penumpang.
bakar yang kurang baik. Faktor lain yang Kebijakan untuk menaikkan tarif tiket kereta
sangat dominan dalam memberikan api pun mungkin bisa diambil sebagai bentuk
sumbangan zat pencemar ke udara adalah solusi dari meningkatnya biaya operasional.
faktor campuran udara kompresi dengan Namun kenaikan tiket kereta akan
bahan bakar yang disemprotkan. berdampak pada semakin terbebaninya
Pencampuran yang tidak sebanding (terlalu masyarakat yang biasa menggunakan kereta
banyak bahan bakar) akan menghasilkan gas api sebagai sarana transportasinya. Oleh
buang yang mengandung partikulat karena itu kenaikan tarif tiket kereta api
berlebihan. dirasa bukan sebuah keputusan yang bijak.
Pada motor diesel, besarnya emisi dalam Perlu dicari solusi yang lain untuk mengatasi
bentuk opasitas (ketebalan asap) tergantung hal ini.
pada banyaknya bahan bakar yang Kebijakan yang diambil untuk mengatasi
disemprotkan (dikabutkan) ke dalam silinder, naiknya biaya operasional karena naiknya
karena pada motor diesel yang harga HSD adalah dengan mengganti HSD
50
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

dengan minyak diesel yang berjenis Biosolar. Pada penelitian ini, tahapan penelitian dalam
Penggunaan biosolar dirasa dapat menekan proses pengumpulan data adalah sebagai
biaya operasional. Harga biosolar lebih berikut:
rendah daripada HSD. Dengan demikian a. Tahap Persiapan
diharapkan perusahaan tetap dapat Sebelum dilaksanakan penelitian, terlebih
beroperasional tanpa mengalami kerugian dulu melakukan persiapan menyusun dan
dan juga tanpa menaikkan tarif tiket kereta.
perlengkapan penelitian. Sebelum
Namun perlu diperhatikan mengenai sifat menyusun alat, dilakukan pengecekan
dari bahan bakar biosolar dapat melepaskan kondisi pada engine, serta pada knalpot
oksida nitrogen yang dapat mengarah pada terjadi kebocoran apa tidak. Pengecekan
pembentukan kabut asap. Kabut asap yang juga dilakukan pada alat uji emisi gas
terlalu tebal akan berdampak pada buang yaitu Gas Analyzer. Setelah proses
lingkungan sekitar. Mengingat bahwa penyusunan peralatan dan alat uji sudah
lokomotif berada didepan sehingga jika terpasang dengan baik pada Gas Analyzer
lokomotif mengeluarkan kabut asap yang maka dilakukan pengeceken kondisi
terlalu tebal akan berdampak pada gerbong pemasangan pada pipa gas buang, dan alat
penumpang yang ada dibelakangnya dan ini ukur.
akan sangat membahayakan penumpang.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian b. Tahapan Pengambilan Data Gas
terkait dampak emisi gas buang dari Analyzer
penggunaan bahan bakar biosolar dengan Tahapan proses pengujian dapat diperinci
HSD. Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
mengetahui perbedaan penggunaan bahan a. Menghidupkan mesin dan mengatur
bakar Biosolar dan HSD terhadap emisi gas putaran hingga mencapai posisi idle.
buang.. b. Menstart pengujian atau proses
pengambilan data oleh alat Autologic
Gas Analyzer
2. METODE PENELITIAN
c. Mengambil data pada posisi
akselerasi
Penelitian ini merupakan penelitian d. Mematikan motor.
kuantitatif deskriptif yang bertujuan menguji e. Mengganti bahan bakar
hipotesa dari data-data yang telah f. Mengulangi langkah a-e secara
dikumpulkan sesuai dengan teori dan konsep berurutan. Dengan menggunakan
sebelumnya. Penelitian kuantitatif adalah bahan bakar Biosolar dan HSD.
suatu penelitian yang dilakukan dengan Metode analisis data yang digunakan
menggunakan pendekatan deduktif induktif yaitu:
yang berangkat dari suatu kerangka teori,
gagasan para ahli, ataupun pemahaman a. Analisis deskriptif
peneliti berdasarkan pengalamannya yang Statistik deskriptif merupakan metode
kemudian dikembangkan menjadi statistik dengan mengumpulkan informasi
permasalahan-permasalahan beserta atau data dari setiap hasil perubahan yang
pemecahan-pemecahannya yang diajukan terjadi melalui eksperimen secara
untuk memperoleh pembenaran dalam langsung. Statistik deskriptif menjelaskan
bentuk dukungan data empiris di lapangan cara penyajian data, dengan tabel biasa
(Tanzeh, 2009:81). maupun distribusi frekuensi, grafik garis
maupun batang, diagram lingkaran, dan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian pictogram (Sugiyono, 2010:29).Analisis
yaitu gas analyzer, smoke tester, mesin diesel deskriptif pada penelitian ini digunakan
commonrail Toyota Kijang. .Bahan bakar untuk mendeskripsikan hasil pengujian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah emisi gas buang bahan bakar biosolar dan
bahan bakar bio solar dan HSD. HSD pada mesin diesel.
51
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

b. Uji T-test Berdasarkan hasil uji emisi bahan bakar


Sebelum dilakukan pengujian analisis data, biosolar dan HSD diketahui bahwa dari 20
terlebih dahulu diadakan uji prasyarat kali pengujian nilai rata-rata opasitas bahan
analisis yakni dengan pengujian bakar biosolar yaitu 45,76% dan nilai rata-
normalitas dan homogenitas antara rata opasitas bahan bakar HSD 45,01%. Nilai
subyek pada kelompok hasil uji emisi tersebut masih memenuhi standar baku mutu
bahan bakar biosolar dan bahan bakar atau standar emisi gas buang yang ditetapkan
HSD. Setelah prasyarat analisis terpenuhi oleh pemerintah untuk mesin diesel yaitu
selanjutnya yaitu uji hipotesis dengan 50%. Berikut ini hasil pengujian emisi gas
menggunakan uji-t. Uji-t digunakan untuk buang dengan bahan bakar biosolar dan HSD
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang disajikan dalam bentuk grafik.
yang signifikan antara hasil pengujian
emisi gas buang bahan bakar biosolar dan
Hasil Uji Emisi Gas Buang
HSD.
Bahan Bakar Biosolar dan HSD
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai 60
berikut:
40
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara emisi gas buang 20
bahan bakar biosolar dibandingkan
0
dengan emisi gas buang bahan bakar 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
HSD
BioSolar HSD
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan
antara emisi gas buang bahan bakar
biosolar dibandingkan dengan emisi Gambar 1.1 Grafik Hasil Uji Emisi Gas
gas buang bahan bakar HSD. Buang Bahan Bakar Biosolar dan HSD

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Gambar 1.1 di atas dapat


diketahui bahwa hasil pengujian emisi gas
a. Hasil Penelitian buang bahan bakar biosolar dan HSD saling
Hasil penelitian berupa hasil analisis berhimpitan. Artinya secara grafik tidak ada
deskriptif dan analisis uji-t. Secara lebih perbedaan yang signifikan penggunaan
lengkap akan dijelaskan sebagai berikut: bahan bakar biosolar dan HSD terhadap
1) Analisis deskriptif hasil uji emisi bahan emisi gas buang pada mesin diesel. Untuk
bakar biosolar dan HSD melihat perbedaan hasil uji emisi gas buang
Opasitas menunjukkan derajat kegelapan dan bahan bakar biosolar dan HSD berikut ini
tembus pandang tidaknya suatu emisi gas disajikan hasil analisis statistik deskriptif
buang. Semakin tinggi opasitasnya, artinya data uji emisi gas buang kedua bahan bakar
semakin tinggi persentase tidak tampaknya tersebut.
suatu benda akibat emisi gas buang ini. Dari nilai hasil analisis deskriptif
Partikulat ini terutama terdiri dari jelaga, opasitas dari bahan bakar HSD diketahui
yang proses terjadinya secara ringkas adalah lebih rendah dibandingkan dengan bahan
pada kondisi dimana oksigen kurang HC bakar biosolar. Nilai minimum opasitas
dalam kondisi temperatur tinggi akan bahan bakar HSD yaitu 37% sendangkan
mengalami dekomposisi termal dan nilai minimum opasitas bahan bakar biosolar
kemudian terjadi dehidrogenisasi dan diikuti yaitu 38%. Nilai maksimum opasitas bahan
polimerisasi oJ sehingga akan terbentuk bakar HSD yaitu 48% sendangkan nilai
senyawa antara intermediates yang banyak maksimum opasitas bahan bakar biosolar
mengandung karbon dan selanjutnya terjadi yaitu 49%. Total nilai opasitas bahan bakar
pertumbuhan inti partikel.
52
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

HSD yaitu 900% sendangkan total nilai Ho : Tidak terdapat perbedaan yang
opasitas bahan bakar biosolar yaitu 915%. signifikan antara variansi emisi gas
Uji T-Test pada penelitian ini buang bahan bakar biosolar dengan
digunakan untuk melihat perbedaan hasil uji emisi gas buang bahan bakar HSD
emisi gas buang bahan bakar biosolar dan Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan
HSD pada mesin diesel secara statistik. antara variansi emisi gas buang bahan
Sebelum dilakukan uji t-test maka data harus bakar biosolar dengan emisi gas buang
memenuhi prasyarat analisi t-test yaitu data bahan bakar HSD
harus berdistribusi normal dan data harus Uji T-test pada penelitian ini
homogen. Berikut hasil uji prasyarat uji t-test menggunakan bantuan program SPSS.
dan uji hipotesis pada penelitian ini: Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa
a. Uji Normalitas
nilai signifikansi pada uji T-test emisi gas
Uji normalitas bertujuan untuk buang bahan bakar biosolar dan bahan bakar
mengetahui data penelitian yang telah HSD yaitu 0,982. Nilai signifikansi 0,982
dikumpulkan berdistribusi normal atau lebih besar dari taraf signifikansinya 0,05
tidak. Uji statistik yang digunakan untuk sehingga Ho diterima. Oleh karena itu dapat
menguji normalitas data adalah uji
disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada
statistik One-Sample Kolmogorov- perbedaan yang signifikan antara variansi
Smirnov Test dengan bantuan SPSS. emisi gas buang bahan bakar biosolar dengan
Berdasarkan hasil pengujian diketahui emisi gas buang bahan bakar HSD.
bahwa nilai signifikansinya 0,222
lebih besar dari taraf signifikansinya 0,05. b. Pembahasan
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Emisi asap (smoke) merupakan polutan
data penelitian berdistribusi normal. utama pada mesin diesel. Pembentukan
b. Uji Homogenitas smoke pada mesin diesel terjadi karena
Uji homogenitas varian sebagaimana kekurangan oksigen, hal itu terjadi pada inti
dikemukakan Suharsimi Arikunto (2005: (core) spray yang mempunyai λ ≤ 0,8. Dalam
318) dimaksudkan untuk mengetahui proses pembakaran berlangsung ketika bahan
seragam tidaknya varian sampel yang bakar yang disemprotkan ke dalam silinder
diambil dari populasi yang sama. yang berbentuk butir-butir cairan yang halus
Perhitungan uji homogenitas dalam saat keadaan di dalam silinder tersebut sudah
penelitian ini digunakan rumus statistika bertemperatur dan bertekanan tinggi
Levene test dengan bantuan SPSS. sehingga butir-butir tersebut akan menguap.
Berdasarkan hasil pengujian diketahui Namun jika butir-butir bahan bakar yang
bahwa pada pengujian statistik Based on terjadi karena penyemrotan itu terlalu besar
Mean diperoleh nilai signifikansinya atau apabila beberapa butir terkumpul
0,982 lebih besar dari taraf menjadi satu, maka akan terjadi dekomposisi.
signifikansinya 0,05. Oleh karena itu Dekomposisi itu akan menyebabkan
dapat disimpulkan bahwa bahwa populasi terbentuknya karbon-karbon padat (angus).
dalam kelompok bersifat homogen. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara
Uji Prasyarat analisis di atas yang bertemperatur tinggi, tetapi penguapan
menunjukkan bahwa data telah memenuhi dan pencampuran dengan udara yang ada di
prasyarat analisis langkah selajunya yaitu uji dalam silinder tidak dapat berlangsung
hipotesis. Uji hipotesis pada penelitian ini sempurna. Terutama pada saat-saat dimana
menggunakan uji T-test. Uji T-test terlalu banyak bahan bakar yang
digunakan untuk mengetahui ada atau disemprotkan, yaitu pada waktu daya mesin
tidaknya perbedaan yang signifikan antara akan diperbesar. Misalnya untuk akselerasi
hasil pengujian emisi gas buang bahan bakar maka angus akan terjadi. Jika angus yang
biosolar dan HSD. Hipotesis dalam terjadi itu terlalu banyak, gas buang yang
penelitian ini adalah sebagai berikut: keluar dari mesin akan berwarna hitam dan
53
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

mengotori udara serta mengganggu bakar HSD yaitu 48% sendangkan nilai
pemandangan. maksimum opasitas bahan bakar biosolar
Pembakaran yang sempurna pada yaitu 49%. Total nilai opasitas bahan bakar
sebuah mesin dipengaruhi oleh faktor – HSD yaitu 900% sendangkan total nilai
faktor antara lain pengapian yang kuat dan opasitas bahan bakar biosolar yaitu 915%.
tepat, kompresi yang cukup dan daya tahan Dari nilai tersebut meskipun masih rendah
nilai opasitas HSD namun selisih nilainya
bahan bakar terhadap detonasi. Pada
penelitian ini penulis tidak melakukan sedikit, yaitu selisih nilai rata-rata 0,75%,
perubahan pada setting mesin sehingga selisih nilai minimum 1%, selisih nilai
setting mesin berada dalam keadaan standar maksimum 1%, dan total nilai 15%.
sehingga tekanan kompresi dan setting mesin Untuk melihat lebih lanjut apakah perbedaan
tidak mengalami perubahan. nilai dari hasil pengujian emisi gas buang
Pada penelitian ini uji emisi dilakukan bahan bakar biosolar dan HSD signifikan
untuk membandingkan emisi gas buang 2 atau tidak maka pada penelitian ini dilakukan
bahan bakar yang berbeda yaitu biosolar dan uji beda dengan menggunakan uji
HSD. HSD atau High Speed Diesel independent sample T-test. Hasil dari uji T-
test diketahui bahwa secara statistik tidak ada
merupakan BBM jenis solar yang memiliki
angka performa cetane 45. BBM jenis ini perbedaan yang signifikan antara variansi
umumnya digunakan untuk mesin emisi gas buang bahan bakar biosolar dengan
transportasi mesin diesel yang umum dipakai emisi gas buang bahan bakar HSD. Artinya
dengan sistem injeksi pompa mekanik dan meskipun nilai hasil dari uji emisi gas buang
electronic injection. BBM jenis ini bahan HSD lebih rendah opasitasnya
diperuntukkan untuk jenis kendaraan daripada biosolar namun selisih tersebut
bermotor tranportasi dan mesin industri. tidak signifikan.
Biosolar atau biodiesel merupakan jenis
bahan bakar alternatif bagi bahan bakar
4. KESIMPULAN
diesel berdasar-petroleum dan terbuat dari
bahan bakar yang terdiri dari campuran Berdasarkan hasil penelitian dan
monoalkyl ester dari rantai panjang asam pembahasan yang telah dikemukakan pada
lemak. Tujuan penelitian ini untuk bab sebelumnya maka dapat diambil
mengetahui apakah ada perbedaan emisi gas kesimpulan yaitu secara statistik tidak ada
buang antar kedua bahan bakar tersebut. perbedaan yang signifikan penggunaan
bahan bakar Biosolar dan HSD terhadap
Pengujian emisi gas buang mesin emisi gas buang.
diesel dengan bahan bakar biosolar dan HSD
dilakukan selama 20 kali pengujian. Hasil uji
emisi gas buang pada mesin diesel berupa
nilai opasitas. Berdasarkan analisis deskriptif
statistik hasil pengujian emisi gas buang
bahan bakar biosolar dan HSD diketahui 5. REFERENSI
bahwa bahan bakar HSD memiliki nilai Arikunto, Suharsimi. 2006.
opasitas yang lebih rendah dari biosolar. Hal ProsedurPendekatan Praktek. Jakarta.
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata opasitas, Rineka Cipta.
nilai opasitas tertinggi, nilai opasitar
terendah dan total nilai opasitas. Nilai rata- Arismunandar, wiranto, 1997. Motor Diesel
rata opasitas bahan bakar biosolar yaitu Putaran Tinggi, Jakarta: PT. Pradnya
45,76% dan nilai rata-rata opasitas bahan Paramitha.
bakar HSD 45,01%. Nilai minimum opasitas Heywood, John B. 1988. Internal
bahan bakar HSD yaitu 37% sendangkan Combustion EngineFundamental. New
nilai minimum opasitas bahan bakar biosolar York: McGraw-Hill, Inc.
yaitu 38%. Nilai maksimum opasitas bahan
54
Jurnal Perkeretaapian Indonesia Volume II Nomor 1 Maret 2018 ISSN 2550-1127

Isuzu. Workshop Manual Diesel Engine M, N dan O berpenggerak Penyalaan


C190GB, Kompresi Pada Kondisi Akselerasi
C190KE, C240 Models. Bebas.
International Standard ISO/FDIS 5130 SNI 09-1825-2002 tentang pengujian tingkat
Acoustics-Measurements of Sound kebisingan kendaraan bermotor.
Pressure Level Emitted by Stationary SNI 7554:2010 tentang Pengukuran
Road Vehicles. Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan
Obert, Edward F. 1973. Internal Combustion Bermotor Kategori M1 dan N1.
Engine and Air Pollution (3rd. Ed). Sukoco, Arifin. 2008, Teknologi Motor
New York: Harper & Row Publisher. Diesel.
Inc. Sugiyono, Dr. 2010. Statistika Untuk
Menteri Lingkungan Hidup. 2006. Peraturan Penelitian.
Menteri Lingkungan Hidup Nomor: Bandung: Alfabeta
Kep.05/MENLH/08/2006. Baku Mutu Tjokowisastro, E., dan Widodo, B.U.K.
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor 1995. Teknik Pembakaran Dasar dan
Lama. Bahan Bakar. Surabaya: Jurusan
Menteri Lingkungan Hidup. 2009. Peraturan Teknik Mesin FTI-ITS.
Menteri Lingkungan Hidup Nomor: Warju. 2009. Pengujian Performa Mesin
Kep.07/MENLH/04/2009. Ambang Kendaraan Bermotor. Surabaya:
Batas Kebisingan Kendaraan Unesa University Press.
Bermotor. Warju. 2009. Pengujian emisi gas buang
SNI 19-7118.2-2005 tentang Emisi gas Kendaraan Barmotor. Surabaya:
buang – Sumber bergerak – Bagian 2 : Unesa University Press.
Cara Uji Kendaraan Bermotor Kategori

55

Anda mungkin juga menyukai